e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW BERBANTUAN MEDIA LKS UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA
I Kadek Bayu Pertama1, M.G. Rini Kristiantari2, Ni Nyoman Ganing3 1,2,3
Jurusan Pedidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail : {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya temuan berupa rendahnya penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Negeri 14 Pemecutan. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V, melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan media LKS. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, dan tiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 14 Pemecutan. Subjek terteliti adalah siswa kelas V pada tahun ajaran 2015/2016 yang melibatkan sebanyak 32 siswa. Pengumpulan data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dilakukan dengan metode tes jenis objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan media LKS dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siswa kelas V di SD Negeri 14 Pemecutan Kecamatan Denpasar Utara. Ini terlihat dari peningkatan presentase rata-rata nilai penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus I yaitu 69,25% berada pada kreteria sedang, kemudian pada siklus II persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA sebesar 82,15% berada pada kreteria tinggi. Dan untuk ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 59,37% kemudian pada siklus II sebesar 100%. Dengan demikian penguasaan kompetensi pengetahuan IPA mengalami peningkatan sebesar 40,63%. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan media LKS dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siswa kelas V di SD Negeri 14 Pemecutan Kecamatan Denpasar Utara. Kata kunci : model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, penguasaan kompetensi pengetahuan, dan media LKS. Abstrak This research is background by the findings in the form of low mastery of knowledge competencies fifth grade science studentsof SD Negeri 14 Pemecutan. The aims of this resech to improve the mastery of knowledge competencies fifth grade science students, through the implementation of cooperative learning model jigsaw aided LKS media.Type of this research is the Classroom Action Research (PTK) is conducted in two cycles, and each cycle consists of planning, action, observation, and reflection. This research were conducted in SD Negeri 14 Pemecutan. The subjects of this studyis the V grade students in the academic year 2015/2016 which involved as many as 32 students. The collection of data mastering science knowledge competency test were conducted using an objective
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 type multiple choice always. The collected data was then analyzed quantitative descriptive. The results showed that the application of cooperative learning model jigsaw aided LKS media can improve their understanding of knowledge competency science in V grade in SD Negeri 14 Pemecutan Denpasar Utara district. This is evident in the increased percentage of the average value of competence mastery of knowledge IPA in the first cycle 69.25% in the criteria being, then the second cycle of the average percentage of knowledge mastery of competencies science by 82.15% on high criteria . And for classical completeness in the first cycle of 59.37% after the second cycle of 100%. Therefore the knowledge mastery of competencies IPA increased by 40.63%. It can be concluded that the implementation of cooperative learning model jigsaw aided LKS media can improve their understanding of knowledge competency IPA in class fifth in SD Negeri 14 Pemecutan Denpasar Utara District. Keys world: jigsaw cooverative learning model, competency mastery of knowledge, and LKS media.
PENDAHULUAN
berhasil atau tidaknya pencapaian pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan dijalakan secara profesional. Belajar merupakan proses aktif untuk memahami hal-hal baru dengan pengetahuan yang dimiliki, dan terjadi penyesuaian dari pengetahuan yang sudah kita miliki dengan pengetahuan baru. Dalam pengertian tersebut tahapan perubahan dapat diartikan sepadan dengan proses. Jadi proses belajar adalah tahapan perubahan prilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri peserta didik. Perubahan terebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya. Dalam uraian tersebut digambarkan bahwa belajar adalah aktivitas yang berposes menuju pada satu perubahan dan terjadi melalui tahapantahapan tertentu. Manurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami peserta dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Menurut teori ini yang terpenting adalah materi yang masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon (Jauhar, 2011).
