e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS PEMBELAJARAN INKUIRI DAPAT MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA SISWA Gusti Ayu Desy Anggarini 1 , Made Putra 2, I Wayan Darsana 3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail :
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IVB semester II di SD Negeri 11 Pemecutan Denpasar setelah diterapkan pendekatan saintifik berbasis pembelajaran inkuiri. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian adalah siswa kelas IVB sebanyak 44 orang siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dan masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dan 1 kali tes. Data mengenai aktivitas belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi dan data tentang penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes objektif. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian ini dikonversikan ke dalam PAP skala 5. Hasil penelitian menunjukkan pada tahap siklus I skor rata-rata aktivitas belajar IPA siswa yaitu 67,72 dan skor rata-rata persen aktivitas belajar IPA siswa adalah 67,72% yang berada pada kategori cukup aktif. Sedangkan persentase rata-rata skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus I yaitu 69% dan ketuntasan klaksikal adalah 36,36% yang berada pada kategori sedang. Pada siklus II skor rata-rata aktivitas belajar siswa adalah 81,70 dengan rata-rata persen 81,70%yang berada pada kategori aktif. Sedangkan untuk penguasaan kompetensi pengetahuan IPA, pada siklus II adalah 87% dan ketuntasan klasikal adalah 90,90% yang berada pada kategori tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbasis pembelajaran Inkuiri berbantuan lingkungan sekolah dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IVB SDN 11 Pemecutan tahun ajaran 2015/2016. Kata-kata kunci : Saintifik, Inkuiri, aktivitas, Pengetahuan IPA. Abstract This study aims to increase the activity of learning and mastery of competencies knowledge IVB grade science students in the second semester of State Elementary School 11 Pemecutan Denpasar after applied scientific approach based inquiry learning. This research is a classroom action research subject is class IVB as many as 44 students. This study was conducted in two cycles and each cycle consisting of 2 meetings and 1 time test. Data on students' learning activities are collected by using observation and data sheets on the mastery of knowledge competency Natural Sciences students collected using objective tests. This study uses data analysis techniques are descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis. The results of this evaluation criterion is converted into a scale of 5. The results show on the stage of the first cycle an average score of Natural Sciences learning activities of students is 67.72 and the average score per cent of learning activities of students of Natural Sciences is 67.72% which in the category quite active. While the average percentage score of knowledge mastery of competencies Natural Sciences students in the first cycle is 69% and the thoroughness klaksikal is 36.36% which is the medium category. In the second cycle, the average score of student activity is 81.70 percent with an average of 81.70%, which are in the active category. As for competence mastery of knowledge of Natural Sciences, the second cycle was 87% and 90.90% classical completeness is located in the high category. It shows that the application of the scientific approach to inquiry-based learning environment aided schools can increase the activity of knowledge and mastery of
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 competencies Natural Sciences IVB grade students of State Elementary School 11 Pemecutan the academic year 2015/2016 Key words: Scientific, Inquiry, activity, Science knowledge
