e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE BERBANTUAN MEDIA LINGKUNGAN TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA Gusti Ayu Lestari1, I Gusti Agung Oka Negara2, Ni Nyoman Ganing3 1,2,3 Jurusan
PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected].
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Word Square berbantuan media lingkungan dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus Pangeran Diponegoro Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017. Pada penelitian ini, unit eksperimennya berupa kelas sehingga rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan eksperimen semu (Quasi Experimental Design) dengan menggunakan desain penelitian non-equivalen control group desain. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV dengan jumlah siswa sebanyak 442 siswa. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas IVB SD Negeri 11 Pemecutan sebagai kelompok eksperimen dan kelas IVB SD Negeri 1 Pemecutan sebagai kelompok kontrol dengan jumlah masing-masing kelompok sebanyak 33 orang. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling. Data kompetensi pengetahuan IPA dikumpulkan menggunakan tes kompetensi pengetahuan berupa tes objektif bentuk pilihan ganda biasa, kemudian data dianalisis dengan uji-t. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thitung = 2.676 > ttabel = 2,000 sedangkan ฬ
= 78,39 > ๐ฬ
= 71,67 pada kelas kontrol. nilai rata-rata kelas eksperimen ๐ Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Word Square berbantuan media lingkungan dan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD. Kata kunci: word square, media lingkungan, konvensional, kompetensi pengetahuan IPA. Abstract This researchโs aims to know the significant difference of studentโs mastery of science competence taught by word square learning model with assistance of environment media and students taught by conventional learning model for students grade four of SD Gugus Pangeran Diponegoro West Denpasar in academic year 2016/2017. In this researchโs experiment unit is in form of class, then the research design use quasi experimental and non-equivalent control group design. Population of this research is all students grade four, which are 442 students. This researchโs sample is class IVB of SD Negeri 11 Pemecutan as experimental group and IVB of SD Negeri 1 Pemecutan as control group with thirty three students in each group. Data of mastery of science competence are collected by objective test in a form of conventional multiple choice, and then the data are analyzed by t-test. After conduct hypothesis test the result is tcount=2,676 > ttable=2,000 the average score of students in experimental group is X = 78,39 and X = 71, 67 for students in control group. It
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
means the result of this research shows the significant difference between students taught by word square learning model with assistance of environment media and students taught by conventional learning model on students grade four SD. Keywords: word square, environment media, conventional , mastery of science competence.
PENDAHULUAN Pendidikan adalah kata kunci dalam setiap usaha peningkatan kualitas kehidupan manusia. Pendidikan pada hakikatnya adalah proses pematangan kualitas hidup. Melalui proses tersebut, manusia diharapkan dapat memahami apa arti dan hakikat hidup, serta untuk apa dan bagaimana menjalankan tugas hidup dan kehidupan secara benar. Karena itulah fokus pendidikan diarahkan pada pembentukan pribadi unggul dengan menitikberatkan proses pematangan kualitas logika, hati, akhlak dan keimanan. Pada hakikatnya pendidikan merupakan proses pembebasan peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan, ketidakberdayaan, ketidakbenaran, dan dari buruknya hati, akhlak, dan keimanan. Di Indonesia pendidikan merupakan hak dan kewajiban bagi seluruh warga negara sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Karena itu, pendidikan harus menjadi prioritas utama dalam pembangunan nasional. Begitu pula dalam sistem pendidikan Nasional sebagaimana diatur dalam Undang โ Undang Nomor 20 Tahun 2003 yang mengandung sejumlah paradigma baru yang menjadi landasan perwujudan pendidikan nasional, yaitu berkenaan dengan penyelenggaran pendidikan nasional secara demokratis sistematis, pembudayaan dan pemberdayaan, penerapan keteladanan, penerapan budaya belajar, pemberdayaan masyarakat, dan pengendalian mutu layanan pendidikan. Salah satu penyelenggara pendidikan adalah sekolah. Sekolah sebagai salah satu pelaksana proses pembelajaran diharapkan dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Proses pembelajaran yang baik adalah proses pembelajaran yang dapat membuat siswa berperan aktif dalam menirukan dan mengembangkan konsep-konsep yang
