Volume 1 No. 01 Desember 2014
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
oleh : Masyke Rinny Liando Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Manado
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di SD GMIM Malola, khususnya kelas IV. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat banyak siswa yang belum tahu menentukan ide pokok ataupun menulis kembali isi teks pidato sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkansering kali tidak tercapai. Hal ini disebabkan karenakurangtepatnya guru memilihstrategipembelajaran yang tepat. Selama ini guru selalu menggunakan metode ceramah, sehingga mereka sulit untuk membangun pengetahuan yang sudah mereka miliki dan menemukan pengetahuan yang baru. Kenyataan ini memotivasi peneliti untuk mencari solusi untuk membuat pelajaran bahasa indonesia menjadi pembelajaran yang menyenangkan, yakni dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada materimenentukan ide pokok dalam teks pidato dan menceritakankembaliisitekspidato untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang mengacu pada desain yang dikemukakan menurut Kemmis dan Taggart (Zainal Aqib, 2006:31) yang terdiri empat tahapan yaitu : Perencanaan, Aksi / tindakan, Obeservasi, danRefleksi. Dari data hasil belajar yang diperoleh, dianalisis dengan perhitungan prosentase ketuntasan hasil belajar siswa, diperoleh hasil yang berbeda dimana pada siklus I hasil belajar siswa hanya mencapai 60,88%, sedangkan pada siklus ke II hasil belajar siswa mencapai 93,23%. Kesimpulan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsawdapat meningkatkan hasil belajar bahasa indonesia siswa khususnya siswa kelas IV SD GMIM Malola. Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Hasil Belajar
Pendahuluan Undang Undang sistem pendidikan nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3 bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab. Tujuan pendidikan adalah membentuk sumber daya manusia yang handal dan memiliki kemampuan mengembangkan diri untuk mencapai kehidupan yang lebih baik. Hal ini berarti, dengan pendidikan anak akan memiliki bekal kemampuan dasar untuk mengembangkan keterampilan sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara ataupun sebagai bagian dari anggota masyarakat dunia. Oleh kerena itu pengalaman dan motivasi guru untuk membantu peserta didik memiliki ketrampilan dan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa sekolah dasar adalah: mampu menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
77
Volume 1 No. 01 Desember 2014
Menurut Keraf dalam Smarapradhipa (2005:12), memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dan bendanya. Bahasa mudah dipelajari apabila nyata, alamiah, masuk akal, menarik releven dengan kehidupan anak, milik anak, merupakan bagian peristiwa nyata, memiliki fungsi sosial, memberi makna, penggunaannya sesuai dengan pilihan anak, dapat dikuasai anak, anak memiliki kemampuan menggunakannya.Sebaliknya bahasa akan sulit dipelajari apabila artifikal, terpotong-potong, tidak masuk akal, membosankan, tidak relevan, milik orang lain, berada diluar tidak dapat dikuasai, anak tidak memiliki kemampuan menggunakannya. Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat sub aspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan. Santoso (1990:1), bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar. Soejono (Ahmadi 1990:36),mengatakan bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang amat penting dalam hidup. Sedangkan menurut Pengabean (1981:5), bahasa adalah suatu sistem yang mengutarakan dan melaporkan apa yang terjadi pada sistem saraf.Dari beberapa pendapat ahli yang telah dikemukakan diatas maka disimpulkan bahwa bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar, dan bahwa bahasa itu diatur oleh suatu sistem. Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum 2004 bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat sub aspek, yaitu membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan. Tujuan pembelajaran bahasa, menurut Basiran (Ahmadi Mukhsin 1999:52) adalah keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan. Berdasarkan teori tersebut, secara umum tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia adalah untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. Akan tetapi tujuan yang lainnya juga sangat penting, baik itu yang berhubungan dengan identitas bangsa kita maupun dengan tujuan bahasa yang berkaitan dengan sastra dan budaya. Sedangkan tujuan pembelajaran bahasa,
78
Volume 1 No. 01 Desember 2014
