e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY BERBANTUAN MEDIA GAMBAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V I Made Yudha Pranata1, I Wayan Suwatra2 , Made Sumantri 3 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
1,2,3Jurusan
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay berbantuan media gambar dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan non-equivalent posttest only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 183 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling yaitu simple random sampling dengan cara undian. Data hasil belajar IPA dikumpulkan menggunakan tes objektif pilihan ganda. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis uji-t diperoleh thitung lebih besar dibandingkan dengan ttabel (t hitung 4,69 > t tabel 2,021) ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay berbantuan media gambar dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional, sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay berbantuan media gambar berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem Tahun Ajaran 2016/2017. Kata-kata kunci: Model CRH, hasil belajar IPA Abstrak This research aims to determine the significant differences of science learning outcomes among the group of students that learned with cooperative learning model Course Review Horay aided drawing media and group of students that learned with conventional learning models to students V grade in cluster III Abang district Karangasem regency in the academic year 2016/2017. This research is a quasi-experimental with non-equivalent posttest only control group design. The population was all students in fourth grade in cluster III Abang district Karangasem regency in the school year 2016/2017, amounting to 183 students. Sampling using random sampling technique is simple random sampling by lottery. Science learning outcome data were collected using an objective test of multiple choice form. Data were analyzed using descriptive statistics and inferential statistics. The result of this research shows that the result of t-test analysis obtained tcount is bigger than ttable (tcount=4,69 > ttable=2,021) this means that there are significant differences of science learning outcomes among yhe group of students that lear ned with cooperative learning model Course Review Horay aided drawing media and group of students that learned with conventional learning models, so it can be concluded cooperative learning model Course Review Horay aided drawing media has a positive effect on science learning outcomes students V grade in cluster III Abang district Karangasem regency in the school year 2016/2017. Keywords: CRH model, science learn outcomes
1
PENDAHULUAN Kemajuan suatu bangsa dapat ditentukan oleh kualitas pendidikan bangsa tersebut. Pendidikan yang berkualitas akan melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas pula. Melalui pendidikan yang berkualitas seorang anak akan mampu mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya. Hal tersebut akan menjadi acuan bagi anak untuk menghadapi perkembangan zaman yang semakin pesat. Pendidikan berperan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, yang sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 dinyatakan bahwa, Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Berdasarkan penjelasan Bab II Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan memiliki fungsi dan tujuan yang sangat penting dalam membangun suatu bangsa. Melalui pendidikan dapat dibentuk peradaban bangsa yang cerdas dan bermartabat. Pendidikan berperan dalam membentuk siswa menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, mandiri, berilmu, bertanggung jawab, taat hukum dan menjadi warga negara yang demokratis. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah guru dilibatkan sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar. Dalam proses pembelajaran diharapkan adanya koordinasi antara guru, siswa dan lingkungan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Guru mampu berperan sebagai fasilitator,
