e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
PENERAPAN METODE DEMONSTRASI MELALUI KEGIATAN MENCETAK BERBANTUAN BAHAN ALAM UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS Ni Wayan Juniari1, Made Putra2, Ni Nyoman Ganing3 1
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2,3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected] ,
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak setelah diterapkannya metode demonstrasi melalui kegiatan mencetak berbantuan bahan alam di kelompok A2 Tk Negeri Pembina Denpasar tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah anak kelompok A2 Tk Negeri Pembina Denpasar tahun ajaran 2015/2016 sebanyak 22 orang. Data perkembangan motorik halus dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan motorik halus dari penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan mencetak berbantuan bahan alam mencapai 14,19%. Analisis data dilakukan dengan membandingkan hasil dari siklus I dan siklus II. Pada siklus I diketahui pencapaian perkembangan motorik halus sebesar 66,43% dengan kategori sedang. Sedangkan pada siklus II pencapaian perkembangan motorik halus sebesar 80,62% dengan kategori tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan mencetak berbantuan bahan alam dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak kelompok A2 Tk Negeri Pembina Denpasar. Kata-kata kunci: metode demonstrasi, kegiatan mencetak, motorik halus. Abstract This study aims to the increase of fine motoric development of the child after the implementation of the demonstration method trough publish assisted natural materials in the group A2 TK Negeri Pembina Denpasar academic year 2015/2016. This research is a classroom action research. Subjects in this study were children in group A2 TK Negeri Pembina Denpasar 2015/2016 academic year as many 22 peoples. To collect fine motoric development data by using the method of observation. The data obtained were analyzed using descriptive statistical analysis of quantitative techniques. The result of data showed that there was an increase fine motoric development of the implementation of demonstration method through publish assisted natural material reach 14.19%. Data analysis is done by comparing the result of the first cycle and the second cycle. In the first cycle of fine motoric development achievement 0f 66, 43% with medium category. While on the second cycle of fine motoric development achievement of 80,62% with a high category. It can be concluded that the application of the method of demonstration through publish assisted natural materials can both increase the fine motoric children in group A2 TK Negeri Pembina Denpasar. Key words: Method of demonstration, publish activities, fine motoric development.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) PENDAHULUAN Anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Usia dini merupakan masa-masa emas (the golden age) dalam pembentukan fondasi bangunan kehidupan manusia. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa “Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut” (dalam Pangastuti, 2014:18). Pendidikan anak usia dini berdasarkan Kurikulum 2013 merupakan pendidikan yang frundamental karena perkembangan anak dimasa selanjutnya akan sangat ditentukan oleh berbagai stimulasi bermakna yang diberikan sejak usia dini. Pendidikan anak pada usia dini haruslah benar-benar diperhatikan secara optimal. Pada usia dini anak paling peka dan potensial untuk mempelajari sesuatu, rasa ingin tahu anak sangat besar. Hal ini dapat dilihat dari anak sering bertanya tentang apa yang mereka lihat. Apabila pertanyaan anak belum terjawab, maka mereka akan terus bertanya sampai anak mengetahui maksudnya. Di samping itu, setiap anak memiliki keunikan sendirisendiri yang berasal dari faktor genetik atau bisa juga dari faktor lingkungan. Faktor genetik misalnya dalam hal kecerdasan anak, sedangkan faktor lingkungan bisa dalam hal gaya belajar anak. Sujiono (2011:6) menyatakan bahwa, Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, dimana mereka selalu aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan mereka seolah-olah tak pernah berhenti untuk bereksplorasi dan belajar. Anak bersifat egosentris, memiliki rasa ingin tahu secara alamiah yang merupakan makhluk
