e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS SISWA KELAS IV A A Istri Alit Trisnawati1, Made Putra2, I Ketut Ardana3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail :
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan (1) meningkatkan keaktifan belajar IPS melalui penerapan Model Quantum Teaching pada siswa kelas IV SDP Negeri Tulangampiang Tahun Ajaran 2015/2016 dan (2) meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS melalui penerapan Model Quantum Teaching pada siswa kelas IV SDP Negeri Tulangampiang Tahun Ajaran 2015/2016. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV A SDP Negeri Tulangampiang tahun ajaran 2015/2016 yang terdiri dari 34 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi untuk mengumpulkan data keaktifan belajar dan metode tes untuk mengumpulkan data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS. Data dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil pencatatan kegiatan pra siklus PTK diperoleh persentase rata-rata keaktifan belajar IPS siswa 59,52% dengan kriteria kurang aktif pada siklus I meningkat menjadi 72,55% dengan kriteria cukup aktif dan siklus II meningkat menjadi 86% dengan kriteria aktif. Sedangkan persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa pada pra siklus adalah 41,17% pada siklus I meningkat menjadi 61,76% dan siklus II meningkat menjadi 85,29% mendapat predikat ≥ B+. Jadi simpulan dari penelitian ini adalah penerapan model Quantum Teaching dapat meningkatkan keaktifan dan penguasaan pengetahuan IPS pada siswa kelas IV SDP Negeri Tulangampiang tahun ajaran 2015/2016. Kata Kunci
: quantum teaching, keaktifan, kompetensi pengetahuan.
Abstract This study is aimed to (1) enhance the activity of social studies through the implementation of Quantum Teaching Model in IV grade in SDP Tulangampiang in Academic Year 2015/2016 and (2) improve the social knowledge through Quantum Teaching Model in IV grade in SDP Tulangampiang in Academic Year 2015/2016. This study is conducted by implementing Classroom Action Research in which it has been conducted in two cycles. The subjects of this study were students of class IV A in SDP Tulangampiang in academic year 2015/2016. The observation method was used in collecting data of student’s activeness during the learning process, while the test was used in collecting data of student’s score of social knowledge. The data were analyzed by using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method. Result of average student’s activeness in pre- cycle is 59,52% criteria less active. At the first cycle is 72,55% criteria enough active and at the second cycle, average student’s activeness had been improved. It is 86% criteria active. Result of student’s competency in social mastery in pre-cycle is 41,17%. At the first cycle is 61,76%. At the second cycle, the number of student’s competency in social mastery in which students got more than B+ score had been improved. It is 85,29%. The result shows that this study is
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 successfully conducted in which Quantum Teaching Model can improve student’s activeness in social learning and student’s competency in social mastery in IV Grade in SDP Negeri Tulangampiang in academic year 2015/2016. Keywords : quantum teaching, liveliness, competency of knowledge.
