e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PBL BERBANTUAN MEDIA VISUAL ANIMASI TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD GUGUS II TAMPAKSIRING GIANYAR I Kd. Marga Sastrawan1, Siti Zulaikha2, D. B. K. N. Semara Putra3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarakan melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Media Visual Animasi dengan siswa yang dibelajarkan melalui Pembelajaran Konvensional Pada Kelas V SD Gugus II Tampaksiring, Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014. Jenis penelitian ini tergolong penelitian quasi eksperimen dengan desain Nonequivalent control group design. Populasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu seluruh SD siswa kelas V yang terdapat di Gugus II Tampaksiring, Gianyar. Sampel yang digunakan adalah siswa kelas V SDN 1 Tampaksiring dan siswa kelas V SDN 6 Tampaksiring yang diambil dengan teknik Random Sampling. Metode pengumpulan data adalah tes. Teknik analisis yang digunakan adalah uji-t. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarakan melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media visual animasi dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Hasil uji hipotesis diperoleh thitung sebesar 3,25, sedangkan nilai ttabel adalah 2,00. Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa t hitung > ttabel (3,25>2,00). Berdasarkan perbedaan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarakan melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Media Visual Animasi dengan siswa yang dibelajarkan melalui Pembelajaran Konvensional Pada Kelas V SD Gugus II Tampaksiring, Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014. Kata kunci: PBL, visual animasi, hasil belajar, dan IPA Abstract This research have a purpose to know the significant of difference the result of the science study between student used by Problem Based Learning model (PBL ) assisted visual animation media and conventional learning at elementary school (SD) grade V Gugus II Tampaksiring, Gianyar academic 2013/2014. The kind of this research is classified to quasi experiment research with Nonequivalent control group design. The research is using all of student grade V in SD Gugus II Tampaksiring, Gianyar. It is using a sample from student grade V SDN 1 and SDN 6 Tampaksiring taken by random sampling technique. In this research i use test method to collect the data and analyze technique used t-experiment. The result of the data showed that the different significantly about the result of science study between student studied by Problem Based Learning model (PBL) assisted visual animation media and conventional learning. The result of hypothesis experiment achievement for tvalue is 3.25 while the point of ttable is 2.00. From it calculation we can be seen that t value > ttable (3.25 > 2.00). Based
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014) on the difference of that we can taking the conclusion is there significant difference result of the science study between student learned by Problem Based Learning model (PBL) assisted visual animation media and conventional learning at grade V SD Gugus II Tampaksiring, Gianyar 2013/2014. Keywords: PBL, visual animation, learning achievement, and science
PENDAHULUAN “Pendidikan merupakan pendewasaan peserta didik agar dapat mengembangkan bakat, potensi, dan keterampilan yang dimilikinya”, (Daryanto, 2011:1). Melalui pendidikan seseorang mampu membangun sikap, tingkah laku serta pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, yang nantinya mampu dikembangkan di dalam proses pembelajaran. “Pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”, (Rusman, 2012:3). Pendidikan formal pertama yang ada di Indonesia yaitu dalam tingkatan pendidikan Dasar atau Sekolah Dasar (SD). Pendidikan sebagai salah satu upaya untuk memberikan pemahaman tentang belajar kepada siswanya sudah tentu menjadi hal yang paling penting untuk meningkatkan mutu didalam kualitas pendidikan. Susuai dengan amanat Peraturan Pemeritahan Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses. “Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi kelulusan”, (Rusman, 2012:4). Salah satu mata pelajaran yang menunjang kompetensi kelulusan di SD yaitu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). “IPA merupakan mata pelajaran di SD yang dibelajarkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam. Pembelajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut di dalam penerapan kehidupan sehari-hari” (Kemendiknas, 2011:13). Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP bahwa “IPA
berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan” (Depdiknas, 2006). Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Proses pembelajaran yang dimaksud adalah guru mengajak siswa untuk melakukan serangkaian proses ilmiah melalui percoban yang dilakukan di dalam proses pembelajaran IPA. Dengan pembelajaran seperti itu, maka pembelajaran menjadi lebih bermakna dan dapat meningkatkan keterampilan kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Adapun tujuan pembelajaran IPA secara umum adalah (a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya; (b) Mengembangkan pengetahuan konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan seharihari; (c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; (d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; (e) Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keturunannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, g) Memperoleh bekal pengetahuan, IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs (Kemendiknas, 2011:13-14).
