e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD I Gede Ari Murti1, I Nyoman Jampel2, Ndara Tanggu Renda3 1,2,3Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar dengan siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus I Kecamatan Nusa Penida Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan disain Non-Equivalen Post-test Only Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas IV SD di Gugus I Kecamatan Nusa Penida Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016 sebanyak 79 siswa. Penentuan sampel dilakukan dengan tehnik random sampling dan yang diacak adalah kelasnya sehingga didapatkan dua kelas yaitu kelas IV SD Negeri 3 Batununggul berjumlah 20 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas IV SD Negeri 2 Batununggul berjumlah 21 siswa sebagai kelompok kontrol. Data tentang hasil belajar IPA dikumpulkan melalui metode tes dengan menggunakan tes objektif bentuk pilihan ganda. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan uji-t dengan thitung = 2,713 dan ttabel = 2,02. Berdasarkan kriteria pengujian, thitung > ttabel (2,713 > 2,021), maka H1 diterima H0 ditolak. Dengan demikian hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran scramble berbantuan media gambar berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD di Gugus I Kecamatan Nusa Penida Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016. Kata kunci: Pembelajaran cramble, Media Gambar, Hasil Belajar
Abstract This study aims to find a significant difference between the learning outcomes of students studying science by using model-assisted media scramble pictures with students learning by using conventional learning in fourth grade students in Cluster I Sub Nusa Penida Semester Academic Year 2015/2016. This research is a quasiexperimental research design with non-equivalent Post-test Only Control Group Design. The study population was fourth grade students in Cluster I Sub Nusa Penida Semester Academic Year 2015/2016 as many as 79 students. The samples were carried out by random sampling technique and encrypted is a class that earned two fourth grade classes, namely Negeri 3 Batununggul total of 20 students as an experimental group and class IV SD Negeri 2 Batununggul totaling 21 students as a control group. Science learning outcome data collected through testing methods using an objective test of multiple choice form. Furthermore, the data were analyzed using t-test with thitung = 2.713 and ttabel = 2.02. Based on testing criteria, thitung > ttabel (2,713> 2,021), then H0 rejected H1 accepted. Thus these results we can conclude that the media-assisted learning model image scramble effect on learning outcomes IPA fourth grade students in Cluster I Sub Nusa Penida Semester Academic Year 2015/2016. Keywords: Learning scramble, Media Image, Learning Outcomes
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENDAHULUAN Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan negara yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Di dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara. Sejalan dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional di atas, tugas pendidik adalah membentuk warga masyarakat yang baik. Untuk melaksanakan tugas pendidikan ini tempat yang paling tepat adalah sekolah. Sekolah merupakan wahana utama untuk membentuk warga masyarakat yang baik dan mampu bersaing di era globalisasi. Salah satu jenjang yang termasuk pendidikan formal adalah Sekolah Dasar (SD). Sekolah dasar merupakan pondasi yang pertama dan utama di dalam membentuk peserta didik (siswa). Sekolah dasar merupakan tempat terjadinya proses interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru maupun antar warga sekolah lainnya. Interaksi yang lebih khusus lagi terjadi melalui proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran yang merupakan proses komunikasi dua arah, dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Dengan bekerja, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan serta prilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia memanfaatkan potensi sumber daya alam. Agar dapat memanfaatkan sumber daya alam secara tepat guna, maka harus didukung dengan kemampuan dan keterampilan. Salah satu mata pelajaran yang mempelajari tentang lingkungan alam dan sumber daya alam yaitu mata pelajaran IPA. Aktivitas anak
melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam menjadi hal utama dalam pembelajaran IPA (Samatowa, 2006:5). Dari semua mata pelajaran yang ada di SD mata pelajaran IPA yang khusus mempelajari tentang lingkungan alam. IPA merupakan ilmu pengetahuan alam yang “berhubungan dengan cara mencari tahu alam sekitar secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan” (Depdiknas, 2006:1). Pendidikan IPA bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mengetahui dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Dalam pembelajaran IPA banyak hambatan yang menjadi problematika, salah satunya adalah proses pembelajaran yang dilakukan di kelas pada umumnya yang hanya mengemukakan konsep-konsep dalam suatu materi. Proses pembelajaran cenderung dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran konvensional yang didominasi oleh pengajar. Sedangkan siswa biasanya hanya memfungsikan indera penglihatan dan indera pendengarannya selama proses pembelajaran. Padahal Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku saat ini menuntut pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik serta potensi lingkungan setempat. Pendidikan IPA menuntut adanya interaksi antara individu (pembelajar) dengan lingkungan alam yang dipelajari. Karena itu, pola pembelajaran yang bersifat konvensional sudah tidak sesuai dengan tuntutan KTSP. Pembelajaran konvensional dianggap kurang mengeksplorasi wawasan dan pengetahuan siswa, sikap dan perilaku,
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
serta tidak memberi makna (Depdiknas, 2006). Guru sebagai tenaga pendidik harus kreatif mengelola pembelajaran agar tercipta proses pembelajaran yang aktif, efektif, dan bermakna bagi siswa. Dari hasil wawancara dengan guru yang mengajar mata pelajaran IPA dikelas IV Gugus I Kecamatan Nusa Penida, menyatakan bahwa masih banyak guru yang terikat pada pola mengajar yang bersifat statis, contohnya pada saat pembelajaran guru menggunakan metode ceramah sehingga siswa hanya mendengarkan saja. Dengan keadaan yang seperti itu, siswa tetap menjadi pasif, dan tidak kreatif serta aktivitas
pembelajaran terfokus pada guru. Hal tersebut menyebabkan banyak siswa yang tidak berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran khususnya dalam pembelajaran IPA. Karena hal tersebut bisa menjadi penyebab rendahnya hasil belajar siswa. Selanjutnya, temuan tentang rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas IV SD di Gugus I Kecamatan Nusa Penida juga diperkuat oleh hasil Ulangan Tengah Semester (UTS) yang telah dilaksanakan di gugus tersebut. Berdasarkan nilai UTS tersebut, didapatkan rata-rata hasil belajar IPA siswa seperti yang disajikan pada tabel 1 berikut.
Tabel 1
Rata-rata Nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) IPA Siswa Kelas IV di Gugus I Kecamatan Nusa Penida Tahun Pelajaran 2015/2016 Nama Sekolah KKM Rata-rata SD Negeri 1 Batununggul 70 70,40 SD Negeri 2 Batununggul 70 68,09 SD Negeri 3 Batununggul 70 66,6 SD Negeri 4 Suana 70 68,07
Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa rata-rata nilai UTS IPA siswa kelas IV di Gugus I Kecamatan Nusa Penida relatif sama. Rata-rata nilai UTS IPA siswa untuk setiap SD berkisar pada interval 66-71. Jika dikonversikan terhadap skala PAP, interval tersebut berada pada kategori cukup. Hal ini menandakan bahwa nilai UTS IPA siswa kelas IV di Gugus I Kecamatan Nusa Penida masih cenderung rendah, meskipun terdapat satu SD yang nilainya berada di atas KKM. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti mencoba memberikan solusi, yaitu dengan menerapkan Model Pembelajaran pada pembelajaran IPA dalam upaya mengoptimalkan proses pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar IPA. Salah satu Model Pembelajaran tersebut adalah Model Pembelajaran Scramble. Model Pembelajaran Scramble tampak seperti Model Pembelajaran Word Square, bedanya jawaban soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi sudah dituliskan namun dengan susunan yang acak, siswa nanti bertugas mengkoreksi (membolak-balik huruf)
jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat/benar. Menurut Kokom Komalasari (dalam Iryanti 2012:2) berpendapat bahwa “Model Pembelajaran Scramble yaitu model pembelajaran yang mengajak siswa mencari jawaban terhadap suatu pertanyaan atau pasangan dari suatu konsep secara kreatif dengan cara menyusun huruf-huruf yang disusun secara acak sehingga membentuk suatu jawaban atau pasangan konsep”. Sedangkan menurut Suyatno (dalam Iryanti 2012:2) berpendapat bahwa “Model Pembelajaran Scramble adalah suatu metode pembelajaran yang menggunakan kartu soal dan kartu jawaban yang dipasangkan atau diurutkan menjadi urutan logis. Sehingga siswa dituntut berpikir kreatif dalam pembelajaran di dalam kelas, untuk dapat mengurutkan kata-kata dalam kunci jawaban menjadi kata yang logis”. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran scramble adalah model pembelajaran yang menyediakan kartu soal dan kartu jawaban yang diacak nomornya yang dapat memudahkan siswa