dipelajari. Sekolah memiliki tujuan untuk mengembangkan sikap, kemampuan, keterampilan, serta memberikan pengetahuan yang diperlukan untuk hidup di masyarakat. tujuan tersebut dapat tercapai melalui pendidikan dan pembelajaran berbagai disiplin ilmu, agama, kesenian, dan keterampilan. Salah satu disiplin ilmu tersebut adalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Samatowa (2011:3) menyatakan bahwa IPA merupakan โilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam iniโ. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Di tingkat SD pembelajaran IPA diharapkan dapat mengarahkan siswa pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja secara ilmiah secara bijaksana. Idealnya, proses pembelajararan IPA di SD memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran melalui kegiatan belajar secara nyata yang dapat mem upuk rasa ingin tahu dan sikap ilmiah siswa. โSikap ilmiah siswa dalam pembelajaran IPA dapat dikembangkan melalui kegiatan diskusi, percobaan, observasi, simulasi, atau kegiatan proyek di lapanganโ (Susanto, 2013:169). Pembelajaran IPA di SD harus sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Menurut Piaget, anak usia SD termasuk kategori tahap operasional konkrit, yang menunjukkan adanya rasa ingin tahu yang tinggi untuk mengenal lingkunganya. Maka dari itu, dalam pembelajaran IPA siswa harus diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir terhadap alam melalui kegiatan belajar secara nyata. Reziana (2015) menyatakan โDalam konteks pembelajaran siswa dipandang sebagai individu yang aktif membangun
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
pemahamannya sendiri dan pengetahuan dunia sekitarnya dengan mengalami sendiri untuk merefleksikan pengalaman tersebut. Pembelajaran seharusnya menjadi aktivitas yang bermakna yakni pembebasan untuk mengaktualisasi seluruh kemampuan siswa. Seiring dengan pengembangan filsafat konstuktivisme dalam pendidikan selama dekade ini, muncul pemikiran kritis dalam merenovasi pembelajaran bagi anak bangsa negeri ini menuju pembelajaran yang berkualitas dan konstruktif, salah satu pemikiran kritis itu adalah Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan atau PAIKEM, khususnya dalam pembelajaran IPA yang intinya tertumpu pada satu persoalan yaitu bagaimana seorang guru memberi kemungkinan bagi siswa agar terjadi proses yang efektif dan bahkan dapat mencapai hasil yang sesuai dengan tujuanโ. Ketiadaan sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran sering kali menyebabkan guru hanya mengajar dengan metode ceramah dengan bantuan media seadanya bahkan sering kali mengajar tanpa bantuan media yang mendukung untuk pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Sedangkan siswa SD pada dasarnya lebih mudah menangkap hal โ hal yang sifatnya kongkrit dari pada yang sikapnya abstrak. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Gugus Pangeran Diponegoro Kecamatan Denpasar Barat, pembelajaran IPA yang terjadi dilapangan kurang memperhatikan pembentukan sikap ilmiah. Tidak tuntasnya penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dikarenakan siswa dalam pembelajaran yang masih menitik beratkan pada aktivitas guru (teacher centered) yang memandang bahwa proses pembelajaran baru bisa berlangsung jika ada guru, sementara jika tidak ada guru maka proses pembelajaran tidak akan dapat berlangsung. Hal tersebut menyebabkan siswa hanya menjadi objek belajar yang pasif. Hal ini menyebabkan aktivitas siswa sangat rendah yang tentunya akan berdampak pada hasil belajar yang kurang maksimal oleh karena itu guru dan siswa dapat menggunakan contohโcontoh sederhana
yang nyata dalam kehidupan sehariโhari siswa, baik melalui penggunaan media atau aktifitas nyata. Media merupakan sebuah alat bantu untuk mempermudah sampainya materi pelajaran kepada siswa. Dengan adanya media yang digunakan guru diharapkan dapat mengkonkritkan konsep โ konsep abstrak yang ada dalam materi pelajaran, khususnya IPA. Oleh karena itu, guru diharapkan memiliki dan menerapkan model serta media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan.โModel pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelasโ. (Trianto 2011: 51). Pelaksanaan pembelajaran dikelas perlu didesain secara kreatif dan inovatif dengan memperhatikan karakteristik perkembangan siswa kelas IV SD. Dari permasalahan tersebut dipandang perlu adanya inovasi dalam pembelajaran yakni pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi, berpusat pada siswa, memberikan pengalaman belajar, dan relevan dengan kehidupan nyata. Salah satu inovasi yang dimaksud yakni dengan menerapkan model pembelajaran Word Square. Muriana (2014) menyatakan model pembelajaran Word Square adalah model pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokkan jawaban pada kotak โ kotak jawaban. Mirip seperti mengisi teka-teki silang tetapi bedanya jawaban sudah ada namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf penyamar atau pengecoh. Tujuan huruf pengecoh bukan untuk mempersulit siswa namun untuk melatih sikap teliti dan kritis Pengoptimalan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran Word Square masih memerlukan kegiatan perangsang yang membuat siswa menjadi lebih ikut masuk dan berperan aktif dalam pembelajaran. Kegiatan sederhana yang dapat menghilangkan keabstrakan materi salah satunya adalah dengan belajar di lingkungan. Belajar di lingkungan dapat menjadi sarana memupuk kreatifitas inisiatif kemandirian, kerja sama atau
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
gotong royong dan meningkatkan minat pada pelajaran (Susilowati, 2010:4-15). Dengan mengajak siswa belajar di luar kelas siswaakan melihat peristiwa langsung di lapangan dengan tujuan untuk mengakrabkan siswa dengan lingkungannya. Berdasarkan uraian tersebut, secara teoritis model pembelajaran Word Square berbantuan media lingkungan berpengaruh terhadap enguasaan kompetensi pengetahuan IPA, tetapi secara empiris perlu dibuktikan melalui penelitian yang berjudul โPengaruh Model Pembelajaran Word Square Berbantuan Media Lingkungan Terhadap Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas IV SD Gugus Pangeran Diponegoro Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017โ.
sampel dengan cara undian, sehingga semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel penelitian. Cara undian ini dilakukan dengan menulis semua nama sekolah pada masing-masing kertas yang jumlahnya 7 sekolah, kemudian kertas digulung, dimasukkan ke dalam kotak dan dikocok. Setelah itu akan dilakukan pengambilan dua gulungan kertas. Namanama SD pada kedua gulungan kertas tersebut merupakan sampel penelitian. Untuk mendapat kelas yang setara dari segi akademik, maka kelas dari SD yang muncul pada undian diberikan pre-test. Nilai atau skor dari hasil pre-test yang dilakukan tersebut, digunakan untuk penyetaraan kelas-kelas dalam populasi. Teknik yang digunakan dalam penyetaraan sampel pada penelitian ini adalah teknik matching. Setelah kedua sampel disetarakan, kemudian sampel diundi lagi untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Darmadi (2014:234) menyatakan, teknik matching adalah suatu teknik untuk menyeragamkan kelas pada suatu variabel atau lebih yang oleh peneliti sudah diidentifikasi memiliki hubungan yang erat dengan penampilan (performance) variabel tidak bebas. Untuk masing-masing subyek yang ada, peneliti berusaha mencari subyek yang lain yang sama atau nilainya mirip pada variabel kontrol. Jika terdapat subyek yang tidak mendapatkan jodoh maka harus dihilangkan dalam penelitian.
METODE Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksperimental yaitu quasi eksperiment (Eksperimen Semu). โDesain ini memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak bisa sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimenโ (Sugiyono, 2014:114). Hal ini dikarenakan kemampuan peneliti dalam mengamati perilaku siswa sangat terbatas terutama ketika siswa berada di luar sekolah (rumah), peneliti juga tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap perlakuan secara pasti. Desain eksperimen yang digunakan adalah โNonequivalent control group designโ. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Gugus Pangeran Diponegoro Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017, yang terdiridari 12 kelas dalam 7 sekolah dasar. Jumlah populasi dari penelitian ini adalah 442 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Random Sampling yang dirandom kelasnya, sehingga setiap kelas mendapatkan peluang yang sama untuk menjadi sampel penelitian.Pemilihan sampel penelitian ini tidak dilakukannya pengacakan individu melainkan hanya pengacakan kelas. Pada tahap pertama, akan dilakukan teknik pengambilan
Setelah mengadakan random maka mendapat 2 kelas yakni kelas IVB di SD Negeri 11 Pemecutan dan kelas IVB di SD Negeri 1 Pemecutan. Kelas IVB di SD Negeri 11 Pemecutan berjumlah 40 siswa dan kelas IVB di SD Negeri 1 Pemecutan berjumlah 40 siswa. Lalu memberikan pre-test pada kedua kelas tersebut pada tanggal 30 Maret 2017 pada kelas IVB di SD Negeri 11 Pemecutan dan pada 31 Maret 2017 pada kelas IVB di SD Negeri 1 Pemecutan. Data nilai siswa di Matching dilakukan pada 2 kelas tersebut. Setelah di Matching hasilnya 33 siswa terbukti memiliki kemampuan yang setara secara 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
akademik. Sehingga sampel yang diteliti dalam penelitian ini hanya 33 sampel.