motivator dan pembimbing untuk menuntun siswa dalam proses pembelajaran. Natawidjaya dan Moein (1993:16) menyatakan, “Pendidikan merupakan upaya pembimbingan yang berpusat pada diri peserta didik (siswa) yang dalam perkembangannya selalu berhubungan dan dipenuhi oleh lingkungannya”. Mengingat pentingnya peran pendidikan dalam suatu negara, maka sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, salah satunya adalah melalui perubahan kurikulum. Tujuan dari perubahan kurikulum tersebut adalah untuk meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran yang ada di Indonesia. Selain itu dengan adanya perubahan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ke Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) maka terjadi pula perubahan paradigma dalam pembelajaran yaitu dari pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran berpusat pada siswa (student centered). Tugas dan peran guru tidak hanya sebagai pemberi informasi, tetapi juga sebagai motivator dan fasilitator dalam belajar, agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang menuntut peran aktif siswa. Namun pada kenyataannya di lapangan pembelajaran masih didominasi oleh guru. Seperti yang diungkapkan oleh Solihatin (dalam Susanto, 2013) kelemahan-kelemahan pembelajaran di sekolah dasar saat ini yaitu: 1) guru masih menerapkan model pembelajaran konvensional, 2) guru tidak mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga gairah belajar siswa rendah, 3) pembelajaran yang berlagsung didominasi dengan ceramah, tanya jawab, dan penugasan sehingga siswa merasa bosan dengan pembelajaran yang monoton, 4) guru jarang menerapkan model pembelajaran yang inovatif yang mampu membangkitkan gairah belajar siswa 2
akibatnya siswa cenderung pasif dalam pembelajaran. Berdasarkan pendapat Solihatin tersebut dapat dimaknai bahwa usaha guru untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan hasil belajar belum dilakukan secara optimal. Mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar yaitu IPA, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Agama, Budi Pekerti, Pendidikan Bahasa Daerah, Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) dan Penjaskes. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting dalam keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Pengetahuan tentang lingkungan alam akan dimiliki oleh siswa dengan belajar IPA. Dengan belajar IPA siswa diharapkan mampu memanfaatkan alam secara bijak dan mencintai lingkungan alam. Sudana dan Astawan (2013:6) menyatakan, Alasan pentingnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah dasar yaitu (1) IPA dapat membantu secara positif pada anak-anak untuk dapat memahami mata pelajaran lain terutama bahasa dan matematika, (2) IPA di banyak negara, terutama pendidikan IPA di sekolah dasar merupakan pendidikan terminal untuk anak-anak, dan ini berarti hanya selama di sekolah dasar itulah mereka dapat mengenal lingkungannya secara logis dan sistematis, (3) IPA SD benar-benar menyenangkan. Anak-anak dimanapun diam-diam tertarik dengan masalahmasalah kecil, baik masalah buatan maupun kebetulan dari alam sekitarnya. Berdasarkan pendapat Sudana dan Astawan tersebut, dapat diketahui bahwa Ilmu Pengetahuan Alam sangat penting untuk dipelajari siswa. Dengan belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa memahami konsep Ilmu Pengetahuan Alam dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memiliki keterampilan tentang alam sekitar untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar. Selain itu, siswa juga mampu menerapkan berbagai konsep Ilmu Pengetahuan Alam untuk menjelaskan gejala alam dan mampu
menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil studi dokumen yang dilakukan di seluruh sekolah dasar Gugus III Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem pada tanggal 6 dan 7 Februari 2017 pada mata pelajaran IPA, ditemukan permasalahan yaitu hasil belajar siswa rendah. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada guru kelas V di sekolah dasar Gugus III Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2016/2017, ada beberapa kelemahan-kelemahan atau faktor penyebab kurang optimalnya hasil belajar IPA siswa yaitu sebagai berikut. (a) Pembelajaran IPA belum mencerminkan kegiatan yang bermakna dan menyenangkan. Hal ini disebabkan karena guru selalu menggunakan model pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru sehari-hari di kelas, dalam penyampaian materi dilakukan dengan cara ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Akibatnya guru terkesan lebih aktif dalam pembelajaran daripada siswa, (b) karakteristik dan kemampuan setiap siswa berbeda dengan kondisi kelas gemuk, (c) materi yang diajarkan cukup padat dengan waktu yang singkat, (d) kurangnya antusias dan minat bdajar siswa saat mengikuti pelajaran IPA, (e) terdapat siswa yang perhatiannya kurang pada saat pembelajaran berlangsung sehingga sebagian besar siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran di kelas baik dalam mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan yang dilontarkan guru ataupun merespon dan menanggapi jawaban dari temannya, (f) ketika proses pembelajaran berlangsung guru merasa kesulitan dalam menyampaikan materi utamanya jika materi tersebut dirasa sulit dan harus memakai media yang relevan dengan pembelajaran, (g) kurang adanya interaksi siswa dengan guru saat penbelajaran sehingga pembelajaran masih bersifat pasif, (h) kurang adanya kerjasama kelompok untuk bertukar pikiran dan menyelesaikan suau permasalahan, (i) 3