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014) Selain memilki tujuan pembelajaran IPA juga memiliki karakteristik yaitu, obyektif, metodik, sistematik, dan berlaku umum. Dengan sifat-sifat tersebut maka orang yang berkecimpung atau selalu berhubungan dengan ilmu pengetahuan akan terbimbing sedemikian, sehingga berkembangnya suatu sikap yang disebut sikap ilmiah. Yang dimaksud dengan sikap tersebut adalah sikap: (a) Mencintai kebenaran yang obyektif, dan bersikap adil; (b) Menyadari bahwa kebenaran ilmu tidak absolut; (c) Tidak percaya pada takhayul, astrologi maupun untung-untungan; d) Ingin tahu lebih banyak; (e) Tidak berfikir secara prasangka; (f) Tidak percaya begitu saja pada suatu kesimpulan tanpa adanya buktibukti yang nyata; g) Optimis, teliti dan berani menyatakan kesimpulan yang menurut keyakinan ilmiahnya adalah benar (Aly dan Eny, 2009:17). Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SD Gugus II Tampaksiring, ditemukan bahwa proses pembelajaran IPA masih berpusat pada guru atau pembelajaran masih menenggunakan model pembelajaran konvensional. “Pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang seluruh kegiatan pembelajarannya didominasi oleh guru atau pembelajaran masih berpusat pada guru”, (Trianto, 2010:58). Karena di dalam proses pembelajaran IPA guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Selain itu, penggunaan media dalam proses pembelajaran masih belum maksimal dikarenakan guru hanya menggunakan satu jenis media pembelajaran saja, padahal banyak media pembelajaran lain yang dapat mendukung guru di dalam mempermudah penyampaian materi di dalam pembelajaran. Sudjana (2009:45) menyebutkan adapun ciri-ciri pengajaran konvensional yaitu (1) Mengajar berpusat pada bahan pelajaran. Karena tujuan utama pengajaran konvensional adalah pengembangan daya intelektual siswa, maka pengajaran berpusat pada usaha penyampaian pengetahuan. Tugas guru adalah menyampaikan semua bahan pengajaran yang baru; (2) Mengajar berpusat pada guru. Menurut konsep pengajaran
konvensional, mengajar yang baik dinilai dari sudut guru yaitu berdasarkan apa yang dilakukannya dan bukan apa yang terjadi pada siswa. Dalam proses pembelajaran di kelas, guru hanya menjelaskan bahan pembelajaran dan siswa hanya mendengarkan tanpa adanya interaksi antara guru dan siswa, sehingga siswa menjadi kurang aktif di dalam mengukuti proses pembelajaran IPA. Dengan pembelajaran seperti itu, maka siswa sulit untuk mencapai hasil belajar yang maksimal itu dikarenakan pembelajaran IPA masih didominasi oleh guru. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka guru hendaknya memberikan motivasi di dalam pembelajaran, sehingga menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang diperkirakan dapat mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). “Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang menggunakan permasalahan yang bersifat nyata di dalam penyampaian materi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja sama dalam kelompok untuk memecahkan permasalahan yang telah diberikan oleh guru”, (Eggen dan Don, 2012:301). Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) juga memiliki karakteristik di dalam pembelajaran yaitu: (a) Permasalahan menjadi starting point dalam belajar; b) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada didunia nyata yang tidak terstruktur; (c) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspektive); (d) Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar; (e) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama; (f) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014) esensial dalam pembelajaran; (g) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif; (h) Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan; (i) Keterbukaan proses dalam pembelajaran meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar; dan (j) Pembelajaran melibatkan evaluasi dan review pengalamam siswa dan proses belajar (Rusman, 2012:232). Trianto (2009:96) menyebutkan Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat berdampak positif pada proses pembelajaran di kelas karena model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memiliki kelebihan yaitu (1) Reaslistik dengan kehidupan siswa; (2) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa; (3) Memupuk sifat inqury siswa; (4) Retensi konsep jadi kuat; dan (5) Memupuk kemampuan pemecahan masalah. Trianto ( 2009:98 ) Menyebutkan terdapat beberapa tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh guru di dalam penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) antara lain: (1) Orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotifasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih; (2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar. Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut; (3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah; (4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya; (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk mlelakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) akan tercapai dengan optimal, jika dalam penelitian ini dipadukan dengan media pembelajaran. Menurut Sadiman, dkk (2007:7) “menyebutkan media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim kepada penerima sehingga merangasang pikiran, perasaan, perhatian dan minat”. Salah satu media pembelajaran yang digunakan adalah dengan menggunakan media visual animasi. Arsyad (2009:91) menyebutkan “media berbasis visual animasi (image atau perumpamaan) memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran”. Media visual animasi dapat memperlancar pemahaman (misalnya melalui elaborasi struktur dan organisasi) dan memperkuat ingatan. Visual animasi pula dapat menumbuhkan minat siswa dan dapat memberikan hubungan antara isi pelajaran dengan dunia nyata. Agar menjadi efektif, visual animasi sebaiknya ditempatkan pada konteks yang bermakna dan siswa harus berinteraksi dengan visual (image) itu untuk meyakinkan terjadinya proses informasi. Sedangkan Munir (2012:334) menyebutkan “visual animasi adalah proses penciptaan efek gerak atau efek perubahan bentuk yang terjadi selama beberapa waktu”. Animasi bisa berupa gerak sebuah objek dari tempat satu ketempat yang lain, perubahan warna, atau perubahan bentuk. Media animasi dapat diartikan juga sebagai kumpulan gambar yang berisikan gerakan. Adapun manfaat media visual animasi di dalam proses pembelajaran yaitu untuk memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka) dan dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra, seperti misalnya: (1) Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realitas, gambar, film bingkai, film, atau model; (2) Objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar; (3) Gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014) dibantu dengan timlapse atau high-speed photography; (4) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal; (5) Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain; 6) Konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain. Media Visual animasi merupakan media yang memberikan tampilan gambar bergerak di dalam pembelajaran IPA yang nanti dapat menarik perhatian siswa di dalam proses pembelajaran, sehingga siswa menjadi tidak jenuh di dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan menggunakan media visual animasi maka proses pembelajaran IPA menjadi lebih berpusat pada siswa. Sehingga hasil belajar yang maksimal dapat tercapai. Hasil belajar dapat dikatakan sebagai hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan pembelajaran dan merupakan penilaian yang dicapai seseorang siswa untuk mengetahui sejauh mana materi pelajaran yang akan diajarkan sudah diterima siswa”, (Arikunto,2003:132). Hasil belajar tidak dapat dilepaskan dengan proses belajar. Hasil belajar dapat dikatakan sebagai hasil kecakapan yang nyata dari proses belajar. Seseorang yang mempunyai hasil yang baik berarti ia mendapatkan hasil kecakapan yang nyata dari apa yang dipelajarinya. Suprijono (2009:5) menyebutkan hasil belajar berupa. (1) Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan, masalah maupun penerapan; (2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep. Kemampuan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisai, kemampuan analitissintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas; (3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri.kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam pemecahan masalah; (4) Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. (5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. sikap berupa kemapuan menginteralisasikan dan eksternalisasi nilainilai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar prilaku. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah (1) Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal). Faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang berasal dari dalam diri adalah faktor jasmaniah baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh, faktor psikologis yang meliputi faktor intelektual (kecerdasan dan bakat) dan faktor nonintelektif yaitu unsure-unsur kepribaian (sikap, kebiasaan, minat, motivasi, dll), serta faktor kematangan fisik maupun psikis; (2) Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal). Faktor yang mempengaruhi hasil belajar dari luar terdiri dari faktor sosial (lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, kelompok), faktor budaya, faktor lingkungan fisik, dan faktor lingkungan spiritual atau keagamaan (Rusman dan Lilies, 1993:9). Selanjutnya Sudjana (2006) menyebutkan hasil belajar dibedakan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor. (1) Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi; (2) Ranah Afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimann, jawaban atau reaksi, penilaian,organisasi, dan internalisasi; (3) Ranah Psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. terdiri dari enam aspek, yaitu gerakan refleksi, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan ekspresif dan interprensif. Hasil belajar yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil belajar ranah
