e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CRH BERBANTUAN LKS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD Ni Kadek Ani1, Ni Nyoman Garminah2, I Kadek Suartama3 1,2
Jurusan PGSD, 3Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Matematika antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model CRH berbantuan LKS dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Rancangan penelitian ini adalah Non Equivalent Post Test Only Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD di Gugus XV Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 247 orang. Sampel penelitian ini adalah kelas IV SDN 4 Kalibukbuk yang berjumlah 31 orang dan kelas IV SDN 2 Anturan yang berjumlah 24 orang. Data hasil belajar Matematika siswa dikumpulkan dengan metode tes berbentuk pilihan ganda. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial (uji-t).Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar Matematika yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model CRH berbantuan LKS dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan oleh thitung (6,008) > ttabel (2,000) dan rata-rata hasil belajar Matematika kelompok eksperimen (18,63) lebih besar dari rata-rata (11,12) kelompok kontrol. Ini berarti model pembelajaran CRH berbantuan LKS berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD di Gugus XV Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016. Kata-kata kunci: model pembelajaran CRH, LKS, hasil belajar Matematika Abstract This research was a kind of quasi eksperiment which aimed to know the difference of mathematic score between the groups of students who taught by CRH model aided LKS and that were taught by conventional learning model. The research design was Non Equivalent Post Test Only Control Gruoup Design. The population of this research was all students in grade four of SD Gugus XV Buleleng districts in the academic year 2015/2016. The samples of the research were class IV SDN 4 Kalibukbuk with 31 students and class IV SDN 2 Anturan with 24 students. The data of mathematic score students was collected by multiple choice test. The data collected then was analysed by using descriptive statictic analysis and inferential statistic analysis (t-test). The result of data analysis shows that there is difference mathematic score of the fourth grade students of SD Gugus XV Buleleng districts between the group that taught by using CRH model aided LKS and the group that was taught by using conventional learning model. It is shown by the t account (6,008) > ttable (2,000) and average of experimental group (18,63) higher than average of control group (11,12). From the result of this research, it can be said that CRH model aided LKS gives effect to improve students’ mathematic score. That mean CRH model aided by LKS give effect to students mathematic score of the fourth grade students of SD Gugus XV Buleleng districts in the academic year 2015/2016. Keywords: CRH models, LKS, mathematic score
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENDAHULUAN Kemajuan suatu bangsa dapat ditentukan oleh kualitas pendidikan bangsa tersebut. Pendidikan yang berkualitas akan melahirkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas pula. Melalui pendidikan yang berkualitas seorang anak akan mampu mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya. Hal tersebut akan menjadi acuan bagi anak untuk menghadapi perkembangan zaman yang semakin pesat. Pendidikan berperan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, yang sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 dinyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Dengan demikian berarti bahwa pendidikan bukan hanya proses transfer ilmu pengetahuan antara guru kepada siswa tapi pendidikan juga merupakan suatu proses pembinaan moral. Melalui moral yang baik akan melahirkan individu yang berkualitas baik secara intelektual, emosional maupun spiritual yang nantinya dapat menjadi dasar bagi anak dalam menjalani kehidupannya di masyarakat. Mengingat pentingnya fungsi pendidikan dalam suatu negara, maka sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, salah satunya adalah melalui perubahan kurikulum. Tujuan dari perubahan kurikulum tersebut adalah untuk meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran yang ada di Indonesia. Selain itu dengan adanya perubahan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ke Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) maka