Pendidikan diselenggarakan sebagai proses pemberdayaan siswa yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui beberapa jalur dan salah satu jalur diantaranya adalah pendidikan formal yang diselenggarakan di sekolah. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi. Pendidikan merupakan bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan dalam arti perkembangan pendidikan seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan tersebut terjadi pada semua tingkat dan jenjang pendidikan sebagai antisipasi kepentingan masa depan. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga peserta didik mampu menghadapi dan memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya. Pendidikan IPA menjadi suatu bidang ilmu yang memiliki tujuan agar setiap siswa memiliki kepribadian yang baik dan dapat menerapkan sikap ilmiah serta dapat mengembangkan potensi yang ada di alam untuk dijadikan sebagai sumber ilmu dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Maksud teori ini yakni belajar adalah suatu interaksi antara Stimulus dan Respon. Stimulus adalah hal – hal yang merangsang terjadinya kegiatan belajar, seperti pikiran, perasaan dan lain – lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan Respon adalah reaksi yang dimunculkan anak didik ketika belajar yang berupa gerakan, tindakan dan lain – lain. Selain itu, guru merupakan salah satu faktor penting yang dapat menentukan berhasil atau tidaknya peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut teori konstruktivisme, satu prinsip yang mendasar adalah guru tidak hanya memberikan pengetahuan kepada siswa, namun siswa juga harus berperan aktif membangun sendiri pengetahuan di dalam memorinya. Dalam hal ini, guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan siswa anak tangga yang membawa siswa ketingkat pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa sendiri yang mereka tulis dengan bahasa dan kata-kata mereka sendiri. Dari uraian tersebut dapat dikatakan, bahwa makna belajar konstruktivisme adalah aktivitas yang aktif, dimana peserta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari dan merupakan proses menyelesaian konsep da ide-ide baru dengan karangka berpikir yang telah ada dan dimilikinya (Asri, 2005). Selain itu, yang membuat pengajaran menjadi efektif adalah bagai mana guru berusaha menjadi panutan dengan memperlihatkan kepribadian dan sikapnya yang positif, berpengalaman dalam mengajar, cakap dalam menyampaikan informasi motivatoris, dan bersemangat juga untuk belajar. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari (Depdiknas, 2006).
sehingga tertib, terarah, dan sistematis dalam memandang alam lingkungannya, mengidentifikasi masalah yang ada, serta merencanakan pemecahannya. Karena itu, pembelajaran IPA di lembaga-lembaga pendidikan semestinya mampu menghasilkan siswa yang terampil dan berkemampuan dalam mengembangkan proses-proses mental untuk memahami alam beserta gejala-gejalanya, mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep IPA untuk mengungkap fenomena-fenomena alam dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi secara ilmiah dalam kehidupan sehari-hari. Tercapainya tujuan pembelajaran IPA dapat dilihat dari penguasaan kompetensi pengetahuan IPA yang diperoleh siswa. Kenyataan yang terjadi pada kelas V Sekolah Dasar Gugus Letda Kajeng Kecamatan Denpasar Utara ditemukan bahwa penguasaan kompetensi pengetahuan IPA belum mencapai hasil yang optimal. Berdasarkan hasil observasi untuk nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) untuk mata pelajaran IPA di SD Negeri 14 Pemecutan adalah 70. Tetapi dalam kenyataannya jarang terciptanya ketuntasan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa pada setiap pembelajaran, hal ini karena sebagian besar peserta didik yang memperoleh nilai ulangan berada dibawah nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Ini membuktikan belum adanya motivasi siswa saat mengikuti pembelajaran. Siswa belum mampu untuk memanfaatkan lingkunganya sebagai sumber belajar karena dalam pembelajaran siswa hanya menerima informasi dari guru serta sumber belajar seperti buku-buku maupun lembar kerja siswa (LKS) yang telah tersedia. Berdasarkan kemampuan peserta didik di dalam kelas yang jarang mendapatkan perhatian dari guru, hal ini dapat berpengaruh pada penguasaan kompetensi pengetahuan masing-masing peserta didik. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan upaya perencangan pembelajaran dengan menggunakan berbagai model pembelajaran sehingga dapat memberikan alternatif pendekatan atau metode yang memungkinkan untuk
Melalui pendidikan IPA diharapkan logika berpikir siswa berkembang 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 diterapkan dalam proses muatan materi IPA.
masalah, berpikir kritis, kmampuan bekerja sama, kemauan membantu teman dan memahami konsep-konsep IPA yang sulit.
