PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH AR-RAHMAH JABUNG MALANG
SKRIPSI
Oleh :
Nuril Milati 07140073
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Agustus 2009
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH AR-RAHMAH JABUNG MALANG
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Stara Satu Sarjana Pendidikan (S. Pd) Oleh :
Nuril Milati 07140073
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Agustus 2009
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH AR-RAHMAH JABUNG MALANG SKRIPSI
Oleh : Nuril Milati 07140073
Disetujui oleh : Dosen Pembimbing
Dra. Hj. Sulalah, M. Ag NIP. 150 267 279
Tanggal 25 Juli 2009
Mengetahui Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Dra. Hj. Sulalah, M. Ag NIP. 150 267 279
HALAMAN PENGESAHAN PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH AR-RAHMAH JABUNG MALANG SKRIPSI dipersiapkan dan disusun oleh Nuril Milati (07140073) telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 06 Agustus 2009 dengan nilai A dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar stara satu Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada tanggal: 12 Agustus 2009 Panitia Ujian Ketua Sidang Abdussakir, M. Pd NIP. 150 327 247
Tanda Tangan :
Sekretaris Sidang Dra. Hj. Sulalah, M. Ag NIP. 150 267 279
:
Pembimbing Dra. Hj. Sulalah, M. Ag NIP. 150 267 279
:
Penguji Utama Drs. H. A. Fatah Yasin, M.Ag NIP. 150 287 892
:
Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maliki Malang
Drs. M. Zainuddin, MA. NIP. 150 275 502
PERSEMBAHAN Adalah sebuah kebahagiaan yang tak ternilai atas terselesainya penulisan skripsi ini selayaknya semacam ”Manusia Sempurna” menginginkan berbagi kebahagiaan dan kebanggaan dengan sekitarnya. Ku persembahkan skripsi ini untuk: Ayah dan Ibunda tercinta. Pelita hidupku yang selalu mengasihi dan menyayangiku dengan kasih tak terbatas dari buaian hingga mengerti akan arti sebuah ilmu dengan belasan sesejuk embun dan do’a suci di malam hari. Suamiku Tersayang Imam Taufik. Kasih dan sayangmu yang Damai dijiwaku Memberikan semangatku ketika Terpuruk. Sahabat-sahabatku. mb U2n, Kasna, Priti, Kayntong, Su’inah, Koceng, dan Keluarga Besar Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang, Yang selalu membawa Anganku untuk kembali mengulang cerita Lamaku bersama lagi. ”Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” mulai dari guru Tk, para ustadz sampai para dosen-dosen, trima kasih banyak atas ilmunya dan jasa-jasanya. Semoga tetap menjadi Pahlawan dalam keadaan apapun. Semua manusia yang mungkin pernah bertemu baik sengaja maupun tidak dan seluruh mahluk hidup yang mungkin telah tercuri ilmunya walaupun kadang-kadang ada semacam kesalahan yang “Biasa” dilakukan sebagai manusia. Trima-kasih pada buku-buku dengan Pengarangnya, Internet dengan situssitusnya, Komputer dengan winamp dan printernya yang menjadi Inspirasi dan referensi skripsi ini. SORRY
n’ THANK’S ALL
MOTTO
4 ß|¡ômr& }‘Ïδ ÉL©9$$Î/ Οßγø9ω≈y_uρ ( ÏπuΖ|¡ptø:$# ÏπsàÏãöθyϑø9$#uρ Ïπyϑõ3Ïtø:$$Î/ y7În/u‘ È≅‹Î6y™ 4’n<Î) äí÷Š$# ∩⊇⊄∈∪ tωtGôγßϑø9$$Î/ ÞΟn=ôãr& uθèδuρ ( Ï&Î#‹Î6y™ tã ¨≅|Ê yϑÎ/ ÞΟn=ôãr& uθèδ y7−/u‘ ¨βÎ) Artinya: ”Serulah (Manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orangorang yang mendapat petunjuk-Nya.” (Q. S. An-Nahl:125)1
1
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: AlHidayah, 1998), hlm. 421
Dra. Hj. Sulalah, M.Ag Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang Nota Dinas Pembimbing Hal : Skripsi Nuril Milati Lamp : 5 (lima) Eksemplar
Malang, 25 Juli 2009
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang Di Malang Assalamu’alaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun teknik penulisan dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini: Nama NIM Jurusan Judul Skripsi
: : : :
Nuril Milati 07140073 Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Turnament) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah ArRahmah Jabung Malang
Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing
Dra. Hj. Sulalah, M.Ag NIP. 150 267 279
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.
Malang, 25 Juli 2009
Nuril Milati
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Turnament) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah ArRahmah Jabung Malang” . Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang telah membawa petunjuk kebenaran seluruh manusia yaitu ad-Dinul Islam yang kita harapkan syafaatnya di dunia dan di akhirat. Penulisan dan penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi dari keseluruhan kegiatan perkuliahan yang telah dicanangkan oleh UIN malang sebagai bentuk pertanggung jawaban penulis menjadi Mahasiswa Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang serta untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar stara satu Sarjana Pendidikan di UIN Malang. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keterbatasan kemampuan dan kurangnya pengalaman, banyaknya hambatan dan kesulitan senantiasa penulis temui dalam penyusunan skripsi ini. Dengan terselesainya skripsi ini, tak lupa penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang memberikan
arahan, bimbingan dan petunjuk dalam penyusunan karya ilmiah ini, dengan segala kerendahan hati, diucapkan terimakasih kepada: 1. Ayahanda dan ibunda serta segenap keluarga yang dengan sabar telah membesarkan,
membimbing,
mendo’akan,
mengarahkan,
memberi
kepercayaan, bantuan moril dan materil demi kesuksesan ananda. 2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 3. Bapak Dr. M. Zainuddin MA., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 4. Dra. Hj. Sulalah, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah dan juga selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingannya hingga laporan ini selesai. 5. Bapak dan ibu dosen Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah membimbing penulis selama belajar dibangku perkuliahan. 6. Bapak Ali Riwayat, selaku Kepala Sekolah MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di lembaga yang dipimpin. 7. Ibu Ervita Ummul Khoiroh, S.Pd. selaku Guru Mata Pelajaran Matematika yang telah bersedia bekerjasama demi terselesainya penelitian ini. 8. Segenap Guru dan Karyawan MI. Ar-Rahmah Bendo Sukolilo Jabung Malang yang telah memberikan bantuannya dalam memberikan data-data selama penelitian ini berlangsung.
9. Seluruh siswa/i kelas V MI. Ar-Rahmah yang turut membantu jalannya program penelitian ini. 10. Keluarga besar
Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang yang selalu
memberikan inspirasi dalam hidup. 11. Semua teman-teman PGMI angkatan 2005-2006 yang selalu memberikan motivasi dan banyak pengalaman yang berharga. 12. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Tiada kata yang patut diucapkan selain ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya dan do’a tulus, semoga amal baik mereka diterima oleh Allah dan mendapat Ridha-Nya. Amin... Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amiiin...
Malang, 25 Juli 2009
Penulis
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1
: Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif Dengan Kelompok Tradisional.................................................................................... 33
Tabel 2.2
: Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ................................. 38
Tabel 4.1
: Ruang dan Inventaris MI Ar-Rahmah Sukoilo Tahun Ajaran 2008-2009 .................................................................................... 82
Tabel 4.2
: Data Kelas V ................................................................................ 83
Tabel 4.3
: Pembentukan Kelompok Belajar ................................................... 87
Tabel 4.4
: Distribusi Skor Tes Individual Ulangan Sebelum Penelitian Mata Pelajaran Matematika Kelas V MI Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang ............................................................................. 89
Tabel 4.5
: Hasil Poin Kelompok pada Turnamen Siklus I .............................. 94
Tabel 4.6
: Distribusi Skor Tes Individual Siklus I Mata Pelajaran Matematika Kelas V MI Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang ......... 96
Tabel 4.7
: Hasil Observasi Pengamatan Terhadap Kegiatan Guru Pada Siklus I ......................................................................................... 97
Tabel 4.8
: Hasil Observasi Pengamatan Terhadap Kegiatan Siswa Pada Siklus I ......................................................................................... 99
Tabel 4.9
: Hasil Catatan Lapangan Pada Siklus I......................................... 100
Tabel 4.10 : Hasil Poin Kelompok pada Turnamen Siklus II .......................... 105 Tabel 4.11 : Distribusi Skor Tes Individual Siklus II Mata Pelajaran Matematika Kelas V MI Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang ....... 106
Tabel 4.12 : Hasil Observasi Pengamatan Terhadap Kagiatan Guru Pada Siklus II ...................................................................................... 108 Tabel 4.13 : Hasil Observasi Pengamatan Terhadap Kegiatan Siswa Pada Siklus II ...................................................................................... 109 Tabel 4.14 : Hasil Catatan Lapangan Pada Siklus II ....................................... 110 Tabel 4.15 : Hasil Angket Respon Siswa Setelah Siklus II ............................. 113
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 : Krucut Pengaaman Belajar.......................................................... 26 Gambar 2.2 : Pola Pengaturan Tempat Duduk Model Cluser............................ 42 Gambar 2.3 : Pola Pengeturan Tempat Duduk Model Swing ............................ 43 Gambar 2.4 : Rancangan Meja Turnamen Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Secara Umum ..................................................................... 55 Gambar 2.5 : Urutan Celling Dalam Meja Turnamen ....................................... 60 Gambar 3.1 : Spiral Penelitian Tindakan Kelas ................................................. 78
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 : Struktur Organisasi MI Ar-Rahmah .......................................... 135 Lampiran 2 : Denah MI Ar-Rahmah .............................................................. 136 Lampiran 3 : Badan Struktur Organisasi Komite/Dewan Sekolah .................. 137 Lampiran 4 : Bagan Struktur Organisasi Sekolah........................................... 138 Lampiran 5 : Jadwal Pelajaran Tahun Akademik 2008/2009.......................... 139 Lampiran 6 : Profil Sekolah........................................................................... 140 Lampiran 7 : Daftar Nama Guru RA/MI Tahun 2009 .................................... 142 Lampiran 8 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ............................. 143 Lampiran 9 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ........................... 146 Lampiran 10 : Materi Pelajaran ..................................................................... 148 Lampiran 11 : Daftar Kelompok I (Asal) ....................................................... 150 Lampiran 12 : Daftar Kelompok II (Turnamen) ............................................. 151 Lampiran 13 : Aturan Permainan TGT .......................................................... 152 Lampiran 14 : Lembar Kerja Kelompok dan Kunci Jawaban Siklus I ............ 153 Lampiran 15 : Lembar Kerja Kelompok dan Kunci Jawaban Siklus II ........... 155 Lampiran 16 : Kartu Soal Turnamen dan Kunci Jawaban Siklus I ................. 157 Lampiran 17 : Kartu Soal Turnamen dan Kunci Jawaban Siklus II ................. 163 Lampiran 18 : Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Siklus I ............................... 166 Lampiran 19 : Soal Evaluasi dan Kunci Jawaban Siklus II ............................. 169 Lampiran 20 : Rekapitulasi Nilai Kelompok Siklus I dan II ............................ 172
Lampiran 21 : Rekapitulasi Nilai Turnamen Siklus I dan II ............................ 173 Lampiran 22 : Rekapitulasi Nilai Evaluasi Siklus I dan II ............................... 174 Lampiran 23 : Gambar-Gambar Poin (Smile) ................................................. 175 Lampiran 24 : Piagam Penghargaan ............................................................... 176 Lampiran 25 : Format Angket Respon Siswa .................................................. 177 Lampiran 26 : Lembar Observasi Aktivitas Guru Selama Pembelajaran ......... 179 Lampiran 27 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran ........ 182 Lampiran 28 : Pedoman Wawancara .............................................................. 185 Lampiran 29 : Dokumentasi Hasil Penelitian .................................................. 186 Lampiran 30 Lampiran Surat Keputusan Kepala MI Ar-Rahmah .................... 195 Lampiran 31 : Surat Penelitian ....................................................................... 196 Lampiran 32 : Surat Keterangan Penelitian .................................................... 197 Lampiran 33 :Bukti Konsultasi ....................................................................... 198 Lampiran 34 : Daftar Riwayat Hidup.............................................................. 199
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN ..........................................................................iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v MOTTO ............................................................................................................ vi HALAMAN NOTA DINAS ............................................................................. vii HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... viii KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR....................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv DAFTAR ISI .................................................................................................. xvii ABSTRAK....................................................................................................... xxi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang ....................................................................................1 B. Rumusan Masalah ...............................................................................4 C. Tujuan Penelitian................................................................................ 5 D. Hipotesis Penelitian .............................................................................5 E. Manfaat Penelitian ...............................................................................5
F. Definisi Operasional ............................................................................7 G. Sistematika Pembahasan ......................................................................8
BAB II KAJIAN TEORI A. Prestasi Belajar .................................................................................. 10 1. ................................................................................................... P engertian prestasi belajar .............................................................. 10 2. ................................................................................................... F aktor-faktor yang dapat prestasi .................................................... 13 3. ................................................................................................... U saha kearah peningkatan prestasi belajar ...................................... 18 B. Belajar dan Pembelajaran .................................................................. 21 1. ................................................................................................... P engertian belajar dan pembelajaran............................................... 21 2. ................................................................................................... C iri-ciri belajar dan pembelajaran ................................................... 23 3. ................................................................................................... F aktor-faktor yang mempengaruhi belajar ...................................... 27 C. Pembelajaran Kooperatif ................................................................... 29 1. ................................................................................................... P engertian pembelajaran kooperatif................................................ 29 2. ................................................................................................... C iri-ciri pembelajaran kooperatif .................................................... 32
3. ................................................................................................... P entingnya pembelajaran kooperatif ............................................... 32 4. ................................................................................................... U nsur-unsur pembelajaran kooperatif.............................................. 34 5. ................................................................................................... P eran guru dalam proses pembelajaran kooperatif .......................... 36 6. ................................................................................................... K euntungan pembelajaran kooperatif .............................................. 37 7. ................................................................................................... K elebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif........................ 39 D. Pembelajaran Matematika.................................................................. 45 1. ................................................................................................... P engertian pembelajaran matematika.............................................. 45 2. ................................................................................................... K arakteristik pembelajaran matematika........................................... 48 3. ................................................................................................... T ujuan pembelajaran matematika ................................................... 50 E. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Turnament (TGT) ........ 52 1. ................................................................................................... L angkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT ...................... 53 2. ................................................................................................... K elebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif tipe TGT ........ 62
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian .......................................................... 63 B. Kehadiran Peneliti .............................................................................. 64 C. Setting Penelitian ................................................................................ 64 D. Data dan Sumber Data ........................................................................ 66 E. Siklus Penelitian ................................................................................. 67 F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 68 G. Analisis data ....................................................................................... 71 H. Pengecekan Keabsahan Temuan ......................................................... 74 I. Tahap-Tahap Penelitian........................................................................ 75
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Latar Belakang Obyek Penelitian ........................................................ 79 B. Paparan Data....................................................................................... 86 1. Pra tindakan...................................................................................... 86 2. Siklus I ............................................................................................. 90 3. Siklus II .......................................................................................... 102
4. Refleksi Masing-Masing Siklus ...................................................... 119 a. Siklus I ...................................................................................... 119 b. Siklus II ..................................................................................... 120
BAB V PEMBAHASAN
A. Penerapan
Pembelajaran
Kooperatif
tipe
TGT
dalam
Pembelajaran Matematika Siswa Kelas V MI Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang ............................................................................... 121 B. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V MI. ArRahmah
Bendo
Jabung
Malang
dengan
diterapkannya
Pembelajaran kooperatif tipe TGT .................................................. 125
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 129 B. Saran .............................................................................................. 130
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ABSTRAK Milati, Nuril, 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Turnament) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah ArRahmah Jabung Malang. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Dosen Pembimbing: Dra. Hj. Sulalah, M.Pd. Kata kunci: Prestasi, Pembelajaran Kooperatif Model TGT. Rendahnya kualitas program pembelajaran di Madrasah, seringkali disebabkan oleh sistem pembelajaran yang dilakukan di Madrasah tersebut. Kebanyakan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar hanya datang, mengikuti ceramah guru, melihat guru menulis di papan tulis, lalu mengingat segala informasi yang di berikan oleh guru. Untuk menanggulangi hal itu telah banyak konsep pembelajaran aktif yang ditawarkan. pembelajaran aktif nampaknya merupakan jawaban atas permasalahan tentang rendahnya mutu atau kualitas pembelajaran di Indonesia pada umumnya, salah satunya adalah penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Dengan menerapkan pembelajaran ini, diharapkan mutu atau kualitas pembelajaran meningkat, sebab pada pembelajaran ini keaktifan peserta didik lebih diutamakan. Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran matematika siswa kelas V MI Ar-Rahmah Jabung Malang. (2) untuk meningkatkan prestasi belajar Matematika siswa kelas V MI Ar-Rahmah Jabung Malang dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe TGT. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian PTK kolaboratif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain: observasi, wawancara, dokumentasi, pengukuran tes, dan catatan lapangan Analisis yang digunakan peneliti menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Urutan kegiatan penelitian mencakup 4 tahap meliputi: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pelajaran matematika ada 2 tahap yang di dalamnya mencakup penyajan kelas, kerja kelompok, game, turnamen, dan penghargaan kelompok. Penerapannya sangatlah bagus meskipun banyak hambatan yang didapat pada pelaksanaannya, hal ini sesuai dengan respon siswa yang menunjukkan sebesar 83.87% siswa yang menyatakan bahwa siswa sangat senang mengikuti pelajaran dengan cara berkelompok dengan tipe TGT dengan temantemannya. (2) penerapan belajar kooperatif dapat meningkatkan prestasi siswa, hal ini dibuktikan pada hasil tes pada sebelum diadakannya penelitian, siklus I dan siklus II yang porsentasenya mulai 32.43%, 80% sampai 97.14%.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi oleh kemajuan dalam dunia pendidikan. Secara formal, dunia pendidikan meliputi pendidikan di tingkat perguruan tinggi, SMA, SMP, dan SD. Untuk menciptakan suatu masyarakat yang maju maka harus dilakukan usaha-usaha yang dapat meningkatkan mutu pendidikan di semua jenjang pendidikan tersebut. Mutu pendidikan dikatakan baik jika proses belajar mengajar di semua jenjang tersebut benar-benar efektif dan efisien sehingga siswa dapat mencapai kemampuan intelektual, sikap, dan ketrampilan yang diharapkan. Mutu pendidikan dipengaruhi oleh beberapa hal terutama ketersediaan fasilitas belajar, pemanfaatan waktu, dan penggunaan metode belajar. Pada pelaksanaan pembelajaran di kelas guru harus mampu memilih metode pembelajaran yang tepat karena cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran sangat mempengaruhi kelancaran proses pembelajaran dan minat siswa terhadap materi pelajaran yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Bahar menyatakan bahwa guru berkewajiban untuk mencapai kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan
kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif bagi siswa agar mencapai hasil pembelajaran yang optimal.2 Dari hasil wawancara dengan guru matematika MI Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang diketahui bahwa prestasi belajar matematika siswa di sekolah tersebut rendah. Rendahnya prestasi belajar matematika di kelas tersebut diduga karena guru secara aktif menjelaskan materi, memberi contoh, dan latihan sedangkan siswa hanya mendengar, mencatat, dan mengerjakan latihan. Pembelajaran seperti itu kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan, membentuk, dan mengembangkan pengetahuannya sendiri.
Dengan
demikian,
pembelajaran
tersebut
kurang
mampu
menumbuhkan motivasi belajar dalam diri siswa. Selain itu, kecil sekali peluang terjadinya proses sosial antar siswa yaitu hubungan siswa satu dengan siswa lainnya dalam rangka membangun pengetahuan bersama. Konstruktivisme merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang lahir dari gagasan Jean Peaget. Dalam pandangan konstruktivisme, pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Menurut Suherman dkk. didalam kelas konstruktivisme, pengetahuan yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara yang satu dengan yang lainnya, dan berpikir secara kritis tentang cara terbaik untuk menyelesaikan setiap masalah.3
2
Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: DPDIKBUD bekerjasama dengan Rineka Cipta, 2002), hal. 4 3 Ichad Carry Wijayanti, “Perbandingan Prestasi Belajar Antara Siswa yang diajar dengan Pembelajaran Kooperatif Model STAD dan Pembelajaran Konvensional pada Bahasan Dinamika Gerak Lurus di SMUN 5 Malang”, Skripsi, FMIPA UM Malang 2002 Hal. 10.
Salah satu model pembelajaran yang berpijak pada pandangan konstruktivis adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada para siswa melaksanakan kegiatan belajar bersama dengan kelompok kecil (antara 3 sampai 5 orang). Dalam pembelajaran kooperatif masing-masing siswa anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan diri dan anggotanya. Mereka harus saling membantu melaksanakan tugas yang diberikan kepada kelompoknya sehingga setiap anggota kelompok mencapai potensi optimal yang mungkin diraihnya. Sampai saat ini sudah cukup banyak tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan, diantaranya adalah Students Team Achievement Divisions (STAD), Teams Games Turnament (TGT), Jigsaw, Team Assisted Individralization (TAI), Group Investigation (GI), dan lain-lain.4 Teams Games Turnament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan adanya kerjasama antar anggota kelompok untuk mencapai tujuan belajar. Terdapat empat tahap dalam TGT yaitu mengajar, belajar kelompok, turnamen/perlombaan, dan penghargaan kelompok. Hal yang menarik dari TGT dan yang membedakannya dengan tipe pembelajaran kooperatif yang lain adalah turnamen. Di dalam turnamen, siswa yang berkemampuan akademiknya sama akan saling berlomba untuk mendapatkan skor tertinggi di meja turnamennya. Jadi siswa yang berkemampuan akademiknya tinggi akan berlomba dengan siswa yang berkemampuan akademiknya tinggi, siswa yang berkemampuan akademiknya 4
Noornia, “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD pada Pengajaran Persen di Kelas IV SD Islam Ma’arif 02 Singosari”, Tesis tidak diterbitkan, Malang, Program Pasca Sarjana. Hal. 14
sedang akan berlomba dengan siswa yang berkemampuan akademiknya sedang, siswa yang berkemampuan akademiknya rendah akan berlomba dengan siswa yang berkemampuan akademiknya rendah juga. Oleh karena itu, setiap siswa punya kesempatan yang sama untuk menjadi yang terbaik di meja turnamennya. Hal ini tentu akan memotivasi siswa dalam belajar sehingga berpengaruh juga terhadap prestasi belajar siswa. Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan diatas, maka perlu suatu tindakan guru untuk mencari dan menerapkan suatu model pembelajaran yang sekiranya dapat memotivasi dan meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Dalam rangka itu peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul: ” Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Turnament) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ar-Rahmah Jabung Malang
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut diatas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana
penerapan
pembelajaran
kooperatif
tipe
TGT
dalam
pembelajaran matematika siswa kelas V MI Ar-Rahmah Jabung Malang? 2. Bagaimana peningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas V MI Ar-Rahmah
Jabung
kooperatif tipe TGT?