terjadi pula perubahan paradigma dalam pembelajaran yaitu dari pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered) menjadi pembelajaran berpusat pada siswa (student centered). Tugas dan peran guru tidak hanya sebagai pemberi informasi, tetapi juga sebagai motivator dan fasilitator dalam belajar, agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang menuntut peran aktif siswa. Namun pada kenyataannya di lapangan pembelajaran masih didominasi oleh guru. Seperti yang diungkapkan oleh Solihatin (dalam Susanto, 2013) kelemahan-kelemahan pembelajaran di sekolah dasar saat ini yaitu: 1) guru masih menerapkan model pembelajaran konvensional, 2) guru tidak mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga gairah belajar siswa rendah, 3) pembelajaran yang berlangsung didominasi dengan ceramah, tanya jawab, dan penugasan sehingga siswa merasa bosan dengan pembelajaran yang monoton, 4) guru jarang menerapkan model pembelajaran yang inovatif yang mampu membangkitkan gairah belajar siswa akibatnya siswa cenderung pasif dalam pembelajaran. Berdasarkan pendapat Solihatin tersebut dapat dimaknai bahwa usaha guru untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan hasil belajar belum dilakukan secara optimal. Pada pembelajaran di sekolah dasar terdapat lima mata pelajaran pokok yang tercantum dalam kurikulum Indonesia dan selalu diberikan pada setiap jenjang pendidikan, salah satunya yaitu mata pelajaran matematika. Matematika merupakan salah satu ilmu pengetahuan yang sangat penting dan berkaitan dalam kehidupan sehari-hari. Anak didik memerlukan matematika untuk memenuhi kebutuhan praktis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, dapat menghitung isi dan berat, mengukur luas, dapat mengumpulkan, mengolah, menyajikan serta menafsirkan data. Selain itu, Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa, 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
pembelajaran matematika di sekolah dasar bertujuan agar peserta didik memiliki beberapa kemampuan yaitu: (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algortima, secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah, (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirikan solusi yang diperoleh, (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, (5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Berkaitan dengan tujuan tersebut, maka matematika sangat penting diajarkan kepada peserta didik terutama bagi anak SD untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari serta untuk menunjang pendidikan yang lebih tinggi. Melalui pendidikan matematika anak akan terlatih untuk berpikir kritis, mengembangkan kecerdasan, kepribadian dan membentuk sikap siswa. Pembelajaran matematika hendaknya dapat menjadikan
siswa aktif, baik secara fisik maupun mental serta meningkatkan keterampilan siswa. Namun pada kenyataanya di lapangan pembelajaran matematika di sekolah dasar belum menunjukkan hasil yang optimal. Fakta tersebut diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan di SD Gugus XV Kecamatan Buleleng pada pembelajaran matematika yang dilakukan guru di kelas. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terungkap beberapa permasalahan sebagai penyebab rendahnya hasil belajar matematika siswa, yaitu: 1) pembelajaran masih berpusat pada guru, hal ini mengakibatkan siswa pasif. 2) belum tersedianya perangkat pembelajaran seperti Lembar Kerja Siswa (LKS). Guru hanya menggunakan satu sumber belajar, sehingga pembelajaran hanya monotun pada buku pelajaran. Hal ini menyebabkan siswa sulit memahami materi yang disampaikan oleh guru dan kemampuan siswa pun terbatas sehingga berdampak pada hasil belajar matematika siswa. Selain melakukan observasi, juga dilakukan wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran matematika serta beberapa siswa di masing-masing sekolah. Hasil wawancara menunjukkan bahwa rendahnya hasil belajar matematika disebabkan karena guru sulit melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran dan sebagian besar siswa beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sangat sulit dan membosankan. Hasil observasi dan wawancara tersebut juga didukung oleh data hasil belajar matematika siswa kelas IV pada Ulangan Akhir Semester ganjil tahun 2015 yang disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1. Rata-rata Nilai Ulangan Akhir Semester I Matematika Siswa Kelas IV SD di Gugus XV Kecamatan Buleleng No. 1 2 3 4 5 6 7