Pentingnya peran guru dalam proses muatan materi IPA tidak lepas dari kemampuan guru sebagai salah satu usaha meningkatkan pendidikan. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan mengajar dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat dengan tetap memperhatikan antara lain materi, waktu dan jumlah peserta didik di kelas. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pengajaran seorang guru adalah memperbaiki pola pembelajaran dengan menerapkan strategi, pendekatan atau model maupun metode pembelajaran yang dinilai efektif dan efisien oleh guru untuk diterapkan di kelas. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam muatan materi IPA di sekolah adalah model pembelajaran kooperatif dimana kegiatan pembelajaran ini turut menambah unsur interaksi peserta didik pada muatan materi IPA.
Ide utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai tambahan, belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi (Slavin, 1995). Tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam satu team, maka dengan sendiriya dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari berbagai latar belakang, etnis dan kemampuannya, mengembangkan keterampilanketerampilan proses kelompok dan pemecahan masalah. Salah satu tipe pembelajaran yang cocok untuk model kooperatif adalah pembelajaran tipe Jigsaw, karena dengan tipe jigsaw siswa berkesempatan untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran.
Pelaksanaan model kooperatif diharapkan dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar yang lebih baik dengan demikian siswa mampu mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan. Isjoni (2011:12) mengemukakan Kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Pembelajaran kooperatif memberi kesempatan kepada peserta didik untuk memperoleh pengetahuan tidak hanya dari guru, tapi lebih banyak mencari sendiri dengan melakukan kerja sama dan saling membantu dengan peserta didik lain dalam satu kelompok. Dalam kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Dalam kaitannya dengan pembelajaran IPA, belajar kooperatif bermanfaat untuk menumbuhkan kemampuan pemecahan
Pembelajaran Tipe Jigsaw (Tim Ahli) merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Dalam model belajar ini terdapat tahap-tahap dalam penyelenggaraannya. Siswa dikelompokan dalam dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Untuk mengoptimalkan, anggota kelompok seyogyanya heterogen, baik dari segi kemampuannya maupun karakteristik lainnya. (Isjoni, 2011). Jumlah siswa yang bekerja sama dalam kelompok masingmasing harus dibatasi, agar kelompokkelompok yang terbentuk dapat bekerja sama secara efektif, karena suatu ukuran kelompok mempengaruhi kemampuan produktivitasnya. Dalam hal ini, Soejadi (2000) mengemukakan, jumlah anggota dalam suatu kelompok apa bila makin besar, dapat mengakibatkan makin kurang 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 efektif kerjasama antara para anggotanya. Dengan melaksanakan pembelajaran tipe jigsaw, siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan berpikir, mengemukakan pendapat, dan bekerja sama dalam satu kelompok.
Suhardjono (dalam Dimyati 2013:116) “memberi pengertian penelitian tindakan kelas sebagai penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktek pembelajaran dikelasnya”. Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas ialah suatu penelitian bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu agar dapat memperbaiki kondisi pembelajaran dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara berkesinambungan.
Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka dilaksanakan penelitian dengan judul “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berbantuan Media LKS Untuk Meningkatkan Penguasaan kompetensi pengetahuan IPA Pada Siswa Kelas V SD Negeri 14 Pemecutan Kecamatan Denpasar Utara”
Penelitian ini difokuskan pada upaya peningkatan kemampuan penguasaan kompetensi IPA siswa kelas V SD Negeri 14 Pemecutan Denpasar Utara tahun ajaran 2015/2016 dengan menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbntuan media LKS Tujuanya adalah untuk mengetahui seberapa besar peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dengan menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbntuan media LKS.
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan media LKS. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research. Penelitian tindakan kelas sangat bermanfaat bagi guru untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahp-tahap penelitian tindakan kelas guru dapat membuat solusi dari masalah yang timbul dikelasnya.