menurut Basiran (Ahmadi Mukhsin 1999:52) adalah keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan. Pelaksanaan pembelajaran di SD terutama mata pelajaran bahasa Indonesia meliputi empat keterampilan yaitu : keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan menulis dan keterampilan membaca. Empat keterampilan ini merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh siswa di SD sebagai dasar kemampuan dalam proses pembelajaran. Salah
satu
aspek
kebahasaan yang harus di miliki setiap orang yang ingin maju adalah ketrampilan membaca. Membaca pemahaman menurut Praptanti (Dianita Sinaga 2000:39), adalah membaca pemahaman yang dianggap sebagai salah satu kunci pemerolehan ilmu karena titik tekannya adalah persoalan pemahaman yang mendalam, pemahaman ide-ide naskah dari ide-ide pokok sampai ide penjelas. Yoakam (Ahuja 2010:44) juga berpendapat bahwa membaca pemahaman merupakan membaca dengan cara memahami materi bacaan yang melibatkan asosiasi (kaitan) yang benar-benar antara makna dan lambang (simbol) kata, penilaian konteks makna yang diduga ada, pemilihan makna yang benar, organisasi gagasan ketika materi bacaan dibaca, penyampaian gagasan, dan pemakaiannya dalam berbagai aktivitas sekarang atau mendatang. Taringan (Ahuja 2010:47) menyatakan bahwa membaca pemahaman merupakan membaca yang mengutamakan makna bacaan tidak terletak pada halaman terlulis, tetapi berada pada pikiran pembaca. Sedangkan menurut Tampubolon (Dianita Sinaga 2003:37) membaca pemahaman merupakan suatu kegiatan membaca untuk membina daya nalar. Membaca dalam pembinaan daya nalar merupakan kegiatan membaca yang dilakukan seseorang untuk memahami suatu makna yang tersirat pada hal tertulis. Dari beberapa pendapat para ahli tentang membaca pemahaman maka disimpulkan bahwa membaca pemahaman adalah suatu proses mengenali atau mengindentifikasi teks kemudian mengingat kembali isi teks dengan kata lain membaca pemahaman adalah kegiatan membaca yang dilakukan untuk memahami isi teks. Hal yang perlu di perhatikan dalam membaca pemahaman adalah bahan bacaan. Bahan bacaan yang memiliki tingkat kesukaran tinggi akan menjadi kendala bagi pembaca dalam memahami bahan bacaan. Sebaliknya secara baik bahan bacaan yang tergolong di
sajikan
kalimatnya
hendaklah
dipilih
efektif, tidak
ada
yang unsur
mudah. Oleh sebab itu bahan bacaan yang
memiliki asing
penalaran yang runtu.
79
siswa akan dapat memahami
yang
tingkat
keterbacaan
tinggi, bentuk
tidak
perlu, dan
memiliki pola
Volume 1 No. 01 Desember 2014
Dalam pelaksanaan pengajaran membaca ada beberapa prinsip yang dapat dijadikan pedoman oleh para pengajar dalam menjalankan tugasnya. Adapun prinsip-prinsip yang dapat dijadikan pedoman tersebut diantaranya: 1) Belajar membaca merupakan suatu proses yang sangat rumit dan peka terhadap berbagai pengaruh eksteren. Pengaruh tersebut dapat bersumber dari lingkungan keluarga sekolah, dan masyarakat. 2) Belajar membaca pada hakikatnya bersifat invidual. Setiap invidu memiliki kondisi, daya mental, perbendaharaan pengetahuan dan pengalaman yang berbeda, maka pengajar hendaknya memiliki sikap yang tepat dalam menangani siswa yang mengalami kesulitan membaca. 3) Bahan bacaan yang disajikan hendaknya sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. 4) Membaca pada dasarnya merupakan proses memahami makna tuturan tertulis. 5) pengajaran membaca harus dapat membina siswa untuk menguasai topik dan menagkap ide pokok, pemanfataan judul untuk memahami masalah topik bacaan. 6) pengajaran membaca harus mampu membina kebiasaan membaca siswa sebagai suatu kegiatan yang mengasyikkan. Beberapa penjelasan di atas menunjukkan bahwa pengajaran bahasa indonesia dalam hal ini membaca merupakan mata pelajaran wajib di sekolah dasar. Dengan membaca siswa akan memperoleh pengetahuan yang sangat bermanfaat dalam studi, serta pertumbuhan dan perkembangan daya nalar sosial dan emosionalnya.Hal ini jelas karena membaca di sekolah dasar sangat berperan penting, sebab tanpa memiliki kemampuan membaca yang memadai maka siswa akan mengalami kesulitan dalam belajarapabila guru tidak menemukan strategi yang tepat dalam menerapkan materinya. Strategi menurut Kemp (Ibrahim 2000:12) adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada dengan itu Weil juga berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Oleh karena itu, maka dalam pembelajaran ini diterapka model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dimana siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu (Soejadi dalam Teti Sobari, 2006:15). Dalam model pembelajaran kooperaatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi, denga catatan siswa sendiri. Disamping aktivitas dan kreativitas yang diharapkan dalam sebuah proses pembelajaran dituntut interaksi yang seimbang, interaksi yang dimaksud adalah adanya interaksi atau komunikasi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru.
