e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN PQ4R BERBANTUAN PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD Ni Ketut Sudiarti1, Ign I Wyn. Suwatra2, Ni Nyoman Kusmariyatni3 1,23,
Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]} Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran PQ4R berbantuan peta konsep dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi experimen dengan rancangan post-test only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh kelas IV di Gugus II Kecamatan Buleleng. Sampel ditentukan melalui teknik random sampling, tetapi yang dirandom adalah kelas. Berdasarkan teknik tersebut, diperoleh Sd No. 1 Penarukan sebagai kelas eksperimen dan SD No. 3 Penarukan sebagai kelas kontrol. Data dikumpulkan melalui tes objektif pilihan ganda. Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA siswa antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran PQ4R berbantuan peta konsep dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji hipotesis menggunakan uji-t, dengan thitung lebih besar dari ttabel (thitung = 2,65 > ttabel = 2,00). Rata-rata skor kelompok eksperimen adalah 20,18 dan rata-rata skor kelompok kontrol adalah 17,4. Berdasarkan temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran PQ4R berbantuan peta konsep berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV di gugus II Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng pada tahun pelajaran 20114/2015. . Kata kunci: PQ4R, peta konsep, hasil belajar, IPA Abstract This study aimed to know the significant differences about learning result of natural sciences between students who applying PQ4R strategic by using concept map and conventional learning strategic. This study was quasi experiment by using post-test only control group design. The populations in this study were students in grade IV in SD No. 1 Penarukan as experiment class and SD No. 3 Penarukan as control class. Data obtained by using multiple choice tests. Data were analyzed by descriptive statistic and inferential statistic (test-t). The result showed that there were significant differences between students who applying PQ4R strategic by using concept map and conventional learning strategic. Data can be showed on hypothetical test result by test-t. The tcalculation was bigger than the table (t-calculation = 2.65 > t-table = 2.00). The average score of experiment class was 20.18. In control class the average score was 17.4. Based on these findings, it can be concluded that PQ4R strategic by concept map influenced the learning result of natural science in students grade IV in cluster II Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng on academic year 2014/2015. Keywords: PQ4R, concept mapping, result study, science
PENDAHULUAN IPA merupakan usaha manusia untuk memahami alam semesta melalui
pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur dan dijelaskan dengan penalaran sehingga
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
mendapatkan suatu kesimpulan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut sumber daya manusia memiliki kemampuan dan daya saing tinggi dalam segala bidang agar dapat tampil unggul dalam keadaan yang selalu berubah dan kompetitif. Oleh karenanya diperlukan peningkatan kualitas SDM yang memiliki pola pikir kritis dan logis serta mampu memilih dan memproses informasi (Rosyada, 2004). Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan suatu yang sangat penting bagi setiap bangsa hal tersebut dapat ditingkatkan melalui program pendidikan. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pendidikan di Indonesia selain merancang wajib belajar 9 tahun pemerintah juga memperhatikan mata pelajaran yang wajib diberikan pada berbagai jenjang pendidikan termasuk di sekolah dasar, seperti yang telah diatur dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 dimana disebutkan bahwa kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran inti. Salah satu mata pelajaran tersebut adalah pendidikan IPA. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman untuk mengembangkan kemampuan siswa agar mampu menjelajahi dan memahami lingkungan alam secara ilmiah. Kemampuan ini akan terwujud apabila pendidikan IPA berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan berinisiatif terhadap perubahan dan pembangunan. IPA merupakan usaha manusia untuk memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Sehingga berdasarkan pengertian IPA tersebut para guru disekolah dasar hendaknya mengetahui hakekat IPA di sekolah dasar agar guru tidak kesulitan merancang dan melaksanakan pembelajaran. Demikian juga para siswa agar tidak mengalami kesulitan dalam pembelajaran IPA. Namun dalam kenyataannya, proses pembelajaran IPA di sekolah dasar belum sesuai dengan hakekat IPA di sekolah dasar. Sebagai salah satu bukti, dari hasil observasi, wawancara serta pencatatan
