Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA DIKLAT RODA DAN BAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X TKR 2 SMK NEGERI 7 SURABAYA Azhis Sholeh Buchori S1 Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya e-mail:
[email protected]
Mochamad Cholik Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya e-mail:
[email protected] Abstrak Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan hasil pengamatan penulis, bahwa guru menggunakan model pembelajaran konvensional dalam menyampaikan materi sehingga pembelajaran bersifat satu arah. Maka perlu dikembangkan model pembelajaran lain yang dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa, aktivitas siswa, dan respon siswa dalam proses belajar mengajar pada mata diklat roda dan ban dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggungjawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan orang lain. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pre experimental design dengan menggunakan desain “onegroup pretest-posttest design” yaitu dengan membandingkan keadaan sebelum diberi perlakuan dengan keadaan setelah diberi perlakuan. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X TKR 2 SMK Negeri 7 Surabaya. Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data meliputi: lembar observasi, soal pre-test dan post-test, dan lembar angket. Metode analisis data yang digunakan dalam pembahasan hasil penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif kuantitatif adalah suatu metode yang mendeskripsikan data-data angka yang diperoleh selama penelitian. Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan besar persentase ketuntasan kelas dari hasil pre-test adalah 12,50% dan meningkat menjadi 91,67% dari hasil post-test. Kenaikan hasil belajar dari pre-test ke post-test dikarenakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata diklat roda dan ban dilaksanakan dengan baik dan berjalan dengan lancar. Aktivitas siswa dari hasil observasi menunjukkan persentase sebesar 76,60% pada pertemuan 1 dan meningkat menjadi 87,40% pada pertemuan 2. Peningkatan aktivitas siswa terjadi karena dalam kegiatan belajar mengajar siswa dituntut untuk aktif dalam bekerja kelompok dan bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri dan orang lain. Hasil observasi aktivitas guru pada pertemuan 1 menunjukkan persentase sebesar 76,52% dan mengalami peningkatan pada pertemuan 2 menjadi 86,28%. Kenaikan aktivitas guru dikarenakan dalam kegiatan belajar mengajar guru tidak hanya menerangkan materi yang sedang dipelajari tetapi juga membimbing setiap kelompok kecil. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mendapat respon sangat tinggi oleh siswa, hal ini ditunjukkan dengan persentase sebesar 82,00%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata diklat roda dan ban secara signifikan. Kata kunci: model pembelajaran tipe jigsaw, roda dan ban, hasil belajar Abstract This study was conducted based on the author's observation, that the teacher uses a conventional learning model in delivering learning materials that are one-way. It is necessary to develop other learning models that can increase student participation in learning activities. The purpose of this study was to describe the student learning outcomes, student activities, and student responses to the learning process of the lessons wheels and tires with implementing jigsaw type cooperative learning model. Jigsaw is designed to increase students' sense of responsibility for their own learning and others. Type of research conducted in this study are pre experimental design using the design "one-group pretest-posttest design" is to compare the situation before it is treated by the state after a given treatment. Samples in this study were all students of class X TKR 2 SMK Negeri 7 Surabaya. The research instrument used to collect data include: observation sheets, about the pre-test and post-test, and a questionnaire sheet. Data analysis methods used in the discussion of the results of this research is descriptive quantitative method. Quantitative descriptive method is a method that describes the data points obtained during the study. Based on the results of the study, a large percentage of completeness classes obtained from the pre-test was 12.50% and increased to 91.67% of the post-test results. The increase in learning outcomes from pre-test to post-test due to the application of jigsaw type cooperative learning model on lessons wheels and tires performed well and running smoothly. Student activities of the observation shows the percentage of 76.60% in the first meeting and a 87.40% increase to the meeting 2. Increased activity occurs because students in learning activities students are required to be 1
JPTM. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2013, 1-10
active in the working group and is responsible for their own learning and others. The observation of the activities of teachers at the meeting 1 shows the percentage of 76.52% and an increase in the second meeting to be 86.28%. The increase in activity due to the teacher in the learning activities of teachers not only explain the material being studied, but also guiding each small group. Jigsaw type cooperative learning model got very high by the students' response, as shown by a percentage of 82.00%. It can be concluded that the jigsaw type cooperative learning model to improve student learning outcomes in the lessons wheels and tires significantly. Keywords: jigsaw type learning model, wheels and tires, the result of learning PENDAHULUAN Pendidikan dapat dikatakan berhasil jika tercapai peningkatan kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilihat dari meningkatnya hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dapat meningkat apabila siswa dapat berhasil dalam belajar. Usaha dan keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor yang mempengaruhi usaha dan keberhasilan belajar dapat bersumber pada diri siswa atau lingkungan siswa. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis pada saat melaksanakan kegiatan PPL 2 diketahui bahwa di SMK Negeri 7 Surabaya Kompetensi Keahlian Teknik Kendaraan Ringan proses pembelajaran yang dilakukan masih banyak menggunakan model pembelajaran konvensional. Dalam pembelajaran konvensional guru menyampaikan materi dengan metode ceramah. Ceramah adalah metode pembelajaran yang bersifat satu arah. Pada pelaksanaannya guru menyampaikan materi secara keseluruhan, sementara siswa mendengarkan kemudian mencatat dan mengerjakan tugas yang diberikan. Komunikasi satu arah menyebabkan siswa pasif, merasa lelah dan bosan karena peran guru yang lebih dominan. Siswa juga akan kesulitan memahami materi karena pembelajaran dilakukan berdasarkan konsep yang dimiliki oleh guru. Media pembelajaran yang digunakan hanya satu dan setiap siswa diminta untuk mengcopy ringkasan materi yang diberikan oleh guru. Hasil belajar yang didapat pada tahun ajaran 2011/2012, 65% siswa dinyatakan tuntas dan 35% siswa belum tuntas dengan kriteria ketuntasan minimal 75. Berdasarkan uraian tersebut maka perlu dikembangkan model pembelajaran lain yang dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar dan akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang menarik, mudah dipahami dan tidak membosankan yang dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar adalah pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin dalam Isjoni (2012:12) cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Salah satu pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran cooperative tipe jigsaw. Pada dasarnya model ini dirancang untuk memotivasi siswa agar saling membantu antara siswa satu dengan yang lain dalam menguasai keterampilan atau pengetahuan yang disajikan oleh guru untuk mencapai prestasi yang maksimal.