80
Volume 1 No. 01 Desember 2014
Dalam proses belajar diharapkan adanya komunikasi banyak arah yang memungkinkan akan terjadinya aktivitas dan kreativitas yang diharapkan. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil, dimana siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Hasil penelitian terhadap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar bahasa indonesia di kelas IV SD GMIM Malola, masalah yang ditemukan peneliti adalah kurang kreatifnya guru dalam merancang suatu pembelajaran dimana guru yang lebih mendominasi pembelajaran serta guru hanya berpatokan pada buku buku yang ada tanpa melibatkan langsung siswa membaca teks pidato,
dengan
kata
lain
guru
yang
lebih
aktif
dan
siswa
menjadi
pasif.
Halininampakdarihasilbelajarsiswayang berjumlah 17 orang hanya 6 orang siswa yang mampu menentukan kalimat utama atau isi dari teks yang diberikan, sedangkan 11 orang siswa belum mampu menentukan kalimat utama atau isi dari teks. Oleh sebab itu guru harus menggunakan model atau metode yang tepat, agar tercipta suasana proses belajar mengajarmenyenangkan, bergairah, dan berkembang oleh karena itu dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya membaca pemahaman maka digunakanlah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam hal membaca pemahaman. Dengan model pembelajaran ini siswa secara berkelompok akan belajar dan memecahkan permasalahan secara bersama-sama, saling ketergantungan positif, dan bertanggung jawab secara mandiri. Berdasarkan masalah-masalah yang telah di kemukakan di atas, maka peneliti termotivasi untuk mengangkat judul: “Penerapan Model Pembelajaran Koperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Tentang Membaca Pemahaman di Kelas IV SD Gmim Malola”. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan permasalahan yaitu “Bagaimana Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia siswa tentang Membaca Pemahaman Pada Siswa Kelas IV SD GMIM Malola” Sesuai dengan permasalahan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar bahasa indonesia siswa tentang membaca pemahaman dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV SD GMIM Malola
81
Volume 1 No. 01 Desember 2014
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas (PTK) yang mengacu pada desain penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart dalam Zainal Aqib yaitu sebagai berikut: 1). Perencanaan, 2). Tindakan/aksi, 3). Observasi, 4). Refleksi Alur penelitiannya dapat di gambar sebagai berikut: Identifikasi Masalah
Perencanaan
Refleksi
Tindakan
Observasi
Perencanaan Ulang Observasi
Observasi
Tindakan
Alur Penelitian PTK Menurut Kemmis dan Mc. Tagart 1998:5-6 dalam Aqib Zainal 2006 Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD GMIM Malolayang berjumlah 17 orang siswa
yang
terdiri
dari
10
siswa
dianalisisdenganperhitunganpresentasedan
laki-laki rata-rata
dan
7
hasilbelajar
siswa
perempuan.
yang
di
Data
capaiolehsiswa.