Malang
dengan
diterapkannya
pembelajaran
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran matematika siswa kelas V MI Ar-Rahmah Jabung Malang. 2. Peningkatan prestasi belajar matematika siswa kelas V MI Ar-Rahmah Jabung Malang dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe TGT.
D. Hipotesis Penelitian Jika pembelajaran kooperatif tipe TGT diterapkan dalam proses pembelajaran Matematika, maka prestasi belajar siswa kelas V MI. Ar-Rahmah Jabung Malang dapat meningkatkan.
E. Manfaat Penelitian 1. Lembaga atau sekolah Memberikan masukan pada sekolah yang berkaitan dengan penggunaan metode pembelajaran kooperatif model TGT untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan sebuah pengajaran yang lebih baik. 2. Guru Penggunaan metode pembelajaran kooperatif model TGT ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para guru dalam proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan keaktifan, kekreatifan bagi peserta didik dan
juga pemahaman peserta didik sehingga terbentuk proses pembelajaran yang diinginkan atau tercapainya proses kegiatan belajar mengajar yang bagus. 3. Siswa Memberikan pengetahuan, semangat, dorongan serta solusi untuk belajar lebih giat atau lebih aktif lagi dalam setiap pelajaran yang disampaikan oleh guru. 4. Peneliti. Menambah pengetahuan atau wawasan dalam penggunaan metode pembelajaran kooperatif model TGT sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai bahan, latihan dan pengembangan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. 5. Bagi Jurusan Bagi jurusan hasil penelitian sangat bermanfaat dalam rangka perbaikan sistem pembelajaran, sedangkan bagi dosen yang lain hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi dalam memilih dan menerapkan suatu strategi, metode atau media yang sesuai dengan tujuan atau kompetensi pembelajaran tertentu. 6. Bagi Fakultas/Universitas Sebagai wahana untuk menjalankan tugasnya dalam mengemban Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni melaksanakan: (1) pendidikan dan pembelajaran, (2) penelitian, dan (3) pengabdian kepada masyarakat, terlebih fakultas ini memiliki tugas menghasilkan calon-calon guru
profesional di masa depan. Dengan demikian hasilnya dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam mempersiapkan calon guru di masa yang akan datang dan juga sebagai pengembangan keilmuan khususnya masalah pembelajaran.
F. Definisi Operasional Dalam pembahasan skripsi ini agar lebih terfokus pada permasalahan yang akan dibahas, sekaligus menghindari terjadinya persepsi lain mengenai istilah-istilah yang ada, maka perlu adanya penjelasan mengenai definisi istilah dan batasan-batasannya. Adapun definisi dan batasan istilah yang berkaitan dengan judul dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Belajar dan pembelajaran, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan, baik itu perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan pembelajaran merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk memudahkan siswa dalam mencapai tujuan atau keberhasilan yang diharapkan. 2. Belajar matematika pada hakekatnya adalah berkenaan dengan ide-ide, struktur yang diatur menurut aturan yang logis. 3. Metode pembelajaran kooperatif adalah aktivitas belajar oleh kelompok kecil siswa yang di dalamnya terjadi kerja sama, saling menyumbangkan pikiran untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok, pemecahan masalah
dan tanggung jawab terhadap pencapaian hasi belajar secara individu maupun kelompok. 4. Metode pembelajaran kooperatif model teams games tournament (TGT) adalah salah satu model pembelajaran yang merupakan bagian dari metode belajar kooperatif. Melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. 5. Prestasi Belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar.5
G. Sistematika Pembahasan Penulisan penelitian ini , peneliti bagi menjadi 4 (empat) bab, tiap bab menjadi sub bab yaitu sebagai berikut : Bab I
:
Pendahuluan yang menggambarkan masalah-masalah yang akan dibahas pada bab berikutnya, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan.
Bab II
:
Merupakan
kajian teoritik
yang menjelaskan
tentang
pengertian Belajar dan Pembelajaran, Belajar Matematika,
5
Syaiful Bakri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), hlm. 23.
Metode Pembelajaran Kooperatif dan Metode Pembelajaran Kooperatif model Teams Games Tournament (TGT), dan Prestasi Belajar. Bab III
:
Merupakan
bab
yang
menerangkan
tentang
metode
pendekatan yang digunakan peneliti dalam pembahasannya yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti,
lokasi
penelitian,
sumber
data,
prosedur
pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan temuan, tahap-tahap penelitian. Bab IV
:
Merupakan bab yang memaparkan latar belakang obyek penelitian dan paparan data.
Bab V
:
Merupakan pembahasan hasil penelitian untuk menjawab masalah penelitian
Bab IV
:
Penutup memuat tentang: kesimpulan, saran, dan bagian akhir. Bagian akhir ini terdiri dari: daftar rujukan, lampiranlampiran, dan daftar riwayat hidup.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Kata prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu ”prestasi” dan ”belajar”. Untuk memahami pengertian prestasi belajar, maka perlu diketahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan ”prestasi” dan apa yang dimaksud dengan ”belajar”. Kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu ”Presesatie” yang kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi ”prestasi” yang berarti hasil usaha.6 Mas’ud Hasan Abdul Qohar berpendapat prestasi adalah apa yang telah diciptakan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.7 Sementara itu Widodo dalam kamus ilmiah populer berpendapat, bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai.8 Pada umumnya prestasi ini digunakan untuk menunjukkan suatu pencapaian tingkat keberhasilan tentang suatu tujuan atau bukti suatu keberhasilan.
6
Zainal Arifin, Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur, (Bandung: Remaja Rosdakarya,, 1991), Hal.2-3 7 Mas’ud Hasan Abdul Qohar, Kamus Ilmu Populer, (Jakarta:Bintang Pelajar,1983), hal.56 8 Widodo, Kamus Ilmiah Populer, (Yogyakarta: Absolut, 2000), Hal.594
Dari beberapa pendapat, penulis dapat melihat beberapa unsur dari definisi prestasi yaitu adanya usaha dan hasil yang dicapai. Berangkat dari unsur-unsur ini maka penulis dapat menyimpulkan bahwa prestasi adalah suatu hasil yang telah dicapai seseorang, baik itu menyenangkan hati ataupun tidak, berkat adanya usaha yang keras. Sedangkan belajar menurut Slameto adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.9 Sedangkan menurut Drs. M Uzer Usman belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku atau kecakapan manusia. Perubahan tingkah laku ini bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisiologis atau proses kematangan. Perubahan yang terjadi karena belajar dapat berupa perubahan-perubahan dalam kebiasaan, kecakapan atau dalam ketiga aspek yakini pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotorik).10
Sementara itu Dr. Arief S. Sadiman
berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses komplek yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup sejak dia masih bayi hingga keliang lahat nanti.11
9
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), Hal. 2 10 M. Uzer Usman, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), Cet.1, Hal. 5 11 Arief. S. Sadiman, dkk, Media Pendidikan, Pengertian Pengembangan dan Manfaatnya, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 1-2
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa secara umum pengertian prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah mengadakan perubahan tingkah laku berkat pengalamannya
dalam
berinteraksi dengan lingkungannya, atau lebih ringkasnya adalah bukti keberhasilan yang dapat dicapai seseorang dalam kegiatan belajarnya. Seseorang telah belajar kalau terdapat perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tersebut hendaknya terjadi sebagai akibat interaksi dengan lingkungannya. Tidak karena proses pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obatobatan. Kecuali perubahan tersebut bersifat relatif permanen, tahan lama dan menetap, tidak berlangsung sesaat saja. Prestasi belajar merupakan suatu hal yang bersifat Perennial. Dalam sejarah kehidupannya, manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Bila demikian halnya, kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan kepuasan tertentu pula pada manusia, khususnya yang masih berada pada bangku sekolah. Maka kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil belajar siswa sebagaimana yang terurai diatas adalah ”mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tersebut) diakitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur”.12
12
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Logos, 1999), hal. 64
Pengambilan keputusan tentang hasil belajar ini merupakan suatu keharusan yang harus dilakukan oleh guru untuk menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Disamping itu penilaian terhadap prestasi belajar siswa juga untuk memahami dan mengetahui tentang siapa dan bagaimana peserta didik itu, pemahaman tentang peserta didik ini untuk mengetahui
kelebihan-kelebihan
dimilikinya,
agar
dan
mempermudah
kekurangan-kekurangan dan
membantu
guru
yang dalam
mengembangkan program pengajaran yang harus diberikan. Oleh karena itu dengan adanya evaluasi atau test maka akan diketahui sejauh mana kemajuan siswa setelah menyelesaikan suatu aktivitas dan juga untuk memotivasi siswa agar lebih giat belajarnya atau dengan kata lain siswa akan mengetahui prestasi belajarnya dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan untuk menentukan nilai akhir dan mengukur prestasi belajar siswa, maka perlu evaluasi yang bisa berupa test formatis maupun test sumatif. Akan tetapi sebelum melakukan evaluasi perlu disusun standar penilaian terlebih dahulu untuk menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dengan harapan mendapat data sebagai bahan informasi guna mempermudah dalam melaksanakan evaluasi terhadap kegiatan pengajaran. 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal dari dalam dirinya (Internal) maupun dari luar dirinya
(eksternal). Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu pengenalan guru terhadap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa mencapai prestasi belajar yang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan masing-masing. Makmun dalam buku Mulyasa komponen-komponen yang terlibat dalam pembelajaran, dan berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah: a. Masukan mentah menunjukkan pada karakteristik individu yang mungkin dapat memudahkan atau justru menghambat proses pembelajaran. b. Masukan instrumental, menunjuk pada kualifikasi serta kelengkapan sarana yang diperlukan, seperti guru, metode, bahan, atau sumber dan program. c. Masukan lingkungan, yang menunjuk pada situasi, keadaan fisik dan suasana sekolah, serta hubungan dengan pengajar dan teman. Uraian di atas menunjukkan bahwa prestasi belajar bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, tetapi merupakan hasil berbagai faktor yang melatar belakanginya. Dengan demikian, untuk memahami tentang prestasi belajar, perlu didalami faktor-faktor yang mempengaruhinya.13
13
Hal. 190
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002),
a. Faktor Eksternal Faktor Eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik dapat digolongkan kedalam faktor sosial dan non sosial. 1) Faktor sosial menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam situasi sosial. Termasuk lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada umumnya. 2) Sedangkan faktor non sosial adalah faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial seperti lingkungan alam dan fisik, misalnya keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber dan sebagainya. Faktor Eksternal dalam lingkungan keluarga baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik. Di samping itu, di antara beberapa faktor eksternal yang
mempengaruhi proses dan prestasi belajar ialah
peranan faktor guru atau fasilitator. Dalam sistem pendidikan dan khususnya dalam pelajaran yang berlaku dewasa ini peranan guru dan keterlibatannya masih menempati posisi yang penting. Dalam hal ini efektivitas pengelolahan faktor bahan, lingkungan, dan instrumen sebagai faktor-faktor utama yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar, hampir keseluruhannya bergantung pada guru. Proses pembelajaran tidak berlangsung satu arah melainkan secara timbal balik. Kedua pihak berperan secara aktif dalam kerangka kerja, serta dengan menggunakan cara dan kerangka berfikir yang
seyogyanya dipahami dan disepakati bersama. Tujuan interaksi pembelajaran merupakan titik temu yang bersifat mengikat dan mengarahkan aktivitas kedua belah pihak. Dengan demikian Kriteria keberhasilan pembelajaran hendaknya ditimbang atau dievaluasi berdasarkan tercapai tidaknya tujuan bersama tersebut. Faktor sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan demografi keluarga (letak rumah) semuanya dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. Contoh: kebiasaan yang diterapkan orang tua dalam memonitor kegiatan anak dapat menimbulkan dampak lebih buruk lagi. Dalam hal ini bukan saja anak tidak mau belajar melainkan juga ia cenderung berperilaku menyimpang, terutama perilaku menyimpang yang berat seperti anti sosial. b. Faktor Internal Uzer mengklasifikasikan faktor internal mencakup: 1) Faktor Jasmaniah (fisiologi), yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah panca indera yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku.
2) Faktor psikologi, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas: a) Faktor Intelektif
yang
meliputi faktor potensial yaitu
kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki. b) Faktor Non Intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri. 3) Faktor kematangan fisik maupun psikis, faktor yang berasal dari diri sendiri (Internal), seperti Intelegensi, minat, sikap dan motivasi. Intelegensi merupakan
salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar. Intelegensi merupakan dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar, artinya hasil belajar yang dicapai akan bergantung pada tingkat Inteligensi. Dan hasil belajar yang dicapai tidak akan melebihi tingkat Intelegensinya. Semakin tinggi tingkat intelegensi, makin tinggi pula kemungkinan tingkat hasil belajar yang dapat dicapai. Jika intelegensinya rendah. Maka kecenderungan hasil yang dicapainyapun rendah. Meskipun demikian, tidak boleh dikatakan bahwa taraf prestasi belajar disekolah kurang,
pastilah Inteligensinya kurang, karena banyak faktor lain yang mempengaruhinya.14 Minat yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Oleh karena itu minat dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu. Sikap adalah gejala Internal yang berdimensi afektif, berupa kecenderungan untuk merespon dengan cara yang relatif tetap tehadap obyek orang, barang dan sebagainya baik secara positif maupun negatif. Selain faktor di atas yang mempengaruhi, prestasi belajar juga dipengaruhi oleh waktu dan kesempatan. Waktu dan kesempatan yang dimiliki oleh setiap individu berbeda sehingga akan berpengaruh terhadap perbedaan kemampuan peserta didik. Dengan demikian peserta didik yang memiliki banyak waktu dan kesempatan untuk belajar cenderung memiliki prestasi yang tinggi dari pada yang hanya memiliki sedikit waktu dan kesempatan untuk belajar. 3. Usaha Kearah Peningkatan Prestasi Belajar Berhasil atau tidaknya peserta didik belajar sebagian besar terletak pada usaha dan kegiatannya sendiri, disamping faktor kemauan, minat, ketekunan, tekad untuk sukses, dan cita-cita tinggi yang mendukung setiap usaha dan kegiatannya.
14
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hal. 73
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan prestasi belajar antara lain: a. Keadaan Jasmani Untuk mencapai hasil belajar yang baik, diperlukan jasmani yang sehat, karena belajar memerlukan tenaga, apabila jasmani dalam keadaan sakit, kurang Gizi, kurang istirahat maka tidak dapat belajar dengan efektif. b. Keadaan Sosial Emosional. Peserta didik yang mengalami kegoncangan emosi yang kuat, atau mendapat tekanan jiwa, demikian pula anak yang tidak disukai temannya tidak dapat belajar dengan efektif, karena kondisi ini sangat mempengaruhi konsentrasi pikiran, kemauan dan perasaan. c. Keadaan lingkungan Tempat belajar hendaknya tenang, jangan diganggu oleh perangsang-perangsang dari luar, karena untuk belajar diperlukan konsentrasi pikiran. Sebelum belajar harus tersedia cukup bahan dan alat-alat serta segala sesuatu yang diperlukan. d. Memulai pelajaran Memulai pelajaran hendaknya harus tepat pada waktunya, bila merasakan keengganan, atasi dengan suatu perintah kepada diri sendiri untuk memulai pelajaran tepat pada waktunya.
e. Membagi pekerjaan Sewaktu belajar seluruh perhatian dan tenaga dicurahkan pada suatu tugas yang khas, jangan mengambil tugas yang terlampau berat untuk diselesaikan, sebaiknya untuk memulai pelajaran lebih dulu menentukan apa yang dapat diselesaikan dalam waktu tertentu. f. Adakan kontrol Selidiki pada akhir pelajaran, hingga manakah bahan itu telah dikuasai. Hasil baik menggembirakan, tetapi kalau kurang baik akan menyiksa diri dan memerlukan latihan khusus. g. Pupuk sikap optimis Adakan persaingan dengan diri sendiri, niscaya prestasi meningkat dan karena itu memupuk sikap yang optimis. Lakukan segala sesuatu dengan sesempurna, karena pekerjaan yang baik memupuk suasana kerja yang menggembirakan. h. Menggunakan waktu Menghasilkan sesuatu hanya mungkin, jika kita gunakan waktu dengan efisien. Menggunakan waktu tidak berarti bekerja lama sampai habis tenaga, melainkan bekerja sungguh-sungguh dengan sepenuh tenaga dan perhatian untuk menyelesaikan suatu tugas yang khas. i. Cara mempelajari buku Sebelum kita membaca buku lebih dahulu kita coba memperoleh gambaran tentang buku dalam garis besarnya.
j. Mempertinggi kecepatan membaca Seorang pelajar harus sanggup menghadapi isi yang sebanyakbanyaknya dari bacaan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Karena itu harus diadakan usaha untuk mempertinggi efisiensi membaca sampai perguruan tinggi. Untuk suatu tindakan yang efisien diperlukan adanya kesiapan dalam diri individu baik kesiapan fisik maupun kesiapan mental. Demikian pula dalam belajar, kesiapan ini merupakan hal yang esensial.15 Kesiapan dapat diartikan sebagai sejumlah pola-pola respon atau kecakapan tertentu yang diperlukan untuk suatu tindakan. Pada dasarnya kesiapan merupakan kapasitas fisik maupun mental untuk belajar, disertai harapan ketrampilan yang dimiliki dan latar belakang untuk mengerjakan sesuatu. Seseorang dikatakan siap untuk sesuatu buku bila mempunyai latar belakang pengetahuan untuk memahami isi buku, mempunyai kemauan untuk melakukannya, dan mempunyai harapan ketrampilan tertentu yang akan dimiliki sesudah mempelajari buku tersebut.
B. Belajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Menurut Arifin belajar merupakan proses aktif siswa untuk mempelajari dan memahami konsep-konsep yang dikembangkan dalam kegiatan belajar mengajar, baik individual maupun kelompok, baik 15
Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2003), Cet.ke-3, hal. 100
mandiri maupun dibimbing. Dorongan untuk belajar ini bisa berasal dari dirinya sendiri yang disebut motivasi instrinsik dan dorongan yang datang dari luar dirinya yaitu disebut dengan motivasi ekstrinsik16. Menurut Dimyati & Mudjiono belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleks belajar ini dapat dipandang dari dua aspek, yaitu dari siswa dan dari guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar. Dari segi guru proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku tentang suatu hal. Belajar merupakan proses internal yang kompleks yang meliputi seluruh ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor17. Dalam belajar siswa akan mengalami proses perubahan tingkah laku baik itu perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotor. Slameto mengemukakan “belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” 18. Perubahan yang terjadi dalam hal ini banyak sekali, dan tentunya tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Menurut Fontana belajar adalah “proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil pengalaman, sedangkan
16
Arifin, Strategi Belajar Mengajar Kimia (Jakarta: Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hal. 8 17 Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: DPDIKBUD bekerjasama dengan Rineka Cipta, 2002), hal. 17 18 Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hal. 2
pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program pembelajaran tumbuh dan berkembang secara optimal”19. Menurut Djamarah belajar yaitu “serangkaian kegiatan jiwa pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik” 20. Menurut Winkel belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap. Seorang guru mengetahui dari pengalaman bahwa kehadiran siswa dalam kelas belum berarti siswa sedang belajar, selama siswa tidak melibatkan diri dia tidak akan belajar. Sehingga supaya terjadi belajar dituntut orang melibatkan diri dan harus ada interaksi aktif21. 2. Ciri-Ciri Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang
19
Selvia, Belajar. 2008, (http://tpers.net/?p=935) hal. 1. Diakses tanggal 28 Maret 2009 Djamarah, Syaiful dan Zain Aswan, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 12 21 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Yogyakarta: Media Abadi, 2004), hal. 59 20
dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang sesuatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar.22 Pada pendidikan formal, guru adalah praktisi yang paling bertanggung jawab atas berhasil tidaknya program pembelajaran di sekolah/madrasah, sebab guru merupakan ujung tombak atau memiliki peran sentral dalam kegiatan pembelajaran di ruang kelas. Sebagai seorang praktisi yang berhadapan langsung dengan siswa sehari-hari, guru pasti pernah menghadapi masalah berkaitan dengan pekerjaannya. Sebagai seorang pendidik ia berkeinginan akan apa yang akan diajarkannya atau sedang dibahas dengan siswa dapat dipahami atau diserap oleh siswa seoptimal mungkin, namun seringkali tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Pada saat ini kebanyakan strategi yang digunakan oleh guru dalam kelas-kelas tradisional pada umumnya meliputi: penggunaan ceramah, tanya jawab, penjelasan, pemberian ilustrasi, pendemonstrasian, atau mengarahkan siswa secara langsung ke sumber informasi selama pembelajaran berlangsung, atau menggunakan buku teks untuk pemberian tugas-tugas rumah. Semua itu dirancang dan seringkali dijalankan oleh guru, sementara siswa hanya melihat. Model pembelajaran seperti itu terbukti gagal mencapai tujuan pembelajaran secara maksimal, sehingga pada saat ini banyak sekali beberapa konsep pembelajaran yang diperkenalkan untuk mendongkrak 22
hlm. 7
Dimyati dan Mujiono “Belajar dan Pembelajarani” (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002)
keterpurukan mutu pembelajaran. Beberapa konsep pembelajaran tersebut antara lain: Active Learning, Contekstual Teaching Learning dan lain sebagainya, yang pada intinya menawarkan strategi pembelajaran yang mengutamakan aktivitas siswa dari pada aktivitas guru. Untuk tujuan inilah guru seharusnya memiliki keberanian untuk melakukan berbagai uji coba terhadap suatu metode mengajar, membuat suatu media murah, atau penerapan suatu strategi mengajar tertentu yang secara teoritis dapat dipertanggungjawabkan untuk memecahkan permasalahan pembelajaran. Dalam hal ini yang paling penting adalah ”seberapa jauh modelmodel pembelajaran tersebut mampu memfasilitasi peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang mencerminkan penguasaan suatu kompetensi yang dituntut kurikulum? Oleh karena itu, agar diperoleh model pembelajaran yang efektif untuk mengimplementasikan kurikulum berbasis kompetensi perlu memperhatikan pula krucut pengalaman belajar yang dikemukakan Peter Sheal sebagaimana digambarkan dalam krucut pengalaman di bawah ini.