Pembelajaran cooperative tipe jigsaw membawa konsep pemahaman inovatif dan menekankan keaktifan siswa, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong-royong dan memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Pembelajaran cooperative tipe jigsaw dapat melibatkan siswa secara aktif. Guru berfungsi sebagai administrator, fasilitator, komunikator dan evaluator. Untuk pelaksanaannya guru hanya mangatur dalam pembagian tugas, mengatur pembagian materi pembelajar, memberikan pengarahan, mengelompokkan siswa, menyediakan sarana pengajaran, memberikan petunjuk, dan menjelaskan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Metode ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit akan tetapi sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerja sama, berfikir kritis dan kemampuan membantu teman. Dalam metode jigsaw kegiatan diskusi dapat dijadikan sebagai instruksi karena metode ini dapat mempertinggi partisipasi setiap anggota kelompok serta individu dan partisipasi kelompok secara keseluruhan. Alasan lain mengapa metode jigsaw perlu diterapkan sebagai metode pembelajaran yaitu tidak adanya persaingan antar siswa atau kelompok. Mereka bekerja sama untuk menyelesaikan masalah dalam mengatasi cara pikiran yang berbeda. Siswa dalam kelompok bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan padanya lalu mengajarkan bagian tersebut pada anggota yang lain. Siswa juga senantiasa tidak hanya mengharapkan bantuan dari guru serta siswa termotivasi untuk belajar cepat dan akurat seluruh materi. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Mata Diklat Roda dan Ban Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X TKR 2 SMK Negeri 7 Surabaya. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pre experimental design dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata diklat roda dan ban untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Metode angket Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa mengenai pembelajaran mata diklat roda dan ban yang dilaksanakan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Angket diberikan setelah proses belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 7 Surabaya kelas X TKR 2. Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X TKR SMK Negeri 7 Surabaya.
Teknik Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam pembahasan hasil penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif kuantitatif adalah suatu metode yang mendeskripsikan data-data angka yang diperoleh selama penelitian. Data dalam penelitian ini diperoleh dari lembar observasi aktivitas guru dalam mengelola proses belajar mengajar, lembar observasi aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar, tes hasil belajar siswa, dan lembar angket respon siswa dikumpulkan dan dianalisis dengan cara sebagai berikut: Analisis instrumen Validitas Instrumen yang valid merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid. Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat kavalidan atau keabsahan suatu instrumen. Setiap aspek diamati menggunakan skala perbandingan yang digunakan dalam lembar validasi sebagai berikut: 1 = Buruk Sekali 2 = Buruk 3 = Sedang 4 = Baik 5 = Sangat Baik
Sampel Sampel pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X TKR 2 SMK Negeri 7 Surabaya. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini menggunakan desain “one-group pretest-posttest design” yaitu dengan membandingkan keadaan sebelum diberi perlakuan dengan keadaan setelah diberi perlakuan.
