e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DAPAT MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KOMPETENSI PENGETAHUAN PKn SISWA KELAS V Luh Putu Puspita Ansari Dewi1, I.G.A.A.Sri Asri2, I Gusti Agung Oka Negara3 123Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan keaktifan belajar dan (2) meningkatkan kompetensi pengetahuan PKn dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 20 Dangin Puri tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah siswa yaitu 37 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode non tes berupa lembar observasi untuk keaktifan belajar siswa dan untuk kompetensi pengetahuan PKn menggunakan tes berupa tes esay. Data dianalisis dengan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan keaktifan belajar siswa dan kompetensi pengetahuan PKn. Keaktifan belajar siswa pada siklus I memiliki persentase keaktifan 76,17% berada pada kriteria cukup aktif, dan mengalami peningkatan sebesar 8,23% pada siklus II menjadi sebesar 84,39% pada kriteria aktif. Untuk kompetensi pengetahuan PKn memiliki persentase 24,32% berada pada kriteria A- dengan nilai minimal 3,60 dan mengalami peningkatan sebesar 37,84% pada siklus II menjadi sebesar 62,16% berada pada kriteria A- dengan nilai minimal 3,60 sehingga kriteria keberhasilan yang ditetapkan sudah tercapai. Dengan demikian dapat disimpulkan penelitian ini membuktikan bahwa model pembelajaran problem based learning dapat meningkatkan keaktifan dan kompetensi pengetahuan PKn pada tema sejarah peradaban Indonesia siswa kelas V di SDN 20 Dangin Puri tahun ajaran 2015/2016. Kata kunci: problem based learning, keaktifan, dan pkn
Abstract This study aimed at (1) improving students' learning activeness and (2) improving Civics knowledge competency by using problem based learning model. This research was a classroom action research conducted in two cycles. This research subject is students in V class SD Negeri 20 Dangin Puri academic year 2015/2016 with the number of students was 37 people. The method to collect the data which used in this study was non tes method that was used observation sheet for students' learning activeness and for Civics knowledge competency data were collected by using essay test. Analyzed by quantitative descriptive analysis method. The results showed an increase in student learning activeness and Civics knowledge competency. Students’ activeness in the first cycle has a percentage of 76,17% which was clasified in less active criterion and there was an increase of 8,23% in the second cycle, thus it became 84,39% which was clasified in active criterion. The Civics knowledge competency has a percentage of 24.32% which was clasified A (Execellent) criterion with a minimum value of 3.60 and 37.84% increased in the second cycle, thus it became 62.16% at the criteria A (Execellent) criterion with a minimum value of 3.60, so that the set of success criteria
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
had been reached. Thus it can concluded that this study proves that learning by using problem based learning model can enhance the students’ activeness and Civics knowledge competency in Sejarah Peradaban Indonesia theme fifth grade students at SDN 20 Dangin Puri, academic year 2015/2016 Keywords: Problem-based learning, activeness, and Civics
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan upaya yang teroganisasi, berencana, dan berlangsung secara terus – menerus sepanjang hayat untuk membina anak didik menjadi manusia dewasa, dan berbudaya. Untuk mencapai pembinaan ini asas pendidikan harus berorientasi pada pengembangan seluruh aspek potensi anak didik, diantaranya aspek kognitif, afektif, dan berimplikasi pada aspek psikomotor (Susanto, 2014:85). Proses yang terorganisasi dan berencana dalam pendidikan di implementasikan pada sebuah proses pembelajaran. Proses pembelajaran melibatkan beberapa komponen pendukung untuk mencapai tujuan dalam proses pembelajaran. Knirk dan Gustafson menyatakan bahwa pembelajaran melibatkan tiga komponen utama yang saling berinteraksi yaitu guru (pendidik), siswa (peserta didik), dan kurikulum. (Sagala, 2012:64) Seorang guru memiliki peranan yang sangat penting dalam implementasi suatu proses pembelajaran. Peran guru, apalagi untuk siswa pada usia sekolah dasar tidak mungkin dapat digantikan oleh perangkat lain. Menurut permendikbud No. 81A(2013:3) tentang implementasi kurikulum, siswa adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan memberi kesempatan pada siswa untuk membangun pengetahuannya, agar benar – benar memahami dan mampu menerapkan pengetahuannya. Disamping itu adapun acuan dasar yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran disekolah adalah kurikulum. Kurikulum merupakan acuan dasar pembelajaran disekolah yang menjadi tolak ukur untuk tercapainya tujuan