sosial, unik, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian yang pendek, dan merupakan masa yang paling potensial untuk belajar. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakkan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan prilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini (Sujiono 2011:6). Seluruh komponen PAUD harus bekerja sama agar proses pelaksanaan PAUD dapat berhasil dengan baik, salah satu komponen PAUD yaitu lembaga pendidikan sekolah baik yang didirikan oleh pemerintah, maupun masyarakat seperti jenjang Taman Kanak-kanak yang disingkat TK. “Taman Kanak-kanak adalah lembaga pendidikan prasekolah sebelum memasuki lembaga pendidikan sekolah dasar (SD) yang melibatkan anak didiknya berkisar pada usia 4-6 tahun, dengan lama pendidikan berkisar antara 1-2 tahun” (Samsudin, 2008:7). Seiring dengan tujuan pendidikan anak usia dini untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh anak, maka taman kanakkanak diharapkan sebagai tempat anak untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang dapat dijadikan modal anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta untuk tumbuh kembang anak selanjutnya. Taman kanak-kanak berperan sangat penting untuk mengembangkan kecerdasan dengan guru sebagai fasilitator, dapat mengambil perannya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki anak melalui stimulasi-stimulasi perkembangan yang dimiliki oleh anak. Guru dapat memberikan kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak yang terintegrasi menjadi satu dalam sebuah kegiatan yang dibuat berdasarkan pada tahap pencapaian perkembangan anak.Taman kanak-kanak
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) merupakan sebuah taman tempat anakanak bermain dan belajar, tempat anak menyesuaikan diri dengan beberapa hal sebelum memasuki pendidikan lebih lanjut yaitu pendidikan sekolah dasar (SD). Melihat kenyataan yang terjadi di lapangan khususnya di TK Negeri Pembina Denpasar berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa anak-anak pada umumnya masih memiliki kemampuan motorik halus yang masih rendah. Rendahnya perkembangan motorik halus anak dapat di sebabkan oleh beberapa permasalahan. Pertama, kegiatan pembelajaran dalam pengembangan kemampuan motorik halus yang dilaksanakan guru belum dapat merangsang anak untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Hal ini disebabkan karena pembelajaran masih menggunakan metode atau teknik pembelajaran yang kurang kreatif. Kedua, pengembangan kemampuan motorik halus anak biasanya dilakukan dengan kegiatan yang monoton, sehingga membuat anak menjadi jenuh dan bosan ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Ketiga, pengembangan kemampuan motorik halus anak yang dilaksanakan tidak didukung dengan media dan alat peraga yang memadai dan menarik. Dalam proses pembelajaran guru memiliki peranan yang sangat penting dalam pengembangan kemampuan motorik halus pada anak. Guru harus mampu memilih metode atau model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, tentunya metode atau model pembelajaran yang akan digunakan harus menyesuaikan dengan keadaan, kebutuhan dan kemampuan anak. Guru dihadapkan pada sejumlah metode-metode pembelajaran yang ada, serta media pendukung untuk memperlancar proses pembelajaran. Guru dituntut untuk mampu mengenali karakteristik anak terlebih dahulu sebelum memilih motode-metode pembelajaran serta media pendukung yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Segala upaya ini dilakukan guru agar dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan pada anak salah satunya yaitu aspek perkembangan motorik halus anak. Mengingat kemampuan motorik halus anak sangat penting, maka
diperlukan kegiatan yang lebih ditingkatkan lagi, dapat memberikan kesenangan pada anak, memupuk jiwa kreatif serta merupakan dasar bagi keterampilan yang lainnya sehingga dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak. Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan pembelajaran, diantaranya dengan menulis, menggambar, bermain leggo, meronce, mencetak menggunakan bahan alam dan masih banyak lagi kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak. Salah satu kegiatan motorik halus anak yang berhubungan dengan seni rupa yaitu kegiatan mencetak berbantuan bahan alam, contoh bahannya adalah pelepah pisang, ranting papaya, daun, umbi-umbian, buah belimbing,wortel dan lain sebagainya. Kegiatan mencetak ini selain dapat menstimulasi kemampuan motorik halus anak, juga dapat menjadi salah satu cara untuk mengembangkan kreativitas anak. Kegiatan mencetak yang dimaksud adalah kegiatan berlatih berkarya seni rupa dengan menerapkan cara-cara mencap sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki anak. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terhadap guru kelas kelompok A2 di TK Negeri Pembina Denpasar pada hari Senin tanggal 9 November 2015, adapun hambatan yang ditemui oleh guru dalam kegiatan pembelajaran membuat karya seni adalah sulitnya menerapkan metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam proses pembelajaran agar perkembangan motorik halus anak meningkat dan sulitnya menerapkan kegiatan belajar agar anak menjadi kreatif, khusunya dalam kegiatan mencetak yang berhubungan dengan perkembangan motorik halus anak. Walaupun anak sudah diberikan tugas oleh gurunya tetapi banyak anak yang kurang kreatif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga nilai perkembangan motorik halus anak masih kurang memuaskan. Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda, maka dari itu guru harus bisa memilih metode yang akan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) digunakan pada saat mengajar. Metode mempunyai peranan penting dan perlu diperhatikan dalam sebuah kegiatan, karena metode akan memberikan kemudahan dalam mencapai hasil pembelajaran.. Anak usia dini memiliki karakteristik suka meniru. Peniruan ini merupakan salah satu cara belajar anak usia dini. Usia dini merupakan masa yang paling optimal untuk berkembang. Oleh karena itu pentingnya memberikan stimulasi berupa kesempatan untuk meniru secara langsung dan bahan latihan agar dapat mengoptimalkan perkembangan pada masa tersebut. Kesempatan meniru secara langsung ini dapat diberikan kepada anak dengan menggunakan metode demonstrasi karena metode demonstrasi sangat tepat digunakan dalam pembelajaran di taman kanak-kanak (TK). Menurut Djamarah (2006: 90) menyatakan bahwa “metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada anak suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan”. Pendapat lain menyatakan bahwa “metode demonstrasi adalah suatu strategi pengembangan dengan cara memberikan pengalaman belajar melalui perbuatan melihat dan mendengarkan yang diikuti dengan meniru pekerjaan yang didemonstrasikan” (Gunarti dkk, 2010:9.3) Sebagai suatu metode pembelajaran demonstrasi memiliki beberapa keunggulan. Djamarah (2006:90) berpendapat bahwa keunggulan metode demonstrasi, antara lain sebagai berikut, a) dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat), b) anak lebih mudah memahami apa yang dipelajari, c) proses pengajaran lebih menarik, d) anak dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan, dan mencoba untuk melakukannya sendiri. Salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak adalah kegiatan mencetak. Mencetak
merupakan salah satu kegiatan seni yang dapat mengembangkan kreativitas anak. Sumanto juga menyebutkan mencetak atau seni grafis dalam pembelajaran seni adalah kegiatan berkarya senirupa dua dimensi yang dimaksudkan untuk menghasilkan atau memperbanyak karya seni dengan menggunakan bantuan alat/acuan cetak tertentu. Melalui kegiatan mencetak akan membantu anak dalam mengembangkan motorik halusnya. Bahan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembuatan suatu karya seni. Mencetak adalah salah satu karya seni. Mencetak bagi anak TK merupakan kegiatan berlatih karya seni rupa dengan menerapkan cara-cara mencetak/mencap sesuai tingkat kemampuan anak. Kreativitas mencetak tersebut menggunakan bahan alam seperti mencetak dengan daun, mencetak dengan pelepah pisang, pelepah talas, pelepah papaya dan mencetak dengan umbiumbian. Sumanto (2006:142) mengatakan bahwa “bahan alam adalah semua jenis bahan yang dapat diperoleh dari lingkungan alam sekitar secara langsung”. Bahan alam contohnya adalah janur, bunga segar, buah-buahan, bunga kering, daun, kayu, ranting dan biji-bijian. Alat merupakan salah satu benda yang tidak kalah pentingnya dalam pembuatan kegiatan mencetak. Dengan tersedianya kelengkapan alat yang memadai juga akan sangat menentukan kualitas suatu karya mencetak. Pamadhi dan Sukardi (2009:4.16) menyebutkan bahwa “peralatan kerja yang digunakan dalam kegiatan mencetak yaitu: pisau cukil, rol, kuas, palet dan lain sebagainya”. Dalam kegiatan mencetak alat yang dipakai dalam kegiatan mencetak khususnya dalam kegiatan pembelajaran di Taman Kanakkanak (TK) alat tersebut haruslah tidak membahayakan bagi keselamatan anakanak dan penggunaannya haruslah diawasi oleh gurunya. Adapun langkah-langkah dalam teknik mencetak menurut Sumanto (2006:81) prosedur pembuatan karya mencetak yaitu terlebih dahulu mempersiapkan material (bahan dan alat), berupa alat: kertas gambar ukuran A4, tinta atau cat gambar