(Sugiyono, 2013:111) Keterangan: O1 : Pre-test dilakukan sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw X : Penyampaian materi dengan menggunakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw O2 : Post-test dilakukan sesudah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw Prosedur Pengambilan Data Penelitian ini menggunakan 3 metode dalam pengambilan data, diantaranya: Metode observasi Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi langsung. Menurut Nana Sudjana (2012:85), observasi langsung adalah pengamatan yang dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dan lembar observasi aktivitas guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Observator dalam penelitian ini adalah dua orang teman sejawat. Metode tes Tes ini merupakan cara untuk mendapatkan skor siswa yang mencerminkan hasil belajar. Hasil tes diperoleh dari pre-test (tes awal) yang dilakukan sebelum mengikuti proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk mengetahui pengetahuan awal siswa dan post-test (tes akhir) yang dilakukan setelah proses belajar mengajar dengan menggunakan model
Tingkat kevalidan suatu instrumen dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ℎ
=
ℎ
× 100%
(Riduwan, 2012:41) Selanjutnya jumlah skor yang didapatkan dikonversikan dengan kriteria sebagai berikut: 0% - 20% = Sangat rendah/sangat tidak valid 21% - 40% = Rendah/tidak valid 41% - 60% = Cukup tinggi/cukup valid 61% - 80% = Tinggi/valid 81% - 100% = Sangat tinggi/sangat valid (Riduwan, 2012:41) Analisis hasil pre-test dan post-test Analisis hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan menggunakan ketuntasan individu diperoleh dari nilai siswa dengan perhitungan, =
3
× 100%
JPTM. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2013, 1-10
Analisis data hasil belajar siswa juga dapat dilakukan dengan menggunakan ketuntasan belajar klasikal. Ketuntasan klasikal dapat dihitung dengan cara: ℎ
=
ℎ
ℎ
× 100%
Kelas dikatakan tuntas jika 80% siswanya memperoleh nilai ≥ 75. Analisis nilai hasil pre-test dan post-test Untuk mengetahui perbedaan hasil pre-test dan post-test analisisnya menggunakan uji t berpasangan, akan tetapi sebelum data diuji, terlebih dahulu dianalisis menggunakan uji normalitas. Uji normalitas Setelah mendapatkan nilai pre-test, uji statistik yang digunakan adalah uji kenormalan. Uji ini dikenal dengan uji Lilliefors, untuk pengujian hipotesis nol ditempuh dengan prosedur sebagai berikut: Pengamatan sampel , , . . . , dijadikan bilangan baku , , . . . , dengan rumus ̅ = ( ̅ dan masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel) Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang ( ) = ( ≤ ) Selanjutnya dihitung proporsi , , . . . , yang lebih kecil atau sama dengan . Jika proporsi ini dinyatakan oleh ( ), maka , , …, ( )= Selanjutnya menghitung selisih ( ) − ( ) Kemudian menentukan harga mutlak. Harga mutlak yang paling besar dari selisih disebut dengan harga . Jika > berarti berdistribusi normal. (Sudjana, 2002:466) Uji-t berpasangan Untuk mengetahui perbedaan antara hasil pre-test dan post-test, maka analisisnya menggunakan uji t berpasangan. Rumusnya adalah: =
Σ ( − 1)
Keterangan: = Mean dari perbedaan pre-test dengan post-test = Deviasi masing-masing subjek ( − ) Σ = Jumlah kuadrat deviasi = Jumlah subjek pada sampel . . = Ditentukan dengan − 1 (Suharsimi Arikunto, 2002:275) Terima jika thitung > ttabel, ini berarti ada perbedaan yang signifikan antara nilai pre-test dengan post-test. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran mata diklat roda dan ban dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sesuai terhadap hasil belajar siswa, begitu pula sebaliknya. Analisis lembar observasi Analisis lembar observasi aktivitas siswa Data observasi aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dianalisis sama dengan analisis lembar observasi aktivitas guru. Setiap aspek diamati menggunakan skala perbandingan yang digunakan dalam lembar pengamatan aktivitas siswa sebagai berikut: 1 = Buruk Sekali 2 = Buruk 3 = Sedang 4 = Baik 5 = Sangat Baik Data-data hasil observasi diolah dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ℎ
=
ℎ
× 100%
(Riduwan, 2012:41) Selanjutnya jumlah skor yang didapatkan dikonversikan dengan kriteria sebagai berikut: 0% - 20% = Sangat rendah/sangat tidak valid 21% - 40% = Rendah/tidak valid 41% - 60% = Cukup tinggi/cukup valid 61% - 80% = Tinggi/valid 81% - 100% = Sangat tinggi/sangat valid (Riduwan, 2012:41) Analisis lembar observasi aktivitas guru Data observasi aktivitas guru digunakan untuk menganalisis kemampuan guru dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Setiap aspek diamati menggunakan skala perbandingan yang digunakan dalam lembar pengamatan aktivitas guru sebagai berikut: 1 = Buruk Sekali 2 = Buruk 3 = Sedang 4 = Baik 5 = Sangat Baik Data-data hasil observasi diolah dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ℎ
=
ℎ
× 100%
(Riduwan, 2012:41) Selanjutnya jumlah skor yang didapatkan dikonversikan dengan kriteria sebagai berikut: 0% - 20% = Sangat rendah/sangat tidak valid 21% - 40% = Rendah/tidak valid 41% - 60% = Cukup tinggi/cukup valid 61% - 80% = Tinggi/valid
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
81% - 100% = Sangat tinggi/sangat valid (Riduwan, 2012:41)
Perangkat pembelajaran LKS 1 Kelompok Ahli “Ban Tubeless dan Pola Tread” yang ditunjukkan oleh nomor 4 mempunyai persentase skor sebesar 84,00%. Perangkat pembelajaran LKS 1 Kelompok Ahli “Bahan, Kode dan Rasio Ban” pada nomor 5 dengan besar persentase skor 85,33%. nomor 6 menunjukkan hasil validasi dari perangkat pembelajaran LKS 2 Roda dan Ban dengan persentase skor sebesar 82,67%. Nomor 7 adalah instrumen penelitian Soal Pre-Test dan Post-Test dengan persentase skor sebesar 81,11%. Nomor 8 merupakan instrumen penelitian Lembar Observasi Aktivitas Siswa dengan persentase skor sebesar 83,11%. Instrumen penelitian Lembar Observasi Aktivitas Guru yang ditunjukkan oleh nomor 9 mempunyai persentase skor sebesar 80,39%. Instrumen penelitian Angket Respon Siswa pada nomor 10 dengan besar persentase skor 84,67%. Dapat disimpulkan bahwa seluruh perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian bersifat valid dan layak digunakan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sugiyono (2013:173) bahwa dengan menggunakan instrumen yang valid dalam pengumpulan data, maka hasil penelitian akan menjadi valid.
