e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA Ni Luh Anna Septiana Putri1, I.B. Surya Manuaba.2, I Ketut Adnyana Putra3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas VA di SD Negeri 1 Padangsambian Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdapat tahapan-tahapan kegiatan yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian ini melibatkan siswa kelas VA yang berjumlah 40 siswa, terdiri dari 17 orang putra dan 23 orang putri. Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes. Tes yang digunakan untuk mengumpulkan data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA adalah tes objektif pilihan ganda biasa berjumlah 20 soal. Selanjutnya data yang terkempul dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada tahap observasi awal adalah 63,9% berada pada kriteria rendah dengan ketuntasan klasikal 52,5%. Untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA tersebut maka diberikan tindakan dengan menggunakan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran penemuan berbantuan multimedia interaktif. Pada siklus I didapatkan persentase nilai rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa sebesar 73,1% berada pada kriteria sedang dan pada siklus II terjadi peningkatan menjadi 82,9% berada pada kriteria tinggi. Terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dari siklus I ke siklus II sebesar 9,8%. Peningkatan juga terlihat pada persentase ketuntasan belajar siswa, pada siklus I sebesar 62,5% dan siklus II sebesar 85%, sehingga terjadi peningkatan sebesar 22,5%. Dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran penemuan berbantuan multimedia interaktif dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas VA di SD Negeri 1 Padangsambian tahun pelajaran 2015/2016. Kata kunci : saintifik, pembelajaran penemuan, multimedia interaktif, kompetensi IPA Abstract This research aimed to improve the mastery of science knowledge competency on Class VA in SD Negeri 1 Padangsambian 2015/2016 lesson periods. This research is classroom action activity research which was done in two cycle, every cycle there are steps activities such as the action plans, implementation, observation, and reflection. This research is involving 40 students, which is consisting of 17 boys and 23 girls. The data collecting method that used is multiple choice test which consist of 20 questions. Then, all the data which had been collected and analyzed using the method of
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
descriptive and quantitative analysis statistics. The result shows that the average percentage of the mastery of science knowledge competency on the first observations is 63,9% it is on low criteria with classical completeness percentage is 52,5%. To improve the mastery of science knowledge competency is by using scientific approach with discovery learning model with multimedia interactive. In the first cycle, the average percentage is 73,1% on middle criteria and in the secend cycle, it is increased at 82,9% on high criteria. The increase from the first cycle to the second cycle is 9,8%. The increase also seen in the classical completeness percentage, in the first cycle is 62,5% to 85% in the second cycle, so there is a rise at 22,5%. It can be concluded that the implementation of scientific approach with discovery learning with multimedia interactive can increase mastery of science knowledge competency on Class VA in SD Negeri 1 Padangsambian 2015/2016 lesson periods. Keywords : scientific, discovery learning, multimedia interactive, mastery of knowledge science competence
PENDAHULUAN Teknologi berdampak besar dalam berbagai kehidupan, bukan hanya sebagai gaya hidup tetapi juga dalam dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Hal tersebut merupakan suatu tantangan bagi pemerintah untuk terus berusaha mengembangkan pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik, salah satunya dengan pengembangan kurikulum pembelajaran. Perubahan kurikulum dari masa ke masa disebabkan karena kebutuhan masyarakat yang setiap tahunnya selalu berkembang dan tuntutan zaman yang selalu berubah tanpa bisa dicegah. Pemerintah telah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013. Pelaksanaan Kurikulum 2013 tidak hanya menekankan pada pengembangan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor, melainkan juga mengembangkan kemampuan religius atau keagamaan dan sikap sosial siswa. Hal ini dapat dibuktikan dengan dikembangkannya Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yaitu Standar Kompetensi pada kurikulum KTSP menjadi Kompetensi Inti pada Kurikulum 2013. Terdapat 4 Kompetensi Inti (KI) yang dikembangkan dalam Kurikulum 2013, yaitu KI 1 (spiritual), KI 2 (sikap sosial), KI 3 (pengetahuan), serta KI 4 (keterampilan) Lisdiana (2015). Kurikulum 2013 yang mulai dilaksanakan pada tahun ajaran 2013/2014 memiliki beberapa keunggulan
yaitu siswa lebih dituntut aktif, kreatif, inovatif dalam setiap pemecahan masalah yang mereka hadapi di sekolah, adanya penilaian dari semua aspek, munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah diintegrasikan ke dalam semua program studi, sifat pembelajaran sangat kontekstual, dan sangat tanggap terhadap fenomena dan perubahan sosial (Kurniasih, 2014:40-41).
