Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING BERBANTUAN MEDIA ANIMASI KOMPUTER TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SD GUGUS I TAMPAKSIRING I Putu Yuasa1, I Ketut Ardana2, I Nengah Suadnyana3 1,2,3 Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran melalui pendekatan contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media animasi komputer dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Tampaksiring Tahun ajaran 2013/2014. Penggunakan pendekatan Eksperimen dengan rancangan “Nonequivalent Control Group Design” yang dilaksanakan dalam 6 kali pertemuan dan 1 kali Post test.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD kelas V SD Gugus I Tampaksiring, Tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 206 siswa. Sampel ditentukan dengan teknik Rendom Sampling yang terpilih SD N 4 Manukaya Tampaksiring berjumlah 30 siswa sebagai kelas eksperimen dan SD N 6 Manukaya Tampaksiring berjumlah 30 siswa sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data menggunakan tes yaitu test hasil belajar, Kemudian data dianalisis dengan teknik t-test. Hasil analisis menunjukan thitung = 3,956 dan ttabel = 2,000 untuk dk = 58 dengan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan kriteria pengujian thitung > ttabel (3,956 > 2,000 ) maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran melalui pendekatan contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media animasi komputer dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Nilai rata-rata post test hasil belajar IPA kelompok eksperimen adalah 80,10 sedangkan nilai rata-rata post test hasil belajar IPA kelompok kontrol adalah 70,65 dengan demikian nilai rata-rata post test hasil belajar IPA kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan nilai ratarata post test hasil belajar IPA kelompok kontrol. Ini berarti terdapat pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media animasi komputer. Kata kunci: Contextual Teaching and Learning, Animasi Komputer, Hasil Belajar IPA
Abstract This study aims to determine the differences in learning outcomes between the significant science students who take the contextual approach to learning through Teaching and Learning ( CTL ) computer -aided animation media with students who take conventional teaching fifth grade elementary school student groups I Tampaksiring academic year 2013/2014 . For those reasons, the design of experiments approach " Nonequivalent Control Group Design " held in 6 meetings and 1 Post test.Populasi in this study were all students of class V SD SD Cluster I Tampaksiring , school year 2013/2014 , amounting to
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) 206 students . Sample is determined by the chosen sampling technique Rendom SD N 4 Manukaya Tampaksiring were 30 students as a class experiment and SD N 6 Manukaya Tampaksiring class numbered 30 students as the control . Collecting data using tests that test learning outcomes , then the data were analyzed by t - test technique . The results of the analysis showed ttable tcount = 3.956 and = 2.000 for df = 58 with a significance level of 5 % . Based on the testing criteria of t > t table ( 3.956 > 2.000 ) then Ho is rejected and Ha accepted , so these results we can conclude that there are differences in science learning outcomes significantly between students who take the contextual approach to learning through Teaching and Learning ( CTL ) computer -aided animation media with students who take conventional learning . The average value of post-test results of the experimental group learned science is 80.10 while the average value of post-test results of the control group learned science is 70.65 thus the average value of post-test results of the experimental group learned science higher than the average value The average posttest results of the control group learned science . This approach means that there are significant Contextual Teaching and Learning ( CTL ) computer -aided animation media . Key words : Contextual Teaching and Learning , Animasion computer , learning result of IPA