dokumen dengan lima guru IPA di SD Gugus II Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng pada tanggal 28-31 Januari 2015 menunjukkan bahwa pembelajaran IPA belum optimal. Dari hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa guru telah melakukan upaya untuk meningkatkkan hasil belajar IPA dengan melakukan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dipersiapkan. Strategi mengajar yang paling sering digunakan pada saat mengajar adalah strategi ceramah, tanya jawab, diskusi kelmpok dan lain sebagainya, dalam pembelajaran beberapa sekolah mengaku jarang menggunakan media pembelajaran hanya pada meteri pelajaran yang telah tersedia media pembelajaran saja yang menggunakan media pembelajaran. Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa kurang mencari informasi sendiri terkait materi yang diajarkan dengan membaca sumber atau mencari sumber lain yang dapat memberikan pengetahuan yang lebih kepada siswa dan siswa kurang diberikan pengutan tentang materi yang telah dipelajari dengan pemanfaatan media pebelajaran. Dari hasil observasi yang dilakukan diperoleh informasi bahwa guru masih melakukan transfer pengetahuan kepada siswa sehingga siswa menghafal materi yang diberikan oleh guru, guru jarang memberikan kesempatan siswa untuk membaca dan memahami sendiri materi yang ada sehingga siswa malas membaca. Padahal seperti yang kita ketahui bahwa membaca adalah jendela dunia dengan membaca siswa akan meperoleh informasi dari materi pelajaran yang dibahas. Selain mentransfer materi guru juga menggunakan metode diskusi kelompok tetapi mereka tidak diajarkan bagaimana memperoleh informasi secara bermakna. Siswa tidak mengetahui cara mendapatkan konsepkonsep yang baru. Hal ini menyebabkan anak-anak sering lupa apa yang telah diajarkan di sekolah ketika mereka keluar dari sekolah dan materi pelajaran yang diketahui sebatas apa yang disampaikan guru. Dalam pembelajaran yang dilakuakn siswa tidak diberikan gambaran konsep tentang apa yang dipelajari sehingga bayangan mereka tentang materi yang
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
diajarkan masih abstrak, hal inilah yang menyebabkan siswa merasa bahwa pembelajaran IPA adalah pembelajaran yang sulit. Akibat pembelajaran yang seperti dipaparkan di atas, hasil belajar siswa masih tergolong cukup, karena siswa hanya mengandalkan apa yang diberikan oleh
guru atau apa yang akan mereka bahas dalam pembelajaran tidak mencari informasi sendiri dari berbagai sumber yang ada. Dari hasil pencatatan dokumen diperoleh nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada setiap SD terlihat pada tabel berikut.
Tabel 1 Nilai Rata-Rata Ulangan Umum Semsester Ganjil IPA pada Siswa Kelas IV SD Gugus II Kecamatan Buleleng
Nama SD SD N 1 Penarukan SD No. 2 Penarukan SD No. 3 Penarukan SD No. 4 Penarukan SD N 5 Penarukan
Berdasarkan pemaparan diatas hasil belajar IPA pada siswa kelas IV di gugus II Kecamatan Buleleng masih dalam kategori cukup bahkan ada yang masih dalam kategori rendah. Hal ini disebabkan karena dalam proses pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran konvensional dan jarang menggunakan media pembelajaran. Menurut Putrayasa (dalam Rasana, 2009:20), “Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang diawali dengan pemberian informasi oleh guru, tanya jawab, pemberian tugas, pelaksanaan tugas oleh siswa sampai pada akhirnya guru merasa bahwa materi yang diajarkan telah dimengerti oleh siswa. Oleh karena itu, model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang ditandai dengan penyajian tentang pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan pemberian informasi oleh guru, melakukan tanya jawab oleh guru kepada siswa, siswa melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru sampai guru merasa siswa sudah menguasai apa yang telah diajarkannya. Model pembelajaran konvensional mengacu pada teacher centered, di mana guru berperan sebagai pusat pemberian informasi siswa hanya menerima apa yang diberikan oleh guru.