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM). Oleh karenanya, pemerintah Indonesia melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Perubahan kurikulum pembelajaran dari KTSP menjadi kurikulum 2013 dimana dalam kurikulum 2013 proses pembelajaran adalah berpusat pada siswa, menuntut guru lebih kreatif dan inovatif dalam merancang kegiatan pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa. Pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Selain itu gagne juga menekankan bahwa belajar sebagai suatu upaya memperoleh pengetahuan atau keterampilan melalui perintah atau arahan dan bimbingan dari seorang pendidik atau guru (Susanto, 2013:1). IPA (Sains) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. IPA umumnya memiliki peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Khususnya di dalam menghasilkan peserta didik yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berpikir kritis, kreatif, logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh dampak perkembangan sains dan teknologi. Hal ini berarti untuk mempelajari sains diperlukan kemampuan atau kreativitas siswa agar dapat mempelajari sains dengan mudah. Tujuan utama pembelajaran IPA di SD adalah membantu siswa memperoleh ide, pemahaman dan keterampilan (life skills) dan esensial sebagai warga negara. Keterampilan esensial yang perlu dimiliki siswa adalah kemampuan mengamati benda dan lingkungan sekitarnya, kemampuan mendengarkan, kemampuan berkomunikasi secara efektif, serta kemampuan menanggapi dan memecahkan masalah secara efektif.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas IV di SDN 11 Pemecutan bahwa proses pembelajaran pengetahuan IPA masih banyak kelemahan dan kendala yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Beberapa kelemahan dan kendala tersebut yaitu, guru menerapkan pembelajaran yang masih didominasi oleh guru, kurangnya inovasi dalam merancang proses pembelajaran yang masih didominasi oleh guru, kurangnya inovasi dalam merancang proses pembelajaran yang digunakan oleh guru, pembelajaran hanya berdasarkan buku pegangan. Adapun dampak yang ditimbulkan dari kondisi tersebut terkait dengan hasil belajar siswa yaitu dalam pembelajaran siswa cenderung pasif, hanya menunggu penjelasan guru serta kurang aktif dalam pembelajaran, hal ini tampak dari kurangnya siswa yang bertanya atau memberi tanggapan terhadap penjelasan guru. Sehingga hasil belajar siswa masih banyak yang belum mencapai hasil kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70. Dari kenyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa belum cukup optimal. Untuk mengatasi hal-hal tersebut, perlu adanya upaya untuk mengubah paradigma pembelajaran lama dengan paradigma pembelajaran baru yaitu dengan menerapkan model-model pebelajaran yang relevan, ada beberapa pembelajaran yang relevan yaitu seperti model pembelajaran inkuiri, kuantum, PBL, CTL, STAD, NHT dan lain sebagainya. Salah satu usaha yang dilakukan peneliti untuk perbaikan pembelajaran yaitu, menerapkan pelaksanaan pembelajaran di kelas didesain menggunakan model pembelajaran Inkuiri. Gulo menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (dalam Trianto, 2013:78). Sedangkan lingkungan diartikan 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
sebagai kesatuan ruang suatu benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya (Munib, 2005:76). Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki proses pembelajaran IPA dengan judul “ Penerapan Pendekatan Saintifik Berbasis Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Lingkungan Sekolah Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas IV SDN 11 Pemecutan Tahun 2015/2016”. Rusman (2015:235-247), Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut, Mengamati (observasi) Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi, Menanya Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik), Mengasosiasikan/Mengolah Informasi / Menalar Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan pembelajaran adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi, Mengumpulkan Informasi Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan
melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi, Mengkomunikasikan, Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Pendapat Sanjaya (2011: 196) bahwa “Metode inkuiri adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan”. Tujuan utama pembelajaran yang berorientasi pada inkuiri adalah mengembangkan sikap dan keterampilan siswa sehingga mereka dapat menjadi pemecah masalah yang mandiri (independent problem solvers). Ini berarti bahwa siswa tersebut perlu mengembangkan pemikiran skeptic tentang sesuatu hal dan peristiwa-peristiwa yang ada di dunia ini. Pendapat yang lain datang dari Joice dan Weil yang mengatakan bahwa tujuan umum dari pembelajaran inkuiri ini adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk memunculkan masalah dan mencari jawabannya sendiri melalui rasa keingintahuannya itu. Berdasarkan kedua pendapat diatas, dapatlah disimpulkan bahwa tujuan umum pembelajaran inkuiri adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan ketrampilan intelektual untuk memunculkan masalah dan kemudian dapat mencari jawabannya sendiri sehingga mereka dapat menjadi pemecah masalah yang mandiri (dalam Ngalimun, 2012:35). Lingkungan diartikan sebagai kesatuan ruang suatu benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Pengertian Sekolah adalah wahana kegiatan dan proses pendidikan berlangsung. Di sekolah 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
