UPI Kampus Tasikmalayaa
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP BELA NEGARA Oleh: Uus Nugraha (SMPN 1 Sukaraja)
[email protected]
ABSTRACT Tujuan penelitian yang ingin dicapai oleh penyusun dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep bela negara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di kelas IX C SMPN 1 Sukaraja tahun pelajaran 2012-2013. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan september 2012 sampai dengan bulan November 2012 di SMPN 1 Sukaraja. Penelitian dilaksanakan di kelas IX C dengan jumlah siswa sebanyak 33 yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Data yang diperoleh berupa tes kognitif hasil belajar sisa, observasi terhadap siswa, observasi terhadap guru serta lembar wawancara siswa. Berdasarkan analisis dari hasil penelitian, diperoleh adanya peningkatan hasil belajar siswa, yang dapat dilihat dari nilai rata-rata skor yang diperoleh siswa pada setiap siklus. Pada Tes Awal siklus I sebesar 70,02 meningkat menjadi 82,52 pada tes akhir siklus I dan pada tes akhir siklus II meningkat lagi menjadi 87,52. Dan adanya peningkatan kegiatan belajar siswa dilihat dari rata-rata observasi siswa yang dilakukan. Pada siklus I rata-rata observasi siswa adalah 3,67 menunjukan hasil cukup dan meningkat pada siklus II adalah 4,67 menunjukan hasil baik. Demikian pula hasil observasi guru pada siklus I sebesar 4,10 dan meningkat lebih baik pada siklus II sebesar 4,71. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pembelajaran PKn dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran PKn khususnya pada konsep bela negara.. . Key words: konsep, bela, negara
Abstrak The research objective to be achieved by the authors of this research is to improve student learning outcomes at the concept of defending the country by using cooperative learning model jigsaw in class IX C SMPN1 Talbot 2012-2013 school year. The research was conducted from september 2012 until November 2012 at SMPN 1 Talbot. The experiment was conducted in class IX C the number of students as much as 33 consisting of 15 men and 18 women. Data obtained in the form of learning outcomes of the rest of the cognitive tests, observation of students, observation of the teacher and the student interview sheet. Based on the analysis of the research results, obtained for improving student learning outcomes, which can be seen from the average value of scores obtained by students in each cycle. Initial tests on the first cycle of 70.02 increased to 82.52 at the end of the test the first cycle and at the end of the second cycle tests increased again to 87.52. And an increase in student learning activities seen from the average observation of students who performed. In the first cycle the average observation of students was 3.67, showing the results fairly and increased in the second cycle was 4.67 showed good results. Similarly, the observation of teachers in the first cycle of 4.10 and a better increased in the second cycle of 4.71. Thus it can be seen that the teaching Civics with Jigsaw cooperative learning model can improve student learning outcomes in teaching civics in particular on the concept of defending the country. Kata kunci: concept , defense , state
A. Pendahuluan Dalam proses kegiatan belajar mengajar, salah satu target pembelajaran adalah siswa memiliki hasil belajar yang baik. Untuk mencapai target hasil belajar yang baik, unsurunsur dalam proses belajar mengajar seperti guru dan personalnya, bahan Jurnal Saung Guru: Vol. VII No.3 Desember (2015)
pelajaran, metode mengajar, sistem evaluasi, sarana penunjang dan sistem administrasi diusahakan optimal sehingga dapat memberikan kontribusi maksimal pada proses belajar. Banyak metode yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar seperti metode ceramah bervariasi, diskusi, tanya jawab, 203
Uus Nugraha .
