e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA SISWA KELAS VB
Dewa Ayu Ari Yuliana1, I Ketut Ardana2, DB.Kt.Ngr.Semara Putra3 1,2,3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan dengan model problem based learning pada tema sejarah peradaban Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, serta refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VB SD Negeri 3 Sesetan yang berjumlah 43 orang siswa yang terdiri dari 25 orang siswa laki-laki dan 18 orang siswa perempuan. Data tentang kompetensi pengetahuan siswa dikumpulkan dengan metode tes. Data yang terkumpul dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas VB sebesar 30,23% dari 46,51% pada siklus I menjadi 76,74% pada siklus II.Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model problem based learning dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas VB SD Negeri 3 Sesetan. Kata kunci: model problem based learning, penguasaan kompetensi pengetahuan IPA Abstract The purpose of this classroom action research is to improve students’ cognitive competency of natural science which taught through problem based learning model on the theme of history of Indonesia civilization. This study was done in two cycles. Each of the cycle is consisted of planning, action, observation and evaluation, and reflection. The subject of this study is the students of class VB of SD Negeri 3 Sesetan in which amount of 43 students that consisted of 25 males and 18 females. The data of students’ cognitive competency was collected through a test method. Furthermore, the data was analyzed through descriptive statistics and descriptive quantitative analysis method. The results showed an increase in the average percentage of cognitive competency of students VB around 30.23% from 46.51% from the first cycle to 76.74% in the second cycle.Thus, it can be concluded that the application of the problem based learning model could improve students’ cognitive competency of students of VB class on natural science students of SD Negeri 3 Sesetan. Keywords: problem based learning, cognitive competency of natural science.
1
PENDAHULUAN Salah satu tolak ukur kemajuan dari suatu bangsa adalah dapat dilihat dari kualitas pendidikannya, dengan adanya pendidikan yang berkualitas akan menjamin tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas juga sebagai modal pembangunan suatu bangsa tersebut. Pendidikan yang berkualitas melibatkan siswa untuk aktif belajar dan mengarahkan terbentuknya nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan. Pendidikan dapat menjadi kekuatan untuk melakukan perubahan agar sebuah kondisi menjadi lebih baik. Tujuan pendidikan itu sendiri adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia berbagai upaya dan inovasi telah diprogramkan oleh pemerintah seperti penyediaan sarana dan prasana belajar, dana yang cukup besar untuk pendidikan, pelatihan untuk peningkatan kualitas guru, dan penyempurnaan kurikulum secara periodik. Kurikulum di Indonesia telah banyak sekali mengalami perubahan. Kurikulum yang kini digunakan di berbagai instansi pendidikan formal baik SD, SMP, SMA/SMK adalah kurikulum 2013. Sesuai dengan namanya kurikulum ini diterbitkan pertama kali pada tahun 2013. Menurut Kosasih (2014:14) menjelaskan bahwa kurikulum 2013 dikembangkan atas dasar teori berbasis kompetensi (competency-based curriculum). Adapun menurut kurikulum 2013, kompetensi itu mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan.Kurikulum 2013
