e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA Ida Ayu Agung Dwi Maha Dewi1, I Ketut Ardana2, I. G. A. Agung Sri Asri3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas IVC di sekolah dasar 2 Dangin Puri Tahun Ajaran 2015/2016 melalui penerapan pendekatan saintifik berbasis problem based learning; dan (2) meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa kelas IVC SDN 2 Dangin Puri Tahun Ajaran 2015/2016 melalui penerapan pendekatan saintik berbasis problem based learning. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IVC SDN 2 Dangin puri yang berjumlah 40 orang siswa yang terdiri dari 22 orang siswa laki-laki dan 18 orang siswa perempuan. Data tentang kemampuan pemecahan masalah dan kompetensi pengetahuan siswa dikumpulkan menggunakan metode tes. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan analisis statistic deskriptif dan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa yaitu dari nilai rata-rata kelas sebesar 78,42 dengan ketuntasan belajar 57,5% pada siklus I meningka tmenjadi 87,37 dengan ketuntasan belajar 87,5% pada siklus II; dan (2) terjadi peningkatan kompetensi pengetahuan siswa yaitu dari nilai rata-rata 79,47 dengan ketuntasan belajar 60% siklus I menjadi 87,1 pada siklus II dengan ketuntasan belajar telah mencapai 92,5%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbasis problem based learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IVC SDN 2 Dangin Puri. Kata kunci: saintifik, problem based learning, pemecahan masalah, pengetahuan . Abstract The classroom research aimed : (1) improve problem-solving ability IVC grade students of SDN 2 DanginPuri (Primary School) academic year 2015-2016 trough the implementation of scientific approach based on problem based learning; and (2) improve knowledge competency of science IVC grade students of SDN 2 DanginPuri (Primary School) academic year 2015/2016 through theimplementation of scientific approach based on problem based learning. The classroom action research was conducted in two cycles. The reaserchsubjects are the students of IVC grade SDN 2 DanginPuri (Primary School)in total 40 students, consisting 22 male and 18 female. Data on problem solving ability and knowledge competence were collected using test method. The collected data were analyzed using descriptive statistics and qualitative descriptive. The results of the research showed that: (1) an improvement problem-solving abilities, the value average of all students 78.42 with57.5% learning completeness in the first cycle, increased to 87.37 with learning completeness 87.5% in the second cycle ; and (2) an improvement in the knowledge competence, the average value of all students 79.47 with 60% learning completeness in the first cycle to average value of all students 87.1 in the second cycle with completeness learning has reached 92.5%. Based on these results it can be concluded that impementation of a scientific approach based on problem based learning canimprove the problem-solving ability and knowledge competence of science IVC grade students at SDN 2 DanginPuri. Keywords: scientific approach, problem based learning, problem-solving ability, knowledge competency.
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENDAHULUAN Sesuai dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa salah satu tujuan negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk mewujudkan upaya tersebut , Undang-undang Dasar 1945 Pasal 31 ayat (3) memerintahkan agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan iman dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam penyelenggaraannya pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat berwibawa untuk memberdayakan semua warga Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah, manusia yang berkualitas dalam artian manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa , berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu pendidikan nasional harus berfungsi secara optimal sebagai wahana dalam pembangunan bangsa dan karakter. Namun dalam pelaksanaannya, salah satu permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan adalah rendahnya kualitas hasil dan proses belajar yang dicapai siswa. Rendahnya kualitas hasil belajar siswa ditandai pencapaian prestasi belajar yang belum memenuhi standar kompetensi seperti tuntutan kurikulum. Keberhasilan proses pembelajaran juga tidak luput dari sistem pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran itu sendiri maka dari itu perlu tindakan atau upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan. Tindakan tersebut dilakukan oleh guru bersama - sama dengan peserta didik, atau oleh peserta didik di bawah bimbingan dan arahan guru, dengan maksud untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Dalam proses pembelajaran sering kali ditonjolkan adalah aktivitas guru bukan aktivitas peserta didik. Siswa dipandang sebagai salah satu komponen atau sumber