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014) kognitif, yaitu hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti suatu materi pada mata pelajaran IPA. Tujuan dilakukanya penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Media Visual Animasi dengan siswa yang dibelajarkan melalui Pembelajaran Konvensional Pada Kelas V SD Gugus II Tampaksiring Gianyar, Tahun Pelajaran 2013/2014. METODE Dalam bagian ini adapun hal-hal yang akan dibahas secara berturut-turut yaitu: (1) rancangan penelitian; (2) populasi dan sampel penelitian; (3) variabel penelitian; (4) metode dan instrumen pengumpulan data; dan (5) teknik analisis data. Desain dalam penelitian ini menggunakan eksperimental semu atau quasi eksperimen, Desain ini dipilih karena tidak memungkinkan megubah kelas yang ada. Penelitian ini menggunakan rancangan “Nonequivalent control group design” dengan gambar sebagai berikut. O1 O3
X -
O2 O4
Gambar 1. Rancangan Penelitian dengan Nonequivalent control group design. (Sugiyono, 2002: 116) Pemberian Pre-test dalam penelitian ini hanya digunakan untuk penyetaraan kelompok. Dantes (2012:97) menyatakan bahwa pemberian pra-tes biasanya digunakan untuk mengukur ekuivalensi/penyetaraan kelompok. Penyetaraan di lakukan dengan menggunakan skor ulangan harian semester. Sedangkan skor post test digunakan untuk menguji hipotesis. Setelah dinyatakan setara maka kedua kelompok di berikan perlakuan. Kelompok ekperimien diberikan perlakuan berupa model membelajaran problem based learning (PBL) berbantuan media visual animasi dan kelompok kontrol
diberikan perlakuan berupa pembelajaran konvensional. Selanjutnya kedua kelompok akan diberikan post test. Post test diberikan diakhir penelitian. Post test diberikan dengan cara memberikan tes secara tertulis kepada kedua kelompok. Populasi adalah himpunan dari beberapa individu. Darmadi (2011:14) menyebutkan “populasi adalah keseluruahan atau himpunan objek dengan ciri yang sama, populasi dapat terdiri dari orang, benda, kajadian, waktu dan tempat dengan sifat atau ciri yang sama”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh SD yang terdapat di Gugus II Tampaksiring, Gianyar. Sukandarrumini (2012:50) yang menyatakan bahwa “sampel adalah bagian dari populasi yang memiliki sifat yang sama dari objek yang merupakan sumber data”. Penentuan sampel pada penelitian dilakukan dengan teknik Random Sampling atau acak kelas. Berdasarkan hasil acak kelas yang telah dilakukan maka diperoleh kelompok yang terpilih untuk menjadi sampel adalah SDN 1 Tampaksiring dan SDN 6 Tampaksiring. Sebelum ditentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan kesetaraan dengan uji-t. Uji kesetaraan dengan menggunakan nilai sumatif siswa kelas IV. Sebelum menggunakan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Dari dua kelas tersebut diundi kembali untuk mengetahui kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah diundi terpilih kelas V SDN 1 Tampaksiring yang diberikan perlakuan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media visual animasi sedangkan kelas V SDN 6 Tampaksiring terpilih sebagai kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Sugiyono (2008:3) menyebutkan “variabel merupakan segala sesuatu apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajarai sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”. Variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu Variabel bebas dan variabel terikat dalam peneitian ini variabel bebasnya adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014) media visual animasi sedangkan variabel terikatnya hasil belajar IPA. Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk dapat mengumpulkan data. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar pada ranah kognitif. Agung (2010) mengemukakan bahwa “untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes”. Metode tes dilakukan dengan memberikan sejumlah tes untuk mengukur hasil belajar IPA. Terbatas hanya kemampuan kognitif siswa. Data yang dikumpulkan dengan metode tes. Metode tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa. Soal tes yang digunakan berupa tes objektif dengan bentuk pilihan ganda yang berjumlah 60 butir. Teknik tes dilakukan setelah perlakuan diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini untuk pengumpulan data adalah tentang hasil belajar IPAtes hasil. Jenis tes hasil belajar yang digunakan adalah tes objektif dengan bentuk pilihan ganda biasa. Jumlah soal yang akan diberikan pada penelitian ini berjumlah 30 butir soal disertai dengan empat alternatif jawaban (a, b, c, dan d). Masing-masing soal memiliki skor 1 bila siswa menjawab dengan benar dan skor 0 untuk siswa yang menjawab salah. Dari skor yang diperoleh kemudian dijumlahkan, dan jumlah dari skor tersebut merupakan variabel hasil belajar IPA. Tes yang baik harus memenuhi 4 syarat, yaitu validitas, reliabelitas, tingkat kesukaran dan uji daya beda.. Sebelum instrumen tersebut digunakan untuk penelitian, maka instrumen tersebut akan diujinsatu persatu. jika intrumen yang akan digunakan sudah memenuhi syarat dari ke empat uji tersebut maka istrumen tersebut layak digunakan untuk penelitian. “Validitas adalah tingkat dimana suatu tes mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu tes tidak bisa valid untuk sembarangan keperluan atau kelompok, suatu tes hanya valid untuk suatu keperluan pada kelompok tertentu”, (Darmadi, 2011:87). Untuk uji validitas butir tes hasil belajar IPA digunakan formula korelasi point biserial (rpbi).
