e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014)
PENERAPAN METODE DEMONSTRASI MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS (ORIGAMI) UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK Ni Kadek Novia Purnamasari1, I Gusti Agung Oka Negara2, I Made Suara3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan motorik halus melalui kegiatan melipat kertas (origami) dengan menerapkan metode demonstrasi pada anak kelompok B TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar, Kecamatan Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan ke dalam dua siklus. Subjek penelitian ini berjumlah 19 orang anak kelompok B, TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar semester 2 Tahun Ajaran 2013/2014. Data penelitian tentang perkembangan motorik halus dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrumen berupa lembar format observasi dan metode wawancara dengan instrumen berupa lembar format percakapan. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan motorik halus dengan penerapan metode demonstrasi pada siklus I sebesar 44,73% yang berada pada kategori sangat rendah ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 84,31% tergolong pada kategori tinggi. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada kelompok B TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar terjadi peningkatan perkembangan motorik halus anak sebesar 39,58%. Kata-kata kunci: metode demonstrasi, melipat kertas (origami), perkembangan motorik halus Abstract This study aims to determine the improvement of fine motor development through paper folding activities (origami) by applying demonstration method on group B Kindergarten children of Kemala Bhayangkari 1 Denpasar, North District of Denpasar Utara, Academic Year 2013 / 2014. This study is a Class Action Research (PTK) which is implemented in two cycles. The subjects of this research is as many as 19 children of second semester in group B at Kemala Bhayangkari Kindergarten 1 Denpasar, Academic Year 2013 / 2014. The research data on fine motor development were collected by using the observation method which the instrument in the form of observation format sheets and interviews method in the the form of a conversation format sheets. The data were analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative statistical analysis methods. The results of the data analysis showed that an increase in fine motor development through the application of demonstration method on the first cycle of 44.73% which is in the category of very low then it turns out to 84.31% on the second cycles, it belongs to the higher category. After all, it can be concluded that there is a significant development on fine motor of group B Kemala Bhayangkari 1 Denpasar Kindergarten for children stood at 39.58%. Key words: Demonstration Methods, Paper Folding (origami), Fine Motor Development
1
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam meningkatkan sumber daya manusia yang terus diperbaiki dan direnovasi dari segala aspek. Pendidikan sebagai tempat pertumbuhan terjadi bilamana mampu mengembangkan potensi anak yang tersembunyi yang disebut potensialitas pertumbuhan. Pendidikan berfungsi membantu anak untuk mengaktualisasikan potensi-potensi yang tersembunyi. Pendidikan memiliki fungsi sosial yang mampu mengembangkan jiwa sosial pada anak karena sebagai makhluk sosial harus selalu berinteraksi dengan orang lain. Saat ini, salah satu program pemerintah dalam dunia pendidikan adalah dengan mendirikannya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pendidikan anak usia dini (early childhood education) merupakan suatu disiplin ilmu pendidikan yang secara khusus memperhatikan, menelaah, dan mengembangkan berbagai interaksi edukatif antara anak usia dini dengan pendidik untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan potensi anak secara optimal (Wiyani dan Banawi, 2012:46). Dengan kata lain, PAUD merupakan pondasi dasar dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang sangat fundamental, juga sebagai kerangka dasar terbentuknya dan berkembangnya dasar-dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan pada anak. PAUD menjadi sangat penting mengingat potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang anak terbentuk pada rentang usia ini. Pendidikan anak usia dini diorientasikan pada pemenuhan kebutuhan anak, yaitu pendidikan yang berdasarkan pada minat, kebutuhan dan kemampuan anak. Peran pendidik sangat penting, pendidik harus memfasilitasi aktivitas anak dengan material yang beragam. Pendidik