Jumlah Siswa 33 Siswa 18 Siswa 37 Siswa 28 Siswa 17 Siswa
Nilai RataRata 68,4 70,33 68,1 75,17 65,8
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa perlu dilakukan inovasi dalam proses pembelajaran. Inovasi pembelajaran diupayakan agar proses pembelajaran menjadi lebih inovatif, menantang dan meningkatkan semangat siswa dalam belajar. Salah satu strategi pembelajaran yang dapat mewujudkan kondisi tersebut adalah strategi pembelajaran preview, question, read, reflect, recite, review (PQ4R). Strategi pembelajaran PQ4R merupakan suatu strategi membaca yang digunakan agar bahan bacaan yang kita baca menjadi lebih bermakna. “Strategi PQ4R digunakan untuk mengingat apa yang mereka baca, P singkatan dari preview (membaca selintas), Q adalah question (bertanya), dan 4R singkatan dari read (membaca), reflecty (refleksi), recite (tanya jawab) dan review (mengulang secara menyeluruh” (Trianto, 2010: 147). Oleh karena itu strategi pembelajaran ini sangat bagus digunakan agar siswa memahami dan dapat memaknai dari materi pelajaran yang dibaca sehingga apa yang dibaca atau dipelajari dapat dimengerti dan diingat. Hal ini dapat terjadi karena strategi ini membantu memindahkan informasi baru dari memori jangka pendek ke memori jangkan panjang, melalui penciptaan gabungan dan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
hubungan antara informasi baru dengan apa yang telah diketahui. Penggabungan antara apa yang telah diketahui siswa dengan apa yang sedang dipelajari sangat penting karena dengan menggabungkan pangetahuan awal siswa dengan pengetahuan yang diperoleh siswa dalam belajar, pembelajaran akan menjadi lebih bermakna sehingga pembelajaran tersebut lebih mudah dipahami dan diingat siswa. Dalam teori belajar kontruktivisme memandang bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem arti dan pemahaman terhadap realita melalui pengalaman dan interaksi mereka (Thobrone & Mustofa, 2012). Tasker (dalam Amri dan Hamadi, 2010: 148) mengemukakan, “Tiga penekanan dalam teori belajar kontruktivisme sebagai berikut. Pertama, peran aktif sisiwa dalam mengontruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua, adalah pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengontruksian secara bermakna. Ketiga, mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima”. Sehingga dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa teori belajar kontruktivisme menuntut siswa untuk dapat menenmukankan sendiri apa yang dipelajari serta dapat mengaitkan antara gagasan yang telah dia miliki sebelumnya dengan informasi baru yang didapat. Hal yang penting yang perlu diperhatikan dalam teori belajar kontruktivisme adalah seorang guru tidak boleh hanya memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Peserta didik harus secara aktif membangun pengetahuan sendiri. Seorang guru dapat membantu secara proses untuk menciptakan pembelajaran agar menjadi lebih bermakna dan relevan bagi siswa. Selain itu dalam teori pembelajaran ini guru memberikan kesempatan bagi siswa unuk menentukan atau menerapkan ide-ide dan mengajak siswa menggunakan strategi-strategi mereka sendiri untuk belajar. Dalam pembelajaran kontruktivisme siswa dapat menerima apa yang diberika oleh guru jika dia secara langsung mengalami sendiri apa yang sedang dipelajari dalam pembelajaran tersebut.
