e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBANTUAN MEDIA LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA Ni Kd Rai Lisna Dewi1, I Gst Agung Oka Negara2, Kmg Ngurah Wiyasa3 1,2,3Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
E-mail :
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan Penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Negeri 4 Peguyangan melalui penerapan model problem based learning berbantuan media lingkungan. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 4 Peguyangan sebanyak 42 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes berbentuk uraian (esai) yang dianalisis menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Setelah penerapan model problem based learning berbantuan media lingkungan, hasil penelitian menunjukkan bahwa skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Negeri 4 peguyangan pada siklus I mencapai 42,85% dari 42 siswa yang memperoleh skor ≥ 3,18 (B+) dan kemudian mengalami peningkatan sebesar 19,05% pada siklus II menjadi 61,90% dari 42 siswa yang memperoleh skor ≥ 3,18 (B+). Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penerapan model problem based learning berbantuan media lingkungan dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Negeri 4 Peguyangan tahun pelajaran 2015/2016. Kata Kunci: model problem based learning, media lingkungan, penguasaan kompetensi pengetahuan IPA
Abstract This research aims to improve the mastery of science competency (IPA) for fourthgrade students of SD Negeri 4 Peguyangan by through the application of the problem based learning model with environment as the media. This research is the classroom action research that is done in 2 cycle. The subject of this research is the fourth grade students in SD Negeri 4 Peguyangan as many as 42 students. Data collection techniques in this research using the test method form description (essay) were analyzed using descriptive statistical analysis method and quantitative descriptive analysis method. After the implementation of problem based learning model with environment as the media, the result show that the sore of mastery competency of science for IV grade students in SD Negeri 4 Peguyangan in the first cycle has reached 42,85% of 42 students who got ≥ 3,18 (B+) and then increased to 19,05% in the second cycle become 61,90% of 42 students who got ≥ 3,18 (B+) . Based on the results of this research concluded, the application of problem based learning model with environment as the media can improve the mastery of science competency for fourth grade students of SD Negeri 4 Peguyangan year 2015/2016. Keywords: the problem based learning model, environment as the media, the mastery of science competency (IPA).
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sebuah usaha sadar dan terencana dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran bagi siswa agar dapat mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan di Indonesia terdiri atas jenjang pendidikan anak usia dini, pendidikan anak sekolah dasar, pendidikan sekolah menengah pertama, pendidikan sekolah menengah atas, hingga sampai pada perguruan tinggi. Dari beberapa jenjang pendidikan tersebut, pendidikan anak sekolah dasarlah yang memegang peranan penting. Pendidikan sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan yang berperan dalam pembentukan dasar pengetahuan siswa, dan menjadi bagian dari proses dimulainya seseorang dalam menempuh dunia pendidikan. Pendidikan di Indonesia dari tahun ketahun mengalami perkembangan baik dari segi tenaga kependidikan (keprofesionalan seorang pendidik), sarana dan prasarana, mutu pendidikan maupun kurikulum yang berlaku. Daryanto dkk (2014:8) menyatakan, kurikulum bisa diartikan secara sempit yang hanya membatasi sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan siswa di sekolah atau perguruan tinggi, juga bisa dimaknai secara luas yang tidak terbatas pada mata pelajaran saja, tetapi lebih dari itu yakni merupakan aktivitas apa saja yang dilakukan sekolah dalam