Gambar 2.1 Krucut Pengalaman Belajar KERUCUT PENGALAMAN BELAJAR Yang kita ingat:
Modus
10%............................................
Veral
20%........................................
30%...............................
Visual
50%..........................
70%................. Berbuat 90%.........
Berdasarkan gambar diatas dapat dikatakan bahwa jika guru mengajar dengan ceramah, siswa akan mengingat hanya 20% karena siswa atau hanya mendengarkan. Sebaliknya jika guru meminta siswa melakukan sesuatu dan melaporkannya maka mereka akan mengingat sebanyak 90%. Hal ini ada kaitannya dengan pendapat Confucius bahwa apa yang saya dengar, saya lupa; apa yang saya lihat, saya ingat; dan apa yang saya lakukan, saya paham.23
23
Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Penerbit Nusamedia, 2006), hlm. 23
Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dapat diterapkan terdapat sembilan langkah prosedural (urutan peristiwa) pembelajaran adalah: (1) Menarik Perhatian, (2) Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa (kompetensi dasar yang hendak dicapai). (3) Merangsang ingatan pada prasyarat belajar, (4) Menyajikan bahan, (5) Memberikan bimbingan belajar, (6) Mendorong unjuk kerja, (7) Memberikan balikan informative, (8) Menilai unjuk kerja dan (9) Meningkatkan retensi dan alih belajar. Kadang-kadang metode juga dibedakan dengan teknik. Metode bersifat prosedural, sedangkan teknik lebih bersifat implementatif. Maksudnya merupakan pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi (dilakukan guru) untuk mencapai tujuan. Contoh: Guru A dengan guru B sama-sama menggunakan metode ceramah. Keduanya telah mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan metode ceramah yang efektif, tetapi hasilnya guru A berbeda dengan guru B karena teknik pelaksanaannya yang berbeda. Jadi tiap guru mungakui mempunyai teknik yang berbeda dalam melaksanakan metode yang sama. Dapat disimpulkan bahwa strategi terdiri dari metode dan teknik atau prosedur yang menjamin siswa mencapai tujuan. Strategi lebih luas dari metode atau teknik pengajaran. Metode atau teknik pengajaran merupakan bagian dari strategi pengajaran. 3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi belajar Menurut Syah faktor-faktor yang mempengaruhi belajar secara global dapat dibedakan menjadi tiga macam yakni:
1. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. 2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. 3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran24. Menurut Setyosari “pembelajaran merupakan suatu usaha manusia yang dilakukan dengan tujuan untuk membantu memfasilitasi belajar orang lain”25. Menurut Dick & Carey “pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis dimana setiap komponen memiliki arti sangat penting untuk keberhasilan belajar”26. Dalam setiap komponen tentunya ada unsur saling bekerjasama daolam mencapai tujuan tertentu. Menurut Setyosari pembelajaran “merupakan penyajian informasi dan aktivitasaktivitas yang dirancang untuk membantu memudahkan siswa atau si belajar dalam rangka mencapai tujuan khusus belajar yang diharapkan”27. Peristiwa pembelajaran dalam suatu bidang studi atau mata pelajaran memiliki berbagai bentuk. Bentuk-bentuk itu berupa prosesproses yang bersifat langsung dalam kelas dan juga tidak langsung. Pada dasarnya
pengertian
tentang
peristiwa
pembelajaran
merupakan
serangkaian komunikasi yang dilakukan kepada si belajar/siswa. 24
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003) hal.144 Punaji Setyosari, Rancangan Pembelajarani: Teori dan Praktek (Malang: Elang Mas, 2001) hal. 1 26 Ibid, hal. 2 27 Ibid , hal. 4 25
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan, baik itu perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan pembelajaran merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk memudahkan siswa dalam mencapai tujuan atau keberhasilan yang diharapkan.
C. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif berasal dari kata asing yaitu ”Cooperate” yang artinya bekerja sama. Pembelajaran kooperatif menurut Kahfi merupakan pembelajaran yang mana siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang dirancang untuk mendapatkan tujuan bersama. Siswa dituntut untuk bisa bekerja sama untuk mencapai sukses bersama dan bertanggung jawab terhadap keberhasilan individu dalam kelompoknya28. Pembelajaran
kooperatif
merupakan
pembelajaran
dengan
menggunakan kelompok kecil yang siswanya bekerja secara bersama-sama untuk memaksimalkan belajar mereka, siswa dituntut untuk bertanggung jawab terhadap keberhasilan setiap individu dan kelompoknya. Didalam
28 Khusnul Hidayah, “Perbedaan Prestasi Belajar Antara Siswa yang Diajar menggunakan Pembelajaran kooperatif Model TGT dan Siswa yang Diajar Menggunakan Ekspository Pada Pokok Bahasan Toerema Phytagoras di MTSN II Malang”, Skripsi, FMIPA UM Malang, 2005, Hal. 4.
pembelajaran kooperatif guru sebagai fasilitator dan guru bukan lagi satusatunya sebagai sumber informasi bagi siswa. Ada beberapa definisi tentang pembelajaran kooperatif: Menurut Slavin mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai berikut: ”Cooperaratif Learning Methods share the ideal that student work together to lear and are responsible for the team mates learning as well as their own”. Definisi ini menyatakan bahwa metode pembelajaran melalui pendekatan kooperatif merupakan suatu pembelajaran dimana siswa belajar bersama, saling menyumbang pikiran dan bertanggung jawab terhadap pencapaian hasil belajar secara individu maupun kelompok29, berbeda dengan pembelajaran konvensional, penekanan pembelajaran kooperatif adalah ”belajar bersama”. Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dalam kelompok kecil yang memiliki kemampuan yang berbeda, saling bekerjasama
untuk
belajar
dan
bertanggung
jawab
atas
teman
sekelompoknya. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman atau kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak cukup jika hanya mempelajari materi saja, tetapi mereka juga harus
29
Siti Rosmawar Is, Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Dan Kaitannya Dalam Meningkatkan Kapasitas Siswa (|http://jurnal-kompetensi.blogspot.com /2008/02/model-pembelajaran-kooperatif.html diakses 28 Maret 2009)
mempelajari ketrampilan untuk memperlancar hubungan pada saat kerja kelompok30. Menurut Thomson, pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur
interaksi sosial
pada
pembelajaran
IPA.
Di
dalam
pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan heterogen. Maksud kelompok heterogen terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima pendapat dan bekerjasama dengan teman yang berbeda latar belakangnya. Pada pembelajaran kooperatif diajarkan ketrampilan-ketrampilan khusus agar dapat bekerjasama didalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan penjelasan kepada teman kelompok dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan dalam belajar31. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
30
Ichad Carry Wijayanti, “Perbandingan Prestasi Belajar Antara Siswa yang diajar dengan Pembelajaran Kooperatif Model STAD dan Pembelajaran Konvensional pada Bahasan Dinamika Gerak Lurus di SMUN % Malang”, Skripsi, FMIPA UM Malang 2002 Hal. 10. 31 Dr. Wahyudin Nur Nasution, M. Ag. Efektivitas Strategi Pembelajaran Koperatif dan kspositori Terhadap Hasil Belajar Sains Ditinjau Dari Cara Berpikir (http://rafiud.wordpress.com/assalamualaikum/ciri kooperatif http://one.indoskripsi.com/judulskripsi/pendidikan-kewarganegaraan/upaya-peningkatan-aktivitas-siswa-dalam-pembelajaran-pkndengan-menggunakan-model-pe diakses 28 Maret 2009)
untuk belajar bersama dalam kelompok kecil, dan masing-masing anggota mempunyai tanggungjawab terhadap keberhasilan diri dan kelompoknya. 2. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim adalah sebagai berikut: a. siswa belajar bekerja pada kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. b. Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. c. Apabila mungkin anggota kelompok belajar berasal dari ras, budaya, agama, jenis kelamin yang berbeda. d. Pembelajaran lebih berorentasi pada kelompok bukan individu32. 3. Pentingnya Pembelajaran Kooperatif Slavin dalam Sanjaya mengemukakan dua alasan mengapa strategi pembelajaran kooperatif dianjurkan, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan
bahwa
pengguna
pembelajaran
kooperatif
dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berfikir, memecahkan masalah dan mengitegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut maka pembelajaran
32
Ibrahim dan Muslimin, Pembelajaran Kooperatif (Surabaya: UNESA, 2000) hal.6
kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan33 Tugas-tugas belajar yang kompleks seperti pemecahan masalah, berfikir kritis, berfikir konseptual, meningkatkan secara nyata pada saat digunakan pembelajaran kooperatif. Demikian juga berpikir tinggi lebih dapat ditingkatkan selama berlangsungnya diskusi dalam kelompok kooperatif dari pada apabila siswa bekerja kompetitif atau secara individual. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa siswa lebih banyak belajar dari satu teman ke teman yang lainnya dari pada bersama gurunya. Penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang sangat positif terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya.
Tabel 2.1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Tradisional. No Kelompok Belajar Kooperatif
Kelompok Belajar Tradisional
1.
Kepemimpinan bersama
Suatu pemimpin
2.
Saling ketergantungan positif
Tidak ada saling ketergantungan
3.
Keanggotaan yang heterogen
Keanggotaan homogen
4.
Mempelajari keterampilan-
Asumsi adanya ketrampilan sosial
keterampilan kooperatif 5.
Tanggung jawab terhadap hasil belajar Tanggung jawab terhadap hasil
33 Nur Afifuddin, Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Konsep Jamur Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered-Head-Together Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 1 Gebog (http://begawanafif.blogspot.com/2009/02/meningkatkan-hasil-belajar-biologi.html perbedaan smpn1boyolali.files.wordpress.com/2008/07/cooperativ-l.ppt Ibrahim diakses 29 Maret 2009)
belajar sendiri
seluruh anggota kelompok 6.
Menekankan pada tugas dan hubungan Hanya menekankan tugas kooperatif
7.
Ditunjang oleh guru
Diarahkan oleh guru
8.
Suatu hasil kelompok
Suatu hasil individual
9.
Evaluasi kelompok
Evaluasi individual
4. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif Menurut Roger dan David Johnson ada lima unsur yang harus dipenuhi
agar
kerja
kelompok
dapat
dikatakan
sebagai
model
pembelajaran kooperatif yaitu: 1. Saling ketergantungan positif antara anggota kelompok Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggota kelompok untuk dapat mempelajari anggota teman-temannya sehingga teman sekelompoknya paham. Sistem penilaian dalam model ini mampu memacu siswa yang berkemampuan rendah untuk belajar tanpa
ada
rasa
minder
karena
bagaimanapun
mereka
bisa
menyumbangkan nilai pada kelompoknya, dan sebaliknya siswa yang mempunyai kemapuan tinggi tidak merasa dirugikan oleh teman yang berkemampuan rendah. Dengan kata lain bahwa keberhasilan individu tergantung pada keberhasilan kelompoknya, disini siswa harus yakin bahwa hubungan antar siswa yang satu dengan yang lain akan membuat siswa yang kurang sukses menjadi lebih sukses.
2. Tanggung jawab individu Untuk dapat memperoleh nilai yang tinggi agar dia mampu menyumbangkan poin kepada kelompoknya, maka masing-masing siswa harus saling mendukung dan membantu satu sama lain untuk menguasai materi pembelajaran. 3. Tatap muka antar anggota Siswa dapat bertatap muka antar satu dengan yang lainnya dan bediskusi agar setiap anggota dapat berinteraksi untuk memadukan fikiran yang berbeda dalam menyelesaikan masalah sehingga tercipta rasa saling menghargai, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing anggota yang memiliki latar belakang yang berbeda, sehingga memperluas wawasan untuk lebih memahami materi. Inti dari kerja sama ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi
kekurangan masing-masing anggota. Jadi
masing-masing angota perlu diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi. 4. Komunikasi antar anggota Dalam kelompok ini setiap anggota akan berusaha untuk saling berkomunikasi secara baik dalam rangka mencapai kata mufakat untuk menyelesaikan masalah. Hal ini dikarenakan masing-masing anggota berasal dari latar belakang yang berbeda, yang memiliki kemampuan dan emosional yang berbeda pula.
5. Evaluasi proses kelompok Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dilaksanakan saat proses pembelajaran kelompok34. 5. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran Kooperatif Peran guru selama proses belajar kooperatif: 1. Membantu siswa untuk menyelesaikan tugas Guru berkeliling ketiap-tiap kelompok dengan mengarahkan siswa untuk mencari alternatif jawaban lain, mencari sumber-sumber belajar lain atau memberikan umpan balik yang positif terhadap usaha-usaha siswa dalam menyelesaikan tugas. 2. Membantu siswa bekerja secara kooperatif Karena kecenderungan siswa untuk belajar individu, maka tugas guru untuk meningkatkan usaha kooperatif antara lain memacu siswa untuk memusatkan pada tugas-tugas belajar, saling memberi semangat satu sama lainnya, merefleksikan dan mengecek pertanyaan anggota kelompok 3. Evaluasi Ada dua macam evaluasi yang harus dilakukan guru, antara lain evaluasi hasil belajar dan evaluasi keterampilan berkolaborasi.
34
Srie N' Oedhien, Penerapan Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw (http://s1pgsd.blogspot.com/2008/12/penerapan-model-cooperative-learning.html diakses 29 Maret 2009)
a. Evaluasi hasil belajar Digunakan untuk menilai pencapaian tujuan belajar kelompok dan memfokuskan pada penilaian akademik. Hasil belajar yang dinilai antara lain hasil turnamen pada saat TGT dan tes hasil belajar b. Evaluasi berketerampilan berkolaborasi Evaluasi ini bertujuan untuk menemukan seberapa baik siswa bekerja dalam kelompok, untuk melaksanakan evaluasi ini guru harus mengelilingi masing-masing kelompok. Evaluasi yang berkolaborasi yang harus dinilai antara lain hasil pengerjaan LKS dan soal-soal latihan pada saat belajar kelompok. 6. Keuntungan Pembelajaran Kooperatif Sedangkan keuntungan pembelajaran kooperatif menurut Johnson dan Johnson adalah sebagai berikut: 1. Siswa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya, terlibat aktif dan memiliki usaha yang lebih besar untuk meningkatkan prestasi belajarnya, baik bagi siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang dan rendah. 2. Siswa secara aktif terlibat dalam pembelajaran kooperatif, memiliki konsentrasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang senang mendengarkan ceramah. Hal
ini disebabkan karena waktu
mereka lebih banyak digunakan untuk mengintegrasikan berbagai konsep yang terdapat dalam materi.
3. Menimbulkan motivasi belajar siswa karena adanya tuntutan untuk menyelesaikan tugas 4. Hubungan lebih positif, hal ini mencakup hubungan akademik secara perseorangan atau kelompok, menghormati perbedaan dan pandangan antar siswa. Dengan saling mendengarkan pendapat, maka akan dapat meningkatkan rasa percaya diri, kemampuan bersosialisasi serta kemampuan mengatasi kesulitan35. Menurut Arend ada enam fase atau langkah utama dalam pembelajaran kooperatif. Secara lengkap dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 2.2 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Fase
Kegiatan Guru Guru menyampaikan semua tujuan
Fase 1 pembelajaran yang ingin dicapai pada Menyampaikan tujuan dan memotivasi pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa siswa belajar Guru menyajikan informasi kepada Fase 2 siswa
baik
dengan
peragaan
Menyampaikan informasi (demonstrasi) atau teks
35
Sri rahayu, Pembelajaran Kooperatif Dalam Pendidikan Ipa Jurnal Matematika Ipa Dan Pengajarannya,(1998) hal. 153
Guru menjelaskan siswa bagaimana Fase 3 caranya membentuk kelompok belajar Mengorganisasikan siswa terhadap dan membantu setiap kelompok agar kelompok-kelompok belajar melakukan perubahan yang efisien Fase 4 Membantu kerja kelompok dalam belajar
Guru
membimbing
kelompok-
kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas Guru mengetes materi pelajaran atau
Fase 5 kelompok
menyajikan
hasil-hasil
Mengetes materi pekerjaan mereka Guru Fase 6
memberikan
cara-cara
untuk
untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok36
7. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Sebagai metode pembelajaran tentunya pembelajaran kooperatif juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Beberapa ahli dalam Depdiknas menegaskan dari hasil penelitian menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan sebagai berikut: 1. Lebih meningkatkann pencerahan waktu untuk tugas; 2. Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan siswa (Student Center);
36
http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf. Hal. 15 Diakses 29 Maret 2009
3. Mendidik siswa untuk lebih bersosialisasi dengan orang lain; 4. Memperbaiki kehadiran; 5. Motivasi belajar tinggi; 6. Hasil belajar lebih tinggi; 37 Sedangkan
menurut
Suarjana
beberapa
kelemahan
dalam
pembelajaran kooperatif adalah: 1. Bagi guru a. Sulitnya mengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi prestasi akademik b. Waktu yang dihabiskan untuk diskusi siswa cukup banyak sehingga siswa melewati waktu yang sudah ditetapkan bahkan dapat menyebabkan materi tidak dapat terealisasikan sesuai dengan kurikulum apabila ada guru yang belum berpengalaman 2. Bagi Siswa Siswa yang mempunyai kemampuan tinggi belum terbiasa dan sulit memberikan penjelasan kepada temannya yang membutuhkan bantuan38. Selain itu semua, pembelajaran kooperatif juga membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruang kelas dan membutuh perabot yang bisa dipindahkan. Pengaturan model Cluser dan Swing dua contoh
37
Siti Nurlailah Azizah, “Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Antara Siswa Yang Diajar Dengan Pembelajaran Kooperatif Model TGT Dan Siswa Yang Diajar Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Pokok Bahasan Statistika Siswa Kelas VIII SLTPN 2 Malang Tahun Ajaran 2003/2004”, Skripsi, FMIPA UM Malang, 2004, Hal.10 38 Ibid,. hal. 20
pengaturan ruang kelas yang cocok digunakan dalam pembelajaran kooperatif.39 Pada pengaturan tempat duduk model cluser, 4 atau 6 tempat duduk diatur seperti ditunjukkan gambar 2.2. jika digunakan model Cluser, guru dapat meminta siswa untuk memindahkan kursi-kursi siswa agar mereka bisa saling berhadapan sehingga mudah untuk berkomunikasi. Sedangkan untuk pengaturan model Swing ditunjukkan gambar 2.3. Model Swing menggunakan susunan tempat duduk yang memungkinkan siswa dapat dengan mudah mengubahnya sehingga proses belajar mengajar langsung dalam satu format seperti huruf U. Dengan formasi ini memungkinkan guru menjaga kontak mata langsung dengan seluruh siswa.40
39 40
Ibid,. hal. 20 Ibid,. hal. 21
Gambar 2.2 Pola pengaturan tempat duduk model Cluser
Keterangan: : guru : siswa yang berkemampuan tinggi
: siswa yang berkemampuan sedang
: siswa yang berkemampuan rendah
Gambar 2.3 Pola pengaturan tempat duduk model Swing
Keterangan: : guru : siswa yang berkemampuan tinggi
: siswa yang berkemampuan sedang
: siswa yang berkemampuan rendah
Menurut Noornia terdapat banyak model pembelajaran kooperatif yang berhasil dikembangkan peneliti-peneliti pendidikan dan telah diterapkan pada beragam pembelajaran diantaranya adalah: 1. STAD (Student Teams-Achievement Divisions) merupakan pembelajaran kooperatif yang menekankan pada kerja sama kelompok dan tanggung jawab kelompok untuk mencapai ketuntasan belajar dengan melibatkan peran tutor sebaya. 2. JIGSAW merupakan pembelajaran kooperatif yang anggota kelompoknya diberi tugas berbeda satu dengan yang lainnya dari sebuah tema yang dibahas, kemudian tes diberikan secara menyeluruh agar semua kelompok mengetahui semua pokok bahasan. 3. Teams Games Turnament (TGT) merupakan bentuk pembelajaran kooperatif dimana setelah siswa belajar secara individual, untuk selanjutnya
dalam
kelompok
masing-masing
anggota
kelompok
mengadakan turnamen atau lomba dengan anggota kelompok lainnya sesuai dengan tingkat kemampuannya. 4. Investigation Group (IG) merupakan suatu pembelajaran kooperatif dimana semua anggotanya dituntut untuk merencanakan apa yang diteliti dan bersama-sama kelompok membuat rencana pemecahannya.41 Berdasarkan
uraian
diatas
pembelajaran kooperatif. 41
diketahui
terdapat
bermacam-macam
model
Slavin (Noornia), menyatakan walaupun metode
Noornia, “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD pada Pengajaran Persen di Kelas IV SD Islam Ma’arif 02 Singosari”, Tesis tidak diterbitkan, Malang, Program Pasca Sarjana. Hal. 14
pembelajaran
kooperatif
berbeda-beda,
akan tetapi semua
mendasarkan
pelaksanaannya pada enam karakteristik berikut: 1. Tujuan kelompok 2. Tanggung jawab individual 3. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan 4. Spesialisasi tugas 5. Adaptasi terhadap kebutuhan individual.42
D. Pembelajaran Matematika 1. Pengertian pembelajaran matematika Belajar tidak hanya sekedar mengingat, menghafal, tetapi perlu dituntut adanya pemahaman, dan mampu menerapkan pengetahuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Menurut Sadjana belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman dan pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku. Misalnya setelah belajar matematika siswa itu mampu mendemonstrasikan kemampuan dan ketrampilan matematikanya, dimana sebelumnya ia tidak dapat melakukannya. Ausubel menyatakan bahwa belajar dikatakan bermakna apabila informasi yang akan dipelajari siswa disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar bermakna ini tidak lepas dari peran serta dari pendidik atau guru. Guru dapat membantu proses ini dengan cara mengajar yang membuat informasi menjadi sangat 42
Ibid,. hal. 17
bermakna bagi siswa dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan sendiri ide-ide yang mengajak siswa menyadari serta secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Hal ini sesuai dengan teori konstruktivis. Teori konstruktivis menganjurkan peranan yang lebih aktif bagi siswa dalam pembelajaran mereka sendiri sehingga siswa menjadi aktif. Jadi pada intinya pembelajaran ini berpusat pada siswa. Peranan pendidik dalam hal ini adalah membantu siswa menemukan fakta dan konsep bagi siswa sendiri. Belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan43. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Anwar menyatakan bahwa belajar matematika pada hakekatnya adalah berkenaan dengan ide-ide, struktur, yang diatur menurut aturan yang logis44. Matematika berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol tertentu dan tersusun secara hierarkis serta penalarannya deduktif. Karena matematika merupakan ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol, maka konsep matematika harus dipahami lebih dahulu
43
Heriani, Korelasi Tingkat Kesulitan Belajar Matematika Dengan Prestasi Belajar Matematika di SMU. Hal. 4 (http://diakses tanggal 28 Maret 2009) 44 Usnida Junaeka Verawati,”Perbedaan Prestasi Belajar Matematika siswa kelas 1 SMP Negeri 6 Malang Melalui Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dan Ekspositori Pada Sub Pokok Bahasan Keliling, Luas Persegi dan Persegi Panjang”, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UM Malang, 2005 hal.12
sebelum memanipulasi symbol-simbol itu. Proses belajar matematika akan lancar apabila belajar itu sendiri dilakukan secara kontinu45. Matematika sebagai salah satu pengetahuan yang tersusun menurut struktur, disajikan kepada siswa dengan cara yang dapat membawa ke belajar bermakna Ausebel. Belajar yang bermakna menurut Ausebel adalah mengutamakan konsep-konsep yang pada hakikatnya dapat diaplikasikan dalam situasi yang lain. Belajar bermakna ini bertentangan dengan belajar dengan menghafal, yaitu cara belajar yang hanya sekedar mengingat tanpa suatu pemahaman. Sehingga cara belajar seperti ini kurang cocok jika diterapkan dalam matematika. Matematika sekolah tersebut terdiri atas bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi siswa serta berpandu kepada perkembangan IPTEK. Di bawah ini disajikan beberapa definisi lain tentang matematika: a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi. c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. 45
Ibid.
f. Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.46 2. Karakteristik Pembelajaran Matematika Dari definisi matematika diatas dapat terlihat adanya ciri-ciri khusus atau karakteristik yang dapat merangkum pengertian matematika secara umum. Beberapa karakteristik itu adalah: a. Memiliki objek kajian abstrak
Dalam matematika objek dasar yang dipelajari adalah abstrak, sering juga disebut objek mental. Objek-objek itu merupakan objek pikiran. Objek dasar itu meliputi (1) fakta, (2) konsep, (3) operasi ataupun relasi dan (4) prinsip. Dari objek dasar itulah dapat disusun suatu pola dan struktur matematika. b. Bertumpu pada kesepakatan
Dalam matematika kesepakatan merupakan tumpuan yang amat penting. Kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan konsep
primitive.