Analisis angket respon siswa Untuk menganalisis respon siswa terhadap proses belajar mengajar dilakukan dengan cara menghitung jawaban setiap pertanyaan. Setiap pertanyaan menggunakan skala perbandingan jawaban yang digunakan dalam lembar angket respon siswa sebagai berikut: 1 = Buruk Sekali 2 = Buruk 3 = Sedang 4 = Baik 5 = Sangat Baik Data angket respon siswa dianalisis dengan menggunakan persentase rumus sebagai berikut: ℎ
=
ℎ
× 100%
(Riduwan, 2012:41) Selanjutnya jumlah skor yang didapatkan dikonversikan dengan kriteria sebagai berikut: 0% - 20% = Sangat rendah/buruk sekali 21% - 40% = Rendah/buruk 41% - 60% = Cukup tinggi/sedang 61% - 80% = Tinggi/baik 81% - 100% = Sangat tinggi/sanngat baik (Riduwan, 2012:41)
Hasil pre-test dan post-test
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil validasi
Gambar 2. Hasil pre-test dan post-test Dari hasil tes belajar siswa pada gambar 2. menunjukkan bahwa hampir semua siswa mengalami peningkatan hasil belajar antara nilai pre-test dan post-test, hanya ada satu siswa yang mengalami penurunan. Hasil pre-test terdapat 3 siswa yang tuntas dan 21 siswa yang tidak tuntas, maka ketuntasan kelas sebesar 12,50%. Sedangkan hasil post-test menunjukkan 22 siswa yang tuntas dan hanya 2 siswa yang tidak tuntas, maka ketuntasan kelas berdasarkan hasil post-test adalah sebesar 91,67%.
Gambar 1. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian Rincian hasil validasi seluruh perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian berdasarkan gambar 4.1. adalah sebagai berikut; nomor 1 menunjukkan hasil validasi dari perangkat pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan persentase skor sebesar 81,00%. Nomor 2 adalah perangkat pembelajaran LKS 1 Kelompok Ahli “Pelek” dengan persentase skor sebesar 80,00%. Nomor 3 merupakan perangkat pembelajaran LKS 1 Kelompok Ahli “Ban Bias dan Ban Radial” dengan persentase skor sebesar 84,00%.
Nilai hasil pre-test dan post-test Hasil uji normalitas Setelah mendapatkan nilai pre-test, uji statistik yang digunakan adalah uji kenormalan. Uji kenormalan yang digunakan adalah uji Lilliefors. Hasil uji kenormalan dapat dilihat pada tabel 1.
5
JPTM. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2013, 1-10
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Keterangan Nilai rata-rata ( ̅ pre-test) Simpangan baku (s) L0 L
Hasil 53,875 12,72 0,1609 0,1764
Berdasarkan data pada tabel 1. di atas, diketahui bahwa hasil L > L0 dengan demikian populasi berdistribusi normal.
4,37. Dari jumlah skor rata-rata yang didapatkan, maka besar persentase observasi aktivitas siswa pada pertemuan ke 2 adalah 87,40%. Kategori observasi aktivitas siswa dalam pencapaian penelitian yaitu pada rentang nilai 81% - 100%, termasuk dalam kriteria interpretasi skor sangat tinggi atau sangat baik. Hasil observasi aktivitas guru
Hasil statistik uji-t berpasangan
Gambar 3. Hasil Uji-t Berpasangan Pada gambar 3. menunjukkan bahwa harga thitung = 11,5 dan ttabel dengan α = 0,05 dan dk = 23 adalah 2,069. Karena thitung > ttabel, maka hipotesis (Ha) diterima. Dengan demikian ada perbedaan yang signifikan antara nilai pre-test dan post-test. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran pada mata diklat roda dan ban dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sesuai terhadap hasil belajar siswa. Hasil observasi Hasil observasi aktivitas siswa
Gambar 5. Hasil Observasi Aktivitas Guru Hasil observasi aktivitas guru pada pertemuan ke 1 memiliki jumlah skor rata-rata 19,13. Dari jumlah skor rata-rata yang didapatkan, maka besar persentase observasi aktivitas siswa pada pertemuan ke 1 adalah 76,52%. Kategori observasi aktivitas guru dalam pencapaian penelitian yaitu pada rentang nilai 61% - 80%, termasuk dalam kriteria interpretasi skor tinggi atau baik. Hasil observasi aktivitas guru pada pertemuan ke 2 memiliki jumlah skor rata-rata 21,57. Dari jumlah skor rata-rata yang didapatkan, maka besar persentase observasi aktivitas guru pada pertemuan ke 2 adalah 86,28%. Kategori observasi aktivitas guru dalam pencapaian penelitian yaitu pada rentang nilai 81% - 100%, termasuk dalam kriteria interpretasi skor sangat tinggi atau sangat baik. Hasil angket respon siswa
Gambar 4. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan ke 1 memiliki jumlah skor rata-rata 3,83. Dari jumlah skor rata-rata yang didapatkan, maka besar persentase observasi aktivitas siswa pada pertemuan ke 1 adalah 76,60%. Kategori observasi aktivitas siswa dalam pencapaian penelitian yaitu pada rentang nilai 61% - 80%, termasuk dalam kriteria interpretasi skor tinggi atau baik. Hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan ke 2 memiliki jumlah skor rata-rata
Gambar 6. Hasil Angket Respon Siswa
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Jumlah skor rata-rata yang didapatkan berdasarkan respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata diklat roda dan ban adalah 4,10. Dari jumlah skor rata-rata ini kemudian didapatkan persentase jumlah skor sebesar 82,00%. Berdasarkan hasil persentase ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata diklat roda dan ban dalam kategori pencapaian penelitian yaitu pada rentang nilai 81% - 100%, termasuk dalam kriteria interpretasi sangat tinggi atau sangat baik.