untuk menentukan apa yang akan dijadikan bahan pelajaran. Agar kemampuan dasar siswa dapat dikembangkan secara optimal, seorang guru harus melihat bagaimana siswa itu belajar, apa kebutuhan dan minat dari siswa tersebut. Menurut Permendikbud No. 81A (2013:3) tentang implementasi kurikulum, siswa adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Lahirnya kurikulum baru ini untuk menjawab tantangan dan pergeseran paradigma pembangunan dari abad ke-20 menuju abad ke-21 yang bertujuan mempersiapkan setiap insan agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ideidenya. Disamping itu, adapun acuan dasar yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah adalah kurikulum. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Kurniasih, 2014:2). Pembelajaran di sekolah dasar yang menerapkan kurikulum 2013 kini berorientasi pada peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan pembelajaran tematik terpadu yang merupakan pendekatan pembelajaran dengan memadukan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Dalam proses pembelajarannya menggunakan pendekatan saintifik yang 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
menekankan analisis tentang proses berpikir dan memupuk kemampuan berpikir serta pemahaman siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak tergantung pada informasi searah dari guru. Sehingga kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu (Majid, 2014:193). Proses pembelajaran yang berlangsung selama ini kurang mampu mengembangkan kemampuan berfikir siswa. Pelaksanaan proses pembelajaran juga hanya diarahkan pada kemampuan siswa unttuk menghafal informasi dan mengingat berbagai informasi untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Permasalahan ini juga terjadi pada proses muatan pelajaran pengetahuan alam (IPA) di tingkat sekolah dasar (SD). Menurut Susanto (2013:167), ‘IPA adalah pengetahuan yang datang dari usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran serta menggunakan prosedur dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan’. Samatowa (2011) IPA diajarkan yakni (1) bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa sebab IPA dasar teknologi atau disebut tulang punggung pembangunan, (2) mampu memberikan kesempatan untuk berfikir kritis, (3) terdapat percobaan-percobaan yang dilakukan sendriri sehingga tidak bersifat hafalan, (4) dapat membentuk kepribadian anak secara keseleluruhan. IPA merupakan salah satu muatan pelajaran yang menjadi muatan pelajaran pokok pada kurikulum di Indonesia di dalam dunia pendidikan termasuk pada jenjang SD. IPA sangat penting dipahami oleh siswa sebab siswa akan mengetahui atau mempelajari alam raya yang merupakan lingkungan siswa itu sendiri. Dalam pembelajaran kurikulum 2013, mata pelajaran menjadi tematik integratif yaitu muatan pelajaran dengan menggunakan tema dalam berbagai muatan pelajaran.
Pengetahuan IPA yang dipelajarari tergabung dengan mata pelajaran lain dalam sebuah tema. Sains atau IPA ditinjau dari penjelasan sebelumnya diatas dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian, yaitu : (1) Ilmu pengetahuan alam sebagai produk, (2) Proses, (3) Sikap, didasarkan pula pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa alam raya ini dapat dipelajari, dipahami dan dijelaskan yang tidak semata-mata bergantung pada metode kausalitas tetapi melalui proses tertentu, misalnya observasi eksperimen dan analisis rasional. Dalam hal ini juga digunakan sikap tertentu misalnya berusaha berlaku seobjektif mungkin, dan jujur dalam mengumpulkan dan mengevaluasi data. Dengan menggunakan proses dan sikap ilmiah ini akan melahirkan penemuan-penemuan baru yang menjadi produk sains. Pada kenyataannya implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran masih jauh dari apa yang diharapkan, berdasarkan hasil wawancara yang dilaksanakan di lapangan dengan guru kelas IVC Sekolah Dasar Negeri (SDN) 2 Dangin Puri, diperoleh informasi bahwa hasil belajar IPA siswa masih kurang optimal dan perlu ditingkatkan lagi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang mendapatkan nilai di bawah ketuntasan minimal yang ditetapkan dalam kurikulum 2013 yaitu B-. Dari 40 orang siswa hanya 42,5% siswa memiliki nilai yang sesuai dengan ketuntasan minimal dan sebanyak 57,5% siswa memiliki nilai yang berada di bawah ketuntasan minimal. Kurang optimalnya kompetensi pengetahuan yang merupakan salah satu hasil belajar diperoleh siswa disebabkan oleh beberapa hal, seperti guru belum terbiasa menerapkan kurikulum 2013 dalam pembelajaran, guru kekurangan waktu untuk mengajarkan materi lebih dalam karena mata pelajaran satu dengan lainnya harus berkaitan satu sama lain sesuai tema, guru juga belum sepenuhnya melaksanakan pembelajaran secara aktif dan kreatif dalam melibatkan siswa, guru belum menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran yang bervariasi sesuai materi pembelajaran. Rendahnya kompetensi pengetahuan menunjukkan kemampuan pemecahan masalah pada siswa yang 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
masih kurang, hal ini karena dalam pembelajaran siswa jarang dihadapkan pada konteks permasalahan nyata yang sedang atau pernah terjadi. Siswa diharapkan memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik agar dapat menyelesaikan persoalan dan pertanyaan yang berkaitan dengan mata pelajaran khususnya IPA, sehingga dapat berpengaruh pada ketercapaian maksimum pada kompetensi pengetahuan IPA. Sejalan dengan hal tersebut di atas, peneliti diharapkan mampu mengaplikasikan kurikulum 2013 di dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu usaha untuk mengatasi hal tersebut adalah pendekatan saintifik berbasis problem based learning. Daryanto (2014:51) menyatakan bahwa pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau merumuskan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan.
umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Oleh sebab itu, kegiatan percobaan dapat diganti dengan kegiatan memperoleh informasi dari berbagai sumber. Berdasarkan pemaparan beberapa pendapat ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan saintifik merupakan proses / kegiatan pembelajaran yang dirancang untuk memandu siswa agar dapat memecahkan masalah, secara aktif mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan ilmiah yaitu mengamati , merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep. Untuk menunjang keberhasilan pendekatan saintifik memerlukan model pembelajaran yang tepat untuk dapat meningkatkan kualitas belajar dengan menggunakan salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 yaitu model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Sani (2014 : 127), mengemukakan “problem based learning merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaanpertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog”. Kemendikbud (2013b) memandang bahwa, problem based learning merupakan suatu model pembelajaran yang menantang peserta didik untuuk “belajar bagaimana belajar”, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud. Masalah yang diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan. Sejalan dengan hal ini, problem based learning dilakukan dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh peserta didik yang diharapkan dapat menambah
Abidin (2014 :125), menyatakan bahwa “pendekatan saintifik dapat dikatakan sebagai kegiatan pembelajaran yang memandu siswa untuk memecahkan masalah melalui kegiatan perencanaan yang matang, pengumpulan data yang cermat, dan analisis data yang teliti untuk menghasilkan sebuah kesimpulan”. Sani ( 2014:50) menyatakan, pendekatan saintifik berkaitan erat dengan metode saintifik. Metode saintifik (ilmiah) pada umumnya melibatkan kegiatan pengamatan atau observasi yang dibutuhkan untuk perumusan hipotesis atau mengumpulkan data.Metode ilmiah pada umumnya dilandasi dengan pemaparan data yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan Metode ilmiah pada 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran. Kurniasih (2014:88), mengartikan bahwa “problem based learning adalah model pembelajaran yang berdasar pada masalah-masalah yang dihadapi siswa terkait dengan kompetensi dasar yang sedang dipelajari siswa. Masalah yang dimaksud bersifat nyata atau sesuatu yang menjadi pertanyaan-pertanyaan pelik bagi siswa”. Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran problem based learning merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan masalah-masalah yang dihadapi siswa terkait dengan kompetensi dasar yang sedang dipelajari dimana siswa bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang diberikan kepada peserta didik, sebelum peserta didik mempelajari konsep atau materi yang berkenaan dengan masalah yang harus dipecahkan yang kemudian dilakukan pemecahan masalah oleh peserta didik yang diharapkan dapat menambah keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran. Pembelajaran berbasis masalah dapat membuat siswa belajar melalui upaya penyelesaian permasalahan dunia nyata (real world problem) secara terstruktur untuk mengontruksi pengetahuan siswa. Pembelajaran yang menuntut siswa aktif melakukan penyelidikan dalam menyelesaikan permasalahan dan guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing. Dengan mengkontruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungannya dengan berbagai percobaan yang dilakukan untuk mendapatkan pemecahan masalah maka dalam muatan pelajaran IPA sangat menarik karena hasilnya dapat bermanfaat untuk peserta didik sendiri bahkan untuk masyarakat dimana mereka tinggal.