Aksioma
diperlukan
untuk
menghindarkan
berputar-putar dalam pembuktian. Sedangkan konsep primitive diperlukan diperlukan untuk menghindarkan berputar-putar dalam pendefinisian. c. Berpola pikir deduktif
46
R. Soedjadi, Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 1999/2000) hal. 13
Dalam matematika sebagai “ilmu” hanya diterima pola pikir deduktif. Pola pikir deduktif secara ssederhana dapat dikatakan pemikiran “yang berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat khusus”. d. Memiliki simbol yang kosong dari arti Dalam matematika jelas terlibat banyak sekali simbol yang digunakan, baik berupa huruf ataupun bukan huruf. Rangkaian simbol-simbol dalam matematika dapat membentuk suatu model matematika.
Model
matematika
dapat
berupa
persamaan,
pertidaksamaan, bangun geometrik tertentu, dan sebagainya. Makna huruf
dan
tanda
itu
tergantung
dari
permasalahan
yang
mengakibatkan terbentuknya model itu. Jadi secara umum huruf dan tanda dalam model x + y = z masih kosong dari arti, terserah kepada yang akan memanfaatkan model itu. e. Memperhatikan semesta pembicaraan Sehubungan dengan kosongnya arti dari simbol-simbol dan tandatanda dalam matematika diatas, menunjukkan dengan jelas bahwa dalam menggunakan matematika diperlukan kejelasan dalam lingkup apa model itu dipakai. Semesta pembicaraan bermakna sama dengan universal set. Semesta pembicaraan dapat sempit dapat juga luas sesuai dengan keperluan. f. Konsisten dalam sistemnya
Dalam matematika terdapat banyak sistem. Ada sistem yang mempunyai kaitan satu sama lain, tetapi juga ada sistem yang dapat dipandang terlepas satu sama lain.47
3. Tujuan Pembelajaran Matematika Dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika yang dewasa ini dipakai dikemukakan bahwa: Tujuan Umum diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan umum adalah: •
Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efesien.
•
Mempersiapkan siswa agar dapat menggunkan matematika dan pola pikir
matematika
dalam
kehidupan
sehari-hari
dan
dalam
mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Sedangkan dalam GBPP matematika yang khusus untuk Pendidikan Dasar yang dewasa ini dipakai dikemukakan bahwa tujuan khusus pengajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) adalah: •
Menumbuhkan
dan
mengembangkan
ketrampilan
berhitung
(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari.
47
Ibid,. Hal. 17-21
•
Menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan, melalui kegiatan matematika.
•
Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).
•
Membentuk sikap logis, kritis, cermat kreatif dan disiplin.
Sedangkan tujuan khusus pengajaran matematika di Sekolah Lanjutan Pertama adalah: •
Memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika.
•
Memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan menengah
•
Mempunyai ketrampilan matematika sebagai peningkatan dan perluasan dari matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari
•
Mempunyai pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika.
Selain itu dalam GBPP matematika yang khusus untuk Sekolah Menengah Umum yang dewasa ini dipakai dikemukakan bahwa tujuan khusus pengajaran matematikanya adalah: •
Siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan kependidikan tinggi
•
Siswa memiliki ketrampilan matematika sebagai peningkatan matematika Pendidikan Dasar untuk dapat digunakan kehidupan yang lebih luas (dunia kerja) maupun dalam kehidupan sehari-hari
•
Siswa mempunyai pandangan yang lebih luas serta memiliki sikap menghargai kegunaan matematika, sikap kritis, objektif, terbuka, kreatif, serta inovatif
•
Siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan (transferable) melalui kegiatan matematika48
E. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Model ini dikembangkan oleh De Vries dan Slavn pada tahun 1978 di John Hopkins University49. Aktivitas dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) memungkinkan siswa dapat belajar lebih semangat di samping dapat menumbuhkan tanggungjawab, kerjasama, persaingan sehat serta keterlibatan belajar. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerjasama dan membantu dalam memahami bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai materi pembelajaran. Johnson 1999 (Teams Games Tournament) merupakan bentuk pembelajaran kooperatif dimana setelah siswa belajar secara individu untuk selanjutnya dalam 48
Ibid,. Hal. 23-24 Khusnul Hidayah, “Perbedaan Prestasi Belajar Antara Siswa yang Diajar menggunakan Pembelajaran kooperatif Model TGT dan Siswa yang Diajar Menggunakan Ekspository Pada Pokok Bahasan Toerema Phytagoras di MTSN II Malang”, Skripsi, FMIPA UM Malang, 2005, Hal. 15. 49
kelompok masing-masing anggota kelompok mengadakan turnamen atau lomba dengan kelompok lainnya sesuai dengan tingkat kemampuannya50. Menurut Sasmito pembelajaran kooperatif tipe TGT ini sangat mudah diterapkan, karena dalam pelaksanaannya tidak memerlukan fasilitas pendukung yang harus tersedia seperti peralatan khusus. Selain mudah diterapkannya dalam penerapannya TGT juga melibatkan aktivitas seluruh siswa untuk memperoleh konsep yang diinginkan. Misalnya, kegiatan tutor sebaya terlihat ketika siswa melaksanakan turnamen yaitu setelah masingmasing anggota kelompok menjawab pertanyaan, untuk selanjutnya saling mengajukan pertanyaan dan saling belajar bersama51. Siswa yang mempunyai kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda akan dijadikan dalam sebuah kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa. Dari masing-masing anggota kelompok tersebut diperbandingkan dengan anggota kelompok lainnya yang berkemampuan homogen dalam meja turnamen. Materi yang dilombakan adalah masalah yang berkaitan dengan konsep atau prinsip yang dipelajari. 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Model TGT Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Kahfi disusun dalam dua tahap, yaitu pra kegiatan pembelajaran dan detail kegiatan pembelajaran. Pra kegiatan pembelajaran menggambarkan hal-hal
50
Anton Noornia, “Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan STAD (Student Teams Achievment Divisioan) pada Pengajaran Persen Kelas VI SD Islam Maarif 02 Singosari”, Skripsi,FMIPA UM Malang 2005 Hal. 4 51 Heri Sasmito, “Perbedaan Efektivitas Pembelajaran Matematika yang Menggunakan Pendekatan Kooperatif model TGT dengan yang Menggunakan Metode Ekspositori di SLTP LAB UM”, Skripsi, FMIPA UM Malang, 2005, Hal. 22.
yang perlu dipersiapkan dan rencana kegiatan. Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT secara rinci akan diuraikan di bawah ini: A. Pra kegiatan pembelajaran TGT: 1. Persiapan a. Materi Materi dalam pembelajaran kooperatif model TGT dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran berkelompok, oleh karena itu, guru harus mempersiapkan work sheet yaitu materi yang akan dipelajari pada saat belajar kelompok, dan lembar jawaban dari work sheet tersebut. Selain itu guru juga harus mempersiapkan soal-soal turnamen. b. Membagi siswa kedalam beberapa kelompok Guru harus mengelompokkan siswa dalam satu kelas menjadi 4-5
kelompok
yang
kemampuannya
heterogen.
Cara
pembentukan kelompok dilakukan dengan mengurutkan siswa dari atas kebawah dan dari bawah keatas berdasarkan kemampuan akademiknya, dan daftar siswa yang telah diurutkan tersebut dibagi menjadi lima bagian yaitu kelompok tinggi, sedang 1, sedang 2, dan rendah. Kelompok-kelompok yang terbentuk diusahakan berimbang baik dalam hal kemampuan akademik maupun jenis kelamin dan rasnya, pada kerja kelompok ini guru bertugas sebagai fasilitator yaitu
berkeliling bila ada kelompok yang ingin bertanya tentang work sheet. Pada kerja kelompok tersebut diperlukan waktu 40 menit, kemudian diadakan validasi kelas artinya hasil kerja kelompok dicocokkan bersama dari soal work sheet tersebut.
2. Membagi siswa kedalam meja turnamen Dalam pembelajaran kooperatif model TGT tiap meja turnamen terdiri dari 4-5 siswa yang mempunyai homogen dan berasal dari kelompok yang berlainan. Gambaran dari pembagian siswa dalam meja turnamen dapat dilihat dalam gambar diagram dibawah ini:
Gambar 2.4 Rancangan Meja Turnamen Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Secara Umum Tim A A-1
A-2
A-3
A-4
Tinggi
Sedang
Sedang
Rendah
Turnamen
Turnamen
Turnamen
Turnamen
Meja 1
Meja 2
Meja 3
Meja 4
Tim B
Tim C
B-1
B-2
B-3
B-4
C-1
Tinggi
Sedang
Sedang
Tinggi
Tinggi
C-2
C-3
Sedang Sedang
C-4 Tinggi
Keteranagan: A-1 : Anggota kelompok A yang memiliki kemampuan tinggi A-2 : Anggota kelompok A yang memiliki kemampuan sedang 1 A-3 : Anggota kelompok A yang memiliki kemampuan sedang 2 A-4 : Anggota kelompok A yang memiliki kemampuan rendah B-1 : Anggota kelompok B yang memiliki kemampuan tinggi B-2 : Anggota kelompok B yang memiliki kemampuan sedang 1 B-3 : Anggota kelompok B yang memiliki kemampuan sedang 2 B-4 : Anggota kelompok B yang memiliki kemampuan rendah C-1 : Anggota kelompok C yang memiliki kemampuan tinggi C-2 : Anggota kelompok C yang memiliki kemampuan sedang 1 C-3 : Anggota kelompok C yang memiliki kemampuan sedang 2 C-4 : Anggota kelompok C yang memiliki kemampuan rendah
Penjelasan dari gambar di atas diuraikan sebagai berikut: 1. Kelompok A terdiri dari 4 siswa yaitu A-1, A-2, A-3, dan A-4, kelompok B terdiri dari 4 siswa yaitu B-1, B-2, B-3, dan B-4, dan kelompok C terdiri dari C-1, C-2, C-3, dan C-4. Kelompok A, B, dan C merupakan kelompok belajar. 2. A-1, B-1, dan C-1 saling dipertandingkan dimeja 1 karena ketiganya mempunyai kemampuan yang sama yaitu berkemampuan tinggi semua. 3. A-2, B-2, dan C-2 saling dipertandingkan di meja 2 karena ketiganya mempunyai kemampuan yang sama yaitu berkemampuan sedang 1 semua.
4. A-3, B-3, dan C-3 saling dipertandingkan di meja 3 karena ketiganya mempunyai kemampuan yang sama yaitu berkemampuan sedang 2 semua. 5. A-4, B-4, dan C-4 saling dipertandingkan di meja 4 karena ketiganya mempunyai kemampuan yang sama yaitu berkemampuan rendah semua. B. Detail kegiatan pembelajaran kooperatif tipe TGT a. Penyajian kelas 1) Pembukaan Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi (prasyarat belajar). Saat pembelajaran kelas ini guru harus sudah mempersiapkan work sheet dan soal turnamen. 2) Pengembangan Guru memberikan penjelasan materi secara garis besar b. Belajar kelompok Guru membacakan anggota kelompok dan meminta siswa untuk berkumpul sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Kelompok biasanya terdiri dari 4 atau 5 siswa yang anggotanya heterogen. Dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnis. Guru memerintahkan kepada siswa untuk belajar dalam kelompok (kelompok asal). Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus
untuk mempersiapkan anggota agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game. Biasanya belajar kelompok ini mendiskusikan masalah bersama-sama, membandingkan jawaban dan memperbaiki pemahaman yang salah tentang suatu materi. Kelompok merupakan bagian yang utama dalam TGT. Dalam segala hal, perhatian ditempatkan pada anggota kelompok agar melakukan yang terbaik untuk kelompok dan dalam kelompok melakukan yang terbaik untuk membantu sesama anggota. Jika ada satu anggota yang tidak bisa mengarjakan soal atau memiliki pertanyaan yang terkait dengan soal tersebut, maka teman sekelompoknya mempunyai tanggungjawab untuk menjelaskan soal atau pertanyaan tersebut. Jika dalam satu kelompok tersebut tidak ada yang bisa mengerjakan maka siswa bisa meminta bimbingan guru. Setelah belajar kelompok selesai guru meminta kepada perwakilan kelompok
untuk mempresentasikan hasil kerja
kelompok. Dalam pembelajaran TGT guru bertugas sebagai fasilitator berkeliling dalam kelompok jika ada kelompok yang mengalami kesulitan. c. Validasi kelas Artinya guru meminta tiap-tiap kelompok untuk menjawab soal-soal yang sudah didiskusikan sesama kelompoknya dan guru menyimpulkan jawaban dari masing-masing kelompok untuk didiskusikan bersama.
d. Turnamen Sebelum turnamen dilakukan, guru membagi siswa kedalam meja-meja turnamen. Setelah masing-masing siswa berada dalam meja turnamen berdasarkan unggulan masing-masing kemudian guru membagikan satu set seperangkat soal turnamen. Satu set seperangkat turnamen terdiri dari soal turnamen, kartu soal, lembar jawaban, poin gambar smile, dan lembar skor turnamen. Semua seperangkat soal untuk masing-masing meja adalah sama. Bentuk turnamen secara rinci diuraikan sebagai berikut: 1. Dalam meja turnamen telah disediakan satu set seperangkat pembelajaran yang sama untuk semua meja turnamen. 2. Guru membagikan kartu bernomor kepada masing-masing meja turnamen. Kartu tersebut dikocok dan kemudian dibagikan kepada anggota kelompok dalam meja turnamen. Siswa yang mendapatkan kartu dengan angka yang paling tinggi maka dia bertindak sebagai lider, sedangkan kartu dari siswa lain dikembalikan lagi. Lider adalah orang yang membaca soal sekaligus yang menjawabnya. Soal yang dibacakan oleh lider merupakan soal yang harus dikerjakan oleh seluruh siswa dalam meja turnamen tersebut (celing). Searah dengan putaran jarum jam maka celing-1, celing-2, celing-3, celing-4 juga menjawab soal. Celing-4 bertugas melihat kunci jawaban setelah semua siswa menjawab.
Gambar 2.5 Urutan Celling Dalam Meja Turnamen C3
C2
C4
C1
Lider
Misalnya lider mendapatkan kartu dengan angka 12 maka lider membaca soal 12. dari soal 12 tersebut lider menjawab A, celing 1 menjawab C, celing 2 menjawab C, celing 3 menjawab E, dan celing 4 menjawab E, ternyata setelah celing 4 membuka jawaban maka yang benar adalah C, sehingga kartu yang angkanya paling besar tadi berpindah ke C1, celing 2 dan celing 4 tidak dapat kartu ini karena aturan mainnya berjalan searah dengan putaran jarum jam, dan C1 yang menjawab pertanyaan benar pertama tadi. Sehingga C1 bertindak sebagai lider. Selanjutnya C1 mengambil kartu diatas meja, misalnya mendapatkan kartu no. 9 maka C1 membuka soal no. 9 dan lider
yang tadi bertugas membuka kunci jawaban. Begitu selanjutnya, jika soal yang tidak dapat dijawab oleh semua anggota turnamen, maka nomor kartu tersebut dikembalikan di atas meja sekaligus jawaban kartu yang tidak terjawab dibacakan oleh celing dan kemudian dikocok kembali. Lider berikutnya disesuaikan urutan searah putaran jarum jam. Setelah waktu yang ditentukan pada turnamen selesai, selanjutnya menentukan poin berdasarkan benar salahnya jawaban, apabila menjawab dengan benar maka akan mendapatkan 1 poin yang berupa gambar smile. Semua anggota turnamen berhak mengambil sendiri poin yang telah disediakan asalkan soal dijawab dengan benar. Setelah usai turnamen, maka masing-masing anggota turnamen mengumumkan siswa yang paling banyak mendapatkan poin dan selanjutnya kelompok turnamen kembali kekelompok asal sambil membawa poin-poin yang telah mereka dapat, kemudian masing-masing kelompok akan menjumlah poin-poin tersebut. Kelompok yang mendapat poin terbanyak maka dialah yang akan menjadi juaranya. Juara yang diambil yaitu juara I, II dan III. e. Penghargaan kelompok Setelah turnamen selesai, siswa kembali kekelompok asal kemudian
menjumlahkan
poin
yang
mereka
dapat.
Guru
mengumumkan tiga kelompok yang mempunyai poin tertinggi diantara kelompok yang lain yang akan mendapatkan piagam penghargaan.52
2. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Model TGT Seperti halnya metode pembelajaran yang lain TGT juga mempunyai kelebihan dan kekurangan, kelebihan TGT antara lain: a. Keterlibatan siswa dalam belajar mengajar b. Siswa menjadi semangat dalam belajar c. Pengetahuan yang diperoleh siswa bukan semata-mata dari guru, tetapi juga melalui konstruksi oleh siswa itu sendiri d. Dapat menumbuhkan sikap positif dalam diri sendiri seperti: kerjasama, toleransi, dan bisa menerima pendapat orang lain. Sedangkan kekurangan TGT diantaranya adalah: a. Bagi para pengajar pemula, model ini menumbuhkan waktu yang banyak b. Membutuhkan sarana dan prasarana yang memadai seperti persiapan soal turnamen c. Siswa terbiasa belajar dengan adanya hadiah53.
52
Shohibul Kahfi, Pembelajaran Kooperatif dan Pelaksanaannya dalam Pembelajaran Matematika (Malang: FMIPA UM, 2003), hal. 4 53 Ibid, hal. 8
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaboratif antara kepala sekolah, guru dan peneliti dengan upaya meningkatan pemahaman sifat-sifat bangun datar trapesium melalui metode pembelajaran kooperatif tipe TGT. Hasil dari penelitian tersebut dapat dimanfaatkan secara langsung untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas secara umum. Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan pemecahan masalah yang dimulai dari : a) perencanaan (planning), b) pelaksanaan (action), c) pengumpulan data (observing), d) penganalisis data/informasi untuk memutuskan sejauh mana kelebihan atau kelemahan tindakan tersebut (reflecting). PTK bercirikan perbaikan terus-menerus sehingga kepuasan peneliti menjadi tolak ukur berhasilnya (berhentinya) siklus-siklus tersebut. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif mengingat data yang diambil bukan berupa angka-angka statistik tetapi berupa aktivitas siswa dalam pembelajaran ditambah dengan hasil tes formatif. Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan gejala-gejala atau peristiwa yang tampak melalui observasi dan pengumpulan data.
B. Kehadiran Peneliti Sesuai
dengan
pendekatan
dan
jenis
penelitian
yang
telah
dikemukakan sebelumnya, maka kehadiran peneliti mutlak hadir selama kegiatan penelitian berlangsung. Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik penelitian kualitatif, yaitu manusia sebagai alat/instrument.54 Pada penelitian ini guru mata pelajaran dan peneliti berkolaborasi, guru mata pelajaran bertindak sebagai guru yang akan mengajar dan mempraktekkan pembelajaran kooperatif tipe TGT di kelas, sedangkan peneliti bertindak sebagai instrumen kunci dan pemberi tindakan. Sebagai instrument kunci, peneliti sebagai pengamat dan pewawancara. Sebagai pengamat, peneliti bertindak sebagai perencana, observer, pelaksana, pengumpulan data, penganalisis data, dan pelapor hasil penelitian. Peneliti dan guru mata pelajaran kelas yang bersangkutan bekerja sama sesuai dengan kebutuhan. Dalam hal ini peneliti mengamati semua aktivitas yang dilakukan guru mata pelajaran dan siswa.