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada Selasa, 24 November 2015 dengan wali kelas VA di SD Negeri 1 Padangsambian tahun pelajaran 2015/2016 diketahui bahwa penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa masih tergolong rendah. Ada beberapa permasalahan yang teridentifikasi sebagai faktor penyebab penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang belum maksimal yaitu pertama, pendekatan yang digunakan kurang tepat sehingga materi pembelajaran yang disampaikan kurang menarik; kedua, kurangnya pemahaman dalam menggunakan model pembelajaran; ketiga, kurang memanfaatkan media dan alat peraga dalam proses pembelajaran; dan keempat, persentase nilai rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atau memiliki nilai di atas KKM yang ditentukan yaitu 70 baru mencapai 63,9% dari 40 siswa. Siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 19 siswa dan 21 siswa memperoleh nilai di bawah KKM. Hal ini
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dapat dilihat dari data nilai siswa pada tema pembelajaran sebelumnya. Berdasarkan beberapa temuan tersebut, fokus permasalahannya terlihat pada persentase nilai rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang mencapai nilai di atas KKM adalah 63,9%. Dan berdasarkan data tersebut diupayakan pemberian tindakan untuk memperbaiki penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa agar mencapai KKM yang ditetapkan (70) untuk setiap siswa dengan ketuntasan belajar minimal mencapai 80%. Selain itu, juga diberikan alternatif pemecahan masalah untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran penemuan berbantuan multimedia interaktif. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan. Lisdiana (2015:22) menyatakan bahwa “Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran, materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata”. Pembelajaran pendekatan saintifik berbeda dengan strategi pembelajaran yang lainnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan menyimpulkan. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kemampuan dan keterampilan untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kemampuan dan keterampilan inilah yang menjadi ciri khas pembelajaran pendekatan saintifik. Prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran yaitu, (1) pembelajaran berpusat pada siswa; (2) pembelajaran membentuk student self concept; (3) pembelajaran terhindar dari verbalisme, (4) pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip; (5) pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa; (6) pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru; (7) memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi; (8) adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksikan siswa dalam struktur kognitifnya (Daryanto, 2014:58-59). Dalam PP No 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kreatifitas sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan pedagogik dan serta psikologis peserta didik (Munir, 2012:83).