Guru jarang mengajak siswa berlatih menjawab soal-soal secara menyenangkan, (j) Ketika siswa selesai mengerjakan tugas yang diberikan guru terkait materi, guru jarang mengevaluasi pekerjaan siswa yang benar dan yang salah. Tugas hanya dikumpul dan tidak ada pemeriksaan secara langsung. Sehingga siswa tidak mendapatkan kebenaran dari tugas yang mereka kerjakan. Akibat dari strategi dan model pengajaran yang dilakukan guru tersebut mengakibatkan siswa merasa bosan dan tidak menyukai IPA. Hal ini berdampak pada hasil belajar IPA yang dicapai siswa kurang maksimal. Masih rendahnya hasil belajar IPA tersebut perlu dicarikan solusi demi perbaikan dan peningkatan hasil belajar siswa khususnya dalam pelajaran IPA. Gambaran permasalahan-pemiasalahan tersebut perlu diperbaiki guna meningkatkan aktivitas, motivasi, perhatian, pemahaman dan prestasi belajar siswa, sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Model pembelajaran yang digunakan sebaiknya bersifat aktif inovatif kreatif, efekif dan menyenangkan. Salah satu model yang dapat digunakan yaitu model pembelajaran kooperatif yang lebih meningkatkan aktivitas siswa, kerjasama siswa, antusias siswa, dan terutama hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran kooperatif tersebut adalah model pembelajaran Kooperatif tipe Course Review Horay. Kurniasih dan Berlin (2015:80) mengungkapkan, "Model pembelajaran Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak ‘hore!’ atau yel-yel lainnya yang disepakati". Melalui pembelajaran Course Review Horay siswa diharapkan dapat berlatih bersama kelompok untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan secara menyenangkan. Disamping itu siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran karena siswa diajak menjawab soal-soal dengan cara yang
menyenangkan. Siswa pun tidak mudah bosan karena selain belajar, mereka mendapat hiburan dengan menyanyikan yel-yel yang mereka senangi jika soal dapat dijawab dengan benar. Model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kelompok yang melahirkan sikap, ketergantungan yang positif antara sesama siswa, peneriman terhadap perbedaan individu, dan mengembangkan keterampilan bekerja antar kelompok. Kondisi seperti ini akan memberikan kontribusi yang cukup berarti untuk membantu siswa yang kesulitan dalam mempelajari konsepkonsep IPA, pada akhirnya setiap siswa dalam kelas dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Namun dalam proses pembelajaran siswa sering kali dihadapkan pada hal-hal yang bersifat kompleks dan abstrak yang sulit dipahami, untuk itu diperlukan suatu alat bantu atau media dalam memperlancar proses pembelajaran. Media pembelajaran dapat membantu peserta didik untuk memfasilitasi proses belajar siswa (Asyhar, 2012). Jika model pembelajaran dilaksanakan menggunakan media pembelajaran yang sesuai, maka proses pembelajaran akan menjadi lebih kondusif, efisien, efektif dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Sadiman (dalam Budiono, dkk. 2010) menyatakan bahwa media gambar adalah media yang paling umum digunakan, yang merupakan bahasan umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana saja. Menggunakan model pembelajaran Course Review Horay berbantuan media gambar akan membuat lebih menarik perhatian siswa dan menjadi lebih aktif dalam belajar, serta dapat melatih pemahaman siswa dalam hal menyelesaikan permasalahan. Berdasarkan uraian di atas, bahwa antara model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay sangat berbeda dengan model pembelajaran konvensional. Dengan adanya perbedaan antara model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay dan pembelajaran konvensional diyakini memberikan 4
pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay berbantuan media gambar dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional, sehingga dilakukan penelitian dengan judul "Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif tipe Course Review Horay Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V di Gugus III Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem Tahun Ajaran 2016/2017. Tujuan dari penelitian ini yaitu, untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay berbantuan media gambar dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2016/2017.