karena nilai yang didapatkannya berada di atas kriteria ketuntasan minimum. Penurunan nilai siswa dapat terjadi baik karena faktor eksternal maupun internal. Karena mayoritas siswa mengalami kenaikan hasil belajar, kemungkinan penyebab siswa ini mengalami penurunan adalah berasal dari faktor internal seperti kondisi fisiologis akibat kelelahan dan kemampuan kognitif yang berhubungan dengan ingatan. Kenaikan hasil belajar dari pre-test ke post-test dikarenakan keberhasilan dalam pelaksanaan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata diklat roda dan ban. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw siswa dibagi dalam kelompok kecil secara heterogen, guru berperan aktif dalam membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan perseorangan dalam kelompok kecil, dan siswa juga berperan aktif dalam pembelajaran dengan memiliki tanggung jawab terhadap materi yang dipelajarinya untuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran didukung juga dengan sarana dan fasilitas belajar yang disediakan oleh guru. Dengan kegiatan belajar mengajar seperti ini, siswa merasa senang dan puas sehingga hasil belajar menjadi naik. Hasil post-test menunjukkan bahwa terdapat dua siswa yang dinyatakan tidak tuntas. Untuk meningkatkan hasil belajar dua siswa tersebut, maka perlu diadakan pengayaan dan remidial. Pengadaan pengayaan dan remidial dimungkinkan apabila masih terdapat waktu belajar yang mencukupi, apabila tidak ada waktu yang mencukupi pengayaan dan remidial dapat diganti dengan tugas rumah yang sifatnya sama dengan remidial.
Pembahasan Hasil pre-test dan post-test Analisis hasil belajar dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu secara individual dan secara klasikal. Seorang dikatakan tuntas secara individu apabila memperoleh nilai ≥ 75 dan secara klasikal dapat dikatakan tuntas apabila ≥ 80% siswa dinyatakan tuntas. Analisis hasil belajar pada proses pembelajaran diperoleh dari hasil pre-test dan posttest. Nilai pre-test digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan awal siswa terhadap materi yang akan dipelajari, sedangkan post-test digunakan untuk mengetahui seberapa besar penguasaan siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Pemberian pre-test dari 24 siswa hanya 3 siswa yang dinyatakan tuntas dan secara klasikal persentase ketuntasan sebesar 12,50%. Hal ini dapat dikatakan bahwa kelas dinyatakan tidak tuntas karena batas ketuntasan kelas adalah ≥ 80%. Secara terperinci perolehan nilai pre-test siswa adalah sebagai berikut; terdapat satu siswa yang mendapatkan nilai terendah yaitu 30 dan tiga siswa yang dinyatakan tuntas masing-masing mendapatkan nilai 76, 77 dan 78 yang merupakan nilai tertinggi siswa. Setelah proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata diklat roda dan ban, siswa diberikan post-test. Hasil post-test menunjukkan bahwa sebanyak 22 siswa dinyatakan tuntas dan hanya 2 siswa yang dinyatakan tidak tuntas. Secara klasikal persentase ketuntasan mencapai 91,67%, naik sebesar 79,17% dari persentase ketuntasan klasikal pre-test. Hal ini menunjukkan bahwa kelas dapat dikatakan tuntas karena ketuntasan kelas melebihi batas ketuntasan kelas ≥ 80%. Dua siswa yang dinyatakan tidak tuntas masing-masing memperoleh nilai 66 dan 72. Nilai post-test tertinggi siswa adalah 88, yang diperoleh oleh satu siswa. Gambar 2. menunjukkan bahwa hampir semua siswa mengalami peningkatan hasil belajar dari pretest ke post-test. Namun ada satu siswa yang mengalami penurunan hasil belajar. Siswa dengan nomor urut 17 mengalami penurunan hasil belajar dari nilai 80 pada pre-test, turun menjadi 76 pada post-test. Akan tetapi siswa ini masih tergolong tuntas
Nilai hasil pre-test dan post-test Uji normalitas Pada tabel 1. diketahui bahwa uji normalitas dengan menggunakan uji Lilliefors diperoleh nilai L0 = 0,1609, sedangkan nilai L pada tabel nilai kritis L untuk uji Lilliefors dengan taraf nyata 0,05 adalah 0,1764. Dengan demikian nilai L pada tabel lebih besar dari nilai L0. Hal tersebut menunjukkan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian berasal dari populasi berdistribusi normal. Uji-t berpasangan Pada gambar 3. menunjukkan bahwa harga thitung = 11,5 dan ttabel dengan α = 0,05 dan dk = 23 adalah 2,069. Karena thitung > ttabel, maka hipotesis (Ha) diterima. Dengan demikian ada perbedaan yang signifikan antara nilai pre-test dan post-test. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran pada mata diklat roda dan ban dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sesuai terhadap hasil belajar siswa.