Peningkatan kemampuan dan ketrampilan dalam pelaksanaan pembelajaran serta hasil belajar
82
Volume 1 No. 01 Desember 2014
siswa dilakukan dengan membandingkan hasil pencapaian belajar pada siklus-siklus penelitian dengan menggunakan rumus: KB =
Dimana
T X100 % Tt
KB= Ketuntasan belajar T
= Jumlah skor yang diperoleh siswa
Tt
= Jumlah skor total
Pembahasan Pelaksanaan
Siklus
I
dansiklus
II
masing
masing
direncanakan
satu
kali
pertemuandilaksanakan 2 x 35 menit. Dengan jumlah 17 orang siswa kelas IVdengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dan pelaksanaan tindakan ini dilakukan melalui 4 alur atau tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Siklus I: Hasil persentase pencapaian adalah 60,88 %. Hasil pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut: Butir Soal
No
Nama Siswa
Skor Perolehan Bobot Soal 20
15
15
1
M
10
15
15
2
P
20
15
15
3
P
10
15
4
M
20
5
P
6
30
20 5
45
10
10
70
15
30
20
90
15
15
10
20
80
10
15
15
15
20
75
W
5
15
10
7
K
10
15
15
30
10
90
8
O
5
10
10
10
5
40
30
83
Volume 1 No. 01 Desember 2014
9
M
15
15
15
20
20
85
10
M
5
10
10
10
5
40
11
R
5
15
15
5
40
12
T
10
15
15
20
20
80
13
S
15
15
10
14
W
20
15
15
10
15
L
5
10
10
16
P
10
15
15
17
R
20
15
15
40 20
80
5
30
5
5
50
10
10
70
Jumlah Skor Total
1035
Dari tabel diatas dapat diperoleh informasi 1. Pada soal no 1 dari jumlah 17 siswa yang menjawab benar 5 siswa yang menjawab salah 12 siswa, sehingga presentase soalnya dapat dirumuskan sebagai berikut : 100 × 100 % = 29,41 340 2. Pada soal no 2 dari jumlah 17 siswa yang menjawab benar 14 siswa dan 3 siswa menjawab salah, sehingga presentasenya dapat dirumuskan sebagai berikut : 210 × 100 % = 82,35 % 255 3. Pada soal no 3 dari jumlah 17 siswa yang menjawab benar 13 siswa dan 4 siswa menjawab salah, sehingga presentase soalnya dapat dirumuskan sebagai berikut : 195 × 100 % = 76,47 % 255 4. Pada soal no 4 dari jumlah 17 siswa yang menjawab benar 2 siswa dan 15 siswa menjawab salah, sehingga presentase soalnya dapat dirumuskan sebagai berikut : 60 × 100 % = 11,76 % 510 5. Pada soal no 4 dari jumlah 17 siswa yang menjawab benar 6 siswa dan 11 siswa menjawab salah, sehingga presentase soalnya dapat dirumuskan sebagai berikut : 120 × 100 % = 35,29 % 340 Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat presentasi pencapaiannya adalah: ܶ ܤܭൌ ͲͲͳݔΨ ܶݐ
84
Volume 1 No. 01 Desember 2014
1035 ͲͲͳݔΨ 1700 = 60,88% =
Jadi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam pembelajaran Prosa dengan model Jigsaw daya serap dari siswa pada siklus I ini mencapai presentasi 60,88%. Berdasarkan hasil diatas dapat dilihatpresentasi pencapaiannya adalah: ܶ ܤܭൌ ͲͲͳݔΨ ܶݐ 1035 = ͲͲͳݔΨ 1700 = 60,88% Siklus II: Hasil persentase pencapaian adalah 93,23%. Hasil pembelajaran dapat dilihat dari tabel berikut: Butir Soal
No
Nama Siswa
Skor Perolehan Bobot Soal 20
15
15
30
20
30
20
100
20
100
1
M
20
15
15
2
P
20
15
15
3
P
20
15
15
30
20
100
4
M
20
15
15
30
20
100
5
P
20
15
15
30
20
100
6
W
20
15
15
10
10
70
7
K
20
15
15
30
20
100
8
O
20
15
10
20
10
80
9
M
20
15
15
30
20
100
10
M
20
15
15
30
20
100
11
R
20
15
15
30
20
100
85
Volume 1 No. 01 Desember 2014
12
T
20
15
15
13
S
20
15
15
14
W
20
15
15
15
L
20
15
16
P
20
17
R
20
30
20
100
20
70
30
20
100
15
30
20
100
15
15
30
20
100
15
15
30
20
100
Jumlah Skor Total
1585