C. Setting Penelitian 1. Lokasi Sekolah Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI. Ar-Rahmah, MI. ini merupakan salah satu Madrasah Ibtidaiyah yang terletak di dusun Bendo desa Sukolilo kecamatan Jabung kabupaten Malang.
54
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002),hal. 9
2. Subyek Penelitian Subyek dalam penelitihan ini adalah seluruh siswa kelas V, di MI. Ar-Rahmah Malang tahun pelajaran 2008/2009, dengan jumlah siswa sebanyak 37 siswa. Penentuan kelas ini dilaksanakan peneliti berdasarkan hasil pengamatan terhadap kelas yang diajar oleh peneliti ketika praktek kerja lapangan (PKLI). peneliti memprediksi bahwa kelas ini akan terjadi peningkatan prestasi belajar jika dilakukan dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Turnament). 3. Mata Pelajaran Mata pelajaran yang peneliti ajarkan adalah mata pelajaran yang mungkin kebanyakan siswa MI Ar-Rahmah menganggap bahwa mata pelajaran yang sulit dan telah dianggap sebagai “momok” (hantu) bagi mereka, maka dari itu peneliti ingin mengubah hal tersebut. Adapun mata pelajaran yang peneliti angkat adalah pembelajaran Matematika, yang mengulas tentang sifat-sifat bangun datar trapesium. 4. Karakteristik Sekolah Sekolah yang peneliti tempati merupakan salah satu dari madrasah yang bertempat di dusun Bendo-Sukolilo-Jabung kabupaten Malang yang berdiri sejak tahun 1988 dengan memulai membangun dan melengkapi sarana fasilitasnya hingga menjadi sekolah yang layak dipakai sebagai sumber kegiatan belajar mengajar Pembangunan fisik secara bertahap itu memang mengalami perkembangan yang sangat baik sekali. Madrasah ini tidak mengambil
keuntungan dari siswa karena tidak ada istilah SPP di sekolah ini, tetapi Madrasah ini menggunakan istilah Infak yang dibayar peserta didik seikhlasnya sesuai dengan perjanjian yang sudah disepakati oleh wali murid masing-masing peserta didik. 5. Karakteristik Siswa Sesuai dengan hasil pengamatan peneliti waktu PKLI, kondisi kelas V MI. Ar-Rahmah Bendo selama kegiatan belajar mengajar dalam kelas, belum bisa dikatakan baik. Mereka kurang begitu antusias mengikuti pembelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Arab. Siswa dikelas V ini cenderung ramai, tidak memperhatikan ketika proses belajar mengajar berlangsung. Tetapi jika diajar guru yang mereka harapkan, maka proses pembelajaran berjalan dengan tenang dan efektif.
D. Data dan Sumber Data Data pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Hasil tes 2. Hasil observasi 3. Hasil angket 4. Hasil wawancara Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas V MI Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang yang berjumlah 37 siswa. Pengambilan data secara klasikal dilakukan dengan metode tes dan angket. Sedangkan metode observasi digunakan untuk mengambil data dari aktivitas guru mata pelajaran
dan peneliti dan 4 siswa yang menjadi subyek penelitian. Subyek penelitian terdiri dari: 1 siswa berkemampuan akademik tinggi, 3 siswa berkemampuan akademik sedang, dan 1 siswa berkemampuan akademik rendah, ditinjau dari kemampuan akademik secara keseluruhan anggota kelas berupa nilai ulangan harian terakhir. Tujuan pengambilan 5 siswa tersebut supaya dapat mengungkapkan aktivitas dan motivasi siswa secara mendalam. Wawancara yang hanya dilakukan terhadap subyek penelitian analisis terhadap data yang diperoleh dari metode tes, angket, wawancara dan observasi dilakukan untuk melihat ketuntasan indikator keberhasilan tindakan.
E. Siklus Penelitian Pada penelitian ini pelaksanaan siklus II, III dan seterusnya akan dilanjutkan jika tidak memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal yaitu ≥ 85% siswa harus tuntas belajar. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus selama 3 kali pertemuan. Hasil refleksi siklus I digunakan sebagai acuan untuk rencana tindak lanjut pada siklus II. Sedangkan hasil refleksi siklus II digunakan sebagai acuan tindak lanjut pembelajaran selanjutnya. Dalam siklus penelitian ini terdapat beberapa tahap, antara lain: Tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan/ implementasi tindakan, tahap observasi, dan tahap refleksi.
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Tes Data tentang skor awal siswa diperoleh dari nilai ulangan harian pada materi sebelumnya. Skor awal siswa didapatkan peneliti sebelum melakukan penelitian. Skor awal ini digunakan untuk membentuk kelompok belajar siswa dan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada siklus I yaitu dengan membandingkan persentase siswa yang tuntas belajar pada tes akhir siklus I. Pada saat penelitian, terdapat 2 macam tes yaitu turnamen dan tes akhir siklus. Turnamen digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari pada pembelajaran tersebut. Selain itu, juga untuk memotivasi siswa dalam belajar. Turnamen dilaksanakan setiap akhir pembelajaran. Pada saat turnamen, siswa diberi beberapa soal untuk dikerjakan dilembar jawaban. Dari lembar jawaban itu siswa akan mendapatkan
skor
turnamen.
Skor
kelompok
diperoleh
dengan
menjumlahkan skor turnamen setiap anggota kelompok. Skor setiap kelompok akan diurutkan dari yang tertinggi sampai yang terendah. Dan tiga kelompok dengan skor tertinggi akan mendapatkan penghargaan kelompok. Tes akhir siklus dilakukan setiap akhir siklus. Pada penelitian ini, dilakukan dua kali tes yaitu tes akhir siklus I dan tes akhir siklus II. Tes skhir siklus digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada setiap siklus yaitu dengan membandingkan persentase siswa
yang tuntas belajar pada masing-masing siklus. Cara melaksanakan tes akhir siklus adalah dengan tes tulis. Siswa menjawab soal yang diberikan oleh peneliti secara tertulis pada lembar jawaban. Soal yang diberikan berupa
soal
uraian
dengan
tujuan
tidak
ada
unsure
untung-
untungan/tebakan dalam menjawabnya. 2. Angket Angket adalah sebuah daftar pertanyaan/pernyataan yang perlu dijawab oleh orang yang akan dievaluasi (responden)55. Responden dalam penelitian ini adalah siswa di kelas V semester II MI Ar-Rahmah Bendo Sukolilo Jabung Malang tahun ajaran 2008/2009 yang menjadi sumber data dalam penelitian. Format
angket
yang
digunakan
mengikuti
model
Likert.
Responden diminta untuk membaca dengan seksama setiap pernyataan itu. Derajat penelitian siswa secara bertingkat, mulai dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala kualitatif ini akan ditransfer ke dalam skala kuantitatif pada saat menganalisa hasil angket. Angket ini diberikan sekali yaitu setelah akhir siklus II. 3. Observasi Observasi dilakukan terhadap aktivitas guru dan siswa. Observasi ke siswa dilakukan secara menyeluruh akan tetapi observasi lebih diintensifkan terhadap 4 siswa yang menjadi subyek penelitian. 55
hal. 56
Erman, S. Ar. Evaluasi Pembelajaran Matematika (Bandung: IMSTECJKA, 2003),
Observasi dilakukan oleh 2 orang pengamat dan data observasi dicatat dalam lembar observasi. Instrumen ini digunakan untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa yang menjadi subyek penelitian sebagai fokus pengamatan (4 siswa) selama berlangsungnya pembelajaran kooperatif. Tiga orang pengamat bertugas mengamati dan mencatat aktivitas guru dan siswa ke dalam lembar observasi tersebut. Lembar observasi merupakan hasil adaptasi56. 4. Catatan Lapangan Catatan lapangan dibuat oleh peneliti secara langsung setiap selesai melakukan penelitian dengan mengingat dan membayangkan apa yang telah terjadi di kelas baik peristiwa maupun percakapan. 5. Wawancara Wawancara pewawancara
untuk
adalah
sebuah
memperoleh
dialog informasi
yang dari
dilakukan
oleh
terwawancara57.
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini bersifat terbuka dan terstruktur. Penelitian ini menggunakan wawancara terbuka karena subyek penellitian mengetahui bahwa mereka sedang diwawancarai dan juga mengetahui apa maksud dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian ini juga menggunakan wawancara terstruktur karena peneliti membuat dan menetapkan sendiri masalah dan menyusun dengan rapi pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Wawancara dilakukan pada
56 Rusyidah, “Belajar Kooperatif Model STAD untuk Membantu Pemahaman Siswa pada Pokok Bahasan Lingkaran di Kelas II SMP Negeri 4 Malang”, Skripsi, FMIPA UM Malang, 2005) 57 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 132
akhir tindakan I dan dilakukan terhadap 4 siswa yang menjadi subjek pengamatan. Pemilihan 4 siswa ini selain didasarkan kemampuan akademik juga berdasarkan pertimbangan keterampilan mereka dalam berbicara.
G. Analisis Data Sesuai dengan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif maka data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode analisis data kualitatif. Analisis data penelitian ini mengacu pada model analisis miles dan huberman yang meliputi kegiatan mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Ketiga kegiatan ini dilakukan secara berurutan. Proses mereduksi data dilakukan dengan menyeleksi dan menyederhanakan data mentah yang diperoleh dari berbagai sumber dilapangan58. Data yang dimaksud adalah meliputi hasil tes, hasil wawancara, hasil angket, hasi observasi dan catatan lapangan. Penyajian data dilakukan untuk memaparkan hasil reduksi dengan cara menyusun secara naratif sekumpulan informasi yang telah diperoleh dari hasil reduksi sehingga memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan. Informasi yang dimaksud adalah uraian kegiatan pembelajaran, hasil tes, hasil pengamatan, catatan lapangan, dan wawancara. Penarikan kesimpulan merupakan intisari dari analisis yang memberikan pernyataan tentang dampak dari PTK yang dilakukan maupun efektivitas pembelajaran yang dilakukan.
58
Op Cit, Hal. 38
Adapun analisis data dari hasil tes, lembar observasi, dan angket respon siswa sebagai berikut : 1. tes Kriteria keberhasilan hasil belajar ditentukan dengan cara melihat adanya peningkatan persentase siswa yang tuntas belajar yaitu persentase siswa yang tuntas pada siklus I lebih dari persentase siswa yang tuntas pada data awal, dan persentase siswa yang tuntas pada sikus II lebih dari persentase siswa yang tuntas pada siklus I. siswa dikatakan tuntas belajar jika mendapatkan skor ≥ 42.5 Perhitungan persentase siswa yang tuntas belajar sebagai berikut :
Keteranagan : P = persentase siswa yang tuntas belajar n = banyak siswa yang tuntas belajar N = banyak siswa keseluruhan Selain terjadi peningkatan persentase siswa yang tuntas belajar, juga harus memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal yaitu ≥ 85% siswa harus tuntas belajar. 2. lembar observasi Kriteria keberhasilan proses ditentukan dengan menggunakan lembar observasi yang diisi oleh pengamat. Analisis data hasil observasi menggunakan analisis persentase. Skor yang diperoleh masing-masing indikator dijumlahkan dan hasilnya disebut jumlah skor. Selanjutnya
dihitung persentase nilai rata-rata dengan cara membagi jumlah skor dengan skor maksimal yang dikalikan 100% yaitu :
Persentase terendah adalah 0% Persentase tertinggi adalah 100% Pada pembelajaran ini terdapat 4 kriteria aktivitas guru mata pelajaran yaitu : sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik.
Sehingga kriteria aktivitas guru mata pelajaran dan siswa ditentukan sebagai berikut : 75% < NR ≤ 100% = sangat baik 50% < NR ≤ 75% = baik 25% < NR ≤ 50% = cukup baik 0% < NR ≤ 25% = kurang baik Guru dinyatakan melaksanakan pembelajaran dengan baik jika berdasarkan lembar observasi, guru mendapat skor dari pengamat minimal berkriteria baik sedangkan subjek penelitian berdasarkan observasi siswa, mendapat skor dari pengamat minimal berkriteria baik. 3. Angket Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan
jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti.59 Angket ini digunakan untuk melengkapi data mengenai motivasi siswa dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis angket atau kuesioner berstruktur. Kuesioner ini disebut juga kuesioner tertutup, berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai sejumlah alternatif jawaban yang disediakan.
Responden
dalam
menjawab
terikat
pada
sejumlah
kemungkinan yang sudah disediakan. Data yang dikumpulkan dengan angket adalah respon siswa terhadap pembelajaran dengan metode kooperatif tipe TGT. Angket yang digunakan adalah angket tertutup, dimana dalam mengisi jawaban yang tersedia sesuai dengan pendapatnya masing-masing.
H. Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data dilakukan untuk menjamin keabsahan data. Teknik pengecekan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
triangulasi
yaitu
teknik
pemeriksaan
keabsahan
data
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu60. Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi yang memanfaatkan penggunaan sumber dengan jalan membandingkan data hasil observasi, catatan lapangan dan wawancara.
59
Mardalis, Metode Penelitian suatu pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),
hlm. 67. 60
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hal.330
Disamping itu, dilakukan juga diskusi antara peneliti dengan guru bidang studi dan teman sejawat.
I. Tahap-Tahap Penelitian Tahap-tahap yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan ini adalah (1) tahap pra-tindakan dan (2) tahap pelaksanaan tindakan. Dalam penelitian ini direncanakan dilakukan 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Rincian tahaptahap pada setiap siklus tersebut adalah sebagai berikut. 1. Siklus I a. Kegiatan pra-tindakan 1) Menetapkan subjek penelitian Penetapan subjek penelitian dilakukan pada kelas V MI ArRahmah, di dalamnya terdapat sejumlah kelompok yang telah ditetapkan berdasarkan nilai ulangan harian dan bedasarkan pertimbangan dari guru bidang studi matematika pada kelas yang diteliti. Pada tiap kelompok tersebut ditetapkan sebanyak 5 siswa yaitu seorang siswa berkemampuan akademik tinggi, 3 orang siswa berkemampuan akademik sedang, dan seorang siswa berkemampuan akademik rendah. 2) Pembentukan kelompok belajar Pembentukan sehingga
kelompok
terbentuk
belajar
kelompok
disusun yang
kemampuan akademik dan jenis kelamin.
sedemikian
heterogen
dari
rupa segi
b. Kegiatan tindakan 1) Perencanaan Adapun perencanaan ini berdasarkan pada observasi pendahuluan yang menjadi acuan dalam perencanaan tindakan. Langkahlangkah yang ditempuh adalah sebagai berikut: a) melakukan pertemuan awal dengan guru bidang studi untuk membicarakan persiapan tindakan dan waktu tindakan. b) Mempersiapkan sumber pelajaran dan bahan yang akan dipakai dalam pembelajaran. c) Mempersiapkan rencana pembelajaran sesuai dengan materi yang ditetapkan. d) Mempersiapkan lembar kegiatan. e) Mempersiapkan lembar tes akhir tindakan. f)
Mempersiapkan angket.
2) Pelaksanaan tindakan Tahap pemberian tindakan dimaksudkan yaitu melaksanakan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe TGT yang telah dijelaskan dibagian depan, yaitu penyajiaan materi, belajar kelompok, perlombaan/turnamen, dan penghargaan kelompok. c. Observasi Observasi dilakukan dengan tujuan agar memperoleh informasi yang lebih mendalam komprehensif tentang data aktifitas mulai dari awal sampai akhir tindakan. Observasi ini dilakukan oleh peneliti dibantu
oleh teman sejawat dan guru mata pelajaran. Hasil observasi akan dicatat dalam lembar observasi dan catatan lapangan. d. Refleksi Refeksi digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu siklus dan dilakukan pada setiap akhir siklus. Kegiatan ini untuk melihat keberhasilan
dan
kelemahan
dari
suatu
perencanaan
yang
dilaksanakan pada siklus tersebut. Refleksi juga merupakan acuan dalam menentukan perbaikan atas kelemahan pelaksanaan siklus sebelumnya untuk diterapkan pada siklus selanjutnya. 2. Siklus II Siklus II akan dilanjutkan apabila tidak memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal yaitu ≥ 85% siswa harus tuntas belajar. Pelaksanaan alur siklus II sama dengan pelaksanaan alur pada siklus I dengan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I. Sub bahasan yang dibahas pada siklus II adalah sama dengan siklus II yaitu tentang materi sifat-sifat bangun datar trapesium. Pelaksanaan masing-masing siklus digambarkan dengan sebuah spiral penelitian tindakan kelas yang meliputi 4 fase seperti gambar 3.1. keempat fase meliputi tahap perencanaan (planning), pelaksanaan (action), pengematan (observation), dan refleksi (reflection).
Gambar 3.1 Spiral Penelitian Tindakan Kelas
BAB IV HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini mendeskripsikan tentang keberadaan obyek penelitian dan hasil paparan ketika proses belajar mengajar berlangsung, yaitu ketika menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe TGT yang telah peneliti terapkan di kelas V MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang. Supaya situasi pembelajaran dapat diikuti secara utuh, maka peneliti memaparkan semua proses yang terjadi selama berlangsungnya pembelajaran, mulai dari kegiatan awal hingga peneliti menutup pembelajaran dari masing-masing pertemuan. Penelitian dimulai pada tanggal 02 Maret 2009 sampai 31 Maret 2009. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua siklus dengan tiga kali pertemuan.
A. Latar Belakang Obyek Penelitian a. Sejarah Berdirinya MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang Pada tahun 1980 masyarakat dusun Bendo Sukolilo mempunyai keinginan untuk mendirikan sekolah Taman Kanak-kanak (TK) karena di dusun Bendo ini masih jauh dari tempat pendidikan + 1 km dari tempat pendidikan. Dan jalannyapun kurang aman untuk anak kecil. Namun keinginan ini pada waktu itu belum bisa terwujudkan karena sarana dan prasarana. Pada tahun 1985 di desa ini ada pembangunan masjid Al-Ikhlas yang sekaligus mendirikan sekolah Taman Kanak-Kanak yang diberi nama
TK Al-Khoirot yang diprakarsai oleh Bapak KH. Sirodj dan Bapak KH. Nur Salim Sukolilo juga di bantu oleh para ulama, tokoh dan masyarakat yang lain. Pada tahun 1988 sebagai kelanjutan dari Taman kanak-kanak tersebut, pengurus dan masyarakat bersepakat mendirikan sekolah di tingkat dasar (Madrasah Ibtidaiyah). Akan tetapi Madrasah Ibtidaiyah ini belum berdiri sendiri, Madrasah ini bergabung dengan Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda Sukolilo. Akhirnya Madrasah inipun menjadi Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda II. Pada tahun 1995 Madrasah Ibtidaiyah di dusun Bendo ini mendapat waqof tanah lagi dan membangun gedung lagi 4 lokal, dan madrasah inipun dapat menampung siswa dari kelas 1 sampai kelas 6, dan jumlah siswanya tidak kurang dari 170 anak. Pada tahun 1997 Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Huda II ini dapat diresmikan dan namanya diganti dan diresmikan dengan nama: Madrasah Ibtidaiyah “Ar-Rahmah” Sukolilo Jabung Kabupateen Malang. Adapun kepala Madrasah Ibtidaiyah Ar-Rahmah adalah bapak Sulthoni Latif, M.Pd. sampai sekarang Madrasah Ibtidaiyah Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang ini masih berstatus akreditasi B.61
61
Dokumentasi Madrasah Ibtidaiyah Ar-Rahmah
b. Visi dan Misi MI Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang Visi
:
Beriman, Bertaqwa, Berakhlak Mulia, Berprestasi
Misi
:
Menciptakan siswa-siswi yang handal di bidang IPTEk dan IMTAK62
c. Tujuan MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang Membina siswa-siswi agar memiliki ilmu pengetahuan, teknologi, ketrampilan, keimanan, ketakwaan serta akhlak terpuji yang berguna bagi Agama Nusa dan Bangsa.63
d. Struktur Organisasi Adapun struktur organisasi MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang adalah sebagaimana terlampir pada lampiran.
e. Denah Lokasi Adapun denah lokasi MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang adalah sebagaimana terlampir pada lampiran.
f. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu system pendidikan
yang
mempengaruhi
berhasil
tidaknya
suatu
proses
pendidikan. Keberadaan yang dimiliki suatu sekolah mencerminkan kemajuan sekolah tersebut. 62 63
Ibid. Ibid.
MI. Ar-Rahmah berdiri diatas tanah waqaf seluas 2434 M2 dan luas bangunan 909 M2, secara keseluruhan banyaknya ruang dan fasilitas penunjang lain yang dimiliki Madrasah dalam tabel berikut:
Tabel 4.1 Ruang dan Inventaris MI. Ar-Rahmah Sukolilo Tahun Ajaran 2008-2009
N
Jenis
o
Juml
Kondi Keteranga
ah
si
n
1. R. Belajar
6
Baik
-
2. R.
1
Baik
-
1
Baik
-
1
Baik
-
5. R. Guru
1
Baik
-
6. Kamar
4
Baik
-
Perpustakaan 3. R. UKS 4. R.
Kepala
Madrasah
Mandi/WC 7. Meja Belajar
a.
Meja/Kursi
99
Baik
-
13
Baik
-
c. Lemari
5
Baik
-
d. Rak
7
Baik
-
2
Baik
-
1
Baik
-
siswa b.
Meja/Kursi
Guru
8. Peralatan Kantor a. Mesin Ketik b.
Filling
Cabinet 9. R.
Lab.
Komputer
Pemeliharan fasilitas sekolah dilakukan setiap hari jum’at dengan nama “Jum’at Bersih” dan setiap tahun ajaran dilakukan pengecatan dinding dan perbaikan fasilitas lain yang dianggap sudah aus.64
64
Ibid.
g. Data Kelas Dalam penelitian ini kelas V dijadikan sebagai obyek penelitian dengan jumlah siswa sebagai berikut. Tabel 4.2 Data Kelas V No.
Jenis Kelamin
Banyak siswa
1.
Laki-Laki
19
2.