Sekolah SDN 1 Kalibukbuk SDN 2 Kalibukbuk SDN 3 Kalibukbuk SDN 4 Kalibukbuk SDN 1 Anturan SDN 2 Anturan SDN 3 Anturan
KKM 60 65 65 63 60 60 60 3
Rata-rata 66 63 65 42 67 37 57
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
No. 8
Sekolah SD Triamerta (IVA) SD Triamerta (IVB)
KKM Rata-rata 65 74 65 57 penerapan model CRH berbantuan LKS dalam pembelajaran memungkinkan siswa untuk dapat membentuk pengetahuannya secara mandiri, siswa aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas karena pembelajaran berlangsung menyenangkan, dan melatih siswa dalam bekerjasama. Penelitian ini didukung oleh beberapa teori, yaitu hakikat matematika, model pembelajaran CRH, model pembelajaran konvensional, LKS, dan hasil belajar. Penjelasan lebih lanjut mengenai landasan teori tersebut dipaparkan sebagai berikut. Pada hakikatnya matematika berkenaan dengan struktur-struktur, hubungan-hubungan dan konsep-konsep abstrak yang dikembangkan menurut aturan yang logis (Prihandoko, 2006). Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan konsepkonsep matematika harus dipahami dengan betul sejak dini. Belajar matematika harus melalui proses yang bertahap yaitu mulai dari konsep yang sederhana sampai pada konsep yang lebih kompleks. Model pembelajaran CRH digunakan untuk menguji pemahaman siswa menggunakan kolom yang diisi dengan nomor secara acak, kolom ini digunakan untuk menuliskan jawaban sesuai dengan soal yang dibacakan guru. Kelompok yang pertama mendapatkan tanda benar berhak meneriakkan “horay” atau yel-yel kelompok yang sudah dibuat. Suprijono (2009:81) menyebutkan. model pembelajaran course review horay memiliki kelebihan sebagai berikut. (1) pembelajarannya menarik dan mendorong siswa untuk dapat terjun ke dalamnya; (2) pembelajarannya tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga suasananya tidak menegangkan; (3) siswa lebih semangat belajar karena suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan; (4) melatih kerjasama antar siswa di dalam kelas. Terdapat 6 fase dalam menerapkan model pembelajaran CRH berbantuan LKS,
Data tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar rata-rata nilai UAS siswa kelas IV di SD Gugus XV Kecamatan Buleleng masih berada di bawah KKM yang ditetapkan oleh masing-masing sekolah. Mengacu pada permasalahan tersebut, salah satu solusi yang dapat ditawarkan adalah menyediakan perangkat pembelajaran seperti LKS. Selain itu model pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan juga perlu diterapkan dalam pembelajaran, sehingga mampu mengarahkan siswa untuk lebih berperan aktif dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat ditawarkan adalah model pembelajaran Course Review Horay (CRH). Model pembelajaran CRH digunakan untuk menguji pemahaman siswa dengan cara menggunakan kolom yang diisi dengan nomor secara acak, kolom ini digunakan untuk menuliskan jawaban sesuai dengan soal yang dibacakan guru. Kelompok yang pertama mendapatkan tanda benar berhak meneriakkan horay atau yel-yel kelompok yang sudah dibuat. Model pembelajaran ini dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan mendorong siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Melalui penerapan model pembelajaran CRH siswa diharapkan dapat berlatih mengerjakan pertanyaaanpertanyaan bersama kelompoknya. Mengacu pada pendapat tersebut maka, model pembelajaran CRH efektif untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran serta dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Selain itu dengan menerapkan model pembelajaran CRH dapat memacu siswa untuk berkompetisi serta melatih kerjasama antar siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Dengan kegiatan demikian, diyakini aktivitas siswa untuk berpikir dan bekerja meningkat sehingga dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap hasil belajar siswa. Pendapatpendapat inilah yang memperkuat bahwa 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