Dari teori belajar kontruktivisme ini dapat disimpulkan bahwa siswa diberikan kesempatan untuk secara aktif menemukan sendiri kompetensi yang sedang dipelajari. Dengan menggunakan strategi PQ4R siswa dapat menemukan sendiri informasi melalui membaca, memaknai bahan bacaan, serta mengingat apa yang mereka baca melalui langkahlangkah strategi pembelajaran PQ4R sehingga informasi tersebut dapat menjadi lebih bermakna. Selain menggunakan strategi pembelajaran yang inovatif, untuk meningkatkan hasil belajar guru juga semestinya menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi, strategi yang digunakan serta karakteristik siswa. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan dalam penerapan strategi pembelajaran ini adalah peta konsep. Martin (dalam Trianto, 2010: 158) mendefinisikan, “Peta konsep merupakan ilustrasi grafis konkret yang mengindikasikan bagaimana sebuah konsep tunggal dihubungkan ke konsepkonsep lain pada kategori yang sama.” Dengan menggunkan peta konsep siswa dapat meghubungkan konsep-konsep yang ada sehingga konsep-konsep tersebut dapat dengan mudah dipahami oleh siswa. Dahar dan Ratna (2011) peta konsep memegang peranan yang penting dalam belajar bermakna. Ada beberapa langkahlangkah yang harus diikuti dalam pembuatan peta konsep yaitu sebagai berikut: Pertama, pilihlah suatu bacaan dalam buku pelajaran. Kedua, tentukan konsep-konsep yang relevan. Ketiga, urutkan konsep tersebut dari yang inklusif ke yang kurang iklusif. Keempat, susunlah konsep-konsep itu diatas kertas, mulai dari konsep yang paling inklusif di puncak ke konsep yang paling tidak inklusif. Kelima, hubungkan konsep-konsep itu dengan kata atau kata-kata penghubung. Strategi pembelajaran PQ4R tidak hanya menuntut siswa untuk membaca materi pelajari tetapi juga memaknai apa yang ada, peta konsep disini memudahkan siswa untuk memahami apa yang dipelajari karena pada saat siswa membaca siswa kemungkinan kesulitan untuk menggabungkan antara satu konsep
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
dengan konsep lain sehingga peta konsep dapat membuat siswa menjadi lebih paham akan apa yang dipelajari. Selain itu, dengan menggunakan peta konsep siswa akan lebih tertarik dalam belajar karena siswa dapat melihat langsung hubungan antara konsep-konsep sehingga siswa tidak hanya menghayalkan saja. Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
Untuk mengetahui perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran PQ4R berbantuan peta konsep dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV Gugus II Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2014/2015.
METODE Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini unit eksperimennya berupa kelas, sehingga penelitian yang digunakan
adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Eksperiment). Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest only control group design.
Tabel 2. Post-test Only Control Group Design Kelas Eksperimen Kontrol
Treatment Post-test X O1 – O2 (Sumber: Sarwono, 2006:87)
Keterangan: E = kelompok eksperimen K = kelompok kontrol O1 = post test terhadap kelas eksperimen O2 = post test terhadap kelas kontrol X = ada treatment (model pembelajaran Penelitian ini dilaksanakan di gugus II Kecamatan Buleleng pada rentang semester II tahun ajaran 2014/2015. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas IV yang terdapat di gugus II Kecamatan Buleleng. Teknik sampel yang akan digunakan adalah simple random sampling dengan system undian. Sebelum melakuakn random sampling terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan untuk mengetahui apakah kemampuan siswa kelas IV SD di gugus II Kecamatan Buleleng setara atau belum. Uji kesetaraan dilakukan dengan menggunakan uji ANAVA satu jalur dan didapatkanlah bahwa kelima SD yang terdapat di gugus II Kecamatan Buleleng setara. Setelah melakukan uji kesetaraan dilanjutkan dengan teknik random dengan cara manual, yaitu dengan sistem undian. Pengundian sampel ini dilakukan pada semua kelas, karena setiap kelas mendapatkan kesempatan yang sama