dalam hal ini tidak hanya terbatas pada guru, tetapi juga orang tua dan lingkungan. Seorang anak membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk tumbuh dan berkembang dengan baik. Pendidikan anak usia dini merupakan investasi jangka panjang bagi anak dalam mengikuti tahaptahap selanjutnya. Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda dan potensi berbeda-beda namun aktif, memiliki kelebihan, bakat dan minat sendiri, serta memiliki ciri yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa. Penyelenggaraan PAUD, dapat meningkatkan indeks pembangunan manusia, menyiapkan anak untuk sekolah, meningkatkan mutu pendidikan, mengurangi angka buta huruf muda serta memperbaiki derajat kesehatan dan gizi anak balita Fasli Jalal (dalam Soeprijanto, 2011:3). Pendidikan Anak Usia Dini selain memberikan bekal kesiapan untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya, juga memberikan kesiapan anak agar tumbuh dan berkembang menjadi anak yang cerdas, baik cerdas emosinya maupun spiritualnya bahkan mempunyai karakter atau sifat-sifat yang baik. Pentingnya PAUD, maka pemerintah sangat genjar mendirikan sekolah-sekolah untuk anak usia dini, seperti mendirikan sekolah formal dan non formal. Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudhatul Atfhal (RA) adalah salah satu pendidikan bagi anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun, pendidikan TK dibagi menjadi dua kelompok yaitu usia 5-6 di kelompok B sedangkan usia 4-5 tahun di kelompok A (Sujiono, 2009:22). Selain itu pendidikan non formal yang meliputi kelompok bermain 2
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) (KB) bagi anak usia dua tahun sampai empat tahun dan taman penitipan anak (TPA) pendidikan dan pengasuhan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang berfungsi sebagai pengganti orang tua yang berhalangan atau tidak memiliki waktu cukup dalam mengasuh anaknya karena sibuk bekerja atau sebab lain (Suyadi, 2010:19). Adapun tujuan dari pendidikan Taman Kanak-Kanak menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini Nomor 58 tahun 2009 menyatakan bahwa, “meningkatkan perkembagan potensi yang dimiliki anak yang mencakup bidang perilaku dan kemampuan dasar. Di dalam pengembangan perilaku yang meliputi lingkup perkembangan nilai agama dan moral serta sosial emosional. Untuk pengembangan kemampuan dasar meliputi kemampuan berbahasa, kognitif yang terlibat dalam mengenal konsep matematika dan sains, fisik atau motorik yang terlibat dalam pembelajaran seni, jasmani, olahraga dan kesehatan”. Seorang pendidik/guru di Taman Kanak-Kanak (TK), berperan penting untuk mengembangkan potensi anak dan menyediakan berbagai kegiatan belajar yang menantang anak untuk terus bereksplorasi. Guru harus mengemas pembelajaran dengan lebih kreatif terutama dalam menggunakan media yang lebih menarik anak untuk melakukan pembelajaran. Pembelajaran yang ada di Taman Kanak-Kanak menggunakan prinsip belajar, bermain dan bernyayi. Pembelajaran untuk anak diwujudkan sedemikian rupa agar anak menjadi aktif, senang, dan menarik perhatian mereka. Selain itu, guru juga lebih banyak memberikan fasilitas, mengelola berbagai sumber, men-
setting kelas agar anak mau dan mampu belajar serta menata lingkungan yang aman, nyaman dan menyenangkan, dan tersedianya tempat bermain bagi anak. Kegiatan pembelajaran yang membuat anak menjadi aktif, mendukung pembelajaran dan memperhatikan lima aspek perkembangan terutama motorik halus. Motorik halus penting karena nantinya dibutuhkan oleh anak dari segi akademis. Kegiatan akademis yang dilakukan anak seperti menulis, menggunting, mewarnai, melipat, menggambar dan menarik garis. Seiring dengan banyaknya penguasaan keterampilan motorik halus yang dimiliki anak semakin baik prestasi di sekolah. Kemampuan motorik halus anak berbeda-beda sesuai dengan stimulasi yang