rangka mempengaruhi anak dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan, termasuk didalamnya kegiatan belajar mengajar, mengatur strategi dalam proses belajar, cara mengevaluasi program pengembangan pelajaran dan sebagainya. Penyempurnaan kurikulum terus diupayakan sebagai bagian dari strategi peningkatan mutu pendidikan. Kurikulum di Indonesia beberapa kali mengalami penyempurnaan, mulai dari Rencana Pelajaran (1947-1968), Kurikulum Berbasis Tujuan (1975-1984), Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (2004-2006), serta yang akhirakhir ini ramai diperbincangkan adalah Kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 menganut pandangan bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke siswa. Siswa adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. Seorang siswa dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di dalam dirinya telah terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Proses pembelajaran Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik (scientific) atau yang disebut juga sebagai pendekatan ilmiah. Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang mengutamakan kreatifitas dan temuantemuan siswa dalam kegiatan yang berlangsung saat proses pembelajaran. Sani (2014:53) menyatakan pendekatan saintifik dalam implementasinya mengedepankan kegiatan proses pembelajaran yaitu: (1) Observasi; (2) bertanya; (3) melakukan percobaan; (4) asosiasi (menghubungkan/menalar); dan (5) membangun jaringan (networking). Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik adalah upaya guru dalam membelajarkan siswa melalui proses pembelajaran yang bersifat ilmiah untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Dilihat dari pengertian ini, pembelajaran bukanlah suatu proses yang didominasi oleh guru melainkan pembelajaran lebih menuntut siswa aktif mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui kegiatan mengamati, menanya, menalar, mengasosiasikan, dan mengomunikasikan. Dalam kurikulum 2013 lebih menekankan siswa sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar siswa. Selain pendekatan saintifik, kurikulum 2013 dapat diterapkan melalui berbagai model pembelajaran.“Model pembelajaran merupakan contoh pola atau struktur pembelajaran siswa yang didesain, diterapkan dan dievaluasi secara 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
sistematis dalam rangka mencapai tujuan” (Komara, 2014:106). Salah satu model yang dapat diterapkan dalam kurikulum 2013 yaitu model pembelajaran problem based learning atau yang sering disebut dengan pembelajaran berbasis masalah. Model problem based learning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan “pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog” (Sani, 2014: 127). Permasalah yang dikaji hendaknya merupakan permasalahan kontekstual yang ditemukan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan hal tersebut, Daryanto (2014:29) menyatakan, “pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar”. Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan langkahlangkah dalam model problem based learning yaitu: orientasi terhadap permasalahan, pengorganisasian siswa, membimbing penyelidikan individu dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Dalam penerapan model problem based learning, pembelajaran dimulai dengan memberikan suatu permasalahan yang kontekstual. Hakikat masalah dalam pembelajaran adalah kesenjangan antara situasi nyata dengan kondisi yang diharapkan. Masalah yang mendasari pembelajaran digunakan untuk merangsang siswa agar mampu membangun pengetahuannya sendiri untuk memecahkan permasalahan dalam situasi nyata. Dengan pemberian masalah tersebut, akan terjadi ketidak seimbangan kognitif pada diri siswa. Keadaan ini dapat mendorong rasa ingin tahu siswa untuk memecahkan masalah yang diberikan. Untuk itu, proses ini memerlukan suatu media pembelajaran agar tujuan dan pesan yang disampaikan dapat tercapai seutuhnya. “Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan” (Kosasih, 2014: 49).