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Pendidikan sebagai wahana pembentukan dan pengembangan manusia seutuhnya. Dalam mencapai tujuan pendidikan, sekolah diharapkan dapat menciptakan generasi muda yang memiliki pengetahuan, sikap, maupun tingkah laku yang baik. Sekolah sebagai tempat penyelenggara pendidikan formal selalu berupaya menciptakan proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. Sekolah juga berfungsi memfasilitasi siswa memperoleh pengalaman belajar dan mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Salah satu pelajaran yang didapat disekolah adalah Ilmu pengetahuan sosial yang sering disingkat dengan IPS. Tercapainya tujuan pembelajaran IPS di sekolah sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam membelajarkan siswa di kelas. Sangat diperlukan keterampilan guru dalam memilih dan menggunakan model, metode serta strategi pembelajaran yang tepat agar pembelajaran IPS di sekolah dasar benarbenar mampu mengkondisikan upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi siswa untuk menjadi manusia dan warga negara yang baik. Pola pembelajaran IPS di SD hendaknya lebih menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan pemahaman, nilai moral, dan keterampilan-keterampilan sosial pada siswa. Untuk itu, penekanan pembelajaran bukan sebatas pada upaya mencecoki atau menjejali siswa dengan sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan terletak pada upaya menjadikan siswa memiliki seperangkat pengetahuan, sikap, nilai, dan keterampilan agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya,
serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di SDP Negeri Tulangampiang khususnya di kelas IVA ditemukan bahwa keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kurang optimal. Pencapaian nilai keaktifan belajar siswa terlihat dari nilai sikap sosial pada tema sebelumnya yaitu dari 34 siswa yang mendapatkan kriteria aktif sebanyak 1 siswa, kriteria cukup aktif sebanyak 7 siswa, kriteria kurang aktif sebanyak 17 siswa, dan kriteria sangat kurang aktif sebanyak 9 siswa. Sedangkan, penguasaan kompetensi pengetahuan muatan IPS diperoleh data dari nilai rapor yaitu dari 34 siswa yang mendapat predikat A- sebanyak 3 siswa, predikat B+ sebanyak 11 siswa, predikat B sebanyak 8 siswa, dan predikat B- sebanyak 12 siswa. Nilai IPS terendah adalah pada predikat B- dengan skor 2,68 pada skala 4. Adapun beberapa faktor yang menyebabkan siswa belum mencapai nilai yang optimal, diantaranya adalah (1) dalam proses pembelajaran siswa masih kurang aktif; (2) pembelajaran yang berlangsung kurang menggunakan metode yang menarik dan hanya terpaut pada apa yang disediakan di buku kemudian guru menyampaikannya didepan kelas. Variasi metode mengajar yang kurang dilaksanakan berakibat siswa kurang aktif dan kurang tertarik dengan adanya pelajaran sehingga siswa menjadi bosan dan hasil belajarnya kurang maksimal. Kondisi ini tentu sangat berdampak kurang baik pada penguasaan kompetensi pengetahuan siswa. Melihat kondisi yang seperti itu, perlu dilakukan pengembangan dan peningkatan mutu dalam pembelajaran IPS yakni pembelajaran yang lebih mengutamakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dengan bermacam-macam 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
interaksi yang ada di dalam dan disekitar momen belajar lebih efektif dan menyenangkan sehingga berdampak pada peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS. Salah satu model pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat siswa dalam pembelajaran yaitu model Quantum Teaching. Model pembelajaran ini merupakan salah satu cara dalam memperbaiki suasana belajar menjadi lebih menyenangkan. Quantum Teaching menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar dengan pemaduan unsur seni dan pencapaianpencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang akan diajarkan. Di dalam Quantum Teaching terdapat penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan sekitar momen belajar, Interaksiinteraksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kuseksesan siswa. Interaksi-interaksi ini yang mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang bermanfaat bagi siswa. “Quantum Teaching mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi, dan memudahkan proses belajar” (DePorter, 