pembelajaran. Penyempurnaan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa mengesampingkan nilai-nilai luhur sopan santun dan etika serta didukung penyediaan sarana dan prasarana yang memadai. Untuk itu pemerintah mengkaji kurikulum yang sesuai dengan karakter siswa dan perkembangan ilmu pengetahuan yang dikenal dengan kurikulum terintegratif atau kurikulum 2013. Pembelajaran di sekolah dasar yang menerapkan kurikulum 2013 kini berorientasi pada peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan pembelajaran tematik terpadu yang merupakan pendekatan pembelajaran dengan memadukan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pembelajaran tematik menekankan pada keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak (Permendikbud No 57:3). Dalam pembelajaran terintegrasi sesuai kurikulum 2013 peran guru sebagai fasilitator dan motivator dalam belajar siswa. Oleh karena itu pembelajaran ini lebih menekankan pada pembelajaran yang mengaktifkan siswa, karena siswa dapat mengenal, memahami berbagai materi, memberikan informasi bisa berasal darimana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan mampu untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Pada kurikulum 2013, muatan ajar PKn merupakan muatan ajar yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral berakar pada budaya Indonesia (Susanto,2014:225). Pembelajaran PKn di sekolah dasar dimaksudkan sebagai suatu proses belajar mengajar dalam rangka membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam pembentukan karakter bangsa yang diharapkan mengarah pada terciptanya suatu masyarakat yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan bernegara yang berlandaskan pada pancasila, UUD, dan norma –norma. Pembelajaran PKn bukan saja penanaman konsep yang diperlukan oleh siswa tetapi penerapannya yang tercermin pada sikap siswa dalam kehidupan sehari – harinya. Pembelajaran PKn di sekolah dasar sangat penting, karena melalui pembelajaran PKn siswa dapat menyiapkan dirinya sebagai warga Negara dalam menjalani kegiatan kemasyarakatan, memecahkan masalah sosial maupun pribadi dalam menjalani kehidupan. Pembelajaran PKn bukan saja penanaman konsep yang diperlukan oleh siswa tetapi penerapan pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa. Kegiatan interaksi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru dalam kegiatan pembelajaran di sekolah merupakan salah satu keaktifan belajar siswa yang diharapkan dalam proses pembelajaran. Dari hasil observasi langsung pada tanggal 09 November 2015 dan wawancara dengan wali kelas V di SD Negeri 20 Dangin Puri, guru masih menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan dalam proses pembelajarannya. Pemahaman guru yang masih belum menguasi teknik dalam mengembangkan inovasi dan kreativitas sehingga pembelajaran tidak dapat
berlangsung secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan dan kompetensi pengetahuan PKn siswa yang belum memenuhi kriteria yang ditetapkan. Adapun hasil dari penilaian rapot semester I, keaktifan yang termasuk dalam penilaian sikap dan kompetensi pengetahuan PKn siswa kelas V SDN 20 Dangin Puri yaitu, untuk keaktifan dari 37 siswa terdapat 5 siswa berada pada predikat aktif, 9 siswa berada pada predikat cukup aktif dan 23 siswa berada pada predikat kurang aktif dan untuk kompetensi pengetahuan diperoleh terdapat 2 siswa dari 37 siswa mendapat nilai A , 3 siswa mendapat A- , 7 siswa mendapat B+ , 6 siswa mendapat B, dan 19 siswa mendapat B-. Dalam pelaksanaan pembelajaran PKn ditemukan beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran yaitu: (1) Masih banyak siswa yang bermain pada saat guru menjelaskan di depan kelas, (2) Kurangnya keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat pada saat guru memberi