menganut pembelajaran yang dilakukan guru berupa pembelajaran di sekolah, kelas, dan masyarakat sehingga memberikan pengalaman langsung kepada siswa sesuai dengan tingkat pengetahuannya. Sejalan dengan kurikilum 2013, pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yaitu pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah. Permendikbud (2013) menyatakan, Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Dalam proses pembelajaran menyentuh tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik, ranah sikap mencangkup transformasi substansi atau materi ajar agar anak didik “tahu mengapa”. Ranah keterampilan mencangkup substansi atau materi ajar agar anak didik “tahu bagaimana”. Sedangkan ranah pengetahuan mencangkup transformasi substansi atau materi ajar anak didik “tahu apa”. Pendekatan saintifik ini dapat dipadukan dengan beberapa model pembelajaran yang memiliki sintaks yang sesuai dengan kegiatan pada pendekatan saintifik. Menurut Permendikbud (2014) model pembelajaran ini diharapkan dapat membentuk perilaku saintifik, perilaku sosial serta mengembangkan rasa keingintahuan. Beberapa model yang sesuai diantaranya adalah model pembelajaran inkuiri, model problem based learning, model discovery learning dan model project based learning. Dalam pembelajaran di kurikulum 2013, semua mata pelajaran menjadi tematik integratif yaitu dengan menggunakan tematema di setiap pembelajaran. Artinya ada penyatuan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain, termasuk salah satunya adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Aly
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 (2011:18) menyatakan bahwa IPA merupakan ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan induksi. IPA adalah suatu pengalaman teoritis yang diperoleh dengan cara khas atau khusus, yaitu melakukan observasi, penyusunan teori, eksperimentasi, penyimpulan, dan demikian seterusnya kait-mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain. Muatan materi IPA merupakan muatan materi yang berdasarkan pada prinsip-prinsip, proses yang mana dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa terhadap konsep-konsep IPA. Oleh karena itu, muatan materi IPA di sekolah dasar dilakukan dengan penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA (Susanto, 2014:170). Pelaksanaan proses muatan materi IPA diharapkan mampu mengembangkan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran, selain itu pelaksanaaan proses muatan materi IPA diharapkan dapat menyajikan materi pembelajaran secara kontekstual, mengaitkan materi pelajaran dengan kondisi nyata di lapangan, mengaitkan antara teori dengan praktek, antara harapan dan kenyataan, mengidentifikasi masalah yang terjadi, dan mendorong siswa untuk memunculkan alternatif pemecahan masalah. Muatan materi IPA yang dikemas secara menarik akan membuat siswa merasa senang, perlu, dan tidak merasa dibebankan serta merasakan manfaat setelah mempelajarinya. Proses pembelajaran yang terjadi selama ini kurang mampu mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik. Pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya
diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, otak siswa hanya dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diperoleh untuk menghubungkannya dengan situasi dalam kehidupan seharihari. Guru belum sepenuhnya melaksanakan pembelajaran secara aktif dan kreatif dalam melibatkan siswa dan tidak melakukan kegiatan pembelajaran dengan memfokuskan pada pengembangan keterampilan proses sains anak. Berdasarkan hasil dari observasi dan wawancara yang dilakukan di SD Negeri 3 Sesetan yaitu di kelas VB, guru dalam proses pembelajaran di kelas kurang melibatkan siswa untuk berperan aktif sehingga membuat siswa menjadi pasif dan cepat merasa bosan, guru kurang memberikan kesempatan siswa untuk dekat dengan konteks permasalahan yang ada disekitarnya. Selain itu, dalam proses pembelajaran kurangnya interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan sumber belajarnya. Hal ini tampak dari kurangnya siswa yang bertanya atau memberi tanggapan terhadap penjelasan guru. Sehingga hal tersebut sangat berpengaruh pada penguasaan kompetensi pengetahuan siswa. Selain itu, diperoleh data dari hasil ulangan harian, nilai penguasaan kompetensi pengetahuan siswa khususnya dalam muatan materi IPA masih kurang dari apa yang diharapkan. Nilai rata-rata siswa baru mencapai (B-) sedangkan dalam penilaian yang menggunakan kurikulum 2013 nilai tertinggi yang diterapkan yaitu (A). Dari 43 orang siswa diperoleh skor siswa yang mendapatkan nilai A- (7 orang), B+ (8 orang), B (8 orang), B- (15 orang), C+ (4 orang) dan C (1 orang).