demonstrasi, karyawisata, eksperimen, belajar kelompok dan sebagainya. Guru hendaknya dapat menggunakan metode-metode tersebut secara bervariasi sesuai dengan tingkat keterampilan dan keahlian yang dimilikinya. Hingga saat ini belum ditemukan metode mengajar yang paling baik atau sesuai untuk semua pokok bahasan, karena setiap metode memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing (Moh. Ali, 1984 : 58). Guru hendaknya cakap dalam memilih dan menggunakan metode, Efektif tidaknya tujuan pengajaran sangat tergantung pada kemampuan guru. Pemakaian metode yang tepat dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sebaliknya penggunaan metode yang tidak tepat akan menjadi penghambat yang paling besar dalam mendapatkan hasil belajar yang optimal. Dari hasil pengamatan sementara di kelas, penulis mendapatkan kenyataan bahwa pembelajaran PKn yang dilakukan oleh guru cenderung bersifat konvensional, yaitu pembelajaran sering dilakukan dengan menggunakan metode ceramah. Dalam memberikan pengetahuan kepada siswa guru lebih banyak mendominasi proses belajar mengajar, sehingga pembelajaran lebih berpusat kepada guru (teacher centered), tidak berpusat pada siswa (student centered). Pendapat ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Anita Lie ( 2002 : 3) bahwa: “Dalam proses belajar mengajar guru sering memberikan pengetahuan kepada siswa yang pasif, siswa dianggap sebagai botol kosong yang siap untuk menerima segala ilmu pengetahuan dari gurunya”. Hal ini tidak memberikan motivasi dan kreativitas bagi siswa untuk belajar mandiri. Dari paparan di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana usaha guru untuk 204 Pembelajaran Kewarganegaraan
memperbaiki kualitas proses belajar mengajar yang telah dilakukan selama ini. Dengan usaha untuk senantiasa memperbaiki dan merapkan metodemetode pembelajaran di kelas, maka diharapkan motivasi siswa akan meningkat. Banyak pakar pendidikan yang menawarkan model-model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang sedang berkembang saat ini adalah model pembelajaran kelompok ( kooperatif). Arends (1989 : 407) menyebutkan bahwa : “salah satu tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan prestasi akademik siswa”. Bahkan siswa yang berkemampuan rendah pun berpeluang untuk meningkat prestasi akademiknya dengan menggunakan pembelajaran kooperatif. Slavin dalam Hariyanto (2000:17) mengungkapkan bahwa “Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pemelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang heterogen.” Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah pembelajaran kooperatif dimana siswa ditentukan dalam kelompok belajar heterogen yang beranggotakan empat sampai enam orang siswa dan setiap anggota kelompok mempunyai tanggungjawab pada maateri yang berbeda-beda. Kemudian, siswa-siswa dari kelompok yang berbeda, tetapi mempelajari bagian yang sama berkumpul untuk mendiskusikan bagian mereka. Selanjutnya siswa-siswa itu kembali ke kelompok asalnya, dan secara bergantian menjelaskan tentang apa yang telah dipelajarinya.
UPI Kampus Tasikmalayaa
Arends (1989: 409) menceritakan sejarah tipe jigsaw bahwa “Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw telah didesain dengan orisinil oleh Elliot Arronson dan koleganya pada tahun 1978 di Universitas Texas. Secara umum tahap-tahap pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang akan diterapkan pada penelitian ini adalah: Tahap Pendahuluan Pembelajaran dimulai dengan guru memotivasi siswa untuk belajar dengan meminta siswa menceritakan pengalamannya sehari-hari yang berkaitan dengan dampak globalisasi dalam kehidupan masyarakat. Selain itu guru juga berusaha mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi yang telah dipelajari sebelumnya. Kegiatan ini dilakukan untuk mengaktifkan skemata (latar belakang pengalaman) siswa agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna dan siswa lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru. Tahap Penyajian Informasi/Materi Dalam tahap ini, guru menginformasikan materi pelajaran yang akan dipelajari siswa dengan metode demonstrasi dan diskusi. Sebelumnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa. Selanjutnya guru membagi materi pelajaran menjadi tiga bagian yang dilengkapi dengan Lembar Kerja Siswa. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian materi ini berbeda dengan penyajian materi biasa. Dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw penyampaian materi hanya menyangkut pokok-pokok materi dan penjelasan teknis tentang pembelajaran yang akan dilakukan. Tahap Pembentukan Kelompok Pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dikenal dua jenis kelompok yakni “kelompok asal” dan “kelompok ahli”. Kelompok asal adalah kelompok belajar yang beranggotakan enam Jurnal Saung Guru: Vol. VII No.3 Desember (2015)
orang dan setiap siswa memperoleh bagian materi pelajaran yang berbedabeda. Kelompok asal biasa juga disebut kelompok jigsaw. Sedangkan kelompok ahli adalah kelompok yang terdiri dari siswa yang memperoleh bagian yang sama untuk mempelajari bagian-bagian tersebut secara bersamasama. Dalam penelitian ini setiap bagian materi pelajaran diberikan kepada dua siswa, dengan tujuan untuk menghindari kesalahpahaman siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Adapun pembentukan kelompok itu sendiri dilakukan secara heterogen dengan pertimbangan jenis kelamin (gender), suku (ethnicity), ras (race), dan kemampuan (ability). Dalam teknisnya, pembentukan kelompok ini dilakukan dengan sistem undian. Maksudnya adalah setiap siswa memilih undian yang telah dibuat sebelumnya oleh guru. Pada setiap undian tersebut sudah terdapat nama kelompok asal dan kelompok ahli yang akan dimiliki setiap siswa. Kemudian siswa yang telah mendapatkan undian menempati meja kelompok asal yang telah disediakan. Tahap Kerja dan Belajar Kelompok Setelah siswa berkumpul pada kelompok asal, guru menjelaskan ketiga bagian materi pelajaran yang dimaksud pada pembentukan kelompok tersebut. kemudian guru membagikan LKS kepada seluruh kelompok asal. LKS 1 diberikan kepada siswa yang memperoleh bagian 1, LKS 2 diberikan kepada siswa yang memeproleh bagian 2, dan LKS 3 diberikan kepada siswa yang memperoleh bagian 3. Selanjutnya siswa diberi waktu untuk membaca dan mempelajari keseluruhan bagian yang menjadi tanggungjawabnya sampai siswa menjadi akrab dengan bagiannya itu. Langkah berikutnya adalah guru membentuk kelompok ahli dengan cara setiap anggota kelompok asal 205
Uus Nugraha .
yang memperoleh bagian yang sama berkumpul dalam satu kelompok. Setelah kelompok ahli terbentuk, siswa dipersilahkan untuk berdiskusi dengan menggunakan pedoman LKS 1, 2, dan 3. Guru memfasilitasi kelompok ahli yang mendapatkan LKS eksperimen untuk melakukan diskusi. Selama siswa bekerja dan belajar dalam kelompok, guru membimbing siswa dalam melakukan diskusi, dan membuat kesimpulan sementara. Setelah tugas yang diberikan dalam LKS sudah tercapai tujuannya, maka siswa diberikan waktu untuk mempersiapkan penjelasan yang akan diberikan kepada anggota kelompok asalnya. Sebelum siswa kembali ke kelompok asalnya, guru mempersilakan kepada perwakilan masingmasing kelompok ahli untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas secara bergantian. Selanjutnya siswa kembali ke kelompok asalnya dan menjelaskan secara bergantian kepada anggota kelompokmya tentang hasil diskusi yang telah dibahas pada kelompok ahli. Tahapan ini diakhiri dengan penyimpulan akhir oleh guru dalam upaya pengkonstruksian konsep yang utuh sekaligus mempersilahkan siswa untuk bertanya mengenai materi yang telah dipelajari. Tahap Evaluasi Pada tahap ini, guru memfasilitasi siswa untuk melaksanakan postest dengan tujuan untuk mengukur aspek kognitif siswa. Penilaian pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ada dua jenis, yaitu : penilaian untuk individual dan penilaian untuk kelompok. Penilaian individual diperoleh dari rata-rata skor tes awal dan tes akhir, sedangkan penilaian keompok diperoleh dari selisih tes akhir dengan tes awal (gain) masing206 Pembelajaran Kewarganegaraan
