e-journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI BERNUANSA OUTDOOR STUDY TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA SISWA KELAS V Kadek Dewi Trisnayanti1, Dr. I G A. Agung Sri Asri, M.Pd2, Drs. I Ketut Adnyana Putra, M.Pd3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan penguasaankompetensi pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri bernuansa outdoor studydengan siswa yang dibelajarkan secara konvensional pada siswa kelas VSD Negeridi Gugus Budi Utomo Tahun Ajaran 2016/2017.Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain penelitian nonequivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Negeri Gugus Budi Utomo dengan jumlah siswa sebanyak 313 siswa. Sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 82 siswa, 40 siswa kelas VB SD Negeri 1 Kesiman sebagai kelas eksperimen dan 42 siswa kelas V SD Negeri 5 Kesiman sebagai kelas kontrol. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling.Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes jenis objektif bentuk pilihan ganda biasa. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis data uji-t. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh t hit = 3,27>ttab = 2,00 pada taraf signifikan 5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penguasaan kometensi pengetahuan IPA antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri bernuansa outdoor study dengan siswa yang dibelajarkan secara konvensional, dan dilihat dari nilai rata-rata kelas eksperimen X = 79,08> X = 72,74 pada kelas kontrol. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri bernuansa outdoor study berpengaruh terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Negeri Gugus Budi Utomo Tahun Ajaran 2016/2017. Kata kunci: Inkuiri, outdoor study, kompetensi pengetahuan, IPA.
Abstract This research aimed to determining the significant defference mastery of knowledge competence in Science learning among groups of students that learned using Inquiry Learning Model nuanced outdoor study with groups of students that learned using conventional learing to fifth grade elementary school studens at the Cluster Budi Utomo.Type of this research was quasi-experimental, with non-equivalent control group design. The population in this research were all of students in fifth grade elementary school students at the cluster Budi Utomo school years 2016/1017 amounted 313 students. The sample of this research using random sampling technique. To determine experiment group and control group I do it with draw and get the fifth-B 1
e-journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
grade of SD Negeri 1 Kesiman students amounted 40 students as experiment group and the fifth grade of SD Negeri 5 Kesiman students amounted 42 students as control group. Method of collecting data in this research using the multiple-choice text test method. Data that has been collected is analyzed using inferential statistics analysis method (uji-t). Based on data analysis, obtained thit = 3,27>ttab = 2,00 at significant level 5%. So it can be conclude that there are significant differences mastery of knowledge competence in science learning among groups of students that learn using Inquiry Learning Model nuanced outdoor study with groups of students that learned using conventional learing, and seen from the average value experiment group X = 79,08> X = 72,74 on control group. In this research it can be conclude that there application Inquiry Learning Model nuanced outdoor study effect on mastery of knowledge competence in science fifth grade elementary school studens at the Cluster Budi Utomo school years 2017/2017. Keywords: Inquiry, outdoor study, knowledge competence, science.
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM). Melalui pendidikan, manusia dapat mewujudkan semua potensi dirinya baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Pendidikan dapat diperoleh melalui pendidikan formal maupun pendidikan nonformal Pendidikan sekolah dasar (SD) merupakan salah satu jenjang pendidikan formal bagi siswa. Melalui pendidikan di SD siswa memperoleh kemampuan dasar untuk mengembangkan potensi keberhasilan dan kegagalan siswa selama mengikuti pembelajaran yang akan sangat menentukan masa depannya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Agar tujuan pembelajaran di sekolah dapat tercapai dengan baik, maka pembelajaran di SD hendaknya bersifat mendidik, mencerdaskan, membangkitkan aktivitas dan kreativitas anak, efektif, demokratis, menantang dan menyenangkan. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 menekankan pada pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkontruksi suatu
