e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TSTS BERBANTUAN PETA KONSEP TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA SISWA KELAS V Trishna Ayudya Pratiwi1, I Wayan Wiarta2, I Wayan Sujana3 1,2,3Jurusan
PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia email:
[email protected],
[email protected],
[email protected],
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran cooperative type Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Gugus Jendral Sudirman Tahun Pelajaran 2016/2017.Desain penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan kelompok Non-Ekuivalen.Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus Jendral Sudirman Tahun Pelajaran 2016/2017 Denpasar Selatan yang berjumlah 342 orang.Sampel ditentukan dengan teknik random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VB SD Negeri 6 Sesetan dengan jumlah 48 siswa sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas V SD Negeri 13 Sesetan jumlah 43 siswa sebagai kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode tes dalam bentuk tes objektif pilihan ganda biasa. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji t. Hasil analisis data diperoleh thitung= 8,32 sedangkan pada taraf signifikansi 5% dan dk = 98 diperoleh nilai ttabel = 1,980, jadi thitung = 8,32> ttabel = 1,980. Berdasarkan kriteria pengujian, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Adapun nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPA pada kelompok yang dibelajarkan dengan model pembelajaran cooperative type Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep adalah adalah 79,71 sedangkan pada kelompok yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran cooperative type Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep adalah 60,49. Rata-rata kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eskperimen lebih darirataratakompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok kontrol ( X ekperimen = 79,71> X kontrol = 60,49). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran cooperative type Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Gugus Jendral Sudirman Tahun Pelajaran 2016/2017. Kata-kata kunci:TSTS, peta konsep, pengetahuan IPA Abstract This study aims to determine the effect of cooperative learning model type Two Stay Two Stray assisted concept map of science knowledge competence of grade V students of SD Gugus Jendral Sudirman Lesson Year 20016/2017. The design of this study was a quasi-experimental study with a NonEquivalent group design. The population of this study is all students of grade V SD Gugus Jendral Sudirman Lesson Year 2016/2017 South Denpasar, amounting to 324 people. Sampels were taken by random sampling technique. The sample in this study is the students of grade VB SD Negeri 6 Sesetan with amount of 48 students as the experimental group and the students of grade V SD 13 Sesetan with amount of 43 students as the control group. The data were collected using the test method in the form of a standard multiple-choice objective test. The data obtained were analyzed using the t-test. The result of data analysis obtained thitung = 8,32 while at 5% significance level and dk = 98 obtained ttabel value = 1,980 so thitung = 8,32> ttabel = 1,980. Based on the test criteria, Ho is rejected and Ha accepted. The average value of science knowledge competence in the group that is taught by cooperative learning model type Two Stay Two Stray assisted concept map is 79,71 while in the group that is not studied by
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
cooperative learning model type Two Stay Two Stray assisted concept map is 60,49. The average science knowledge competence of experimental group students is more than the average science knowledge competence of control group (experimental = 79,71> control = 60,49). Based on the result, it can be concluded that the cooperative type learning model Two Stay Two Stray assisted concept map has an effect on knowledge competence of science student of grade fifth SD Gugus Jendral Sudirman Lesson Year 2016/2017. Keywords:TSTS, concept map, Science Knowladge
PENDAHULUAN
Agar mencapai tujuan pendidikan dasar yang seutuhnya, maka sekolah merupakan salah satu tempat yang tepat bagi peserta didik untuk mengembangkan potensi sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Untuk mengembangkan potensi siswa perlu diterapkan model pembelajaran inovatif dan konstruktif dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 di sekolah dasar diterapkan melalui pembelajaran berbasis tematik integratif pada seluruh jenjang kelas. Proses pembelajaran berangkat dari suatu tema yang menjadi acuan dasar. Tema tersebut merupakan gabungan dari beberapa muatan pelajaran yang relevan dengan kompetensi di SD. Salah satu muatan pelajaran yang diintegrasikan adalah muatan materi IPA.IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) atau yang sering disebut juga dengan istilah pendidikan sains adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Mata pelajaran IPA merupakan “Program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada siswa serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa” (Novrina, 2010:67). Selain itu, Setyosari (2015:171) berpendapat bahwa pembelajaran IPA di sekolah dasar memiliki tujuan sebagai(1)memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan kebeneran, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. (2)mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (3)mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. (4)mengembangkan keterampilan proses