baik orang, benda ataupun lembaga (oranisasi), sehingga yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVC SDN 2 Dangin Puri Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 40 orang, terdiri dari 22 orang laki-laki dan 18 orang perempuan. Sedangkan objek penelitian ini adalah Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kompetensi Pengetahuan IPA Kelas IVC SDN 2 Dangin Puri 2015/2016 dengan menerapkan Pendekatan Saintifik berbasis Problem Based Learning. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun 2015/2016 yaitu pada bulan Maret. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut (Sanjaya,2009:26). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kompetensi pengetahuan IPA melalui penerapan pendekatan saintifik berbasis problem based learning. Banyaknya siklus yang dilaksanakan sangat tergantung pada tingkat ketercapaian kriteria keberhasilan. Setiap siklus dalam PTK ini terdiri dari empat tahapan penting yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa. Tes pilihan berganda adalah suatu tes yang menyediakan 3 sampai 5 jawaban atau pilihan tetapi hanya satu yang paling benar atau paling baik daripada pilihan yang lain. Dalam pengertian tersebut dapat juga dikatakan hanya satu yang paling salah dan satu yang paling jelas. Soal dapat berbentuk pertanyaan, pernyataan, kalimat tidak sempurna, dan kalimat perintah (Jihad, 2012:81). Menurut pendapat para ahli, tes ini adalah yang paling baik dalam mengukur berbagai macam tujuan pengajaran. Tes pilhan ganda memiliki beberapa kelebihan yaitu : 1) hasil belajar dari sederhana sampai yang kompleks dapat diukur, 2)
METODE Lokasi atau tempat pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini yaitu di SDN 2 Dangin Puri, Kecamatan Denpasar Barat. Subjek penelitian adalah suatu yang diteliti 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
terstrukutur dan petunjuknya jelas, 3) alternatif jawaban yang salah dapat memberikan informasi diagnostik, 4) tidak memungkinkan untuk menerka jawaban, 5) penilaian mudah, objektif, dan dapat dipercaya. Tes pilihan ganda yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat tes yang baik yaitu menyusun kisi-kisi dan memenuhi validitas isi (content validity) sesuai dengan standar isi yang bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana suatu tes mampu mengukur secara tepat keadaan yang ingin diukur. Pengujian validitas isi yang dilakukan dengan menelaah butir dilakukan dengan mencermati kesesuaian isi butir yang ditulis dengan perencanaan yang dituangkan dalam kisi-kisi. Pengujian validitas isi dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli (expert judgement). Terkait dengan hal itu, untuk kisi-kisi soal yang digunakan pada penelitian ini disusun dan dikonsultasikan dengan dosen IPA di lingkungan UNDIKSHA. Hal ini juga dinyatakan oleh Sudjana (2010:14), bahwa “validitas isi tidak memerlukan uji coba dan analisis statistik atau dinyatakan dalam bentuk angka-angka”. Dalam penskoran tes objektif, jawaban benar pada tiap butir tes/soal diberi skor 1 dan skor 0 untuk jawaban salah pada tiap butir tes/soal (Agung, 2012:40). Untuk menguji tes dilakukan validitas instrumen dengan
ketepatan instrumen penilaian terhadap konsep konsep yang dinilai sehingga betulbetul menilai apa yang seharusnya dinilai. Dalam penelitian ini jenis validitas yang digunakan adalah validitas isi (content validity). Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur isi yang seharusnya diukur. Untuk mendapatkan data yang akurat perlu disusun instrumen yang valid. Maka untuk mendapat instrumen yang valid disusun kisi-kisi sesuai dengan kurikulum. Selanjutnya agar memenuhi validitas isi, pengujian validitas isi dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli (expert judgment). Terkait dengan hal itu, kisi-kisi yang digunakan pada penelitian ini disusun dan dikonsultasikan dengan dosen IPA di lingkungan UNDIKSHA untuk menelaah apakah konsep materi yang diajukan telah memadai atau tidak sebagai sampel tes. Dengan demikian, validitas isi tidak memerlukan uji coba dan analisi statistik atau dinyatakan dalam bentuk angka-angka (Sudjana, 2010:14). Setelah data dalam penelitian terkumpul, maka data tersebut selanjutnya akan dianalisis. Analisis data