PENDAHULUAN Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi sekolah pada umumnya adalah kurang optimalnya mutu pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari lemahnya proses pembelajaran contohnya pada metode, pendekatan atau model pembelajaran yang digunakan guru masih menggunakan pembelajaran yang konvensional. Usaha untuk mengoptimalkan mutu pendidikan terus dilaksanakan secara sistematis. Pembaharuan pendidikan tersebut merupakan upaya sadar yang sengaja dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki praktik dengan sungguh sungguh. Upaya untuk mengoptimalkan mutu pendidikan salah satunya adalah memperbaiki kurikulum yang lebih memberdayakan peserta didik. Untuk itu, perlu dirancang sebuah kurikulum yang berorientasi pada pencapaian tujuan pendidikan nasional yakni menghasilkan manusia yang berkualitas dan berkompeten. Selain itu, mutu pendidikan juga sangat ditentukan oleh pendekatanpendekatan yang digunakan para guru dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Ketepatan dalam menggunakan pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru akan dapat membangkitkan motivasi dan minat siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan, serta terhadap proses dan hasil belajar siswa. Siswa akan mudah menerima materi yang diberikan oleh guru apabila pendekatan pembelajaran yang digunakan
tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Adapun permasalahan yang dihadapi siswa di SD Gugus I Tampaksiring antara lain perilaku siswa di kelas yang sering ramai dan kurang merespon materi yang disampaikan oleh guru. Selanjutnya motivasi siswa rendah, ini dapat dilihat dari antusias siswa dalam mengikuti pelajaran rendah. sehingga guru harus memotivasi terus menerus saat kegiatan pembelajaran. Optimalnya mutu pendidikan dapat dilihat salah satunya dari proses pembelajaran yang berlangsung pada sekolah tersebut, baik metode maupun pendekatan yang digunakan. Proses pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) belum sepenuhnya optimal. Dari hasil observasi yang peneliti lakukan di SD Gugus I Tampaksiring guru masih menggunakaan metode ceramah dan penugasan dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil belajar IPA tahun pelajaran 2012/ 2013 yang masih di bawah standar ketuntasan minimal yaitu 70 dan standar ketuntasan kelas sesuai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP )70 persen ( Dokumen nilai ulangan ). Menurut Muhibbin Syah (2003:27), Pendekatan pembelajaran yang baik adalah pendekatan yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, kondisi siswa, sarana yang tersedia serta tujuan pembelajarannya. Umumnya pembelajaran IPA yang berlangsung di SD masih menggunakan pendekatan pembelajaran
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
yang konvensional antara lain pendekatan ekspositori. Menurut Sanjaya (2011:179) Pendekatan ekspositori merupakan pendekatan pembelajaran yang beriorentasi pada guru (Teacher centered approach). Dalam hal ini guru lebih aktif memberikan informasi dalam menerangkan suatu konsep, hal ini akan menimbulkan siswa menjadi pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran sebaiknya guru tidak hanya menyampaikan konsep dan teori saja tetapi juga menekankan pada bagaimana caranya agar siswa dapat memperoleh konsep dan teori tersebut. Agar dapat memperoleh konsep dan teori maka siswa perlu dilatih untuk mengamati, mengelompokkan, menaksirkan, meneliti, dan kemudian mengkomunikasikan. Guru harus dapat menggunakan pendekatan yang tepat agar siswa mendapatakan hasil belajar yang memuaskan, salah satunya adalah pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Pendekatan Contextual teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, dengan melibatkan komponen utama pembelajaran efektif, yakni kontruktivisme (contructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), dan penilaian sebenernya (authentic assessment) menurut Depdiknas 2003 (dalam Iru dan Arihi 2012:71). Demikian halnya Sanjaya (2006:109) mengungkapkan “Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkanya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkanya dalam kehidupan mereka” artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks Contextual Teaching and Learning (CTL) tidak
mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Dalam pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan dunia nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat di memori siswa,sehingga tidak akan mudah di lupakan. Selain itu dengan penerapan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) mendorong siswa untuk dapat menerapkanya dalam kehidupan, artinya pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang akan dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai prilakunya dalam kehidupan sehari hari. Materi pembelajaran dalam konteks Contextual Teaching and Learning (CTL) bukan untuk ditumpuk di otak tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran belangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan trasnfer pengetahuan dari guru ke siswa. Pada konteks kelas, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Maksudnya, guru lebih banyak menggunakan strategi yang inovatif dari pada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu yang baru bagi kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari „menemukan sendiri‟ bukan dari „apa kata guru‟. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual (Contextual teaching and Learning). (Iru dan Arihi. 2012 : 75). Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang beralat bantu pengajaran. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah animasi
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
komputer. Animasi berasal dari bahasa latin yaitu “anima” yang berarti jiwa, hidup semangat. Selain itu animasi juga berasal dari kata animation yang berasal dari kata to anime di dalam kamus Indonesia inggris berarti menghidupkan, menggerakan benda mati. Menurut Reiber (dalam Munir 2012:317) Animasi bisa diartikan sebagai gambar yang memuat objek yang seolaholah hidup, disebabkan oleh kumpulan gambar itu berubah beraturan dan bergantian ditampilkan. Selanjutnya Neo & Neo (dalam Munir 2012:18) Mendefinisikan animasi sebagai “suatu teknologi yang dapat menjadikan gambar yang diam menjadi gambar bergerak kelihatan seolaholah gambar tersebut hidup, dapat bergerak,beraksi dan berkata”. Animasi merupakan penggunaan komputer untuk menciptakan gerak pada layar yang dapat dibuat serta ditampilkan dalam berbagai cara misalnya dalam film atau program video. Animasi dapat menarik perhatian siswa jika digunakan secara tepat. Berdasarkan penelitian, siswa yang memiliki latar belakang pendidikan dan pengetahuan rendah cendrung memerlukan bantuan salah satunya adalah animasi sebagai media pembelajaran. Reiber ( dalam Munir. 2012:317).Diharapkan setelah menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) disertai media Animasi Komputer, mampu membawa perubahan ke arah yang lebih baik, lebih memberdayakan siswa dan tidak mengharuskan siswa menghafal faktafakta, tetapi lebih mendorong siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, pengetahuan awal yang mereka miliki, pengalaman, dan lingkungan siswa. Proses pembelajaran akan lebih efektif apabila siswa ikut berpartisipasi di dalamnya. Berdasarkan pada latar belakang dan permasalahan di atas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Berbantuan Media Animasi Komputer terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus I Tampaksiring Tahun Ajaran 2013/2014“ Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang
mengikuti pembelajaran melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Berbantuan Media Animasi Komputer dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Tampaksiring Tahun Ajaran 2013/2014 METODE Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan Contekstual teaching and learning berbantuan media animasi komputer terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus I Tampaksirirng, dengan memanipulasi variabel bebas pendekatan pembelajaran, sedangkan variabel lain tidak bisa dikontrol secara ketat sehingga desain penelitian yang digunakan adalah desain eksperimen semu (quasy exsperiment). Desain eksperimen semu yang digunakan dalam penelitian ini adalah ”Nonequivalent Control Group Design”. Rancangan penelitian ini memperhitungkan skor pre test dan skor post-test yang dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Sugiyono (2010) Pre test hanya digunakan untuk penyetaraan kelas. Dantes (2012:97) Menyatakan bahwa pemberian pra-tes biasanya digunakan untuk mengukur ekuivalensi/ penyetaraan kelompok. Penyetaraan di lakukan dengan menggunakan skor ulangan harian. Sedangkan skor post test akan digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini. Langkah-langkah yang akan ditempuh dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan dan pengakhiran eksperimen. Pada tahap persiapan eksperimen langkah – langkah yang dilakukan yaitu: (1) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), mempersiapkan slide presentasi yang berupa animasi komputer yang akan disajikan melalui layar LCD dan mempersiapkan sumber pembelajaran sperti Lembar Kerja Siswa (LKS), Silabus, dan Kurikulum yang nantinya digunakan selama proses pembelajaran pada kelompok eksperimen, (2) menyusun instrumen penelitian berupa tes hasil belajar pada ranah kognitif untuk mengukur hasil belajar IPA siswa dan (3) mengadakan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