Mengimplementasikan pembelajaran agar sesuai dengan tujuan dari pendekatan saintifik dan peraturan pemerintah tersebut maka guru diberikan kebebasan untuk memanfaatkan berbagai model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang disarankan dalam Kurikulum 2013 adalah pembelajaran penemuan (dicscovery learning), “model ini bertujuan menemukan pengertian, ciri-ciri, perbedaan, persamaan suatu benda, konsep ataupun objek-objek pembelajaran lainnya melalui proses pembelajaran yang dilakoninya” (Kosasih, 2014:83). Dengan menerapkan pembelajaran penemuan ini dapat membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan prosesproses kognitif, siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik, membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi belajar yang baru, dan dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu (Kemendikbud, 2013:3-4). Pembelajaran penemuan merupakan bagian dari kerangka pendekatan saintifik yang lebih
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
menekankan pada penemuan jawaban atas masalah yang direkayasa oleh guru. Siswa tidak hanya disodori sejumlah teori, tetapi mereka juga berhadapan dengan sejumlah fakta. Dari teori dan fakta itulah, mereka diharapkan dapat merumuskan sejumlah penemuan berupa penemuan sederhana. Penerapan model pembelajaran penemuan dalam pembelajaran memiliki kelebihan-kelebihan, yaitu (1) membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif; (2) menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil; (3) metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya; (4) berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan; (5) siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik; (6) situasi proses belajar menjadi lebih terangsang; (7) membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru; (8) mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri; (9) meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa; (10) memungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar (Kemendikbud, 2013:3-4). Dalam model pembelajaran penemuan terdapat beberapa langkah pembelajaran yang harus dilaksanakan. Pembelajaran penemuan memiliki langkah-langkah yang sistematis pada kegiatan inti pembelajaran sebagai berikut, (1) merumuskan masalah yaitu guru menyampaikan suatu permasalahan untuk menggugah dan menimbulkan kepenasaran tentang fenomena tertentu yang mendorong siswa untuk melakukan suatu rangkaian pengamatan mendalam; (2) membuat jawaban sementara (hipotesis) yaitu siswa diajak melakukan identifikasi masalah yang kemudian diharapkan siswa bermuara pada perumusan jawaban sementara; (3) mengumpulkan data seperti membaca berbagai dokumen, melakukan pengamatan lapangan, penelitian laboratorium, melakukan wawancara; dan
menyebarkan angket; (4) perumusan kesimpulan (generalization) yaitu setelah data terkumpul dan dianalisis, kemudian dikoreksi dengan rumusan masalah yang dirumuskan sebelumnya. Data-data tersebut digunakan untuk menjawab permasalahan tersebut; dan (5) mengomunikasikan sebagai tindak lanjut dari hasil kegiatan peserta didik (Kosasih, 2014:85-88). Model pembelajaran lebih sempurna apabila didukung dengan penggunaan media pembelajaran, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi baru
yaitu multimedia. Menurut Munir (2012:111) “Multimedia interaktif dapat didefinisikan sebagai suatu integrasi elemen beberapa media (audio, video, grafis, teks, animasi, dan lain-lain) menjadi satu kesatuan yang sinergis dan simiosis yang menghasilkan manfaat lebih bagi pengguna akhir dari salah satu dari unsur media dapat memberikan secara individu”. Multimedia mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran karena dapat membawa situasi belajar yang menyenangkan, kreatif, dan tidak membosankan dan akan menjadi pilihan tepat untuk diimplementasikan dalan pembelejaran. Kelebihan menggunakan multimedia interaktif dalam pembelajaran diantaranya sebagai berikut, (1) sistem pembelajaran lebih inovatif dan kreatif; (2) pendidik akan selalu dituntut untuk kreatif inovatif dalam mencari terobosan pembelajaran; (3) melatih peserta didik lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu pengetahuan; (4) mampu menggabungkan antara teks, gambar, audio, musik, animasi gambar atau video dalam satu kesatuan yang saling mendukung guna tercapainya tujuan pembelajaran; (5) menambah motivasi peserta didik selama proses belajar mengajar hingga didapatkan tujuan pembelajaran yang diinginkan; dan (6) mampu memvisualisasikan materi yang selama ini sulit untuk diterangkan hanya sekedar dengan penjelasan atau alat peraga yang konvensional (Munir, 2012:113-114).
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
2015/2016 yang berjumlah 40 siswa dengan rincian 17 orang putra dan 23 orang putri. Siswa ini dipilih menjadi subjek penelitian dikarenakan ditemui permasalahan-permasalahan seperti yang dipaparkan pada pembahasan sebelumnya. Objek yang diteliti dari penelitian ini adalah penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas VA semester II tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini menitikberatkan pada peningkatkan pengusaan kompetensi pengetahuan IPA siswa. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pada tiap siklus proses pembelajaran dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan, yang terdiri dari 3 kali pertemuan untuk pemberian tindakan, dan 1 kali pertemuan untuk tes akhir siklus. Adapun rancangan penelitan tindakan kelas adalah sebagai berikut.