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) (cat air, cat poster), kuas atau kapas, palet, gelas palstik, bahan untuk acuan cetak: berbagai jenis bahan-bahan alam seperti daun, pelepah pisang, pelepah papaya, pelepah talas, belimbing, wortel dan umbiumbian, 1) menyiapkan adonan warna secukupnya pada palet gambar agak pekat, 2) mengambil atau memilih satu atau beberapa potongan acuan yang digunakan sebagai acuan mencetak dalam keadaan masih segar (belum layu atau kering) dengan ukuran sedang dan permukaannya datar, 3) salah satu permukaan acuan cetak diolesi tinta/cat agak pekat menggunakan alat kuas atau kapas dengan ketebalan sedang sampai rata. Pemberian warna pada permukaan acuan cetakan tidak dicelupkan kedalam adonan warna supaya celah/lubang pada acuan cetakan tidak tertutup warna, 4) selanjutnya acuan cetak yang sudah bertinta tersebut dicapkan pada kertas gambar berukuran A4 sambil dilakukan penataan agar diperoleh hasil cap yang lebih baik, 5) untuk menghasilkan cap dengan komposisi warna tertentu ulangilah langkah mencetak yang sudah dilakukan dengan mengganti warna yang dioleskan pada acuan cetakan yang digunakan. Kombinasi hasil cap bisa juga diperoleh dengan menggunakan beberapa acuan cetakan yang ukurannya tidak sama, misalnya ada yang besar, sedang dan ada yang kecil. Hasil cetakan yang dipergunakan dari cetakan bahan alam akan kelihatan sangat menarik jika bentuk, ukuran dan warna yang digunakan bervariasi. Dalam gerakan motorik halus mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengembangan kreativitas seni anak. Muhibbin (dalam Samsudin 2008) meyebutkan “motorik dengan istilah motor. Menurutnya, motor diartikan sebagai istilah yang menunjukan pada hal, keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakannya, demikian kelenjar-kelenjar juga sekresi (pengeluaran cairan atau getah)”. Sedangkan menurut Sujiono dkk (2014:1.14) mengatakan bahwa “motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu yang dilakukan oleh otot-otot kecil seperti menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat.
Oleh karena itu, gerakan motorik halus tidak terlalu membutuhkan tenaga, akan tetapi membutuhkan koordnasi mata dan tangan yang cermat”. Gunarti dkk (2010:2.17) berpendapat bahwa “kemampuan motorik halus merupakan kemampuan anak untuk melakukan kegiatan yang melibatkan koordinasi antara mata, tangan, dan otototot kecil pada jar-jari, pergelangan tangan, lengan yang digunakan untuk aktivitas seni, seperti menggunting, melukis, dan mewarnai”. Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa motorik halus adalah salah satu gerakan yang melibatkan otot-otot kecil pada jari-jari yang melibatkan koordinasi mata, tangan dan lengan yang digunakan sebagai aktivitas seni dan memerlukan koordinasi yang cermat dan teliti terutama pada gerakan di bagian jari-jari tangan. Berdasarkan uraian tersebut maka diadakan suatu penelitian tindakan kelas dengan judul penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan mencetak berbantuan bahan alam untuk meningkatkan perkembangan motorik halus anak kelompok A2 di TK negeri pembina denpasar tahun ajaran 2015/2016. METODE Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Arikunto, dkk (2012:3) “Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”. Menurut Basrowi dan Suwandi (2008:25) menyatakan “PTK merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas”. Subjek dalam penelitian ini adalah anak TK Negeri Pembina Denpasar sebanyak 22 anak terdiri dari 9 anak lakilaki dan 13 anak perempuan pada kelompok A2 semester II TK Negeri Pembina Denpasar tahun ajaran 2015/2016. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah perkembangan motorik halus anak TK Negeri Pembina Denpasar,
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) pada semester II dalam kegiatan pembelajaran mencetak berbantuan bahan alam. Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus, tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian. Akhir siklus I ditandai dengan pelaksanaan kegiatan mencetak dengan alat dan bahan yang digunakan dari alam seperti mencetak menggunakan pelepah pisang, ranting pepaya dan lain-lain, begitupun siklus II dan siklus selanjutnya bila belum memenuhi hasil yang diinginkan dan belum memenuhi target penelitian. Tiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi (Arikunto dkk, 2012). Adapun
rancangan dari penelitian tindakan kelas pada penelitian ini adalah sebagai berikut. Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
?