diberikan kepada anak. Anak-anak yang mengalami keterlambatan perkembangan motorik halus, sulit untuk mengkoordinasi gerakan tangan dan jari-jemari anak. Beberapa anak menunjukkan kurangnya kemampuan motorik halus karena keterlambatan tumbuh kembang maupun stimulasi yang tidak optimal. Kenyataan yang terjadi dilapangan khususnya di TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar, Kecamatan Denpasar Utara, berdasarkan pengamatan awal (observasi) ditemukan bahwa perkembangan motorik halus anak belum memenuhi tingkat pencapaian perkembangan anak. Tidak semua anak menguasai motorik halus dengan maksimal. Ketidakmampuan ini dikarenakan beberapa alasan salah satunya kegiatan pembelajaran yang monotun, media yang kurang menarik, metode pembelajaran yang kurang mendukung serta kegiatan pembelajaran yang kurang memperhatikan aspek-aspek perkembangan. 3
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Berkaitan dengan uraian tersebut, hambatan yang sering ditemui atau dihadapi oleh guru dalam metode pembelajaran untuk meningkatkan motorik halus anak, guru dituntut menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik anak. Guru harus menggunakan metode pembelajaran yang menyenangkan dan dapat diterima anak. Kegiatan untuk mengembangkan motorik halus anak dilakukan dalam bentuk pembelajaran di luar kelas maupun di dalam kelas. Kegiatan dapat berjalan baik jika didukung dengan fasilitas, sarana prasarana dan metode yang tepat. Salah satu metode yang dapat dilakukan mengembangkan motorik halus anak yaitu penggunaan metode demonstrasi. Metode demonstrasi merupakan suatu metode mengajar yang diterapkan dalam proses belajar mengajar. Metode demonstrasi merupakan, metode yang sesuai berpikir anak yang konkret dan berpikir kritis. Metode demonstrasi adalah suatu strategi pengembangan dengan meniru yang didemonstrasikan, memperagakan suatu cara kerja atau urutan proses sebuah peristiwa atau kejadian. Menurut Muhibbin Syah (2000) (dalam Gunarti, dkk, 2010:9.3), “metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melalui suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan”. Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seseorang instruktur atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses (Roestiyah, 2008:83). Metode demonstrasi dapat disimpulkan dari beberapa pendapat
di atas yaitu metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran/cara mengajar guru dengan memperagakan aturan, urutan/tahapan melalui suatu kegiatan, melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan memperlihatkan suatu proses. Metode demonstrasi mempunyai keunggulan yang membantu anak agar pembelajaran berjalan dengan efektif. Keunggulan metode demonstrasi (Gunarti dkk, 2010:9.7) yaitu, membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda/peristiwa. Memudahkan berbagai jenis penjelasan. Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan objek sebenarnya. Perhatian anak dapat lebih dipusatkan. Anak dapat ikut serta aktif apabila demonstrasi langsung dilanjutkan dengan eksperimen. Mengurangi kesalahankesalahan yang mungkin terjadi sekiranya anak hendak mencoba sendiri. Beberapa persoalan yang belum dimengerti dapat ditanyakan langsung saat suatu proses ditunjukkan sehingga terjawab dengan jelas. Menurut Gunarti dkk (2010:9.8-9.9) ada beberapa langkah/sintaks secara umum dalam menerapkan metode demonstrasi yang pertama menetapkan tujuan dan tema kegiatan, dalam menetapkan tujuan demonstrasi guru mengidentifikasi perbuatanperbuatan apa yang akan diajarkan kepada anak dalam pernyataanpernyataan yang spesifik dan oprasional (teknis). Kedua Menetapkan bentuk demonstrasi yang dipilih, sebelum menetapkan kegiatan, guru menentukan bentuk demonstrasi. Ketiga menetapkan bahan dan alat yang diperlukan, bahan dan alat yang diperlukan oleh guru untuk mendemonstrasikan 4