diadakan kegiatan pendidikan, pembelajaran dan latihan. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu megembangkan potensinya baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional maupun sosial. Dapat disimpulkan bahwa lingkungan sekolah merupakan tempat bagi siswa untuk belajar bersama temantemannya secara terarah guna menerima transfer pengetahuan dari guru yang didalamnya mencakup keadaan sekitar suasana sekolah, relasi siswa dengan dan teman-temannya, relasi siswa dengan guru dan dengan staf sekolah, kualitas guru dan metode mengajarnya, keadaan gedung, masyarakat sekolah, tata tertib, fasilitasfasilitas sekolah, dan sarana prasarana sekolah (Kosasih, 2013:146). Aktivitas belajar itu banyak sekali macamnya, para ahli mencoba mengadakan klasifikasi, antara lain Paul D.Dierich membagi kegiatan belajar menjadi 8 kelompok, yaitu: Kegiatankegiatan visual yaitu Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, mengamati orang lain bekerja atau bermain, Kegiatankegiatan lisan (oral) yaitu Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi, Kegiatan-kegiatan mendengarkan yaitu Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrument musik, mendengarkan siaran radio, Kegiatan-kegiatan menulis yaitu Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat sketsaatau rangkuman, mengerjakan tes, mengisi angket, Kegiatan-kegiatan menggambar yaitu Menggambar, membuat grafik, diagram, peta, pola, Kegiatan-kegiatan metric yaitu Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun, Kegiatankegiatan mental yaitu Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan-hubungan, membuat keputusan, Kegiatan-kegiatan emosional yaitu Minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya. Pemilihan kegiatan pembelajaran di atas merupakan aktivitas yang perlu di ukur dari kegiatan pembelajaran IPA agar pembelajaran IPA dapat diterima dengan baik. (Oemar Hamalik:2012) Depdiknas (2002,2003), kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, dan nilai dasar yang merefleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dalam UU No. 20 Tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan didifinisikan pula bahwa kompetensi (lulusan) merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan, yang akan menjadi acuan bagi pengembangan kurikulum dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Adapun jenis-jenis kompetensi meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif), sikap siswa (aspek afektif), dan keterampilan proses (aspek psikomotor).Secara terperinci Susanto (2013:6) mengemukakan jenis-jenis kompetensi dapat dijelaskan sebagai berikut. Pemahaman Konsep (aspek kognitif) Pemahaman adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan, Sikap Siswa (aspek afektif) Sikap merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa individu-individu maupun objek-objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, atau tindakan seseorang, Keterampilan Proses (aspek psikomotor) Keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Dalam melatih keterampilan proses, secara bersamaan dikembangkan pula sikap-sikap yang 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dikehendaki, seperti kreativitas, kerjasama, bertanggung jawab, dan berdisiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan. Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapat suatu kesimpulan. Hakikat pembelajaran sains yang didefinisikan sebagai ilmu tentang alam yang didalam bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan alam, dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu; ilmu pengetahuan alam sebagai produk, proses dan sikap. Dari tiga komponen ini, Sutrisno (2007) menambahkan bahwa IPA sebagai prosedur dan IPA sebagai teknologi. Akan tetapi, penambahan ini bersifat pengembangan dari tiga komponen di atas, yaitu pengembangan prosedur dari proses, sedangkan teknologi dari aplikasi konsep dan prinsip-prinsip IPA sebagai produk. Model pembelajaran Inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama pembelajaran inkuiri yaitu Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan pembelajaran, keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Kata inkuiri sering juga dinamakan heuriskin yang berasal dari bahasa yunani, yang memiliki arti saya menemukan. Metode inkuiri berkaitan dengan aktivitas pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk memuaskan rasa ingin tahu sehingga siswa akan menjadi pemikir kreatif yang mampu memecahkan masalah. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2011: 196) bahwa “Metode inkuiri adalah suatu metode pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan”
Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Suastini (2014) hasil penelitiannya telah membuktikan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 4 Mekar Bhuana Badung dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Serta didukung pula oleh Sri Rahayu (2012) yang membuktukan bahwa dengan menerapkan model inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV di SD Negeri 2 Pemecutan. Oleh karena itulah diharapkan dengan diterapkannya model pembelajaran inkuiri berbantuan lingkungan Sekolah di SD Negeri 11 Pemecutan dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa kelas IV pada pelajaran IPA. METODE PENELITIAN Rancangan penelitian ini yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pada penelitian ini yang dilaksanakan yakni PTK kolaboratif, yaitu penelitian yang tidak hanya dilaksanakan oleh seorang saja tetapi bekerja sama dan melibatkan berbagai pihak untuk dapat menghasilkan sesuatu yang lebih berarti yakni peningkatan proses dan hasil belajar. Guru disini berperan sebagai observer (pengamat), sedangkan peneliti bertindak sebagai pelaksana siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 11 Pemecutan yang berjumlah 44 orang siswa terdiri atas 20 orang siswa laki-laki dan perempuan berjumlah 24 orang. Siswa kelas IV ini, dipilih sebagai subjek penelitian karena siswa di kelas IV mengalami permasalahan dalam hal aktivitas belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Data dikumpulkan dengan menggunakan dua metode yakni: metode observasi dan metode tes. Aktivitas belajar dikumpulkan melalui observasi kegiatan siswa dengan menggunakan lembar observasi. Sedangkan data penguasaan kompetensi siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar. Kemudian data dianalisis dengan teknik analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kualitatif. 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan cara menerapkan rumusrumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), Median (Me), dan Modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2014:110). Adapun data yang di analisis meliputi data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA adalah Tabel Distribusi Frekuensi, Menghitung Mean (Rata-rata), Menghitung Median (Nilai Tengah), Menghitung Modus (Nilai yang sering muncul), Menyajikan Data ke dalam Grafik Poligon dan Menentukan Letak Modus, Median, Mean dalam Kurva.
juling positif yang menunjukkan bahwa skor penguasaan komoetensi pengetahuan IPA siswa pada kategori sedang. Persentase rata-rata dan ketuntasan klasikal penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa diperoleh M(%) = 69% dan ketuntasan klasikal siswa adalah 36,36%. Berdasarkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa seperti yang telah dijelaskan, maka persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus I adalah 69%. Jika dikonversikan ke dalam tabel persentase kriteria penilaian acuan patokan skala lima maka persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa siklus I berada pada tingkat penguasaan 65% - 79% dengan kategori sedang dan ketuntasan klasikal siswa 36,36%. Dari hasil siklus I, terlihat bahwa indikator keberhasilan belum tercapai sesuai dengan yang ditetapkan maka penelitian dilanjutkan pada siklus II. Dari hasil observasi yang ditemukan selama tindakan siklus I terdapat beberapa kendala yang mengakibatkan penguasaan kompetensi IPA masih berada pada kategori sedang. Dengan demikian masih perlu ditingkatkan pada siklus II. Adapun kendala-kendala yang ditemukan peneliti saat menerapkan siklus I adalah Anak masih bingung dan belum bisa konsentrasi dalam mengikuti model pembelajaran yang diterapkan, Beberapa anak kurang memperhatikan penjelasan guru dan banyak anak yang masih lain-lain atau bermain, sehingga strategi mengajar perlu ditingkatkan Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala diatas adalah Menjelaskan secara rinci kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, dengan demikian anak lebih paham dengan pembelajaran yang dilaksanakan, Memberikan penguatan, motivasi dan perhatian kepada anak sehingga anak lebih tertarik dan bisa konsentrasi mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan selama siklus II, dapat disampaikan bahwa siswa cukup antusias mengikuti pembelajaran. Keantusiasan ini dapat diketahui dari aktivitas yang