Perkembangan dan perubahan yang terjadi dewasa ini tidak terlepas dari peran pendidikan.Peran pendidikan amatlah sangat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia karena pendidikan pada dasarnya merupakan usaha pengembangan sumber daya manusia.Pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI No. 2 Tahun 2003).Berdasarkan fungsi pendidikan nasional di atas, maka peran guru menjadi penentu keberhasilan misi pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Mengingat hal tersebut, pendidikan dasar merupakan tonggak awal peningkatan SDM.Banyak pihak yang menaruh perhatian bahwa pendidikan dasar adalah jembatan bagi upaya peningkatan pengembangan SDM bangsa untuk dapat berkompetisi dalam skala regional maupun internasional.Di samping itu, sekolah dasar merupakan landasan bagi pendidikan selanjutnya. Mutu pendidikan yang baik di tingkat sekolah dasar akan meningkatkan mutu pendidikan pada jenjang pendidikan di tingkat selanjutnya. Secara formal dan instusional sekolah dasar merupakan salah satu kategori pendidikan dasar pembelajaran di sekolah. Jika ditinjau dari tujuan pendidikan dasar, menurut Susanto (2015:70) menyatakan bahwa “Tujuan pendidikan sekolah dasar dimaksudkan sebagai proses pengembangan kemampuan yang paling mendasar setiap siswa, dimana setiap siswa belajar secara aktif karena adanya dorongan dalam diri dan adanya suasana yang memberikan kemudahan (kondusif) bagi perkembangan dirinya secara optimal”.
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. (5)meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.(6)meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. (7)memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP. Berdasarkan tujuan tersebut maka IPA merupakan salah satu muatan materi yang harus dikuasai oleh siswa secara optimal.Dalam mengoptimalkan pembelajaran IPA terdapat komponenkomponen penting yang harus dipenuhi. Komponen-komponen tersebut mulaidari konsep yang akan diformat guru agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, kesiapan peserta didik dalam mengolah dan mengaplikasikan informasi, hingga penataan lingkungan dalam konteks pelaksanaan pembelajaran IPA (Wisudawati & Sulistyowati, 2016). Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran. Sebagai seorang pendidik, diketahui bahwa profesionalisme seorang guru bukan hanya ditentukan pada kemampuannya memahami dan menyampaikan ilmu pengetahuan, tetapi juga kemampuannya melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna pada peserta didik terlebih pada konsep IPA. Seorang pendidik dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran IPA jika guru mampu mengubah pembelajaran yang semula tidak menarik menjadi menarik, yang semula tidak bermakna menjadi bermakna. Namun, pada kenyataanya konsep IPA yang disampaikan oleh guru belum banyak digunakan oleh seorang peserta didik dalam memecahkan masalah yang mereka jumpai karena pada pelaksanaan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas hanya diarahkan pada kemampuan menghafal suatu konsep/informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diperoleh untuk menghubungkannya dengan situasi dalam kehidupan sehari-hari (Susanto, 2015). Selain itu, dalam penerapan pendekatan saintifik saat ini
masih banyak guru yang berorientasi dengan metode ceramah tanpa melibatkan siswa secara aktif pada proses pembelajaran dan tidak menggunakan berbagai model atau strategi pengajaran yang bervariasi serta hanya terpaku dengan satu buku sebagai sumber belajar mengajar tanpa memadukan dengan lingkungan sekitar sehingga peserta didik tidak dapat mengembangkan pengetahuannya secara kontekstual. Tidak berkembangnya kemampuan berfikir siswa yang berpengaruh terhadap sikap rasa ingin tahu yang menyebabkan siswa tidak dapat menyampaikan gagasan dan memberikan respon terhadap suatu masalah yang dimunculkan.Menurut Susanto (2015:165) terbukti dari perolehan Ujian Akhir Sekolah (UAS) yang dilaporkan oleh Depdiknas masih sangat jauh dari standar yang diharapkan. Hal ini diperkuat oleh hasil observasi peneliti di seluruh kelas V SD Gugus Jendral Sudirman Denpasar Selatan Tahun Pelajaran 2016/2017 yang dilaksanakan pada tanggal 19 Januari 2017, bahwa nilai