Berdasarkan uraian tersebut dilakukan penelitian melalui penerapan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran penemuan berbantuan multimedia interaktif, tujuannya untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan ipa siswa kelas VA di SD Negeri 1 Padangsambian tahun pelajaran 2015/2016. Melalui pelaksanaan penelitian ini diharapkan hasilnya dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan teori pendidikan khususnya penggunaan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran penemuan berbantuan multimedia interaktif. Dari penelitian ini, memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk menemukan dan mengalami sendiri materi yang dipelajari, sehingga berpengaruh dalam meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa. Menjadi referensi bagi guru mengenai kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran penemuan dalam pendekatan saintifik berbantuan multimedia interaktif yang dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan salah satu alternatif pemecahan masalah dalam merencanakan suatu proses pembelajaran di sekolah. Dan dapat menjadi informasi yang berguna bagi para peneliti lain untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa.
Gambar 1. Alur Pelaksanaan Tindakan Kelas Bersiklus (sumber: Arikunto, 2011: 16)
METODE PENELITIAN Penelitian yang dibuat merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subjek penelitian di kelas tersebut Trianto (2011:13). Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Padangsambian Kecamatan Denpasar Barat. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VA SD Negeri 1 Padangsambian tahun pelajaran
Pada tahap perencanaan mencakup semua kegiatan yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan perangkatperangkat pembelajaran. Kegiatankegiatan tersebut yaitu, (1) melakukan diskusi dengan guru tentang rencana tindakan yang dilakukan; (2) melakukan analisis kurikulum untuk menentukan Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD) dan indikator pencapaian dan materi yang digunakan dalam pembelajaran; (3) 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
menyusun RPP yang digunakan dalam pembelajaran disesuaikan dengan model pembelajaran penemuan berbantuan multimedia interaktif; (5) menyiapkan lembar kerja siswa (LKS), kisi-kisi tes dan tes evaluasi, menyiapkan media pembelajaran dan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan dapat menunjang materi dalam pembelajaran; dan (6) membuat jadwal pelaksanaan tindakan. Dalam pelaksanaan tindakan dilakukan beberapa kegiatan yaitu pembelajaran diawali dengan berdoa, kemudian mengecek kehadiran siswa, melakukan apersepsi, menyampaikan tema dan subtema pembelajaran dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada tahap inti pembelajaran disesuaikan dengan pengalaman dalam pendekatan saintifik (mengamati, menanya, menalar, mengumpulkan informasi, dan mengomunikasikan) dan langkah-langkah model pembelajaran penemuan dengan berbantuan multimedia interaktif yaitu guru menampilkan sebuah video pembelajaran dan memberikan beberapa contoh media konkret tentang materi yang dipelajari untuk memberikan gambaran awal mengenai materi yang akan dibahas. Kemudian siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok, satu kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Setelah diberikan suatu permasalahan, siswa secara berkelompok diajak untuk membuat hipotesis dan melakukan beberapa percobaan sederhana terkait pembelajaran. Siswa menuliskan pemecahan masalah dan kesimpulan yang didapat dari hasil percobaan tersebut pada LKS yang telah dibagikan. Selama proses pembelajaran guru kelas melakukan pendampingan untuk melihat proses belajar siswa. Kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan hasil percobaannya di depan kelas dan diberikan penilaian terhadap hasil kerja siswa. Di akhir pembelajaran siswa diajak untuk menyimpulkan hal-hal yang telah dipelajari, kemudian diberikan tes evaluasi pembelajaran pada hari itu untuk mengukur ketercapaian materi yang telah diajarkan. Dan diberikan tindak lanjut