validasi instrumen penelitian yaitu tes hasil belajar IPA. Pada pelaksanaan eksperimen langkah-langkah yang akan dilakukan yaitu: (1) menentukan sampel penelitian berupa kelas dari populasi yang tersedia, (2) dari sampel yang telah diambil kemudian diundi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, (3) melaksanakan penelitian yaitu memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen berupa pembelajaran melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning berbantuan media animasi komputer dan memberikan perlakuan kepada kelas kontrol berupa pembelajaran konvensional. Pada tahap pengakhiran eksperimen langkah-langkah yang akan dilakukan adalah memberikan pos-test pada akhir penelitian, baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Darmadi (2011:14) menyebutkan populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek dengan ciri yang sama, populasi terdiri dari orang, benda, kejadian, waktu dan tempat dengan sifat atau ciri yang sama. Sedangakan sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Gugus I Tampaksiring yang terdiri dari tujuh SD yang berjumlah 206 siswa. Dari keseluruhan kelas V di SD gugus I Tampaksiring, maka dilakukan Rendom Sampling atau acak kelas sebagai cara pemilihan kelas eksperimen dan kontrol. Dari acak kelas tersebut didapatkan 2 kelas yang digunakan dalam penelitian yaitu kelas V SDN 4 Manukaya Tampaksiring sebagai kelas eksperimen dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media animasi komputer dan SDN 6 Manukaya Tampaksiring sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran Konvensional. Kemudian dilakukan uji kesetaraan terhadap nilai ulangan harian siswa dengan analisis uji-t, sebelum dilakukan uji-t terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yaitu: uji normalitas dan homogenitas varian. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square (x2) dari hasil perhitungan uji normalitas kelompok eksperimen diperoleh hasil X2tabel 1,03 sedangkan untuk taraf signifikansi 5% (ἁ =0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5
diperoleh X2tabel = X2(0,05:5) = 11,07 karena X2tabel >X2hit maka Ho diterima ( gagal ditolak). Ini berarti sebaran data skor kelompok eksperimen berdistribusi Normal. Sedangkan hasil perhitungan uji normalitas kelompok kontrol sebesar 8,5433 sedangkan untuk taraf signifikansi 5% (ἁ =0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh X2tabel = X2(0,05:5) = 11,07 karena X2tabel >X2hit maka Ho diterima ( gagal ditolak). Ini berarti sebaran data skor kelompok eksperimen berdistribusi normal. Pengujian homogenitas varians dilakukan dengan menggunakan uji F. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa : 1) Simpangan baku kelompok eksperimen = 6,65, 2) Varian kelompok eksperimen = 44,22, 3) Simpangan baku kelompok kontrol = 7,73 4) Varians kelompok kontrol = 59,73, Dari hasil perhitungan diperoleh Fhit sebesar 1,35 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan db pembilang (30) dan db Penyebut (30) adalah 1,84. Ini berarti Fhit < Ftabel, maka Ho diterima ( Gagal Ditolak) berarti tidak terdapat perbedaan varians masing-masing kelas atau harga varians data dikatagorikan Homogen. Berdasarkan hasil perhitungan uji kesetaraan dengan analisis uji t diperoleh rata–rata kelompok eksperimen: 72.7, Simpangan baku nilai pre test Kelompok eksperimen : 6.65, varians kelompok eksperimen : 44.21, rata-rata kelompok kontrol : 71.17, simpangan baku nilai pre test Kelompok kontrol : 7.73, varians kelompok kontrol : 59.80 Dari hasil perhitungan diperoleh thit sebesar 0,85 sedangkan ttab pada taraf signifikansi 5% (a=0,05)dengan dk = 30+30-2 (58) adalah 2,000. Ini berarti thit< ttabel, maka Ho diterima (Gagal Ditolak) berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pre test kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dari hasil uji beda pre test siswa maka kedua kelas ini layak digunakan dalam penelitian eksperimen atau data dapat dikatakan sudah setara. Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data tentang hasil belajar IPA siswa. Untuk mengumpulkan data tersebut
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