kesetaraan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa, hasil belajar IPA siswa kelas V SD di gugus III Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem setara. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling dengan cara undian. Sampel yang dirandom/diacak dalam penelitian ini adalah kelas karena tidak memungkinkan untuk merubah kelas yang sudah ada. Kedelapan sekolah yang setara selanjutnya diundi untuk menentukan dua sekolah sebagai sampel. Setelah mengetahui kedua kelompok sampel, selanjutnya dilakukan pengundian untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol. Hasil pengundian tersebut adalah SD Negeri 3 Kertha Mandala terpilih sebagai kelompok eksperimen dan SD Negeri 1 Culik sebagai kelompok kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay berbantuan media gambar dan kelas kontrol diberikan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay berbantuan media gambar yang diterapkan pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional yang diterapkan pada kelompok control, sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar IPA. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar IPA siswa kelas V. Untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa, digunakan metode tes. Metode tes merupakan cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dan dari tes tersebut dapat menghasilkan suatu data berupa skor atau data interval (Agung, 2014). Jenis instrumen berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda. Tes objektif terdiri dari item-item yang dapat dijawab dengan jalan memilih salah satu alternatif yang benar dari sejumlah alternatif yang tersedia (Nurkancana dan Sunartana, 1990). Selain itu tes obyektif juga dapat dilakukan dengan menuliskan jawaban
METODE Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SD Gugus III Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester II, tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Penelitian eksperimen semu merupakan jenis penelitian yang mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabelvariabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2006). Penelitian ini mengikuti desain penelitian kuasi eksperimen dengan rancangan non-equivalent post-test only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V sekolah dasar di Gugus III Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2016/2017. Untuk mengetahui kesetaraan kemampuan akademik siswa kelas V sekolah dasar di Gugus III Kecamatan Abang, maka peneliti menggunakan nilai hasil belajar IPA semester I diuji kesetaraan dengan menggunakan analisis varian satu jalur (ANAVA A). Berdasarkan hasil uji 5
HASIL
berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat yang telah disediakan untuk masing-masing butir item (Sudijono, 2009). Tes tersebut kemudian diuji coba lapangan untuk mencari validitas, reabilitas, taraf kesukaran dan daya bedanya. Hasil tes uji lapangan akan diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kontrol. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial melalui Uji-t.
Data penelitian ini adalah skor hasil belajar IPA siswa sebagai akibat dari penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay berbantuan media gambar pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Rekapitulasi perhitungan data hasil penelitian tentang hasil belajar IPA siswa dapat dilihat pada Tabel 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 1. Rekapitulasi Perhitungan Skor Hasil Belajar IPA Siswa Hasil Belajar IPA
Data Statistik
Kelompok Eksperimen
Mean Median Modus
23,33 24,26 25,7
10
Frekuensi
17,75 17,24 16,49 dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor kelompok eksperimen cenderung tinggi. Sedangkan Data Hasil Belajar IPA Siswa kelompok kontrol dapat disajikan ke dalam bentuk poligon seperti pada Gambar 2.
Frekunsi
Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa mean data hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen = 23,33 lebih besar daripada kelompok kontrol = 17,75. Kemudian data hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen tersebut dapat disajikan ke dalam bentuk poligon seperti pada Gambar 1.
8 6 4
Kelompok Kontrol
14 12 10 8 6 4 2 0 13-15 16-18 19-21 22-24 25-27
2
Kelas Interval
0 13-15 16-18 19-21 22-24 25-27 28-30
Mo = 16,49
Kelas Interval
M = 23,33
M = 17,75
Md = 17,22
Mo = 25,7
Gambar 2. Poligon Hasil Belajar IPA Kelompok Kontrol Berdasarkan poligon diatas, diketahui mean lebih besar dari median dan median lebih besar dari modus (M>Md>Mo). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor kelompok kontrol cenderung rendah. Kemudian
Md = 24,26
Gambar 1. Poligon Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen
Berdasarkan poligon diatas, diketahui modus lebih besar dari median 6
dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui pangaruh dari model pembelajaran yang diterapkan. Namun sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data yaitu normalitas dan homogenitas. Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis diperoleh bahwa data hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan varians kedua kelompok homogen.