Tabel di atas dapat diperoleh informasi 1. Pada soal no 1 dari jumlah 17 siswa yang menjawab benar 17 siswa dan tidak ada menjawab salah, sehingga presentase soalnya dapat dirumuskan sebagai berikut : 340 × 100 % = 100% 340 2. Pada soal no 2 dari jumlah 17 siswa yang menjawab benar 17 siswa dan tidak ada menjawab salah, sehingga presentasenya dapat dirumuskan sebagai berikut : 255 × 100 % = 100% 255 3. Pada soal no 3 dari jumlah 17 siswa yang menjawab benar 16 siswa dan 1 siswa menjawab salah, sehingga presentase soalnya dapat dirumuskan sebagai berikut : 240 × 100 % = 94,12% 255 4. Pada soal no 4 dari jumlah 17 siswa yang menjawab benar 15 siswa dan 2 siswa menjawab salah, sehingga presentase soalnya dapat dirumuskan sebagai berikut : 450 × 100 % = 88,23% 510 5. Pada soal no 4 dari jumlah 17 siswa yang menjawab benar 15 siswa dan 2 siswa menjawab salah, sehingga presentase soalnya dapat dirumuskan sebagai berikut : 300 × 100 % = 88,23% 340 Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat presentasi pencapaiannya adalah ܶ ܤܭൌ ͲͲͳݔΨ ܶݐ 1585 = ͲͲͳݔΨ 1700 = 93,23%
Jadi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya dalam pembelajaran Prosa dengan model Jigsaw daya serap dari siswa pada siklus II ini mencapai presentasi 93,23%.
86
Volume 1 No. 01 Desember 2014
Berdasarkan hasil diatas dapat dilihat presentasi pencapaiannya adalah ܶ ܤܭൌ ͲͲͳݔΨ ܶݐ 1585 = ͲͲͳݔΨ 1700 = 93,23% Pembahasan Dalam kegiatan belajar mengajar selalu diupayakan tercapainya tujuan pembelajaran. Namun dengan melihat kondisi dan kenyataan yang ada, seringkali tujuan pembelajaran tersebut tidak berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan pembelajaran. Disinilah peran guru sangat dibutuhkan, dimana guru harus mampu memilih model mengajar yang tepat serta mempersiapkan alat peraga yang mampu memberi kesan konkrit bagi siswa sehingga siswa akan merasa senang dengan proses belajar mengajar yang dialami. Dari pelaksanan tindakan belajar mengajar yang dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menunjukkan kemajuan yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang dicapai selama pelaksanan pembelajaran dimana siswa terlihat senang mengikuti pelajaran, mampu bekerjasama dalam kelompok serta lebih mampu menghargai pendapat dari siswa yang lain. Selain itu, apabila dilihat dari hasil tes siswa juga menunjukkan kemajuan yang sangat memuaskan kemajuan itu dapat dilihat pada siklus I mencapai presentasi 60,88% dan pada siklus II mencapai presentasi 93,23%. Karena dari hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan prestasi siswa secara keseluruhan.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia bagi siswa kelas IV SD GMIM Malola. Berdasarkan simpulan tersebut, disarankan kepada guru SD untuk sering menerapkan model Jigsaw dalam proses pembelajaran terutama dalam materi menentukan ide pokok dalam sebuah pidato karena sangat membantu dalam meningkatkan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia.
87
Volume 1 No. 01 Desember 2014
DAFTAR PUSTAKA:
Aqib Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : CV Yarma Widjaya. AhmadiMukhsin, 1990. StrategiBelajarMengajar, KeterampilanBerbahasadanApresiasiSastra, Malang : YA. 3 Malang Rusman, 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Depok. Rajawali Pers Hidayah Nur, 2013. Panduan Praktis Penyusunan dan Pelaporan PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Jakarta. Prestasi Pustaka Susanto Ahmad, 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta. Kencana Prenadamedia Group Syaiful Sagala ( 2012) . Konsep dan makna pembelajaran . Bandung : Alfabeta CV.
88