konsep (Permendikbud No. 57 Tahun 2014). Dalam pendekatan saintifik terdapat 5 pengalaman belajar yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan yang dikenal dengan 5M (Daryanto, 2014). Menurut Permendikbud No 57 Tahun 2014, kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Mata pelajaran IPA sangat penting diberikan bagi siswa di SD, karena melalui mata pelajaran ini siswa diajarkan untuk mengenal lingkungan alam di sekitarnya untuk dapat menjalani kehidupan yang baik di tengah-tengah lingkungan. Menurut Wisudawati (2015:22), “IPA merupakan bidang ilmu, yang memiliki karakteristik khusus mempelajari fenomena alam dan fakta”. Selain menurut Wisudawati, Samatowa (2011:5) mejelaskan, “IPA sebagai ilmu dan penerapanya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi bermanfaat”. Sejalan dengan pendapat tersebut, Susanto (2015:167) menyatakan bahwa “pembelajaran IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan”. 2
e-journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat dirangkum bahwa pembelajaran IPA merupakan pembelajaran yang penerapanya mengacu pada suatu prinsipprinsip serta menumbuhkan sikap ilmiah dalam suatu pengamatan untuk menyelesaikan suatu permasalahan dan mendapatkan suatu kesimpulan. Dalam pembelajaran IPA siswa diajak untuk mengenal alam lebih mendalam dalam meyelesaikan suatu permasalahan. Berdasarkan hasil observasi pada siswa kelas V SD Negeri Gugus Budi Utomo proses pembelajaran khususnya untuk kompetensi pengetahuan IPA masih sangat kurang dikarenakan pembelajaran kurang menarik dan monoton, sehingga kompetensi yang dimiliki siswa kurang optimal, penggunaan media sebagai pendukung pembelajaran masih sangat kurang untuk diterapkan, serta interaksi siswa masih kurang sehingga pembelajaran masih bersifat monoton. Maka untuk itu diperlukan model pembelajaran yang dapat mendukung siswa untuk lebih dekat dengan alam. Salah satunya adalah model pembelajaran inkuiri. Pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran melalui pengalaman langsung dalam melibatkan proses pemecahan masalah secara ilmiah dan empiris (Wibowo, 2015). Pembelajaran inkuiri merupakan “rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan” (Marhaeni, 2013:168). Sedangkan menurut Widiyantini (2014), menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri merupakan prosedur pengajaran yang menekankan kegiatan siswa secara mandiri untuk menemukan konsep-konsep keilmuan yang membutuhkan penguasaan berfikir secara ilmiah. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat dirangkum bahwa pembelajaran inkuiri merupakan suatu proses pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kristis dan
analitis yang melalui pemecahan masalah secara ilmiah dengan menemukan suatu konsep melalui pengetahuannya sendiri. Keunggulan model pembelajaran inkuiri dapat mengarahkan seluruh potensi yang mereka miliki, mulai dari kreativitas hingga imajinasi dan siswa akan menjadi pembelajar aktif dalam proses pembelajaran (Marhaeni,2013). Ciri-ciri model pembelajaran inkuiri sebagai adalah menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan permasalahan yamg artinya pembelajaran inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Suasana dalam kegiatan pembelajaran memiliki peranan penting dalam tercapainya kompetensi pembelajaran terlebih pada kompetensi pengetahuan. Dalam pembelajaran IPA suasana di luar kelas dapat menjadi alternatif dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran diluar kelas secara khusus adalah “kegiatan belajar mengajar antara guru dan murid, namun tidak dilakukan didalam kelas, tetapi dilakukan diluar kelas atau alam terbuka, sebagai kegiatan kegiatan pembelajaran siswa” (Vera, 2012:16). Sejalan dengan hal tersebut menurut Sugiartini (2014), pembelajaran di luar kelas mengarahkan para siswa untuk melakukan aktivitas yang bisa membawa mereka dapat memecahkan permasalahan dalam pembelajaran dengan melakukan penyelidikan guna mencari jawaban maupun memecahkan masalah. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat dirangkum bahwa pembelajaran diluar kelas bisa dipahami sebagai suatu kegiatan menyampaikan pembelajaran berlangsung dialam terbuka dan melibatkan alam secara langsung sebagai sumber belajar. Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari. Menurut Susanto (2014:102) mengartikan “pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang sangat abstrak dan teoritis serta perilaku dibangun atas 3