masing anggota kelompok. Jika terdapat gain yang negatif, maka sumbangan anggota kelompok tersebut untuk kelompok adalah nol. Tahap Penghargaan Setelah penilaian setiap kelompok dibuat, maka kelompok asal tersebut diurutkan dari yang skor kelompok terbesar sampai dengan skor kelompok terkecil. Selanjutnya tiga peringkat teratas diberi penghargaan oleh guru. Bentuk penghargaan berupa pemberian gelar super team, great team, dan good team. Selain itu guru juga memberi ucapan selamat dan hadiah kecil kepada kelompok tersebut dengan tujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar senantiasa bersemangat dan giat dalam belajar guna memperoleh hasil yang terbaik. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan mengambil subjek penelitian sebanyak 33 orang siswa yang terdiri dari laki-laki 15 orang dan perempuan 18 orang di kelas IX C SMP Negeri 1 Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya. B. Hasil dan Pembahasan Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sukaraja dengan nomor identitas sekolah (NIS) 20 1 02 12 17 021. Pada saat ini SMP Negeri 1 Sukaraja dipimpin oleh Drs. Ii Ruhimat, HM. SMP Negeri 1 Sukaraja berdiri pada tahun 1967. Pada awal berdiri merupakan filial dari SMP Negeri 3 Tasikmalaya. SMP Negeri 1 Sukaraja didirikan pada lahan tanah milik dengan luas 7835 meter persegi. Secara lebih spesifik sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Negeri 1 Sukaraja dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
UPI Kampus Tasikmalayaa
Tabel 4.1 Prasarana dan sarana di SMP Negeri 1 Sukaraja No. Ruang Jumlah 1. Kepala sekolah 1 2. Tata Usaha (TU) 1 3. Guru 1 4. Kelas 25 5. Laboratorium IPA 2 6. Laboratorium Komputer 1 7. OSIS 1 8. UKS 1 9. Perpustakaan 1 10. Mushola 1 11. Kesenian 1 12. Multimedia 1 13. W.C Siswa 2 14. W.C Guru 2 15. W.C Kepala Sekolah 1 16. Koperasi 1 17. BP/BK 1 18. Lapangan Olahraga 1 19. Komite Sekolah 1
Tenaga pendidik berjumlah 47 orang dengan latar belakang pendidikan S.2 (1 orang), S.1 (42 orang), D3 (1 orang), D2 (1 orang), yang terdiri dari PNS (guru tetap) dan guru tidak tetap (GTT). Sedangkan tenaga kependidikan berjumlah 10 orang. Hasil penelitian pada siklus pertama, pembelajaran yang dilaksanakan untuk membahas materi upaya pembelaan negara, selama 2 x 40 menit, untuk (1 x Pertemuan). Selanjutnya kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan berpedoman pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Hasil Evaluasi Tindakan Siklus I. Tes Kognitif Pada tindakan kelas pertama siswa diberi tes awal dan tes akhir. Hasil dari tes awal dan tes akhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Berdasarkan hasil data, skor tertinggi tes awal yang diperoleh siswa adalah 78, skor terendah 61, dan rata-rata skor yang diperoleh sebesar 70,02. Kegiatan akhir pada tindakan I dilaksanakan tes akhir dengan hasil Jurnal Saung Guru: Vol. VII No.3 Desember (2015)
belajar diperoleh skor tertinggi 90, skor terendah 73, dan rata-rata skor yang diperoleh sebesar 82,52. Selisih tes awal dan tes akhir tindakan I sebesar 12,50. Observasi Siswa Hasil observasi yang dilakukan observer pada proses pembelajaran Siklus I selama dua kali pertemuan sebagai berikut : Nilai rata-rata untuk semua indikator adalah 3,67. Nilai observasi siswa ini termasuk kategori cukup baik karena nilai maksimum untuk setiap indiktor adalah 5. Observasi Guru Nilai rata-rata untuk semua indikator adalah 4,14. Nilai observasi guru ini termasuk kategori baik karena nilai maksimum untuk setiap indiktor adalah 5. Refleksi Tindakan Siklus I Berdasarkan hasil pengamatan melalui observasi terhadap siswa yang dilakukan peneliti dan observasi terhadap guru oleh observer, maka peneliti bersama dengan observer mengidentifikasi permasalahan yang terjadi pada siklus I untuk diperbaiki pada siklus berikutnya. Secara keseluruhan proses pembelajaran terlihat sudah baik dan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Beberapa catatan yang perlu diperbaiki adalah penggunaan waktu harus lebih efektif dimana siswa terlalu asik dengan tugas yang diberikan di kelompok ahli sehingga ketika kembali ke kelompok asal, diskusi dan penyampaian laporan individu untuk kelompok menjadi lebih singkat. Guru juga harus lebih mempersiapkan bahan materi pendukung siswa sehingga siswa memiliki bahan referensi yang cukup untuk menghadapi permasalahan atau topik yang menjadi bahan diskusinya. Hasil penelitian pada siklus kedua, pembelajaran tindakan siklus II disusun berdasarkan hasil evaluasi dan 207
Uus Nugraha .