dalam penelitian ini akan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan etode analisis statistik deskriptif kuanlitatif. Berikut ini merupakan penjelasan dari kedua jenis metode analisis data tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Sesuai dengan permasalahan yang diungkapkan pada bagian pendahuluan, dilaksanakanlah tindakan dengan menerapkan pendekatan saintifik berbasis problem based learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kompetensi pengetahuan IPA. Penyajian hasil penelitian memberikan gambaran secara menyeluruh tentang berhasil atau tidaknya penelitian yang telah dilaksanakan. Dalam penyajian hasil penelitian ini akan tergambar data yang telah dikumpulkan dengan metode dan teknik tertentu serta langkah-langkah yang dipakai untuk menganalisis data yang telah diperoleh dalam penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, dimana tiap siklus dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan yaitu 3 kali pertemuan untuk pembelajaran
dan 1 kali pertemuan untuk tes kemampuan pemecahan masalah dan kompetensi pengetahuan IPA. Penelitian ini dilaksanakan melalui kolaborasi dengan guru kelas di kelas IVC, dimulai dari tahap perencanaan hingga pelaksanaan tindakan pada saat pembelajaran. Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan meliputi data kemampuan pemecahan masalah dan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IVC selama penerapan pendekatan saintifik berbasis problem based learning. Kemudian data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode dan rumus yang sudah ditetapkan. Pada refleksi awal dilakukan kegiatan penjajagan ke sekolah yakni melakukan wawancara dan observasi guna menemukan permasalahan dan 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
kendala yang dihadapi dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IVC, diperoleh gambaran secara jelas mengenai masalah yang dihadapi pada saat pelaksanaan pembelajaran tematik pada muatan pelajaran IPA di kelas IVC. Selain wawancara peneliti juga mendapatkan informasi dari data nilai siswa pada muatan pelajaran IPA. Nilai ini dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar IPA sebelum tindakan sebagai skor awal dan guna untuk mengetahui skor kemajuan hasil belajar. Data ini digunakan untuk lebih menguatkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, bahwa dikelas tersebut kompetensi pengetahuan muatan pelajaran IPA siswa belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Rendahnya kompetensi pengetahuan pada muatan pelajaran IPA secara tidak langsung menunjukkan kurangnya kemampuan pemecahan masalah IPA oleh siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan bersama guru kelas IVC, dapat diketahui bahwa siswa belum mampu mengaplikasikan teori ke dalam masalah yang terkait dengan konteks muatan pelajaran IPA. Sehingga kemampuan pemecahan masalah siswa dapat dikatakan masih tergolong rendah. Hasil analisis pada refleksi awal sesuai dengan ketuntasan belajar pada kurikulum 2013 yakni Bmenunjukkan bahwa dari 40 orang siswa hanya 42,5% siswa berhasil mencapai kategori tuntas dan sebanyak 57,5% siswa berada pada kategori tidak tuntas. Artinya hanya 17 orang siswa yang berhasil memperoleh nilai ≥ B-, sedangkan sisanya yaitu 23 orang siswa memperoleh nilai ≤ B-. Berdasarkankan deskripsi proses dan hasil penelitian dari siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada kemampuan pemecahan masalah dan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada tema cita-citaku, setelah diterapkannya pendekatan saintifik berbasis problem based learning pada siswa kelas IVC SDN 2 Dangin Puri. Penelitian yang dilakukan ini, sudah dikatakan berhasil dan telah