indeks kesukarannya.Dari uji validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran item tes intrumen penguasaan kompetensi pengetahuan maka instrumen yang dapat digunakan hanya sebanyak 30 butir soal. Dari 30 soal yang sudah valid tersebut, reliabel, sesuai dengan tingkat kesukaran dan daya beda serta telah mewakili indikator sesuai dengan kisi-kisi tes. Kemudian 30 butir soal tersebut yang diujikan kepada siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok kontrol pada tahap akhir eksperimen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial melalui uji-t. Teknik analisis statistik
Setelah diketahui kedua kelas sampel setara, peneliti melakukan pengundian lagi dari 2 sampel setara untuk memilih nama sekolah yang digunakan sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen. Setelah dilakukan random maka kelas yang terpilih untuk menjadi kelas eksperimen adalah kelas IVB di SD Negeri 11 Pemecutan yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Word Square berbantuan media lingkungan. Untuk kelas kontrol terpilih kelas IVB di SD Negeri 1 Pemecutan yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Dalam penelitian ini terdapat kontrol validitas internal yang terdiri dari hilangnya subjek ( Mortality), testing, dan sejarah (History) dan validitas eksternal yang terdiri dari interaksi antara seleksi subjek dan perlakuan, dan interaksi seting dengan perlakuan. Dimana pada masingmasing validitas tersebut memiliki ancaman tersendiri dalam penelitian. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data mengenai penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Metode pengumpulan data pada
deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Word Square berbantuan media lingkungan dan data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensioal. Sukardi (2011:145) menyatakan bahwa kegiatan yang termasuk analisis statistik deskriptif diantaranya menentukan Mean, Standar Deviasi (S), dan Varians (๐ 2 ). Sebelum
penelitian ini yaitu menggunakan teknik tes. Menurut (Agung, 2012:66) dinyatakan metode tes ialah cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seorang atau sekelompok orang yang di tes (testee), dan dari tes tersebut dapat menghasilkan suatu data berupa skor (data interval). Tes yang
melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas sebara data dan uji homogenitas varians. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak. Uji homogenitas varians digunakan untuk menguji apakah sebaran data tersebut homogen atau tidak, yaitu dengan membandingkan kedua variansnya. Uji homogenitas dapat dilakukan apabila kelompok data tersebut berdistribusi normal. Untuk mengetahui
digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif bentuk pilihan ganda (multiple choice test) yang dilakukan pada akhir pembelajaran yang bertujuan untuk mengukur penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa. Setelah instrumen tersusun, sebelum
memberikan tes tersebut kepada siswa, terlebih dahulu dilakukan pengujian untuk menguji kelayakan instrumen. Tes yang baik harus memenuhi syarat ketetapan (validitas) dan keajegan atau ketepatan (reliabilitas). Untuk itu, sebelum tes tersebut digunakan, terlebih dahulu tes di uji validitas, reliabilitas, daya beda dan
apakah sebaran data skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas untuk skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa dalam penelitian ini menggunakan teknik Chi-Kuadrat Setelah 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
4,62. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga X2tabel dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga X2tabel = 11,07, karena X2hitung<X2tabel (4,62 < 11,07) maka H0 diterima atau Ha ditolak. Ini berarti sebaran data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eksperimen berdistribusi normal.Sedangkan pada kelompok kontrol, Dari tabel kerja
data lulus uji prasyarat kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis uji-t untuk sampel berpasangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis deskriptif data nilai mean atau rerata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV yang menggunakan model pembelajaran Word Square berbantuan media lingkungan , yaitu ๐ฬ
= 78,39 dengan varians yaitu S2= 116,93 dan standar deviasi yaitu S= 10,81. Sedangkan nilai mean atau rerata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV yang mengikuti pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional, yaitu ๐ฬ
= 71,67 dengan varians yaitu S2= 96,04 dan standar deviasi yaitu S= 9,80.
diperoleh
2 Kontrol adalah ๐โ๐๐ก = โ61
dan ketentuan
(๐๐โ๐๐)2 ๐๐
= 4,62.