e-journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017 kebiasaan”. Dalam penelitian ini sekolah yang menjadi sampel adalah sekolah yang sudah menggunakan kurikulum 2013. Jadi pembelajaran konvensional di sekolah tersebut adalah pendekatan saintifik. Menurut Kosasih (2016:72), Pendekatan saintifik merupakan “pendekatan yang mengutamkan kegiatan pembelajaran untuk menekankan kreativitas dan temuantemuan siswa”. Sedangkan menurut Daryanto (2014:51), “pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkontruksi konsep,hukum atau prinsip melalui suatu tahapan”. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dirangkum bahwa pendekatan saintifik merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan pada peran siswa secara aktif dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui proses atau metode ilmiah, sehingga siswa tidak hanya sekadar tahu melainkan memperoleh perubahan sikap berdasarkan proses yang telah dilakukan. Pada dasarnya Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan suatu usaha manusia dalam memahami keadaan alam semesta melalui suatu pengamatan yang tepat pada sasaran serta menggunakan suatu prosedur, dan dijelaksan mengenai suatu pemikiran atau penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan (Susanto, 2015). Menurut Wisudawati (2015:22) mengartikan “IPA merupakan rumpun ilmu yang memiliki karakteristik khusus mempelajari fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa kenyataan (reality) atau kejadian (events) dan hubungan sebab akibatnya”. Selanjutnya Wijayanti (2013) mengartikan bahwa tujuan IPA mengarah pada pengembangan suatu pengembangan kompetensi pengetahauann yang pada dasarnya meliputi aspek pengetahuan, ketrampilan dan sosial. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirangkum bahwa pembelajaran IPA merupakan usaha manusia untuk mempelajari suatu fenomena atau kejadian alam yang faktual
sehingga mendapatkan suatu kesimpulan untuk mengembangkan suatu aspek pengetahuan, ketrampilan dan sosial. Sehingga dalam proses pembelajaran IPA diperlukanya suatu prosedur untuk menarik suatu kesimpulan mengenai suatu permasalahan. Kompetensi pengetahuan IPA merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam memahami suatu kejadian alam melalui pengamatan yang tepat dengan menggunakan prosedur yang khususnya mengacu pada pengetahuan siswa yang diharapkan hasilnya sesuai dengan tujuan kurikulum. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD dilakukan dengan mengadakan penyelidikan sederhana dan bukan hafalan terhadap kumpulan konsep IPA. Dengan kegiatan-kegiatan tersebut dalam pembelajaran IPA akan mendapatkan pengalaman langsung melalui pengamatan, diskusi dan penyelidikan sederhana. Pembelajaran yang demikian akan menumbuhkan sikap ilmiah siswa sehingga siswa menjadi lebih aktif untuk mencari dan mengumpulkan informasi. Dengan demikian pembelajaran IPA akan menjadi lebih menyenangkan dan bermakna bagi siswa. Berdasarkan teori dan kenyataan yang telah dipaparkan, penulis sangat tertarik mengadakan penelitian guna melihat keefektifan penerapan model pembelajaran inkuiri bernuansa outdoor study dalam pembelajaran IPA, karena pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung untuk menjadikan pembelajaran bermakna bagi siswa serta memperoleh hasil belajar yang maksimal. Untuk itu perlu penelitian yang lebih seksama tentang “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Bernuansa Outdoor Study Terhadap Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas V SD Negeri Gugus Budi Utomo Tahun Ajaran 2016/2017”. METODE Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Gugus Budi Utomo Denpasar Timur. 4
e-journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017 keseluruhan”. Sedangkan menurut Sugiyono (2016:81), “sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat dirangkum bahwa sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili anggota populasi. Dari pengertian tersebut memberi gambaran bahwa sampel mewakili populasi untuk dijadikan sebagai sumber data penelitian. Dalam penelitian ini sampel yang dipilih adalah dua kelas, yaitu satu kelas eksprimen dan satu kelas kontrol. Maka dalam penelitian ini, sampel dari populasi diambil dengan teknik random sampling, artinya “teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian” (Sugiyono, 2016:81). Untuk menentukan kelas eksprimen dan kelas kontrol menggunakan teknik random sampling. Langkah penentuan sampel adalah sebagai berikut. Teknik pengambilan dengan teknik random samping yakni pada tahap pertama, dilakukan dengan dengan undian, sehingga semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel penelitian. Dengan menulis semua nama sekolah kelas V di seluruh Gugus Budi Utomo masing-masing kertas yang jumlahnya 7 SD, kemudian kertas digulung. Masukkan gulungan kertas ke dalam kotak dan dikocok. kemudian dilakukan random dan diambil 2 kelas sebagai sampel. Sampel yang diperoleh dari hasil random adalah kelas VB SD Negeri 1 Kesiman berjumlah 40 siswa dan kelas V SD Negeri 5 Kesiman berjumlah 42 siswa. Sampel penelitian tersebut selanjutnya diberikan pretest untuk penyetaraan. Nilai dari hasil pretest dianalisis menggunakan uji t. Sebelum uji kesetaraan menggunakan uji t, data hasil pretest diuji prasyarat yaitu normalitas dan homogenitas. Karena data pretest yang diperoleh sudah memenuhi prasyarat uji normalitas dan homogenitas. Tahap kedua kemudian dianalisis menggunakan uji t.