ulangan akhir semester I pada muatan materi IPA, yaitu dari 341 siswa, 12 siswa yang mendapat nilai A, 10 siswa yang mendapat nilai A-, 27 siswa yang mendapat nilai B+, 21 siswa yang mendapat nilai B, 33 siswa yang mendapat nilai B-, 87 siswa yang mendapat nilai C+, 62 siswa yang mendapat nilai C, 44 siswa yang mendapat nilai C-, 29 siswa yang mendapat nilai D+, dan 16 siswa yang mendapat nilai D. Kriteria Ketuntasan Maksimum (KKM) yang telah ditetapkan di Gugus Jendral Sudirman untuk kompetensi pengetahuan yaitu 70(B-). Jadi dari data tersebut sebanyak 103 siswa sudah mencapai nilai KKM, sedangkan 238 siswa belum mencapai nilai KKM.Ini menunjukkan bahwa 70% memiliki kompetensi pengetahuan IPA di bawah nilai KKM. Permasalahan tersebut tentunnya membutuhkan suatu solusi. Salah satu solusi yang dapat ditawarkan sebagai inovasi dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan model pembelajaran cooperative type Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep untuk mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan lebih menyentuh pada pembelajaran bermakna dengan 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
menerapkan pembelajaran yang merangsang siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan harapan dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan IPA. Pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray merupakan, “Sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi” (Huda, 2013:207). Sedangkan, menurut Suyatno (2009:66) model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray adalah cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Melalui model ini peserta didik memiliki peran atau aturan main, berani mengemukakan pendapat karena adanya penyampaian informasi kepada kelompok lain dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga model ini dapat melibatkan peserta didik secara aktif dalam menemukan informasi baru.Untuk dapat menemukan informasi siswa harus mampu membedakan suatu konsep dengan konsep lainnya, peristiwa satu dengan peristiwa lainnya yang akan mencapai sebuah kesimpulan. Melalui pemikiran tersebut untuk menggarisbawahi suatu ide-ide utama dalam pembelajaran yaitu dengan menggunakan peta konsep.Menurut Yusuf (2015:289) peta konsep digunakan untuk mengomunikasikan idea-idea dan relasirelasi yang kompleks dan/ membuat struktur berpikir peserta didik menjadi lebih sederhana, sehingga mendorong belajar menjadi lebih bermakna.Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan Trianto (2010:183) yaitu peta konsep merupakan inovasi baru yang penting untuk membantu anak menghasilkan pembelajaran bermakna dalam kelas. Bertolak dari uraian di atas, maka adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu (1) untuk mendeskripsikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran cooperative type Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep pada siswa kelas V SD Gugus Jendral Sudirman Tahun Pelajaran 2016/2017, (2) untuk mendeskripsikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan
melalui pembelajaran yang tidak menggunakan model pembelajaran cooperative type Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep pada siswa kelas V SD Gugus Jendral Sudirman Tahun Pelajaran 2016/2017, (3) untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran cooperative type Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Gugus Jendral Sudirman Tahun Pelajaran 2016/2017. METODE Pelaksanaan penelitian dilakukan di SD Gugus Jendral Sudirman Denpasar Selatan. Waktu penelitian terkait dengan penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan mulai tanggal 14 Maret sampai dengan tanggal 29 April 2017, perlakuan sebanyak 6 kali di kelompok eksperimen dan 6 kali di kelompok kontrol. Jumlah perlakuan yang diberikan telah disesuaikan dengan jam pelajaran terkait materi dalam penelitian ini yang telah diatur dalam kurikulum dan silabus. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen semu(Quasi Experiment). Rancangan eksperimen yang digunakan adalah rancangan kelompok Non-ekuivalen. Dalam rancangan ini, ada dua kelompok subjek mendapat perlakuan. Satu kelompok sebagai kelompok kontrol dan satu lagi sebagai kelompok eksperimen. Kedua kelompok tersebut akan memperoleh prates dan pascates (Setyosari 2015:210). Prates diberikan kepada kedua kelompok yang dilanjutkan dengan memberikan treatment kepada kelompok eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran cooperative type Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep dan memberikan pembelajaran yang tidak menggunakan model pembelajaran cooperative type Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep (pendekatan saintifik) pada kelompok kontrol.Prates tidak dianalisis tetapihanya digunakan untuk penyetaraan kelompok.Setelah perlakuan selesai, kedua kelompok tesebut akan diberikan pascates untuk mengukur kompetensi pengetahuan IPA.