Perempuan
18
Jumlah
37
Adapun tata tertib yang berlaku didalam kelas V antara lain: a) Tugas dan Kewajiban Siswa 1. Siswa harus datang 15 menit sebelum pelajaran dimulai, khusus siswa yang piket harus dating 25 menit sebelum pelajaran dimulai 2. Pada akan memasuki kelas harus berbaris didepan kelas, dan masuk dengan tertib 3. sebelum pelajaran dimulai siswa harus siap menerima pelajaran dengan segala peralatan yang sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan 4. selama pelajaran berlangsung siswa harus mengikuti dengan sungguh-sungguh dan penuh perhatian 5. wajib memelihara kebersihan, ketertiban dan keindahan lingkungan sekolah 6. wajib berseragam lengkap serta BEDGE yang sesuai dengan ketentuan sekolah
7. bila berhalangan mengikuti pelajaran siswa harus memberikan keterangan yang sah 8. siswa wajib menjaga dan menjunjung tinggi nama baik sekolah 9. siswa harus melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru baik yang bersifat kurikuler, non kurikuler maupun ekstra kurikuler b) Larangan-Larangan Siswa 1. meninggalkan sekolah/ pelajaran selama kegiatan berlangsung 2. memasuki kelas lain tanpa seizin guru yang bersangkutan 3. mmmembaca bacaan yang sifatnya mengganggu jalannya pelajaran, seperti: komik, majalah, dan lain sebagainya. 4. berpakaian yang tidak sopan dan memakai perhiasan dan bersolek yang berlebihan 5. membawa senjata yang membahayakan 6. melakukan kegiatan yang sifatnya mengganggu jalannya pelajaran c) Sanksi-Sanksi Bagi Siswa 1. peringatan secara lisan kepada siswa yang bersangkutan 2. peringatan secara tertulis kepada siswa dan tembusan kepada orang tua/wali siswa yang bersangkutan 3. dikeluarkan sementara (diskorsing) 4. bila dengan sanksi-sanksi diatas belum menunjukkan perubahan sikap, maka siswa dikembalikan kepada orang tua/wali siswa (dikeluarkan)65
65
Dokumentasi siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ar-Rahmah
h. Program Ekstrakurikuler dan Muatan Lokal Program ekstrakurikuler dan muatan lokal 1. Bidang Keagamaan a. Praktek sholat berjamaah b. Sholat dhuha c. Sholat gerhana d. Sholat rawatib e. Sholat jenazah f. Mengkafani mayit g. Manasik haji h. Sholat jama’ dan qosor i. Tartil Al-Qur’an 2. Pembinaan Pramuka a. Latihan siaga/ penggalang b. Perkemahan 3. Bidang Kesenian a. Seni membaca b. Seni kaligrafi c. Seni dekorasi d. Seni musik/drum band 4. Bidang Kemasyarakatan a. Bakti sosial b. Peringatan hari besar islam
c. Pemberian santunan 5. Rekreasi 6. Lain-Lain a. Kursus MAPEL b. Studi banding66
B. Paparan Data 1. Pra tindakan Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan pertemuan dengan kepala sekolah untuk mengantarkan surat penelitian serta menentukan waktu penelitian yang akan berlangsung. Kemudian bertemu dengan guru bidang studi Matematika kelas V, tujuan pertemuan ini adalah peneliti meminta izin untuk melakukan penelitian di kelas V. Setelah mendapat izin dari pihak sekolah, peneliti menemui pengurus bidang Tata Usaha (TU) untuk meminta data-data profil sekolah kemudian peneliti mulai mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam penelitian. Hal penting yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah membentuk kelompok belajar dan menentukan subyek penelitian. Untuk
membentuk
kelompok
belajar
siswa,
peneliti
mengurutkan data awal siswa berupa nilai ulangan harian siswa mulai dari yang tertinggi sampai terendah. Daftar nama siswa yang sudah diurutkan tersebut dibagi menjadi lima kelompok akademik yaitu
66
Ibid.
kelompok siswa berkemampuan akademik tinggi, sedang I, sedang II, sedang III, dan rendah. Agar kelompok belajar siswa yang diperoleh heterogen maka peneliti memilih seorang siswa dari setiap kelompok tersebut untuk dikelompokkan lagi menjadi kelompok belajar. Jadi setiap kelompok belajar siswa terdiri dari seorang siswa berkemampuan akademik tinggi, seorang siswa berkemampuan akademik sedang I, seorang
siswa
berkemampuan
akademik
II,
seorang
siswa
berkemampuan akademik sedang III, dan seorang siswa berkemampuan akademik
rendah.
Selain
berdasarkan
kemampuan
akademik,
pembentukan kelompok juga berdasarkan jenis kelamin. Karena kelas V terdiri dari 37 siswa maka terbentuk 7 kelompok belajar masing-masing terdiri dari 5 siswa yang heterogen baik dari segi kemampuan akademik maupun jenis kelamin. Pembentukan kelompok dapat dilihat pada tabel 4.3
Tabel 4.3 Pembentukan Kelompok Belajar Kriteria siswa
No. Absen
Jenis Kelamin
Nilai UH
Nama Kelompok
11
L
70
1
32
P
70
2
Siswa
29
P
70
3
berkemampuan
20
P
77
4
akademik tinggi
19
P
70
5
30
P
75
6
12
L
75
7
8
P
50
1
31
P
60
2
Siswa
22
L
50
3
berkemampuan
36
P
45
4
akademik sedang I
23
L
40
5
30
P
65
6
18
P
55
7
9
L
40
1
35
L
40
2
Siswa
13
P
35
3
berkemampuan
16
P
30
4
akademik sedang II
4
L
35
5
34
L
30
6
17
P
30
7
27
P
30
1
28
P
35
2
Siswa
25
L
30
3
berkemampuan
33
P
35
4
akademik sedang III
24
L
30
5
6
L
35
6
7
L
25
7
1
L
25
1
2
L
30
2
Siswa
10
L
25
3
berkemampuan
26
L
30
4
akademik rendah
21
L
30
5
37
P
25
6
14
L
25
7
Ket:* = subyek penelitian
Berdasarkan data awal siswa tersebut, peneliti juga menentukan 4 siswa untuk menjadi subyek pengamatan yaitu: siswa yang berinisial A berjenis
kelamin
perempuan
yang
mewakili
kelompok
siswa
berkemampuan akademik tinggi, siswa yang berinisial B berjenis kelamin perempuan yang mewakili kelompok siswa yang berkemampuan akademik sedang I, siswa yang berinisial C berjenis kelamin laki-laki yang mewakili kelompok siswa yang berkemampuan akademik sedang II, dan siswa yang berinisial D berjenis kelamin laiki-laki yang mewakili kelompok siswa yang berkemampuan akademik rendah. Pengambilan 4 siswa tersebut bertujuan untuk mengetahui secara mendalam aktivitas siswa dan prestasi siswa dengan diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe TGT. Tabel 4.4 Distribusi skor Tes Individual Ulangan Sebelum Penelitian Mata Pelajaran Matematika kelas V MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang No
Interval Skor
Frekuensi
Status*
1.
96-100
-
2.
91-95
-
3.
86-90
-
4.
81-85
-
5.
76-80
1
Lulus
5.
71-75
1
Lulus
6.
66-70
4
Lulus
7.
61-65
2
Lulus
8.
56-60
1
Lulus
9.
51-55
1
Lulus
10.
46-50
2
Lulus
11.
41-45
-
12.
36-40
3
Tidak lulus
13.
31-35
5
Tidak lulus
14.
0-30
16
Tidak lulus
*Diambil dari kriteria penilaian di MI. Ar-Rahmah tahun ajaran 20082009 Berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa ulangan harian sebelum diadakannya metode pembelajaran kooperatif tipe TGT dari 37 orang siswa yang dinyatakan lulus sebanyak 12 orang atau sebesar 32.43% dan yang dinyatakan tidak lulus sebanyak 25 atau sebesar 67.57%. Dari pernyataan tersebut yang dinyatakan tidak lulus lebih dari 50%. 2. Siklus I a. Perencanaan Beberapa hal yang dilakukan peneliti pada tahap ini sebagai berikut: 1. Menyiapkan rencana pembelajaran, lembar observasi, catatan lapangan, pedoman wawancara, soal turnamen, dan soal tes I, dapat dilihat pada lampiran 2. Menyiapkan daftar nama anggota kelompok belajar, dapat dilihat pada lampiran 3. Menyiapkan soal-soal yang akan dikerjakan siswa, dapat dilihat pada lampiran
b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan dilaksanakan oleh guru mata pelajaran matematika yang bertindak sebagai guru dan dibantu peneliti serta teman sejawat dari program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Malang yang bertindak sebagai observer. Tindakan I dilaksanakan dalam 175 menit, berlangsung selama 2 kali pertemuan dengan rincian 1 kali pertemuan berlangsung selama 2 jam pelajaran dan 1 kali pertemuan berlangsung selama 3 jam pelajaran, yang 1 jam pelajaran mengambil waktu pelajaran bahasa inggris yang kebetulan guru mata pelajaran bahasa inggris adalah guru mata pelajaran matematika juga. Sebelum dilaksanakan penelitian pada pertemuan pertama, peneliti menemui guru mata pelajaran terlebih dahulu dengan tujuan untuk mendiskusikan rencana pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan I, Adapun rincian pelaksanaannya sebagai berikut. Pertemuan I (Selasa,24 Maret 2009 ) Tahap pendahuluan dimulai dengan guru mengucapkan salam dilanjutkan
dengan
sedikit
menyampaikan
tujuan
pembelajaran.
Disamping itu guru juga menjelaskan model pembelajaran kooperatif tipe TGT. Setelah itu guru membentuk kelompok belajar siswa yang telah disusun peneliti sebelumnya dan meminta siswa supaya setiap jam pelajaran matematika posisi duduk harus berkelompok. Lebih lanjut guru memberikan motivasi kepada siswa berupa hadiah, yaitu tiga kelompok
yang memperoleh skor turnamen tertinggi akan mendapatkan hadiah dan piagam penghargaan. Guru juga menjelaskan gambaran bahwa keberhasilan kelompok bergantung pada keberhasilan individu. Sehingga untuk menjadi kelompok yang terbaik, setiap anggota kelompok harus menyumbangkan skor turnamen yang terbaik pula. Untuk itu, pada saat diskusi kelompok harus terjadi tutor sebaya yaitu siswa yang berkemampuan
akademik
tinggi
harus
membantu
siswa
yang
berkemampuan akadenik sedang dan rendah, sehingga merekapun bisa memberikan yang terbaik untuk kelompoknya. Selanjutnya guru memulai tahap penyajian materi secara klasikal. Pada awalnya guru mengingatkan siswa tentang beberapa materi prasyarat yang telah dipelajari siswa sebelumnya, diantaranya adalah bangun datar persegi dan bangun datar persegi panjang. Setelah siswa duduk berkelompok, guru menjelaskan tentang materi pada pertemuan tersebut, materinya yaitu tentang bangun datar trapesium. Setelah usai menjelaskan materi, guru memberikan soal-soal untuk dikerjakan pada setiap masing-masing kelompok. Setelah waktu yang disediakan
untuk diskusi berakhir, guru meminta laporan dari
masing-masing kelompok
untuk
mempresentasikan
hasil diskusi
bersama-sama. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi yang telah dilakukan bersama-sama tersebut. Dan pada tahap terakhir yaitu guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. Pada
tahap ini ada 3 siswa yang bertanya tentang cara menghitung sudut bangun datar trapesium. Setelah semua pertanyaan siswa dijawab guru dan semua siswa faham materi ini, maka guru memberikan pekerjaan rumah untuk dikerjakan bersama masing-masing kelompoknya. Pertemuan II (Rabu, 25 maret 2009) Pada pertemuan ini dilaksanakan turnamen. Pertemuan dimulai pukul 08.10-09.20 dan 09.40-10-15 WIB. Sebelum dilaksanakan turnamen, Guru menjelaskan beberapa aturan turnamen yaitu dimulai dengan siswa duduk di meja turnamen masing-masing sesuai dengan kemampuan akedemiknya. Pada turnamen I ini terdapat lima meja turnamen, masing-masing meja terdiri dari 7 siswa yang homogen dari kemampuan akademik. Kemudian siwa mengambil satu kartu soal dan satu lembar jawaban untuk dikerjakan pada turnamen. Satu kartu soal terdiri dari satu soal, siswa harus mengerjakan satu soal pada satu lembar jawaban. Sehingga setelah mengerjakan satu soal siswa harus mengembalikan kartu tersebut pada tempatnya. Pada saat turnamen berlangsung siswa terlihat antusias sekali dalam mengerjakan soal karena selain dituntut benar juga harus cepat. Kemudian guru dan semua masing-masing perwakilan turnamen mencocokan hasil jawaban yang telah dijawab oleh perwakilan turnamen. Apabila jawaban dapat dijawab siswa dengan benar, maka siswa akan mendapat satu poin yang berupa gambar smile. Siswa yang menjawab dengan benar dan banyak akan
mendapat poin yang lebih banyak pula. Gambar smile dapat dilihat pada lampiran. Setelah itu salah satu perwakilan meja turnamen mengambil kartu soal selanjutnya untuk dikerjakan kembali. Demikian seterusnya sampai bel istirahat berbunyi, siswa diistirahatkan dan turnamen akan dilanjutkan setelah bel masuk berbunyi. Setelah waktu turnamen yang disediakan berahir dan sampai kartu soal telah dikerjakan semua, maka akan dilakukan penghitungan jumlah poin keseluruhan pada masingmasing kelompok. Kemudian guru mengumumkan tiga kelompok terbaik pertama yang menjadi juara I, II, dan III yang akan mendapat hadiah dan piagam penghargaan. Soal untuk turnamen dapat dilihat pada lampiran. Pada saat turnamen berlangsung guru mata pelajaran, peneliti dan teman sejawat masing-masing menjadi fasilatator di tiap meja turnamen. Tugas fasilitator adalah mengawasi jalannya turnamen. Hasil poin masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.5 Hasil Poin Kelompok pada Turnamen Siklus I Kelompok 1
Poin
Kelompok 2
Poin
A1
:
Dzurotun Nasichin
21
B1
:
Sufi Asfiyani
21
A2
:
Dewi Mariyam
19
B2
:
Siti Rahmawati
18
A3
:
Agung Prasetyo
10
B3
:
Zakaria Adi Saputra
12
A4
:
Nurul Azizah
10
B4
:
Rina Ba’ayu Fauziyah
11
A5
:
Darmaji
-
B5
:
Muh. Mundzir
10
A6
:
Muh. Nur Aini
13
B6
:
Dewi Asmaul Husna
-
Jumlah
73
Jumlah
72
Kelompok 3
Poin
Kelompok 4
Poin
C1
:
Siti Aisyah
24
D1
:
Malichatur Rizqiyah
23
C2
:
Muh. Ainun Najib
20
D2
:
Hasbiyah
18
C3
:
Indah Ayu Harnanik 11
D3
:
Lailatul Husna
11
C4
:
Syaiful Mu’minin
6
D4
:
Umul Khasanah
11
C5
:
Ariadus Sholihin
11
D5
:
Muh. Teguh Firmansyah
8
Jumlah
72
Jumlah
71
Kelompok 5
Poin
Kelompok 6
Poin
E1
:
Luluk Sufiyah
17
F1
:
Siti Maimunah
20
E2
:
Muh. Ali Hanani
18
F2
:
Khuriyati
21
E3
:
Arif Syaifuddin K.
12
F3
:
Zuriyanto
12
E4
:
Muh. Fauzan
10
F4
:
Zainal Abidin
13
E5
:
Misbahul Mubien
12
F5
:
Erni kumala Dewi
10
Jumlah Kelompok 7
69
Jumlah
Poin
G1 :
Fathur Rizqi Dwi Putro
17
G2 :
Lilik Nur Aini
19
G3 :
Lilik Farida
16
G4 :
Rofi Wahyu Romadhon 19
G5 :
Khoirul Islam
13
Jumlah
79
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa kelompok yang menjadi juara yaitu: kelompok 7, 6 dan 1 Kemudian yang terakhir yaitu tahap evaluasi, dimana pada tahap ini siswa bukan lagi berkelompok dan berdiskusi, melainkan tugas masing-masing individu, dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana
76
pemahaman siswa dalam 2 pertemuan tersebut. Siswa akan diberi soal tes I dengan jumlah soal sebanyak 3 soal. Sebelum tes I dimulai guru menugaskan kepada siswa supaya duduk kembali pada tempatnya masing-masing. Selanjutnya guru meminta supaya siswa tenang karena sebentar lagi akan diadakan tes. Guru memberikan 5 menit kepada kepada siswa untuk belajar kembali. Setelah itu peneliti mulai membagikan soal kesetiap siswa. Soal tes I dan perolehan skor dapat dilihat pada lampiran. Distribusi skor tes individu siklus I sebagaimana disajikan dalam table berikut: Tabel 4.6 Distribusi skor Tes Individual Siklus I Mata Pelajaran Matematika kelas V MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang No
Interval Skor
Frekuensi
Status*
1.
96-100
10
Lulus
2.
91-95
4
Lulus
3.
86-90
-
4.
81-85
2
Lulus
5.
76-80
1
Lulus
5.
71-75
-
6.
66-70
3
7.
61-65
-
8.
56-60
4
Lulus
9.
51-55
3
Lulus
10.
46-50
1
Lulus
11.
41-45
-
12.
36-40
7
13.
31-35
-
14.
0-30
-
Lulus
Tidak lulus
*Diambil dari kriteria penilaian di MI. Ar-Rahmah tahun ajaran 20082009
Berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan keberhasilan kelas, jika dibandingkan dengan hasil ulangan sebelumnya, tingkat keberhasilan kelas pada siklus ini adalah 80%, yakni dari 35 peserta tes, yang dinyatakan lulus sebanyak 28 orang. Sedangkan yang gagal sebanyak 7 orang siswa atau sebesar 20%, dan dua orang siswa yang tidak mengikuti tes. Siklus ke-2 akan dilanjutkan, karena tingkat keberhasilan kelas pada siklus ini tidak mencapai 85%. Dilihat dari beberapa jawaban tes siswa yang diberikan, kebanyakan siswa salah pada mencari sudut dari bangun datar trapesium. c. Hasil observasi Berdasarkan
hasil
pengamatan
peneliti
selama
kegiatan
pembelajaran nampak bahwa siswa sangat senang belajar dalam kelompok yang diturnamenkan. Mereka aktif berdiskusi dalam menyelesaikan masalah. Mereka sudah ada rasa tanggung jawab terhadap keberhasilan kelompok. Hasil observasi dua orang pengamat terhadap kegiatan guru dan siswa dapat dilihat pada tabel 4.7 dan table 4.8. Format observasi tindakan secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran Tabel 4.7 Hasil observasi pengamatan terhadap kegiatan guru pada siklus I Tahap
Indikator
PGMT
PGMT
I
II
A
1. Melaksanakan aktivitas rutin sehari-hari
14
9
W
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
14
14
A
3. Menentukan materi dan pentingnya materi
8
7
L
4. Memotivasi siswa
18
13
5. Membangkitkan
pengetahuan
prasyarat
termasuk materi tes awal yang belum
18
13
15
15
15
13
8. Menyediakan sarana yang dibutuhkan
4
4
1. Meminta siswa memahami lembar kerja
6
8
12
12
16
16
15
14
20
9
6. Membimbing kelancaran kegiatan diskusi
14
14
1. Merespon kegiatan diskusi
14
13
2. Membimbing turnamen
25
23
3. Mengakhiri pembelajaran
20
18
248
216
dipahami 6. Membentuk kelompok 7. Menjelaskan
cara
kerjasama
dan
tanggungjawab kelompok
2. Meminta
masing-masing
kelompok
bekerja sesuai tugas kelompok I
3. Membimbing dan mengarahkan kelompok
N
sehingga dapat terjadi belajar kooperatif
T
4. Meminta kelompok menyiapkan laporan
I
hasil kerja 5. Meminta
kelompok
melaporkan
hasil
kerjanya
A K H I R
Jumlah
Jika skor maksimal 280 maka berdasarkan data observasi yang dilakukan peneliti (PGMT I) terhadap aktivitas guru mata pelajaran, diperoleh persentase nilai rata-rata 88,6%. Sedangkan berdasarkan observasi yang dilakukan oleh teman sejawat (PGMT II), diperoleh persentase nilai rata-rata adalah 77.1%. Berarti taraf keberhasilan
aktivitas guru berdasarkan observasi kedua pengamat termasuk dalam kategori “Sangat Baik”. Tabel 4.8 Hasil observasi pengamat terhadap kegiatan siswa pada siklus I Indikator
T
SI
SII
R
10
10
10
9
11
7
10
10
12
3
6
11
4. Memahami tugas
11
10
10
15
5. Memahami tugas kelompok
6
6
6
8
5
5
5
5
20
18
18
20
20
18
20
19
3. Melakukan penemuan
20
20
18
20
4. Menyiapkan laporan hasil kerja
15
15
15
11
5. Melaporkan hasil kerja kelompok
15
3
4
5
6. Menanggapi presentasi
12
9
12
3
1. Melakukan turnamen
20
15
16
12
15
15
15
13
192
154
165
161
Tahap
1. Melaksanakan aktivitas rutin seharihari 2. Memperhatikan tujuan pembelajaran A W A L
3. Menanggapi materi prasyarat yang disampaikan guru
6. Menerima sarana yang dibutuhkan
1. Memahami tugas kelompok 2. Bekerja sesuai petunjuk soal untuk I N T I
A K H I R
memecahkan masalah
2. Mengakhiri pembelajaran
Jumlah
Jika skor maksimal 215 maka berdasarkan data observasi yang dilakukan oleh pengamat terhadap aktivitas siswa diperoleh persentase: siswa berkemampuan akademik tinggi (T) 89.3%, siswa berkemampuan
akademik sedang I (SI) adalah 71.6%, siswa berkemampuan akademik sedang II (SII) adalah 76.7%, dan siswa berkemampuan akademik rendah (R) adalah 74.9%. Berarti taraf keberhasilan aktivitas siswa berdasarkan observasi pengamat termasuk dalam kategori “Baik” dan “Sangat Baik”. Untuk mencatat informasi yang terjadi di lapangan dalam hal ini adalah informasi yang tidak dicatat pada lembar observasi maka peneliti membuat catatan lapangan. Hasil catatan lapangan selama pelaksanaan siklus I dapat dilihat pada tabel 4.9 Tabel 4.9 Hasil catatan lapangan pada siklus I Guru •
Terlalu cepat dalam berbicara ketika menyampaikan sesuatu (materi)
Siswa •
Siswa yang berkemampuan akademik tinggi cenderung mengerjakan soal kelompok secara individu
•
Siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran walaupun masih ada beberapa siswa yang kurang peduli terhadap pembelajaran tersebut
•
Pelaksanaan turnamen kurang efektif
•
Pada saat turnamen, ada satu kelompok yang saling bekerjasama selayaknya diskusi dalam kelompok
Hasil catatan lapangan ini akan dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan refleksi untuk menentukan langkah selanjutnya.
d. Refleksi Refleksi pada siklus I dilakukan untuk menentukan apakah siklus I sudah mencapai indikator keberhasilan tindakan atau belum. Jika belum maka akan dicari kelemahan-kelemahan yang ada pada siklus I yang selanjutnya akan diperbaiki pada siklus II. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, guru bidang studi, dan teman sejawat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa terlibat aktif dalam diskusi kelompok. Demikian juga berdasarkan hasil wawancara sudah baik, motivasi siswa terhadap pembelajaran dan tingkat pemahaman siswa terhadap materi juga sudah baik. Berdasarkan lembar observasi kegiatan guru dan siswa, diketahui bahwa kegiatan guru dan siswa sudah mencapai kriteria sangat baik dan baik. Dari segi hasil belum memenuhi kriteria keberhasilan yaitu meskipun terjadi peningkatan persentase siswa yang tuntas belajar yaitu dari 32.43% menjadi 80% tetapi masih belum mencapai kriteria ketuntasan belajar secara klasikal. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I belum berhasil. Dengan demikian perlu dicari kelemahan yang ada pada tindakan I untuk kemudian dapat ditentukan perbaikan-perbaikannya. Berdasarkan hasil diskusi antara peneliti dengan guru mata pelajaran dan teman sejawat, perbaikan yang akan dilakukan pada siklus II sebagai berikut:
1. Mekanisme turnamen yaitu setiap lima siswa membentuk kelompok dalam meja turnamen yang sudah tersedia satu set kartu soal. Setelah siswa siap dimeja turnamen masing-masing, peneliti memberi tanda supaya siswa mulai mengerjakan dengan mengambil kartu soal secara bergantian hingga waktu turnamen berakhir. 2. Membahas soal turnamen di kelas sehingga siswa lebih faham dan mengetahui cara menjawab yang benar. 3. Mengikutsertakan siswa pada saat mengoreksi jawaban turnamen siswa untuk menumbuhkan rasa tanggungjawab pada diri siswa. 4. Guru mata pelajaran berusaha tidak terlalu cepat ketika memberikan penjelasan didepan kelas sehingga siswa mampu mencerna dengan baik setiap apa yang dikatakan oleh guru. 5. Peneliti
harus
benar-benar
memperhatikan
waktu
sehingga
pembelajaran yang dilaksanakan benar-benar sesuai dengan RPP yang telah dibuat sebelumnya. Materi yang dibahas pada siklus II sama dengan materi siklus I yaitu tentang bangun datar trapesium. 3. Siklus II a. Perencanaan Pada tahap ini beberapa hal yang dilakukan peneliti adalah: 1. Menyiapkan rencana pembelajaran, lembar observasi, catatan lapangan, angket respon siswa, soal turnamen II, soal tes II, dan kunci jawaban dapat dilihat pada lampiran.