Lebih tepatnya di SD Negeri 1 Kesiman yang beralamat di Jalan WR. Supratman No. 174, Denpasar Timur dan di SD Negeri 5 Kesiman yang beralamat di Jalan Waribang No. 17, Denpasar Timur. Penelitian ini dilakukan pada semester 2 Tahun Ajaran 2016/2017. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2017 perlakuan sebanyak 6 kali di kelas eksperimen dan 6 kali di kelas kontrol. Rancangan penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasy eksperimen). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri bernuansa outdoor study terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Negeri Gugus Budi Utomo Tahun Ajaran 2016/2017. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah “Nonequivalent control group design”. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Gugus Budi Utomo Tahun Ajaran 2016/2017. Populasi merupakan kelompok yang digunakan peneliti sebagai subyek penelitian. Menurut Sugiyono (2016:80), mengartikan “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Sedangkan menurut Setyosari (2015:221), “populasi adalah keseluruhan dari objek, orang, peristiwa, atau sejenisnya yang menjadi perhatian dan kajian dalam penelitian.” Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dirangkum bahwa populasi merupakan keseluruhan dari objek, orang, peristiwa atau sejenisnya yang menjadi perhatian dan kajian dalam penelitian yang ditetapkan oleh peneliti untuk dicari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Populasi dari penelitian ini terdiri dari 7 SD dan 9 kelas. Jumlah populasi seluruhnya berjumlah 313 orang siswa. Sampel merupakan bagian dari populasi, menurut Setyosari (2015:221), “sampel adalah suatu kelompok yang lebih kecil atau bagian dari populasi secara 5
e-journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Setelah sampel dinyatakan setara, maka dapat dilanjutkan dengan tahap ketiga dengan melakukan pengundian untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dari hasil pengundian diperoleh kelas VB SD Negeri Kesiman sebagai kelas eksperimen dan kelas V SD Negeri 5 Kesiman sebagai kelas kontrol. Kesetaraan sampel diuji dengan rumus uji t dengan polled varian. Metode pengumpuan data adalah suatu cara yang dilakukan dalam penelitian untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan pada siswa kelas V SD Negeri Gugus Budi Utomo Tahun Ajaran 2016/2017 yang menjadi anggota sampel. Metode pengumpulan data merupakan cara atau teknik yang dilakukan dalam mengumpulkan data penelitian. Metode tes digunakan dalam penelitian ini yang merupakan metode pengumpulan data melalui pemberian tes. Menurut Sudijono (2015:67), menyatakan tes merupakan “cara atau teknik pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan dalam bentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas berupa pertanyaan-pertanyaan atau perintah-perintah yang harus dikerjakan siswa, sehingga dapat menghasilkan nilai (angka) yang melambangkan penguasaan kompetensi”. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tes penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Data tes penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa merupakan jenis data yang bersifat kuantatif (menghasilkan data berupa angka). Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengukur data dalam penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dalam bentuk tes penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa. Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif tipe pilihan ganda biasa (PGB). Hal ini didukung oleh
pendapat Suharsimi (2013:183), yang menyatakan “tes pilihan ganda (multiple choice test) terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap, dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban benar yang telah disediakan”. Tes yang diberikan untuk mengetahui kompetensi pengetahuan IPA. Berjumlah 50 butir soal yang dilengkapi dengan empat pilihan jawaban yaitu (a, b, c, dan d). Tes penguasaan kompetensi pengetahuan IPA yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti sendiri. Jumlah soal 50 butir yang diuji coba terlebih dahulu pada kelas yang lebih tinggi dari kelas yang diteliti yaitu diuji coba pada kelas VI. Uji coba instrumen digunakan dalam menguji tes penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa melalui uji validitas, daya beda, indeks kesukaran, dan reliabilitas. Uji coba instrumen diuraikan yang terdiri dari uji validitas, daya beda, indeks kesukaran, dan reliabilitas. Supaya tes yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai kualitas yang baik, perlu melakukan uji validitas. Menurut Suharsimi (2013:73), menyatakan “suatu instrumen disebut valid apabila instrument itu dapat mengukur apa yang hendak diukur”. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu validitas isi dan validitas butir. Menurut Sugiyono (2016:129), menyatakan bahwa “validitas isi adalah validitas dari segi isinya atau apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan isi atau materi pelajaran yang diajarkan”. Uji validitas isi dalam penelitian ini adalah kurikulum dan kisi-kisi. Untuk mengukur validitas butir tes kompetensi pengetahuan IPA dalam bentuk objektif pilihan ganda digunakan rumus koofesien korelasi point biserial (rpbi).Nilai yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan nilai yang diperoleh dari r tabel, jika r hitung > r tabel maka dalam katagori valid. Perhitungan yang dilakukan berdasarkan jumlah responden dengan taraf signifikansi 6
