e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CRH BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV N. L. P. Widyastiti1, I Gst. Ngr. Japa2, Ni Wyn. Arini3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) berbantuan media audio visual dan kelompok siswa yang dibelajarkan bukan dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) berbantuan media audio visual pada siswa kelas IV SD di gugus XIII Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan yang digunakan adalah non-equivalen post-test only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng yang berjumlah 96 siswa yang terdistribusi menjadi 4 kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Baktiseraga yang berjumlah 36 orang sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas IV SD No. 1 Banjar Tegal yang berjumlah 27 orang sebagai kelas kontrol. Data hasil belajar IPA siswa dikumpulkan dengan metode tes dan menggunakan instrumen tes objektif dalam bentuk pilihan ganda. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t polled varians). Berdasarkan hasil penghitungan analisis data, diperoleh thitung = 6,988 lebih besar daripada ttabel (dengan db = 61 pada taraf signifikansi 5%) = 2,00. Sehingga, hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) berbantuan media audio visual dan kelompok siswa yang dibelajarkan bukan dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) berbantuan media audio visual. Kata kunci: Audio Visual, Course Review Horay, Hasil Belajar IPA. Abstract This study aims to determine significant differences between groups of students that learned by using Course Review Horay (CRH) learning model aided by audio-visual media and groups of students that learned not to use the Course Review Horay (CRH) learning model aided by audio-visual media to scince learning outcomes of fourth grade students in the group XIII District of Buleleng in the academic year 2015/2016. This research is a quasiexperimental research with a design that used is non-equivalent post-test only control group design. The population in this study were all of fourth grade students in group XIII District of Buleleng, which amount of 96 students were distributed into four classes. The sample in this study is the fourth grade students of SD Negeri 1 Baktiseraga which amount of 36 people as an experimental class and fourth grade students of SD No. 1 Banjar Tegal which amount of 27 people as a control group. Science student learning outcomes data were collected through an objective test instruments in the form of multiple choice. Data collected were analyzed using descriptive statistical analysis and inferential statistics (t-test polled variance). Based on the calculation results of data analysis, obtained thitung = 6,988 is greater than t table (with db = 61 at the significance level of 5%) = 2.00. Thus, the results show there are differences in science learning outcomes significantly between groups of students who
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
take the learning by using Course Review Horay (CRH) learning model aided by audio-visual media and a group of students who take the learning of not to using learning model Course Review Horay (CRH) aided by audio-visual media. Keywords: Audio Visual, Course Review Horay, Science Learning Outcomes.
PENDAHULUAN IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta. IPA membahas gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis berdasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) “berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu poses penemuan” (Trianto, 2007:99). Dalam pelaksanaannya, pembelajaran IPA tidak cukup hanya dengan menyampaikan materi dan siswa mendengarkan materi yang disampaikan tetapi pembelajaran IPA harus melibatkan siswa dalam pembelajaran. Peserta didik dilatih untuk berpikir luas dan mendalam menangkap dan memahami materi yang disajikan guru. Hal ini sesuai dengan pendapat (Trianto, 2007:99) yang menyatakan bahwa “proses pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah”. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam penerapan di dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pada kenyataannya proses pembelajaran IPA belum sesuai harapan. Kondisi yang ditemukan di lapangan pada saat ini justru sebaliknya, pengemasan pembelajaran IPA belum ditangani secara sistematis di SD. Hal tersebut diperkuat oleh hasil wawancara dan observasi pembelajaran IPA di kelas IV SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa guru IPA kelas IV SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng sebagian besar menyatakan bahwa siswa kurang antusias