dengan memberikan pekerjaan rumah dan arahan kegiatan berikutnya.. Selanjutnya dilakukan pengamatan, pada saat pembelajaran berlangsung, secara bersamaan dilakukan kegiatan observasi. Jadi dapat dikatakan, kedua kegiatan ini berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap observasi, dilakukan pencatatan tentang masalahmasalah serta hal-hal yang ditemukan dalam pembelajaran atau pelaksanaan tindakan. Diakhir pertemuan setiap siklus dilakukan evaluasi terhadap kemampuan pengusaan kompetensi pengetahuan IPA siswa dengan menggunakan tes sesuai dengan kisi-kisi yang telah disusun. Pada penelitian tindakan kelas ini hanya menggunakan metode tes. Tes yang diberikan pada siswa berupa tes objektif. Tes objektif yang dipilih adalah tes pilihan ganda biasa berjumlah 20 butir soal yang berkaitan dengan muatan pelajaran IPA, tes ini dilakukan untuk mendapatkan data tentang penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa. Tes yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat tes yang baik yaitu menyusun kisi-kisi dan memenuhi validitas isi (content validity) sesuai dengan standar isi yang bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana suatu tes mampu mengukur secara tepat keadaan yang ingin diukur. Pengujian validitas isi yang dilakukan dengan menelaah butir dilakukan dengan mencermati kesesuaian isi butir yang ditulis dengan perencanaan yang dituangkan dalam kisi-kisi. Pengujian validitas isi dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli (expert judgement). Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis. Pada tahap ini, peneliti dapat merefleksi diri berdasarkan hasil observasi dan diskusi untuk mengkaji apakah tindakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa. Hasil analisis data digunakan sebagai bahan refleksi untuk memperbaiki tindakan pada siklus berikutnya. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis dengan analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012:67). Dan analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengelolaaan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan persentase, mengenai suatu objek yang diteliti sehingga memperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012:67). Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dengan menyajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean (M), median (Me), modus (Mo), serta menggambarkannya dalam bentuk grafik poligon. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menentukan tingkatan tinggi rendahnya penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dengan berpedoman pada PAP skala lima. Indikator keberhasilan merupakan standar yang digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam suatu penelitian. Indikator keberhasilan pada penelitian ini yaitu (1) terjadinya peningkatan persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada akhir penelitian yaitu 80%-89% berada pada kriteria tinggi dengan nilai yang dicapai masing-masing siswa mencapai rata-rata kelas minimal 80; (2) dan dikatakan tuntas jika memperoleh ketuntasan klasikal minimal 80% siswa mencapai KKM (70).
kompetensi pengetahuan IPA siswa setelah menerapkan pendeketan saintifik dengan model pembelajaran penemuan berbantuan multimedia interaktif. Selanjutnya data-data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis yang telah ditetapkan sebelumnya. Data tersebut diperoleh dengan pemberian tes objektif pilihan ganda biasa berjumlah 20 butir soal. Kemudian data disajikan ke dalam tabel distribusi frekuensi, menghitung mean (M), median (Me), modus (Mo), serta menggambarkannya dalam bentuk grafik poligon, mengkonversikan M% ke dalam kriteria PAP skala 5, dan mengukur ketuntasan belajar siswa. Adapun hasil yang diperoleh pada siklus I untuk pengusaan kompetensi pengetahuan IPA dapat digambarkan ke dalam grafik poligon sebagai berikut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan Februasi – Maret 2016 pada siswa kelas VA semester II di SD Negeri 1 Padangsambian tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah 40 siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus yang setiap siklusnya terdiri 4 kali pertemuan yaitu 3 kali pertemuan untuk proses pembelajaran dan 1 kali untuk tes evaluasi akhir siklus. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data penguasaan
Grafik tersebut menunjukkan bahwa harga statistik M > Me > Mo (73,1 > 71,9 > 67) dan tergolong grafik juling positif karena mean dan median lebih tinggi atau lebih besar dari modus. Dapat diinterpretasikan bahwa rata-rata nilai penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus I cenderung rendah. Selanjutnya pada siklus II mengacu pada hasil refleksi siklus I untuk memperbaiki proses pembelajaran. Untuk hasil yang diperoleh pada siklus II dapat dilihat pada grafik poligon berikut.