e-journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
5% maka diperoleh > rtabel = 0,312. Berdasarkan perhitungan tersebut, dari 50 butir tes yang diujikan diperoleh hasil 30 butir tes yang valid dan 20 butir tes yang tidak valid. Suatu instrument penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Menurut Suharsimi (2013:100) menyatakan, “suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap”. Uji reliabilitas dilakukan terhadap butir soal yang valid saja, dengan demikian uji reliabilitas bisa dilakukan setelah dilakukan uji validitas. Berdasarkan hasil perhitungan terhadap 30 butir tes yang dinyatakan valid dan memiliki daya beda cukup sampai dengan baik sekali, maka diperoleh r11= 0,90. Berdasarkan hal tersebut, maka r11> 0,70 yang berarti tes objektif tipe pilihan ganda biasa pada penelitian ini tergolong reliabel. Pengertian daya pembeda (DP) dari sebuah butir soal adalah menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal Dengan kata lain daya pembeda butir soal adalah “kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang bodoh berkemampuan rendah’’(Suharsimi, 2013:226). Berdasarkan hal tersebut hasil penelitian ini terdapat 8
butir soal dengan kategori cukup, 14 butir soal dengan kategori sangat baik dan 8 butir soal dengan kategori baik. Tingkat kesukaran dapat dipandang sebagai kesanggupan atau kemampuan siswa menjawab tes yang diberikan. Bisa juga dikatakan bahwa tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan proporsi peserta tes yang menjawab benar butir soal yang diberikan. Sedangkan tingkat kesukaran perangkat tes adalah bilangan yang menunjukkan rata-rata proporsi siswa yang dapat menjawab seluruh tes tersebut. Tingkat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut dengan indeks kesukaran. Indeks kesukaran berkisar antara nilai 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya indeks kesukaran soal mendekati 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah. Berdasarkan hal tersebut hasil penelitian ini terdapat 7 soal dengan kategori sukar, 14 soal dengan kategori sedang dan 7 soal dengan kategori mudah. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah iji prasyarat analisi. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis menggunakan uji normalitas, dan uji homogenitas varians untuk mengetahui apakah kedua data yang diperoleh tersebut normal dan homogen. Teknik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji-t. HASIL
DAN
PEMBAHASAN
Table 1. Deskripsi Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Statistik Deskripstif Kelas Eksperimen Kelas Kontrol N Mean Nilai Terendah
40 79,08 63
42 72,74 60
Nilai Tertinggi Varian
93 79,66
90 70,88 7
e-journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Standar Deviasi
8,93
8,42
Data yang diperoleh dari penelitian ini kemudian dianalisis menggunakan statistik melalui tahapan meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis Maka harus dilakukan beberapa uji prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas dan ujihomogenitas varian. Hasil uji normalitas kelas eksperimen, diperoleh Chi-Kuadrat hitung ( Xh2hitung = 10,05) kemudian nilai tersebut dibandingkan dengan Chi-Kuadrat tabel ( Xh2tabel= 11,07). Hal ini menunjukkan bahwa Xh2hitung< Xh2tabel berarti data hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPA kelas eksperimen berdistribusi normal. Hasil uji normalitas kelas kontrol, diperoleh Chi-Kuadrat hitung ( Xh2hitung = 7,34) kemudian nilai tersebut dibandingkan dengan Chi-Kuadrat tabel ( Xh2tabel= 11,07). Hal ini menunjukkan bahwa Xh2hitung< Xh2tabel berarti data hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPA kelas kontrol berdistribusi normal. Homogenitas varian data penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dianalisis dengan uji F Dari hasil analisis, diperoleh Fhitung = 1,12 dan Ftabel = 1,78. Hal ini berarti Fhitung < Ftabel , sehingga data
Kelas Eksperimen Kontrol
kedua kelompok memiliki varian yang homogen. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri bernuansa outdoor study dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di Gugus Budi Utomo Tahun Ajaran 2016/2017. Hasil uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan homogenitas varian yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh kedua kelompok sampel berdistribusi normal dan memiliki varian yang homogen. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji-t dengan polled varian. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thitung = 3,27 dan untuk taraf signifikansi 5% dengan dk = (40 + 42 - 2) = 80 diperoleh ttabel = 2,00. Dengan demikian, nilai thitung > ttabel yakni 3,27>2,00 sehingga Ho ditolak.