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) sesuatu pembelajaran harus besar dan anak dapat menirukan contoh yang dilakukan. Keempat menetapkan langkah kegiatan demonstrasi, secara fleksibel tergantung dari jenis kegiatan. Kelima menetapkan penilaian kegiatan demonstrasi (evaluasi), yang dilakukan guru untuk menilai hasil karya anak yang dilihat setahap demi setahap. Hasil karya anak yang dilihat dalam peningkatan perkembangan motorik halus anak. Kegiatan yang mendukung perkembangan motorik halus anak dengan cara kegiatan melipat kertas (origami). Melipat merupakan kegiatan tersendiri dari kegiatan 3M. Namun kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan kegiatan mewarnai, menggunting, dan menempel, jika seandainya dibutuhkan sebagai tambahan untuk melengkapi kegiatan melipat (Pamadhi dan Sukardi, 2010:7.1 dan 7.30). Kata origami berasal dari bahasa Jepang yakni dari kata oru yang berarti melipat dan kami berarti kertas. Ketika kedua kata digabungkan ada sedikit perubahan namun tidak mengubah artinya, yakni dari kata kami menjadi gami sehingga bukan orikami tetapi origami maksudnya adalah melipat kertas Hira Karmachela, 2008:1 (dalam Andayani, 2012). “Melipat kertas (origami) adalah suatu teknik berkarya seni/kerajinan tangan yang umumnya dibuat dari bahan kertas dengan tujuan untuk menghasilkan aneka bentuk mainan, hiasan, benda fungsional, alat peraga dan kreasi lain” Sumanto 2006:97 (dalam Andayani, 2012). Kertas merupakan bahan yang mudah didapat, melipat kertas agar menjadi bentuk yang diinginkan menggunakan kertas bekas, koran, maupun kertas lipat warna-warni. Pembelajaran melipat merupakan salah satu pembelajaran di Taman Kanak-Kanak yang
memiliki aspek bermain sambil belajar. Kegiatan melipat merupakan kegiatan yang efektif dan menyenangkan dan bermanfaat bagi anak. Ada beberapa manfaat melipat kertas (origami) menurut Pandiangan (2011) yaitu pertama melatih motorik halus pada anak sekaligus sebagai sarana bermain yang aman, murah, menyenangkan dan kaya manfaat. Kedua lewat origami anak belajar membuat mainannya sendiri, sehingga menciptakan kepuasan dibanding dengan mainan yang sudah jadi dan dibeli di toko mainan. Ketiga membentuk sesuatu dari origami perlu melewati tahapan dan proses tahapan, mengajari anak untuk tekun, sabar serta disiplin untuk mendapatkan bentuk yang diinginkan. Keempat lewat origami anak juga diajarkan untuk menciptakan sesuatu, berkarya dan membentuk model sehingga membantu anak memperluas imajinasi mereka dengan bentukan origami yang dihasilkan, ketika berhasil menciptakan sesuatu dari tangan mungil mereka. Kelima suatu kebanggaan dan kepuasan tersendiri bagi anak-anak. Terlebih lagi anak belajar menghargai dan mengapresiasi karya lewat origami. Keenam belajar membaca diagram/gambar, berpikir matematis serta perbandingan (proporsi) lewat bentuk-bentuk yang dibuat melalui origami adalah salah satu keuntungan lain dari mempelajari origami. Melipat kertas (origami) sangat berpengaruh terhadap perkembangan motorik halus anak. Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus. 5
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) Keterampilan/kemampuan motorik kasar, yaitu gerakan yang dihasilkan dari kemampuan mengontrol otototot besar, contohnya adalah berjalan, berlari, melompat, berguling. Sedangkan perkembangan keterampilan motorik halus yaitu gerakan terbatas dari bagian-bagian yang meliputi otot kecil, terutama gerakan pada bagian-bagian jari-jari tangan. Contohnya menulis, menggambar, memegang sesuatu Hildayani dkk (2007:8.5). Suyadi (dalam Wiyani, 2013:66) mengungkapkan bahwa “gerak motorik halus adalah meningkatkannya pengoordinasian gerak tubuh yang melibatkan kelompok otot dan saraf kecil lainnya”. Perkembangan motorik halus anak juga dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor, pertama stimulasi, gizi, dan kecerdasan (IQ) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan perkembangan motorik halus melalui kegiatan melipat kertas (origami) pada saat penerapan metode demonstrasi pada anak kelompok B TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar, Kecamatan Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014.
Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus. Pada akhir siklus I ditandai dengan pelaksanaan kegiatan melipat kertas (origami), begitupun siklus II. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi dan refleksi. (Arikunto dkk, 2009:16). Adapun gambar alur rancangan penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar. Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan ?