dalam mengikuti pembelajaran, siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi yang diberikan guru, dan siswa cepat bosan dalam melaksanakan pembelajaran. Selain itu, juga dinyatakan bahwa ketersediaan media pembelajaran sangat minim di setiap sekolah. Hal inilah yang diidentifikasi menjadi salah satu penyebab rendahnya hasil belajar IPA siswa. Hal ini dikarenakan media pembelajaran sangat penting keberadaannya dalam kegiatan pembelajaran. Dengan adanya media pembelajaran siswa akan lebih cepat menerima dan memahami materi pelajaran yang diberikan karena siswa melihat secara langsung objek yang dijadikan bahan pelajaran. Selanjutnya, dilihat dari hasil observasi juga menunjukkan bahwa pembelajaran IPA masih didominasi oleh guru. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran belum maksimal. Artinya, pembelajaran yang dilaksanakan belum memberikan kesempatan sepenuhnya kepada siswa untuk mempelajari IPA dengan lebih bermakna melalui penemuan. Selain itu, pembelajaran yang dilakukan juga cenderung terlihat tergesa-gesa, terutama pada kegiatan inti pembelajaran. Kegiatan eksplorasi yang seharusnya menuntut peran aktif siswa malah lebih didominasi oleh guru. Siswa belum diberikan kesempatan yang optimal untuk melakukan eksplorasi terhadap materi yang akan dipelajari maupun menyampaikan hasil eksplorasinya. Hal yang sama juga terjadi pada kegiatan elaborasi. Hasil diskusi siswa yang seharusnya disampaikan oleh setiap kelompok, malah diambil alih oleh guru. Hal ini justru dapat menghambat aktivitas siswa. Jika setiap kelompok diberikan kesempatan untuk menyampaikan hasil diskusinya maka kelompok lain akan dapat memberikan tanggapan terhadap hasil penyajian kelompok penyaji, sehingga akan terjadi proses tanya jawab yang pada akhirnya siswa sendirilah yang akan dapat
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 menemukan jawaban dari permasalahan yang didiskusikan. Namun, dalam hal ini guru yang telah mengambil alih dalam menyampaikan hasil diskusi kelompok siswa, maka siswa cenderung enggan untuk menanggapi dan kebanyakan siswa kurang memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru di depan kelas. Tuntutan Kurikulum 2006 (KTSP) saat ini yang mengharuskan adanya keterlibatan siswa pada setiap proses pembelajaran
belum terealisasi secara optimal. Hal tersebut berdampak negatif pada hasil belajar IPA yang diperoleh siswa. Temuan tentang rendahnya hasil belajar IPA siswa di kelas IV SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng juga diperkuat oleh hasil Ulangan Tengah Semester (UTS) yang telah dilaksanakan di gugus tersebut. Berdasarkan nilai UTS tersebut, didapatkan rata-rata hasil belajar IPA siswa seperti yang disajikan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Rata-rata Nilai Ulangan Tengah Semester (UTS) IPA Siswa Kelas IV SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016 Nama Sekolah SDN 1 Baktiseraga SD No. 1 Banjar Tegal SD No. 2 Banjar Tegal SD No. 3 Banjar Tegal
Rata-rata 69,02 68,96 66,60 68,07
(Sumber: Dokumen Ulangan Tengah Semester (UTS) IPA Siswa Kelas IV SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016) Berdasarkan Tabel 1 di atas, tampak bahwa rata-rata nilai UTS IPA siswa kelas IV di Gugus XIII Kecamatan Buleleng relatif sama. Rata-rata nilai UTS IPA siswa untuk setiap SD berkisar pada interval 66-70. Jika dikonversikan terhadap skala Penilaian Acuan Patokan (PAP), interval tersebut berada pada kategori cukup. Hasil UTS IPA siswa di setiap SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng relatif sama dikarenakan pembelajaran yang dilaksanakan memiliki langkah-langkah pembelajaran yang cenderung sama. Selain itu, kualifikasi pendidikan guru kelas IV di setiap SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng sama yaitu strata satu (S1). Guruguru kelas IV SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng memiliki kemampuan yang relatif sama dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan hasil temuan tersebut, maka perlu diadakan pembaharuan sistem pembelajaran di kelas. Sistem pembelajaran dirancang sedemikian rupa, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan nyaman dan menyenangkan. Hal ini berdampak pada terjadinya peningkatan hasil belajar siswa khususnya pada pelajaran IPA. Anak pada