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Dalam pelaksanaan penelitian pada siklus I, didapatkan data tentang aktivitas belajar siswa dengan melakukan observasi. Data aktivitas belajar siswa pada siklus I diperoleh dari dua kali pertemuan sehingga rata-rata skor siswa didapat dari dua kali pertemuan Analisis data tentang aktivitas belajar IPA siswa pada tahap siklus I yaitu Menghitung aktivitas individu. Hasil analisis data aktivitas siswa pada siklus I menunjukkan bahwa untuk skor tertinggi adalah 81 dan skor terendah adalah 59 dari 44 orang siswa. Jadi skor rata-rata persentase aktivitas belajar IPA siswa pada siklus I adalah 67,72%. Dengan demikian pada siklus I presentase rata-rata belajar siswa adalah 67,72%. Bila dikonversikan dalam penggolongan aktivitas belajar siswa berada pada kreteria 65%-79% atau berada pada kategori cukup aktif. Artinya, aktivitas belajar siswa pada siklus I belum mencapai kreteria minimal yang telah ditentukan sebesar 80%-89% atau berada pada kategori aktif. Hasil analisis data mengenai penguasaan kompetensi pengetahuan IPA yang diperoleh dari masing-masing siswa setelah diberikan tes akhir siklus I Berdasarkan gambar grafik polygon dapat dilihat Mo<Me<M (67<68<69), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data pada siklus I merupakan kurva pada 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dilakukan oleh siswa saat mengikuti proses pembelajaran. Jadi skor rata-rata persentase aktivitas belajar IPA siswa pada siklus II adalah 81,70%. Dengan demikian pada siklus II persentase rata-rata belajar siswa adalah 81,70%. Berdasarkan hasil analisis data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar IPA siswa dengan penerapan pendekatan saintifik berbasis pembelajaran inkuiri pada siklus II berada pada kategori aktif. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi belajar siswa sudah mencapai kriteria keberhasilan. Hasil analisis data mengenai penguasaan kompetensi pengetahuan IPA yang diperoleh dari masing-masing siswa setelah diberikan tes akhir siklus II. Berdasarkan gambar grafik polygon dapat dilihat Mo>Me>M (94<92<87), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data pada siklus II merupakan kurva pada juling negatif yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor penguasaan komoetensi pengetahuan IPA cenderung tinggi. Persentase rata-rata dan ketuntasan klasikal penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa diperoleh M(%) = 87% dan persentase ketuntasan klasikal siswa adalah 90,90%. Berdasarkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa seperti yang telah dijelaskan, maka persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus II adalah 87%. Jika dikonversikan ke dalam tabel persentase kriteria penilaian acuan patokan skala lima maka persentase kemampuan pemahaman konsep IPA siswa siklus II berada pada tingkat penguasaan 80% - 89% dengan kategori tinggi dan ketuntasan klasikal siswa 90,90%. Dari hasil siklus II, terlihat bahwa indikator keberhasilan telah tercapai sesuai dengan yang ditetapkan yaitu 75%. Melalui proses perbaikan kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I maka pelaksanaan di siklus II telah tampak adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siswa kelas IVB SDN 11 Pemecutan Denpasar. Adapun temuan-temuan yang
diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah Secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan oleh peneliti, sehingga penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa sangat baik dan sesuai dengan harapan, Aktivitas belajar siswa yang awalnya sangat kurang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran menjadi sangat aktif, Peneliti dalam hal ini berperan sebagai guru yang memberikan bimbingan pada siswa apabila ada siswa yang belum memahami pembelajaran yang sedang dilaksanakan. Peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dan aktivitas belajar siswa dapat dilihat pada gambar 4.3 dibawah ini. 100