Nilai yang di dapat kemudian akan di bandingkan dengan nilai yang diperoleh dari r tabel, jika rhitung > rtabel maka data dalam keadaan valid. Terdapat 60 butir soal yang digunakan dalam uji validitas butir. Dari 60 butir soal yang telah di uji validitasnya, maka diketahui 41butir soal yang valid dan 19 butir soal yang tidak valid. Semua butir soal yang valid kemudian dilakukan uji reliabelitas. Agung (2010:48) menyatakan “suatu tes dikatakan memiliki reliabilitas tinggi, jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap”. Untuk menghitung reliabilitas tes dalam penelitian ini menggunakan rumus Kuder Richadson-20. Untuk menentukan butir soal yang reliable kriteria yang digunakan adalah jika koefisien reabilitas yang didapat dari perhitungan lebih besar dari pada koefisien yang terdapat pada tabel harga kritis dari (r1.1>rtabel), maka tes tergolong reliable. Dari hasil perhitungan uji reliabilitas diperoleh hasil r1.1 0,90. Berdasarkan kriteria perhitungan uji reliabilitas (r1.1>rtabel), Karena r1.1 > 0,70 yaitu 0,90 maka tes hasil belajar yang di uji dinyatakan reliable. Apabila tes hasil belajar sudah reliable maka selanjutnya dilakukan tingkat kesukaran butir soal. “Tingkat kesukaran butir soal dapat dinyatakan dengan bilangan indeks kesukaran (difficulty indexs) atau TK dapat didefinisikan sebagai proporsi siswa peserta tes yang menjawab benar”, (Purwanto, 2011:99). Nilai TK butir merentang antara 0 sampai 1. TK sebuah butir sama dengan 0 terjadi bila semua peserta tidak ada yang menjawab benar, sebaliknya TK sebuah butir sama dengan 1 (satu apabila semua peserta menjawab benar). Semakin tinggi indeks TK maka butir soal semakin mudah. Berdasarkan uji coba instrumen tes diperoleh 12 soal dengan kriteria sukar, 26 sedang dan 3 mudah. Dari hasil perhitungan indek kesukaran di peroleh TK sebesar 0,41 maka tes hasil belajar dinyatakan memiliki kriteria sedang. Selanjutnya setelah menguji tingkat kesukaran butir soal, maka dilakukan uji daya pembeda soal. Menurut Arikunto (2003:211) mengemukakan “uji daya beda
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014) pada soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan (perkembangan tinggi) dengan siswa yang kurang (kemampuan rendah)”. Untuk menentukan Uji Daya Beda butir soal hanya digunakan pada butir soal yang valid saja. Berdasarkan perhitungan daya pembeda soal, maka ditentukan kategori soal yang jelek sampai dengan soal yang baik. Berdasarkan rekapitulasi hasil uji daya beda butir tes diperoleh soal yang memiliki kriteria sangat jelek 7, jelek 4, cukup 3, baik 20, sangat baik 7. Maka di ambil kesimpulan bahwa dari 41 soal yang valid dan reliable terdapat 30 soal yang layak digunakan untuk instrumen penelitian. Dalam penelitian ini banyaknya soal yang akan digunakan untuk penelitian adalah 30 butir soal yang akan dijadikan instrument dalam mengukur hasil belajar IPA. Setelah dilakukan uji instrumen maka data hasil belajar ranah kognitif terkumpul, selanjutunya data dianalisis dengan uji hipotesis, yaitu uji t. Sebelum uji t dilakukan data harus lolos uji prasyarat. Uji prasyarat yang dimaksud adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah uji hipotesis dengan statistik paramentrik bisa dilakukan atau tidak. Untuk mengetahui apakah sebaran data skor hasil IPA siswa berdistribusi normal atau tidak maka akan di uji dengan rumus Chi-Square. Kriteria pengujian adalah jika ,maka Ho diterima (gagal ditolak) itu berarti data berdistribusi normal, sedangkan taraf signifikasinya adalah 5% dan derajat kebebasannya dk=1. Uji homogenitas dilakukan apabila data tergolong berdistribusi normal. Homogenitas ini diuji dengan uji F dari Havley. Data mempunyai varians yang homogen jika Fhit
(gagal ditolak) dan Ha ditolak, sedangkan jika thitung ≥ , maka H0 ditolak (gagal diterima) dan Ha diterima. Pengujian ini dilakukan pada taraf signifikan 5% atau taraf kepercayaan 95% dengan dk= n1 + n22. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini yang akan dibahas adalah hasil penelitian dan pembahasan penelitian. Data tentang hasil belajar IPA pada kompetensi dasar memahami fungsi organ pernapasan manusia dan hewan yang diperoleh kemudian di analisis dengan uji hipotesis. Sebelum dilakukan uji analisis yang ditentukan dengan uji hipotesis, sebelumnya data harus lolos pada uji pra syarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil uji normalitas kelas eksperimen diperoleh X2hit = 1,903 sedangkan untuk taraf signifikan 5% dan dk = 5 diperoleh X2tabel = X2(0,05:5) = 11,07 karena X2tabel >X2hit maka Ho diterima. Ini berarti sebaran data skor Post test pada kelas eksperimen berdistribusi normal. Hasil uji normalitas kelas kontrol diperoleh X2hit = 5,976 sedangkan untuk taraf signifikan 5% dan dk = 5 diperoleh X2tabel = X2 =11,07 karena X2tabel >X2hit maka Ho diterima. Ini berarti sebaran data skor Post test pada kelas kontrol berdistribusi normal. Rumus yang digunakan untuk uji homogenitas adalah Anava Havley. Berdasarkan perhitungan diperoleh Fhit sebesar 1,15 sedangkan Ftabel pada taraf signifikan 5% dengan db pembilang 39 dan db Penyebut 39 adalah 1,67 Ini berarti Fhit < Ftabel, maka Ho diterima berarti harga varians data dikatagorikan Homogen. Setelah data dinyatakan lolos uji pra syarat, maka dilanjutkan dengan analisis data, analisis data dilakukan uji dengan uji t. Berdasarkan hasil perhitungan yang telah diperoleh maka didapat thitung sebesar 3,25 sedangkan ttabel pada taraf signifikan 5% dengan dk = 39+39-2= 76 adalah 2,00. Setelah nilai thitung dan ttabel, diketahui selanjutnya kedua nilai tersebut dibandingkan. Dapat diketahui bahwa thitung>ttabel (3,25>2.00). Hal ini berarti bahwa
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014) berdasarkan kriteria pengujian, thitung > ttabel ( 3,25 > 2,00) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dapat di artikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara skor post test Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas V yang mengikuti model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media visual animsai dengan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) berbantuan media visual animsai terhadap hasil belajar IPA pada kompetensi dasar memahami fungsi organ pernapasan manusia dan hewan antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Media Visual Animasi dengan siswa yang dibelajarkan melalui Pembelajaran Konvensional Pada Kelas V SD Gugus II Tampaksiring, Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014. Secara umum, hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Analisis Uji-t Data Hasil Post- test Belajar IPA Kelompok Eksperimen Konvensional
N 39 39
Dk 76
Analisis dari hasil penelitian bahwa hasil rata-rata post-test belajar IPA yang dapat dicapai pada kelompok eksperimen adalah 79,73 sedangkan hasil rata-rata belajar IPA yang dapat dicapai pada kelompok kontrol adalah 73,84. Dengan demikian hasil rata-rata post-test belajar IPA pada kelompok eksperimen lebih besar di bandingkan dengan kelompok kontrol. Untuk perhitungan normalitas, homogenitas, dan uji- t di bantu oleh microsoft exsel yang kedua kelompok baik eksperimen dan kontrol memiliki data yang normal atau homogen. perhitungan hipotesis dengan uji-t menggunakan microsoft excel, dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 76 diperoleh thitung = 3,25 dan ttabel = 2,00 Karena thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga hasil tersebut menunjukan bahwa terdapat pengaruh perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Media Visual Animasi dengan siswa yang dibelajarkan melalui Pembelajaran Konvensional. Hasil belajar kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Media Visual Animasi pada materi pernapasan pada manusia dan hewan dilihat dari rata-rata nilai siswa pada
79,73 73,84
S 7,73 8,28
thitung 3,25
ttabel 2,00
kelompok eksperimen yang lebih besar di bandingkan dengan kelompok kontrol, ( 79,73 > 73,84 ). Dikarenakan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Media Visual Animasi siswa dapat bekerja sama dengan kelompok dan mampu memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru sehingga terciptanya interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa lainya. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) juga memiliki beberapa kelebihan yaitu (1) Reaslistik dengan kehidupan siswa; (2) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa; (3) Memupuk sifat inqury siswa; (4) Retensi konsep jadi kuat; dan (5) Memupuk kemampuan pemecahan masalah”, (Trianto, 2009:96). Selain itu penggunaan media visual animasi mampu menarik perhatian siswa di dalam proses pembelajaran karena di dalam penyampaian materi IPA berisikan tampilan gambar bergerak. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi (2013) yang menyatakan bahwa model pembelajaran PBL berbantuan media video lebih unggul dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPA. Adapun perbedaan yang signifikan tentang hasil belajar IPA yang diperoleh