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Mengatasi penyebab tersebut perlu adanya perbaikan dalam meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa khususnya dalam muatan materi IPA di SD diupayakan dengan mengaplikasikan model pembelajaran yang dapat membangun ketertarikan siswa untuk belajar dan membuat pembelajaran menjadi dekat dengannya dalam arti pembelajaran yang dilakukan dari siswa, oleh siswa dan untuk siswa. Sehingga hal ini secara tidak langsung akan sejalan dengan teori kontruktivisme yaitu agar siswa membangun pengetahuannya sendiri. Selain itu model pembelajaran yang digunakan dapat sesuai dengan kurikulum 2013 yaitu menggunakan pendekatan saintifik. Sesuai dengan kajian di atas ada empat model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan saintifik salah satunya adalah model pembelajaran berbasis masalah atau problem based learning. Menurut Abidin (2014:159) problem based learning merupakan model pembelajaran yang dikembangkan untuk membantu guru mengembangkan kemampuan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah pada siswa selama mereka mempelajari materi pembelajaran. Model ini memfasilitasi siswa untuk berperan aktif di dalam kelas melalui aktivitas memikirkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-harinya, menemukan prosedur yang diperlukan untuk menemukan informasi yang dibutuhkan, memikirkan situasi kontekstual, memecahkan masalah, dan menyajikan solusi masalah tersebut. Model problem based learning dapat membuat siswa belajar melalui upaya penyelesaian permasalahan dunia nyata (real world problem) secara terstruktur untuk mengonstruksi pengetahuan siswa. Pembelajaran ini menuntut
siswa untuk aktif melakukan penyelidikan dalam menyelesaikan permasalahan dan guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing (Sani, 2014 : 127). Problem based learning menempatkan situasi bermasalah sebagai pusat pembelajaran, menarik dan mempertahankan minat siswa, yang keduanya digunakan agar siswa mampu mengungkapkan pendapatnya tentang sesuatu secara multi perspektif. Dalam praktiknya, siswa terlibat secara langsung dalam memecahkan masalah, mengidentifikasi akar masalah dan kondisi yang diperlukan untuk menghasilkan solusi yang baik, mengejar makna dan pemahaman, dan menjadi pembelajar mandiri (Abidin, 2014:160). Adapun Kelebihan dari model problem based learning yaitu sebagai berikut. Kemendikbud (2013) menyatakan, Kelebihan PBL sebagai model pembelajaran yaitu: (a) dengan pembelajaran berbasis masalah terjadi pembelajaran bermakna; (b) dalam situasi pembelajaran berbasis masalah, siswa mengintegrasi pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan; (c) model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. Melihat adanya kondisi siswa, guru dan proses pembelajaran dalam muatan materi IPA kelas VB SD Negeri 3 Sesetan seperti tersebut, maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan untuk mengimplementasikan model problem based learning pada siswa kelas VB SD Negeri 3 Sesetan agar dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa. 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Perencanaan Atas kenyataan ini, diadakan penelitian dengan judul “Penerapan Refleksi Pelaksanaan SIKLUS I Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Pengamatan Kelas VB SD Negeri 3 Sesetan Tahun Pelajaran 2015/2016”. Perencanaan
METODE Waktu dan tempat penelitian ini dilakukan pada bulan maret semester II tahun pelajaran 2015/2016 di SD Negeri 3 sesetan pada kelas VB. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VB SD Negeri 3 Sesetan yang berjumlah 43 orang, terdiri dari 18 siswa perempuan dan 25 siswa laki-laki. Sedangkan objek penelitian ini adalah penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas VB SD Negeri 3 Sesetan, melalui penerapan model problem based learning. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dan upaya untuk memecahkannya dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari tindakan tersebut (Sanjaya,2014: 150). Banyaknya siklus yang dilaksanakan sangat tergantung pada tingkat ketercapaian kriteria keberhasilan. Setiap siklus dalam PTK ini terdiri dari empat tahapan penting yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Prosedur penelitian disesuaikan dengan prosedur penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam suatu proses bersiklus. Adapun siklus penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut.