Modus = 67
Mean = 73,1 Median = 71,9
Gambar 2. Grafik Poligon Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Pada Siklus I
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Mean = 82,9 Median = 84,7
Grafik tersebut menunjukkan bahwa harga statistik M < Me < Mo (82,9 < 84,7 < 86,1) dan tergolong grafik juling negatif karena karena mean dan median lebih kecil atau lebih rendah dari modus. Dapat diinterpretasikan bahwa rata-rata nilai penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus I cenderung tinggi. Pelaksanaan pembelajaran pada masing-masing siklus telah berlangsung dengan baik. Pelaksanaan pembelajaran yang baik ini ditandai dengan adanya peningkatan dari data observasi awal ke siklus I ke siklus II. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut.
Modus = 86,1
Gambar 3. Grafik Poligon Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Pada Siklus II Tabel 1.
Tabel Rekapitulasi Data Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas VA di SD Negeri 1 Padangsambian pada data sebelum penelitian, Siklus I, dan Siklus II Data
Persentase rata-rata nilai penguasaan kompetensi pengetahuan IPA Ketuntasan Klasikal
Sebelum Penelitian 63,9%
Siklus I
Siklus II
73,1%
82,9%
52,5%
62,5%
85%
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat telah terjadi peningkatan dari data awal diperoleh persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA sebesar 63,9% mengalami peningkatan pada siklus I yakni 73,1%, tergolong pada kriteria sedang sehingga terdapat peningkatan sebesar 9,2%. Sedangkan ketuntasan siswa secara klasikal juga telah mengalami peningkatan dari data awal yaitu 52,5% pada siklus I meningkat menjadi 62,5% sehingga terdapat peningkatan sebesar 10%. Persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus I mencapai 73,1% terjadi peningkatan pada siklus II sebesar 82,9% termasuk ke dalam kriteria tinggi sehingga terdapat peningkatan sebesar 9,8%. Begitu juga dengan ketuntasan klasikal siswa, sebelumnya pada siklus I diperoleh sebesar 62,5% meningkat pada siklus II menjadi 85% termasuk kategori tinggi, sehingga terdapat peningkatan sebesar
22,5%. Adapun peningkatan tersebut dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Gambar 4. Grafik Peningkatan Persentase Nilai Rata-Rata Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA dan Ketuntasan Klasikal Siswa Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa dan ketuntasan klasikal dari data awal ke siklus I dan ke siklus II mengalami peningkatan.