7
JPTM. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2013, 1-10
Hasil observasi Hasil observasi aktivitas siswa Observasi aktivitas siswa dilakukan oleh dua orang observator selama kegiatan belajar mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata diklat roda dan ban selama dua kali pertemuan. Pengamatan ini dilakukan dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa. Pada gambar 4. menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan 1 dan pertemuan 2. Hasil observasi aktivitas siswa yang mengalami kenaikan secara signifikan adalah pada no aspek pengamatan (3) membaca materi ajar, no aspek pengamatan (6) menunjukkan perilaku berkarakter (jujur), no aspek pengamatan (7) menunjukkan perilaku berkarakter (taat peraturan), dan no aspek pengamatan (9) menunjukkan perilaku berkarakter (kreatif), yang masing-masing aspek mengalami kenaikan penilaian sebesar 2 poin. Selain mengalami kenaikan secara signifikan juga terdapat dua aspek yang mengalami kesamaan penilaian pada pertemuan 1 maupun pertemuan 2. Kedua aspek tersebut adalah aspek pengamatan no (10) menunjukkan perilaku berkarakter (tenggang rasa) dengan besar penilaian 8 dan aspek pengamatan no (15) mengerjakan tes yang diberikan oleh guru dengan besar penilaian 10. Berdasarkan jumlah keseluruhan penilaian yang didapatkan pada pertemuan 1, maka besar persentase observasi aktivitas siswa adalah 76,60%. Kategori observasi aktivitas siswa dalam pencapaian penelitian yaitu 61% - 80% termasuk dalam kategori tinggi atau baik. Sedangkan jumlah keseluruhan penilaian yang didapatkan pada pertemuan 2, maka besar persentase observasi aktivitas siswa adalah 87,40%. Kategori observasi aktivitas siswa dalam pencapaian penelitian yaitu 81% - 100% termasuk dalam kategori sangat tinggi atau sangat baik. Kenaikan hasil observasi terhadap aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa mampu berkembang menjadi lebih baik. Hasil observasi aktivitas siswa mengalami kenaikan dari pertemuan 1 ke pertemuan 2 dikarenakan dalam pelaksanaan pembelajaran siswa dituntut aktif dalam bekerja kelompok. Pada diskusi kelompok ahli, siswa saling memberikan masukan untuk memecahkan suatu persoalan yang diberikan. Pada diskusi kelompok asal, setiap anggota kelompok dituntut untuk menjelaskan secara dinamis materi yang dipelajari pada diskusi kelompok ahli kepada anggota yang lain dalam satu kelompok asal. Seperti dijelaskan dalam BAB II, dengan kegiatan belajar mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, interaksi siswa dengan anggota di dalam kelompok asal dan di dalam kelompok ahli, siswa
memiliki kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya atau memperoleh pengetahuan dari diskusi dengan anggota kelompoknya, dan siswa dapat mengaktualisasaikan diri selama mengikuti proses pembelajaran untuk menunjukkan potensi yang dimiliki. Dengan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar seperti ini, mengakibatkan aktivitas siswa mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan proses belajar mengajar menggunakan model konvensional. Hasil observasi aktivitas guru Pada penelitian ini juga dilakukan pengamatan oleh dua orang observator terhadap aktivitas guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata diklat roda dan ban. Pengamatan dilakukan selama dua kali pertemuan. Pengamatan ini menggunakan lembar observasi aktivitas guru. Pada gambar 5. dapat diketahui bahwa terjadi kenaikan pada hasil observasi aktivitas guru dari pertemuan 1 ke pertemuan 2. Aspek pengamatan (1) mengelola pembelajaran mendapatkan penilaian 7,5 pada pertemuan 1 dan naik menjadi 8,5 pada pertemuan 2. Kenaikan tertinggi terjadi pada aspek pengamatan no (2) melaksanakan perbaikan pembelajaran yaitu sebesar 1,2 poin, pertemuan 1 mendapatkan penilaian 7,8 sedangkan pertemuan 2 mendapatkan penilaian 9. Aspek pengamatan (3) mengelola interaksi kelas juga mengalami kenaikan penilaian yaitu pada pertemuan 1 mendapatkan penilaian 7,8 dan 8,8 pada pertemuan 2. Kenaikan terendah terjadi pada aspek pengamatan (4) bersikap