Table 2. Uji Hipotesis N DK 40 80 42
Berdasarkan nilai ttabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = (40 + 42 - 2) = 80 diperoleh batas penolakan hipotesis nol pada ttabel = 2,00 dan hasil analisis data diperoleh thitung = 3,27. Hal ini berarti nilai thitung = 3,27> ttabel = 2,00 maka hipotesis nol yang berbunyi adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri
thitung
ttabel
3,27
2,00
bernuansa outdoor study dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di Gugus Budi Utomo Tahun Ajaran 2016/2017 ditolak. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri bernuansa outdoor study dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada 8
e-journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
siswa kelas V di Gugus Budi Utomo Tahun Ajaran 2016/2017 terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA antara siswa kelas V di SD Negeri Gugus Budi Utomo Tahun Ajaran 2016/2017.
mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri bernuansa outdoor study lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional, dalam hal ini adalah pembelajaran yang hanya menggunakan pendekatan saintifik. Perbedaan hasil penguasaan kompetensi pengetahuan dengan perolehan nilai ratarata yang lebih tinggi pada kelas eksperimen dibandingkan kelas kontrol disebabkan oleh perlakuan berupa model pembelajaran inkuiri bernuansa outdoor study dalam muatan materi IPA diberikan pada kelas eksperimen. Pada kelas eksperimen, kegiatan pembelajaran dalam muatan materi IPA menggunakan model pembelajaran inkuiri bernuansa outdoor study berjalan dengan optimal. Hal ini disebabkan oleh model pembelajaran inkuiri bernuansa outdoor study merupakan suatu inovasi pembelajaran yang menekankan penguasaan bahan – bahan pelajaran melalui pengembangan pada proses berfikir secara kristis dan analitis yang melalui pemecahan masalah dengan pengetahuannya sendiri. Selama kegiatan pembelajaran siswa dapat . Selama kegiatan pembelajaran siswa lebih aktif karena kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri bernuansa outdoor study menciptakan lingkungan belajar yang mengarahkan para siswa untuk melakukan aktivitas yang bisa membawa mereka dapat memecahkan permasalahan dalam pembelajaran dengan melakukan penyelidikan guna mencari jawaban maupun memecahkan masalah. Sehingga pembelajaran diluar kelas mengacu pada pengalaman siswa secara langsung dengan lingkungan disekitar. Berbeda pada kelas kontrol, kegiatan pembelajaran konvensional yang hanya menggunkaan pendekatan saintifik berjalan kurang optimal. Hal ini disebabkan masih banyak siswa yang kurang mampu mengaitkan antar materi pada muatan materi IPA dan kesulitan mengikuti setiap
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan uji hipotesis diperoleh thitnung = 3,27 sedangkan pada taraf signifikansi 5% dan dk = 80 diperoleh nilai ttabel= 2,00 sehingga thitung = 3,27> ttabel = 2,00 . Dengan demikian, hipotesis nol (Ho) ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri bernuansa outdoor study dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di SD Negeri Gugus Budi Utomo Tahun Ajaran 2016/2017. Perolehan hasil perhitungan analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri bernuansa outdoor study( = 79,08) dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional ( = 72,74) memiliki perbedaan sebesar 6,34. Dengan demikian, terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri bernuansa outdoor study dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di SD Negeri Gugus Budi Utomo Tahun Ajaran 2016/2017. Berdasarkan hasil temuan tersebut, dapat dinyatakan kedua kelompok sampel penelitian yang memiliki kemampuan setara, setelah diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri bernuansa outdoor study dan mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional diperoleh hasil penguasaan kompetensi pengetahuan yang berbeda. Hal ini dapat dilihat juga dari siswa yang 9
e-journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
langkah pembelajaran yang perlu diberikan bimbingan lebih khusus. Sedangkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri bernuansa outdoor study pada muatan materi IPA memberikan kesempatan yang lebih luas kepada siswa untuk mengonstruksikan pengetahuannya melalui berbagai kegiatan yang bermakna bagi siswa pada setiap langkah pembelajarannya. Dengan demikian, perbedaan hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dapat terlihat dari langkah pembelajaran yang dilakukan pada kedua kelas tersebut, hasil analisis uji hipotesis, dan nilai rata-rata kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri bernuansa outdoor study dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