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Pembahasan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran penemuan berbantuan multimedia interaktif pada pembelajaran siswa kelas V di SD Negeri 1 Padangsambian tahun pelajaran 2015/2016 pada tema Sejarah Peradaban Indonesia. Sebelum mengimplementasikan, terlebih dahulu dilakukan refleksi awal dengan mencatat data hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa sebelum melaksanakan tindakan. Berdasarkan refleksi awal, secara umum, hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri 1 Padangsambian berada pada kategori rendah. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat kali pertemuan. Pertemuan pertama, kedua dan ketiga untuk pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran penemuan berbantuan multimedia interaktif. Pertemuan keempat untuk pemberian tes evaluasi akhir siklus. Adapun data yang diperoleh pada siklus I meliputi data nilai penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dan ketuntasan klasikal siswa. Persentase rata-rata nilai penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada data awal yakni 63,9% mengalami peningkatan pada siklus I yakni 73,1%, tergolong pada kriteria sedang sehingga terdapat peningkatan sebesar 9,2%. Sedangkan ketuntasan siswa secara klasikal juga telah mengalami peningkatan dari data awal yaitu 52,5% pada siklus I meningkat menjadi 62,5% sehingga terdapat peningkatan sebesar 10%. Walaupun telah terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dan ketuntasan klasikal pada siklus I, namun hasil tersebut belum mencapai target indikator keberhasilan pada penelitian ini. Hal ini disebabkan oleh beberapa kendala atau kekurangan yang ditemui pada saat melaksanakan tindakan atau proses pembelajaran pada siklus I. Secara umum kendala-kendala tersebut yaitu, 1) siswa kurang fokus pada saat kegiatan mengamati gambar maupun video pembelajaran, 2) siswa masih sulit
untuk menalar saat kegiatan percobaan, 3) kegiatan mengomunikasikan masih kurang aktif, sebagian besar siswa masih belum berani untuk mengemukakan ide dan kesimpulan atas percobaan yang dilakukan, 4) siswa masih kesulitan dalam membuat jawaban sementara. Berbagai kendala atau kekurangan tersebut, diatasi dengan melakukan berbagai macam perbaikan yang telah diuraikan pada refleksi siklus I. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini dilanjutkan pada siklus II. Setelah melakukan berbagai macam perbaikan terhadap kekurangan yang dialami pada siklus I, maka terjadi peningkatan pada siklus II. Persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus I sebelumnya hanya mencapai 73,1% terjadi peningkatan pada siklus II sebesar 82,9% termasuk ke dalam kriteria tinggi sehingga terdapat peningkatan sebesar 9,8%. Begitu juga dengan ketuntasan klasikal siswa, sebelumnya pada siklus I diperoleh sebesar 62,5% meningkat pada siklus II menjadi 85% termasuk kategori tinggi, sehingga terdapat peningkatan sebesar 22,5%. Secara umum, pada pelaksanaan tindakan pada siklus II tidak lagi muncul kendala-kendala atau hambatan seperti pada siklus I. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran yang menerapkan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran penemuan berbantuan multimedia interaktif dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas VA di SD Negeri 1 Padangsambian. Hal ini terlihat dari kegiatan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran seperti siswa sudah mampu mengemukakan ide-idenya dalam memecahkan suatu permasalahan yang ditemui pada proses pembelajaran, siswa mampu berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri, antusias dalam mengikuti pembelajaran, siswa dapat memperkuat konsep dirinya karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya, berani mengajukan pertanyaan dan terampil dalam mengerjakan tugas yang diberikan
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Pencapaian dan peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA serta ketuntasan klasikal siswa pada hasil penelitian siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan dalam penelitian. Berdasarkan teori yang ada, pendekatan saintifik menuntut siswa untuk secara aktif melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan yang ditemukan (Daryanto, 2014:51). Pendekatan saintifik dapat meningkatkan kemampuan intelek siswa, membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah secara sistematis, melatih siswa mengemukakan ide-idenya dan mengembangkan karakter siswa. Untuk mendukung hal tersebut, pendekatan saintifik dipadukan dengan model pembelajaran penemuan (discovery learning). Model pembelajaran penemuan (discovery learning) bertujuan menemukan pengertian, ciri-ciri, perbedaan, persamaan suatu benda, konsep ataupun objek-objek pembelajaran lainnya melalui proses pembelajaran yang dilakoninya (Kosasih, 2014:83). Dengan menerapkan pembelajaran penemuan ini dapat membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif, siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik, membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi belajar yang baru, dan dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu (Kemendikbud, 2013:3-4). Model pembelajaran akan lebih sempurna apabila didukung dengan penggunaan media pembelajaran, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi baru yaitu multimedia. Menurut Munir (2012:111) “Multimedia interaktif adalah suatu integrasi elemen beberapa media (audio, video, grafis, teks, animasi, dan lain-lain) menjadi satu kesatuan yang sinergis dan simiosis yang menghasilkan manfaat lebih bagi pengguna akhir dari salah satu dari unsur media dapat memberikan secara individu”. Multimedia mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran karena dapat membawa