Selain benda tiruan, lingkungan dapat menjadi salah satu media yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran dengan penerapan model problem based learing secara efektif, khususnya pada muatan materi IPA. Hal ini dikarenakan muatan materi IPA di pendidikan dasar mengupayakan pembelajaran melalui aktivitas konkret, dengan menghadirkan fenomena-fenomena alam di lingkungan siswa dalam pembelajarannya. Terlebih dalam kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifiknya, selalu menuntut kegiatan pembelajaran dengan proses pengamatan. Penggunaan lingkungan sebagai media pembelajaran akan membuat siswa senang dan lebih termotivasi. Lingkungan secara umum dapat diartikan sekeliling atau sekitar. Dalam penelitian ini, lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan alam sekitar siswa atau dekat dengan siswa yang memungkinkan untuk digunakan dalam mengkaji fenomena-fenomena alam sesuai dengan muatan materi IPA yang terdapat dalam pembelajaran. Model problem based learning berbantuan media lingkungan dalam pembelajaran yang bermuatan materi IPA menjadikan pengalaman lebih relevan yang memberikan arti bagi diri siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan yang nantinya akan siswa terapkan dalam kehidupan nyata. Pada penerapan model problem based learning berbantuan media lingkungan tentunya memanfaatkan adanya suatu permasalahan sebagai dasar pembelajaran. Dalam proses pembelajaran yang bermuatan materi IPA siswa mempelajari segala sesuatu yang ada di alam, sehingga masalah yang dikaji dalam IPA merupakan masalah lingkungan yang ada di alam sekitar siswa. Pada pembelajaran ini guru dituntut untuk dapat mengajak siswa memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan di SD Negeri 4 Peguyangan, ditemukan permasalahan pada siswa kelas IV mengenai penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa. Pada muatan materi IPA, kegiatan pembelajaran masih dilaksanakan secara klasikal. 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Pembelajarannya lebih berpusat pada guru, kurang menggunakan media serta lebih banyak dilaksanakan dengan metode ceramah. Hal ini mengakibatkan siswa kurang ikut berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran yang cenderung mengakibatkan mereka cepat bosan dan kurang berkonsentrasi. Dikarenakan hal tersebut mengakibatkan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa kurang optimal. Dilihat dari skor hasil ulangan siswa, dari 42 siswa terdapat 4 orang yang memperoleh skor C, 12 orang yang memperoleh skor C+, 8 orang yang memperoleh skor B-, 11 orang yang memperoleh skor B, 6 orang yang memperoleh skor B+, dan hanya 1 orang yang memperoleh A-. Sehubungan dengan permasalahan tersebut, diperlukan suatu upaya praktis yang bertujuan untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa serta dapat memperbaiki proses pembelajaran kearah yang lebih baik. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memilih strategi pembelajaran yang meliputi pendekatan, model serta media pembelajaran. Melalui implementasi kurikulum 2013 dengan model problem based learning dalam pendekatan saintifik, dan lingkungan sebagai media, dapat menjadi pilihan strategi pembelajaran yang efektif yang dapat diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Metode problem based learning memiliki keunggulan pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013. Keunggulan metode ini yaitu memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat memecahkan masalah menurut cara-cara atau gaya belajarnya masing-masing, siswa dapat membangun pengetahuannya sendiri, serta siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan (baik dari perpustakaan, internet, wawancara dan observasi). Proses pembelajaran yang tadinya dilaksanakan secara konvensional menjadi pembelajaran menumbuhkan sikap ilmiah siswa sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal serta penguasaan komptensi pengetahuan IPA siswa dapat meningkat.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian tentang “Penerapan Model Problem Based Learning Berbantuan Media Lingkungan untuk Meningkatkan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 4 Peguyangan Tahun Pelajaran 2015/2016”. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dengan penerapan model problem based learning berbantuan media lingkungan pada siswa kelas IV SDN 4 Peguyangan Tahun Pelajaran 2015/2016. METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), maka dari itu penelitian ini dirancang sebagai upaya pemecahan masalah dan peningkatan kualitas pembelajaran di kelas. Daryanto (2014:4) menyatakan, “penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di kelas, sehingga penguasaan kompetensi pengetahuan siswa dapat ditingkatkan”. Sementara itu, menurut Supardi dkk (2012:104) penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai “suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipatif, kolaboratif dan spiral, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi, kompetensi, dan situasi”. Adapun rancangan pelaksanaan tindakan ini mengikuti tahap-tahap penelitian tindakan yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu sebagai berikut : (1) rencana tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi atau evaluasi, (4) analisis dan refleksi (Suharsimi dkk, 2012:16). Setiap siklus pada penelitian ini terdiri dari empat kali pertemuan dengan tiga kali pelaksanaan dan satu kali tes pada setiap akhir siklus. Untuk pengumpulan data, penelitian ini menggunakan metode tes, berupa tes uraian (esai) dengan banyak soal dalam masing-masing siklus yakni 10 butir soal. Sudjana (2013:35) menyatakan, “Secara umum tes uraian (esai) adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawab dalam 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membanding-kan, memberi alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertayaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri”. Tes uraian dipilih karena dalam tes ini menuntut kemampuan siswa dalam mengekspresikan gagasannya melalui bahasa tulisan. Dalam hal inilah kekuatan atau kelebihan tes uraian dari alat penilaian lainnya. Maka dari itu tes uraian paling cocok digunakan dalam model problem based learning berbantuan media lingkungan untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan pengetahuan IPA siswa. Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur penguasaan kompetensi pengetahuan pengetahuan IPA siswa. Untuk menganalisis data, penelitian ini menggunakan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Agung (2014:110) menyatakan “Metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan cara menerapkan rumus-rumus statistik deskritif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Setelah dilaksanakan tes, maka ditentukan skor penguasaan kompetensi masing-masing siswa dengan rumus yang diadopsi dari Permendikbud 104 tahun 2014: SP SM
data tersebut memiliki rentangan (R) lebih besar atau sama dengan 15 (R>15), maka sebaiknya data tersebut disusun ke dalam tabel distribusi frekuensi bergolong. Adapun rumus untuk menghitung rentangan yakni (Agung, 2016:19): R = (Xt – Xr) + 1
(2)
Berdasarkan perhitungan rentangan, data kemudian disusun ke dalam tabel distribusi frekuensi tunggal. Setelah skor individu siswa dihitung dengan menggunakan rumus yang ada diperoleh skor seluruh siswa, maka dilanjutkan penentuan nilai rata-rata kelas dengan menggunakan Mean (M), yaitu dengan menjumlahkan seluruh skor dibagi dengan banyaknya subjek atau siswa. Dengan rumus sebagai berikut (Sudijono, 2009:82-83).
M =
fX N
(3) Kemudian hitung mediannya. Yang disebut dengan Median (Mdn) atau nilai tengah ialah suatu angka yang membagi suatu distribusi data ke dalam dua bagian sama besar. Dengan kata lain, disebut sebagai nilai tengah karena nilai ini menunnjukkan pertengahan dari suatu distribusi data. Median dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Agung, 2016:46) Me = data ke…..1/2 (n+1) (4) Selanjutnya dilakukan penentuan nilai modus. Modus adalah skor yang paling sering muncul dalam distribusi data. Dalam penelitian ini modus penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa ditentukan dengan memeriksa (mencari) mana diantara skor yang ada, yang memiliki frekuensi paling banyak. Skor atau nilai yang memiliki frekuensi paling banyak itulah disebut modus (Sudijono, 2009:105-106). Data yang telah terkumpul selanjutnya disajikan kedalam grafik poligon ( Agung, 2016:32).
X4 (1)
Langkah selanjutnya adalah membuat tabel distribusi frekuensi. Sebelum membuat tabel distribusi frekuensi, hitung rentang data atau range (skor tertinggi dikurangi skor terendah) terlebih dahulu. Perhitungan rentangan digunakan untuk menentukan apakah data tersebut disusun ke dalam tabel distribusi frekuensi tunggal atau bergolong. Apabila suatu data memiliki rentangan (R) lebih kecil atau sama dengan 15 (R<15), maka sebaiknya data tersebut disusun ke dalam tabel distribusi frekuensi tunggal. Apabila 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Berdasarkan pelaksanaan tindakan prasiklus, dapat dilihat hanya 16,66% dari 42 siswa yang memperoleh skor ≥ 3,18 (B+). Data ini selanjutnya menjadi bahan refleksi awal untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas secara bersiklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Analisi data pada siklus I menunjukkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa hanya mencapai 42,85% dari 42 siswa yang memperoleh skor ≥ 3,18 (B+). Hasil tersebut belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan, yakni 60% dari 42 siswa memperoleh skor ≥ 3,18 (B+). Maka dapat ditetapkan bahwa penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV belum tuntas sehingga dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II, hasil analisis mengenai penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa menunjukkan sebanyak 61,90% dari 42 siswa yang memperoleh skor ≥ 3,18 (B+). Berdasarkan data yang diperoleh, hasil analisis pada siklus II menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I, 42,85% dari 42 siswa memperoleh skor ≥ 3,18 (B+), sedangkan pada siklus II sebesar 61,90% dari 42 siswa memperoleh skor ≥ 3,18 (B+). Ini berarti terjadi peningkatan ketercapaian dari siklus I ke siklus II sebesar 19,05%.
