e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS PROJECT BASED LEARNING DAPAT MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA Ni Kadek Novita Bima Pratiwi, I Gusti Agung Oka Negara, I.G.A.Agung Sri Asri Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk : (1) meningkatkan keaktifan belajar IPA tema citacitaku siswa kelas IV SDN 21 Dauh Puri melalui penerapan pendekatan saintifik berbasis project based learning; dan (2) meningkatkan kompetensi pengetahuan IPA tema cita-citaku siswa kelas IV SDN 21 Dauh Puri melalui penerapan pendekatan saintifik berbasis project based learning. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 21 Dauh Puri yang berjumlah 35 siswa yang terdiri dari 25 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Data keaktifan belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi sedangkan kompetensi pengetahuan IPA siswa dikumpulkan dengan menggunakan metode tes yaitu tes objektif pilihan ganda biasa. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan analisis statistik deskriptif, analisis deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif.Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan: (1) persentase rata-rata keaktifan belajar IPA siswa pada pra siklus 55,35%, pada siklus I meningkat menjadi 73,28%, dan pada siklus II meningkat menjadi 84,85%; (2) kompetensi pengetahuan IPA siswa pada prasiklus diketahui persentase rata-rata 65,28% dengan ketuntasan klasikal 42.85%, pada siklus I persentase rata-rata siswa meningkat menjadi 75,28% dengan ketuntasan klasikal 74,28%, dan pada siklus II persentase rata-rata siswa meningkat menjadi 84,81% dengan ketuntasan klasikal 85,71%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbasis project based learning dapat meningkatkan keaktifan dan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SDN 21 Dauh Puri. Kata Kunci : saintifik, project based learning, keaktifan, kompetensi IPA Abstrack The purposes of this research are : (1) to improve learning activity of natural science knowledge with theme Cita-citaku for student of SDN 21 Dauh Puri grade IV by applying based scientific approach project based learning ; and (2) to improve competence of natural science knowledge with theme Cita-citaku to student of SDN 21 Dauh Puri grade IV by applying based scientific approach project based learning. The subject of this research is the student of SDN 21 Dauh Puri grade IV which amounted to 35 persons of 25 male students and 10 female students. The learning activity data of the student is collected by using observation sheet meanwhile the competence natural science knowledge is collected by using test of normal multiple
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 choice tests. The collected data then analyzed by descriptive statistical analysis, quantitative descriptive analysis and qualitative descriptive analysis. This type of research is classroom action research which is carried out in to two cycles. Every cycle consist of planning stage, action implementation, observation, and reflection. The result showed: (1) In pre cycle the average percentage of student’s learning activity of natural science knowledge is 55,35%, the first cycle increased 73,28%, and the second cycle increased to 84,85%; (2) In pre cycle percentage knowledge of competencies for natural science is 65,28% and classical completeness 42,85%, in the first cycle the average percentage of students increased to 75,28% with classical completeness 74,28% and on the second cycle the average percentage of students increased to 84,81% with classical completeness 85,71%. Therefore can be concluded that implementation of based scientific approach project based learning can improve the activity and competency natural science knowledge of student SDN 21 Dauh Puri grade IV. Keywords: scientific, project based learning, activity, competence of natural science knowledge
PENDAHULUAN Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak terlepas dari peran pendidikan. Melalui pendidikan manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan diperoleh untuk menghadapi tantangan yang ada sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan juga dapat menjadi kekuatan untuk melakukan perubahan suatu kondisi menjadi lebih baik. Pendidikan sangat dibutuhkan dan harus dipenuhi dalam upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karena itu, peningkatan kualitas pendidikan khususnya kualitas pembelajaran merupakan tindakan secara terus-menurus yang harus dilakukan demi tercapainya tujuan pendidikan. Rendahnya SDM merupakan salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan, seperti halnya masalah yang ditemukan saat melakukan observasi dan wawancara di kelas IV SDN 21 Dauh Puri. Dalam pembelajaran khususnya muatan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan dalam berpikir. Pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan untuk menghafal informasi. Otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Pada prinsipnya, pembelajaran IPA menekankan pada