yaitu: (1) fase 1: Menyampaikan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik. Pada fase ini guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai. (2) fase 2: Menyajikan informasi. Pada fase ini a) guru menginstruksikan siswa untuk mengerjakan LKS, b) guru mengajak siswa membahas LKS, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya, dan menjelaskan materi yang dipelajari secara lebih dalam. (3) fase 3: mengorganisasikan peserta didik dalam tim-tim belajar. Pada fase ini a) guru menginstruksikan siswa untuk mengisi nomor pada kolom lembar jawaban CRH, b) guru membacakan soal secara tidak berurutan dan siswa menuliskan jawabn pada kolom sesuai dengan nomor soal yang dibacakan guru. (4) fase 4: membantu kerja tim dan belajar. Pada fase ini, a) guru dan siswa mendiskusikan dan membahas soal yang telah diberikan, b) jika benar diisi tanda benar (√) dan jika salah diisi tanda (X), c) bagi kelompok yang mendapat tanda benar secara vertikal, horisontal, maupun diagonal berhak menyanyikan yel-yel kelompoknya. (5) fase 5: mengevaluasi. Pada fase ini guru menghitung nilai siswa, yang dihitung dari jumlah jawaban benar. (6) fase 6: memberikan pengakuan dan penghargaan. Pada fase ini, guru memberikan reward pada kelompok yang memperoleh nilai tertinggi (dimodifikasi dari Sugandi, 2012). Model pembelajaran konvensional, menurut Santyasa (2005) pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang lazim diterapkan seperti kegiatan rutinitas sehari-sehari. Rasana (2009) menegaskan bahwa pembelajaran konvensional merupakan sebuah model pembelajaran yang dicirikan dengan penyajian secara langsung konsep-konsep yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan pemberian ceramah oleh guru, tanya jawab dan pemberian tugas oleh guru kemudian siswa melaksanakan tugas yang diberikan guru sampai pada akhirnya guru merasa bahwa apa yang telah diajarkan dimengerti oleh siswa. Susanto (2013:5) menyatakan bahwa “hasil belajar adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar”.
Berdasarkan taksonomi Bloom (dalam Antari, 2012:88) hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah diantaranya ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. LKS merupakan salah satu perangkat pembelajaran yang dapat membantu guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Trianto (2008:148) menyatakan bahwa, “Lembar kegiatan siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah”. LKS memuat kegiatan mendasar yang dilakukan oleh siswa untuk membentuk kemampuan dasar sesuai dengan indikator pembelajaran yang akan dicapai. Jika kemampuan dasar siswa sudah terbentuk maka siswa akan mampu memecahkan permasalahan yang memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Hal ini tentu akan berdampak positif bagi hasil belajar siswa. Berdasarkan pemaparan di atas, rumusan masalah penelitian ini yaitu: apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran CRH berbantuan LKS dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional? Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar Matematika yang siginifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran CRH berbantuan LKS dan kelompok siswa dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus XV Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016. METODE Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. “Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang bertujuan untuk mencari pengaruh perlakuan (treatment) tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan” (Sugiyono, 2012:107). Dalam penelitian ini perlakuan (treatment) yang dikendalikan adalah model pembelajaran yang diterapkan, yaitu model pembelajaran CRH 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
berbantuan LKS. Dalam dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran yang menggunakan siswa sebagai sampel, penelitian eksperimen yang mungkin dilakukan adalah ekpserimen semu (quasi eksperiment). Karena pemilihan anggota dan penugasan anggota sampel ke dalam kelompok eksperimen dan kontrol tidak
dapat dilakukan secara random sehingga variabel-variabel pencemar tidak dapat dikontrol dengan ketat. Desain Penelitian yang digunakan adalah non equivalent post-test only control group design. Desain ini dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Non Equivalent Post-test Only Control Group Design Kelas E K
Treatment X –
Post-test O1 O2 (dimodifikasi dari Sugiyono, 2012).
Keterangan: E = kelas eksperimen, K = kelas kontrol, X = treatment terhadap kelompok eksperimen, – = pembelajaran menggunakan model konvensional, O1 = post–test terhadap kelompok eksperimen, O2 = post–test terhadap kelompok kontrol Populasi dalam penelitian ini adalah kelas IV di gugus XV Kecamatan Buleleng. Dari 8 SD yang ada di gugus XV dilakukan uji kesetaraan untuk menentukan sampel setara atau tidak. Hasil dari uji kesetaraan
pada populasi didapatkan beberapa pasangan sekolah yang setara yang disajikan pada tabel 3 berikut.