refleksi yang dilakukan pada tindakan siklus I. Materi yang dibahas pada siklus II adalah bentuk-bentuk usaha pembelaan negara selama 4 x 40 menit, untuk (2 x Pertemuan). Pelaksanaan Tindakan Kegiatan pembelajaran pada siklus II berpedoman kepada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pertemuan 1 dan 2 dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, pada akhir pembelajaran dilaksanakan tes akhir. Hasil Evaluasi Tindakan Siklus II Tes Kognitif Hasil tes kognitif pada tindakan siklus II diperoleh skor terendah 78, dan rata-rata skor yang diperoleh sebesar 87,52. Observasi Siswa Hasil observasi yang dilakukan observer pada proses pembelajaran Siklus II selama dua kali pertemuan sebagai nilai rata-rata untuk semua indikator adalah 4,67. Hasil ini menujukkan baik karena nilai maksimum untuk setiap indikator adalah 5. Observasi Guru Nilai rata-rata untuk semua indikator adalah 4,71. Nilai observasi siswa ini termasuk kategori baik karena nilai maksimum untuk setiap indiktor adalah 5. Refleksi Tindakan Siklus II Berdasarkan hasil pengamatan melalui observasi siswa dan guru, terlihat adanya peningkatan baik dalam aktifitas siswa di kelas maupun kegiatan yang dilaksanakan guru. Beberapa catatan yang menjadi bahan perbaikan pada siklus I diperbaiki oleh guru dalam pelaksanaan siklus II. Guru menyiapkan bahan penunjang yang lebih lengkap untuk referensi siswa dalam berdiskusi, dengan waktu diskusi yang lebih efektif. Sehingga pada keseluruhan tindakan semuanya berjalan sesuai dengan tujuan yang 208 Pembelajaran Kewarganegaraan
direncanakan. Aktivitas siswa dalam kelompok ahli ataupun kelompok asal berjalan sesuai dengan peran dan tanggungjawabnya. Guru selalu memantau jalannya pembelajaran dengan sekasama. Analisis Keseluruhan Tindakan Kegiatan analisis ini dilakukan terhadap seluruh proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada konsep pewarisan sifat, baik itu observasi siswa, hasil tes awal dan hasil tes akhir siklus I dan II. Hasil dari analisis adalah : Siklus I Untuk kegiatan siklus I guru telah mempersiapkan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dengan memperhatikan beberapa hal untuk mendukung jalannya rencana tindakan. Pada awal kegiatan siklus I secara keseluruhan sudah menunjukan hasil yang cukup memuaskan, dengan tingkat Partisipasi siswa dalam pembelajaran yang sangat besar. Siswa mengikuti semua langkah yang guru telah berikan. Siswa terlihat bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing dengan penuh rasa tanggung jawab. Hasil tes siswa menunjukan peningkatan yang cukup besar jika dibandingkan dengan perolehan nilai tes awal sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Artinya proses pembelajaran dengan model tersebut membantu siswa dalam upaya meningkatkan hasil belajarnya. Siklus II Pada pelaksanaan kegiatan siklus II pembelajaran terlihat lebih menarik dengan beberapa perbaikan yang dirasa guru masih kurang pada siklus I. Hasilnya adalah baik guru atau pun siswa benar-benar berada pada kondisi belajar yang menyenangkanm tak dala lagi siswa yang diam atau melakukan aktivitas lain diluar kegiatan pembelajaran. Tugas kelompok yang
UPI Kampus Tasikmalayaa