2014:33). Sama seperti model pembelajaran yang seringkali dipakai, Quantum Teaching juga mempunyai asas yang menguatkan keberadaannya. Menurut Riyanto (2009:200), asas dari Quantum Teaching, “Bawalah dunia mereka ke dunia kita dan antarkan dunia kita ke dunia mereka.” Maksudnya adalah apa yang ada di dalam diri seorang guru harus mampu membawa siswa untuk dapat memahami dan mencoba menerapkannya dalam kehidupan. Asas ini mengingatkan pentingnya memasuki dunia siswa sebagai langkah pertama dan utama. Jika telah telah memasuki dunia siswa maka akan lebih mempermudah untuk menerapkan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan keinginannya dan mampu membawa mereka untuk memiliki motivasi belajar. Quantum Teaching memiliki prinsip yang digunakan dalam pembelajarannya agar mendukung proses pembelajaran
menjadi lingkungan belajar yang kondusif. Menurut DePorter (2014) 5 (lima) prinsip yang digunakan dalam pembelajaran Quantum Teaching adalah (1) segala berbicara, dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dari kertas yang guru bagikan hingga rancangan pelajaran guru, keseluruhannya mengirim pesan tentang belajar yang akan disampaikan dalam pengajaran tersebut. Bukan hanya guru saja yang berhak berbicara, namun semua yang berada di kelas memiliki hak yang sama untuk saling berargumentasi dan menyatakan apa yang ada dalam benak pikirannya; (2) segalanya bertujuan berarti apa yang disusun dalam pembelajaran yang akan diberikan kepada siswa harus mempunyai batasan dan tujuan yang jelas. Hal ini agar dalam pelaksanaan mengajar tidak ada yang namanya melenceng dari tujuan utama karena semua sudah dipersiapkan secara matang terlebih dahulu; (3) pengalaman sebelum pemberian nama, proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk hal-hal yang mereka pelajari. Pengalaman membangun keingintahuan siswa, menciptakan pertanyaan dalam benak mereka, membuat mereka penasaran. Dalam kondisi demikian, barulah guru menjelaskan materi pelajaran. Jadi, sebelum menyajikan materi pelajaran, guru perlu terlebih dahulu memberi kesempatan kepada siswa untuk mengalami atau mempraktikkan sendiri; (4) akui setiap usaha, siswa dalam hal ini berhak untuk mengambil resiko dan membangun kompetensi dan kepercayaan diri mereka sendiri. Segala sesuatu serahkan langsung pada mereka untuk mengambil keputusan. Dan guru dalam hal ini harus mengakui dan memperkuat bahwa apa yang siswa lakukan sudah sesuai dengan aturan dan terus memberikan motivasi agar siswa mampu berkembang dan terus belajar tanpa mengenal rasa lelah; (5) jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar. Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa perlu sering merayakan kesuksesan belajar, dan 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
menghubungkan belajar, dengan perayaan. Bentuk perayaan, misalnya: tepuk tangan, tiga kali hore, jentikan jari, kejutan, dan lainlain. Model Quantum Teaching mempunyai 6 (enam) tahap dalam pembelajaran yang dikenal dengan istilah TANDUR yaitu Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, Rayakan. DePorter (2014) menguraikan keenam tahap tersebut sebagai berikut, (1) tumbuhkan rasa ingin tahu siswa dalam bentuk Apakah Manfaat Bagiku (AMBAK). Tumbuhkan dengan suasana yang sangat menyenangkan dan menggembirakan di hati setiap siswa, dalam suasana rileks, tumbuhkan interaksi dengan siswa, masuklah ke alam pikiran mereka dan bawalah alam pikiran mereka ke alam pikiran guru. Yakinkan siswa mengapa harus mempelajari hal ini dan itu, belajar adalah suatu kebutuhan siswa, bukan suatu keharusan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan apersepsi sesuai dengan kehidupan di lingkungan sekitar siswa, serta memberikan motivasi dan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari oleh siswa; (2) alami merupakan tahap ketika guru menciptakan atau mendatangkan pengalaman yang mudah di mengerti semua siswa. Jangan sampai menggunakan istilah asing dan sulit untuk dimengerti oleh siswa. Tahap ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan awal yang telah dimiliki. Selain itu tahap ini juga untuk mengembangkan keingintahuan siswa karena unsur alami akan medorong hasrat alami otak untuk menjelajah. Tahap alami bisa dilakukan dengan mengadakan pengamatan; (3) namai merupakan tahap memberikan kata kunci, konsep, model, rumus atau strategi atas pengalaman yang telah diperoleh siswa. Dalam tahap ini siswa dengan bantuan guru berusaha menemukan konsep atas pengalaman yang telah dilewati. Proses penamaan dibangun atas pengetahuan awal dan keingintahuan siswa saat itu. Penamaan merupakan saat untuk mengajarkan konsep kepada siswa, pemberian nama setelah pengalaman akan menjadi sesuatu lebih bermakna dan berkesan bagi siswa. Untuk membantu penamaan dapat digunakan susunan