Dalam penyusunan penelitian tindakan kelas diperlukan sebuah rancangan. Penelitian tindakan kelas ini mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Arikunto, dkk (2011:16). Kegiatan penelitian tindakan kelas, dilaksanakan dalam bentuk siklus yang terdiri dari empat tahap yaitu: (a) tahap perencanaan, (b) tahap pelaksanaan, (c) tindakan/observasi, (d) refleksi.
PTK merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang ditujukan untuk memperdalam pemahaman tindakan yang ditunjukan untuk memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan selama proses pembelajaran dan memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran untuk mewujudkan tujuan dalam proses pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Agung (2010:3) yang menyatakan bahwa, “penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktekpraktek pembelajaran dikelas secara lebih profesional ”. sedangkan menurut
Berikut gambaran penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan.
Refleksi
Perencanaan
SIKLUS I
Pelaksanaana n
Pengamatan Perencanan Refleksi
SIKLUS II Pengamatan
5
Pelaksanaan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Pada prinsipnya, kegiatan pada siklus II sama dengan kegiatan pada siklus I. Kegiatan pada siklus II merupakan kegiatan perbaikan semua kekurangan pada siklus I, perbaikan ini didasarkan atas kegiatan refleksi pada siklus I. Siklus penelitian akan dihentikan apabila sudah mencapai indikator keberhasilan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 14 Pemecutan Denpasar Utara yang berjumlah 32 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki- dan 17 siswa perempuan sedagkan objek dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbntuan media LKS dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi dan metode tes. Observasi adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk melakukan pengamatan terhadap objek penelitian. Agung (2014:94) menyatakan observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis. Dapat disimpulkan dari pemaparan diatas observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penelitian jalan pengamatan secara sistematis. Jenis Observasi yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian menggunakan model Kooperatif Tipe Jigsaw adalah observasi kuasi partisipasi, dalam hal ini observer hanya ikut pada saat-saat tertentu ke dalam situasi atau lingkungan tempat penelitian dilakukan. Metode Tes yang diberikan bertujuan untuk mengetahui penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa. Selain itu metode tes juga digunakan untuk menghimpun data tentang penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa. Menurut Sanjaya (2013:251), tes adalah instrumen atau alat untuk mengumpulkan data tentang kemampuan subjek penelitian dengan cara pengukuran, misalnya untuk mengukur kemampuan subjek penelitian dalam menguasai materi pelajaran tertentu,
Gambar 1. Penelitian Tindakan Kelas Model Arikunto (2011:16) Tahap pertama adalah tahap perencanaan kegiatan. Tahap ini mencakup kegiatan yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan perangkat pembelajaran yang meliputi menyusun rencana pelaksanan pembelajaran (RPP) yang diterapkan pada siswa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, menyiapkan media LKS yang digunakan dalam proses pembelajaran, menyiapkan instrumet penelitian sesuai dengan data yang ingin diperoleh. Tahap kedua adalah pelaksanaan tindakan. Melaksanakan pembelajaran untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa dengan memaksimalkan pemanfaatan Lembar Kerja Siswa (LKS) melalui kerja kelompok. Tahap ketiga yaitu tahap pengamatan. Mengobservasi secara langsung kegiatan belajar mengajar di kelas dengan cara mengamati secara langsung pelaksanaan pembelajaran yang diberikan oleh peneliti. Mengevaluasi proses pembelajaran dengan menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang meliputi tes penguasaan kompetensi pengetahuan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan setelah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw. Pada tahap selanjutnya adalah tahap refleksi. Refleksi adalah kegiatan yang sangat penting untuk dilaksanakan. Mengingat kegiatan penelitian ini dilakukan dalam siklus tindakan, maka pada akhir siklus pertama dilakukan refleksi terhadap hal-hal yang dianggap kurang maksimal yang ditemukan pada siklus tersebut. Selanjutnya diadakan perbaikan-perbaikan, dan hasilnya dikembangkan agar pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan pada siklus kedua menjadi lebih maksimal. Alternatif tindakan ini diterapkan menjadi tindakan baru pada rencana tindakan dalam tindakan penelitian kelas pada siklus II. 