pertanyaan, (3) Guru masih mempergunakan metode ceramah dalam penyampaian materi, hal tersebut menyebabkan proses pembelajaran bersifat monoton yang hanya memberi materi semata tanpa ada interaksi siswa, (4) Guru jarang mempergunakan media dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga siswa sering merasa bosan selama mengikuti proses pembelajaran, (5) Pembelajaran didominasi oleh guru atau dengan kata lain pembelajaran bersifat teacher centred. Interaksi yang terjadi antara guru dan siswa hanya terjadi komunikasi satu arah sehingga siswa menjadi pasif. Melihat kenyataan tersebut, pembelajaran yang berlangsung di sekolah perlu ditingkatkan lagi. Pelaksanaan pembelajaran di kelas memerlukan suatu solusi dengan pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep untuk dijadikan pedoman dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga siswa juga dapat meningkatkan keaktifan dan kompetensi pengetahuan PKn. Pembelajaran yang mengikutsertakan siswa turut aktif, efektif dan menyenangkan merupakan dambaan 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
perubahan paradigma dalam dunia pendidikan. Sejalan dengan hal tersebut maka upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keaktifan dan kompetensi pengetahuan PKn siswa kelas V SD Negeri 20 Dangin Puri pada pembelajaran tema “ Sejarah Peradaban Indonesia” adalah melalui penerapan model problem based learning. Problem based learning merupakan suatu model pembelajaran yang membuat siswa belajar melalui upaya penyelesaian permasalahan dunia nyata (real world problem) secara terstruktur untuk mengkontruksi pengetahuan siswa. Pembelajaran ini menuntut siswa untuk aktif melakukan penyelidikan dalam menyelesaikan permasalah dan guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing (Sani, 2014:127). Dengan penerapan model problem based learning siswa diharapkan memiliki kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah serta sekaligus mengembangkan kemampuan mereka untuk secara aktif membangun pengetahuannya sendiri. Siswa menjadi terampil dalam memecahkan masalah, baik yang berkaitan dengan masalah akademik ataupun kehidupan sehari – hari. Problem based learning juga mendorong siswa untuk terbiasa berkolaborasi dengan temannya. Hal ini karena dalam pelaksanaan model tersebut mereka tidak terlepas dari kegiatan sumbang saran antara siswa yang satu dengan yang lainnya dalam usahan menemukan solusi. Menurut Warsono dan Hariyanto (2012:152) kelebihan dari model Problem based learning adalah 1) siswa akan terbiasa menghadapi masalah dan tertantang untuk menyelesaikan suatu masalah tidak hanya terkait pembelajaran di kelas tetapi juga menghadapi masalah yang ada dalam kehidupan sehari – hari, 2) dapat menumpuk solidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan teman – teman, 3) makin mengakrabkan guru dengan siswa, dan 4) membiasakan siswa melakukan eksperimen. Penerapan model Problem based learning untuk meningkatkan keaktifan dan kompetensi pengetahuan siswa. Hal
ini diperkuat berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Putu Diantari (2014) dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbasis Hypnoteaching Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Gugus I Kuta Utara Tahun Pelajaran 2013/2014, dan Agus Siswantara (2012) menyatakan bahwa penerapan Model Problem Based Learning dalam mata pelajaran IPA khususnya di kelas IV SD Negeri 8 Kesiman dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA. Dilihat dari permasalahan dan hasil penelitian tersebut, maka dilaksanakan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Kompetensi Pengetahuan Pkn Siswa Kelas V Di SD Negeri 20 Dangin Puri Tahun Ajaran 2015/2016. Adapun rumusan masalah dari latar belakang masalah ini yaitu, a) Bagaimanakah meningkatkan keaktifan belajar PKn melalui penerapan model problem based learning pada siswa kelas V di SD Negeri 20 Dangin Puri Tahun Ajaran 2015/2016?, b) Bagaimanakah meningkatkan kompetensi pengetahuan PKn melalui penerapan model problem based learning pada siswa kelas V di SD Negeri 20 Dangin Puri Tahun Ajaran 2015/2016? METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Menurut Kemmis penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial mereka. Penelitian tindakan kelas adalah “proses pengkajian masalah belajar di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melalukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh pada perlakuan tersebut” (Sanjaya Wina, 2012:26). 