usia sekolah dasar memiliki perkembangan fisik, pengetahuan, serta kepribadiannya cukup pesat. Pada masa ini juga bisa dikatakan sebagai masa bermain. Oleh sebab itu, kegiatan pembelajaran di sekolah dasar hendaknya dilaksanakan secara menyenangkan. Salah satu model pembelajaran yang mampu menciptakan suasana pembelajaran menjadi meriah dan menyenangkan serta meningkatkan pemahaman konsep yang nantinya bermuara pada peningkatan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran yang melibatkan peran aktif siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Model pembelajaran yang mengacu pada pandangan tersebut adalah model Pembelajaran Course Review Horay (CRH). Kurniasih dan Sani, (2015:81) menyatakan, Model pembelajaran Course Review Horay (CRH) merupakan suatu model pembelajaran dengan pengujian pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan pada kartu atau kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan jawaban atau tanda dari jawaban yang benar terlebih 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 dahulu harus langsung berteriak “horay” atau menyanyikan yel-yel kelompoknya. Dengan penerapan model pembelajaran Course Review Horay (CRH), siswa dapat memahami materi yang telah diberikan dengan mudah. Pemahaman siswa tentang materi yang bersangkutan dievaluasi dengan cara menyenangkan, sehingga dapat meningkatkan semangat belajar siswa. Selain itu, model Course Review Horay (CRH) menerapkan pembelajaran sekaligus hiburan, sehingga siswa tidak mengalami kejenuhan dalam proses belajar. Penerapan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) akan semakin menarik dengan adanya bantuan media pembelajaran yaitu berupa media audio visual (video). Dalam kegiatan pembelajaran, siswa sering kali dihadapkan pada hal-hal yang bersifat kompleks dan abstrak yang sulit dipahami. Untuk itu, diperlukan suatu alat bantu berupa media. Media audio visual (video) merupakan “media yang menyajikan informasi dalam bentuk suara dan visual” (Susilana dan Cepi Riyana, 2009:51). Media audio visual dapat memberikan dimensi lain pada pembelajaran dan sangat efektif menjangkau pembelajaran dengan gaya belajar yang berbeda-beda. Media audio visual memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran karena dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan siswa. Dengan pembelajaran yang demikian, konsep yang diperoleh siswa akan melekat dalam ingatannya, siswa akan merasakan proses belajar yang lebih bermakna, dan dengan demikian hasil belajar siswa juga akan meningkat. Bertolak dari uraian di atas, diyakini bahwa penggunaan model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) berbantuan media audio visual memiliki potensi strategis untuk memberikan pengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa pada proses pembelajaran. Untuk itu, dilakukan penelitian mengenai “Pengaruh Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) Berbantuan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng,
Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016”. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) Berbantuan Media Audio Visual dan kelompok siswa yang dibelajarkan bukan dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) berbantuan Media Audio Visual Pada Siswa Kelas IV SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016. METODE Penelitian ini dilaksanakan di Gugus XIII Kecamatan Buleleng. Penelitian ini dilaksanakan pada rentang waktu semester II (genap) tahun pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan yang digunakan adalah non-equivalen post-test only control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng, yaitu Kelas IV SDN 1 Baktiseraga, Kelas IV SD No. 1 Banjar Tegal, Kelas IV SD No. 2 Banjar Tegal, dan Kelas IV SD No. 3 Banjar Tegal. Jumlah seluruh siswa kelas IV SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng adalah 96 siswa yang terdistribusi menjadi 4 kelas. Untuk mengetahui kesetaraan hasil belajar siswa kelas IV setiap SD, maka terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan. Uji kesetaraan pada penelitian ini dilakukan dengan nilai UTS siswa pada semester ganjil. Uji kesetaraan dilakukan dengan menggunakan uji ANAVA satu jalur. Berdasarkan analisis ANAVA pada taraf signifikansi 5%, diperoleh nilai Fhitung = 0,5021. Nilai Ftabel pada dbantar = 3 dan dbdal = 92 yaitu diperoleh Ftabel sebesar 2,70. Ini berarti bahwa harga Fhitung lebih kecil daripada Ftabel, yang berarti H0 diterima. Jadi, tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa Kelas IV SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng. Dengan kata lain, populasi penelitian dinyatakan memiliki kesetaraan. Ringkasan hasil uji kesetaraan 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 dengan ANAVA satu jalur disajikan pada
Tabel 1.