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 digunakan tes tertulis tentang materi pelajaran tersebut. Agung ( 2010:66 ) juga menjelaskan bahwa, “metode tes dalam kaitanya dengan penelitian ialah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dites (testee) dan dari tes tersebut dapat menghasilkan suatu data berupa skor (data individu)’’. Tes tulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan jawaban secara tertulis. Jenis tes tulis secara umum dapat dikelompokan menjadi dua yaitu : (1) tes objektif, misalnya bentuk pilihan ganda, jawaban singkat atau isian,benar salah dan bentuk menjodohkan, dan tes uraian. (Wahidmurni (2010:78)) Dari beberapa pendapat, dapat di simpulkan metode tes adalah cara penilaian yang dilakukan untuk mengetahui penguasaan kompetensi pengetahuan siswa, yang instrumennya berupa butir-butir soal/pertanyaan baik dalam bentuk tes lisan, tulisan maupun perbuatan dan hasilnya berupa skor tes ini dilakukan pada akhir pertemuan pada masing-masing siklus dalam penelitian ini tes digunakan untuk mengukur penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V di SD Negeri 14 Pemecutan dari aspek kognitif saja.
yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum”.Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam a) tabel distribusi frekuensi, b) menghitung mean atau angka rata-rata (M), c) menghitung modus (Mo), d) mengditung median (Md), dan e) menyajikan data kedalam grafik poligon. Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase mengenai suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2012:67). Metode analisis deskriptif kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan kreteria perkembangan kognitif yang dikonversikan kedalam penilaian acuan patokan (PAP) skala lima. Berdasarkan pedoman PAP skala lima mengenai perkembangan kognitif, maka target yang ingin dicapai dalam penelitian ini jika Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA siswa telah mencapai kriteria tinggi yaitu pada persentase 80 – 89. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I terdiri dari empat kali pertemuan. Terdiri dari tiga pertemuan pembelajaran dan satu pertemuan tes penguasaan kompetensi pengetahuan. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah disiapkan sebelumnya.
Data yang telah dikumpulkan yaitu data Kognitif siswa, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Menurut Agung (2014:142) menyatakan metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distributive frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan objek/variable sehingga diperoleh kesimpulan umum. Sedangkan metode analisis deskriptif menurut Agung (2014:110) menyatakan “metode analisis deskriptif kuantitatif ialah suatu cara pengelompokan data yang dilakukan dengan jalan menyususn secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase mengenai suatu objek
Data pengetahuan siswa diperoleh dengan melakukan evaluasi terhadap pengetahuan dengan memberikan tes pengetahuan pada siklus I pertemuan keempat. Instrumen tes pengetahuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda biasa sebanyak 50 soal, yang disesuaikan dengan kisi-kisi tes pengetahuan pada siklus I. Dari data pengetahuan yang telah dilaksanakan, tes pengetahuan siswa kemudian direduksi sesuai dengan tujuan yang ingin dievaluasi yaitu tes penguasaan 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 kompetensi pengetahuan IPA pada siswa kelas V SD Negeri 14 Pemecutan pada siklus I disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik poligon dan membandingkan rata-rata atau mean (M) dengan model PAP skala lima. Dari hasil analisis data statistik deskriptif pada siklus I diperoleh mean (M) sebesar 69,25, modus (Mo) sebesar 70,4 dan median (Md) sebesar 75,3 untuk data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Berikut ini adalah grafik poligon dari hasil data yang dicapai pada siklus I.
kompetensi pengetahuan pada kriteria sedang.