2 Harga ๐โ๐๐ก yang diperoleh dari kelompok
eksperimen adalah
2 ๐โ๐๐ก = โ61
(๐๐โ๐๐)2 ๐๐
๐๐
= 2,47.
Berdasarkan hasil uji uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa kedua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Setelah data lulus uji prasyarat data maka dilanjutkan dengan uji hipotesis penelitian (Ha) dan hipotesis nol (Ho).Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda mean (uji-t) polled varians karena jumlah n1 = n2 varian homogen. Kriteria pengujian hipotesis ialah jika thitung < ttabel maka Ha ditolak dan Ho diterima, sebaliknya jika thitung > ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak.
harga (X hitung) yang diperoleh dibandingkan dengan harga (X 2 tabel) dengan derajat kebebasan (db) = (jumlah klasifikasi - 1) = (6 - 1) = 5 dan taraf signifikansi 5% =11,07. Dari tabel kerja 2 ๐โ๐๐ก = โ61
(๐๐โ๐๐)2
1,10 dan berdasarkan tabel taraf signifikansi 5% dengan dk = (30,32) diperoleh Ftabel = 1,82. Maka, dapat dikatakan bahwa nilai post-test penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada kelas eksperimen dan pada kelas kontrol memiliki varians yang sama atau homogen, karena Fhitung < Ftabel maka Ho diterima dan Haditolak.
2
diperoleh
= 2,47.
Uji homogenitas varians dilakukan berdasarkan data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dalam pembelajaran IPA. Dari hasil analisis diperoleh Fhitung =
Uji Normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sebaran data skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak sehingga dapat menentukan teknik analisis datanya. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan analisis Chi-Kuadrat dengan ๐๐
๐๐
Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga X2tabel dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga X2tabel = 11,07, karena X2hitung<X2tabel (2,47 < 11,07) maka H0 diterima atau Ha ditolak. Ini berarti sebaran data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok kontrol berdistribusi normal.
dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.
( ๐0 โ ๐๐ )2
(๐๐โ๐๐)2
2 Harga ๐โ๐๐ก yang diperoleh dari kelompok
Perhitungan analisis data hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada kelas eksperimen yakni siswa yang menggunakan model pembelajaran Word Square berbantuan media lingkungan memiliki nilai mean lebih tinggi daripada kelompok kontrol yaitu๐ฬ
= 78,39 >๐ฬ
= 71,67. Sebelum
rumus ๐ 2 โ๐๐ก = โ๐๐
2 ๐โ๐๐ก = โ61
= 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Berdasarkan analisis data diketahui
pengujian H0 ditolak dan Ha diterima karena thitung >ttabel.
thitung= 2,676 dan ttabel= 2,000 untuk dk = n1+n2-2= 64 dengan tara f signifikansi 5%. Maka dapat dikatakan bahwa kriteria
. Adapun hasil analisis uji-t dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis Hipotesis No 1
Sampel Kelompok eksperimen
N
Dk
33
ฬ
๐ฟ
S2
78,39
10,81
71,67
9,80
64 2
Kelompok Kontrol
33
thitung
ttabel
2,676
2,000
konvensional pada kelas IV SD Gugus Pangeran Diponegoro Tahun Ajaran 2016/2017. Hal ini disebabkan karena dengan menerapkan model pembelajaran Word Square berbantuan media lingkungan, siswa menjadi lebih aktif dan bersemangat dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran Word Square yakni salah satu pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dan ketelitian dalam mencocokan jawaban pada kotakkotak jawaban, sehingga disini dituntut kejelian siswa dalam menjawab soal yang diberikan. Selain itu siswa juga dilibatkan aktif dalam kondisi pembelajaran. Ciri yang paling menonjol dalam model pembelajaran Word Square adalah terdapat kombinasi ketepatan menjawab, ketelitian dan kejelian siswa dalam menjawab soal secara individu maupun kelompok. Word Square adalah sejumlah kata yang disusun satu dibawah yang lain dalam bentuk bujur sangkar dan dibaca secara mendatar dan menurun. Model pembelajaran Word Square memiliki keunggulan yaitu mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan karena pembelajaran berupa permainan, melatih siswa berdisiplin, merangsang siswa untuk berfikir efektif karena model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat
Dengan demikian maka dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan antara penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD N 11 Pemecutan yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Word Square berbantuan media lingkungan dan siswa kelas IV SD N 1 Pemecutan yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus Pangeran Diponegoro Kecamatan Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017. Sesuai dengan hasil penelitian yaitu adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa model pembelajaran Word Square berbantuan media lingkungan berpengaruh terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa. PEMBAHASAN Berdasarkan uji-t diketahui bahwa