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD Gugus Jendral Sudirman tahun pelajaran 2016/2017. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Random Sampling dengan pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan secara acak yang dilakukan dengan bilangan random, komputer, maupun undian.Pengambilan sampel dilakukan dengan undian, maka setiap anggota populasi diberi nomor terlebih dahulu, sesuai dengan jumlah anggota populasi. Karena teknik pengambilan sampel adalah random maka setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2011:19). Pemilihan sampel pada penelitian ini tidak dilakukannya pengacakan individu melainkan hanya pada kelas karena tidak bisa mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya.Dalam penelitian ini, teknik untuk menentukan sampel adalah Random Sampling dengan mengundi masing-masing kelas V tiap sekolah yang telah diberikan nomor urut, selanjutnya didapatkan dua kelas yang diberikan prates dan dijadikan sampel penelitian. Setelah mendapatkan dua kelas yang dijadikan sampel dilakukan pengundian kembali untuk menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Untuk mengetahui sampel benar-benar setara nilai dari hasil prates tersebut akan diuji prasyarat yaitu normalitas dan homogenitasnya. Jika sudah memenuhi maka hasil prates tersebut dianalisis menggunakan uji-t.Adapun dua kelas yang dijadikan sampel penelitian yakni kelas V B SD Negeri 6 Sesetan sebagai kelompok eksperimen dengan diberi perlakuan berupa model pembelajaran cooperative type Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep dan kelas V SD Negeri 13Sesetan sebagai kelompok kontrol dengan diberi perlakuan berupa pembelajaran yang tidak menggunakan model cooperative type Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep. Dalam penelitian ini data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data mengenai kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Gugus Jendral Sudirman Denpasar Selatan Tahun Ajaran 2016/2017.Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah kompetensi
pengetahuan IPA.Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Data yang dianalisis adalah data kompetensi pengetahuan IPA siswa, untuk mendapatkan data tersebut digunakan tes kompetensi pengetahuan IPA.Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Suharsimi, 2015:67).Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang kompetensi IPA siswa adalah tes kompetensi IPA jenis objektif dengan bentuk pilihan ganda biasa yang telah dilakukan pengujian instrumen yaitu uji validitas, uji reliabilitas, daya beda, dan indeks kesukaran. Analisis statistikdeskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2011).Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2011). Pada penelitian ini akan dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan statistik parametrik dengan teknik uji-t. Sebelum dilakukannya uji hipotesis dengan uji-t maka perlu terlebih dahulu dilakukannya uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas Jika data yang diperoleh sudah memenuhi prasyarat uji normalitas dan homogenitas maka analisis yang digunakan adalah statistik parametrik. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji beda mean (uji t). Uji Hipotesis menggunakan uji-t dengan rumus polled varians. Rumus uji-t dengan rumus polled varians digunakan bila jumlah anggota sampel sama n1=n2 dan varians homogen. HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil kompetensi pengetahuan IPA diperoleh dari hasil pascates yang diberikan pada akhir penelitian. Kelompok 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelas V B SD Negeri 6Sesetan berjumlah 48 orang, sedangkan kelompok kontrol adalah kelas V SD Negeri 13 Sesetan berjumlah 43 orang. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes objektif pilihan ganda biasa.Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah NonEkuivalen dengan menggunakan uji-t sebagai alat untuk menganalisis data.Sebelum dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan analisis uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.Dari hasil perhitungan diketahui bahwa sebaran data hasil pascatespada kedua kelompok berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen.Karena data pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol telah memenuhi semua prasyarat, selanjutnya dilakukan analisis dengan menggunakan uji t. Hasil analisis uji t diperoleh thitung = 8,32. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk = 48 + 43 – 2 = 89 dan taraf signifikansi 5% sehingga dperoleh harga ttabel = 1,980, karena thitung > ttabel (thitung = 8,32> ttabel (α = 0,05, 89) = 1,980) maka H0 ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran cooperative type Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep dan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan melalui model pembelajaran cooperative type Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep pada SD Gugus Jendral Sudirman Tahun Pelajaran 2016/2017. Rata-rata kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eskperimen lebih darirata-ratakompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok kontrol ( X ekperimen = 79,71> X
kontrol
Perhitungan analisis data hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen yakni siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran cooperative type Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep memiliki nilai ratarata lebih tinggi daripada kelompok kontrol yakni siswa yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran cooperative type Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep. Pengujian homogenitas varians antar kelompok dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa perbedaan yang diperoleh uji-t benar – benar berasal dari perbedaan antar kelompok bukan disebabkan oleh perbedaan di dalam kelompok.Uji homogenitas varians yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan uji F dari Havley. Dari hasil analisis, diperoleh Fhitung= 1,07 dan Ftabel = 1,60. Hal ini berarti Fhitung < Ftabel , sehingga data kedua kelompok memiliki varians yang homogen. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah tidak terdapat pengaruh model pembelajaran cooperative type Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep terhadap siswa kelas V SD Gugus Jendral Sudirman Tahun Pelajaran 2016/2017.Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas dapat diketahui bahwa data yang diperoleh dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen.Karena data yang diperoleh telah memenuhi semua prasyarat, uji hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan analisis uji-t.Adapun kriteria pengujiannya adalah apabila thitung
ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan db = n1 + n2 – 2 dan taraf signifikansi 5% (α = 0,05). Pengujian hipotesis dengan analisis uji-t dijabarkan pada lampiran 3739.Berdasarkan hasil analisis uji-t dari data kompetensi pengetahuan IPA siswa diperoleh hasil sebagai berikut.
= 60,79)
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Tabel Hasil Analisis Uji-t Data Kompetensi Pengetahuan IPA No 1 2
Sampel Kelompok eksperimen Kelompok Kontrol
N 48
̅ 𝑿
Dk 89
43
s2
79,71 124,76 60,79 116,72
Hasil analisis uji t diperoleh thitung = 8,32. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk = 48 + 43 – 2 = 89 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga ttabel =1,980, karena thitung>ttabel (thitung= 8,32> ttabel (α = 0,05, 89) = 1,980) maka Ho ditolak atau Ha diterima. Hal ini berarti terdapat pengaruh model pembelajaran cooperative type Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep terhadap siswa kelas V SD Gugus Jendral Sudirman Tahun Pelajaran 2016/2017. Rata-rata kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eskperimen lebih darirata-ratakompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok kontrol ( X ekperimen = 79,71>
thitung
ttabel
Ket
8,32
1,980
H0 ditolak
pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran pembelajaran cooperative Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep pada proses pembelajaran siswa menjadi lebih aktif dalam menyampaikan suatu informasi dan terciptanya solidaritas antara seluruh siswa. Berbeda dengan model pembelajaran yang terjadi selama pembelajaran IPA di kelompok kontrol.Pembelajaran yang biasa diterapkan sehari-hari di sekolah masih kurang menerapkan model pembelajaran yang bervariasi sehinngga siswa cenderung pasif dan hanya menghafal setiap konsep yang diberikan tanpa terlibat secara aktif dalam menemukan konsep tersebut. Serta kurangnya pemaduan pendekatan saintifik dengan model pembelajaran yang bervariasi membuat siswa merasa bosan dengan proses pembelajaran yang monoton mengakibatkan siswa terlihat tidak bersemangat dan kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran yang tengah berlangsung. Penerapan model pembelajaran cooperative Type Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep dapat meningkatkan faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi pengetahuan IPA.Model pembelajaran cooperative Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif serta meningkatkan motivasi belajar siswa untuk menyerap pembelajaran melalui melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan informasi dan mengemukakan informasi, bekerja sama, dan mengemukakan gagasannya dengan menyapaikannya secara berkelompok serta saling menghargai pendapat sehingga akan terciptannya pula soldaritas sosial yang kuat di kalangan siswa serta terhindarnya siswa dari miskonsepsi konsep dalam pembelajaran karena adanya peta konsep yang mwakili
X kontrol = 60,79). Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran cooperative type two stay two stray berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Gugus Jendral Sudirman Tahun Pelajaran 2016/2017. Dari perolehan nilai kompetensi pengetahuan IPA pada kedua kelompok dapat diketahui bahwa kedua kelompok yang awalnya memiliki kemampuan setara, lalu setelah diberikan treatment yang berbeda perolehan nilai kompetensi pengetahuan IPA mengalami perbedaan.Kompetensi pengetahuan IPA siswa pada kelompok eksperimen lebih baik apabila dibandingkan dengan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada kelompok kontrol. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang diterapkan pada kelompok eksperimen memiliki banyak keunggulan. Perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol terjadi karena perbedaan pemberian treatment yang diberikan saat pembelajaran. Kelompok eksperimen diberikan 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
SIMPULAN dan SARAN
garis-garis besar materi yang akan dibahas dalam proses pembelajaran.Dalam penerapannya kelompok dalam belajar terdiri dari 4 orang, yang tentunya kelompok ini bersifat heterogen.Dipastikan heterogen karena adanya tes penempatan dalam pembentukan setiap kelompok, memiliki perbedaan individual siswa secara akademik dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan bersama dan kompetensi IPA yang maksimal.Hal ini menuntut siswa secara aktif untuk menemukan informasi dan membangun pengetahuannya sendiri dengan memberi permasalahan yang diselesaikan secara berkelompok serta saling menghargai pendapat sehingga terciptanya solidaritas sosial yang kuat di kalangan siswa. Selain itu pemberian skor kepada tim atau kelompok yang memenuhi kriteria akan menumbuhkan motivasi dan minat setiap siswa untuk lebih tekun dan bersemangat mengalahkan kelompok lain dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang diberikan, sehingga proses pembelajaran akan menjadi lebih aktif dan terciptanya rasa senang dalam belajar IPA. Hal tersebut didukung oleh pendapat Fathurrohman (2015) model pembelajaran cooperativetype Two Stay Two Stray yaitu dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkat usia. Model ini tidak hanya bekerja sama dengan anggota sekelompok tetapi bisa juga bekerja sama dengan kelompok lain yang memungkinkan terciptanya keakraban sesama teman dalam suatu kelas dan lebih berorientasi pada keaktifan siswa. Penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang relevan yang dilaksanakan oleh Rediarta (2014) dengan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus 13 Kecamatan Buleleng dan penelitian oleh Dewi (2014) dengan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray berbasis kontruktivis dan motivasi belajar berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus Budi Utomo Denpasar Timur”.