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dalam mencari jawaban dan mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal tersebut, serta dapat mendorong siswa untuk dapat memecahkan masalah dengan cepat. Selain pemilihan metode pembelajaran yang cocok, guru hendaknya memilih suatu media pembelajaran guna merangsang perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran. Pemanfaatan media pembelajaran ada dalam komponen metode mengajar media visual, yang diketahui memberikan pengaruh paling besar terhadap siswa diantara jenis media yang lainnya. Media gambar merupakan salah satu jenis media yang dapat memudahkan siswa memahami materi pelajaran di Sekolah Dasar. Media gambar sangat mudah dibuat oleh guru serta lebih memudahkan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Salah satu fungsi media pembelajaran ialah menyederhanakan materi pembelajaran yang terlalu kompleks, serta dapat membawa suasana pembelajaran menjadi menyenangkan. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Scramble Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD di Gugus I Kecamatan Nusa Penida Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016. Berdasarkan latar belakang masalah dii atas, maka dapat diajukan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar dan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus I Kecamatan Nusa Penida Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016? Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan
sebagai salah satu upaya untuk mempertinggi proses interaksi guru dengan siswa dan interaksi siswa dengan lingkungan belajarnya. Oleh sebab itu fungsi utama dari media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang dipergunakan guru. Salah satu contoh media yang dapat digunakan adalah media gambar. Media gambar merupakan salah satu bentuk media ajar yang termasuk jenis model pembelajaran scramble berbantuan media gambar dan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus I Kecamatan Nusa Penida Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang meneliti hubungan sebab akibat dengan memanipulasi satu variabel pada satu kelompok eksperimental. Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan kelompok control (yang tidak dimanipulasi). Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment) karena tidak semua variabel yang muncul dalam kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SD Gugus I Kecamatan Nusa Penida. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II (genap) tahun pelajaran 2015/2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD di Gudus I kecamatan Nusa Penida. Gugus I Kecamatan Nusa Penida terdiri dari 4 SD, yaitu Kelas IV SD Negeri 1 Batununggul, Kelas IV SD Negeri 2 Batununggul, Kelas IV SD Negeri 3 Batununggul, dan Kelas IV SD Negeri 4 Suana. Jumlah seluruh siswa kelas IV SD di Gugus I Kecamatan Nusa Penida adalah 79 siswa yang terdistribusi menjadi 4 kelas Untuk mengetahui kesetaraan pemahaman konsep siswa kelas IV masing-masing SD. Maka terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan. Uji kesetaraan pada penelitian ini dilakukan dengan nilai tes pemahaman konsep. Uji kesetaraan
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Dari data hasil belajar IPA, hasil post-test terhadap 20 orang siswa kelompok eksperimen menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 20 dan skor terendah adalah 9. Dengan n = 20, ratarata = 15,4, median = 15,7, modus = 17,06, varian = 9,37, dan standar deviasi = 3,06. Dengan demikian modus > median > mean (17,06 > 15,7 > 15,4) Apabila hasil tersebut digambarkan dalam kurva poligon menunjukkan bahwa sebaran data kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan modep pembelajaran scramble berbantuan media gambar merupakan juling negatif, yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor cendrung tinggi seperti yang tampak pada Gambar 1.
Frekuensi
dilakukan dengan menggunakan uji ANAVA satu jalur. Berdasarkan perhitungan yang dilakukan, diperoleh kesimpulan tidak terdapat perbedaan pemahaman konsep IPA siswa kelas IV SD di Gugus I Kecamatan Nusa Penida. Dengan kata lain, populasi penelitian dinyatakan memiliki kesetaraan. Berdasarkan hasil random sampling, diperoleh sampel yaitu kelas IV SD Negeri 2 Batununggul dan Kelas IV SD Negeri 3 Batununggul. Setelah pengundian tahap pertama, selanjutnya dilakukan pengundian tahap kedua sehingga diperoleh kelas IV SD Negeri 3 Batununggul sebagai kelas eksperimen dan kelas IV SD Negeri 2 Batunggul sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran Scramble dan kelas kontrol diberikan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran scramble berbantuan media gambar. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Perangkat tes digunakan untuk mengukur hasil belajar IPA. Perangkat tes yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes pilihan ganda dengan satu jawaban benar. Tes ini terdiri dari 20 butir soal. Setiap item soal disertai dengan empat alternative jawaban yang dapat dipilih oleh siswa (alternatif a, b, c, dan d) setiap item diberikan skor 1 bila siswa menjawab dengan benar dan siswa siswa yang menjawab salah diberikan skor 0. Kemudian skor setiap item dijumlahkan dan jumlah tersebut merupakan skor variabel hasil belajar IPA. Tehnik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t (polled varians). Sebelum melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu data yang dianalisis harus berdistribusi normal dan homogen.