2. Menyiapkan soal-soal untuk latihan sebelum turnamen. Dapat dilihat pada lampiran. b. Pelaksanaan Tindakan
II
berlangsung
selama
105
menit
yang
dilaksanakan dalam 1 kali pertemuan. Untuk rincian pelaksanaannya sebagai berikut. Guru mata pelajaran memulai tahap pendahuluan dengan mengucapkan salam, menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengingatkan siswa tentang model pembelajaran TGT yang akan dilaksanakan. Guru mata pelajaran juga memberikan motivasi pada kelompok untuk berlomba-lomba menjadi kelompok yang terbaik, terutama kelompok yang pada turnamen I belum menjadi 3 kelompok terbaik. Untuk memotivasi siswa juga guru memberikan hadiah untuk juara I, II, dan III pada siklus I. Kemudian guru memberikan contoh bagaimana cara mengerjakan sudut trapesium, sebelumnya guru meminta siswa untuk mengerjakan soal tersebut, tetapi setelah beberapa saat tidak ada yang maju kedepan, guru mulai mengarahkan siswa untuk dapat mengerjakan soal tersebut. Setelah guru merasa bahwa siswa sudah bisa menggunakan konsep bangun datar trapesium, guru memberikan soal-soal pada setiap kelompok. Sebelum diskusi dimulai guru mengingatkan bahwa diakhir pembelajaran setiap kelompok harus menyerahkan laporan hasil diskusi.
Setelah waktu yang disediakan untuk berdiskusi habis, maka setiap kelompok harus menyerahkan hasil diskusi yang telah didiskusikan. Kemudian akan dilanjutkan dengan turnamen, sebelum turnamen dimulai, guru meminta siswa duduk dimeja turnamen. Kemudian peneliti memberikan perlengkapan turnamen pada setiap meja yaitu berupa satu set kartu soal dan lembar jawaban. Selanjutnya guru menjelaskan aturan turnamen yaitu setiap siswa mengambil satu kartu soal untuk dikerjakan dilembar jawaban. Setelah selesai dijawab, masing-masing perwakilan turnamen menaruh alat tulis diatas meja supaya tidak ada yang curang dalam hasil jawaban siswa kemudian memperhatikan jawaban yang akan dibacakan peneliti dan membahasnya bersama-sama. Kartu soal yang telah diambil tersebut dikembalikan ketempat semula dan mengambil kartu soal yang lain untuk dikerjakan di lembar jawaban yang sama. Begitu seterusnya sampai waktu yang disediakan berakhir atau kartu soal sudah dikerjakan semua. Setelah
selesai
memberikan
penjelasan,
peneliti
mempersilahkan siswa untuk mengambil satu kartu soal. Pada saat turnamen terlihat sekali antusias mereka dalam mengerjakan soal karena selain dituntut benar juga dituntut cepat. Siapa yang cepat dan benar dalam mengerjakan soal akan mendapat poin lebih banyak. Setelah waktu turnamen berakhir guru memberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum difahami.
Kemudian peneliti meminta siswa untuk menghitung poinnya masing-masing individu dilanjutkan dengan penghitungan poin kelompok. Setelah penghitungan poin selesai dilakukan, peneliti meminta lembar jawaban dikumpulkan dimeja paling depan. Kemudian peneliti mengumumkan kelompok yang menang juara I, II, dan III. Ketiga kelompok tersebut adalah kelompok 3, 4 dan 7. Jumlah poin masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 4.10 Hasil Poin Kelompok pada Turnamen Siklus II Kelompok 1
Poin
Kelompok 2
Poin
A1
:
Dzurotun Nasichin
9
B1
:
Sufi Asfiyani
8
A2
:
Dewi Mariyam
8
B2
:
Siti Rahmawati
9
A3
:
Agung Prasetyo
6
B3
:
Zakaria Adi Saputra
6
A4
:
Nurul Azizah
7
B4
:
Rina Ba’ayu Fauziyah
6
A5
:
Darmaji
-
B5
:
Muh. Mundzir
5
A6
:
Muh. Nur Aini
5
B6
:
Dewi Asmaul Husna
-
Jumlah
35
Jumlah
34
Kelompok 3
Poin
Kelompok 4
Poin
C1
:
Siti Aisyah
10
D1
:
Malichatur Rizqiyah
8
C2
:
Muh. Ainun Najib
10
D2
:
Hasbiyah
8
C3
:
Indah Ayu Harnanik 6
D3
:
Lailatul Husna
8
C4
:
Syaiful Mu’minin
8
D4
:
Umul Khasanah
7
C5
:
Ariadus Sholihin
6
D5
:
Muh. Teguh Firmansyah
9
Jumlah
40
Jumlah
40
Kelompok 5
Poin
Kelompok 6
Poin
E1
:
Luluk Sufiyah
10
F1
:
Siti Maimunah
10
E2
:
Muh. Ali Hanani
5
F2
:
Khuriyati
10
E3
:
Arif Syaifuddin K.
5
F3
:
Zuriyanto
7
E4
:
Muh. Fauzan
8
F4
:
Zainal Abidin
5
E5
:
Misbahul Mubien
5
F5
:
Erni kumala Dewi
5
Jumlah Kelompok 7
33 Poin
G1 :
Fathur Rizqi Dwi Putro
9
G2 :
Lilik Nur Aini
8
G3 :
Lilik Farida
8
G4 :
Rofi Wahyu Romadhon 6
G5 :
Khoirul Islam
Jumlah
Jumlah
8 39
Dan yang terakhir adalah tes evaluasi II dengan banyaknya soal 4 butir. Soal tes II dapat dilihat pada lampiran dan perolehan skor tes siswa dapat dilihat pada lampiran. Distribusi skor tes individu siklus I sebagaimana disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.11 Distribusi skor Tes Individual Siklus II Mata Pelajaran Matematika kelas V MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang No
Interval Skor
Frekuensi
Status*
1.
96-100
8
Lulus
2.
91-95
8
Lulus
3.
86-90
-
4.
81-85
5
Lulus
37
5.
76-80
5
Lulus
5.
71-75
-
6.
66-70
2
Lulus
7.
61-65
1
Lulus
8.
56-60
-
9.
51-55
-
10.
46-50
1
Lulus
11.
41-45
3
Lulus
12.
36-40
1
Tidak lulus
13.
31-35
-
14.
0-30
-
*Diambil dari kriteria penilaian di MI. Ar-Rahmah tahun ajaran 20082009 Berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan keberhasilan kelas, jika dibandingkan dengan hasil tes pada siklus I sebelumnya, tingkat keberhasilan kelas pada siklus ini adalah 97.14%, yakni dari 35 peserta tes, yang dinyatakan lulus sebanyak 34 orang siswa. Sedangkan yang gagal sebanyak 1 orang siswa atau sebesar 2.86%, karena skor tesnya kurang dari 42,5. Jadi pada siklus II ini seluruh siswa dinyatakan telah mencapai kriteria ketuntasan belajar secara klasikal. c. Hasil Observasi Berdasarkan
hasil
pengamatan
peneliti
selama
kegiatan
pembelajaran nampak bahwa siswa sangat senang dalam belajar kelompok. Mereka aktif berdiskusi dalam menyelesaikan masalah dan
mereka sudah mempunyai rasa tanggungjawab terhadap keberhasilan kelompok. Hasil observasi dua orang pengamat terhadap kegiatan guru dan siswa dapat dilihat pada tabel 4.12 dan tabel 4.13. Format observasi tindakan secara lebih rinci dapat dilihat pada lampiran. Tabel 4.12 Hasil observasi pengamatan terhadap kegiatan guru pada siklus II INDIKATOR
Tahap
PGMT
PGMT
I
II
A
1. Melaksanakan aktivitas rutin sehari-hari
14
9
W
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran
15
13
A
3. Menentukan materi dan pentingnya materi
11
13
L
4. Memotivasi siswa
18
14
12
17
15
15
11
8
8. Menyediakan sarana yang dibutuhkan
5
5
I
1. Meminta siswa memahami lembar kerja
10
6
N
2. Meminta masing-masing kelompok bekerja
13
9
18
15
15
12
5. Meminta kelompok melaporkan hasil kerjanya
20
17
6. Membimbing kelancaran kegiatan diskusi
15
12
1. Merespon kegiatan diskusi
19
10
5. Membangkitkan
pengetahuan
prasyarat
termasuk materi tes awal yang belum dipahami 6. Membentuk kelompok 7. Menjelaskan
cara
kerjasama
dan
tanggungjawab kelompok
T I
sesuai tugas kelompok 3. Membimbing dan mengarahkan kelompok sehingga dapat terjadi belajar kooperatif 4. Meminta kelompok menyiapkan laporan hasil kerja
A
K H I R
2. Membimbing turnamen 3. Mengakhiri pembelajaran Jumlah
25
25
20
17
256
217
Jika skor maksimal 280 maka berdasarkan data observasi yang dilakukan peneliti (PGMT I) terhadap aktifitas guru, diperoleh persentase nilai rata-rata 91.4%. sedangkan observasi yang dilakukan oleh teman sejawat (PGMT II), diperoleh persentase nilai rata-rata 77.5%. Berarti taraf keberhasilan aktifitas guru berdasarkan observasi kedua pengamat termasuk dalam kategori “Sangat Baik”. Tabel 4.13 Hasil observasi pengamat terhadap kegiatan siswa pada siklus II Tahap
A
INDIKATOR
T
SI
SII
R
7. Melaksanakan aktivitas rutin sehari-hari
10
9
6
8
8. Memperhatikan tujuan pembelajaran
20
18
7
15
15
11
6
9
9. Menanggapi
materi
prasyarat
yang
W
disampaikan guru
A
10. Memahami tugas
15
15
10
14
L
11. Memahami tugas kelompok
8
8
5
9
5
5
5
5
19
20
14
18
20
20
15
20
12. Menerima sarana yang dibutuhkan
7. Memahami tugas kelompok I
8. Bekerja sesuai petunjuk soal untuk
N
memecahkan masalah
T
9. Melakukan penemuan
18
20
19
16
I
10. Menyiapkan laporan hasil kerja
15
15
13
11
11. Melaporkan hasil kerja kelompok
15
3
3
3
A K H I R
12. Menanggapi presentasi
13
3
9
9
1. Melakukan turnamen
16
16
16
16
15
15
14
15
204
178
142
168
2. Mengakhiri pembelajaran
Jumlah
Jika skor maksimal 215 maka berdasarkan data observasi yang dilakukan oleh pengamat terhadap aktivitas siswa diperoleh persentase: siswa berkemampuan akademik tinggi (T) adalah 94.9%, siswa berkemampuan
akademik
sedang
I
(SI)
adalah
82,8%,
siswa
berkemampuan akademik sedang II (SII) adalah 66.0%, dan siswa berkemampuan akademik rendah (R) adalah 78.1%. Berarti taraf keberhasilan aktifitas siswa berdasarkan observasi pengamat termasuk dalam kategori “Baik an Sangat Baik” Untuk mencatat informasi yang tidak dapat dicatat dalam lembar observasi maka peneliti membuat catatan lapangan. Hasil catatan lapangan pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.14 Tabel 4.14 Hasil catatan lapangan pada siklus II Guru •
Masih agak terlalu cepat dalam berbicara ketika menyampaikan sesuatu kepada anak-anak
Siswa •
Waktu diskusi tidak sesuai dengan yang direncanakan
•
Ada siswa yang berdiskusi dengan kelompok lain
•
Pada saat turnamen, ada siswa yang berusaha mencontoh jawaban siswa lain
Hasil catatan lapangan ini digunakan sebagai pertimbangan pada saat melakukan refleksi. d. Hasil wawancara Setelah pelaksanaan turnamen pada siklus I, peneliti melakukan wawancara dengan subyek penelitian untuk mengetahui kerjasama dalam kelompok, motivasi siswa terhadap pembelajaran, dan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran. Dengan demikian pertanyaan dalam pedoman wawancara terdiri dari tiga bagian, yaitu kerjasama, motivasi, dan pemahaman. Pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran. Untuk kriteria kerjasama, hasil wawancara menunjukkan bahwa semua subyek merasa senang bekerjasama dalam kelompok. Keempat subyek yaitu berinisial A, B, C, dan D menyatakan bahwa belajar kelompok lebih mereka sukai dari pada belajar secara individual. Berikut ini petikan alasan masing-masing subyek penelitian mengapa mereka lebih menyukai belajar secara kooperatif. A : “Saya senang belajar dengan cara kerja kelompok, karena saya dapat membantu teman-teman sekelompok saya yang kurang faham dengan materi pelajaran yang dijelaskan oleh bu Vita.” B : ”Kalau belajar kelompok, saya bisa kerja sama dengan teman-teman.”
C : ”Saya senang belajar kelompok, karena saya memperoleh nilai yang bagus.” D : ”Suka bu, karena keadaan kelas jadi ramai, dan nilainya bagusbagus.” Dalam
bekerjasama,
siswa
tidak
membedakan
masalah
kemampuan dan jenis kelamin. Hal ini dilakukan agar dapat memupuk keakraban,
saling
menghargai
dan
pekerjaan
kelompok
dapat
diselesaikan dengan cepat. Sehubungan dengan motivasi terhadap pembelajaran kooperatif tipe TGT, semua subyek mengatakan bahwa mereka senang belajar kelompok karena dapat saling menghargai ketika bekerjasama dan dapat saling membantu antar teman dalam kelompok. Keempat subyek mengatakan setuju jika pembelajaran materi lain juga diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT. Alasannya dengan bekerjasama mereka dapat menjalin persaudaraan yang erat, saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Selanjutnya sehubungan dengan pemahaman siswa setelah mengikuti pembelajaran trapesium dengan belajar kooperatif tipe TGT, keempat subyek menyatakan bahwa mereka lebih mudah memahami materi. Alasannya karena jika ada yang kurang mengerti atau kurang jelas biasa langsung bertanya pada teman sekelompok yang sudah faham. Berdasarkan wawancara, maka dapat disimpulkan bahwa siswa sangat suka belajar secara kooperatif tipe TGT karena dapat bekerjasama dalam
menyelesaikan tugas dan dapat saling membantu. Selain itu, mereka juga lebih mudah dalam memahami materi pelajaran. e. Hasil angket respon siswa Untuk melengkapi data mengenai respon siswa terhadap pembelajaran, peneliti menyebarkan angket kepada siswa kelas V MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang setelah pemberian tindakan. Angket siswa dapat dilihat pada lampiran. Hasil respon siswa setelah siklus II dapat dilihat pada tabel 4.15 Tabel 4.15 Hasil angket respon siswa setelah siklus II NO PERTANYAAN 1
JAWABAN
FREKUENSI PERSEN
Sangat Sesuai
26
83.87%
Sesuai
5
16.12%
Tidak Sesuai
-
0%
Sangat Tidak Sesuai
-
0%
Jumlah 2
100%
Sangat Sesuai
7
22.58%
Sesuai
15
48.38%
Tidak Sesuai
9
28.03%
Sangat Tidak Sesuai
-
0%
Jumlah 3
100%
Sangat Sesuai
10
32.25%
Sesuai
15
48.38%
Tidak Sesuai
4
12.90%
Sangat Tidak Sesuai
2
6.45%
Jumlah
100%
4
Sangat Sesuai
12
38.71%
Sesuai
9
22.58%
Tidak Sesuai
10
32.25%
Sangat Tidak Sesuai
-
0%
Jumlah 5
100%
Sangat Sesuai
16
51.61%
Sesuai
10
32.25%
Tidak Sesuai
4
12.90%
Sangat Tidak Sesuai
1
3.22%
Jumlah 6
100%
Sangat Sesuai
18
58.06%
Sesuai
11
35.48%
Tidak Sesuai
1
3.22%
Sangat Tidak Sesuai
1
3.22%
Jumlah 7
100%
Sangat Sesuai
15
48.38%
Sesuai
15
48.38%
Tidak Sesuai
-
0%
Sangat Tidak Sesuai
1
3.22%
Jumlah 8
100%
Sangat Sesuai
13
41.93%
Sesuai
15
48.38%
Tidak Sesuai
3
9.68%
Sangat Tidak Sesuai
-
0%
Jumlah 9
100%
Sangat Sesuai
14
45.16%
Sesuai
14
45.16%
Tidak Sesuai
2
6.45%
Sangat Tidak Sesuai
1
3.22%
Jumlah
100%
10
Sangat Sesuai
12
38.71%
Sesuai
17
54.84%
Tidak Sesuai
2
6.45%
Sangat Tidak Sesuai
-
0%
Jumlah 11
100%
Sangat Sesuai
25
80.64%
Sesuai
6
19.35%
Tidak Sesuai
-
0%
Sangat Tidak Sesuai
-
0%
Jumlah 12
100%
Sangat Sesuai
11
35.48%
Sesuai
12
38.71%
Tidak Sesuai
6
19.35%
Sangat Tidak Sesuai
2
6.45%
Jumlah 13
100%
Sangat Sesuai
10
32.25%
Sesuai
14
45.16%
Tidak Sesuai
7
22.58%
Sangat Tidak Sesuai
-
0%
Jumlah 14
100%
Sangat Sesuai
8
25.81%
Sesuai
21
67.74%
Tidak Sesuai
2
6.45%
Sangat Tidak Sesuai
-
0%
Jumlah 15
100%
Sangat Sesuai
24
77.42%
Sesuai
7
22.58%
Tidak Sesuai
-
0%
Sangat Tidak Sesuai
-
0%
Jumlah
100%
16
Sangat Sesuai
20
64.52%
Sesuai
9
29.03%
Tidak Sesuai
2
6.45%
Sangat Tidak Sesuai
-
0%
Jumlah 17
100%
Sangat Sesuai
9
29.03%
Sesuai
11
35.48%
Tidak Sesuai
7
22.58%
Sangat Tidak Sesuai
4
12.90%
Jumlah 18
100%
Sangat Sesuai
15
48.38%
Sesuai
13
41.93%
Tidak Sesuai
2
6.45%
Sangat Tidak Sesuai
1
3.22%
Jumlah
100%
Sumber: data diolah Berdasarkan
persentase
rata-rata
masing-masing
item
pernyataan yang sudah diperoleh pada tabel diatas dan kriteria respon belajar siswa. Berikut ini penjelasan masing-masing item pernyataan pada angket respon siswa. 1. Dari pernyataan 1 dapat disimpulkan bahwa siswa sangat senang mengikuti pelajaran dengan cara berkelompok dengan teman-teman sekelas. 2. Dari pernyataan 2 dapat disimpulkan bahwa siswa sudah memahami setiap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru dalam pelajaran. 3. Dari pernyataan 3 dapat disimpulkan bahwa siswa bersedia saling membantu dengan teman-teman dalam mempelajari matematika.
4. Dari pernyataan 4 dapat disimpulkan bahwa siswa sangat tidak merasa malu untuk bertanya pada guru setiap ada kesempatan bertanya. 5. Dari pernyataan 5 dapat disimpulkan bahwa siswa sangat tidak merasa malu untuk bertanya pada anggota kelompok setiap ada kesempatan bertanya. 6. Dari pernyataan 6 dapat disimpulkan bahwa siswa sangat yakin akan berhasil dalam belajar. 7. Dari pernyataan 7 dapat disimpulkan bahwa siswa memiliki kemampuan untuk terus mempelajari matematika karena banyak yang belum diketahui. 8. Dari pernyataan 8 dapat disimpulkan bahwa siswa yakin dapat mempelajari setiap materi pelajaran dengan baik. 9. Dari pernyataan 9 dapat disimpulkan bahwa siswa dapat bersedia mengerjakan tugas dengan baik. 10. Dari pernyataan 10 dapat disimpulkan bahwa siswa berdiskusi dengan teman-teman untuk menyelesaikan tugas yang dianggap sulit. 11. Dari pernyataan 11 dapat disimpulkan bahwa siswa sangat senang jika keberhasilannya mendapat pengakuan dan pujian dari guru dan teman-teman. 12. Dari pernyataan 12 dapat disimpulkan bahwa belajar kooperatif sesuai dengan keinginan siswa.