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
? Gambar 01. Gambar Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Suharsimi (2009:16) Pada Siklus I terdiri dari empat tahap, yang pertama yaitu tahap perencanaan, Sesuai dengan permasalahan yang muncul pada pra siklus, maka kegiatan peneliti pada tahap pertama sesuai dengan siklus yaitu melaksanakan perencanaan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Adapun perencanaan yang dilakukan adalah. (1) Berkoordinasi dengan kepala sekolah untuk melaksanakan penelitian, (2) Mengkonsultasikan perepanan model problem based learning kepada guru sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, (3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model problem based learning dan dilengkapi dengan LKS serta dibarengi juga dengan pembuatan instrumen. Tahap pelaksanaan pada siklus I akan dilaksanakan dalam empat kali pertemuan. Adapun pertemuan yang pertama, kedua dan ketiga adalah dilaksanakannya pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning serta 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 tes evaluasi setelah pembelajaran berlangsung, sedangkan pertemuan keempat adalah dilaksanakannya tes akhir siklus yang penyusunan tesnya disesuaikan dengan kisi-kisi tes yang telah dibuat berpedoman pada materi yang telah diajarkan pada pertemuan yang pertama dan kedua. Tahap observasi dan evaluasi, Selama melaksanakan tindakan guru mitra melakukan observasi terhadap segala aktivitas pembelajaran dan membantu pelaksanaan pembelajaran untuk mendapatkan gambaran mengenai pengelolaan kelas dan kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran yang nantinya dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan perbaikan pada proses pembelajaran berikutnya. Tahap refleksi, dilakukan untuk melihat, mengkaji dan mempertimbangkan dampak tindakan yang diberikan. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti bersama guru mitra dapat melakukan perbaikan kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan refleksi ini adalah peneliti mengkaji dan merenungkan hasil penilaian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dengan maksud jika terjadi hambatan, akan dicari pemecahan masalahnya untuk direncanakan tindakan pada siklus selanjutnya. Tahapan-tahapan pada siklus II pada prinsipnya sama dengan tahapan-tahapan siklus pertama. Tahapan-tahapan tersebut terdiri dari tahap perencananaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Langkah-langkah pada setiap tahapan dapat mengalami perubahan dan modifikasi, berdasarkan dari hasil refleksi sebelumnya. Perubahan dan
modifikasi yang dimaksud hanyalah menyangkut prosedur dan strategi pelaksanaan langkah-langkah dalam tahapan siklus. Dengan demikian, secara umum langkah-langkah pada setiap tahapan untuk siklus berikutnya berpatokan pada langkah-langkah dalam siklus sebelumnya. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data mengenai penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes untuk penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Suharsimi, 2013:67). Sedangkan menurut Purwanto (2013: 63) Tes merupakan instrument alat ukur untuk pengumpulan data di mana dalam memberikan respons atas pertanyaan dalam instrument, peserta didorong untuk menunjukkan penampilan maksimalnya. Metode tes dalam kaitannya dengan penelitian ialah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seorang atau sekelompok orang yang di tes, dan dari tes tersebut dapat menghasilkan suatu data berupa skor (data interval) (Agung, 2011:66). Metode tes pada hakikatnya merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan beberapa pertanyaan atau tugas yang semuanya harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta tes, dan hasil dari tes berupa skor atau bersifat interval. Mengetes pada intinya sama dengan mengukur dan setiap kegiatan mengukur pada umumnya akan menghasilkan data yang bersifat skor (interval). Tes diujikan setelah siswa memperoleh sejumlah materi dan pengujian dilakukan untuk 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 mengetahui penguasaan siswa atas materi tersebut. Tes kompetensi pengetahuan ini dilakukan untuk mengukur penguasaan kompetensi pengetahuan yakni sejauh mana perubahan perilaku yang diinginkan dalam tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh siswa. Instrument penelitian yang digunakan adalah tes penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Tes penguasaan kompetensi pengetahuan IPA menggunakan tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa. Tes objektif pilihan ganda yaitu salah satu bentuk tes objektif yang terdiri atas pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untuk menyelesaikannya harus dipilih salah satu (atau lebih) dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang bersangkutan (Sudijono, 2011: 118.) Penggunaan tes sebagai instrumen dalam mendapatkan data yang akurat perlu disusun secara valid. Suatu tes dapat disebut valid jika tes tersebut benar-benar mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk mengetahui ketepatan tes dapat dilakukan dengan melakukan uji validitas. Jenis uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji validitas isi. Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan alat penilaian dalam mengukur atau mengungkapkan isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur (Sudjana, 2012:13). Tes pilihan ganda yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat tes yang baik yaitu menyusun kisi-kisi dan memenuhi validitas isi (content validity). Pengujian validitas isi yang dilakukan dengan menelaah butir dilakukan dengan mencermati kesesuaian isi butir yang ditulis dengan perencanaan yang dituangkan dalam kisi-kisi. Pengujian validitas isi dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli (expert
judgement). Terkait dengan hal itu, untuk kisi-kisi soal yang digunakan pada penelitian ini disusun dan dikonsultasikan dengan dosen IPA di lingkungan UNDIKSHA. Setelah data dalam penelitian terkumpul, maka data tersebut selanjutnya akan dianalisis. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan cara menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum. Sedangkan metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2014:110). HASIL DAN PEMBAHASAN Sesuai dengan permasalahan yang diungkapkan pada bagian pendahuluan, dilaksanakanlah tindakan dengan menerapkan model problem based learning untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Penyajian hasil penelitian memberikan gambaran secara menyeluruh tentang berhasil atau tidaknya penelitian yang telah dilaksanakan. Dalam penyajian hasil penelitian ini akan tergambar data yang telah dikumpulkan dengan metode dan teknik tertentu serta langkah-langkah yang dipakai untuk menganalisis data yang telah diperoleh dalam penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 siklus, dimana tiap siklus dilaksanakan dalam 4 kali pertemuan yaitu 3 kali pertemuan untuk pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk tes penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Penelitian ini dilaksanakan melalui kolaborasi dengan guru kelas VB, dimulai dari tahap perencanaan hingga pelaksanaan tindakan pada saat pembelajaran.
orang), B- (15 orang), C+ (4 orang) dan C (1 orang). Berdasarkankan deskripsi proses dan hasil penelitian dari siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada penguasaaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada tema sejarah peradaban Indonesian, setelah diterapkannya model problem based learning pada siswa kelas VB SD Negeri 3 Sesetan tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian yang dilakukan ini, sudah dikatakan berhasil dan telah memenuhi indikator keberhasilan yang diharapkan. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh pada siklus I dan siklus II terlihat pencapaian kompetensi pengetahuan siswa pada muatan materi IPA sudah mengalami peningkatan dari prasiklus. Adapun data yang diperoleh pada siklus I meliputi data nilai rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Adapun persentase nilai penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus I yakni 46,51% dimana 3 siswa masih berada pada nilai minimal ketuntasan (2,60) dengan kategori B- , 5 siswa masih berada pada nilai minimal ketuntasan (2,80) dengan kategori B- ,5 siswa masih berada pada nilai minimal ketuntasan (3,00) dengan kategori B, 4 siswa masih berada pada nilai minimal ketuntasan (3,20) dengan kategori B+, 6 siswa masih berada pada nilai minimal ketuntasan (3,40) dengan kategori B+ dan 20 siswa sudah berada pada kriteria ketuntasan minimal pada indikator keberhasilan yaitu 3,51-3,84 dengan kategori (A-). Rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA ini sudah mengalami peningkatan dari prasiklus yaitu 30,31%. Meski telah terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus I,
Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan yaitu data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas VB selama penerapan model problem based learning. Kemudian data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode dan rumus yang sudah ditetapkan. Pada refleksi awal dilakukan kegiatan penjajagan ke sekolah yakni melakukan wawancara dan observasi guna menemukan permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas VB, diperoleh gambaran secara jelas mengenai masalah yang dihadapi pada saat pelaksanaan pembelajaran tematik pada muatan materi IPA di kelas VB. Selain wawancara peneliti juga mendapatkan informasi dari data nilai siswa pada muatan pelajaran IPA. Nilai ini dimaksudkan untuk mengetahui penguasaan kompetensi pengetahuan IPA sebelum tindakan sebagai skor awal dan guna untuk mengetahui skor kemajuan hasil