Gambar 1. Rancangan Siklus PTK Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas dan variabel terikat. Variabel Bebas yaitu Metode Demonstrasi Melalui Kegiatan Melipat Kertas (Origami). Variabel Terikat yaitu Perkembangan Motorik Halus. Metode pengumpulan data perkembangan motorik halus yang digunakan yaitu metode observasi dan metode wawancara. Pelaksanaan observasi menggunakan tiga indikator dalam mengukur perkembangan motorik halus anak yaitu pertama meniru melipat kertas sederhana (1-7 lipatan), kedua membuat berbagai bentuk dari daun, kertas, dan kain perca, kardus, dll. Ketiga membuat mainan dengan tehnik melipat, menggunting dan menempel. Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka
METODE Penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2013/2014. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada kelompok B TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar, Kecamatan Denpasar Utara. Subjek dalam penelitian ini adalah anak TK pada kelompok B TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar, Kecamatan Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014 sebanyak 19 orang anak, dengan rincian 4 orang anak perempuan dan 15 orang anak laki-laki. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah perkembangan motorik halus pada anak kelompok B TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar. 6
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) HASIL DAN PEMBAHASAN Data peningkatan perkembangan motorik halus yang diperoleh anak pada siklus I disajikan dalam bentuk tabel distribusi, menghitung mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan ratarata atau mean dengan model PAP skala lima. Setelah data didapatkan mean (M) didapat sebesar 44,73, median (Md) didapat sebesar 41,42, modus (Mo) didapat sebesar 39. Data tersebut dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut.
dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data ini digunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis statistik Menurut Agung (2012:67-68) menyatakan bahwa, metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumusrumus statistik deskriptif seperti distribusi frekwensi, grafik, angka rata-rata, median, modus dan standar deviasi untuk menggambarkan keadaan suatu objek/variabel tertentu, sehingga diperoleh kesimpulan umum. “Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2012: 67). Metode analisis ini Metode analisis deskritif ini digunakan untuk menentukan tingkat tinggi sangat kurang mampu pada perkembangan motorik halus anak Taman Kanak-Kanak yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Tingkatan perkembangan motorik halus anak Taman KanakKanak dengan metode demonstrasi dapat ditentukan dengan membandingkan M (%) atau ratarata persen ke dalam PAP skala lima dengan kreteria sebagai berikut. Persentase
90 – 100 80 – 89 65 – 79 55 – 64 0 – 54
Gambar 2. Grafik polygon siklus I 8 6 4 2 0 35 Mo=39
40
45
50
55
60
M=44,73
Md=41,42
Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat M>Md>Mo (44,73>41,4>39), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran datadata perkembangan motorik halus pada siklus I merupakan kurve juling positif. Menentukan perkembangan motorik halus dengan membandingakan M% dengan PAP skala lima. Nilai M%=44,73% berada pada tingkat penguasaan 0-54% yang berarti bahwa perkembangan motorik halus anak pada kelompok B TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar, Kecamatan Denpasar Utara pada siklus I berada pada kriteria sangat rendah. Data peningkatan perkembangan motorik halus yang diperoleh anak pada siklus II disajikan dalam bentuk tabel
Kriteria Perkembangan Motorik Halus Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah ( Agung, 2010: 12)
7
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) distribusi, menghitung mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan ratarata atau mean dengan model PAP skala lima. Setelah data didapatkan mean (M) didapat sebesar 84,31, median (Md) didapat sebesar 80,39, modus (Mo) didapat sebesar 81,65 Data tersebut dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut.
semester 2 di TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar, Kecamatan Denpasar Utara pada siklus I sebesar 44,73% dan ratarata persentase perkembangan motorik halus pada anak kelompok B semester 2 di TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar, Kecamatan Denpasar Utara pada siklus II sebesar 84,31%, dengan kategori tinggi, ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase sebesar 39,58%. Terjadinya peningkatan motorik halus pada anak saat penerapan metode demonstrasi yang disebabkan ketertarikan anak pada kegiatan melipat kertas (origami) yang disajikan oleh guru sehingga dalam proses kegiatan pembelajaran terutama motorik halus anak semakin meningkat, dan anak dapat menghasilkan karya yang baru melalui pengalaman dan stimulus yang diberikan oleh guru serta perlu dilanjutkan dalam pembelajaran selanjutnya agar perkembangan anak mencapai hasil yang optimal. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut ini berarti bahwa dengan penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan melipat kertas (origami) dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak pada kelompok B semester 2 TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar, Kecamatan Denpasar Utara dan oleh karenanya strategi pembelajaran yang demikian sangat perlu dilakukan secara intensif dan berkelanjutan.