Gambar 01.Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, dkk. ,2010:16) Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah metode observasi. Agung (2012:61) mengemukakan bahwa “metode observasi adalah suatu cara memperoleh atau mengumpulkan data yang dilakukan dengan jalan mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu”. Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Observasi dilakukan terhadap kegiatan peneliti dan siswa dalam menerapkan kegiatan mencetak berbantuan bahan alam. Setiap kegiatan yang diobservasi dikategorikan ke dalam kualitas yang sesuai yaitu anak belum berkembang dengan tanda bintang satu («), anak mulai berkembang dengan tanda bintang dua (««), anak berkembang sesuai harapan dengan tanda bintang tiga («««) dan anak berkembang sangat baik dengan bintang empat (««««).Pedoman observasi adalah alat yang digunakan untuk acuan pengamatan, untuk mengetahui sejauh mana peningkatan perkembangan motorik halus anak melalui kegiatan mencetak berbantuan bahan alam. Pedoman observasi disusun untuk memudahkan dalam melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran mencetak. Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka selanjutnya dilakukan analisis data. Dalam penelitian ini menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Agung (2014:110) menyatakan bahwa, metode analisis statistik deskriptif ialah suatu cara yang silakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti: distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, mean dan standar deviasi, untuk menggambarkan suatu objek/variabel tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum. Dalam penerapan metode analisis statistik deskripif, data yang diperoleh dari hasil penelitian disajikan ke dalamtabel distribusi frekuensi, menghitung angka rata-rata atau mean (M), menghitung modus (Mo), menghitung median (Me), menyajikan ke dalam grafik polygon. Agung (2014:110) menyatakan bahwa metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai suatu objek yang di teliti
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) sehingga diperoleh kesimpulan umum. Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya perkembangan motorik halus anak Taman Kanak-kanak dengan kegiatan mencetak yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.
Data perkembangan motorik halus pada kegiatan mencetak berbantuan bahan alam yang diperoleh oleh anak disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung Modus (Mo), Median (Me), dan membandingkan rata-rata atau Mean (M) dengan model PAP skala lima. Berdasarkan
Tabel 01. Tabel Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Perkembangan Motorik Halus
perhitungan grafik polygon pada gambar 02 terlihat Mo= 9.00, Me= 10.00, dan M= 10.63,, sehingga dapat disimpulkan bahwa
Persentase 90 −100 80 − 89 65 − 74 55 − 64 0 − 54
Kriteria Perkembangan Motorik Halus Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
sebaran data-data kemampuan motorik halus pada siklus I merupakan kurva juling positif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa skor perkembangan motorik halus anak kelompok A2 di TK Negeri Pembina Denpasar cenderung rendah.
Sumber: (Agung, 2014:145) Berdasarkan pedoman PAP skala lima pada tabel 01 mengenai perkembangan
motorik halus dalam kegiatan mencetak berbantuan bahan alam pada anak kelompok A2 di TK Negeri Pembina Denpasar, maka target yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah anak mampu mencapai tingkat penguasaan pembelajaran yaitu 80% dengan kriteria tinggi. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada anak kelompok A2 TK Negeri Pembina Denpasar Tahun Ajaran 2015/2016 dengan jumlah subjek sebanyak 22 anak. Penelitian ini dilaksanakan dalam II siklus. Tema yang digunakan pada saat penelitian ini berlangsung yaitu mengikuti tema yang diterapkan oleh sekolah yaitu tema tanah airku, tema alat komunikasi, dan tema rekreasi. Hasilnya dapat dipaparkan sebagai berikut. Siklus I terdiri dari enam kali
pertemuan untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali pertemuan untuk melaksanakan evaluasi peneliaian yang dilaksanakan mulai tanggal 28 Maret 2016 sampai dengan tanggal 7 April 2016.