untuk dipilih menjadi sampel. Dua kelas yang muncul dalam undian langsung dijadikan kelas sampel. Kelas sampel yang telah didapatkan kemudian diundi lagi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan strategi PQ4R berbantuan peta konsep dan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan. Dua kelas yang diambil sebagai sampel dapat dikatakan memiliki kemampuan akademik yang relatif sama jika dilihat dari perolehan nilai ulangan umum yang telah dianalisis kesetaraannya dan diketahui rata-rata hasil ulangan umum mata pelajaran IPA siswa tersebut setara. Kemudian dilakukan pengundian untuk menentukan sampel penelitian, dipilih 2 SD yaitu SD No. 1 Penarukan sebagai kelas eksperimen dan SD No. 3 Penarukan sebagai kelas kontrol. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa strategi pemebelajaran PQ4R berbantuan peta konsep dan kelompok
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
kontrol diberikan perlakuan berupa model pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar kognitif IPA adalah berupa tes. Tes yang digunakan adalah tes pilihan ganda satu jawaban benar. Tes ini mengungkap tentang penguasaan siswa terhadap pelajaran IPA. Setiap soal disertai dengan empat alternatif jawaban yang dipilih oleh siswa (alternative a, b, c, dan d). Dipilihnya tes pilihan ganda satu jawaban benar untuk memperoleh data tentang hasil belajar kognitif IPA didasari oleh: (1) tes pilihan ganda satu jawaban benar dapat digunakan untuk mengukur semua jenjang kognitif, mulai dari yang sederhana sampai yang paling kompleks; (2) dapat menggunakan jumlah butir soal yang relatif banyak serta hanya menuntut waktu sedikit bagi responden dalam menjawab butir soal; (3) penskoran jawaban responden dapat dilakukan secara objektif; (4) jumlah pilahan yang disediakan lebih dari dua sehingga mengurangi kemungkinan responden untuk menebak jawaban; (5) tingkat kesukaran butir soal terkendali hanya dengan mengubah tingkat homogenitas alternatif jawaban; dan (6) memungkinkan untuk menganalisis butir soal secara baik karena dapat dianalisis secara statistik. Sebelum digunakan sebagai posttest, tes tersebut diujicoba lapangan untuk mencari validitas, reliabilitas, taraf
kesukaran dan daya beda. Hasil tes uji lapangan tersebut diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kontrol sebagai post test. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis statistik deskriptif dengan menghitung nilai ratarata, modus, median, standar deviasi, varian, skor maksimum, dan skor minimum. Dalam penelitian ini, data disajikan dalam bentuk kurva poligon, sedangkan teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t (polled varians). Untuk bisa melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud, yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) kedua data yang dianalisis apakah bersifat homogen atau tidak. Untuk dapat membuktikan dan mememenuhi persyaratan tersebut, maka dilakukan uji prasyarat analisis dengan uji normalitas dan uji homogenitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Data penelitian ini adalah skor hasil belajar IPA siswa sebagai akibat dari penerapan strategi pembelajaran PQ4R berbantuan peta konsep pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Rekapitulasi perhitungan data hasil penelitian tentang prestasi belajar Matematika siswa dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3: Deskripsi Data hasil belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik Mean Median Modus Varians Standar Deviasi Skor Maksimal Skor Minimal Rentangan Berdasarkan Tabel 2. diketahui bahwa data hasil belajar IPA kelompok eksperimen yang diperoleh melalui post-test terhadap 33 orang siswa menunjukkan bahwa skor
Kelas Eksperimen 20,18 20,65 21 17,90 4,23 28 9 3
Kelas Kontrol 17,4 16,545 15,25 20,52 4,53 27 9 3
mean (M) = 20,18, median (Md) = 20,65, modus (Mo) = 21, dan standar deviasi (s) = 4,23. Setelah skor rata-rata hasilbelajar IPA kelompok eksperimen dikonversikan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
ke dalan PAN skala 5, maka skor rata-rata hasil belajar IPA kelompok eksperimen berada pada kategori sangat tinggi. Data hasil belajar IPA kelompok eksperimen dapat disajikan ke dalam bentuk poligon seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Kurva Poligon Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen Berdasarkan Tabel 2, diketahui modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan demikian, poligon pada Gambar 1 membentuk kurva juling negatif. Artinya, sebagian besar skor cenderung tinggi.