belajar. Data ini digunakan untuk lebih menguatkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, bahwa dikelas tersebut kompetensi pengetahuan pada muatan materi IPA siswa belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Nilai rata-rata siswa baru mencapai (B-) sedangkan dalam penilaian yang menggunakan kurikulum 2013 nilai tertinggi yang diterapkan yaitu (A). Dari 43 orang siswa diperoleh skor siswa yang mendapatkan nilai A- (7 orang), B+ (8 orang), B (8 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 namun hasil tersebut belum mencapai target indikator keberhasilan. Dari pelaksanaan tindakan yang dilakukan, ditemukan beberapa permasalahan pada siklus I yaitu siswa masih belum aktif dalam mengikuti pembelajaran, masih kurangnya perhatian siswa dalam mengidentifikasi permasalahan yang diberikan sehingga siswa cenderung mengganggu temannya yang lain. Selain itu proses diskusi yang dilakukan antar siswa masih kurang optimal, hal ini terlihat pada beberapa kelompok masih bekerja secara individu. Kepercayaan diri siswa dalam menyampaikan hasil diskusi di depan kelas perlu ditumbuhkan lagi agar siswa tidak merasa takut dan malu untuk berbicara di hadapan teman-teman di kelas. Berdasarkan kendalakendala yang dihadapi pada siklus I, maka dilakukan refleksi pada pelaksanaan siklus II. Pada pelaksanaan tindakan siklus selanjutnya, penerapan model problem based learning lebih dioptimalkan dengan cara memotivasi siswa seperti memberikan apresiasi berupa tepuk tangan, pujian maupun pemberian hadiah pada kelompok yang telah melaksanakan tugasnya dengan baik serta percaya diri dalam menyampaikaan hasil diskusinya, mengemas pembelajaran dengan baik dan memperbanyak sumber materi agar siswa lebih paham dengan materi yang dibelajarkan, membimbing dan menyampaikan aturan diskusi kepada masingmasing kelompok, serta memotivasi dan melakukan pendekatan pada kelompok yang masih kurang aktif selama proses pembelajaran. Setelah perbaikan-perbaikan yang dilakukan terhadap kekurangan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, maka terjadi peningkatan penguasaan kompetensi
pengetahuan IPA siswa pada siklus II. Penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus II diperoleh persentase rata-rata sebesar 76,74%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I yang sebelumnya hanya mencapai 46,51%. Dimana 1 siswa masih berada pada nilai minimal (2,80) dengan kategori B- , 2 siswa masih pada nilai minimal (3,00) dengan kategori B, 2 siswa masih berada pada nilai minimal (3,20) dengan kategori B+, 5 siswa masih berada pada nilai minimal (3,40) dengan kategori B+, dan 33 siswa berada pada kriteria ketuntasan minimal pada indikator keberhasilan yaitu 3,51-3,84 dengan kategori (A-). Berdasarkan data yang diperoleh tentang penguasaan kompetensi pengetahuan IPA maka kriteria keberhasilan yang ditetapkan untuk penguasaan kompetensi pengetahuan siswa sudah tercapai. Pada siklus II, secara umum kendala atau hambatan yang terjadi pada siklus I tidak lagi terlihat. Siswa sudah mulai menunjukkan peningkatan dalam pembelajaran yang diberikan dengan menggunakan model problem based learning. Kemampuan siswa secara individu maupun kemampuan siswa dalam belajar secara berkelompok dapat berkembang dengan baik, serta siswa sudah menunjukkan kepercayaan dirinya untuk berbicara atau menyampaikan hasil diskusi di depan kelas. Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Astawa (2015) dengan hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Motivasi Berprestasi dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SD Gugus V Kecamatan Banjar”.Dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan terdapat perbedaan motivasi berprestasi dan hasil 9
belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran berbasis masalah dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Selanjutnya Suryani (2015) dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dengan penerapan model problem based learning menunjukkan perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa kelas VI, hal tersebut dibuktikan dengan harga F sebesar 12,631> Ftabel (4,00)
dengan signifikansi lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan data penelitian di atas maka dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model problem based learning, penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada tema sejarah peradaban Indonesia siswa kelas VB SD Negeri 3 Sesetan tahun pelajaran 2015/2016 telah meningkat.
Tabel 01. Rekapitulasi Data Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas VB SD Negeri 3 Sesetan
Data Persentase rata-rata nilai penguasaan kompetensi pengetahuan IPA
Pra Siklus (%)
Siklus I (%)
Siklus II (%)
16,2%
46,51%
76,74%
Peningkatan dari Siklus I ke Siklus II (%) 30,23%
Berdasarkan rekapitulasi data tersebut, dapat disajikan data pada grafik histogram sebagai berikut.