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Menurut Asrori (2009:5) penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan – tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran dikelas secara lebih berkualitas sehingga siswa dapat memperoleh hasil yang maksimal. Dari penjelasan diatas, maka PTK dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Setiap siklus dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahapan penting yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 20 Dangin Puri tahun ajaran 2015/2016, dengan jumlah siswa sebanyak 37 siswa. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (a) variabel bebas: Model Problem Based Learning, (b) variabel terikat: Keaktifan dan Kompetensi Pengetahuan PKn. Siswa di kelas ini dipilih sebagai subjek penelitian karena pada kelas ini ditemukan permasalahan – permasalahan seperti yang diungkapkan pada latar belakang. Objek dalam penelitian ini adalah keaktifan belajar siswa dan kompetensi penguasaan PKn pada siswa kelas V SD Negeri 20 Dangin Puri setelah diterapkannya model problem based learning. Prosedur penelitian yang digunakan berbentuk siklus, di mana siklus ini hanya berlangsung hingga tercapainya indikator keberhasilan dalam pembelajaran. Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Dalam penelitian ini, bentuk penelitian tindakan yang akan digunakan adalah penelitian tindakan bentuk peneliti sebagai guru. Hasil evaluasi dan refleksi pada siklus I bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus I, maka peneliti dapat menentukan rancangan
tindakan berikutnya pada siklus kedua. Siklus II dilaksanakan berdasarkan hasil dari refleksi I yang merupakan perbaikan dari hambatan yang ditemukan dalam tindakan pada siklus I, tentunya langkahlangkah pada setiap tahapan akan mengalami perubahan. Dalam penelitian ini dilaksanakan dua siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari empat kali pertemuan, yaitu tiga kali untuk pelaksanaan tindakan dan satu kali untuk pelaksanaan tes. Siklus I akan dilaksanakan pada Sub tema 1 dan Siklus II akan silaksanakan pada sub tema 3. Rancangan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari (a) Kompetensi Pengetahuan PKn siswa yang dikumpulkan dengan teknik tes melalui tes kompetensi pengetahuan yang terdiri dari 10 soal muatan PKn dan beberapa soal muatan ajar berupa tes esai yang telah melalui proses pengujian validitas isi oleh exspert judges; (b) Data keaktifan belajar dikumpulkan dengan teknik nontes melalui lembar observasi yang didasarkan pada rubrik penilaian keaktifan belajar dengan 5 indikator penilaian sesuai dengan model problem based learning. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif kuantitatif. Analisis deskritif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka – angka dan atau persentase, menganai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung,2014:110). HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data mengenai keaktifan belajar siswa dan kompetensi pengetahuan dengan penerapan model Problem Based Learning tema Sejarah peradaban Indonesia. Selanjutnya data yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Data keaktifan belajar dan 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
kompetensi Pengetahuan PKn dipaparkan pada tabel berikut. Tabel 01 Tabel Rekapitulasi Nilai Keaktifan Belajar dan Kompetensi Pengetahuan PKn Siswa Kelas V SDN 20 Dangin Puri Siklus I dan Siklus II no
Variabel terikat
1
Keaktifan Belajar
2
Kompetensi Pengetahuan PKn
Siklus I M
Mdn
76,17
76,66
3,29
3,00
Silkus II
Ketercapaian
Mo
M
Mdn
Mo
76,58
84,39
84,16
81,58
84,39%
3,56
3,45
3,60
62,16%
3,20
Indikator Keberhasilan 80%
60%
PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning. Model pembelajaran problem based learningyaitu suatu model pembelajaran yang berdasar pada masalah – masalah yang dihadapi siswa. Model pembelajaran ini mengutamakan cara berpikir ilmiah dan mengaktifkan potensi pada diri siswa karena siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan pikiran, sikap, perasaan, dan pengalaman dalam memahami, mengidentifikasi, memecahkan masalah, serta mengaplikasikan materi – materi PKn yang didapatkan dalam proses pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dengan penerapan model problem based learning juga dapat memunculkan pemikiran yang bervariasi dari masing – masing siswa sehingga terjadinya interaksi yang baik antarsiswa dengan siswa yang lain yang dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Model pembelajaran problem based diterapkan karena terdapat permasalahan keaktifan belajar dan kompetensi pengetahuan PKn siswa kelas V SDN 20 Dangin Puri. Maka dari itu upaya peningkatan keaktifan belajar dan kompetensi pengetahuan PKn dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning. Pada analisis data siklus I diperoleh nilai rata-rata keaktifan belajar siswa belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan. Ketercapaian keaktifan belajar yang
Berdasarkan data yang diperoleh dari keaktifan belajar siklus I, M= 76,17, Me = 76,66 dan Mo = 76,58, kemudian pada siklus II nilai keaktifan yaitu M = 84,39, Me = 84,16, dan Mo = 81,58, sehingga dari siklus I ke siklus II nilai keaktifan belajar mengalami peningkatan sebesar 8,23. Dengan demikian nilai keaktifan belajar telah mengalami peningkatan, analisis data dari siklus II menunjukkan telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu untuk keaktifan minimal 80% siswa memperoleh nilai minimal 80 (Aktif) , pada siklus II sudah mencapai 84,39% siswa yang memperoleh nilai minimal aktif, dimana 30 dari 37 siswa yang sudah memperoleh nilai minimal aktif. Kemudian berdasarkan data yang diperoleh dari nilai rata-rata kompetensi ̅ = pengetahuan PKn siklus I diperoleh X 3,29, kemudian pada siklus II nilai rata ̅ X= 3,56 sehingga dari siklus I ke siklus II nilai rata-rata kompetensi pengetahuan PKn mengalami peningkatan 0,27 Untuk kompetensi pengetahuan PKn ditetapkan indikator keberhasilannya sebesar 60% siswa yang memperoleh nilai minimal 3,60 (A-) Pada siklus II telah mencapai 62,16% siswa yang memperoleh nilai ≥ 3,60 (A-), dimana 23 dari 37 siswa sudah memperoleh nilai ≥ 3,60 (A-). Hasil analisis data keaktifan belajar dan kompetensi pengetahuan PKn pada siklus II sudah memenuhi indikator keberhasilan penelitian yang sudah ditetapkan, maka penelitian ini dapat dihentikan.
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
diperoleh pada siklus I yaitu 76,17% dengan jumlah siswa sebanyak 16 orang yang mendapat nilai minimal 80 (aktif) sedangkan indikator yang ditetapkan yaitu 80% sehingga dari analisis data siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan. Nilai rata-rata kompetensi pengetahuan PKn pada siklus I diperoleh ̅ = 3,29, yaitu hanya 9 orang yang nilai X mendapat nilai minimal 3,60 (A-) Ketercapaian kompetensi pengetahuan Pkn siswa pada siklus I yaitu 24,32% yang memperoleh nilai minimal 3,60 (A-) sementara indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 60% sehingga dari analisis data siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan. Pada siklus I hasil yang diperoleh belum optimal dan belum memenuhi kriteria yang ditetapkan. Untuk itu dilanjutkan pada siklus II sebagai upaya meningkatkan keaktifan belajar dan kompetensi pengetahuan PKn siswa agar mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Sebelum melakukan tindakan pada siklus II, dilakukan refleksi terhadap kegiatan pada siklus I. Dalam pelakasanaan siklus I masih terdapat kendala - kendala baik yang berasal dari guru maupuan dari siswa. Kendala ini diantaranya, Dalam pelakasanaan siklus I masih terdapat kendala - kendala baik yang berasal dari guru maupuan dari siswa. Kendala ini diantaranya, Siswa belum terbiasa berdiskusi dalam kelompok. Siswa masih kesusahan membagi tugas pada saat dilakukannya tugas kelompok. a) Permasalahan yang dikemukakan guru belum sepenuhnya dimengerti siswa. b) Sebagian besar siswa masih belum berani untuk mengemukakan ide untuk memecahkanpermasalahan yang diajukan dan bertanya pada saat pembelajaran berlangsung sehingga keaktifan siswa kurang optimal. c) Dalam kegiatan kelompok ataupun mengerjakan LKS, masih terdapat beberapa siswa yang kurang aktif. Siswa masih ada yang lebih suka untuk berpikir sendiri kurang tertarik