10 5 0 9,5 11,5 13,5 15,5 17,5 19,5 Interval Mo = 17,6 Md = 15,7 M = 15,4
Gambar : 1 Kurva Juling Negatif Data Hasil Post-test Kelompok Eksperimen Jika skor rata-rata variabel kelomok eksperimen dikonversikan pada skala lima dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (mi) dan standar deviasi ideal (SDi), maka hasil belajar IPA siswa setelah dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar tergolong baik/tinggi, yaitu pada rentangan skor 17,25 ≤ M ≤ 20 sebanyak 5 siswa atau 25% berada pada kategori sangat tinggi. Pada rentang 15,41 ≤ M < 17,25 sebanyak 4 siswa atau 20% berada pada kategoi tinggi. Pada rentang 13,58 ≤ M < 15,41 sebanyak 5 siswa atau 25% berada pada kategoi sedang. Pada rentang 11,75 ≤ M < 13,58 sebanyak 4 siswa atau 20% berada pada kategoi
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
rendah. Pada rentang 9 ≤ M < 11,75 sebanyak 5 siswa atau 10% berada pada kategoi sangat rendah. Hasil ini berbeda dengan perolehan post-test kelompok eksperimen. Data hasil belajar IPA, hasil post-test terhadap 21 orang siswa kelompok kontrol menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 18 dan skor terendah adalah 9. Dengan n = 21, rata-rata = 12,83, median = 12,74, modus = 10, varian = 8,12, dan standar deviasi = 2,84. Dengan demikian modus < median < mean (10 < 12,74 < 12,83) Apabila hasil tersebut digambarkan dalam kurva poligon menunjukkan bahwa sebaran data kelompok kontrol yang merupakan juling positif, yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor cendrung rendah seperti yang tampak pada Gambar 2.
Jika skor rata-rata variabel kelomok kontrol dikonversikan pada skala lima dengan menggunakan kriteria ratarata ideal (mi) dan standar deviasi ideal (SDi), maka hasil belajar IPA siswa setelah dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional tergolong sedang, yaitu pada rentangan skor 15,75 ≤ M ≤ 18 sebanyak 5 siswa atau 23,8% berada pada kategori sangat tinggi. Pada rentang 14,25 ≤ M < 15,75 sebanyak 2 siswa atau 9,52% berada pada kategoi tinggi. Pada rentang 12,75 ≤ M < 14,25 sebanyak 4 siswa atau 19,04% berada pada kategoi sedang. Pada rentang 11,25 ≤ M < 12,75 sebanyak 2 siswa atau 9,52% berada pada kategoi rendah. Pada rentang 8 ≤ M < 11,25 sebanyak 8 siswa atau 38,09% berada pada kategoi sangat rendah. Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat.Uji prasyarat tersebut meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.Hasil uji prasyarat, menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan homogen.Hasil uji normalitas sebaran data hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol seperti yang tampak pada Tabel 2.
7 6
Frekuensi
5 4 3 2
1 0 9,5
11,5
Interval 13,5
15,5
17,5
Mo = 10 Md = 12,74 M = 12,83 Gambar 2 Kurva Juling Positif Data Hasil Post-test Kelompok Kontrol
No 1 2
Tabel 2 Normalitas Sebaran Data Kelompok Data Hasil Nilai Kriteria dengan χ 2 hitung Belajar Tarif Signifikan 5% Post-test Eksperimen 4,781 7,815 Post-test Kontrol
4,4339
5,591
Status
Normal Normal
mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar dengan kelompok siswa yang
Begitu pula dengan hasil uji homogenitas menggunakan rumus uji F, varians data hasil belajar IPS siswa antara kelompok siswa yang
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
mengikuti pembelajaran secara konvensional, berdasarkan hasil perhitungan diketahui Fhitung hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah 1,15. Sedangkan Ftab dengan dbpembilang = 20 dan dbpenyebut = 21diperoleh Ftabel = 2,14 sehingga harga Fhitung lebih kecil dari Ftabel (Fhitung= 1,15< Ftababel = 2,14). Ini berarti bahwa varians antar kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen. Sedangkan dari pengujian hipótesis diketahui bahwa hasil perhitungan uji-t dengan rumus polled varians diperoleh thitung> ttabel yaitu 2,713 > 2,021, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar dan siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus I Kecamatan Nusa Penida Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016.
belajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil uji-t terhadap hipotesis penelitian yang diajukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa antara kelompok yang belajar menggunakan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar dengan kelompok yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar IPA siswa mempunyai nilai statistik thitung = 2,713, dan ttabel (db = dan taraf signifikansi 5%) = 2,021. Secara statistik hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran scramble berbantuan media gambar dan model pembelajaran konvensional berbeda secara signifikan dalam pencapaian hasil belajar IPA siswa pada taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian ini telah membuktikan hipotesis yang telah diajukan, yaitu terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar dengan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional. Secara teoritis model pembelajaran scramble berbantuan media gambar lebih unggul dari pada model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran scramble berbantuan media gambar dapat dipahami sebagai pembelajaran yang berpusat pada pembelajaran student centered dengan guru berperan sebagai moderator dan fasilitator sedangkan siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui belajar berkelompok untuk mendapatkan pengetahuan secara langsung, cara belajar seperti ini akan memberikan efek yang baik bagi siswa dalam memahami pengetahuan dan tidak mempungkiri pengetahuan yang didapat dapat bertahan lama tersimpan dalam memori siswa. Selain itu dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar siswa dituntut
Pembahasan Pembahasan pada penelitian ini memaparkan hasil belajar IPA siswa baik pada kelompok yang belajar menggunakan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar maupun dengan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPA siswa yang dicapai dengan menggunakan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar berbeda dengan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Secara deskriptif, kelompok yang belajar menggunakan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar memiliki skor rata-rata hasil belajar sebesar 15,4, sedangkan kelompok yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional memiliki skor rata-rata hasil belajar sebesar 12,83. Hal ini menunjukkan hasil belajar IPA siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar lebih tinggi dari pada siswa yang
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
untuk bekerjasama yang dimiliki pada diri siswa, dan meningkatkan interaksi melalui kerja kelompok. Belajar dengan menggunakan bantuan media pembelajaran yaitu dengan menggunakan media gambar siswa dapat lebih cepat memahami materi yang diajarkan. Secara operasional model pembelajaran scramble berbantuan media gambar terdiri dari beberapa langkah yang meliputi: (1) tahap persiapan (kegiatan pendahuluan), (2) penyampaian belajar berkelompok (kegiatan inti), (3) menyampaikan materi pembelajaran (kegiatan inti), (4) menyiapkan media gambar (kegiatan inti), (5) menyiapkan kartu soal dan kartu jawaban (kegiatan inti), (6) siswa berdiskusi dengan kelompok masing-masing (kegiatan inti), (7) siswa mempresentasikan hasil diskusi (kegiatan inti), (8) guru memberikan penghargaan (kegiatan inti), (9) menyimpulkan materi dan penutup (kegiatan penutup). Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran scramble berbatuan media gambar sangat mengutamakan peran dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Guru hanya berperan sebagai fasilitator seperti menyediakan sumber-sumber belajar yang dapat membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran salain buku paket, media dan LKS, guru juga sebagai mediator atau pengarah untuk membantu siswa dalam mengkaji pengetahuannya sendiri sebagai acuan untuk memahami materi yang dibahas di kelas. Dalam pembelajaran guru menggunakan ceramah seperlunya apabila ada siswa yang belum mengerti, tetapi guru hanya membantu mengarahkan kognitif siswa supaya tertata dengan benar sampai siswa tersebut mengerti dengan materi yang dipelajarinya. Beberapa keunggulan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar tersebut didukung oleh beberapa hasil penelitian. Beberapa penelitian yang dimaksud adalah Belandina Febri pada tahun (2011) bahwa model pembelajaran scramble dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas Va