Gambar 02 Grafik Poligon Perkembangan Motorik Halus Siklus I Pedoman Konversi Skala Lima tentang kemampuan motorik halus anak yaitu persentase 90-100 kriteria kemampuan motorik halus anak sangat tinggi, persentase 80-89 kriteria kemampuan motorik halus anak tinggi, persentase 65-79 kriteria kemampuan motorik halus anak sedang, persentase 5564 kriteria kemampuan motorik halus anak rendah, dan persentase 0-54 kriteria kemampuan motorik halus anak sangat rendah. Nilai M% = 66,43% yang dikonversikan kedalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 65-79
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) yang berarti bahwa tingkat kemampuan motorik halus anak pada siklus I berada pada kriteria sedang. Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dapat diketahui bahwa tingkat kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan mencetak berbatuan bahan alam pada siklus I masih berada pada kriteria sedang. Adapun kendala-kendala dan kekurangan penerapan metode demontrasi melalui kegiatan mencetak berbantuan bahan alam pada siklus I adalah sebagai berikut, beberapa anak masih belum bisa berkonsentrasi pada saat mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan, beberapa anak yang kurang fokus pada kegiatan yang dilaksanakan karena terdapat beberapa anak yang asik bermain dengan temannya, beberapa anak masih belum mampu untuk bekerja secara mandiri, beberapa anak kurang aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, dan beberapa anak yang masih terlihat kurang fokus pada saat kegiatan yang dilaksanakan sehingga membuat suasana kelas menjadi gaduh. Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala diatas adalah sebagai berikut, Guru membimbing anak dan mendemonstrasikan ulang cara mencetak yang benar. Hal ini bertujuan agar anak mampu mencetak secara mandiri sehingga pada pertemuan berikutnya anak akan lebih terbiasa mengikuti kegiatankegiatan pembelajaran secara mandiri, Guru mendampingi anak pada saat proses pembelajaran serta memberikan motivasi kepada anak, agar anak lebih semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Guru juga harus memberikan nilai secara langsung pada ke setiap anak, nilai yang diberikan disesuaikan dengan hasil karya yang dihasilkan oleh anak atau sesuai dengan apa yang telah dibuat oleh anak, Menjelaskan kembali kepada anak tentang bahan dan alat yang digunakan dalam kegiatan mencetak berbantuan bahan alam , serta memperagakan cara mencetak tersebut sehingga anak mengerti dan dapat memahami bahan dan alat yang digunakan dalam proses pembelajaran tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus I, ketuntasan hasil belajar anak sebesar 66,43% termasuk dalam kriteria sedang. Dengan adanya kendala-kendala yang ditemukan pada siklus I, maka perlu dilakukan penelitian pada siklus berikutnya, yaitu siklus II untuk peningkatan dan penyempurnaan selanjutnya. Penelitian pelaksanaan siklus II dilakukan sama seperti penelitian siklus I, yang melihat dan mengantisipasi berbagai kelemahan atau kendala pada siklus I. Pelaksanaan siklus II dilaksanakan sama seperti siklus I yaitu enam kali pertemuan. Pelaksanaan dimulai pada tanggal 11 April 2016 sampai dengan 21 April 2016. Data perkembangan motorik halus pada kegiatan mencetak berbantuan bahan alam pada kelompok A2 TK Negeri Pembina Denpasar, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung modus (Mo), median (Me), mean (M), dan membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima..Berdasarkan perhitungan dari grafik polygon pada gambar 03 terlihat M= 12,90, Me= 13.00,dan Mo= 14.00, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data kemampuan motorik halus pada siklus II merupakan kurva juling negatif. Dengan demikian dapat diinterpretasikan bahwa skor perkembangan motorik halus anak kelompok A2 di TK Negeri Pembinai Denpasar cenderung tinggi.