gambar, warna alat bantu, kertas tulis dan poster dinding; (4) demonstrasikan memberikan kesempatan kepada siswa mendemonstrasikan kemampuannya karena siswa akan mampu mengingat 90% jika siswa itu mendengar, melihat dan melakukannya. Tahap ini menyediakan kesempatan siswa untuk menunjuk apa yang mereka ketahui dan mereka akan menyadari bahwa mereka memiliki kemampuan dan informasi yang cukup; (5) pengulangan akan memperkuat koneksi saraf sehingga menguatkan struktur kognitif siswa. Semakin sering dilakukan pengulangan pengetahuan akan semakin mendalam pula pemahamannya. Pada tahap ini guru bisa menegaskan kembali pokok materi pelajaran, memberi kesempatan siswa untuk mengulang pelajaran dengan teman lain kemudian menyimpulkan materi yang akan dibahas; (6) rayakan merupakan wujud pengakuan untuk menyelesaikan partisipasi dan memperoleh keterampilan dalam ilmu pengetahuan. Maka sudah selayaknya jika siswa sudah sudah mengejakan tugas dan kewajibannya dengan baik bisa dirayakan dengan pujian, tepuk tangan, atau bernyanyi bersama. Model Quantum Teaching mempunyai beberapa kunci keunggulan untuk mendapatkan keselarasan terciptanya lingkungan belajar yang menyenangkan. Menurut DePorter (2014) 8 (delapan) kunci keunggulan Quantum Teaching adalah (1) terapkan hidup dalam intergritas yaitu bersikap jujur, tulus, dan menyeluruh; (2) kegagalan awal kesuksesan. Pahami bahwa kegagalan hanya memberikan informasi yang dibutuhkan untuk sukses; (3) berbicaralah dengan niat baik, yaitu berbicara dengan pengertian positif dan bertanggung jawab agar dapat berkomunikasi secara jujur dan lurus; (4) memusatkan perhatian pada saat sekarang memanfaatkan waktu dengan sebaikbaiknya; (5) memiliki komitmen yaitu dengan melakukan apa saja yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan, (6) bertanggung jawab atas segala tindakan yang telah dilakukan; (7) bersikap luwes atau fleksibel yaitu berusaha untuk bersikap terbuka terhadap perubahan baru yang bisa membantu memperoleh hasil yang 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
diinginkan; (8) keseimbangan yaitu berusaha menjaga keselarasan antara pikiran, tubuh, dan jiwa. Keaktifan berasal dari kata aktif yang artinya giat bekerja, giat berusaha. Menurut Hamalik (2008:11), “Keaktifan merupakan suatu kegiatan atau aktifitas dimana siswa terlibat langsung atau berperan aktif didalam suatu kegiatan pembelajaran.” Keaktifan yang dimaksud disini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif. Keaktifan siswa dalam belajar IPS merupakan berbagai macam kegiatan yang muncul dalam suatu proses pembelajaran, baik kegiatan fisik maupun non fisik yang saling berhubungan sehingga nantinya siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri dan membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam proses pembelajaran. Adapun indikator keaktifan siswa dalam belajar mencakup kerjasama, bertanya, menjawab, dan mengemukakan ide. “Kompetensi adalah suatu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak” (Kurniasih, 2014:19). Mulyasa (2015) mengemukakan beberapa aspek atau ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut, (1) knowledge (pengetahuan); (2) understanding (pemahaman); (3) skill (kemampuan); (4) value (nilai); (5) attitude (sikap); (6) interest (minat). Dari beberapa ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi tersebut, yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah Knowledge (Pengetahuan). Menurut Kunandar (2014:10), “Pengetahuan didefinisikan sebagai ingatan terhadap halhal yang telah dipelajari sebelumnya.” Berdasarkan tingkat pengetahuan, kemampuan siswa dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tingkat tinggi dan tingkat rendah. Kemampuan tingkat rendah terdiri atas pengetahuan, pemahaman, dan penerapan. Sedangkan kemampuan tingkat tinggi meliputi analisis, sintesis, dan evaluasi.