IPA
berada
Berdasarkan analisis data Penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa, diperoleh ketuntasan klasikal Penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa hanya mencapai 59,37%. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari 32 orang siswa hanya 19 siswa yang tuntas, sedangkan 13 siswa belum tuntas atau belum mencapai KKM. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa tingkat penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus I masih berada pada kreteria sedang. Ada beberapa permasalahan yang dihadapi dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan media LKS adalah (a) siswa masih bingung ada masih sulit beradaptasi dengan metode pembelajaran yang cenderung menuntut siswa lebih aktif dan mandiri, (b) Masih adanya rasa tidak percaya dengan kemampuan teman dalam kelompoknya sehingga membuatpersatuan kelompok menjadi terpecah, (c) Hanya beberapa siswa yang tampak aktif dalam mengerjakan tugas kelompok sedangkan siswa yang lain hanya menunggu jawaban dari rekannya dan terdapat pula siswa yang sibuk dengan urusannya sendiri, (d) Siswa yang mewakili menyampaikan hasil diskusi ke depan monoton hanya siswa yang paling pintar dalam kelompoknya.
M=69,25 Mo=70,4 Md=75,3 Gambar 2. Gambar Grafik Poligon Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA siklus I Berdasarkan perhitungan dari garfik poligon tersebut terlihat M<Mo<Md (69,25<70,4<75,3) sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus I merupakan grafik juling positif yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siswa cenderung sedang.
Terkait dengan permasalahan yang dihadapi, solusi yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah (a) Memberikan informasi kembali kepada siswa mengenai pembelajaran yang diterapkan supaya siswa dapat beradaptasi dengan situasi pembelajaran yang cenderung menuntut siswa lebih aktif dan mandiri, (b) Memberikan bimbingan yang intensif dengan cara mendatangi setiap kelompok sebagai salah satu pendampingan sesering mungkin agar siswa dapat lebih berkonsentrasi terhadap tugas, (c) Memberikan pengarahan dan lebih memberi kesempatan kepada siswa yang kurang untuk menunjukan hasil kerjanya didepan kelas agar rasa percaya
Untuk menghitung tingkat penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kreteria Pedoman Acuan Patokan (PAP) skala lima. Nilai M% yang didapatkan adalah 69,25% yang dikonfersikan ke dalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 65 - 79 yang berarti bahwa penguasaan 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 terhadap teman mulai tumbuh, (d) Untuk pertemuan selanjutnya guru memanggil siswa secara acak untuk menyajikan hasil kerja kelompoknya, sehingga sedikit siswa yang mengandalkan temanya yang lebih mampu serta membelajarkan siswa selalu menyiapkan diri.
(94,3>89,5>87,06), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data perkembangan pada siklus II merupakan kurva juling negatif yang menunjukan
Siklus II terdiri dari empat kali pertemuan. Terdiri dari tiga pertemuan pembelajaran dan satu pertemuan tes penguasaan kompetensi pengetahuan. Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah disiapkan sebelumnya.
Mo=80,9 Md=83,82
Gambar 3. Gambar Grafik Poligon Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siklus II
Data pengetahuan siswa diperoleh dengan melakukan evaluasi terhadap pengetahuan dengan memberikan tes pengetahuan pada siklus I pertemuan keempat. Instrumen tes pengetahuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda biasa sebanyak 50 soal, yang disesuaikan dengan kisi-kisi tes pengetahuan pada siklus II. Dari data pengetahuan yang telah dilaksanakan, tes pengetahuan siswa kemudian direduksi sesuai dengan tujuan yang ingin dievaluasi yaitu tes penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siswa kelas V SD Negeri 14 Pemecutan pada siklus II disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik poligon dan membandingkan rata-rata atau mean (M) dengan model PAP skala lima. Dari hasil analisis data statistik deskriptif pada siklus II diperoleh mean (M) sebesar 82,15, modus (Mo) sebesar 80,9 dan median (Md) sebesar 83,82 untuk data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA.