untuk berbagi ide, gagasan ataupun pendapat dengan temannya. d) Dalam tugas kelompok terdapat kelompok yang lambat dalam pengerjaaan, serta masih terdapat anggota kelompok yang tidak bekerja. e) Pada saat penyajian hasil karya di depan kelas, beberapa siswa ada yang malu untuk mengkomunikasikan karyanya. f) Pada saat refleksi hanya beberapa siswa yang aktif dan siswa lain sibuk dengan kegiatannya sendiri. Berdasarkan kekurangan yang menjadi kendala dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I yang menyebabkan belum tercapainya indikator keberhasilan yang ditetapkan, selanjutnya penelitian dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian tindakan pada siklus II. a) Pada pelaksanaan siklus III menerapkan solusi untuk dapat memperbaiki kendala pada siklus I yaitu Dalam kegiatan kelompok, guru menjelaskan bahwa kegiatan kelompok menuntut adanya kerjasama, pekerjaan yang sulit akan terasa lebih mudah. b) Untuk memberikan permasalahan, guru memilih permasalahan yang lebih dekat dengan siswa. c) Memotivasi siswa agar untuk mengemukaka ide ataupun bertanya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan ide dan bertanya seoptimal mungkin. d) Untuk meningkatkan kerjasama siswa dalam kelompok, peneliti meminta siswa untuk membagi tugas kepada masing-masing anggota kelompok sehingga semua anggota mempunyai tugas untuk dikerjakan. e) Guru memberi bimbingan kepada setiap kelompok dan meminta setiap anggota memiliki tugas masing – masing agar pekerjaan cepat selesai. f) Untuk kegiatan penyampaian hasil diskusi guru meminta siswa untuk bergantian menyampaikan pendapat/hasil diskusi dari setiap 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
kelompok. Agar anggota kelompok yang lain aktif dalam menyampaikan pendapat. g) Pada saat refleksi, guru memeri perhatian yang lebih kepada siswa dan penegasan agar siswa yang lain mendengarkan dan memperhatikan refleksi yang dilakukan agar pembelajaran bisa berjalan dengan optimal.
Untuk kompetensi pengetahuan PKn juga telah mengalami peningkatan. Nilai rata-rata kompetensi pengetahuan ̅ = 3,29, kemudian PKn siklus I diperoleh X ̅ = 3,56 sehingga pada siklus II nilai rata X dari siklus I ke siklus II nilai rata-rata kompetensi pengetahuan PKn mengalami peningkatan 0,27. Ketercapaian pada siklus I yaitu 24,32% siswa yang mendapat nilai ≥3,60 (A-). Pada siklus II telah mencapai 62,16% siswa yang memperoleh nilai ≥ 3,60 (A-), dimana 23 dari 37 siswa sudah memperoleh nilai 3,60 (A-). Dapat dikatakan dari indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, nilai kompetensi pengetahuan PKn siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 60% dari jumlah siswa kelas V SDN 20 dangin Puri yang telah mendapat nilai ≥ 3,60 (A-), walaupun masih ada 14 siswa yang belum mendapat nilai ≥ 3,60(A-). 4 siswa yang belum mendapatkan nilai yang ditetapkan dalam penelitian direkomendasikan kepada guru kelas untuk melanjutkan melakukan pembinaan agar siswa mendapat nilai ≥ 3,60 (A-). Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II mengalami perkembangan lebih baik, refleksi dari siklus II menunjukkan bahwa melalui model problem based learning siswa menjadi bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran juga sudah mengalami peningkatan dan dapat menjawab soal atau permasalahan yang diberikan dengan baik dan benar. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus II kriteria yang diharapkan dalam penelitian ini sudah terpenuhi. Hal ini terlihat dari data yang diperoleh yakni 64,86% siswa sudah mendapatkan nilai 4 (Sangat Baik) untuk keaktifan belajar dan kompetensi pengetahuan PKn sudah mencapai 62,16% siswa yang mendapat nilai ≥ 3,60 (A-). Data tersebut menunjukkan bahwa indikator keberhasilan yang ditetapkan sudah tercapai. Berdasarkan paparan tersebut telah mampu menjawab rumusan masalah yang diajukan. Hasil penelitian melalui penerapan model problem based learning