pemberian pengalaman belajar secara langsung untuk dapat mengembangkan pemahaman siswa mengenai alam sekitarnya dan dapat mengaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. IPA merupakan salah satu muatan pelajaran yang terdapat dalam pembelajaran tematik terpadu. Pengelolaan kelas yang kurang menarik dan kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif membuat siswa menjadi bosan. Kegiatan yang dilakukan siswa di dalam kelas lebih banyak bermain, melamun dan keluar masuk kelas daripada kegiatan belajar. Keadaan tersebut yang mengakibatkan siswa kurang memahami materi yang diajarkan, kurang aktif dalam proses pembalajaran dan mengakibatkan rendahnya kompetensi pengetahuan siswa. Hal ini dibuktikan dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SDN 21 Dauh Puri. Banyak siswa pada kelas IV yaitu 35 siswa terdiri dari 25 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Pencapaian nilai keaktifan belajar siswa terlihat dari nilai sikap sosial tema sebelumnya, yaitu dari 35 siswa 5 siswa berada pada kategori aktif, 4 siswa berada pada kategori cukup aktif, 8 siswa berada pada kategori kurang aktif dan 18 siswa yang masih dalam kategori sangat kurang aktif. Selain itu, diperoleh data siswa yaitu dari nilai ulangan harian akhir tema sebelumnya, kompetensi pengetahuan IPA siswa masih tergolong rendah atau di bawah rata-rata. Sedangkan 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan adalah 70. Hal ini dibuktikan, nilai akhir siswa yang telah tuntas yaitu sebanyak 15 siswa sedangkan siswa yang belum tuntas sebanyak 20 siswa. Berdasarkan pengamatan di lapangan, permasalahan tersebut disebabkan oleh pembelajaran yang dilaksanakan kurang mampu melibatkan siswa secara aktif dan kreatif sesuai tuntutan kurikulum 2013. Pembelajaran yang diharapkan kini adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dan mengedepankan pembelajaran nyata dalam konteks kehidupan anak. Dalam mewujudkan hal tersebut, pemerintah melalui Departemen Pendidikan dan Kebudayaan terus melakukan pembaharuan dan inovasi dalam bidang pendidikan, salah satunya adalah pembaharuan dan inovasi kurikulum, yakni kurikulum 2013. Berkenaan dengan penyempurnaan kurikulum, seorang guru wajib menggunakan pendekatan saintifik serta dipadukan dengan model pembelajaran sesuai karakteristik siswa. Kosasih (2014:72) menyatakan “pendekatan saintifik merupakan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran yang mengutamakan kreativitas dan temuan-temuan siswa”. Pengalaman belajar yang siswa peroleh tidak bersifat hafalan, melainkan pengalaman belajar baik itu yang berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap diperoleh berdasarkan kesadaran dan kepentingan mereka sendiri. Pendekatan saintifik terdapat lima pengalaman belajar yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah informasi, dan mengomunikasikan. Pendekatan saintifik dapat dipadukan dengan salah satu model pembelajaran yaitu dengan menerapkan model pembelajaran project based learning. Project based learning adalah suatu pembelajaran yang melibatkan suatu proyek dalam pembelajaran. Proyek yang dikerjakan oleh siswa dapat berupa proyek perseorangan atau kelompok dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu secara kolaboratif, menghasilkan sebuah
produk, yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan (Rusman, 2015:195). Dengan demikian siswa dapat lebih mudah mempelajari materi pembelajaran yang disampaikan guru karena siswa langsung belajar melalui penemuannya sendiri dan membuat proyek sesuai dengan dunia nyata. Dalam pelaksanaan model pembelajaran project based learning melewati tahapan-tahapan pembelajaran yang terdiri dari beberapa tahap yaitu: a) Penentuan pertanyaan mendasar (start with the essential question). Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan pada siswa dalam melakukan sesuatu aktivitas.; b) Mendesain perencanaan proyek (design a plan for the project). Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan siswa. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, serta mengetahui alat dan bahan untuk membantu penyelesaian proyek; c) Menyusun jadwal (create a schedule). Pengajar dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara; d) Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (monitor the students and the progress of the project). Guru melakukan monitoring terhadap pelaksanaan proyek sesuai dengan tahapan dan jadwal. Pada tahap ini, guru bertindak sebagai fasilitator yang memberikan arahan, fasilitasi, dan pemberi semangat bagi siswa untuk giat belajar dan mengerjakan proyek secara optimal; e) Menguji hasil (assess the outcame). Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa; f) Mengevaluasi pengalaman (evaluate the experience). Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Pada tahap ini siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. Project based learning memiliki beberapa kelebihan, yaitu: (a) meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar; (b) meningkatkan kemampuan pemecahan masalah; (c) meningkatkan keterampilan mengelola sumber; (d) menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan siswa secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai dengan dunia nyata; (e) project based learning membuat suasana belajar menjadi menyenangkan. Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik berbasis project based learning adalah pembelajaran yang mencakup komponen mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengomunikasikan serta dipadukan dengan model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pembuatan suatu proyek. Pembelajaran tematik terpadu merupakan sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsipprinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan autentik yang pembelajarannya dikemas dalam bentuk tema – tema (tematik). Berdasarkan lampiran I Peraturan Pemerintah no 57 tahun 2014 dijelaskan bahwa struktur Kurikulum SD/MI terdiri atas mata pelajaran umum kelompok A dan mata pelajaran umum kelompok B. Mata pelajaran Kelompok A merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat, yang terdiri dari mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa
Indonesia, Matematika, IPS serta IPA. Menurut Trianto (2010:136) “IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya”. Keaktifan belajar salah satu faktor pendukung keberhasilan dari hasil belajar. dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan yang dimaksud disini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:45) “keaktifan belajar adalah bentuk-bentuk kegiatan yang muncul dalam suatu proses pembelajaran, baik kegiatan fisik yang sudah diamati maupun kegiatan phsikis yang sulit diambil”. Keaktifan belajar IPA siswa merupakan kegiatan yang dilakukan siswa dimana siswa terlibat langsung secara aktif baik intelektual maupun emosional untuk membangun pengetahuan IPA sehingga siswa benar-benar aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Kosasih (2014:71), adapun bentuk-bentuk keaktifan tidak hanya ditunjukkan secara fisik, tetapi juga secara intelektual, emosional, dan sosial. Berikut ini adalah bentuk-bentuk keaktifan: a) Keaktifan fisik ditunjukkan dengan berbagai kegiatan, seperti diskusi, presentasi, kegiatan pengamatan, kerja praktik; b) Keaktifan intelektual ditunjukkan dengan mengamati tayangan dan alam sekitar, membaca berbagai referensi; c) Keaktifan secara emosional ditunjukkan dengan menyikapi berbagai persoalan yang muncul atas suatu fenomena tertentu terkait dengan materi yang sedang dipelajarinya. Emosi yang dimaksud mungkin berupa kepedulian, simpati, penyesalan, semangat untuk berbuat; d) Keaktifan secara sosial ditunjukkan dengan saling menanggapi, bekerja sama, dan bentuk-bentuk kolaborasi lainnya. Hasil belajar yaitu sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa yang mencakup ranah pengetahuan, sikap dan 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 keterampilan. Kurniasih (2014:19) merumuskan bahwa “kompetensi adalah suatu pengetahuan, keterampilan dan nilainilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak”. Pengetahuan menurut Setyosari (2012:2) adalah “segala sesuatu yang telah dikenali atau diketahui dan kesimpulan yang ditarik dari hal-hal yang dikenali oleh manusia”. Jadi, yang dimaksud dengan kompetensi pengetahuan adalah kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks yang melibatkan ranah pengetahuan untuk memperoleh dan mengembangkan kemampuan rasional (akal). Kompetensi pengetahuan terdapat tingkat pencapaian atau