f
X Gambar 1. Grafik Poligon
Poligon
Langkah selanjutnya, setelah nilai akhir didapatkan, maka hasilnya di konversikan ke dalam tabel skala 4. Sementara itu ”Metode analisis kuantitatif adalah suatu cara pengelolaan data yang dilakukan dalam bentuk angkaangka dan atau persentase mengenai objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2014:110). KK =
X 100%
(5) Ketuntasan Belajar yang digunakan adalah minimal 3,18 (B+). Ketuntasan Klasikal dikatakan berhasil jika mencapai ≥ 60%. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL Sebelum dilaksanakan tindakan pada siklus I, terlebih dahulu dilaksanakan prasiklus yaitu dengan mengadakan observasi dan wawancara kepada wali kelas IV SD Negeri 4 Peguyangan.
Tabel 2. Rekapitulasi Skor Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 4 Peguyangan Siklus I dan Siklus II Variabel terikat Penguasaan kompetensi pengetahuan IPA
Siklus I
Siklus II
M
Mdn
Mo
M
Mdn
Mo
3,07
3,03
2,66
3,27
3,33
3,33
6
Ketercapaian I II
42,85%
61,90%
Indikator keberhasilan
60 %
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PEMBAHASAN Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan menganalisis hasil ulangan siswa pada tema sebelumnya sebagai pembanding keadaan sebelum dan setelah dilaksanakannya tindakan. Nilai tersebut menunjukkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kurang optimal dan belum mencapai indikator yang ditetapkan oleh sekolah. Skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPA sebelum penelitian, yakni hanya 16,66% dari 42 siswa yang memperoleh skor ≥ 3,18 (B+). Sehubungan dengan masalah tersebut, diperlukan suatu upaya praktis yang bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran kearah yang lebih baik serta dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa. Melalui implementasi kurikulum 2013 dengan model problem based learning dalam pendekatan saintifik, dan lingkungan sebagai media, dapat menjadi pilihan strategi pembelajaran yang efektif yang dapat diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran. Metode problem based learning memiliki keunggulan pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013. Metode ini memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dalam memecahkan masalah menurut cara-cara atau gaya belajarnya masing-masing. Proses pembelajaran yang tadinya dilaksanakan secara konvensional menjadi pembelajaran menumbuhkan sikap ilmiah siswa sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. Penelitian ini menggunakan tema 8 yaitu tema “Tempat Tinggalku”. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam 4x pertemuan yang terdiri dari 3x tindakan pembelajaran dan 1x tindakan evaluasi. Secara umum, satu kali pertemuan dibagi menjadi 3 kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan inti dilaksanakan sesuai dengan tahap-tahap model problem based learning yang dipadukan dengan menggunakan lingkungan sebagai media pembelajaran. Kegiatan pembelajaran