Penguasaan kompetensi pengetahuan IPS adalah penguasaan pengetahuan yang dapat diamati dan diukur disetiap proses akhir belajar siswa dalam bentuk perubahan pengetahuan setelah memahami dan menguasai sebuah pengetahuan. Agar siswa memiliki penguasaan kompetensi pengetahuan yang optimal dalam pembelajaran IPS seorang guru harus menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan bagi siswa untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran yang baik. Sehingga pembelajaran dapat dipahami oleh siswa. Keaktifan siswa mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran untuk mencapai penguasaan kompetensi pengetahuan yang optimal. Jika siswa tidak aktif dalam proses pembelajaran maka penguasaan kompetensi pengetahuan siswa menjadi kurang optimal. Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dipaparkan, maka peneliti mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan Model Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Tema Cita-Citaku Pada Siswa Kelas IV SDP Negeri Tulangampiang Tahun Ajaran 2015/2016”. Adapun tujuan yang hendak dicapai pada penelitian ini adalah (1) untuk meningkatkan keaktifan belajar IPS melalui penerapan Model Quantum Teaching pada siswa kelas IV SDP Negeri Tulangampiang Tahun Ajaran 2015/2016; (2) untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS melalui penerapan Model Quantum Teaching pada siswa kelas IV SDP Negeri Tulangampiang Tahun Ajaran 2015/2016. Melalui pelaksanaan penelitian ini diharapkan hasilnya dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis. Secara teoritis, melalui penerapan Model Quantum Teaching diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan positif yang dapat dijadikan referensi teori pendidikan khususnya dalam muatan IPS sehingga dapat memperluas pengetahuan dan pemahaman yang menuju pada ketercapaian akhir dari tujuan pendidikan. 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah terhadap berbagai pihak terutama bagi siswa, bagi guru, bagi sekolah, dan bagi peneliti lain.
(validitas isi) dengan meminta pertimbangan dari para ahli (expert judgement). Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis dengan analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data keaktifan belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dengan menyajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean (M), median (Me), modus (Mo), serta menggambarkannya dalam bentuk grafik poligon. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menentukan tingkatan tinggi rendahnya keaktifan belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS.
METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan berbasis kelas (classroom-based action research) dan dirancang dalam dua siklus yang terdiri dari siklus I dan siklus II, setiap siklus dari rancangan ini terdiri dari empat tahapan yaitu (1) tahap perencanaan tindakan; (2) tahap pelaksanaan tindakan; (3) tahap observasi; (4) tahap refleksi. Pada tiap siklus proses pembelajaran dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan, yang terdiri dari 3 kali pertemuan untuk pemberian tindakan, dan 1 kali pertemuan untuk tes akhir siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVA SDP Negeri Tulangampiang yang berjumlah 34 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Sedangkan objek penelitian ini adalah keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS kelas IVA SDP Negeri Tulangampiang, Kecamatan Denpasar Utara tahun ajaran 2015/2016 dengan menerapkan model Quantum Teaching. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi untuk keaktifan belajar serta metode tes untuk penguasaan kompetensi pengetahuan. Metode observasi menggunakan instrumen berupa lembar observasi keaktifan, sedangkan untuk tes penguasaan kompetensi pengetahuan menggunakan instrumen tes objektif pilihan ganda. Agar lembar observasi dan tes hasil belajar muatan IPS dapat mengukur apa yang hendak diukur secara tepat perlu divalidasi. Jenis validitas yang digunakan adalah content validity
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada pra siklus persentase rata-rata keaktifan belajar IPS siswa adalah 59,52% dengan kriteria kurang aktif meningkat pada siklus I sebesar 13,03% menjadi 72,55% dengan kriteria cukup aktif. Pada siklus II persentase rata-rata keaktifan belajar IPS siswa meningkat sebesar 13,45% menjadi 86% dengan kriteria aktif. Sedangkan persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa pada pra siklus adalah 41,17% atau hanya 14 dari 34 siswa siswa yang mendapat predikat ≥ B+ meningkat pada siklus I sebesar 20,59% menjadi 61,76% atau hanya 21 dari 34 siswa yang mendapat predikat ≥ B+. Pada siklus II persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa meningkat sebesar 23,53% menjadi 85,29% atau 29 dari 34 siswa yang mendapat predikat ≥ B+. Rekapitulasi data keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Rekapitulasi Data Keaktifan dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Siswa Kelas IV SDP N Tulangampiang tahun ajaran 2015/2016 Data Pra Siklus Siklus I Siklus II Keaktifan 59,52% 72,55% 86% Penguasaan 41,17% 61,76% 85,29% Kompetensi Pengetahuan
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Berikut gambar grafik dari peningkatan persentase keaktifan belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS.