penguasaan peserta didik dalam aspek pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan atau aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Dalam Kurikulum 2013 kompetensi pengetahuan menjadi kompetensi inti dengan kode kompetensi inti 3 (KI 3). Berdasarkan hasil analisis oleh penelitian Pratiwi (2015) menyatakan telah melakukan PTK dengan menerapkan model project based learning berbantuan LKS untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa. Hasil penelitian yaitu terjadi peningkatan, pada siklus I persentase aktivitas siswa 72,73% dengan kategori aktif dan pada siklus II 90,91% kategori sangat aktif. Persentase peningkatan hasil belajar siswa yaitu pada siklus I sebesar 68,18% dan pada siklus II mencapai 86,36%. Adapun tujuan yang dicapai pada penelitian ini adalah untuk meningkatkan keaktifan dan kompetensi pengetahuan IPA siswa dengan menerapkan pendekatan saintifik berbasis project based learning pada siswa kelas IV SDN 21 Dauh Puri tahun ajaran 2015/2016. Melalui pelaksanaan penelitian ini hasilnya mampu memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun secara praktis. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan teori pendidikan khususnya penggunaan pendekatan saintifik berbasis project based learning. Selain itu, dapat merangsang dan memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk
mengembangkan daya pikirnya, serta dapat menjadi referensi bagi guru mengenai kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik berbasis project based learning. METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan dirancang dalam dua siklus yang terdiri dari siklus I dan siklus II, setiap siklus dari rancangan ini terdiri dari empat tahapan yaitu : 1) tahap perencanaan tindakan, 2) tahap pelaksanaan tindakan, 3) tahap pengamatan, dan 4) tahap refleksi. Subjek penelitian ini adalah Siswa Kelas IV SDN 21 Dauh Puri tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 35 siswa dengan 25 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Sedangkan objek penelitian ini adalah keaktifan dan kompetensi pengetahuan IPA Siswa Kelas IV SDN 21 Dauh Puri dengan menerapkan pendekatan saintifik berbasis project based learning. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah nontes dan tes. Metode nontes digunakan untuk mengumpulkan data keaktifan belajar siswa dengan menggunakan instrumen berupa lembar observasi keaktifan. Sedangkan metode tes digunakan untuk mengumpulkan data kompetensi pengetahuan IPA siswa dengan menggunakan instrumen berupa tes objektif pilihan ganda biasa. Analisis data penilitian ini yaitu menggunakan analisis statistik deskriptif, analisis statistik kuantitatif dan statistik kualitatif. Analisis keaktifan dan kompetensi pengetahuan IPA siswa dilakukan dengan menghitung skor individu, menentukan distribusi frekuensi (dengan menghitung rentangan, jumlah kelas, panjang kelas, menyusun interval kelas dan memasukkan data ke dalam interval kelas), menghitung nilai rerata (mean), median, modus, persentase rata-rata, ketuntasan klasikal dan menggambarkannya dalam bentuk grafik poligon. HASIL DAN PEMBAHASAN 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Pada prasiklus persentase rata-rata keaktifan belajar siswa yaitu 55,35% berada pada kriteria kurang aktif, setelah diberikan tindakan pada siklus I persentase rata-rata keaktifan belajar siswa mencapai 73,28% berada pada kriteria cukup aktif. Pada siklus II persentase rata-rata keaktifan belajar siswa mencapai 84,85% berada pada kriteria aktif. Sedangkan untuk kompetensi pengetahuan IPA juga mengalami peningkatan siswa yang mendapat persentase nilai rata-rata sebelum penelitian atau prasiklus adalah 65,28% yang berada pada kriteria rendah dan ketuntasan klasikal 42,85% yaitu 15 siswa tuntas dan 20 siswa belum tuntas. Pada siklus I meningkat dengan persentase nilai rata-rata sebesar 75,28% berada pada kriteria sedang dengan ketuntasan klasikal 74,28% yaitu 26 siswa tuntas dan 9 siswa belum tuntas, sehingga terjadi peningkatan sebesar 10%. Pada siklus II persentase rata-rata kompetensi pengetahuan IPA sebesar 84,81% berada pada kriteria tinggi dengan ketuntasan klasikal 85,71% yaitu 30 siswa tuntas dan 5 siswa belum tuntas, sehingga terjadi peningkatan sebesar
9,53%. Adanya refleksi membantu dalam memperbaiki proses pembelajaran, hal ini membuat siswa mendapat kesempatan dan pengalaman lebih dalam mencari solusi atas sebuah permasalahan. Berikut gambar grafik dari peningkatan persentase nilai keaktifan dan kompetensi pengetahuan IPA siswa.