Gambar 03 Grafik Poligon Perkembangan Motorik Halus Siklus II
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Pedoman Konversi Skala Lima tentang kemampuan motorik halus anak yaitu persentase 90-100 kriteria kemampuan motorik halus anak sangat tinggi, persentase 80-89 kriteria kemampuan motorik halus anak tinggi, persentase 65-79 kreteria kemampuan motorik halus anak sedang, persentase 5564 kreteria kemampuan motorik halus anak rendah, dan persentase 0-54 kreteria kemampan motorik halus anak sangat rendah. Nilai M% = 80,62% yang dikonferensikan kedalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 80-89 yang berarti bahwa tingkat kemampuan motorik halus anak pada siklus II berada
pada kreteria tinggi. Setelah diadakan perbaikan pada proses pembelajaran siklus I, dalam pelaksanaan siklus II telah nampak adanya peningkatan yang cukup signifikan yang dapat dilihat pada tingkat kemampuan motorik halus anak yang sebelumnya berada pada kriteria sedang meningkat menjadi kriteria tinggi. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut, Dalam proses kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan oleh peneliti, sehingga perkembangan motorik halus anak meningkat dan sesuai dengan apa yang telah diharapkan peneliti, Dalam pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran perkembangan motorik halus anak melalui kegiatan mencetak berbantuan bahan alam sudah meningkat yang awalnya sangat kurang mampu menjadi sangat mampu, Peneliti dalam hal ini berperan sebagai guru yang memberikan bimbingan pada anak apabila ada anak yang belum memahami kegiatan yang sedang dilaksanakan atau yang telah diberikan oleh peneliti. Secara umum proses kegiatan pembelajaran dengan penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan mencetak berbantuan bahan alam sudah berjalan dengan baik, hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan rata-rata persentase (M%) perkembangan motorik halus dari siklus I ke siklus II, sehingga peneliti
memandang penelitian ini cukup sampai di siklus II tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan mencetak berbantuan bahan alam ternyata dapat meningkatkan perkembanganmotorik halus anak. Hal ini dapat dilihat dari analisis mengenai perkembangan motorik halus anak dapat diuraikan sebagai berikut. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di TK Negeri Pembina Denpasar pada anak kelompok A2 semester II tahun pelajaran 2015/2016 selama dua siklus menunjukkan terjadi peningkatan perkembangan motorik halus setelah penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan mencetak berbantuan bahan alam. Sebelum diberikan tindakan presentase tingkat perkembangan motorik halus pada anak kelompok A2 di TK Negeri Pembina Denpasar tergolong sedang. Sedangkan penelitian dikatakan berhasil apabila anak mengalami tingkat perkembangan motorik halus yang tinggi. Berdasarkan perbaikan serta menciptakan kegiatan pembelajaran yang dipaparkan pada refleksi siklus I, maka siklus II diperoleh adanya peningkatan terhadap anak yang mengalami perkembangan motorik halus yaitu dari 66,43% pada siklus I meningkat menjadi 80,62% pada siklus II yang tergolong tinggi, yang berada pada tingkat penguasaan 8089%. Dengan demikian, pada siklus II perkembangan motorik halus anak dikatakan berhasil meningkat sesuai dengan kriteria yang diharapkan. Terjadinya peningkatan perkembangan motorik halus pada anak dalam penelitian tindakan kelas ini, disebabkan oleh rasa tertarik anak pada kegiatan mencetak berbantuan bahan alam yang diterapkan oleh guru. Sehingga kemampuan anak khususnya dalam perkembangan motorik halus anak semakin meningkat dan kegiatan pembelajaran mencapai hasil yang diinginkan. Penerapan metode demonstrasi dilakukan dalam beberapa proses kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Melalui kegiatan mencetak berbantuan bahan alam
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) anak akan diberikan contoh terlebih dahulu, sehingga anak akan dituntut untuk kreatif dan mampu berkreasi untuk menciptakan suatu hasil karya yang baru sesuai dengan idenya dan imajinasinya. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran ini anak akan mengenal banyak hal secara mandiri dan bertanggung jawab dengan kegiatannya. Keberhasilan dalam penelitian ini sesuai dengan kajian-kajian teori yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian ini. Menurut Djamarah (2006:90) “metode demontrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada anak suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak adalah kegiatan mencetak berbantuan bahan alam. Menurut Sumanto (2006:77) “ mencetak atau seni grafis merupakan suatu kegiatan berkarya seni dwimatra yang dilakukan dengan cara mencapkan alat atau acuan yang sudah diberi tinta/cat pada bidang gambar”. Dalam kegiatan mencetak ini anak dapat mengeluarkan ekspresi keindahan, kesabaran, dan keterampilan yang ada pada diri anak. Sehingga secara perlahan perkembangan motorik halus anak akan meningkat karena adanya rangsangan saat mengerjakan kegiatan mencetak tersebut. Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah yang dilakukan oleh Ni Nyoman Rai Wahyuni (2014). Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan perkembangan keterampilan motorik halus anak setelah penerapan menggunakan metode demonstrasi dengan lingkungan sebagai sumber belajar. Hasil penelitian diperoleh rata-rata persentase perkembangan keterampilan motorik halus anak melalui penerapan metode demonstrasi dengan lingkungan sebagai sumber belajar pada siklus I sebesar 32,47% yang berada pada kategori sangat rendah dan rata-rata perkembangan keterampilan motorik halus anak melalui penerapan metode demonstrasi dengan lingkungan sebagai sumber belajar pada siklus II sebesar 82,35% yang berada pada kategori tinggi. Jadi peningkatan