Untuk itu, pengujian hipotesis dilakukan menggunakan uji-t dengan rumus polled varians. Rangkuman hasil perhitungan ujit antar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 2
Tabel 2. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t s2
Data
Kelompok
N
Hasil Belajar IPA
Eksperimen
27
23,33
20,47
Kontrol
32
16,81
10,22
X
thitung 4,69
ttabel 2,021
Keterangan: N = jumlah data, X = mean, s2 = varians rata skor hasil belajar IPA siswa dan hasil uji-t. Rata-rata skor hasil belajar siswa
Berdasarkan tabel hasil perhitungan uji-t di atas, diperoleh thitung sebesar 4,69 sedangkan, ttabel dengan db = (27+32) - 2 dan taraf signifikansi 5% adalah 2,021. Hal ini berarti, thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay berbantuan media gambar dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2016/2017
kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay berbantuan media gambar adalah 23,33 berada pada kategori sangat tinggi, sedangkan ratarata skor hasil belajar siswa kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional adalah 16,81 berada pada kategori sedang. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji-t diperoleh thitung= 4,69dan ttabel = 2,021 untuk db = 57 dengan taraf signifikan 5%. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung> ttabel, sehingga H0ditolak dan H1 diterima.Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay berbantuan media gambar berpengaruh terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2016/2017. Perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay berbantuan media gambar dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional disebabkan oleh (1)
Pembahasan Hasil analisis data hasil belajar IPA siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horayberbantuan media gambar dengankelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Abang Kabupaten KarangasemTahun Pelajaran 2016/2017. Tinjauan ini berdasarkan rata-
7
penggunaan media pembelajaran, (2) diskusi kelompok, dan (3) adanya penghargaan/reward untuk siswa. Pertama, penggunaan media dalam pembelajaran dapat menciptakan pembelajaran yang kontekstual, sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang dipelajari. Penggunaan media pembelajaran dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran.Penggunaan media gambar dapat memotivasi siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Pemanfaatan mediagambar dalam model kooperatif tipe Course Review Horayakan memudahkan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Temuan inididukung oleh penjelasan Hamalik (dalam Budiono, dkk. 2010) menyatakan bahwa media gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dan memudahkan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Kedua, adanya diskusi kelompok, model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horayadalah model pembelajaran yang dilaksanakan secara berkelompok.Dalam proses pembelajaran siswa berdiskusi untuk membahas lembar kerja siswa(LKS) yang diberikan oleh guru. Melalui diskusi kelompok siswa dapatmenyampaikan pendapat untuk memecahkan suatu permasalahan dan salingbertukar informasi serta dapatmengembangkan sikap menghargai pendapat orang lain dan belajarbermusyawarah. Selain itu melalui diskusi kelompok siswa dapat belajar bersama-sama, saling membantu antara satu dengan yang lain sehingga dapat mencapai tujuan atau menyelesaikan tugas yang telah ditentukan. Temuan ini sesuai dengan penjelasan Djamarah (2002),yang menyatakan bahwa dalam diskusi kelompok siswa menjadi aktif, dapatsaling bertukar pengalaman, informasi, dan dapat memecahkan masalah. Ketiga, adanya penghargaan/reward untuk siswa dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar, sehingga hasil belajar siswa dapat ditingkatkan. Dalam pembelajaran kooperatiftipe Course Review Horaypenghargaan diberikan
kepada kelompok yang memperoleh Horey terbanyak dan skor tertinggi. Guru memberikan penghargaan berupa pujian, gerakan tubuh, dan tepuk tangan. Siswa sangat antusias dan semangat dalam proses pembelajaran. Temuan ini didukung oleh penjelasan Djamarah (2002) yang menyatakan bahwa pemberian ganjaran/penghargaan terhadap prestasi siswa merupakan salah satu cara untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, dan pemberian ganjaran dapat merangsang siswa untuk lebih berprestasi di kemudian hari. Ditinjau dari proses pembelajaran, aktivitas siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay berbantuan media gambar lebih aktif dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran berpusat kepada siswa dan guru sebagai fasilitator. Siswa terlihat aktif saat meneriakkan iyel-iyel kelompok/horay ketika siswa menjawab benar. Suasana pembelajaran menjadi meriah dan menyenangkan, tidak ada siswa yang terlihat bosan mengikuti pembelajaran. Temuan ini sesuai dengan penjelasan Kurniasih dan Berlin (2015:80) mengungkapkan bahwa, "Model pembelajaran Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa, yang dapat menjawab benar maka siswa tersebut diwajibkan berteriak “Hore atau yel-yel” Berbeda halnya dengan model pembelajaran konvensional, dalam pembelajaran guru lebih mendominasi proses pembelajaran sehingga pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher centered). Interaksi siswa dan guru bersifat satu arah. Guru lebih banyak menyampaikan materi, kemudian menuliskan konsep-konsep materi yang diajarkan di papan tulis, dan siswa mencatat apa yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Rasana (2009) yang menyatakan bahwa dalam pembelajaran konvensional guru yang aktif di kelas dan siswa menjadi pasif, guru memberikan ceramah, tanya jawab, dan tugas untuk 8