Gambar 1. Grafik histogram peningkatan persentase rata-rata keaktifan dan kompetensi pengetahuan IPA
Tabel 1. Tabel Rekapitulasi Data Keaktifan dan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas IV SDN 21 Dauh Puri Data Persentase Ratarata Keaktifan Persentase Ratarata Kompetensi Pengetahuan IPA Ketuntasan Klasikal
Pra-Siklus
Siklus I
Siklus II
55,35%
73,28%
84,85%
65,42%
75,28%
84,81%
48,57%
74,28%
85,71%
Berdasarkan tabel dan grafik tersebut, dapat dilihat telah terjadi peningkatan pada pemberian tindakan yang telah dilaksanakan pada keaktifan dan kompetensi pengetahuan IPA dari persentase rata-rata maupun ketuntasan klasikalnya. Dari data awal diperoleh persentase rata-rata keaktifan 55,35% meningkat pada siklus I menjadi 73,28% dan pada siklus II meningkat menjadi
84,85%. Sedangkan untuk kompetensi pengetahuan IPA pada data awal sebesar 65,28% meningkat pada siklus I menjadi 75,28% dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 84,81%. Dan ketuntasan klasikal pada data prasiklus sebesar 42,85% meningkat pada siklus I menjadi 74,28% dan meningkat lagi pada siklus II sebesar 85,71%. 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Peningkatan keaktifan belajar siswa, kompetensi pengetahuan IPA serta ketuntasan klasikal siswa pada pembelajaran siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan dalam penelitian. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dihentikan pada siklus II. Sehingga pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 2 siklus saja, yaitu siklus I dan siklus II.
Berdasarkan hasil refleksi awal tersebut maka diadakanlah penelitian tindakan kelas yang diawali dengan melakukan siklus I. Dalam siklus I ini dilaksanakan tes akhir siklus yang terdiri dari 40 soal tematik pada muatan pelajaran bahasa Indonesia, IPS dan IPA. Hasil tes yang dianalisis pada penelitian ini lebih difokuskan pada tes muatan pelajaran IPA yang terdiri dari 20 soal karena untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi pengetahuan IPA. Pada siklus I, mulai tampak adanya peningkatan pada keaktifan belajar siswa dan kompetensi pengetahuan IPA siswa. Hal ini dapat dilihat bahwa pada siklus I persentase rata-rata keaktifan belajar siswa yaitu mencapai 73,28%. Jika dikonversikan kedalam tabel kriteria persentase berada pada interval 65%-79% dengan tingkat keaktifan belajar siswa pada kriteria cukup aktif. Sedangkan nilai ratarata kompetensi pengetahuan IPA mencapai 75,28 dengan persentase ratarata kompetensi pengetahuan IPA mencapai 75,28% dan ketuntasan kompetensi pengetahuan IPA secara klasikal mencapai 74,28% dengan kategori sedang dalam PAP skala lima. Hasil yang diperoleh ini tentu saja belum memenuhi target yang diharapkan dan pada pelaksanaan siklus I juga tidak terlepas dari berbagai kendala-kendala. Adapun kendala-kendala yang dihadapi selama siklus I antara lain, siswa belum terbiasa belajar kelompok dan siswa belum dapat bekerjasama dalam pembuatan tugas proyek bersama kelompoknya. Siswa juga masih belum berani untuk berbicara didepan kelas ketika ditugaskan untuk melaporkan hasil tugas proyek secara lisan. Mengingat hasil perolehan keaktifan dan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus I belum mencapai kriteria yang telah ditetapkan dan masih terdapat kendalakendala selama pelaksanaan siklus I, maka diputuskan untuk dilaksanakan siklus II agar indikator keberhasilan yang sudah ditetapkan dapat tercapai dan kendalakendala yang ditemukan selama pelaksanaan siklus I dapat diatasi. Bedasarkan hasil refleksi pada siklus I, kendala-kendala yang dihadapi selama
PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdapat 3 kali pertemuan. Pertemuan pertama dan kedua digunakan untuk kegiatan pembelajaran, dan pertemuan ketiga digunakan untuk tes akhir siklus. Tes yang digunakan yaitu tes objektif pilihan ganda biasa dengan jumlah soal tematik 40 soal, tetapi dalam penelitian ini memfokuskan pada muatan pelajaran IPA sehingga soal yang digunakan dalam analisis data yaitu 20 soal. Tes digunakan untuk mengetahui peningkatan kompetensi pengetahuan IPA. Sedangkan untuk keaktifan belajar siswa dilakukan pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar observasi. Indikator keaktifan belajar yang diamati dalam proses pembelajaran yaitu keaktifan bekerjasama, keaktifan bertanya, keaktifan menjawab dan keaktifan mengemukakan pendapat. Dalam proses pengamatan peneliti dibantu oleh guru kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan pada keaktifan dan kompetensi pengetahuan IPA siswa setelah diterapkannya pendekatan saintifik berbasis project based learning dengan tema cita-citaku pada siswa kelas IV SDN 21 Dauh Puri tahun pelajaran 2015/2016. Sebagai bahan perbandingan, persentase rata-rata keaktifan belajar siswa pada refleksi awal atau prasiklus yaitu sebesar 55,35% jika dikonversikan kedalam tabel kriteria persentase berada pada kriteria kurang aktif. Sementara, persentase rata-rata kompetensi pengetahuan IPA siswa pada refleksi awal atau prasiklus sebesar 65,28% dengan ketuntasan klasikal 42,85%. 