Persentase Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00%
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 02. Grafik histogram peningkatan persentase rata-rata nilai penguasaan kompetensi pengetahuan IPA
Berdasarkan grafik pada gambar 01. menunjukkan terjadinya peningkatan nilai rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas VB pada tema sejarah peradaban Indonesia dari prasiklus, siklus I dan siklus II setelah menerapkan model problem based learning pada muatan materi IPA di SD Negeri 3 Sesetan. Terjadinya peningkatan pada pemberian tindakan yang telah dilakukan pada penguasaan kompetensi pengetahuan IPA tema sejarah peradaban Indonesia sebelum pemberian tindakan nilai rata-rata siswa baru mencapai 16,2%, dan setelah pemberian tindakan pada siklus I nilai ratarata siswa meningkat menjadi 46,51% dan pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 76,74% sehingga terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 30,23%. Berdasarkan dari data yang diperoleh pada siklus II, indikator keberhasilan yang diharapkan dari penelitian tindakan kelas ini telah terpenuhi. Ini terlihat dari data yang diperoleh pada penguasaan kompetensi pengetahuan IPA tema sejarah peradaban indonesia telah mencapai 76,74% dari 43 orang siswa. Hal ini melebihi dari indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu 75% sehingga penelitian ini dikatakan berhasil atau penelitian ini dihentikan karena sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan.
pada siklus II mencapai 76,74%. Sehingga peningkatan yang terjadi sebesar 30,23%. Berdasarkan simpulan dalam penelitian ini, maka diajukan saran-saran sebagai berikut. (1) Kepada siswa, disarankan dalam melakukan kegiatan pembelajaran lebih fokus terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga tujuan pembelajaran dapat terpenuhi dengan baik. (2) Kepada guru, diharapkan agar dapat menerapkan model problem based learning untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA di kelas VB SD Negeri 3 Sesetan. (3) Kepada kepala sekolah, diharapkan agar hasil penelitian dapat menjadi acuan dalam proses pembelajaran di SD Negeri 3 Sesetan dan dapat memotivasi guru dalam melaksanakaan model problem based learning untuk lebih meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa.(4) Kepada peneliti lain dapat menambah pengalaman dan wawasan tentang penerapan model problem based learning sehingga dalam penelitian berikutnya diharapkan dapat berjalan dengan baik dan lancer serta memiliki gambaran awal bagaimana mengelola kelas agar siswa antusias dan termotivasi dalam belajar. DAFTAR PUSTAKA Agung,
A.A. Gede. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha Singaraja. Aly, Abdullah dan Eny Rahma. 2011. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Astawa, I Gusti Komang. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Motivasi Berprestasi dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SD Gugus V Kecamatan Banjar. Tesis (Tidak diterbitkan). Denpasar: Universitas Pendidikan Ganesha. Daryanto. 2011. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil simpulan sebagai berikut. Penerapan model problem based leraning dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas VB SD Negeri 3 Sesetan pada tema sejarah peradaban indonesia. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh pada siklus I dan siklus II terlihat pencapaian kompetensi pengetahuan siswa pada muatan materi IPA sudah mengalami peningkatan. Peningkatan ini dapat dilihat dari penguasaan kompetensi pengetahuan siswa pada siklus I sebesar 46,51% dan 11
Beserta Contoh-contohnya. Yogyakarta: Gava Media
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Kencana Prenanda Media Grup Permendikbud. 2014. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Depdikbud. ----------. 2013. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdikbud.
Kosasih.
2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan Jenis Metode dan Prosedur. Jakarta : Kencana Prenanda Media Grup Sani, Ridwan Abdullah. 2013. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum2013. Jakarta. Bumi Aksara Sudijono, Anas Prof. Drs. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Suryani, I Gusti Ayu Tuti. 2015.“Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Matematika Pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 9 Pemecutan”. Tesis (tidak diterbitkan), Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Ganesha.
12