Simpulan Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen diperoleh skor ratarata, 𝑋̅ = 79,71 dan rerata persentase kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen, M% = 79,71%. Rerata persentase kompetensi pengetahuan IPA tersebut kemudian dikonversikan pada tabel PAP skala lima, sehingga dapat diketahui kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eksperimen berada pada kategori sedang. Berdasarkan hasil analisis statistik pengetahuan IPA kelompok kontrol diperoleh skor rata-rata, 𝑋̅ = 60,79 dan rerata persentase kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol, M% = 60,79%. Rerata persentase kompetensi pengetahuan IPA tersebut kemudian dikonversikan pada tabel PAP skala lima, sehingga dapat diketahui kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok kontrol berada pada kategori rendah. Berdasarkan hasil analisis hasil analisis uji t diperoleh thitung = 8,32. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk = 48 + 43– 2 = 89 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga ttabel =1,980, karena thitung>ttabel (thitung= 8,32> ttabel (α = 0,05, 89) = 1,980) maka H0 yang menyatakan idak terdapat pengaruh model pembelajaran cooperative type two stay two stray berbantuan peta konsep terhadap siswa kelas V SD Gugus Jendral Sudirman Tahun Pelajaran 2016/2017 ditolak atau Ha diterima. ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V di SD Gugus Jendral Sudirman Denpasar Selatan Tahun Pelajaran 2016/2017 yang mengikuti pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran cooperative type Two Stay Two Stray dan siswa yang mengikuti pembelajaran yang tidak menggunakan model pembelajaran cooperative type Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran cooperative type Two 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
DAFTAR PUSTAKA
Stay Two Stray berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Gugus Jendral Sudirman Tahun Pelajaran 2016/2017.
Dewi.2014.Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray Berbasis Kontrutivis dan Motivasi Belajar IPA Siswa Kelas V Gugus Budi Utomo Denpasar Timur.Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha. Tersedia pada http://ejournal.undiksha.ac.id/index.p hp/JJPGSD/article/view/3219 (diakses tanggal 14 Februari 2017). Volume 2. Nomor 1 (hlm 1-10)
Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut. a.
Kepada Guru Dengan dilakukannya penelitian ini, guru dapat menambah wawasan dan pengetahuan untuk mengembangkan berbagai inovasi dalam rancangan pembelajaran sesuai dengan kurikulum 2013 agar pembelajaran menjadi lebih bermakna sehingga hasil belajar menjadi lebih optimal. Salah satunya yaitu dengan menerapkan model pembelajaran cooperative type Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep yang dipadukan dengan pendekatan saintifik sehingga terciptanya lingkungan belajar yang lebih kondusif yang akan meningkatkan motivasi belajar siswa secara berkelompok. b. Kepada Siswa Dengan diterapkannya model pembelajaran cooperative type Two Stay Two Stray berbantuan peta konsep siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik sehingga tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai dengan optimal. c. Kepada Kepala Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi kepala sekolah untuk menciptakan kondisi yang mampu memotivasi dan meningkatkan kualitas guru dalam merancang pembelajaran yang inovatif dalam membelajarkan siswa sesuai dengan yang diharapkan dalam kurikulum 2013, sehingga dapat meningkatkan mutu dan kualitas sekolah menjadi lebih unggul dan inovatif. d. Kepada Peneliti Lain Dengan dilakukannya penelitian ini, disarankan kepada peneliti agar hasil penelitian ini digunakan sebagai referensi untuk melaksanakan penelitian selanjutnya untuk menemukan inovasi kegiatan pembelajaran lainnya yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa.
Huda. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Novrina.2010. Evaluasi IPA Sekolah Dasar. Jakarta: Trans Mandiri Abadi Rediarta, I Wayan. 2014. Pengaruh Model Kooperatif Two Stay Two Stray Terhadap Hasil belajar IPA Siswa kelas V Di Gugus 13 Kecamatan Buleleng. Singaraja: Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha. Tersedia padafile:///C:/Users/GUNAWAN/Do wnloads/37-3763-1-SM%20(1).pdf (diakses pada tanggal 01 april 2017), Volumen 2. Nomor 1 (hlm.110) Setyosari.2015. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2011a. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2012b. Statistik untuk Penelitian . Bandung: Alfabeta. Suharsimi, Arikunto. 2015. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Susanto.2015. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kharisma Putra Utama.
Wisudawati & Sulistyowati. Metodelogi Pembelajaran Jakarta: Bumi Aksara
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. Jakarta: Kencana.
Yusuf, Muri. 2015. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan. Bandung: Prenada Media Grup.
10
2014. IPA.