menjadi tugas individu dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, siswa merasa benar-benar menjadi bagian yang sama penting kedudukannya di dalam kelompok. Pada tes akhir yang dilaksanakan pada siklus II terlihat adanya peningkatan, hal ini menunjukan indikasi positif terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan guru dalam upaya pengelolaan kelas dengan model pembelajaran yang bisa membuat siswa merasa nyaman dalam belajarnya. Analisis Tes Kognitif dan Observasi Pada tindakan siklus I skor tertinggi tes awal yang diperoleh siswa adalah 78, skor terendah 61, dan ratarata skor yang diperoleh sebesar 70,02. Pada tes akhir diperoleh skor tertinggi 90, skor terendah 73, dan rata-rata skor yang diperoleh sebesar 82,52. Selisih tes awal dan tes akhir tindakan I sebesar 12,50. Pada tindakan siklus II diperoleh skor tertinggi siswa adalah 95, skor terendah 78, dan rata-rata skor yang diperoleh sebesar 87,52. Dilihat dari rata-rata skor terlihat adanya peningkatan antara siklus I dengan siklus II sebesar 5,00. Pada hasil analisis observasi siswa pada siklus I diperoleh rata-rata indikator sebesar 3,67 dan Siklus II sebesar 4,67 artinya terdapat peningkatan aktivitas siswa dalam belajar sesuai dengan tujuan dari penggunaan model pembelajaran yang diterapkan. Pada hasil observasi yang dilakukan terhadap guru dalam kegiatan siklus I diperoleh rata-rata indikator pengamatan sebesar 4,10 dan pada siklus II sebesar 4,71. Pengamatan terhadap aktivitas guru selama pembelajaran dalam siklus I dan II menunjukan hasil baik dengan kondisi yang lebih baik pada siklus II setelah guru memperhatikan beberapa rekomendasi perbaikan pada siklus II.
Jurnal Saung Guru: Vol. VII No.3 Desember (2015)
Secara keseluruhan rata-rata hasil tes kognitif, hasil observasi siswa dan hasil observasi guru pada setiap siklus dapat dilihat pada tabel dan diagram di bawah ini : Tabel 4.8 Nilai Rata-Rata Tes Kognitif Siswa No
Tindakan
Skor Rata-Rata
1
Siklus I
3,67
2
Siklus II
4,67
100 50 0 Tes Awal Tes AkhirTes Akhir Siklus I Siklus I Siklus II
Gambar 4.1 Diagram Nilai Rata-Rata Tes Kogitif Siswa
5 4 3 2 1 0
Siklus I Siklus II
Gambar 4.2 Diagram Nilai Observasi Siswa Tabel 4.10 Nilai Observasi Guru No
Tindakan
Skor Rata-Rata
1
Siklus I
4,10
2
Siklus II
4,71
5 4.5
4 3.5 Siklus Siklus I II
Gambar 4.3 Diagram Nilai Observasi Guru
Analisis Hasil Wawancara Wawancara dilaksanakan diakhir siklus II pada Bentuk-bentuk Usaha 209
Uus Nugraha .
Pembelaan Negara setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Berdasarkan hasil wawancara terhadap Kelas IX C SMP Negeri 1 Sukaraja sebagian besar menyatakan senang dengan pembelajaran PKN, dengan alasan lebih menarik dari sebelumnya, dan merasa bahwa kegiatan yang dilakukan tidaklah selalu terpokus kepada guru. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw sebagian besar siswa memahami dan menangkap materi yang dipelajari
Pernyataan
1
Menurut anda bagaimana dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ? Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih menarik dibandingkan dengan model pembelajaran lain ? Setujukan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. diterapkan pada saat pembelajaran ber-langsung ? Apakah materi bela Negara dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mudah ditangkap dan dipahami? Setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Apakah kalian dapat menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru?
2
3
4
5
Pernyataan
6
Apakah guru memberikan bimbingan untuk soal-soal yang sulit? Apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menyenangkan atau membosankan? Apakah anda mendapat kendala pada saat mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Kendala apa yang kalian hadapi ketika belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Apakah sikap guru ketika mengajar cukup menyenangkan?