thitung >ttabel yaitu 3,27> 2,00, maka Ho yang diajukan ditolak dan menerima Ha. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA atara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri bernuansa outdoor study dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional . Jadi dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri bernuansa outdoor study berpengaruh terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siswa kelas V SD Negeri Gugus Budi Utomo Tahun Ajaran 2016/2017. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disajikan beberapa saran guna peningkatan kualitas pembelajaran IPA di sekolah dasar antara lain sebagai berikut. kepada guru agar lebih kreatif untuk memberikan variasi dalam pembelajaran. fasilitas berupa sumber belajar dan kesempatan yang lebih besar bagi siswa pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri bernuansa outdoor study sehingga tercipta pembelajaran bermakna dan menyenangkan bagi siswa. kepada sekolah agar dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai pendukung sumber belajar guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menciptakan variasi pembelajaran yang menyenangkan di sekolah sehingga sekolah mampu menghasilkan siswa yang berkualitas. kepada peneliti agar hasil penelitian ini digunakan sebagai referensi untuk melaksanakan penelitian selanjutnya atau menemukan inovasi kegiatan pembelajaran lainnya yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penguasaan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang kelas V SD Negeri Gugus Budi Utomo Tahun Ajaran 2016/2017 yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri bernuansa outdoor study memperoleh nilai rata-rata sebesar 79,08 yang termasuk kategori cukup sesuai dengan tingkat kemampuan siswa pada kategori PAP skala lima. Penguasaan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa kelas V SD Negeri Gugus Budi Utomo Tahun Ajaran 2016/2017 yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensionak memperoleh nilai rata-rata sebesar 72,74 yang termasuk kategori cukup sesuai dengan tingkat kemampuan siswa pada kategori PAP skala lima. Hasil penelitian analisis data postest menunjukkan bahwa nilai rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA kelas eksprimen lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelas kontrol yakni 79,08> 72,74. Berdasarkan analisi uji t diperoleh thitung Sebesar 3,27 dan ttabel dengan dk = 40+42-2= 80 dengan menggunakan taraf signifikansi 5% sebesar 2,00. Karena
DAFTAR PUSTAKA Arikunto,Suharsimi. 2013. Dasar- Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Daryanto. 2014. Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media. 10
e-journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Kosasih. 2016. Strategi Belajar Dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta: Alfabeta. Susanto, Ahmad. 2015. Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.
Marhaeni, A.A.I.N. 2013. Landasan Dan Inovasi Pembelajaran. Singaraja: Undiksha.
Vera, Adelia. 2012. Metode Mengajar Di Luar Kelas (Outdoor Study). Jogjakarta: Diva Press.
Permendikbud. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Kementian Pendidikan dan Kebudayaan.
Wisudawati, Asih Widi & Eka Sulistyawati. 2015. Metodelogi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara. Widiyantini, Gusti Ayu Putu Nova. 2014. “Pengaruh Pembelajaran Ikuiri Berbantuan Herbarium Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 32 Pemecutan”. Mimbar PGSD Undiksha. Volume 2 Nomor 1.
Samatowa, Usman 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks. Setyosari, Punaji. 2015. Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan. Jakarta: Prenada Media Group.
Wibowo. 2015. “Pengembangan dan Implementasi Perangkat Pembelajaran IPA Berbasis Inkuiri”. UNY 2015. Volume 1 Nomor 2.
Sudijono, Anas. 2015. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sugiartini, Ni Nyoman Ayu. 2014. “Model Pembelajaran Inkuiri Bernuansa Outdoor Study Berpengaruh Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus 2 Kuta Utara Tahun Ajaran 2013/2014. Mimbar PGSD Undiksha 2014.Volume 2, Nomor 1.
Wijayanti, Syahrudin, dkk. 2013. “Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Terhadap Pemahaman Konsep IPA Siswa SD Kelas V Di Gugus XIV Buleleng”. Mimbar PGSD Undiksha. Volume 1 Nomor 3.
11