siswa. Selama kegiatan pembelajaran, siswa terlihat pasifkarena siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru. Suasana pembelajarankurang menarik dan kurang menyenangkan untuk siswa sehingga banyak siswayang terlihat bosan dan kurang memperhatikan guru. Hal ini mengakibatkan hasil belajar IPA siswa rendah karena proses pembelajaran yang dilakukan kurang bermakna untuk siswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dari beberapa penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay. Pt. Pujayanti (2013) melakukan penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran Course Review Horay berbantuan media gambar terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD gugus VIII Munduk. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Course Review Horayberbantuan media gambar dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horayberbantuan media gambar lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Penelitian lain yang dilaksanakan oleh Rosita Giri (2013) mengenai pengaruh model pembelajaran Course Review Horay terhadap hasil belajar IPA Kelas IV SD. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Course Review Horay dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Perbedaan tahapan pembelajaran antara model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horayberbantuan media gambardan model pembelajaran
konvensional tentunya akan memberikan dampak yang berbeda terhadap hasil belajar siswa. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay berbantuan media gambarmenyebabkan siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, lebih antusias untuk belajar sehingga siswa mampu membangun pengetahuannya. Siswa menjadi lebih tertantang untuk belajar dan berusaha menyelesaikan permasalahan IPA yang ditemukan, sehingga siswa lebih memahami materi yang dipelajari. Dengan demikian, hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif Course Review Horay berbantuan media gambarlebih baik dibandingkan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut. Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay berbantuan media gambar dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2016/2017. Hasil tersebut diperoleh dari perhitungan uji-t, thitung = 4,69 > ttabel = 2,021 (dengan db 57 dan taraf signifikansi 5%), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan antara lain: 1) siswa agar selalu memotivasi diri untuk belajar sehingga hasil belajar yang maksimal mampu dicapai. Selain itu, disarankan kepada siswa agar selalu menjaga kedisiplinan dalam kelas. 2) guru di sekolah dasar agar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay berbantuan media gambar khususnya dalam mata pelajaran IPA dan mata pelajaran lain pada umumnya dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa. Saran ini diajukan karena berdasarkan 9
hasil penelitian ditemukan bahwa model Course Review Horay berbantuan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa sekolah dasar. 3) kepala sekolah agar membina para guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.dan 4) peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay berbantuan media gambar dalam mata pelajaran IPA maupun mata pelajaran lainnya yang sesuai, hendaknya memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sehingga mendapatkan hasil penelitian yang lebih sempurna.
Nurkancana, Wayan dan Sunartana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional. Pujayanti, Putu. 2013.” Pengaruh Model Pembelajaran Course Review Horay Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Gugus VIII Desa Munduk Tahun Pelajaran 2012/2013”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha. Natawidjaya, Rochman dan Moein Moesa. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
DAFTAR RUJUKAN Agung. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Malang: Adiya Media Publishing.
Nurkancana, Wayan dan Sunartana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional.
Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: Referensi.
Sudana, Dewa Nyoman dan I Gede Astawan. 2013. Pendidikan IPA SD. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Budiono, dkk. 2010. “Strategi Memanfaatkan Media Gambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Kosakata Pada Pembelajaran Bahasa Inggris Pada Sekolah Dasar”. Tersedia pada http://tpcommunity05.blogspot.com /2008/05/strategi-memanfaatkan media-gambar.html. Diakses tanggal 2 Februari 2017.
Sudijono, Anas. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Susanto, Ahmad. 2012. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2008. Denpasar: Badan Informasi dan Telematika Daerah Provinsi Bali
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Profesionalitas Guru. Jakarta: Kata Pena.
10