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 pelaksanaan siklus I didiskusikan dengan guru kelas untuk memperoleh solusi sebagai dasar untuk memperbaiki dan menyempurnakan perencanaan dan pelaksanaan tindakan pada siklus II. Atas dasar hasil refleksi pada siklus I, pelaksanaan siklus II yaitu guru memberikan motivasi kepada siswa untuk membangkitkan rasa percaya diri sehingga dengan demikian siswa akan memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapat. Selain itu. memberikan bimbingan yang lebih intensif kepada siswa saat bekerja dalam kelompok. Dalam hal ini, bimbingan yang diberikan berupa memberikan arahan kepada siswa mengenai hal-hal yang harus dilakukan. Pada siklus II ini dilaksanakan tes akhir siklus yang terdiri dari 40 soal tematik pada muatan pelajaran PKn, IPS dan IPA. Hasil tes yang dianalisis pada penelitian ini lebih difokuskan pada tes muatan pelajaran IPA yang terdiri dari 20 soal karena untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi pengetahuan IPA. Setelah dilakukan tindakan pada siklus II, terjadi peningkatan pada keaktifan dan kompetensi pengetahuan IPA siswa.Hal ini dapat dilihat pada siklus II persentase rata-rata keaktifan belajar siswa yaitu mencapai 84,85%. Jika dikonversikan kedalam tabel kriteria persentase berada pada interval 65%-79% dengan tingkat keaktifan belajar siswa pada kriteria aktif. Keaktifan belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 11,57%. Peningkatan juga terjadi pada kompetensi pengetahuan IPA dengan nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPA mencapai 84,81 dengan persentase rata-rata kompetensi pengetahuan IPA mencapai 84,81% dan ketuntasan kompetensi pengetahuan IPA secara klasikal mencapai 85,71% dengan kategori tinggi dalam PAP skala lima. Kompetensi pengetahuan IPA mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 9,53%. Dengan demikian, keaktifan dan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV dalam tema Cita-citaku sub tema Hebatnya Cita-citaku serta Giat Berusaha Meraih Cita-cita sudah sesuai dengan
kriteria yang diharapkan. Jadi, secara umum pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah berhasil dan kendala-kendala pada siklus I dapat teratasi. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II mengalami perkembangan lebih baik, refleksi dari siklus I menunjukkan bahwa siswa sudah mampu mengikuti pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik berbasis project based learning. Hal ini terlihat dari kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Siswa tidak lagi ragu-ragu dalam mengungkapkan ide-ide kreatifnya, menyampaikan pendapat ataupun menjawab pertanyaan. Dalam pembuatan tugas proyek siswa bersama teman kelompok sudah mampu bekerjasama dengan baik. Dalam siklus II ini siswa menunjukkan antusias belajar yang tinggi. Sesuai dengan kurikulum 2013 yang berlaku, proses pembelajaran di kelas pasti menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan ini menuntut siswa untuk secara aktif melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan yang ditemukan (Daryanto, 2014:51). Pendekatan akan berjalan optimal jika dikolaborasikan dengan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa SD serta sesuai dengan materi yang dipelajari.Project based learning merupakan suatu model pembelajaran yang inovatif dan lebih menekankan pada belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Model pembelajaran ini melibatkan siswa dalam pembuatan suatu proyek dalam proses pembelajaran (Rusman,2015:195). Sehingga model pembelajaran project based learning sangat bagus diterapkan, karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif menggali materi dan memecahkan masalah dengan menggunakan berbagai caranya sendiri bersama teman kelompoknya melalui pembuatan suatu proyek. Pelaksanaan proyek dilakukan secara kolaboratif dan inovatif, unik, yang berfokus pada 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 pemecahan masalah yang berhubungan dengan kehidupan siswa. Hasil analisis tersebut didukung oleh penelitian Pratiwi (2015) menyatakan telah melakukan PTK dengan menerapkan model project based learning berbantuan LKS untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa. Hasil penelitian yaitu terjadi peningkatan, pada siklus I persentase aktivitas siswa 72,73% dengan kategori aktif dan pada siklus II 90,91% kategori sangat aktif. Persentase peningkatan hasil belajar siswa yaitu pada siklus I sebesar 68,18% dan pada siklus II mencapai 86,36%. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus II, kriteria yang diharapkan dalam penelitian ini sudah terpenuhi. Oleh karena berhasilnya penelitian dengan menerapkan pendekatan saintifik berbasis Project Based Learning untuk meningkatkan keaktifan dan kompetensi pengetahuan IPA siswa tema cita-citaku kelas IV SDN 21 Dauh Puri tahun pelajaran 2015/2016, maka penelitian ini dapat dihentikan karena sudah mencapai kriteria yang ditetapkan.