Gambar 3. Grafik polygon siklus II 10 8 6 4 2 0 61
68
Md=80,39
75
82
89 Mo=84,31
Mo=81,65
Berdasarkan perhitungan grafik polygon di atas terlihat M>Md<Mo (84,31>80,39<81,65), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data perkembangan motorik halus pada siklus II merupakan kurve juling positif, dengan demikian perkembangan motorik halus anak pada siklus II pada kriteria tinggi. Menentukan perkembangan motorik halus dengan membandingkan M% dengan PAP skala lima. Nilai M%=84,31% berada pada tinggat penguasaan 80-89% yang berarti bahwa perkembangan motorik halus anak pada kelompok B TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar, Kecamatan Denpasar Utara pada siklus II berada pada kriteria tinggi. Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif diperoleh ratarata persentase perkembangan motorik halus anak kelompok B
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil perbaikan pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode demonstrasi melalui kegiatan melipat kertas (origami) dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak 8
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede. 2010. “Penelitian Tindakan Kelas (Teori dan Analisis Data dalam PTK)”. Makalah disajikan dalam Wokshop Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha. Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja 27 September 2010.
kelompok B semester 2 TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar, Kecamatan Denpasar Utara. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan rata-rata persentase (M%) dalam penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan melipat kertas (origami) dapat dilihat dari adanya peningkatan perkembangan motorik halus pada setiap siklus. Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran siklus I, dapat diketahui pencapaian kemampuan motorik halus sebesar 44,73% menjadi sebesar 84,31% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi. Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran. Kepada anak disarankan dalam melakukan kegiatan pembelajaran untuk lebih imajinatif dan kreatif yang disesuaikan dengan tema, dengan memperhatikan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga anak belajar yang menyenangkan dan kemampuan yang diperoleh perkembangan sesuai kemampuan anak. Kepada guru, dalam proses pembelajaran diharapkan guru menyiapkan media pembelajaran yang kreatif, inovatif dan memilih metode pembelajaran yang disesuaikan dengan tema pembelajaran, sehingga anak lebih aktif dan tertarik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan suasana pembelajaran akan menyenangkan. Kepada peneliti lain hendaknya dapat melaksanakan PTK dengan berbagai metode dan media pembelajaran lain yang belum sepenuhnya dapat terjangkau dalam penelitian ini, dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding dalam melakukan suatu penelitian berikutnya.
Agung,
A. A. Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: FIP Undiksha Singaraja.
Andayani, Wijil Yuningtias. 2012. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Melipat Pada Siswa Kelompok A Di TK It Mekar Insani Suryodiningratan Tahun Ajaran 2011/2012. Tersedia pada http://eprints. uny.ac.id /7942 /3/. (diakses tanggal 16 januari 2014) Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Gunarti, Winda dkk. 2010. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia dini. Jakarta: Universitas Terbuka. Hildayani, Rini dkk. 2007. Psikologi Perkembangan Anak. Jakarta: Uniersitas Terbuka. Menteri Pendidikan Nasional. 2009. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini.
9
e-Journal PG-PAUD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 2 No 1 Tahun 2014) N.K,
Roestiyah. 2008. Belajar Mengajar. Rineka Cipta.
Strategi Jakarta:
Pamadhi, Hajar dan Evan Sukardi S. 2010. Seni Keterampilan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka. Pandiangan, Ester. 2011. Segudang Manfaat Origami Untuk Anak. Tersedia pada http://mayahirai.com/2009/08 /12/segudang-manfaatorigami-untuk-anak/. (diakses pada tanggal 10 januari 2014) Soeprijanto. 2011. Pedoman Pendirian Rintisan PAUD Pos Pemberdayaan Keluarga (POSDAYA). Jakarta: PT Citra Kharisma Bunda. Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks Suyadi. 2010. Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta: PEDAGOGIA Wiyani, Novan Ardy & Banawi. 2012. Format PAUD Konsep, Karakteristik, & Implementasi Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Wiyani, Novan Ardy. 2013. Bina Karakter Anak Usia Dini: Panduan Orangtua & Guru dalam Membentuk Kemandirian & Kedisplinan Anak Usia Dini. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
10