Tabel 3. Pasangan Kelas Penelitian dalam Uji Kesetaraan Sampel No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pasangan Kelas SDN 1 Anturan dan SDN 1 Kalibukbuk SDN 1 Anturan dan SDN 2 Kalibukbuk SDN 1 Anturan dan SDN 3 Kalibukbuk SDN 2 Anturan dan SDN 4 Kalibukbuk SDN 3 Anturan dan SDN 1 Kalibukbuk SDN 3 Anturan dan SD Triamerta IVB SDN 1 Kalibukbuk dan SDN 2 Kalibukbuk SDN 1 Kalibukbuk dan SDN 3 Kalibukbuk SDN 2 Kalibukbuk dan SDN 3 Kalibukbuk
Dalam penelitian ini pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik random sampling. Teknik random sampling dilakukan dengan mengundi subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama dan mendapat hak yang sama untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi anggota sampel (Agung, 2014:72). Pada tahap pertama dilakukan pengambilan sampel terhadap sekolah, dari beberapa sekolah yang setara kemudian diundi untuk mendapatkan dua sekolah sebagai sampel penelitian (subjek penelitian). Dari subjek penelitian tersebut
Keterangan Setara Setara Setara Setara Setara Setara Setara Setara Setara
diundi lagi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil pengundian sampel melalui teknik random sampling tersebut maka ditetapkan siswa kelas IV SDN 4 Kalibukbuk sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas IV SDN 2 Anturan sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan (treatment) berupa pembelajaran menggunakan model Course Review Horay berbantuan LKS sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model CRH berbantuan LKS dan model pembelajaran konvensional sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar Matematika. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika. Pengumpulan data menggunakan metode tes. Jenis instrumen yang digunakan berupa tes pilihan ganda sebanyak 25 butir. Sebelum tes tersebut digunakan terlebih dahulu diujikan mengenai validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran, dari segi isi, konstruk dan item untuk mengetahui apakah instrumen tersebut layak atau tidak digunakan untuk mengukur variabel yang sedang diteliti. Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan berupa penerapan model pembelajaran CRH berbantuan LKS pada kelompok eksperimen dan penerapan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Setelah diberikan perlakuan, kedua kelompok diberikan post test. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dengan mencari mean, median, dan modus dari data sampel. Sebelum uji hipotesis dilakukan uji prasyarat analisis data yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varians. Uji normalitas sebaran data dilakukan untuk menyajikan bahwa sampel benar-benar berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk menghitung uji normalitas hasil belajar matematika siswa digunakan analisis Chi-Kuadrat sedangkan uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui homogenitas sebaran data. Uji homogenitas kedua kelompok menggunakan uji F. Setelah uji prasyarat, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis uji-t.
dan skor terendah adalah 9. Dari skor yang diperoleh dapat dideskripsikan: mean (M) = 18,63, median (Md) = 19,24, modus (Mo) = 21,63, varians (s2) = 19,54, dan standar deviasi (s) = 4,42. Data hasil tes kelompok eksperimen dapat disajikan ke dalam grafik bentuk poligon seperti pada Gambar 1.
Mo= 21,63
M= 18,63 Md= 19,24
Gambar 1. Grafik Poligon Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Eksperimen Berdasarkan poligon di atas, diketahui modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi. Jika dikonversi ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) Skala Lima tergolong kriteria tinggi. Data hasil belajar pada kelompok kontrol diperoleh melalui post-test terhadap 24 orang siswa. hasil post-test menunjukkan bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 22 dan skor terendah adalah 3. Dari skor yang diperoleh dapat dideskripsikan: mean (M) = 11,17, median (Md) = 10,50, modus (Mo) = 9,17, varians (s2) = 26,01, dan standar deviasi (s) = 5,10. Data hasil tes kelompok kontrol, dapat disajikan ke dalam grafik polygon seperti pada Gambar 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Data hasil belajar matematika pada kelompok eksperimen diperoleh melalui post-test terhadap 31 orang siswa. Hasil post-test menunjukkan bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 25 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Mo= 9,17
besar skor cenderung rendah. Jika dikonversi ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) Skala Lima tergolong kriteria sedang. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan uji-t. Namun sebelumnya dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas dengan rumus chi-kuadrat, diperoleh bahwa data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal. Uji homogenitas dengan menggunakan uji F menunjukkan bahwa varians data hasil tes kedua kelompok homogen. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians. Rangkuman hasil perhitungan uji-t antar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 4.