Gambar 2. Kurva Poligon Hasil Belajar IPA Kelompok Kontrol Berdasarkan Tabel 2, diketahui modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo<Md<M). Dengan
demikian, grafik polygon pada Gambar 2 membentuk kurva juling positif. Artinya, sebagian besar skor cenderung rendah. Sebelum melakukan uji hipotesis dilakukan beberapa uji prasyarat terhadap sebaran data hasil belajar IPA siswa, yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas data. Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas menggunakan rumus ChiSquare , berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas post-test kelompok eksperimen, diperoleh 𝝌𝟐𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 = 1,50 dan 𝝌𝟐𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 =9,488 pada taraf signifikansi 5% dan db =4. Ini berarti bahwa 𝝌𝟐𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 <𝝌𝟐𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 , maka data hasil post-test kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan hasil perhitungan uji normalitas post-test kelompok kontrol, diperoleh 𝝌𝟐𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 = 5,91 dan 𝝌𝟐𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 = 9,488 pada taraf signifikansi 5% dan db=4. Ini berarti bahwa 𝝌𝟐𝒉𝒊𝒕𝒖𝒏𝒈 <𝝌𝟐𝒕𝒂𝒃𝒆𝒍 , maka data hasil post-test kelompok kontrol berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji prasyarat yang ke dua, yaitu uji homogenitas varians. Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas varians menggunakan uji F, diketahui bahwa hasil post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan db pembilang 32 dan db penyebut 36 pada taraf signifikansi 5% diketahui Ftabel = 1,79 dan Fhitung = 1,147. Hal ini berarti bahwa Fhitung < Ftabel sehingga H1 ditolak dan H0 diterima oleh karena itu varians homogen. Jadi post-test hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen. Setelah diketahui data hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen, dilanjutkan dengan uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji–t independent “sampel tak berkorelasi” dengan rumas polled varians. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thitung sebesar 2,65. Untuk mengetahui signifikansinya maka perlu dibandingkan dengan nilai ttabel, db 68 dan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai ttabel yaitu 2,000. Karena nilai thitung > ttabel (2,65 > 2,000), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil Ilmu Pengetahuan Alam antara kelompok siswa yang belajar menggunakan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
strategi pembelajaran preview, question, read, reflect, recite, review (PQ4R) berbantuan peta konsep dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional pada kelas IV semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di gugus II Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Data yang dianalisis dalam penelitian ini diperoleh dari data hasil belajar setelah diberi perlakuan (post-tes). Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji-t, diketahui nilai thitung sebesar 2,65 dengan db 68 pada taraf signifikansi 5% diperoleh nilai ttabel sebesar 2,000. Dari hasil perhitungan tersebut pada taraf signifikansi 5% diketahui thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1.diterima Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar menggunakan strategi pembelajaran PQ4R berbantuan peta konsep dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional pada kelas IV semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di gugus II Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Berdasarkan hasil analisis uji-t diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar menggunakan strategi pembelajaran PQ4R berbantuan peta konsep dengan kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional pada kelas IV semester genap tahun pelajaran 2014/2015 di gugus II Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran PQ4R berbantuan peta konsep terhadap hasil belajar IPA mendapatkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai (mean) hasil post-test siswa kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran PQ4R berbantuan peta konsep berada pada kategori baik dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 20,18 sedangkan nilai rata-rata (mean) hasil posttest siswa pada kelas kontrol yang dibelajarkan dengan menggunakan model
pembelajaran konvensional berada pada kategori cukup dengan nilai rata-rata dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 17,40. Selain perbedaan yang disebabkan karena hasil tes juga disebabkan oleh beberapa faktor yaitu adanya perbedaan perlakuan disebabkan adanya perbedaan perlakuan pada langkah-langkah pembelajaran. Pembelajaran dengan strategi pembelajaran PQ4R berbantuan peta konsep menekankan aktivitas belajar siswa lebih banyak daripada aktivitas guru. “Strategi PQ4R digunakan untuk mengingat apa yang mereka baca, P singkatan dari preview (membaca selintas), Q adalah question (bertanya), dan 4R singkatan dari read (membaca), reflecty (refleksi), recite (tanya jawab) dan review (mengulang secara menyeluruh” (Trianto, 2010: 147). Penggunaan strategi pembelajaran PQ4R berbantuan peta konsep dapat lebih mendorong siswa mengaitkan materi pelajaran antara pengetahuan yang dimilikinya