pada mata pelajaran IPA SD Negeri 4 Madyopuro Kecamatan Kedungdandang Kota Malang. Sedangkan Martika Devi pada tahun (2012) menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran scramble memberikan pengaruh yang signifikan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pelajaran IPA pada siswa kelas VI SD Negeri I Delodbrawah Jembrana. Berdasarkan pemaparan di atas baik secara teoritis maupun oprasional empiric, dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar lebih tinggi dari pada siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Begitu juga secara deskriptif skor rata-rata hasil belajar IPA siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar lebih tinggi dibandingkan siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini dapat diidentifikasi temuan dari penelitian yang menunjukkan keunggulan dari model pembelajaran scramble berbantuan media gambar dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut. Pertama, dalam proses pembelajaran siswa terlihat antusias mengikuti pembelajaran karena proses pembelajaran dengan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar dalam menyampaikan materi pelajaran selalu dikaitkan dengan masalah yang kontekstual atau dikaitkan dengan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu dalam pembelajaran menggunakan media-media yang dapat membantu siswa mengerti dan memahami materi pelajaran seperti media gambar yang sesuai dengan materi pelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan media gambar akan membuat pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga siswa akan antusias dalam mengikuti pembelajaran IPA. Kedua, pembelajaran dengan model pembelajaran scramble berbantuan media gambar sangat menarik dan menyenangkan karena siswa diajak telibat langsung dalam pembelajaran melalui
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
diskusi dan pengamatan secara nyata di lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar siswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan Anafiah dan Suhana (dalam Rakhmawati 2011:8) menyatakan model pembelajaran scramble bersifat aktif, siswa dituntut aktif bekerja sama serta bertanggung jawab terhadap kelompoknya untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan baik dalam diskusi dan pengamatan secara nyata. Pembelajaran seperti ini akan memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar IPA secara mendalam melalui pengamatan secara nyata, sehingga siswa tidak cepat bosan dan mengantuk dalam belajar karena siswa dilibatkan secara penuh dalam belajar. Implikasi temuan penelitian ini adalah pembelajaran IPA dapat memberikan hasil belajar yang optimal jika implementasi pembelajaran didasarkan pada paradigma pembelajaran konstruktivisme. Model pembelajaran scramble berbantuan media gambar merupakan salah satu model pembelajaran yang dilandaskan teori belajar atau paradigm konstruktivisme, dimana dalam kegiatan pembelajaran antara konsep yang dipelajari dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa, sehingga akan memberikan peluang yang cukup besar dalam proses pembelajaran IPA yang lebih bermakna dan siswa akan membangun pengetahuannya sendiri melalui proses aktif dalam proses pembelajaran berdasarkan pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa. Selain itu, model pembelajaran scramble berbantuan media gambar tidak hanya mementingkan aktivitas siswa secara individu, tetapi juga kontribusi terhadap anggota kelompok. Hal ini dapat melatih siswa untuk lebih bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dalam kelompoknya. Model pembelajaran scramble berbantuan media gambar dapat diunggulkan dalam rangka meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Berbeda dengan model pembelajaran konvensional. Pelaksanaan proses pembelajarannya mengutamakan penyampaian materi secara jelas dan menyeluruh bagi siswa dan pemberian soal-soal latihan yang ada pada buku paket dan buku LKS. Latihan soal-soal
lebih ditekankan ada materi yang telah disampaikan sebelumnya tanpa ada tindak lanjut untuk memberikan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa, tetapi masih berhubungan dengan materi yang dipelajari. Peran serta siswa dalam pembelajaran masih dipengaruhi oleh guru dan ini terlihat saat guru menyampaikan materi pelajaran. Siswa tidak diberi kesempatan untuk menggunakan daya nalarnya dalam menemukan sendiri pengetahuan yang berkaitan dengan materi pelajaran karena guru telah menyampaikan materi itu secara detail, akibatnya siswa hanya bisa menguasai pengetahuan tentang materi yang dipelajari secara abstrak sebagai efek dari kurangnya pengalaman nyata siswa untuk mengkonstruksi sendiri konsep-konsep pengetahuan itu. Menurut teori Jonk Lock menyatakan bahwa model pembelajaran konvensional lebih menekan pada aktifitas guru (teacher centered). Langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional menurut sumarni (2011) meliputi pendahuluan atau penyampaian informasi awal dan apersepsi, penyampaian materi pelajaran dengan metode ceramah, pemberian soal-soal atau tugas, dan terakhir membuat kesimpulan dan penutu. Proses pembelajaran dengan model konvensional akan berlangsung apabila ada guru yang memberikan informasi atau arahan kepada siswa untuk belajar melalaui penyampaian meteri pelajaran secara detail. Tanpa ada guru proses pembelajaran tidak akan berlangsung secara optimal dan kondusif sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk menyimak dan mencatat apa yang disampaikan oleh guru pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. Cara belajar seperti ini akan membuat siswa pasif, mengantuk dan bosan dalam mengikuti proses pembelajaran, akibatnya pembelajaran tidak dapat berlangsung secara efektif. Pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional sumber belajar hanya menggunakan buku paket