memenuhi indikator keberhasilan yang diharapkan. Pada pelaksanaan siklus I belum mencapai hasil yang optimal dan belum memenuhi indikator keberhasilan yang diharapkan. Data kemampuan pemecahan masalah tema cita-citaku pada siklus I menunjukkan nilai rata-rata yang diperoleh adalah 78,42. Bila dikonversikan ke tabel pedoman konversi PAP kurikulum 2013 masih berada pada kategori “B”. Dikatakan belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan dengan nilai rata-rata ada pada kategori “B+ sampai dengan A”. Dan ketuntasan belajar yaitu 57,5% belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80%. Kompetensi pengetahuan pada siklus I juga belum memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. Nilai rata-rata kompetensi pengetahuan siswa mencapai 79,47. Apabila dikonversikan ke tabel pedoman konversi PAP skala kurikulum 2013 maka nilai rata-rata kompetensi pengetahuan siklus I berada di kategori “B”. Dikatakan belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan dengan nilai rata-rata ada pada kategori “B+ sampai dengan A”. Dan ketuntasan belajar yaitu 60% belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan yaitu 80%. Berdasarkan kekurangan yang ada pada siklus I yaitu (1) persiapan pelaksanaan pembelajaran yang masih kurang. (2) Masih banyak siswa yang belum memahami petunjuk yang diberikan dalam mengerjakan tes kemampuan kemampuan pemecahan masalah. (3) Siswa belum terbiasa belajar menggunakan model problem based learning. (4) Kurangnya kepercayaan diri siswa untuk mengemukakan pendapat atau ide. (5) Dalam mengerjakan tugas secara berkelompok, dapat dikatakan siswa belum mampu mengkoordinasi kelompoknya dengan baik, terbukti dengan masih banyak kelompok yang hanya mengandalkan siswa yang dianggap pandai di kelompoknya untuk mengerjakan tugas. Pelaksanaan tindakan siklus II diupayakan untuk lebih baik lagi dan mengadakan perbaikan terhadap permasalahan yang muncul pada siklus I. Pada pelaksanaan tindakan siklus 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
kategori “B” dan ketuntasan belajar yaitu 60%, sedangkan untuk siklus II diperoleh nilai rata-rata yaitu 87,1 dengan kategori “B+” dan ketuntasan belajar yaitu 92,5%. Dilihat dari data tersebut, terjadi peningkatan kompetensi pengetahuan siswa siklus I ke siklus II, dari kategori “B” menjadi “B+”. Peningkatan tersebut dikarenakan siswa terlihat mulai terbiasa untuk menjalani proses pembelajaran menggunakan model problem based learning pada siklus II. Siswa mampu memahami petunjuk pengerjaan tes kemampuan pemecahan masalah dengan baik sehingga dapat mengerjakannya dengan maksimal. Siswa juga terlihat aktif dalam diskusi, kreatif mengemukakan pendapat, serta bertanggung jawab untuk hasil diskusi kelompok mereka dalam pembelajaran. Motivasi siswa untuk mengungkapkan pendapat lebih terlihat dari kepercayaan diri siswa yang mulai meningkat. Peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan kompetensi pengetahuan IPA siswa Kelas IVC SDN 2 Dangin Puri dari pra siklus sampai dengan siklus II dapat dilihat pada grafik sebagai berikut.
II, lebih diberikan motivasi dan bimbingan untuk siswa yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran melalui pemeberian penguatan terhadap hasil belajar siswa agar minat dan semangat belajar siswa dapat terpacu lebih maksimal. Juga, berusaha untuk memberikan petunjuk pengerjaan tes kemampuan pemecahan masalah dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa, serta memberikan pengawasan dan arahan kepada seluruh siswa agar mampu bekerja kelompok dengan baik. Setelah dilakukan tindakan pada siklus II, terjadi peningkatan pada kemampuan pemecahan masalah dan kompetensi pengetahuan IPA tema citacitaku. Kemampuan pemecahan masalah tema cita-citaku pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 78,42 dengan kategori “B” dan ketuntasan belajar 57,5%, sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 87,37 dengan kategori “B+” dan ketuntasan belajar 87,5%, sehingga terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah tema cita-citaku siswa dari siklus I ke siklus II. Peningkatan juga terjadi pada kompetensi pengetahuan IPA. Kompetensi pengetahuan IPA siswa untuk siklus I diperoleh nilai rata-rata yaitu 79,47 dengan 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Pra Siklus Siklus 1 Nilai rata-rata Nilai rata-rata Ketuntasan Ketuntasan kemampuan kompetensi belajar belajar Pemecahan pengetahuan kemampuan kompetensi masalah IPA pemecahan pengetahuan masalah IPA
Siklus 2
Gambar 01. Grafik peningkatan nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah dan kompetensi pengetahuan IPA tema cita-citaku serta peningkatan ketuntasan belajar kompetensi pengetahuan IPA tema cita-citaku siswa kelas IVC SDN 2 Dangin Puri pada Pra Siklus, Siklus 1, dan Siklus 2.