M= 11,17
Md= 10,50 Gambar 2. Grafik Poligon Data Hasil Belajar Matematika Kelompok Kontrol Berdasarkan poligon di atas, diketahui modus lebih kecil dari median dan median lebih kecil dari mean (Mo<Md<M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling positif yang berarti sebagian Tabel 4. Data Hasil Belajar Matematika
Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t
Kelompok Eksperimen
N 31
18,63
s2 19,54
Kontrol
24
11,17
26,01
X
thitung
ttabel
5,968
2,000
Keterangan: N = jumlah data, X = mean, s2 = varians PEMBAHASAN Berdasarkan tabel hasil perhitungan Berdasarkan deskripsi data hasil uji-t di atas, diperoleh nilai thitung sebesar penelitian, kelompok siswa yang mengikuti 5,968. Sedangkan nilai ttabel adalah 2,000. pembelajaran dengan model CRH Hal ini berarti nilai thitung lebih besar dari nilai berbantuan LKS memiliki hasil belajar yang ttabel (thitung > ttabel), sehingga H0 ditolak atau lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok H1 diterima. Dengan demikian, dapat siswa yang mengikuti pembelajaran dengan diinterpretasikan bahwa terdapat model konvensional. Tinjauan ini perbedaan hasil belajar matematika yang didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar signifikan antara siswa yang dibelajarkan dan hasil uji-t. Rata-rata skor hasil belajar menggunakan model CRH berbantuan LKS siswa yang mengikuti pembelajaran dengan dan siswa yang dibelajarkan menggunakan model CRH berbantuan LKS adalah 18,63 berada pada kategori tinggi dan rata-rata model pembelajaran konvensional. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan skor hasil belajar siswa yang mengikuti bahwa penerapan model pembelajaran pembelajaran dengan model pembelajaran CRH berbantuan LKS berpengaruh konvensional adalah 11,17 berada pada terhadap hasil belajar matematika siswa kategori rendah. Selanjutnya berdasarkan pada siswa kelas IV SD di Gugus XV analisis data menggunakan uji-t, diketahui Kecamatan Buleleng tahun pelajaran thitung = 5,968 dan nilai ttabel dengan taraf 2015/2016. signifikansi 5%= 2,000. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa nilai t hitung 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
memperoleh tanda benar (√) secara vertikal, horizontal, dan diagonal pada lembar jawaban Course Review Horay siswa diberikan kesempatan untuk menyanyikan yel-yel kelompoknya. Bagi kelompok yang mendapatkan skor tertinggi diberikan penghargaan atau reward oleh guru. Hal ini menjadikan pembelajaran lebih menyenangkan dan bermakna, sehingga siswa lebih tertarik untuk belajar, selain itu pembelajaran matematika di kelas tidak monoton dan menegangkan karena diselingi sedikit hiburan. Temuan tersebut didukung oleh pendapat Kurniasih dan Sani (2015) tentang kelebihan model CRH yaitu: (1) pembelajarannya menarik dan mendorong siswa untuk dapat terjun langsung ke dalamnya, (2) pembelajaran tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga suasana belajar tidak menegangkan, (3) siswa lebih semangat belajar karena suasana belajar berlangsung menyenangkan, (4) dapat melatih kerjasama antar siswa. Kedua, penggunaan LKS sebagai salah satu perangkat pembelajaran dapat membimbing siswa untuk mengembangkan kemampuan kognitif maupun semua aspek pembelajaran. LKS juga bertujuan untuk melatih siswa belajar secara mandiri, serta membantu siswa untuk dapat mengingat suatu konsep lebih lama bahkan permanen karena konsep tersebut didapatkan melalui keterlibatan mental atau berpikir yang tinggi. Selain itu melalui LKS juga dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Hal ini sejalan dengan maanfaat LKS yang diungkapkan oleh Sudana dan Astawan (2012) yaitu mengubah suasana pembelajaran dari teacher centered menjadi student centered. Kondisi seperti ini dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi siswa untuk membantu mempelajari konsep-konsep matematika, sehingga siswa dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Berbeda halnya dengan pembelajaran yang berlangsung menggunakan model pembelajaran konvensional, dalam pembelajaran konvensional pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered). Konsepkonsep yang akan dipelajari disajikan secara langsung, dilanjutkan dengan