dengan konteks kehidupan sehari-harinya, merangsang siswa untuk mencari informasi secara aktif dan merangsang perhatian siswa dalam belajar, sehingga materi pelajaran yang disampaikan lebih mudah dipahami. Pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran PQ4R berbantuan peta konsep menuntut siswa menemukan pengetahuannya sendiri berdasarkan pengalaman dengam membaca sumber yang ada, kemampuan penalaran dan komunikasi dapat ditingkatkan melalui membuat pertanyaan, menjawab pertanyaan serta membaca intisari. Berbeda halnya dengan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol yang mengarah pada teori behaviorisme. Menurut Putrayasa (dalam Rasana, 2009:20), “Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang diawali dengan pemberian informasi oleh guru, tanya jawab, pemberian tugas, pelaksanaan tugas oleh siswa sampai pada akhirnya guru merasa bahwa materi yang diajarkan telah dimengerti oleh siswa.” Pembelajaran yang demikian menyebabkan ingatan (memori) tentang materi yang dipelajari kurang bertahan lama ingatan yang kurang bertahan lama menyebabkan hasil belajar kurang maksimal. Adapun
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
tahap-tahap pembelajaran konvensional yaitu (1) menyampaikan tujuan pembelajaran, (2) menugaskan siswa untuk mendengarkan informasi dari guru, (3) melakukan tanya jawab, (4) menugaskan siswa untuk mengerjakan latihan soal, dan (5) menyimpulkan bahan ajar yang diberikan. Walaupun demikian, bukan berarti pelaksanaan pembelajaran dengan menggunkana strategi pembelajaran PQ4R berbantuan peta konsep tidak memiliki kekurangan atau kendala. Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan strategi pembelajaran PQ4R berbantuan peta konsep yaitu pertama, tidak semua materi dapat dibuatkan peta konsep yang baru sehingga satu peta konsep digunakan dalam beberapa kali pertemuan. Kedua, kelancaran siswa dalam membaca berbeda-beda sehingga memungkinkan siswa yang lebih lancar membaca menunggu teman yang belum terlalu lancar membaca. Temuan penelitian ini juga sejalan dengan temuan penelitian Juliana, Eka (2012). Dengan demikian dapat disimpulkan strategi pembelajaran PQ4R berbantuan peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar IPA. SIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini menemukan bahwa hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran PQ4R berbantuan peta konsep berbeda secara signifikan dengan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari analisis uji-t terhadap hasil belajar menunjukkan bahwa ditemukan thitung sebesar 2,65, ttabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,00. Lebih jauh dapat dilihat bahwa hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran PQ4R berbantuan peta konsep, berbeda dengan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Rata-rata skor hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran PQ4R berbantuan peta konsep adalah 20,18 sementara rata-rata skor hasil belajar siswa yang mengikuti
model pembelajaran konvensional adalah 17,40. Sejalan dengan temuan tersebut, dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut. 1) Kepada guru hendaknya selalu menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan zaman, menerapkan model pembelajaran yang inovatif, sesuai dengan materi pelajaran dan karakteristik siswa sehingga berpengaruh positif pada peningkatan hasil belajar siswa. 2) Kepada siswa hendaknya lebih giat dalam membaca dan memahami apa yang dibaca dengan mengaikan dengan pengalamna-penglaman yang telah dimiliki sehingga siswa tidak hanya menghafal materi yang dibaca tetapi lebih untuk mencoba memamhami apa yang dibaca dan dipelajari. 3) Kepada kepala sekolah diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme dan memberi pengalaman baru kepada guru, dalam mengembangkan alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan siswa sekolah. 4) Kepada mahasiswa dan lulusan PGSD yang nantinya berkompeten dalam hal perekayasa pembelajaran, agar lebih inovatif dalam hal menerapkan strategi pembelajaran PQ4R berbantuan peta konsep agar dapat dipergunakan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. 5) Kepada peneliti lain, bagi siapapun (di kalangan mahasiswa maupun dosen) yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang strategi pembelajaran PQ4R berbantuan peta konsep dalam pembelajaran IPA maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai, agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan DAFTAR PUSTAKA Agung, Gede. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: UNDIKSHA Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. 2010. Kontruksi Pengembangan Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher Dahar& Ratna Wills.2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Volume: 3 No: 1 Tahun 2015
Koyan, I Wayan. 2011. Asesmen Dalam Pendidikan. Singaraja: UNDIKSHA Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif. Singaraja: UNDIKSHA Raka Rasana, I Dewa Putu. 2009. Laporan Sabbatical Leave Model-model Pembelajaran. Singaraja: DIPA PNBP FIP UNDIKSHA Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Thobroni, Muhamad&Arif Mustofa. 2012. Belajar dan Pembelajarn Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Jogjakarta: AR-Ruzz Media Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.