muatan IPS tema Cita-Citaku pada siswa kelas IV SDP N Tulangampiang. Sebelum pengimplementasikan model Quantum Teaching terlebih dahulu dilakukan refleksi awal dengan mencatat data hasil keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa sebelum melaksanakan tindakan. Berdasarkan refleksi awal, ditemukan persentase rata-rata keaktifan belajar IPS siswa yaitu 59,52% dengan kriteria kurang aktif dan persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa yaitu 41,17% mendapat predikat ≥ B+. Pada siklus I terjadi peningkatan persentase keaktifan belajar IPS siswa sebesar 13,03% menjadi 72,55% dengan kriteria cukup aktif dan persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa sebesar 20,59% menjadi 61,76% siswa yang mendapat predikat ≥ B+. Walaupun sudah mengalami peningkatan namun, hasil yang diperoleh ini belum memenuhi target yang diharapkan pada kriteria keberhasilan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan siklus I terdapat kendala-kendala yaitu (1) siswa masih kurang berani dalam menyampaikan pendapat karena siswa belum percaya diri dengan hasil pekerjaannya sendiri dan kurang berani untuk tampil di depan kelas; (2) beberapa siswa tidak mau memperhatikan dan kurang fokus terhadap pembelajaran; (3) kesempatan bertanya yang diberikan peneliti kepada siswa untuk bertanya mengenai materi pelajaran yang belum dimanfaatkan dengan baik; (4) siswa belum mampu dalam bekerjasama dengan teman dalam mengerjakan LKS. Berdasarkan permasalahan yang yang ditemukan pada proses pembelajaran, peneliti dibantu guru kelas mencari alternatif penyelesaian untuk mengatasi permasalahan tersebut. Perbaikan tindakan yang dilakukan adalah (1) memberikan motivasi kepada siswa agar memiliki kepercayaan diri untuk menuangkan ide-ide kreatifnya ataupun menjawab pertanyaan dari peneliti berdasarkan pengalaman belajarnya; (2) memberikan perhatian lebih kepada siswa serta menanyakan tentang penyebab kurang fokus dalam kegiatan pembelajaran; (3) menuntun siswa dalam diskusi kelompok serta menegur siswa
Persentase Keaktifan dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS 100%
Keaktifan Belajar IPS
80% 60% 40%
Penguasaan Kompetensi Pengetahua n IPS
20% 0% Pra Siklus 1 Siklus 2 Siklus
Gambar 1. Grafik histogram peningkatan persentase rata-rata nilai keaktifan dan persentase kompetensi pengetahuan IPS Berdasarkan tabel dan grafik tersebut, dapat dilihat terjadi peningkatan pada keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS. Dari data pra siklus diperoleh persentase rata-rata keaktifan belajar IPS siswa adalah 59,52% dengan kriteria kurang aktif meningkat pada siklus I sebesar 13,03% menjadi 72,55% dengan kriteria cukup aktif. Pada siklus II persentase rata-rata keaktifan belajar IPS siswa meningkat sebesar 13,45% menjadi 86% dengan kriteria aktif. Dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada data pra siklus sebesar 41,17% siswa yang mencapai nilai ≥ B+ meningkat pada siklus I menjadi 61,76% dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 85,29%. Pencapaian dan peningkatan keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa pada pembelajaran siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan dalam penelitian. Pembahasan Model Quantum Teaching merupakan model pembelajaran yang diaplikasikan untuk meningkatkan keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