13. Dari pernyataan 13 dapat disimpulkan bahwa siswa peduli dengan temannya yang belum berhasil. 14. Dari pernyataan 14 dapat disimpulkan bahwa dengan belajar kooperatif, siswa terdorong untuk mempelajari matematika secara detail. 15. Dari pernyataan 15 dapat disimpulkan bahwa siswa sangat berusaha untuk mendapatkan nilai matematika terbaik dikelas. 16. Dari pernyataan 16 dapat disimpulkan bahwa siswa sangat menyenangi metode belajar kelompok. 17. Dari pernyataan 17 dapat disimpulkan bahwa siswa yakin dapat menjawab soal-soal tes pelajaran dengan kemampuan sendiri. 18. Dari pernyataan 18 dapat disimpulkan bahwa siswa merasa sangat puas dengan hasil tes matematikanya. Berdasarkan analisis hasil angket dapat disimpulkan bahwa siswa sangat senang belajar dalam kelompok dan sangat menyukai pembelajaran yang diturnamenkan. f. Refleksi Refleksi pada siklus II dilakukan untuk menentukan apakah siklus II sudah berhasil atau belum. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, guru mata pelajaran, dan teman sejawat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa terlibat aktif dalam diskusi kelompok. Demikian juga berdasarkan hasil angket terhadap seluruh siswa, diperoleh bahwa kerjasama dalam kelompok lebih mereka sukai daripada belajar sendiri.
Berdasarkan lembar observasi kegiatan guru dan siswa diketahui bahwa kegiatan guru dan siswa sudah mencapai kriteria sangat baik dan baik. Dari segi hasil juga sudah memenuhi kriteria keberhasilan yaitu selain terjadi peningkatan persentase siswa yang tuntas belajar yaitu dari 80% menjadi 97.14% juga telah mencapai kriteria ketuntasan belajar secara klasikal. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah berhasil. Dan berdasarkan rencana semula bahwa pemberian tindakan hanya dilaksanakan pada dua siklus jadi penelitian berakhir pada siklus II. 4. Refleksi Masing-Masing Siklus 1. Siklus I Beberapa refleksi yang diperoleh pada siklus I sebagai berikut: 1. Subyek penelitian aktif bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan soal-soal. 2. Subyek penelitian merasa senang dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT karena tidak malu bertanya kepada teman, melatih berfikir dengan cepat, dan dapat menumbuhkan sikap saling menghormati dan menghargai pendapat orang lain. 3. Prestasi belajar siswa yang diukur melalui tes akhir siklus belum menunjukkan hasil yang diinginkan karena belum mencapai kriteria ketuntasan belajar secara klasikal
2. Siklus II Beberapa refleksi yang diperoleh pada siklus II sebagai berikut: 1. Subyek penelitian aktif bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan soal-soal 2. Siswa senang belajar matematika secara kelompok sehingga termotivasi untuk menguasai materi pelajaran matematika secara detail 3. Pemberian soal yang tidak terlalu menuntun siswa menjadikan mereka lebih aktif berdiskusi dalam kelompok dan bertanya kepada guru 4. Prestasi belajar siswa yang diukur melalui tes akhir siklus sudah menunjukkan hasil yang diinginkan yaitu telah mencapai kriteria ketuntasan belajar secara klasikal walaupun ada beberapa anak yang lulus dengan nilai minim.
BAB V PEMBAHASAN
A. Penerapan Pembelajaran Kooperatif tipe TGT dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas V MI Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran matematika siswa kelas V MI Ar-Rahmah Jabung Malang ada 2 tahap yaitu pra kegiatan pembelajaran dan detail kegiatan pembelajaran. 1. Pra kegiatan pembelajaran TGT a. Persiapan, dilakukan untuk mempersiapkan materi yaitu sifat-sifat bangun datar trapesium. Peneliti mempersiapkan soal-soal kelompok dengan kunci jawabannya dan juga mempersiapkan soal-soal/kartu turnamen
dengan
kunci
jawabannya.
Selain
mempersiapkan
pembuatan soal-soal, peneliti juga membagi siswa kedalam beberapa kelompok, peneliti mengelompokkan siswa mejadi 7 kelompok yang berkemampuan akademik heterogen. Pembentukan kelompok tersebut dilakukan dengan mengurutkan hasil tes siswa sebelum dilakukannya penelitian, kelompok-kelompok yang terbentuk diusahakan berimbang baik dalam hal kemampuan akedemik maupun jenis kelamin dan rasnya. (Pembentukan kelompok dapat diihat pada tebel 4.3) b. Membagi siswa kedalam meja turnamen, pada kelompok turnamen terdiri dari 6-7 siswa yang mempunyai kemampuan homogen dan
berasal dari kelompok berlainan. Cara pembentukannya secara detail dapat dilihat pada gambar 2.4. 2. Detail kegiatan pembelajaran f. Penyajian kelas, pada tahap pembukaan guru mata pelajaran menyampaikan materi yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran dan memberikan motivasi (prasyarat belajar). Saat pembelajaran kelas ini peneliti sudah mempersiapkan soal-soal yang harus dikerjakan dalam kelompok
dan
soal-soal/kartu
turnamen.
Dan
pada
tahap
pengembangan guru mata pelajaran memberikan penjelasan materi sifat-sifat bangun datar trapesium secara detail sampai siswa tidak ada yang bertanya lagi. g. Belajar kelompok, guru mata pelajaran membacakan anggota kelompok dan meminta siswa untuk berkumpul sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Kelompok terdiri dari 5-6 siswa yang anggotanya mempunyai kemampuan akademik heterogen. Guru mata pelajaran memerintahkan kepada siswa untuk belajar dalam kelompok (kelompok asal) yang bertujuan untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat turnamen. Pada saat belajar kelompok, tiap kelompok mendiskusikan masalah bersamasama, membandingkan jawaban dan memperbaiki pemahaman yang salah tentang suatu materi, tiap anggota kelompok melakukan yang terbaik untuk kelompoknya dan dalam kelompok melakukan yang
terbaik untuk membantu sesama anggota. Jika ada satu anggota yang tidak bisa mengarjakan soal atau memiliki pertanyaan yang terkait dengan soal tersebut, maka teman sekelompoknya mempunyai tanggungjawab untuk menjelaskan soal atau pertanyaan tersebut. Jika dalam satu kelompok tersebut tidak ada yang bisa mengerjakan maka siswa bisa meminta bimbingan guru. Setelah belajar kelompok selesai guru mata pelajaran meminta kepada perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok. h. Validasi kelas, guru mata pelajaran meminta tiap-tiap kelompok untuk menjawab soal-soal yang sudah didiskusikan sesama kelompoknya dan guru menyimpulkan jawaban dari masing-masing kelompok untuk didiskusikan bersama. i. Turnamen, sebelum turnamen dilakukan, guru mata pelajaran dibantu dengan peneliti membagi siswa kedalam meja-meja turnamen. Setelah masing-masing siswa berada dalam meja turnamen berdasarkan unggulan masing-masing kemudian guru membagikan satu set seperangkat soal turnamen. Satu set seperangkat turnamen terdiri dari kartu soal turnamen, lembar jawaban, dan poin gambar smile. Semua seperangkat soal untuk masing-masing meja adalah sama. Pada tahap awal turnamen, tiap perwakilan meja turnamen mengambil soal no. 1 dan dikerjakan secara individu. Setelah selesai menjawabnya, semua siswa harus menaruh alat tulisnya di atas meja dan mendengarkan kunci jawaban yang akan dibacakan oleh peneliti, kemudian bagi
jawaban yang benar akan mendapatkan 1 poin smile yang akan dikumpulkan sebanyak-banyaknya dan pada tahap terakhir akan dijumlahkan dengan anggota kelompok asalnya. Semua anggota turnamen berhak mengambil sendiri poin yang telah disediakan asalkan soal dijawab dengan benar. Kemudian dilanjutkan kesoal yang ke-2 dan begitu seterusnya. Setelah usai turnamen, masing-masing anggota turnamen mengumumkan siswa yang paling banyak mendapatkan poin dan selanjutnya kelompok turnamen kembali kekelompok asal sambil membawa poin-poin yang telah mereka dapat, kemudian masing-masing kelompok akan menjumlah poin-poin tersebut. Kelompok yang mendapat poin terbanyak maka dialah yang akan menjadi juaranya. Juara yang diambil yaitu juara I, II dan III. j. Penghargaan kelompok, peneliti mengumumkan tiga kelompok yang mempunyai poin tertinggi diantara kelompok yang lain yang akan mendapatkan hadiah dan piagam penghargaan dari peneliti. Kelompok yang mendapat poin terbanyak pada siklus I adalah kelompok 7, 6 dan 1 sedangkan pada siklus II yaitu kelompok 3, 4 dan 7. Setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe TGT pada siklus I dan siklus II, siswa aktif dalam bekerjasama dalam kelompok untuk menyelesaikan masalah dan juga mereka merasa senang dengan pembelajaran kooperatif tipe TGT karena tidak malu bertanya kepada teman, melatih berfikir dengan cepat, dan dapat menumbuhkan sikap saling menghormati dan
menghargai pendapat orang lain sehingga dapat termotivasi untuk menguasai materi pelajaran matematika secara detail Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara, pemberian pertanyaan dalam angket, dan hasil tes atas penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran matematika, sebagaimana dijabarkan pada Bab IV telah menunjukkan bahwa hipotesis yang dirumuskan di bab pendahuluan yang berbunyi, “Jika pembelajaran kooperatif tipe TGT diterapkan dalam proses pembelajaran Matematika, maka dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V MI. Ar-Rahmah Bendo Jabung Malang” Teruji. Data-data secara kuantitatif menunjukkan bahwa berdasarkan hasil tes individual pada sebelum penelitian, siklus I, dan siklus II terjadi peningkatan yang signifikan.
B. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V MI Ar-Rahmah Jabung Malang dengan Diterapkannya Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. Hasil tes akhir siklus menunjukkan prestasi belajar matematika siswa meningkat setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe TGT jika dilihat dari banyaknya siswa yang tuntas belajar. Dari data awal diketahui 32.43% siswa yang tuntas belajar dan setelah pelaksanaan siklus I siswa yang tuntas belajar naik menjadi 80%. Pada siklus II semua siswa naik menjadi 97.14%, meskipun masih ada beberapa siswa yang mendapatkan hasil yang minim. Sedangkan jika dilihat dari kriteria ketuntasan belajar secara klasikal maka
pada siklus I belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Karena hanya 80% siswa yang tuntas belajar tetapi pada siklus II sudah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal karena terdapat ≥85% siswa yang tuntas belajar. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Rahardi yang menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model belajar kooperatif tipe TGT lebih baik dari siswa yang menggunakan model konvensional. Peningkatan prestasi yang terjadi di kelas V tersebut sangat dipengaruhi oleh model pembelajaran yang diterapkan yaitu pembelajaran kooperatif tipe TGT. Karena faktor eksternal yang datang dari sekolah yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah model pembelajaran yang digunakan. Hal-hal yang ada dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa diantarannya adalah pembentukan kelompok yang heterogen. Pembentukan kelompok secara heterogen dari segi kemampuan akademik bertujuan agar siswa tidak hanya belajar dari guru tetapi bisa belajar dari anggota kelompoknya yang berkemampuan akademiknya lebih tinggi. Dan diharapkan siswa dapat lebih memahami materi dengan penjelasan dari temannya sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut, Lie dalam bukunya menyatakan “Banyak penelitian menunjukkan bahwa pengajaran oleh rekan sebaya (peer teaching) ternyata lebih efektif daripada pengajaran oleh guru. Hal ini disebabkan oleh latar belakang pengalaman dan pengetahuan (skema dalam dunia pendidikan) para siswa yang lebih mirip satu dengan yang lainnya dibandingkan dengan skema guru. Selain yang telah disebutkan, keuntungan kelompok heterogen adalah:
1. Meningkatkan relasi dan interaksi antar siswa, dan 2. Memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu siswa berkemampuan tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap empat siswa. Presentasi dan diskusi kelas juga berperan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Dengan diskusi, mereka dapat saling mengetahui hasil kelompok, mungkin hasilnya sama tetapi cara penyelesaiannya berbeda. Ini berarti pengalaman belajar siswa bertambah, demikian juga pada saat diskusi kelas, guru dapat mengetahui apakah konsep-konsep yang telah dipelajari dapat dipahami oleh siswa. Apabila terjadi kesalahpahaman terhadap suatu konsep, guru dapat segera meluruskan kesalahan tersebut. Adapun ketidak berhasilan siklus I mencapai kriteria ketuntasan belajar secara klasikal diduga karena soal turnamen tidak dibahas, dikoreksi, dan dinilai sendiri oleh siswa sehingga motivasi belajar siswa berkurang. Hal ini sesuai dengan pendapat Prayitno mulanya menyala-nyala dapat berkurang bahkan hilang sama sekali karena guru kurang memberikan informasi tentang angka penilaian yang mereka berikan. Dijelaskan lebih lanjut oleh Prayitno bahwa evaluasi secara transparan (dikoreksi dan dinilai sendiri oleh siswa dengan bimbingan guru) mampu meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini disebabkan karena mereka menyadari kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan dan cara-cara yang seharusnya mereka lakukan. Berdasarkan hal ini maka penskoran turnamen pada siklus II dilakukan sendiri oleh siswa dengan
bimbingan guru dan hasilnya ternyata sesuai dengan yang diharapkan, siswa termotivasi untuk belajar sehingga prestasi belajar meningkat. Meskipun penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V MI. Ar-Rahmah tetapi masih terdapat beberapa siswa yang hasilnya hampir mendekati nilai minimal. Hal ini disebabkan karena mereka cenderung pasif ketika berlangsung diskusi kelompok. Hal ini diketahui peneliti dari hasil wawancara di kelas siswa yang berkemampuan akademik tinggi. Siswa tersebut mengatakan bahwa anggota kelompoknya yang tidak tuntas belajar diakibatkan karena dia tidak mau bertanya jika ada materi yang belum dipahaminya padahal anggota kelompok yang lain selalu mengajaknya untuk ikut berdiskusi, bertanya dan menyampaikan pendapat. Pendapat lainnya adalah karena mereka diduga tidak mau memusatkan perhatiannya pada pelajaran. Ada diantara mereka yang sering membuat ramai kelas karena senang mengganggu teman-temannya yang lain. Sehingga pada saat tes banyak soal yang dijawab dengan salah.
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Ada 2 tahap dalam penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu (1) Pra kegiatan pembelajaran TGT; Persiapan membuat soal kelompok dan soal turnamen beserta kunci jawabannya kemudian mengelompokkan siswa mejadi 7 kelompok yang berkemampuan heterogen, setelah itu membagi siswa kedalam meja turnamen, pada kelompok turnamen terdiri dari 6-7 siswa yang mempunyai kemampuan homogen. (2) Detail kegiatan pembelajaran; guru memberikan penjelasan materi sifat-sifat bangun datar trapesium secara detail, kemudian belajar kelompok dilanjutkan dengan mempresentasikan hasil diskusi kemudian guru menyimpulkan jawaban dari masing-masing kelompok untuk didiskusikan bersama. Turnamen, masing-masing siswa yang berkemampuan homogen berada dalam meja turnamen kemudian guru membagikan satu set seperangkat soal turnamen dan dikerjakan secara individu. Kemudian mencocokkan jawabannya dan jawaban yang benar mendapatkan poin smile. Setelah selesai turnamen, masing-masing kelompok menjumlahkan poin-poin tersebut, yang mendapatkan hadiah dan piagam penghargaan yaitu dari kelompok 7, 6, dan 1 pada siklus I sedangkan pada siklus II yaitu kelompok 3, 4 dan 7. 2. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa kelas V MI Ar-Rahmah Jabung Malang pada sub pokok bangun datar trapesium. Berdasarkan hasil tes individual
pada sebelum penelitian, siklus I, dan siklus II terjadi peningkatan yang signifikan, mulai dari tingkat keberhasilan sebelum diadakannya penelitian sebesar
32.43%, setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe TGT tingkat keberhasilan yang dicapai siswa pada siklus I meningkat menjadi 80%, kemudian pada siklus II meningkat lagi menjadi 97.14%. Hal ini menunjukkan 97.14% siswa berhasil mempelajari bangun datar trapesium pada mata pelajaran matematika dan terjadi peningkatan prestasi belajar siswa.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, beberapa saran yang perlu disampaikan sebagai berikut: 1. Guru mata pelajaran matematika di MI Ar-Rahmah disarankan untuk lebih perhatian dan “telaten” dalam mengajarkan suatu materi kepada siswa yang kemampuan akademiknya rendah. 2. Guru mata pelajaran matematika disarankan menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan pembelajaran matematika terutama pada siswa yang berkemampuan akademiknya hampir sama dengan siswa MI. Ar-Rahmah. 3. Untuk semua guru khususnya guru SD disarankan apabila mengajar gunakanlah bahasa anak dan jangan terlalu cepat dalam menerangkan materi khususnya materi pada pelajaran matematika, supaya siswa dapat paham dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA Afifuddin, Nur. 29 Maret 2009. Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Konsep Jamur Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered-HeadTogether Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 1 Gebog (http://begawanafif.blogspot.com/2009/02/meningkatkan-hasil-belajarbiologi.htmlperbedaansmpn1boyolali.files.wordpress.com/2008/07/coop erativ-l.pptIbrahim) Arifin, Zainal. 1991. Evaluasi Instruksional Prinsip Teknik Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya. Arifin. 2003. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Jakarta: Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Azizah, Siti Nurlailah. 2004. “Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Antara Siswa Yang Diajar Dengan Pembelajaran Kooperatif Model TGT Dan Siswa Yang Diajar Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Pokok Bahasan Statistika Siswa Kelas VIII SLTPN 2 Malang Tahun Ajaran 2003/2004”, Skripsi, FMIPA UM Malang. Djamarah, Syaiful Bakri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. Djamarah, Syaiful dan Zain Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Erman,
S. Ar. 2003. IMSTECJKA.
Evaluasi
Pembelajaran
Matematika.
Bandung:
Heriani, Korelasi Tingkat Kesulitan Belajar Matematika Dengan Prestasi Belajar Matematika di SMU. (http://diakses tanggal 28 Maret 2009) Hidayah, Khusnul. 2005. “Perbedaan Prestasi Belajar Antara Siswa yang Diajar menggunakan Pembelajaran kooperatif Model TGT dan Siswa yang Diajar Menggunakan Ekspository Pada Pokok Bahasan Toerema Phytagoras di MTSN II Malang”, Skripsi, FMIPA UM Malang.
Is, Siti Rosmawar. 28 Maret 2009. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Dan Kaitannya Dalam Meningkatkan Kapasitas Siswa (|http://jurnal-kompetensi.blogspot.com/2008/02/model-pembelajarankooperatif.html). Kahfi, Shohibul. 2003. Pembelajaran Kooperatif dan Pelaksanaannya dalam Pembelajaran Matematika. Malang: FMIPA UM. Mardalis. 2006. Metode Penelitian suatu pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara. Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Muslimin, & Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA. Mujiono, & Dimyati. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Nasution, Wahyudin Nur. 28 Maret 2009. Efektivitas Strategi Pembelajaran Koperatif dan ekspositori Terhadap Hasil Belajar Sains Ditinjau Dari Cara Berpikir (http://rafiud.wordpress.com/assalamualaikum/ciri kooperatif). Noornia, Anton. 2005. “Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan STAD (Student Teams Achievment Divisioan) pada Pengajaran Persen Kelas VI SD Islam Maarif 02 Singosari”, Skripsi,FMIPA UM Malang. Qohar, Mas’ud Hasan Abdul. 1983. Kamus Ilmu Populer. Jakarta: Bintang Pelajar. Rahayu, Sri. 1998. Pembelajaran Kooperatif Dalam Pendidikan Ipa Jurnal Matematika Ipa Dan Pengajarannya.Selvia. 2008. Belajar. 28 Maret 2009 (http://tpers.net/?p=935) Rusyidah. 2005. “Belajar Kooperatif Model STAD untuk Membantu Pemahaman Siswa pada Pokok Bahasan Lingkaran di Kelas II SMP Negeri 4 Malang”, Skripsi, FMIPA UM Malang.
R. Soedjadi. 1999/2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Sadiman, Arief. S., dkk. 2003. Media Pendidikan, Pengertian Pengembangan dan Manfaatnya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sasmito, Heri. 2005. “Perbedaan Efektivitas Pembelajaran Matematika yang Menggunakan Pendekatan Kooperatif model TGT dengan yang Menggunakan Metode Ekspositori di SLTP LAB UM”, Skripsi, FMIPA UM Malang. Setyosari, Punaji. 2001. Rancangan Pembelajarani: Teori dan Praktek. Malang: Elang Mas. Silberman, Melvin L.. 2006. Active Learning 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung: Penerbit Nusamedia. Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Srie N' Oedhien. 29 Maret 2009. Penerapan Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw (http://s1pgsd.blogspot.com/2008/12/penerapan-modelcooperative-learning.html) Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: Logos Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Usman, M. Uzer. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Verawati, Usnida Junaeka. 2005. ”Perbedaan Prestasi Belajar Matematika siswa kelas 1 SMP Negeri 6 Malang Melalui Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw dan Ekspositori Pada Sub Pokok Bahasan Keliling, Luas Persegi dan Persegi Panjang”, Skripsi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UM Malang. Widodo. 2000. Kamus Ilmiah Populer. Yogyakarta: Absolut.
Wijayanti, Ichad Carry. 2002. Perbandingan Prestasi Belajar Antara Siswa yang diajar dengan Pembelajaran Kooperatif Model STAD dan Pembelajaran Konvensional pada Bahasan Dinamika Gerak Lurus di SMUN 5 Malang”, Skripsi, FMIPA UM Malang. W.S. Winkel. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi. --------------------http://www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf. 29 Maret 2009