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014) dari siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) mempunyai pengalaman belajar yang langsung dari permasalah yang bersifat nyata yang diberikan oleh guru, setelah itu siswa akan mampu membuka pengetahuannya untuk menyelesaikan permasalahan tersebut baik secara individu maupun kelompok. Sehingga ingatan siswa tentang apa yang akan dipelajari sulit untuk dilupakan itu dikarenakan di dalam proses pembelajaran siswa mencari, menemukan dan memecahkan permasalahanya sendiri khususnya pada standar kompetensi memahami fungsi organ tubuh manusia dan hewan sehingga hasil belajar IPA siswa lebih baik dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran Konvensional yang cendrung hanya menekankan pada metode ceramah dan diskusi. PENUTUP Berdasarkan hasil dan pembahasan analisis dengan uji-t penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hasil uji perbedaan dua ratarata dua pihak pada data post-test maka diperoleh rata-rata pada kelompok eksperimen 79,73 dan rata-rata pada kelompok kontrol sebesar 73,84 sedangkan di dapat thitung = 3,25 > ttabel = 2,00 pada taraf signifikansi 5%. Berarti dari uji yang dilakukan menyatakan Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA siswa pada ranah kognitif yang mengikuti Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Media Visual Animasi dapat dikatakan lebih baik dari pada pembelajaran konvensional. Dengan ini dapat dikatakan bahwa Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Media Visual Animasi berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar IPA. Adapun empat saran yang diberikan pada penelitian ini yaitu bagi siswa, guru, sekolah, dan peneliti. Saran bagi siswa diharapkan lebih memperhatikan dan memahami pembelajaran dengan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Media
Visual agar siswa lebih paham di dalam mengkuti pembelajaran yang diberikan. Saran bagi guru hendakny menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di dalam proses pembelajaran IPA. Karena model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) memberikan cara pembelajaran penggunaan permasalahn bersifat nyata, siswa mampu bekerja sama dengan kelompok sehingga pembelajaran di kelas menjadi aktif, guru juga dapat menggunakan media visual animasi agar lebih memudahkan guru di dalam penyampaian materi ajar. Saran bagi sekolah hendaknya menggunakan berbagai macam model pembelajaran agar lebih berpariasi di dalam proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal. Saran bagi peneliti lain diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar di dalam melakukan penelitian lebih teliti yang dilakukan dengan semaksimal mungkin dan menggunakan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang akan diajarkan dapat berjalan dengan lancar dan mampu mencapai hasil yang maksimal. DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede. 2010. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha. Aly, Abdullah dan Eny Rahma. 2009. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. -------, 2012.Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara -------.
2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014) Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Pontianak: Alfabeta,cv.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Daryanto, 2011. Media pembelajaran. Bandung: PT. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.
Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatife-Progresif. Surabaya: Kencana.
Depdiknas, 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006. Jakarta: Depdiknas
-------,
Enggen, Paul dan Don Kauchak. 2012.Strategi dan Model Pembelaran. Jakarta Barat: PT Indeks. Kemendiknas, 2011. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional. Munir.
2012. Multimedia Konsep dan Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta, CV.
Dewi,
NI Putu Asrika Maha. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Berbantuan Media Video Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas IV SD Negeri Pergung. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: Undiksha.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar. --------. 2012. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Sadiman, Arief S, dkk.2011. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Sudijiono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Parsada. Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sukandarruni. 2002. Metodelogi Penelitian. Jogyakarta: Gadjah Mada University Pres.
2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatife-Progresif. Jakarta: Kencana