Secara umum kegiatan pembelajaran pada siklus II yang merupakan tindak lanjut dari pelaksanaan tindakan siklus I sudah berjalan dengan baik. Yang menjadi kendala dalam siklus I dapat terselesaikan pada siklus II. Siswa sudah terbiasa bertanya serta terbiasa menyampaikan pendapat dan hasil pekerjaanya di depan teman-temanya, siswa sudah memperhatikan penjelasan mengenai permasalahan yang berkaitan dengan materi ajar, siswa sudah dapat mengerjakan tugas yang diberikan tepat pada waktunya. Dengan memberikan motivasi dan bimbingan secara intensif, siswa banyak mengalami kemajuan dan peningkatan kompetensi, maupun dalam mengajukan ataupun menjawab pertanyaan guru. Upaya perbaikan yang dilakukan telah mencapai hasil yang baik, keaktifan belajar dan kompetensi pengetahuan PKn siswa pada silkus II mengalami peningkatan. yaitu M = 84,39 sehingga dari siklus I ke siklus II nilai keaktifan belajar mengalami peningkatan sebesar 8,23. Ketercapaian pada siklus I mencapai 76,16% siswa yang mendapat nilai minimal 80 (Aktif) kemudian mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 84,39% siswa yang memperoleh nilai minimal 80 (Aktif), dimana 30 siswa dari 37 siswa yang sudah memperoleh nilai minimal 80 (Aktif) sementara 7 siswa walaupun belum memenuhi indikator keberhasilan tetapi sudah dalam nilai minimal 70 (Cukup aktif). Semua siswa yang belum mendapat nilai minimal yang ditetapkan dalam penelitian direkomendasikan kepada guru kelas untuk melanjutkan melakukan pembinaan agar mendapat nilai minimal 80 (Aktif). 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
untuk meningkatkan keaktifan dan kompetensi pengetahuan PKn siswa kelas V SDN 20 Dangin Puri telah berhasil dan penelitian ini dapat dihentikan karena indikator keberhasilan dan tujuan yang diharapkan sudah tercapai yaitu keaktifan dan kompetensi pengetahuan PKn siswa tahun pelajaran 2015/2016 telah meningkat.
untuk mencapai tujuan dari suatu pembelajaran, karena penelitian dengan menerapkan model problem based learning ini telah menunjukkan terjadinya peningkatan keaktifan dan kompetensi pengetahuan PKn siswa; (4) Peneliti Lain, Hasil penelitian ini dapat dapat digunakan sebagai salah satu referensi dalam melakukan penelitian dan dapat memberikan suatu konsep serta fakta baru yang bisa dijadikan pedoman dalam perancangan perencanaan pembelajaran maupun pedoman dalam perancangan penelitian selanjutnya.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Penerapan model problem based learning dapat meningkatkan keaktifan pada muatan ajar PKn tema Sejarah Peradaban Indonesia siswa kelas V SDN 20 Dangin Puri Tahun Ajaran 2015/2016. Terlihat dari keaktifan siswa pada siklus I sebesar 76,17% dan pada siklus II keaktifan siswa mencapai 84,39%, meningkat sebesar 8,23%, (2) Penerapan model problem based learning dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan pada mata pelajaran PKn tema Sejarah Peradaban Indonesia siswa kelas V SD Negeri 20 Dangin Puri Tahun Ajaran 2015/2016. Ini dapat dilihat dari pencapaian kompetensi pengetahuan pada siklus I sebesar 24,32% dan pada siklus II mencapai 62,16%, meningkat sebesar 37,84%. Berdasarkan simpulan yang diperoleh dalam penelitian tindakan kelas ini diajukan saran kepada (1) Siswa, Dengan diterapkannya Penerapan model problem based learning, diharapkan siswa untuk aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran serta mampu berinteraksi antar siswa dengan lingkungan, serta media belajar dan membangun pengetahuannya sendiri untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan yang dimiliki; (2) Guru, Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran di kelas, sehingga tercipta pembelajaran yang optimal dan menyenangkan agar mencapai tujuan dari suatu pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa; (3) Sekolah, Penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengembangkan pembelajaran kreatif, inovatif, dan efektif
DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A Gede.2014.Metodelogi Penelitian Pendidikan.Singaraja: Aditya Media Publishing Asrori.2009.Penelitian Tindakan Kelas.Bandung: Wacana Prima Sani Abdullah. 2014.Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta; Bumi Aksara Susanto Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah dasar. Jakarta : Kencana Prenada Media Group Sagala Syaiful.2012.Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung:Alfabeta Permendikbud No. 81A.2013.Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Permendikbud No 57.2014. Pedoman Pembelajaran Tematik Terpadu SD.Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Ngalimun. 2013. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogykarta: Aswaja Pressindo Warsono & Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen.Bandung:PT Remaja Rosdakarya Sanjaya, Wina.2015.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta Prenada Media Group
9