Rata-rata persentase Kompetensi Pengetahuan IPA
80 60
Ketuntasan Klasikal Kompetensi Pengetahuan IPA
40 20
Rata-rata persentase aktivitas belajar IPA siswa
0 Siklus 1 Siklus 2
Gambar 4.3 Histrogram Peningkatan nilai rata-rata kompetensi pengetahuan, ketuntasan klasikal dan aktivitas belajar IPA siswa pada penelitian siklus I dan II. Secara umum proses kegiatan pembelajaran dengan penerapan pendekatan saintifik berbasis pembelajaran inkuiri berbantuan lingkungan sekolah ternyata dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan konversi penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dari siklus I ke siklus II, sehingga peneliti ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Pembahasan Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan di SDN 11 Pemecutan selama dua siklus menunjukkan terjadinya 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
peningkatan aktivitas dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa dengan penerapan pendekatan saintifik berbasis pembelajaran inkuiri berbantuan lingkungan sekolah. Berdasarkan analisis data di atas dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa pada tahap refleksi awal masih belum memenuhi Kriteria keberhasilan yang digunakan, yaitu Persentase rata-rata aktivitas siswa dalam pembelajaran dikatakan baik apabila aktivitas belajar berada pada kategori aktif. Sedangkan siklus I skor rata-rata aktivitas belajar IPA siswa yaitu 67,72 dan skor rata-rata persen aktivitas belajar IPA siswa adalah 67,72%. Dari data tersebut aktivitas belajar IPA siswa tergolong kategori cukup aktif. Sedangkan indikator keberhasilan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus I persentase rata-rata adalah 69% dan persentase ketuntasan klaksikal mencapai 36,36% yang berada pada kategori sedang, yang berarti penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus I berada pada kriteria sedang. Data yang diperoleh ini memberikan gambaran bahwa pada tahap refleksi awal penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa belum optimal sebab ditetapkan indikator keberhasilan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA yaitu 75% dari 44 siswa berada pada kriteria tinggi. Berdasarkan penyajian hasil analisis data menggambarkan bahwa penguasaan kompetensi Pengetahuan IPA siswa pada siklus I dalam kategori sedang hal ini dikarenakan adanya beberapa kendala pada pelaksanaan pembelajaran adalah Siswa masih bingung dan belum bisa konsentrasi dalam mengikuti model pembelajaran yang diterapkan, Beberapa siswa kurang memperhatikan penjelasan guru dan banyak siswa yang masih lainlain. Dengan adanya kendala tersebut maka pada siklus II pelaksanaan kegiatan pembelajaran perlu ditingkatkan dengan cara Menjelaskan secara rinci kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, dengan demikian siswa lebih paham dengan pembelajaran yang dilaksanakan, Memberikan penguatan, motivasi dan perhatian kepada siswa sehingga siswa
lebih tertarik dan bisa konsentrasi mengikuti kegiatan pembelajaran. Berdasarkan perbaikan tindakan yang dilakukan, maka pada siklus II diperoleh adanya peningkatan aktivitas dan penguasaan kompetensi IPA siswa. Pada siklus II aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I, yaitu skor ratarata aktivitas belajar siswa adalah 81,70 dengan rata-rata persen 81,70% dan tergolong kategori aktif. Sedangkan untuk persentas rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA, pada siklus II skor rata-rata adalah 87% dan persentase ketuntasan klaksikal mencapai 90,90% yang berada pada kategori tinggi. Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA siswa mengalami peningkatan dari siklus I, yaitu penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa tergolong kategori tinggi. Dengan demikian perlu diterapkan pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa secara berkelanjutan dan intensif. Dari paparan di atas, penelitian ini secara umum telah mampu menjawab rumusan masalah sekaligus telah mampu memecahkan permasalahan aktivitas belajar siswa dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IVB di SDN 11 Pemecutan. Dengan kata lain, penelitian tindakan kelas yang dilakukan sudah berhasil. Menurut hasil penelitian yang relevan I Gede Putu Astawa (2014) di Gugus III Kecamatan Abang. Demikian juga dengan hasil penelitian Sri Rahayu (2012) di SD Negeri 2 Pemecutan yang menunjukkan hasil belajar IPA siswa mencapai kategori tinggi, dengan