lebih besar dari nilai ttabel (thitung > ttabel) sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan hasil belajar Matematika yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model CRH berbantuan LKS dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Perbedaan hasil belajar antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model CRH berbantuan LKS dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional disebabkan oleh beberapa hal. Pertama pembelajaran dengan model CRH berbantuan LKS lebih menekankan pada aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui langkah-langkah, menyajikan informasi, mengorganisasikan peserta didik dalam tim-tim belajar, membantu kerja tim dan belajar, evaluasi, dan memberikan pengahargaan atau reward. Pada langkah menyajikan informasi, siswa diberikan kesempatan untuk mengeksplor pengetahuan yang dimilikinya melalui pengerjaan LKS kemudian siswa diajak membahas LKS yang telah dikerjakan. Hal tersebut membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena siswa diberikan kesempatan untuk menemukan dan membentuk pengetahuannya secara mandiri. Kemudian pada saat membahas LKS siswa diberikan kesempatan untuk meluruskan pemahamannya yang masih keliru pada saat mengerjakan LKS. Hal ini tentu akan mampu membentuk kemampuan dasar dan mengembangkan kemampuan kognitif siswa sehingga memungkinkan siswa untuk dapat memecahkan permasalahan yang memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Pada langkah mengorganisasikan peserta didik dalam tim-tim belajar, siswa diberikan kesempatan untuk melatih kerjasama dan menguji pengetahuannya tentang materi yang telah dipelajari. Setiap anggota kelompok bekerjasama untuk mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru. Kemudian pada langkah membantu kerja tim dan belajar, siswa secara berkelompok mengoreksi pekerjaan kelompok lain serta merefleksi pekerjaan kelompoknya sendiri dengan tetap berada di bawah bimbingan guru. Jika kelompok 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
pemberian ceramah oleh guru, tanya jawab dan pemberian tugas oleh guru kemudian siswa melaksanakan tugas yang diberikan guru sampai pada akhirnya guru merasa bahwa apa yang telah diajarkan dimengerti oleh siswa. Hal tersebut membuat siswa cenderung pasif dalam pembelajaran karena siswa hanya mendengarkan ceramah yang diberikan oleh guru. Siswa menunggu sampai guru selesai menjelaskan kemudian mencatat apa yang diberikan oleh guru tanpa memaknai konsep-konsep yang diberikan. Pembelajaran yang demikian tentu akan membuat siswa bosan dan jenuh dalam mengikuti pembelajaran, sehingga berdampak negatif terhadap hasil belajar siswa. Perbedaan cara pembelajaran antara pembelajaran dengan model CRH berbantuan LKS dan pembelajaran dengan model konvensional tentunya memberikan dampak yang berbeda pula terhadap hasil belajar siswa. Penerapan model pembelajaran CRH berbantuan LKS dalam pembelajaran memungkinkan siswa mengetahui manfaat dari materi yang dipelajari bagi kehidupannya, aktif dalam kegiatan pembelajaran, menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari tanpa harus selalu tergantung pada guru, mampu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari, bekerja sama dengan siswa lain, dan berani untuk mengemukakan pendapat. Siswa menjadi lebih tertantang untuk belajar dan berusaha menyelesaikan semua permasalahan matematika yang ditemui, sehingga pengetahuan yang diperoleh diingat lebih lama oleh siswa. Dengan demikian, hasil belajar matematika siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran CRH berbantuan LKS akan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran CRH. Pujayanti (2013), melakukan penelitian pada siswa kelas IV SD Gugus VIII Desa Munduk menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran CRH dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap hasil belajar siswa, hal
ini dibuktikan dengan perbandingan ratarata hasil belajar kelompok eksperimen sebesar 19,2 yang berada pada kategori sangat tinggi sedangkan rata-rata hasil belajar kelompok kontrol sebesar 15,21 yang berada pada kategori sedang. Penelitian serupa dilakukan oleh Payani (2013) menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model CRH dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional. Perbedaan ini dapat dilihat dari hasil analisis yang menunjukkan t hitung lebih besar daripada t tabel dengan t hitung = 6,50 dan t tabel = 2,021 pada taraf signifikasi 5%. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran CRH dalam pembelajaran matematika mampu memberikan peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar matematika siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model CRH berbantuan LKS dan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran CRH berbantuan LKS berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD di Gugus XV Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2015/2016. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Course Review Horay berbantuan LKS dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD gugus XV Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2015/2016. Dari rata-rata ( X ) hitung, diketahui X kelompok eksperimen adalah 18,63 dan X kelompok kontrol adalah 11,17. Hal ini berarti, X eksperimen > X kontrol. Hasil penghitungan pada uji 10
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
hipotesis menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih besar dari nilai ttabel (thitung > ttabel). Nilai thitung sebesar 5,968, sedangkan nilai ttabel dengan taraf signifikansi 5% adalah 2,000. Berdasarkan hasil temuan tersebut, maka penerapan model Course Review Horay berbantuan LKS dapat dikatakan berpengaruh terhadap hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Gugus XV Kecamatan Buleleng. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. Disarankan kepada siswa sekolah dasar, agar mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan aktif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Disarankan kepada guru- guru di sekolah dasar agar lebih berinovasi dalam pembelajaran dengan menerapakan model pembelajaran yang inovatif, salah satunya adalah menerapkan model pembelajaran CRH berbantuan LKS, untuk menunjang kegiatan belajar mengajar dan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Disarankan kepada sekolah agar selalu berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran Matematika dengan menerapkan suatu model pembelajaran yang inovatif. Model pembelajaran agar disesuaikan dengan materi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Disarankan kepada peneliti yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran CRH, dalam bidang ilmu Matematika maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai, agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 2006. Jakarta: Depdiknas. Pujayanti, Putu. 2012. “Pengaruh Model Pembelajaran Course Review Horay berbantuan media gambar terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Gugus VIII Desa Munduk Tahun Pelajaran 2012/2013”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Undiksha. Payani, Made. 2013. “Pengaruh Model Pembelajaran Course Review Horay terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Sangsit Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2012/2013”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Undiksha. Prihandoko, Cahya. 2006. “Pemahaman dan Penyajian Konsep Matematika Secara Benar dan Menarik”. Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Direktorat Ketenagaan. Rasana, I Dewa Putu Raka. 2009. Laporan Sabbatical Leave Model-model Pembelajaran. Singaraja: Anggaran (DIPA) PNBP FIP Undiksha. Santyasa, I Wayan. 2005. Belajar dan Pembelajaran. IKIP Negeri Singaraja. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sedkolah Dasar. Jakarta: Kencana Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sudana, Nyoman dan Gede Astawan. 2013. “Pendidikan IPA SD”. Buku Ajar. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu Pendidikan. Undiksha Singaraja. Sugandi, Eko. 2012. “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan dan Tidak Persamaan Kuadrat melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Course Review Horay pada Siswa Kelas X Akutansi 1 SMK Negeri 1 Surayabaya Tahun Ajaran
DAFTAR RUJUKAN Agung. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan, Edisi 2, Cetakan Pertama. Malang: Aditya Media. Antari, Ni Nengah Madri. 2012. “Psikologi Pendidikan”. Modul. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Ilmu Pendidikan. Undiksha. Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. :Kata Pena. 11
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
2011/2012” Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika Aplikasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Matematika. Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, 5 Mei 2012. Trianto. 2008. Mendesain Pembelajaran Kontekstual. Jakarta: Cerdas Pustaka Publisher. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Sidiknas.
12