thitung = 2,676 sedangkan dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 64 diperoleh harga ttabel = 2,000. Dengan demikian, thitung = 2,676> ttabel(๐ผ = 0,05, 64)= 2,000, sehingga hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Ini berarti terdapat perbedaan yang antara penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Word Square berbantuan media lingkungan dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
terhadap materi yang disampaikan, melatih kete litian dan mencari jawaban dalam lembar kerja. Selain itu istimewanya model pembelajaran ini juga bisa dipraktekkan unuk semua mata pelajaran. Hanya tinggal bagaimana guru dapat memprogram sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang siswa untuk berfikir efektif. Tujuan huruf atau angka pengecoh bukan untuk mempersulit siswa namun untuk melatih sikap teliti dan kritis (Kurniasih, 2015:97). Model pembelajaran Word Square yang awalnya berdiri sendiri akan tetapi disisipkan media lingkungan sebagai dasar dalam pembelajaran yang mengunakan model pembelajaran Word Square. Sintak atau langkah โ langkah yang dipakai dalam pembelajaran dikelas yaitu sintak model pembelajaran Word Square yang dilengkapi dengan pemanfaatan lingkungan sebagai media pembelajaran. Widiartini ( 2014) menyatakan adapun sintak dalam model pembelajaran Word Square berbantuan media Lingkungan adalah sebagai berikut : 1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa, 2) Guru menyajikan media dan kotak Word Square disertai dengan media lingkungan, 3) Siswa membentuk kelompok belajar dan guru membegikan LKS, 4) Siswa dibimbing mengerjakan LKS, 5) Perwakilan kelompok membecakan hasil kerja kelompoknya, 6) Guru memberikan penghargaan, 7) Siswa dibantu guru menyimpulkan hasil pembelajaran. Dari berbagai penjelasan model pembelajaran Word Square berbantuan media lingkungan merupakan salah satu inovasi dalam membelajarkan siswa dengan memadukan model pembelajaran Word Square yang memanfaatkan lingkungan sebagai perantara pesan atau materi yang dibelajarkan demi menunjang pengetahuan siswa dengan situasi nyata dan sebagai media nyata untuk mengkonkretkan pengetahuan siswa.
Lestari (2012) model pembelajaran Word Square merupakan salah satu model yang membutuhkan suatu kejelian dan ketelitian siswa yang dapat merangsang siswa untuk berpikir efektif melalui permainan acak huruf dalam pembelajaran, model pembelajaran Word Square (MPWS) merupakan salah satu model yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokkan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Pada model pembelajaran Word Square ini, para siswa dipandang sebagai objek dan subjek pendidikan yang mempunyai potensi untuk berkembang sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki. Jadi dalam hal ini guru sebagai fasilitator belajar. Melalui model pembelajaran ini, siswa tidak hanya diajak untuk belajar, namun diselipkan dengan bermain yang membuat siswa tidak mudah merasa bosan dalam belajar IPA. Makna dari bermain ini adalah memberikan selingan kepada siswa saat pelajaran berlangsung, namun tidak keluar dari pelajaran yang dibahas untuk kepuasan dan kesenangan peserta didik agar tidak cepat merasa bosan dan lelah. Sesuai
pendapat
Penelitian ini juga didukung dengan penelitian Sukandheni, (2014) yang
berjudul โPengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan Terhadap Penguasaan kompetensi pengetahuan IPA Kelas V Gugus Budi Utomo Denpasar Timurโ yaitu menyatakan bahwa โPenerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis Lingkungan berpengaruh positif terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada kelas V Gugus Budi Utomo Denpasar Timur Tahun Ajaran 2013/2014โ. Penelitian ini memberikan implikasi bahwa dengan menerapkan model
pembelajaran Word Square berbantuan media lingkungan dapat mengoptimalkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang mengaitkan pembelajaran 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
๐ฬ
= 78,39 >๐ฬ