7
8
9
Tabel 4.11 Hasil Wawancara Siswa No
No
Jawaba n siswa Sebagian besar siswa menjawab bahwa baru pertama melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan model ini Ya, karena selama ini lebih banyak ceramah
Mayoritas siswa menjawab “Setuju”
Ya, karena lebih menguasai materi
Sebagian besar menjawab ya, dapat mengerjakan
210 Pembelajaran Kewarganegaraan
10
Jawaba n siswa Ya, guru selalu memberikan bimbingan. Sangat menyenangkan
Sama sekali tidak
Tidak ada
Ya sangat menyenangkan
Selama ini pembelajaran PKN di SMPN 1 Sukaraja masih mengandalkan ceramah sebagai bentuk penyampaian materi di dalam proses pembelajarannya. Pada akhirnya siswa terasa kurang perhatian terhadap jalannya proses pembelajaran yang berlangsung. Setelah dilakukan penelitian tindakan kelas terhadapa kelas IX C SMP Negeri 1 Sukaraja dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menunjukkan adanya perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar untuk setiap tindakan, baik tindakan yang dilakukan oleh guru atau siswa serta perolehan hasil tes yang terus mengalami peningkatan. Peningkatan kegiatan pembelajaran dan hasilnya dapat dilihat dari analisis hasil observasi siswa, hasil observasi guru, wawancara tentang respon siswa terhadap penerapan
UPI Kampus Tasikmalayaa
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw serta tes kognitif yang dilaksanakan pada setiap siklusnya. Pada tindakan siklus I diperoleh nilai rata-rata observasi siswa sebesar 3,67 yang menunjukan bahwa kegiatan kegiatan siswa di dalam kelas cukup baik. Untuk siklus II nilai rata-rata observasi siswa mencapai 4,67 yang menunjukkan kegiatan siswa pada siklus II menjadi lebih baik dari siklus I. Nilai observasi guru pada siklus I dan II juga terlihat peningkatan dimana nilai observasi guru siklus I sebesar 4,10 dan pada siklus II sebesar 4,71 artinya guru benar-benar telah memaksimalkan semua langkahlangkah pembelajaran sehingga hasilnya lebih baik. Untuk pelaksanaan tes untuk setiap tindakan mengalami peningkatan. Pada tes awal siswa, skor ratarata yang diperoleh sebesar 70,02. Setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw meningkat menjadi 82,52. Pada sikus II meningkat lagi menjadi 87,52. Peningkatan nilai rata-rata dari tes awal tindakan siklus I terhadap tes akhir siklus I adalah 12,50 dan peningkatan tes akhir siklus I tehadap tes akhir siklus II sebesar 5,00. Skor nilai rata-rata siklus II lebih besar dari pada siklus I, karena pada siklus II guru telah memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada pelaksanaan tindakan siklus I. Berdasarkan hasil wawancara terhadap siswa sebagian besar siswa memberi respon yang sangat baik terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. C. Simpulan Berdasarkan temuan data dan pembahasan hasil penelitian pada Bab IV, selanjutnya penulis menarik kesimpulan sebagai berikut: Adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah diterapkannya model Jurnal Saung Guru: Vol. VII No.3 Desember (2015)
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dapat dilihat dari nilai rata-rata skor yang diperoleh siswa pada setiap siklus. Pada Tes Awal siklus I sebesar 70,02 meningkat menjadi 82,52 pada tes akhir siklus I dan pada tes akhir siklus II meningkat lagi menjadi 87,52. Hasil refleksi di seluruh siklus telah menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa yang sesuai dengan harapan penulis. Dari data nilai kelompok tersebut dapat disimpulkan bahwa secara kelompok siswa dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan yang diharapkan, dengan demikian kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe jigsaw pada semua siklus telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn. D. Daftar Rujukan Lie, A. (2002). Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. Rusyan, A. Tabrani, dkk. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya Sardiman A.M. (2003) Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sudjana, Nana. 1989. Teori-Teori Belajar Untuk Pengajaran. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI. Syamsudin, Abin. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung. Wiriaatmadja, Rochiati 1999. Penelitian Kelas dalam Bentuk Penelitian Tindakan Sebagai Upaya Meningkatkan Kemahiran Profesional Dosen di Perguruan Tinggi. Jurnal Mimbar Penelitian, No. 30/Juli. Bandung: IKIP Biodata singkat: gurtu di SMP Negeri I Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya
211