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Berdasarkan grafik pada gambar 01. menunjukkan terjadinya peningkatan nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah, kompetensi pengetahuan IPA dan ketuntasan belajar kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IVC pada tema cita-citaku s dari siklus I ke siklus II setelah menerapkan pendekatan saintifik berbasis problem based learning pada muatan materi IPA di SD Negeri 2 Dangin Puri. Terjadinya peningkatan pada pemberian tindakan yang telah dilakukan baik pada kemampuan pemecahan masalah dan komptensi pengetahuan IPA tema cita-citaku siklus I menunjukkan kemampuan pemecahan masalah pada tema cita-citaku pada siklus memiliki nilai rata-rata yaitu 78,42 dan ketuntasan belajar 57,5%, sedangkan pada siklus II nilai rata-ratanya adalah 87,37 dan ketuntasan belajar 87,5%. Dilihat dari data tersebut, terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah Peningkatan juga terjadi pada kompetensi pengetahuan IPA siswa. Kompetensi pengetahuan IPA siswa untuk siklus I diperoleh nilai rata-rata yaitu 79,47 dan ketuntasan belajar yaitu 60%, sedangkan untuk siklus II diperoleh nilai rata-rata yaitu 87,1 dan ketuntasan belajar yaitu 92,5%. Dilihat dari data tersebut, terjadi peningkatan kompetensi pengetahuan siswa siklus I ke siklus II. Berdasarkan dari data yang diperoleh pada siklus II, indikator keberhasilan yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini telah terpenuhi. Ini terlihat dari data yang diperoleh, kemampuan pemecahan masalah telah mencapai ketuntasan belajar 87,5% dari 40 orang siswa dan kompetensi pengetahuan IPA telah mencapai ketuntasan belajar siswa telah mencapai 92,5% dari 40 orang siswa. Hal ini melebihi dari indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu 80% sehingga penelitian ini dapat dikatakan berhasil atau penelitian ini bisa dihentikan karena sudah mencapai indikator keberjasilan yang ditetapkan. Peningkatan tersebut dikarenakan siswa terlihat mulai terbiasa untuk menjalani proses pembelajaran menggunakan model problem based learning pada siklus II. Siswa mampu memahami petunjuk pengerjaan tes kemampuan pemecahan masalah dengan
baik sehingga dapat mengerjakannya dengan maksimal. Siswa juga terlihat aktif dalam diskusi, kreatif mengemukakan pendapat, serta bertanggung jawab untuk hasil diskusi kelompok mereka dalam pembelajaran. Motivasi siswa untuk mengungkapkan pendapat lebih terlihat dari kepercayaan diri siswa yang mulai meningkat. Hal tersebut sesuai dengan beberapa keunggulan dari model problem based learning yang diungkapkan oleh Abidin (2015:162) yaitu mendorong siswa belajar secara aktif dan mendorong siswa memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mampu belajar secara mandiri. Kosasih (2014:89) mengungkapkan bahwa model problem based learning juga mendorong siswa untuk terbiasa berkolaborasi dengan temannya. Selain itu Sumantri (2015:50) menyatakan bahwa problem based learning mampu merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi dengan tepat. Hasil penelitian dari penerapan model problem based learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan kompetensi pengetahuan IPA tema cita-citaku dapat dikatakan berhasil. Penelitian ini dapat dihentikan karena kemampuan pemecahan masalah dan kompetensi pengetahuan IPA tema citacitaku sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data, Penerapan pendekatan saintifik berbasis problem based learning dapat meningkatkan kemampuan pemecahan maslah tema citacitaku siswa kelas IVC SDN 2 Dangin Puri tahun ajaran 2015/2016. Kemampuan pemecahan masalah siswa mengalami peningkatan yaitu dari nilai rata-rata kelas sebesar 78,42 dengan ketuntasan belajar 57,5% siswa mencapai kriteria B+ pada siklus 1 kemudian nilai rata-rata meningkat menjadir 87,37 dengan ketuntasan belajar 87,5% siswa mencapai kriteria B+ pada siklus II. Penerapan pendekatan saintifik berbasis problem based learning dapat
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
meningkatkan kompetensi pengetahuan IPA tema cita-citaku siswa kelas IVC SDN 2 Dangin Puri tahun ajaran 2015/2016. Ini terlihat dari nilai rata-rata pada refleksi awal 62,87 dengan ketuntasan belajar 42,5% siswa mencapai B-. Pada siklus I mengalami peningkatan nilai rata- rata siswa sebesar 79,47 dengan ketuntasan belajar 60% siswa mencapai B+. Dan nilai rata-rata meningkat menjadi 87,1 dengan ketuntasan belajar 92,5% siswa mencapai B+ pada siklus II.
Sani,
Ridwan. A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Sanjaya, Wina. 2019. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Kencana Prenada Media Group Sudjana, Nan. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Sumantri, Mohammad Syarif. 2015. Strategi Pembelajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Kencana Pranada Media Group. . .
DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung : Refika Aditama Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Penerbit Gava Media Jihad, Asep dan A. Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo Kemendikbud. 2013. Permendikbud No.104 tentang implementasi kurikulum. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Yogyakarta : Kata Pena Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Samatowa, Usman. 2011. Bagaimana membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas
10