= 71.67. Selanjutnya melalui uji hipotesis diperoleh thitung = 2,676 dengan taraf signifikansi 5% dan dk = 64 diperoleh harga ttabel = 2,000. Dengan demikian, thitung = 2,676> ttabel(๐ผ = 0,05, 64)= 2,00 sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Ini berarti terdapat perbedaan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Word Square berbantuan media lingkungan dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD gugus Pangeran Diponegoro Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017. Berdasarkan perbedaan nilai rata-rata kedua kelompok dan hasil uji hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan dengan model pembelajaran Word Square berbantuan media lingkungan berpengaruh terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siswa kelas IV SD Gugus Pangeran Diponegoro Denpasar Barat Tahun Ajaran 2016/2017. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Guru disarankan agar dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai masukan dan sebagai bahan pertimbangan untuk menerapkan model pembelajaran Word Square berbantuan media lingkungan pada proses pembelajaran. 2) Siswa diharapkan dapat lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu siswa, diharapkan dapat selalu meningkatkan rasa ingin tahu melalui bertanya apabila ada yang belum di pahami, agar pengembangan pola pikir siswa dapat lebih luas, kritis dan inovatif. 3) Kepala sekolah sebaiknya mampu mengadakan kebijakan baru terkait dengan meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah demi kualitas mutu pendidikan yang lebih baik. 4) Para
dengan kenyataan hidup di masyarakat sehingga pembelajaran IPA lebih bermakna dan materi tidak cepat dilupakan oleh siswa. SIMPULAN DAN SARAN Hasil post-test IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Word Square berbantuan media lingkungan pada siswa kelas IV SD N 11 Pemecutan memperoleh nilai mean atau rata-rata yaitu ๐ฬ
= 78,39. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa terdapat 7 siswa atau 21,21% siswa memperoleh penguasaan kompetensi pengetahuan dalam kategori sangat baik, 11 siswa atau 33,34% siswa memperoleh penguasaan kompetensi pengetahuan dalam kategori baik, 8 siswa atau 24,24% siswa memperoleh penguasaan kompetensi pengetahuan dalam kategori cukup baik, dan 7 siswa atau 21,21% siswa memperoleh penguasaan kompetensi pengetahuan dalam kategori kurang baik.
Hasil post-test IPA siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD N 1 Pemecutan memperoleh nilai mean atau rata-rata yaitu ๐ฬ
= 71,67. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa terdapat 1 siswa atau 3.030% siswa memperoleh penguasaan kompetensi pengetahuan dalam kategori sangat baik, 6 siswa atau 18,181% siswa memperoleh penguasaan kompetensi pengetahuan dalam kategori baik, 18 siswa atau 54,545% siswa memperoleh penguasaan kompetensi pengetahuan dalam kategori cukup baik, 7 siswa atau 21,212% siswa memperoleh penguasaan kompetensi pengetahuan dalam kategori kurang baik dan 1 siswa atau 3,030% siswa memperoleh penguasaan kompetensi pengetahuan dalam kategori sangat kurang baik.
peneliti lain yang tertarik dengan penelitian ini disarankan untuk melakukan penelitian terhadap model pembelajaran Word Square berbantuan media lingkungan dengan sampel yang lebih luas dan subjek yang berbeda untuk mengetahui pengaruh
Berdasarkan analisis data, diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen lebih besar dari nilai rata-rata kelas kontrol yaitu
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
model pembelajaran Word Square berbantuan media lingkungan pada penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa secara lebih mendalam.
Lingkungan Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V Gugus Budi Utomo Denpasar Timur. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 2.
DAFTAR PUSTAKA
Sukardi. Agung, A. A. Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.
Darmadi, Hamid. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Fajarwati, Reziana. 2015. Penerapan Model Belajar Word Square Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Pokok Bahasan Jenis Pekerjaan Dan Penggunaan Uang Semester II Kelas III SDN 3 Patokan Situbondo. Jurnal mimbar TI Universitas Negeri Surabaya.
Susilowati, dkk. 2010. Pembelajaran Kelas Rangkap 2 SKS. Jakarta: Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional 2010 Trianto.
Kurniasih&Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran. Jakarta: Kata Pena Lestari,
2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
2011. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Jakarta : PT. Bumi Aksara
Widiartini, Sri. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Word Square Terhadap Keterampilan Menyimak Cerita Kelas V SD Gugus IX Kecamatan Buleleng. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 2.
Tia. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Word Square Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas III SD. Jurnal Mimbar BK Universitas Pendidikan Ganesha.
Muriana, Alit. 20014. Pengaruh Model Pembelajaran Word Square Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Desa Tista Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha,Volume 2. Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks. Sukandheni. 2014. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square Berbasis 10