Tabel 1 Ringkasan Analisis Varians untuk Menguji Hipotesis 4 Kelompok Sumber Variasi antar A dalam total
JK
db
RJK
Fh
Ftab(5%)
Keputusan
88,342 5426,658 5515
3 92 96
29,613 58,974 --
0,5102 ---
2,70 ---
Tidak signifikan ---
Setelah melakukan uji kesetaraan maka dilanjutkan dengan pemilihan sampel. Untuk menentukan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik simple random sampling tetapi sampel yang dirandom dalam penelitian ini adalah kelas karena tidak memungkinkan untuk mengubah kelas yang sudah ada. Berdasarkan hasil random sampling, diperoleh sampel yaitu kelas IV SDN 1 Baktiseraga sebagai kelas eksperimen dan kelas IV SD No. 1 Banjar Tegal sebagai kelas kontrol. Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat/tergantung. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran. Model pembelajaran tersebut yaitu model Course Review Horay (CRH) berbantuan media audio visual yang diterapkan pada kelompok eksperimen dan bukan model pembelajaran Course Review Horay (CRH) yang diterapkan pada kelompok kontrol sebagai suatu perlakuan. Sedangkan, variabel terikat/tergantung dalam penelitian ini adalah hasil belajar. Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar pada mata pelajaran IPA. Data hasil belajar IPA siswa dikumpulkan melalui tes. Bentuk tes hasil belajar yang dikembangkan adalah tes objektif bentuk pilihan ganda yang berjumlah 30 butir soal. Sebanyak 30 butir soal tersebut diberikan kepada siswa kelas V di SDN 1 Baktiseraga dan SD No.1 Banjar Tegal dengan tujuan validasi butir tes. Berdasarkan hasil uji validitas butir soal dengan program Microsoft Excel 2007 for Windows, diperoleh 26 butir soal yang valid dari 30 butir soal yang diujicobakan. Dari 26 butir soal yang valid tersebut, sebanyak 20 butir soal dipilih dan selanjutnya diberikan
kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai post-test. Setiap soal disertai dengan empat alternatif jawaban (a, b, c, dan d) yang akan dipilih siswa. Setiap item akan diberikan skor 1 untuk siswa yang menjawab benar (jawaban dicocokkan dengan kunci jawaban) dan skor 0 untuk siswa yang menjawab salah. Skor setiap jawaban kemudian dijumlahkan dan jumlah tersebut merupakan skor variabel hasil belajar IPA. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui sebaran data yang terdapat pada kelas kontrol dan kelas eksperimen yang nantinya akan digunakan untuk mendukung hasil uji hipotesis. Analisis deskriptif dilakukan dengan menghitung mean, median, modus, standar deviasi, dan varians terhadap masing-masing kelompok. Mean, median, dan modus hasil belajar IPA siswa selanjutnya disajikan ke dalam grafik poligon. Tinggi rendahnya kualitas variabelvariabel penelitian dapat ditentukan dari skor rata-rata (mean) tiap-tiap variabel yang dikonversikan ke dalam PAP Skala Lima. Sedangkan metode analisis statistik inferensial yang digunakan adalah uji-t. Namun, sebelum melakukan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Dalam penelitian ini uji-t menggunakan rumus polled varians. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil analisis deskriptif data hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan dalam Tabel 2.
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Tabel 2
Rekapitulasi Analisis Deskriptif Data Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Mean (M)
Median (Md)
Modus (Mo)
Varians ( s 2 )
16,22 11,63
16,5 11,2
16,7 10,61
7,035 6,165
divisualisasikan ke dalam bentuk kurva, sehingga tampak seperti 2 berikut.
Frekuensi
Mean, median, modus hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen selanjutnya disajikan ke dalam kurva poligon. Tujuan penyajian data ini adalah untuk menafsirkan sebaran data hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen. Hubungan antara mean (M), median (Md), dan modus (Mo) dapat digunakan untuk menentukan kemiringan kurva poligon distribusi frekuensi. Apabila data di atas divisualisasikan ke dalam bentuk kurva poligon, sehingga tampak seperti Gambar 1 berikut.