Untuk menghitung tingkat penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kreteria Pedoman Acuan Patokan (PAP) skala lima. Nilai M% yang didapatkan adalah 82,15% yang dikonfersikan ke dalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 80 - 89 yang berarti bahwa penguasaan kompetensi pengetahuan IPA berada pada kriteria tinggi. Penyajian hasil data tersebut memberikan gambaran bahwa dengan penerapan model pembelajaran Berdasarkan analisis data Penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa, diperoleh ketuntasan klasikal Penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa hanya mencapai 100%. Hal tersebut menunjukkan bahwa dari 32 orang siswa, semua siswa tuntas atau sudah mencapai KKM. Secara umum proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan media LKS untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA, sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan perencanaan. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata persentase (M%) penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dari siklus I ke siklus II, sehingga penelitian ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.
Berikut ini adalah grafik poligon dari hasil data yang dicapai pada siklus II. 14
Gambar 3. Gambar Grafik Poligon 12 Penguasaan Kompetensi Pengetahuan 10 Siklus II IPA 8
Berdasarkan perhitungan grafik 6 poligon tersebut terlihat Mo>Md>M 4
9
2 0 72
77
82
87
92
97
M=82,15
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Penyajian hasil data tersebut memberikan gambaran bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan media LKS dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siswa. Hal tersebut dapat terlihat dari analisis mengenai penguasaan kompetensi pengetahuan siswa sebagai berikut.
Berdasarkan analisis data persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA hanya mencapai 69,25% setelah dikonversikan ke dalam PAP Skala lima berada pada kriteria sedang. Pada siklus II terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA telah mencapai 82,15% setelah dikonversikan ke dalam PAP Skala lima berada pada kriteria tinggi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa telah terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dari siklus I ke siklus II meningkat mencapai 12,9% sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan media LKS dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Negeri 14 Pemecutan Denpasar Utara.
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan deskriptif kuantitatif diperoleh rata-rata persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus I yaitu 69,25% dengan kreteria sedang dan diperoleh rata-rata persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus II yaitu 82,15% dengan kreteria tinggi. Hal tersebut menunjukan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa meningkat dari siklus I ke siklus II mencapai 12,9%.
Berdasarkan simpulan tersebut dapat diajukan saran sebagai berikut (a) kepala sekolah disarankan agar menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu refrensi atau informasi dalam mengambil kebijakan yang tepat dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa di sekolah. (b) kepada guru sekolah dasar disarankan agar menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran di kelas sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. (c) peneliti Lain,hendaknya dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai refrensi awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam ruang lingkup lebih luas dengan memperhatikan kendala-kendala yang dialami sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan penelitian.
Peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa terjadi setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan media LKS, sehingga siswa menjadi lebih mudah memahami materi dengan selalu mengaitkan materi dengan kehidupan nyata siswa. Siswa sangat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, ini dikarenakan adanya penguatan (reinforcement) dan pengarahan yang diberikan mahasiswa dan guru bahwa pengetahuan yang diperoleh siswa sangat berguna pada kehidupan nyata siswa. Dengan demikian peningkatan ini mencerminkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan media LKS dalam proses pembelajaran perlu diterapkan dan dikembangakan dalam pembelajaran berikutnya. Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan media LKS dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Negeri 14 Pemecutan Denpasar Utara.
DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha Singaraja.
SIMPULAN DAN SARAN 10
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 ---------. 2014 . Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha Singaraja. Arikunto, Suharsimi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Asri Budiningsih. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat SatuamPendidikan (konsep, strategi, dan implementasinya dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ): Standar Isi Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara. Dimayanti Dan Moedjiono.2006. Belajar Dan Pembelajaran .Jakarta : Rineka Cipta. Isjoni, 2011. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, Wina. 2013. Kurikulum dan pembelajaran. Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta.: Kencana Prenada Media Group. Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Slavin, R. 1995. Cooperative Learning. Teory, Reasech, and Practice (edisi ke-2). USA: Alyn and Bacon. Soedjadi.2000. Kiat pendidikan matemtika di Indonesia : Konstatasi Keadaan Masa Kini dan Harapan Masa Depan. Jakarta : Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif dan R&d. Bandung. Alfabeta Wahidmurni,dkk.2010. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Nuha Litera
11