diterapkan model pembelajaran inkuiri. Berdasarkan hasil data yang diperoleh selama pelaksanaan siklus I, dan II maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan aktivitas siswa, serta penguasaan kompetensi Pengetahuan dalam pembelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri 11 Pemecutan Denpasar tahun ajaran 2015/2016. PENUTUP 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu, Penerapan pendekatan saintifik berbasis pembelajaran inkuiri berbantuan lingkungan sekolah dapat meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa kelas IVB di SDN 11 Pemecutan Denpasar. Hal ini terlihat dari peningkatan rata-rata skor aktivitas belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus I, ratarata skor aktivitas belajar IPA siswa pada tahap siklus I mencapai 67,72 dan skor rata-rata persen aktivitas belajar IPA siswa adalah 67,72% berada pada kategori cukup aktif dan pada siklus II skor rata-rata aktivitas belajar siswa mencapai 81,70 dengan rata-rata persen 81,70% berada pada kategori aktif, Penerapan pendekatan saintifik berbasis pembelajaran inkuiri berbantuan lingkungan sekolah dapat meningkatkan Penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IVB di SDN 11 Pemecutan Denpasar. Hal ini terlihat dari peningkatan indikator keberhasilan siswa dari siklus I sampai siklus II. Persentase rata-rata skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus I adalah 69% dan ketuntasan klaksikal adalah 36,36%. yang berada pada kategori sedang. Pada siklus II, Persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa meningkat menjadi 87% dan ketuntasan klaksikal yaitu 90,90% yang berada pada kategori tinggi. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diajukan beberapa saran guna meningkatkan kualitas pembelajaran IPA, yaitu sebagai berikut: Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan pendekatan saintifik berbasis pembelajaran inkuiri berbantuan lingkungan sekolah dapat digunakan dalam upaya meningkatkan aktivitas dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa. Untuk itu, diharapkan kepada guru kelas, untuk mencoba menerapkan pendekatan saintifik berbasis pembelajaran inkuiri berbantuan lingkungan sekolah dalam kegiatan pembelajaran, Kepada pembaca yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut terkait dengan penerapan pendekatan saintifik berbasis pembelajaran inkuiri berbantuan lingkungan sekolah pada
pokok bahasan IPA ataupun pokok bahasan lain yang sesuai, agar memperhatikan kendala-kendala yang peneliti alami selama penelitian. Dengan ini, diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk perbaikan penelitian selanjutnya DAFTAR PUSTAKA Agung, A.A. Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha. _____. 2014. Metodelogi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan. UNDIKSHA Arikunto, Suharsimi. 2015. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Astawa, I Gede Putu. 2014. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Berbasis Buku Cerita Terhadap Minat Baca Dan Hasil Belajar Membaca Bahasa Indonesia Pada Siswa Kelas V SD Gugus III Kecamatan Abang. Tesis (tidak diterbitkan). Program Studi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana Undiksha. Haryono. 2015. Bimbingan Teknik Menulis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yogyakarta: Amara Books. Kosasih, Nandang. 2013. Pembelajaran Quantum dan Optimalisasi Kecerdasan. Bandung: ALFABETA, cv. Kemendikbud. 2015. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun 2015. Jakarta: Badan Pengembangan SDM Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. _____. 2015. Pembelajaran Tematik Terpadu. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Kosasih. 2014. Strategi Belajar Dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya. 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Supardi, 2015. Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotor (Konsep dan Aplikasi). Jakarta: Rajagrafindo. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi. Bandung: ALFABETA,cv. Sri Rahayu, komang 2012. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri untuk meningkatkan Keaktifkan dan Hasil Belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri 2 Pemecutan Denpasar Barat. Skripsi(tidak diterbitkan). Jurusan SI PGSD, FIP Undiksha. Suastini, Ni Made. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 4 Mekar Buana Agung Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan SI PGSD Undiksha.
10