Frekuensi
15 10 5 0 8,5 10,5 12,5 14,5 16,5 18,5
Interval Md = 11,2
15 10
M = 11,63 Mo = 10,61
Gambar 2 Kurva Poligon Data Hasil Belajar IPA Siswa Kelompok Kontrol Berdasarkan Gambar 2, tampak bahwa kurva sebaran skor hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan bukan dengan model Course Review Horay (CRH) merupakan kurva juling positif karena Mo < Md < M (10,61 < 11,2 < 11,63). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor kelompok kontrol cenderung rendah. Dan jika nilai M dikonversikan dengan Tabel PAP Skala Lima maka hasil belajar IPA siswa berada pada kategori kurang/rendah. Setelah dilakukan analisis statistik deskriptif, data hasil belajar IPA selanjutnya dianalisis mengunakan teknik statistik inferensial untuk menguji hipotesis penelitian. Sebelum data penelitian dianalisis dengan statistik inferensial (uji-t), terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis terhadap data-data hasil penelitian. Pengujian prasyarat analisis dilakukan untuk mengetahui data hasil post-test memenuhi prasyarat homogenitas varians dan normalitas sebaran data, prasyarat yang harus dipenuhi adalah sebaran data berdistribusi normal dan varians antar kelompok homogen. Pada penelitian ini, uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan rumus
5 0 10,512,514,516,518,520,5
Interval M = 16,22
Standar Deviasi (s) 2,65 2,48
Mo = 16,7
Md = 16,5 Gambar 1 Kurva Poligon Data Hasil Belajar IPA Siswa Kelompok Eksperimen Berdasarkan Gambar 1, tampak bahwa kurva sebaran skor hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model Course Review Horay (CRH) merupakan kurva juling negatif karena Mo > Md > M (16,7 > 16,5 > 16,22). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor kelompok eksperimen cenderung tinggi. Dan jika nilai M dikonversikan dengan Tabel PAP Skala Lima maka hasil belajar IPA siswa berada pada kategori baik/tinggi. Mean, median, modus hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol juga disajikan ke dalam kurva poligon. Apabila data di atas 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Chi-Kuadrat. Berdasarkan hasil penghitungan dengan menggunakan rumus Chi-Kuadrat, diperoleh 2 hit hasil post-test kelompok eksperimen adalah 3,9292 dan 2 tab dengan taraf signifikansi 5% dan dk =
Review Horay (CRH) berbantuan Media Audio Visual dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran bukan dengan menggunakan Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) berbantuan Media Audio Visual pada siswa kelas IV SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016.
3 adalah 7,815. Hal ini berarti, 2 hit hasil post-test kelompok eksperimen lebih kecil dari 2 tab ( 2 hit 2 tab ) sehingga data hasil post-test kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan, 2 hit hasil post-test kelompok kontrol adalah 5,8052 dan 2 tab dengan taraf signifikansi 5% dan
Pembahasan Berdasarkan hasil analisis uji-t diketahui bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) berbantuan Media Audio Visual dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran bukan dengan menggunakan Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) berbantuan Media Audio Visual pada siswa kelas IV SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016. Selain dari hasil analisis uji-t, jika dilihat dari perolehan nilai M pada kedua kelompok siswa, siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model CRH berbantuan media audio visual memperoleh nilai M lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran bukan dengan menggunakan model CRH berbantuan media audio visual. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan model CRH berbantuan media audio visual berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa. Perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan pada kedua kelompok disebabkan oleh adanya perbedaan perlakuan pada langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan pada kedua kelompok siswa. Pembelajaran dengan penerapan model CRH berbantuan media audio visual lebih menekankan pada aktivitas belajar siswa. Hal ini terjadi karena dalam pembelajaran yang dilakukan siswa dapat memperoleh informasi melalui belajar sambil bermain. Dalam hal ini, pemahaman siswa tentang materi yang bersangkutan dievaluasi dengan cara menyenangkan, yaitu melalui suatu permainan. Jika tanda cek (√) yang diperoleh telah membentuk garis lurus maupun diagonal, kelompok
dk = 3 adalah 7,815. Hal ini berarti, 2 hit hasil post-test kelompok kontrol lebih kecil dari 2 tab ( 2 hit 2 tab ) sehingga data hasil post-test kelompok kontrol berdistribusi normal. Sedangkan, untuk menghitung uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan rumus uji-F. Berdasarkan hasil penghitungan, dapat diketahui bahwa Fhitung hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah 1,1411. Sedangkan Ftabel dengan dbpembilang = 35, dbpenyebut = 26 pada taraf signifikansi 5% adalah 1,87. Hal ini berarti, varians hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen. Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa data hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen. Setelah diperoleh hasil dari uji prasyarat analisis data, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0). Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians dengan kriteria jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan hasil penghitungan uji-t, diperoleh thitung sebesar 6,988. Sedangkan, ttabel dengan db = 61 pada taraf signifikansi 5% adalah 2,00. Hal ini berarti thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, maka dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Course 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 tersebut mendapat kesempatan meneriakkan “hore”. Selain itu, dengan menerapkan model ini dalam pembelajaran sekaligus menjadi hiburan bagi siswa karena siswa tidak akan mengalami kejenuhan dalam proses belajar. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian lain tentang penerapan model CRH dalam pembelajaran yang dilakukan oleh Giri (2013) yang menyatakan bahwa keberhasilan penelitian disebabkan oleh penerapan model CRH dalam pembelajaran yang mengakibatkan pembelajaran yang dilakukan tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga suasana tidak menegangkan dan siswa menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran karena suasana pembelajaran berlangsung dengan menyenangkan. Selain itu, dengan bantuan media audio visual berupa video pembelajaran juga sangat berpegaruh terhadap pemahaman siswa terhadap pembelajaran yang diberikan. Media video pembelajaran memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran karena dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan siswa. Dengan menggunakan video sebagai media pembelajaran memungkinkan siswa untuk menyaksikan suatu kejadian, baik yang telah terjadi di masa lampau maupun kejadian di masa sekarang. Dengan demikian, siswa tidak lagi belajar dari halhal yang bersifat abstrak karena apa yang dipelajari dapat diamati secara langsung pada video pembelajaran. Dengan pembelajaran yang demikian konsep yang diperoleh siswa akan melekat dalam ingatannya, siswa akan merasakan proses belajar yang lebih bermakna, dan dengan demikian hasil belajar siswa pun juga mengalami peningkatan. Pendapat tersebut sejalan dengan pernyataan Mahadewi, dkk (2006:7) yang menyatakan bahwa “suatu konsep yang abstrak atau tidak bisa dihadirkan ke kelas secara langsung, dapat diatasi melalui sajian media video pembelajaran sehingga konsep yang diterima siswa menjadi jelas dan mudah dipahami siswa”. Selain beberapa faktor tersebut, faktor lain yang memengaruhi adanya perbedaan hasil belajar pada kedua
kelompok siswa di antaranya sebagai berikut. Pertama, model pembelajaran CRH memberikan kesempatan kepada siswa untuk membentuk kelompok dan berdiskusi. Hal tersebut menyebabkan siswa terlatih berpartisipasi dalam kelompoknya. Selain itu, dalam diskusi kelompok siswa juga terlatih untuk saling menghargai pendapat satu sama lain. Pendapat tersebut sejalan dengan pernyataan Herbert Thelen dan Jhon Dewey (dalam Rusman, 2012) yang menyatakan bahwa model pembelajaran dengan berkelompok dirancang untuk melatih partisipasi dalam kelompok secara demokratis. Kedua, pada fase course siswa diberikan kesempatan untuk menggali informasi mengenai materi yang akan dipelajari dengan cara membaca buku paket dan mengamati video pembelajaran. Selain itu, keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran juga terlihat pada saat siswa diberikan kesempatan untuk membuat kotak sejumlah 9/16/25 sesuai dengan kebutuhan serta mengisi tiap kotak dengan angka sesuai dengan selera masingmasing siswa. Dengan memberikan kesempatan tersebut, siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Melibatkan siswa secara secara langsung dalam proses pembelajaran membuat pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan bermakna. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Dimyati dan Moedjono (2006) yang menyatakan bahwa keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari suatu reaksi, membuat suatu karya yang menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan bermakna. Ketiga, penerapan model CRH dapat membentuk hubungan yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa dalam proses pembelajaran. Hubungan yang baik dapat terjalin akibat dari adanya interaksi yang baik pula. Dalam setiap proses pembelajaran hampir semua siswa menjadi lebih berani dalam mengungkapkan pendapat maupun bertanya mengenai materi yang belum 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 dipahami. Hal ini sesuai dengan pernyataan Burton (dalam Rusman, 2015) yang menyatakan perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka dapat berinteraksi dengan lingkungannya. Keempat, pemberian reward kepada kelompok berupa tanda cek (√) pada jawaban benar serta meneriakkan “horay” atau yel-yel lainnya dapat membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga perhatian seluruh siswa terpusat pada kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Selain itu, pemberian reward juga dapat meningkatkan motivasi siswa. Hal ini terlihat ketika satu kelompok telah mendapatkan tanda cek (√), maka kelompok lain akan berusaha keras untuk mendapatkan tanda cek (√) pula. Selain itu, pemberian reward juga dapat membantu siswa dalam mengembangkan perilaku produktif selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Mulyasa (2008) yang menyatakan bahwa pemberian reward secara verbal dan nonverbal, bertujuan untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran, merangsang dan meningkatkan motivasi belajar, dan meningkatkan aktivitas belajar, serta membina perilaku yang produktif. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran CRH berbantuan media audio visual berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD di Gugus XIII Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016.