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dan buku LKS tanpa mengusahakan untuk mencari atau menggunakan sumber buku lain yang relevan dan mendukung pembelajaran agar lebih inovatif. Selain itu media dalam pembelajaran konvensional hanya menggunakan papan tulis dan kapur sebagai pendukung untuk menyajikan materi pelajaran. Pembelajaran seperti ini akan mengakibatkan siswa hanya menguasai pengetahuan malaui satu sumber dan pengetahuan yang dimiliki siswa masih cendrung bersifat kehayalan atau verbal karena sumber belajar dan media yang digunakan guru belum mencerminkan bahwa belajar itu mengunakan berbagai macam sumber atau aneka sumber. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran scramble berbantuan media gambar berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD di Gugus I Kecamatan Nusa Penida Tahun Pelajaran 2015/2016.
belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode eksperimen lebih baik dari pada siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode ceramah. Hal ini berarti terdapat pengaruh penerapan metode eksperimen terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD di Gugus I Kecamatan Nusa Penida pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016.
Saran Berdasarkan hasil penelitian, dapat diajukan beberapa saran antara lain sebagai berikut. (1) Disarankan kepada Kepala Sekolah agar temuan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan sebagai dasar untuk membuat suatu kebijakan dalam membina dan mengembangkan kemampuan profesional guru yang dipimpin, (2) Kualitas siswa sangat ditentukan oleh kualitas pembelajaran. Oleh karena itu disarankan kepada para guru di sekolah dasar agar lebih kreatif dalam melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang inovatif yang sesuai dengan materi pelajaran dan karakteristik siswa demi peningkatan kualitas proses dan hasil belajar, (3) Disarankan kepada mahasiswa dan lulusan PGSD yang nantinya berkompeten dalam merancang suatu pembelajaran, agar lebih inovatif dalam menerapkan model pembelajaran scramble sehingga dapat dipergunakan dalam meningkatkan hasil belajar IPA, (4) Kepada peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran scramble dalam bidang ilmu IPA maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai, agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.
Simpulan dan saran Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut sebagai berikut. Rata-rata skor hasil belajar IPA yang dibelajarkan dengan mengunakan model pembelajaran scramble adalah 15,4 dan rata-rata skor hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional adalah 12,83. berdasarkan analisis data menggunakan uji-t, diketahui thitung = 2,713 dan ttabel = (db = 20 + 21 - 2 =39 dan taraf signifikansi 5%) = 2,021. hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel ), sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti. Terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran scramble dan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus I Kecamatan Nusa Penida pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016. Lebih lanjut dapat dilihat dari rata-ratanya bahwa hasil
DAFTAR PUTAKA Agung, A. A. Gede. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja: FIF Undiksha Singaraja.
10
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
------.
2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Sains (Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah). Jakarta: Depdiknas. Devi,
Ni Luh Putu Martika. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Scramble Berbantuan Multimedia Sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan dan hasil Belajar IPA Siswa Semester Ganjil Kelas VI SD Negeri 1 Delodbrawah Kecamatan Mendoyo Jembrana Tahun Pelajaran 2012/2013. Sikripsi (tidak diterbitkan). Jurusan endidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
Lay, Febri Belandina. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Scramble Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VA Pada Mata Pelajaran IPA SDN Madyopuro 4 Kecamatan Kedungkandang Kota Malang. Jurnal Pendidikan. Vol. 1. No. 1. Halaman 1-8 Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Santyasa, I.W. 2005. Buku Ajar, Belajar dan Pembelajaran. Singaraja: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Negeri Singaraja. Depdiknas. 2006a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Sains (Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah). Jakarta: Depdiknas. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitas. Jakarta: Prestasi Pustaka.
11