tersebut dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh peneliti dan telah disetujui oleh wali kelas IV SD Negeri 4 Peguyangan. Setelah pelaksanaan siklus I, sebanyak 42,85% dari 42 siswa memperoleh skor ≥ 3,18 (B+), sementara indikator keberhasilan yang ditetapkan 60% sehingga dari hasil analisis data pada siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan. Untuk itu dilanjutkan pada siklus II sebagai upaya meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa agar mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Pada siklus I hasil yang diperoleh belum optimal dan belum memenuhi kriteria yang ditetapkan. Untuk itu dilanjutkan pada siklus II sebagai upaya meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa agar mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Sebelum melakukan tindakan pada siklus II, dilakukan refleksi terhadap kegiatan pada siklus I. Dalam pelakasanaan siklus I masih terdapat kekurangan baik yang berasal dari guru maupun dari siswa. Kekurangan ini diantaranya, siswa yang pintar cenderung mengelompok dengan siswa yang pintar (kelompok homogen) dan enggan memberikan informasi kepada siswa yang memiliki kemampuan kurang, siswa kurang disiplin dalam mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang telah diberikan, serta siswa belum terbiasa dan masih terlihat bingung mengenai model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Larning) berbantuan media lingkungan yang telah diterapkan. Berdasarkan kekurangan yang menjadi kendala dalam pelaksanaan tindakan siklus I yang menyebabkan belum tercapainya indikator keberhasilan yang ditetapkan, selanjutnya penelitian dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian tindakan pada siklus II. Pada pelaksanaan siklus II ini menerapkan solusi untuk dapat memperbaiki kendala pada siklus I yaitu dengan membentuk siswa dalam kelompok secara heterogen, sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang memiliki kemampuan lebih untuk 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
berbagi informasi kepada siswa yang memiliki kemampuan kurang, mempertegas dan mengingatkan siswa agar mengerjakan tugas tepat waktu, serta memberikan penjelasan dan informasi secara lebih mendalam serta mengarahkan siswa sesuai dengan karakteristik model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) berbantuan media lingkungan yang sedang diterapkan. Refleksi yang dilakukan pada siklus I memberikan dampak yang baik pada siklus II, siswa yang memiliki kemampuan lebih sudah mau berbagi informasi kepada siswa yang memiliki kemampuan kurang, siswa sudah dapat mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang diberikan, serta siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran problem based learning berbantuan media lingkungan. Penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada silkus II mengalami peningkatan. Pada siklus I, 42,85% dari 42 siswa memperoleh skor ≥ 3,18 (B+), dan meningkat sebanyak 19,05% pada sklus II menjadi 61,90% dari 42 siswa memperoleh skor ≥ 3,18 (B+). Dapat dikatakan dari indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 60% dari jumlah siswa kelas IV SD Negeri 4 Peguyangan yang telah mendapat skor ≥ 3,18 (B+), walaupun masih ada 16 siswa yang belum mendapat skor ≥ 3.18 (B+). Siswa yang belum mendapatkan skor yang ditetapkan dalam penelitian direkomendasikan kepada guru kelas untuk melanjutkan melakukan pembinaan agar skor siswa tersebut dapat meningkat. Pelaksanaan pembelajatan pada siklus II mengalami perkembangan lebih baik, refleksi dari siklus II menunjukkan bahwa melalui model problem based learning berbantuan media lingkungan siswa menjadi bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran juga sudah mengalami peningkatan dan dapat menjawab soal atau permasalahan yang diberikan dengan baik dan benar.
Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus II kriteria yang diharapkan dalam penelitian ini sudah terpenuhi. Hal ini terlihat dari data yang diperoleh yakni 61,66% siswa sudah medapatkan skor ≥ 3,18 (B+). Data tersebut menunjukkan bahwa indikator keberhasilan yang ditetapkan sudah tercapai. Tercapainya indikator keberhasilan dalam penelitian ini disebabkan karena model problem based learning berbantuan media lingkungan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar, berdiskusi, serta saling berbagi informasi dengan teman sebayanya. Selain itu siswa juga memiliki tanggung jawab baik tanggung jawab kepada kelompoknya maupun tanggung jawab kepada dirinya sendiri dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Meskipun terdapat kendala-kendala yang terjadi dalam proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II yang disebabkan oleh karakteristik siswa yang beranekaragam, dalam hal ini guru memiliki peran yang sangat penting yaitu mencari alternatif yang sesuai dengan karakteristik siswa sehingga dapat memaksimalkan hasil dari penerapan model problem based leraning berbantuan media lingkungan dalam proses pembelajaran dapat menimbukan rasa semangat dan motivasi siswa. Penelitian ini telah membuktikan bahwa dengan meningkatnya penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dengan penerapan model problem based learning berbantuan media lingkungan. Berdasarkan paparan tersebut telah mampu menjawab rumusan masalah yang diajukan. Hasil penelitian melalui penerapan penerapan model problem based learning berbantuan media lingkungan pada penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Negeri 4 Peguyangan telah berhasil dan penelitian ini dapat dihentikan karena indikator keberhasilan dan tujuan yang diharapkan sudah tercapai yaitu penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa tahun pelajaran 2015/2016 telah meningkat. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini, maka 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Penerapan model problem based learning berbantuan media lingkungan dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA tema Tempat Tinggalku pada siswa kelas IV SD Negeri 4 Peguyangan Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus I yaitu 42,85% dari 42 siswa memperoleh skor ≥ 3,18 (B+), nilai yang diperoleh belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan sehingga penelitian dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II skor penguasaan kompetensi pengetahuan siswa mencapai 61,90% dari 42 siswa memperoleh skor ≥ 3,18 (B+). Dengan demikian skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa sudah mencapai indikator keberhasilan yakni 60% dari 42 siswa memperoleh skor ≥ 3,18 (B+). Jadi skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklua II sebesar 19,05%. Adapun saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut. Bagi guru disarankan dengan menggunakan model problem based learning berbantuan media lingkungan diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa yang nantinya dapat merubah gaya pembelajaran guru menjadi lebih variatif, inovatif, efektif dan menyenangkan bagi siswa sehingga masalah-masalah dalam pembelajaran khususnya pada tema yang menekankan muatan materi IPA dapat diatasi serta penguasaan kompetensi pengetahuan siswa dapat meningkat. Bagi pihak sekolah, melalui kepala sekolah selaku pengambil kebijakan, agar mendukung hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan khususnya yang dilakukan oleh guru dengan cara mengimplementasikan atau menerapkan hasil-hasil penelitian tersebut dalam proses pembelajaran di sekolah guna meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa pada semua bidang muatan materi. Bagi peneliti lain diharapkan memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai refrensi penelitian yang akan dilakukan. Selain itu, disarankan pula untuk melakukan penelitian yang sejenis
guna mengetahui efektifitas penerapan model problem based learning pada variabel yang berbeda di sekolah dasar. DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A. Gede. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha Singaraja. -----------. 2014. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Singaraja: UNDIKSHA -----------. 2016. Statistik Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Singaraja: UNDIKSHA Daryanto. 2014. Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan Sekolah. Yogyakarta: Gava Media. -----------. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media -----------, dkk. 2014. Siap Menyongsong Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media Fira Kumartha, I Putu. 2015. Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Media Sound Slide Terhadap Hasil Belajar IPA Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas IV SD Gugus Teuku Umar Denpasar Barat . Denpasar. Universitas Pendidikan Ganesha Komara, Endang. 2014. Belajar dan Pembelajaran Interaktif. Bandung: PT Refika Aditama Kosasih, E. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Yrama Widya Kunandar. 2013. Penilaian Autentik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Permendikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Kemendikbud Permendikbud. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Kemendikbud Reni Ristiani, Ni Luh. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Lingkungan 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Terhadap Minat dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Gugus VIII Se-JAS (Jagapati Angantaka Sedang) Kecamatan Abiansemal Kabupaten Badung. Denpasar. Universitas Pendidikan Ganesha Rusman. 2010. ModelModel Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers Sani, Abdullah Ridwan. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013.Jakarta: PT Bumi Aksara. Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-ruzz Media Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada Sudjana, Nana. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Suharsimi, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara ------------. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara Supardi, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenanda Media Grup
10