positif, yaitu 7,7 pada pertemuan 1 dan 8,3 pada pertemuan 2. Untuk aspek pengamatan (5) demonstrasi juga mengalami kenaikan dari 7,5 pada pertemuan 1 ke 8,5 pada pertemuan 2. Berdasarkan jumlah keseluruhan penilaian yang didapatkan pada pertemuan 1, maka besar persentase observasi aktivitas guru adalah 76,52%. Kategori observasi aktivitas guru dalam pencapaian penelitian yaitu 61% - 80% termasuk dalam kategori tinggi atau baik. Sedangkan jumlah keseluruhan penilaian yang didapatkan pada pertemuan 2, maka besar persentase observasi aktivitas guru adalah 86,28%. Kategori observasi aktivitas guru dalam pencapaian penelitian yaitu 81% - 100% termasuk dalam kategori sangat tinggi atau sangat baik. Dengan kenaikan hasil observasi aktivitas guru dari pertemuan 1 ke pertemuan 2 ini menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar menjadi lebih baik. Kenaikan hasil observasi aktivitas guru dikarenakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, guru dituntut tidak hanya menyampaikan materi yang sedang dipelajari
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
tetapi juga harus membimbing siswa dalam kelompok-kelompok kecil, baik pada saat diskusi kelompok ahli maupun pada saat diskusi kelompok asal. Apabila pada saat diskusi kelompok asal, ada siswa yang kurang memahami materi yang dipelajarinya bersama anggota kelompok ahli, hal ini menjadi tanggung jawab guru untuk membimbing kelompok pada umumnya dan siswa yang bersangkutan pada khususnya agar diskusi pada kelompok asal dapat berjalan dengan lancar dan anggota kelompok mendapatkan materi yang sesuai. Guru dapat memberikan pancingan atau memberikan gambaran secara umum yang nantinya dapat dikembangkan oleh siswa tersebut bersama dengan anggota kelompoknya. Dengan kegiatan guru yang tidak hanya menyampaikan materi dan memberikan evaluasi, melainkan juga membimbing siswa dalam kelompok-kelompok kecil, baik kelompok ahli maupun kelompok asal, mengakibatkan aktivitas guru menjadi naik.
memiliki kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya atau memperoleh pengetahuan dari diskusi dengan anggota kelompoknya. Hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan ke 1 menunjukkan besar persentase jumlah skor adalah 76,60%, dengan kriteria interpretasi tinggi atau baik dan meningkat menjadi 87,40% pada pertemuan ke 2, dengan kriteria interpretasi sangat tinggi atau sangat baik. Hasil angket respon siswa menunjukkan besar persentase jumlah skor adalah 82,00%, dengan kriteria interpretasi sangat tinggi atau sangat baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Robi Arim Bawono (2010) yang berjudul “Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Mata Pelajaran Penerapan Konsep Dasar Listrik dan Elektronika bagi Siswa Kelas X program Keahlian Teknik Komputer Jaringan di SMK Negeri 1 Udanawu Blitar”. Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa ratarata nilai pre-test dan post-test pada kelas kontrol mengalami peningkatan sebesar 52,16%, sedangkan ratarata nilai pre-test dan post-test pada kelas eksperimen mengalami peningkatan sebesar 61,65%. Hasil respon siswa menunjukkan kategori baik terhadap pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Hasil angket respon siswa Setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata diklat roda dan ban, siswa diberikan lembar angket respon siswa untuk mengetahui respon atau kepuasan siswa terhadap model pembelajaran yang telah diterapkan. Gambar 6. menunjukkan hasil angket respon siswa bahwa rata-rata skor tertinggi yang didapatkan adalah 4,42 pada no pernyataan (1). No pernyataan (3) mendapatkan rata-rata skor terendah dengan jumlah 3,96. Berdasarkan jumlah keseluruhan skor yang didapatkan, maka besar persentase respon siswa adalah 82,00%. Kategori respon siswa dalam pencapaian penelitian yaitu 81% - 100% termasuk dalam kategori sangat tinggi atau sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa siswa merasa sangat puas dan senang dengan proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata diklat roda dan ban.
PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata diklat roda dan ban untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X TKR 2 SMK Negeri 7 Surabaya, yaitu: Nilai rata-rata kelas dari hasil pre-test adalah 58,75 dengan jumlah siswa yang tidak tuntas adalah 21 siswa dan 3 siswa dinyatakan tuntas, persentase ketuntasan kelas sebesar 12,50%, hal ini menunjukkan bahwa kelas dinyatakan belum tuntas secara klasikal. Sedangkan nilai rata-rata kelas dari hasil post-test adalah 77,75 dengan jumlah siswa yang tidak tuntas adalah 2 siswa dan 22 siswa dinyatakan tuntas, persentase ketuntasan kelas mencapai 91,67%, hal ini menunjukkan bahwa kelas dinyatakan tuntas secara klasikal. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat meningkat, dengan besar peningkatan ketuntasan kelas adalah 79,17%. Kenaikan hasil belajar dari pretest ke post-test dikarenakan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata diklat roda dan ban dilaksanakan dengan baik dan berjalan dengan lancar. Hipotesis penelitian terbukti dengan hasil belajar siswa dari pre-test dan post-test, dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata diklat
Diskusi Hasil Penelitian Nilai rata-rata kelas dari hasil pre-test adalah 58,75 dengan jumlah siswa yang tidak tuntas adalah 21 siswa dan 3 siswa dinyatakan tuntas, sedangkan nilai rata-rata post-test meningkat menjadi 77,75 dengan jumlah siswa yang tidak tuntas adalah 2 siswa dan 22 siswa dinyatakan tuntas. Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar kelas dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw mengalami peningkatan. Hal ini dapat disebabkan karena pembelajaran kooperatif tipe jigsaw membawa konsep pemahaman inovatif dan menekankan keaktifan siswa. Selain itu dapat membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang sulit dan berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerja sama, berfikir kritis dan kemampuan membantu teman. Melalui interaksi dengan anggota di dalam kelompok asal dan di dalam kelompok ahli, siswa 9
JPTM. Volume 02 Nomor 02 Tahun 2013, 1-10
roda dan ban dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X TKR 2 SMK Negeri 7 Surabaya. Aktivitas siswa berdasarkan hasil observasi mengalami peningkatan dari pertemuan 1 ke pertemuan 2. Pada pertemuan 1 besar persentase aktivitas siswa adalah 76,60% dan naik menjadi 87,40% pada pertemuan 2. Peningkatan aktivitas siswa terjadi karena dalam kegiatan belajar mengajar siswa dituntut untuk aktif dalam bekerja kelompok dan bertanggung jawab terhadap pembelajarannya sendiri dan orang lain. Begitu juga dengan aktivitas guru yang juga mengalami peningkatan dari pertemuan 1 ke pertemuan 2. Pada pertemuan 1 persentase aktivitas guru mencapai 76,52%, kemudian meningkat menjadi 86,28% pada pertemuan 2. Kenaikan aktivitas guru dikarenakan dalam kegiatan belajar mengajar guru tidak hanya menerangkan materi yang sedang dipelajari tetapi juga membimbing setiap kelompok kecil. Siswa merasa sangat senang dan puas pada proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata diklat roda dan ban, hal ini ditunjukkan dengan hasil angket respon siswa yang menunjukkan persentase respon siswa sebesar 82,00%. Berdasarkan hasil validasi pada seluruh perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian, didapatkan besar jumlah skor sebagai berikut; (1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 81,00%, (2) LKS 1 Kelompok Ahli “Pelek” 80,00, (3) LKS 1 Kelompok Ahli “Ban bias dan Ban Radial” 84,00%, (4) LKS 1 Kelompok Ahli “Ban Tubeless dan Pola Tread” 84,00%, (5) LKS 1 Kelompok Ahli “Bahan. Kode dan Rasio Ban” 85,33%, (6) LKS 2 Roda dan Ban 82,67%, (7) Soal Pre-Test dan Post-Test 81,11%, (8) Lembar Observasi Aktivitas Siswa 83,11%, (9) Lembar Observasi Aktivitas Guru 80,39%, dan (10) Angket Respon Siswa 84,67%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian tersebut valid dan layak untuk digunakan.
Perangkat pembelajaran harus disiapkan dengan baik sebelum proses belajar mengajar, agar tidak ada kendala selama proses pembelajaran berlangsung. Sebaiknya setiap perangkat pembelajaran sebelum diterapkan di kelas, divalidasi dahulu oleh validator ahli agar perangkat pembelajaran yang akan digunakan valid sehingga mendapatkan hasil yang valid juga.
Saran
Sudjana, Nana, Dr. dan Ibrahim, Dr., M.A. (2012). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata diklat roda dan ban untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X TKR 2 SMK Negeri 7 Surabaya dan kondisi nyata di lapangan, maka untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih baik dapat disarankan: Perangkat pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini dapat dijadikan alternatif dalam proses belajar mengajar agar proses belajar mengajar lebih menarik. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat digunakan sebagai inovasi baru dalam pembelajaran dalam rangka menuntaskan hasil belajar siswa, sehingga pendekatan ini dapat diterapkan pada mata diklat lain yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, Prof., Dr. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Bawono, Robi Arim. (2010). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Mata Pelajaran Konsep Dasar Listrik dan Elektronika bagi Siswa Kelas X Program Keahlian Teknik Komputer Jaringan di SMK Negeri 1 Udanawa Blitar. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Dimyati, Dr. dan Mudjiono, Drs. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Hanafiah, Nanang, Pembelajaran Aditama.
dan Cucu Suhana. (2010). Kooperatif. Bandung: Refika
Ibrahim, Muslimin, dkk. (2000). Pembelajaran kooperatif. Surabaya: Unesa University Press. Riduwan, Dr. (2012). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta. Sardiman. (2001). Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Sudjana, Nana, Dr. (2012). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sudjana, Prof., Dr., M.A., M.Sc. (2002). Metoda Statistika. Bandung: PT. Tarsito. Sugiyono, Prof., Dr. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. bandung: Alfabeta. Suprijono, Agus. (2012). Cooperative Learning, Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Trianto. (2011). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.