perkembangan keterampilan motorik halus anak setelah penerapan menggunakan metode demonstrasi dengan lingkungan sebagai sumber belajar dari siklus I menuju siklus II sebesar 49,88%. Dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dengan lingkungan sebagai sumber belajar dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak kelompok B TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2013/2014. Penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan mencetak berbantuan bahan alam dapat memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan motorik halus anak. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan metode demontrasi melalui kegiatan mencetak berbantuan bahan alam dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak pada kelompok A2 di TK Negeri Pembina Denpasar semester genap tahun ajaran 2015/2016. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil perbaikan pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode demonstrasi melalui kegiatan mencetak berbantuan bahan alam dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak kelompok A2 semester II TK Negeri Pembin Denpasar. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan rata-rata persentase (M%) dalam penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan mencetak berbantuan bahan alam yang dilihat dari adanya peningkatan perkembangan motorik halus pada setiap siklus. Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran siklus I, dapat diketahui pencapaian perkembangan motorik halus anak melalui kegiatan mencetak berbantuan bahan alam sebesar 67,00%, menjadi 84,62% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi. Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. Kepada anak disarankan dalam melakukan kegiatan pembelajaran agar lebih memperhatikan dan lebih fokus terhadap
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga dengan anak memperhatikan pada saat guru menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan pada hari itu maka kemampuan yang diperoleh anak akan benar-benar berkembang sesuai dengan taraf perkembangan kemampuan anak, Kepada guru, disarankan lebih kreatif, inovatif, dan aktif dalam memilih metode pembelajaran agar sesuai dengan tema pembelajaran dan dalam menyiapkan bahan kegiatan juga hendaknya mudah dicari dan berada di sekitar anak, sehingga anak lebih tertarik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan suasana pembelajaran akan menyenangkan sehingga akan membuat anak senang dalam mengikuti pembelajaran yang sedang berlangsung, Kepada peneliti lain hendaknya dapat melaksanakan PTK dengan berbagai metode dan kegiatan pembelajaran lain yang belum sepenuhnya dapat terjangkau dalam penelitian ini, dengan adanya penelitian ini dapat dijadikan sebagai pembanding dalam melakukan suatu penelitian berikutnya. DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2014. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan . Singaraja: Undiksha. -------,2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: FIP Undiksha Singaraja. Arikunto, Suharsini, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Angkasa. Asmawati, Luluk, dkk. 2010. Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta:. Universitas Terbuka. Daryanto. 2013. Strategi dan Tahapan Mengajar dan Bekal Keterampilan Dasar bagi Guru. Bandung: CV Yrama Widya. Djamarah, Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Gunarti Winda, dkk. 2010. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini.Jakarta: Universitas Terbuka. Pangastuti, Ratna. 2014. Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Pustaka Ajar Pamadhi, Hajar dan Evan Sukardi S. 2009. Seni Keterampilan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka. Pekerti, Widia, dkk. 2008. Metode Pengembangan Seni. Cetakan ke8.Jakarta: Universitas Terbuka. Samsudin. 2008. Pembelajaran Motorik Di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Prenada Media Group. Sujiono, Bambang, dkk. 2008. Metode Pengembangan Fisik. Jakarta: Universitas Terbuka. Sujiono, Yuliani Nurani. 2011. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks. Sumanto. 2006. Pengembangan Kreativitas Seni Rupa Anak Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan. Wahyuni, Nyoman Rai. 2014. “Penerapan metode demonstrasi dengan lingkungan sebagai sumber belajar untuk meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak kelompok B di TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar Kecamatan Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2013/2014”. Tugas Akhir (Tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan anak Usia Dini, Universitas Pendidikan Ganesha.