yang tidak ikut secara bersama-sama menyelesaikan permasalahan dalam LKS; (4) peneliti menggunakan bantuan media pembelajaran berupa gambar yang lebih kompleks sehingga diharapkan siswa akan lebih antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hasil pengamatan pada siklus I masih ditemukan kendala-kendala sehingga diperlukan perbaikan pada proses pembelajaran berikutnya. Untuk itu dilanjutkan pada siklus II sebagai upaya meningkatkan keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa agar mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Pada siklus II terjadi peningkatan persentase rata-rata keaktifan belajar IPS siswa sebesar 13,45% menjadi 86% dengan kriteria aktif dan persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPS sebesar 23,53% menjadi 85,29% siswa yang mendapat predikat ≥ B+. Pada siklus II hasil yang diperoleh sudah sesuai dengan ketuntasan persentase yang diharapkan pada kriteria keberhasilan yaitu 80% persentase rata-rata keaktifan belajar IPS siswa berada pada kriteria aktif dan 80% siswa mendapatkan predikat ≥ B+ pada penguasaan kompetensi pengetahuan. Secara umum, pada pelaksanaan tindakan pada siklus II tidak lagi muncul kendala-kendala seperti pada siklus I. Hal tersebut dapat dilihat dari antusias siswa saat mengikuti pembelajaran, siswa sudah dapat bekerjasama dalam kelompok dengan baik, siswa yang sudah berani untuk bertanya, menjawab, maupun mengemukakan ide tanpa rasa canggung. Peningkatan persentase keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dari pra siklus ke siklus I dan siklus II terjadi karena tahap “TANDUR” pada model Quantum Teaching yang merupakan akronim dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasi, Ulangi, dan Rayakan dapat meminimalisir keadaan siswa saat merasa bosan di dalam kelas sehingga siswa merasa senang selama proses pembelajaran berlangsung disertai dengan mempergunakan berbagai media dalam proses pembelajaran membuat siswa menjadi antusias dalam mengikuti pembelajaran dan berdampak pada
meningkatnya keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa. Keberhasilan dalam penelitian ini sesuai dengan kajian-kajian teori yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian ini, DePorter (2014:31), “Quantum Teaching menguraikan cara-cara baru yang memudahkan proses belajar dengan pemaduan unsur seni dan pencapaianpencapaian yang terarah, apapun mata pelajaran yang akan diajarkan.” “Di dalam Quantum Teaching terdapat penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan sekitar momen belajar. Interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kuseksesan siswa. Interaksi ini yang mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang bermanfaat bagi siswa” (DePorter, 2014). Hasil penelitian Retna Priana (2012) menyatakan bahwa pembelajaran IPS dengan menerapkan model Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri 3 Angseri Tabanan tahun ajaran 2011/2012. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian tersebut, persentase nilai ratarata hasil belajar IPS siswa pada siklus I mencapai 66% mengalami peningkatan sehingga mencapai presentase nilai ratarata 75% pada siklus II. Didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Wiari Astuti (2014) yang menjelaskan bahwa pembelajaran IPS dengan menerapkan model Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas III SDN. 26 Dangin Puri Denpasar tahun ajaran 2013/2014. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian tersebut, presentase nilai ratarata hasil belajar IPS siswa pada siklus I mencapai 73,67% yang berada pada kriteria cukup mengalami peningkatan sehingga mencapai persentase nilai ratarata 82,17% pada siklus II yang berada pada kriteria tinggi. Berdasarkan uraian tersebut dan peningkatan-peningkatan yang terjadi pada setiap siklus menunjukkan bahwa penerapan model Quantum Teaching dapat meningkatkan keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS tema Cita8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Citaku pada siswa kelas IV SDP Negeri Tulangampiang tahun ajaran 2015/2016.