Gugus XIII Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016. Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran CRH berbantuan media audio visual berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD di gugus XIII Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016. Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, dapat disampaikan saransaran kepada beberapa pihak, yaitu pertama disarankan kepada kepala sekolah agar temuan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan sebagai dasar untuk membuat suatu kebijakan dalam membina dan mengembangkan kemampuan profesional guru yang dipimpin. Kedua, kualitas siswa sangat ditentukan oleh kualitas pembelajaran. Oleh karena itu disarankan kepada para guru di sekolah dasar agar lebih kreatif dalam melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang inovatif yang sesuai dengan materi pelajaran dan karakteristik siswa demi peningkatan kualitas proses dan hasil belajar. Ketiga, disarankan kepada mahasiswa dan lulusan PGSD yang nantinya berkompeten dalam merancang suatu pembelajaran, agar lebih inovatif dalam menerapkan model pembelajaran CRH, sehingga dapat dipergunakan dalam meningkatkan hasil belajar IPA. Keempat, kepada peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran CRH dalam bidang ilmu IPA maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai, agar memerhatikan kendalakendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) berbantuan Media Audio Visual dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran bukan dengan menggunakan Model Pembelajaran Course Review Horay (CRH) berbantuan Media Audio Visual pada siswa kelas IV SD di
Saran Berdasarkan hasil penelitian, dapat diajukan beberapa saran. Pertama, disarankan kepada kepala sekolah agar temuan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan sebagai dasar untuk membuat suatu kebijakan dalam membina dan mengembangkan kemampuan profesional guru yang dipimpin. Kedua, disarankan kepada para guru di sekolah dasar agar lebih kreatif dalam melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan suatu 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 model pembelajaran yang inovatif yang sesuai dengan materi pelajaran dan karakteristik siswa demi peningkatan kualitas proses dan hasil belajar. Karena kualitas siswa sangat ditentukan oleh kualitas pembelajaran. Ketiga, disarankan kepada mahasiswa dan lulusan PGSD yang nantinya berkompeten dalam merancang suatu pembelajaran, agar lebih inovatif dalam menerapkan model pembelajaran CRH, sehingga dapat dipergunakan dalam meningkatkan hasil belajar IPA. Keempat, disarankan kepada peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran CRH dalam bidang ilmu IPA maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai, agar memerhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.
Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Kurniasih, Imas & Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Jakarta: Kata Pena. Mahadewi, Luh Putu Putrini., dkk. 2006. Media Video Pembelajaran. Singaraja: UNDIKSHA. Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
DAFTAR RUJUKAN Budiargo, Arif Deni. 2014. “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Menggunakan Model Pembelajaran Tipe Course Review Horay Pada Kelas IV SD Muhammadiyah Sidoarum Godean Sleman Tahun Pelajaran 2013/2014”.
-------.
2015. Pembelajaran Tematik Terpadu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Susilana, Rudi & Cepi Riyana. 2009. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima.
Dimyati dan Moedjono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka.
KTSP. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP): Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains
10