tuntas. Meningkat pada siklus I dengan persentase nilai rata-rata sebesar 75,28% berada pada kriteria sedang dengan ketuntasan klasikal 74,28% yaitu 26 siswa tuntas dan 9 belum tuntas, sehingga terjadi peningkatan sebesar 9,86%. Pada siklus II persentase rata-rata kompetensi pengetahuan IPA sebesar 84,81% berada pada kriteria tinggi dengan ketuntasan klasikal 85,71% yaitu 30 siswa tuntas dan 5 siswa belum tuntas, sehingga terjadi peningkatan sebesar 9,53%. Mengacu pada temuan penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut, (1) kepada siswa agar diharapkan siswa untuk aktif dan kreatif serta mampu membangun pengetahuannya sendiri untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan, sehingga siswa menjadi mandiri dan percaya diri dalam mengikuti pembelajaran; (2) kepada guru sekolah dasar diharapkan dapat menjadi referensi dan pedoman bagi guru dalam meningkatkan kerjanya dalam merancang pembelajaran dengan tujuan meningkatkan kompetensi pengetahuan agar lebih optimal; (3) bagi sekolah disarankan agar menjadikan hasil penelitian ini sebagai pedoman bagi sekolah untuk memotivasi agar dapat meningkatlan kualitas guru dalam merancang pembelajaran yang inovatif dalam membelajarkan siswa sesuai dengan kurikulum 2013 sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas sekolah; dan (4) kepada peneliti lain hendaknya dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai referensi awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam ruang lingkup yang lebih luas.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbasis project based learning dapat meningkatkan keaktifan dan kompetensi pengetahuan Tema Cita-citaku siswa kelas IV SDN 21 Dauh Puri Tahun Ajaran 2015/2016. Hal tesebut dapat dilihat dari data persentase rata-rata nilai keaktifan sebelum penelitian adalah 55,35% pada kriteria kurang aktif, setelah diberikan tindakan pada siklus I meningkat menjadi 73,28% dengan kriteria cukup aktif, serta pada siklus II meningkat menjadi 84,85% dengan kriteria aktif. Sedangkan untuk kompetensi pengetahuan IPA juga mengalami peningkatan. Hal tesebut dapat dilihat dari data persentase nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPA sebelum penelitian adalah 65,28% yang berada pada kriteria rendah dan ketuntasan klasikal 42,85% yaitu 15 siswa tuntas dan 20 siswa belum
DAFTAR PUSTAKA Agung. 2014. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Undiksha. ------------. 2011. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Jurusan Teknologi Pendidikan FIP Undiksha. Arikunto, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Daryanto. 2014. Pendekatan pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Wisudawati, Asih Widi dan Eka Sulistyowati. 2014. Metodelogi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara.
Depdikbud. 2014a. Lampiran I Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 20014 Tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung : Yrama Widya. Kunandar.2014.Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis Disertai Dengan Contoh. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013 Memahami Berbagai Aspek Dalam Kurikulum 2013. Kata Pena. Pratiwi, Agung Rizky. 2015. “Penerapan Model Project Based Learning Berbantuan LKS Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA”. Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Rusman. 2015. Pembelajaran Tematik Terpadu Teori, Praktik, dan Penilaian. Jakarta: Rajawali Pers Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan, Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Setyosari, Punaji. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Prenadamedia Group. 10