membelajarkan siswa sesuai dengan kurikulum 2013 sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas sekolah; (4) kepada peneliti lain bahwa penelitian ini hanya terbatas pada tema Cita-Citaku muatan IPS. Untuk memperoleh hasil yang berbeda peneliti menyarankan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian pada muatan pelajaran dan tema yang lebih beragam untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model Quantum Teaching dapat meningkatkan keaktifan dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa tema Cita-Citaku pada siswa kelas IV A di SDP Negeri Tulangampiang tahun ajaran 2015/2016. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase rata-rata keaktifan siswa pada pra siklus 59,52% dengan kriteria kurang aktif meningkat pada siklus I menjadi 72,55% dengan kriteria cukup aktif. Pada siklus II persentase rata-rata keaktifan siswa mencapai 86% dengan kriteria aktif dan sudah sesuai dengan ketuntasan persentase yang diharapkan yaitu 80% persentase rata-rata siswa berada pada kriteria aktif. Dan persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada pra siklus 41,17% meningkat pada siklus I menjadi 61,76% mendapat predikat ≥ B+. Pada siklus II persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa mencapai 85,29% dan sudah sesuai dengan ketuntasan persentase yang diharapkan yaitu 80% siswa mendapatkan predikat ≥ B+. Mengacu pada temuan penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut, (1) kepada siswa agar dapat berpartisipasi dan berinteraksi secara aktif dalam kegiatan pembelajaran baik antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru dan dapat mengembangkan kreatifitas serta inovasinya dalam memecahkan permasalahan dalam proses pembelajaran; (2) kepada guru dapat menjadi referensi dan pedoman bagi guru dalam meningkatkan kinerjanya dalam merancang pembelajaran dengan tujuan meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa agar lebih optimal. Penerapan model Quantum Teaching menjadi salah satu teknik yang dapat diterapkan guru dalam kegiatan pembelajaran IPS; (3) kepada sekolah dapat dijadikan pedoman bagi sekolah untuk memotivasi dan meningkatkan kualitas guru dalam merancang pembelajaran yang inovatif dalam
DAFTAR PUSTAKA Agung, A.A Gede. 2010a. Metodelogi Penelitian. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. -------. 2010b. Penelitian Tindakan Kelas. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. -------. 2014. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media Publishing. -------. 2016. Statistika Dasar untuk Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. ------- dkk. 2015. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. DePorter, Bobbi. 2014. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa. Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. -------. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Imas,
Kurniasih dkk. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Jakarta: Kata Pena.
Iru dan Ode. 2012. Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi, dan 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Model-Model Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Presindo.
Sudjana, Nana. 2011. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Penerbit Yrama Widya.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D. Bandung: Alfabeta.
Kunandar. 2013. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenada Media Group.
-------. 2014. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: Rajawali Pers.
-------. 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS. Jakarta: Prenada Media Group. Trianto. 2014. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara.
LPPL. 2010. Pedoman Pelaksanaan PPLReal Mahasiswa S-1 PGSD Alih Kredit. Singaraja: Undiksha.
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
Majid, Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Wiyani, Novan. 2013. Desain Pembelajaran Pendidikan, Tata Rancang Pembelajaran Menuju Pencapaian Kompetensi. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Mulyasa. 2015. Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Permendikbud. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta: Kemendikbud. Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan. Bandung: Predana Media Group. Sardirman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Setyosari, Punaji. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Predana Media Group. Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
10