situasi belajar yang menyenangkan, kreatif, dan tidak membosankan dan menjadi pilihan tepat untuk digunakan. Maka dari itu, pendekatan saintifik dengan model pembelajaran penemuan berbantuan multimedian interaktif sangatlah tepat diterapkan pada pembelajaran guna mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan, berkesan dan bermakna, yang nantinya akan berimbas pada peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa. Hasil analisis tersebut didukung oleh penelitian yang relevan yang dilaksanakan oleh Putrayasa (Vol:2 No:1, 2014) juga menyatakan model pembelajaran discovery learning dan minat belajar berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V Sekolah Dasar di Desa Bontihing, Kecamatan Kubutambahan pada tahun pelajaran 2013/2014. Terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model discovery learning dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai rata-rata hasil belajar IPA yang sebesar 79,39 untuk kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model discovery learning. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar IPA yang sebesar 70,51 untuk kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. Widiadnyana (volume 4, 2014) juga menyatakan bahwa bahwa model pembelajaran berpengaruh terhadap pemahaman konsep IPA dan sikap ilmiah siswa yaitu terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA secara signifikan antara siswa yang belajar menggunakan model discovery learning dengan siswa yang menggunakan model pengajaran langsung (F=7,774; p<0,05). Berdasarkan data penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran penemuan berbantuan multimedia interaktif dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada tema Sejarah 10
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Peradaban Indonesia siswa kelas V SD Negeri 1 Padangsambian tahun pelajaran 2015/2016.
lebih lanjut dalam ruang lingkup yang lebih luas. DAFTAR PUSTAKA
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran penemuan berbantuan multimedia interaktif dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas VA SD Negeri 1 Padangsambian tahun pelajaran 2015/2016. Hal tesebut dapat dilihat dari data persentase nilai rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA sebelum penelitian adalah 63,9% yang berada pada kriteria rendah dan ketuntasan klasikal 52,5% yaitu 19 siswa tuntas dan 21 siswa belum tuntas. Meningkat pada siklus I dengan persentase nilai rata-rata sebesar 73,1% berada pada kriteria sedang dengan ketuntasan klasikal 62,5% yaitu 25 siswa tuntas dan 15 belum tuntas, sehingga terjadi peningkatan sebesar 9,2%. Pada siklus II persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA sebesar 82,9% berada pada kriteria tinggi dengan ketuntasan klasikal 85% yaitu 34 siswa tuntas dan 6 siswa belum tuntas, sehingga terjadi peningkatan sebesar 9,8%. Mengacu pada temuan penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut, 1) kepada siswa agar ikut aktif, kreatif dan berperan langsung di dalam proses pembelajaran; 2) kepada guru sekolah dasar disarankan agar menerapkan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran penemuan berbantuan multimedia interaktif dalam pembelajaran di kelas sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa; 3) kepada kepala sekolah disarankan agar menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu referensi dalam mengambil suatu kebijakan dan keputusan yang paling tepat dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa di sekolah; dan 4) kepada peneliti lain hendaknya dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai referensi awal untuk melakukan penelitian
Agung, A.A. Gede. 2012. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning). Jakarta : Kemendikbud. Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya. Kurniasih, Imas dan Berlin. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media. Lisdiana, Ana, dkk. 2015. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Munir. 2012. Multimedia Konsep dan Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Putrayasa, I Made. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa. Jurnal Ilmu Pendidikan. Vol. 2, No. 1, hal : 1-8. Trianto. 2011. Panduan Lengkap Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Widdiadnyana, I W. 2014. Pengaruh Model Discovery Learning Terhadap Pemahaman Konsep IPA dan Sikap Ilmiah Siswa SMP. Jurnal Ilmu Pendidikan. Vol. 4, hal : 1-11.
11