digunakan tes, yaitu tes untuk mengukur hasil belajar IPA. Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus I Tampaksiring. Dilihat dari jenisnya data ini termasuk data primer, dilihat dari sifatnya data ini termasuk kuantitatif. Data tentang hasil belajar IPA dikumpulkan dengan menggunakan tes hasil belajar IPA. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar IPA adalah tes hasil belajar dengan berbentuk pilihan ganda 4 option berjumlah 30 butir soal yang merupakan hasil validasi dari 50 butir soal. Tes ini mengungkapkan tentang penguasaan siswa terhadap pelajaran IPA yang mereka peroleh di kelas V. setiap soal disertai dengan empat alternatif jawaban yang dipilih siswa ( alternatif a, b, c, dan d). Setiap item akan diberikan skor satu bila siswa menjawab dengan benar ( jawaban dicocokkan dengan kunci jawaban). Serta skor nol untuk siswa yang menjawab salah. Skor setiap jawaban kemudian dijumlahkan dan jumlah tersebut merupakan skor variabel hasil belajar IPA. Skor hasil belajar IPA akan bergerak dari 0-100. Skor 0 merupakan skor minimal ideal serta 100 merupakan skor maksimal tes hasil belajar IPA. Tes disusun oleh mahasiswa dan guru bidang studi IPA serta melalui bimbingan pembimbing. Tes hasil belajar IPA yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti sendiri. Sebelum tes tersebut digunakan terlebih dahulu tes akan di uji validitas dan reabilitasnya, daya beda dan indeks kesukaran. Sugiyono (2007:173) “Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur Berdasarkan uji validitas diperoleh sebanyak 36 butir soal yang valid dan 14 soal yang tidak valid. Setelah dilakukannya uji validitas akan dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Agung (2010:48) menyatakan bahwa suatu tes dikatakan memiliki reliabilitas tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Uji reliabilitas dilakukan terhadap butir soal yang valid saja, dengan demikian uji reliabilitas bisa dilakukan setelah uji validitas. Kriteria yang digunakan untuk menentukan butir soal yang reliabel
adalah jika koefisien reliabilitas yang didapat dari perhitungan lebih besar dari pada koefisien yang terdapat pada table harga kritis dari ( ), maka tes tergolong reliabel. Dari hasil pengujian reliabilitas tes diperoleh hasil yaitu 0,918 maka tes hasil belajar tergolong reliabel. Kemudian dilakukan uji daya beda Arikunto (2003:211) mengemukakan uji daya beda pada soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan (perkembangan tinggi) dengan siswa yang kurang (kemampuan rendah). Untuk menentukan kelompok atas dan kelompok bawah adalah dengan cara mengambil masing-masing 27% dari jumlah sampel yang digunakan untuk kelompok atas dan kelompok bawah. Cara untuk menentukan kelompok atas dan kelompok bawah adalah dengan mengurutkan skor setiap testee, dari skor tertinggi sampai skor terendah. Setelah melakukan terjadi pengurutan tersebut kemudian diambil 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah. Berdasarkan perhitungan uji daya beda diperoleh hasil yaitu 0 butir soal kategori sangat jelek, 6 butir soal kategori jelek, 4 butir soal kategori cukup, 20 butir soal kategori baik, 6 butir soal kategori sangat baik. Untuk 6 butir soal yang kategori daya beda jelek tidak digunakan sebagai jumlah soal yang terpakai dalam instrumen berjumlah 30 butir soal. Dan selanjutnya dilakukan uji tingkat kesukaran. Tingkat kesukaran (difficulty index) dapat didefinisikan sebagai proporsi siswa atau peserta tes yang menjawab benar. Penerbit soal yang terlalu mudah tidak akan merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya, sebaliknya penerbit soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauanya (Arikunto, 2003). Berdasarkan hasil perhitungan uji tingkat kesukaran diperoleh hasil yaitu 2 butir soal kategori sukar, 18 butir soal kategori sedang, dan 16 butir soal kategori mudah.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan perhitungan hasil belajar IPA siswa diperoleh perhitungan rata-rata (mean) kelompok eksperimen = 80,10, standar deviasi kelompok eksperimen = 9,07 dan varians kelompok eksperimen = 82,31, skor maksimum kelompok eksperimen = 93,3, skor minimum kelompok eksperimen = 56,7 sedangkan hasil perhitungan rata-rata (mean) kelompok kontrol = 70,65 standar deviasi kelompok kontrol = 9,44 , varians kelompok kontrol = 89,12, skor maksimum kelompok kontrol = 86,7, dan skor minimum kelompok kontrol = 53,3. Sebelum dilakukan uji hipotesis penelitian maka terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat. Analisis uji prasyarat meliputi: uji normalitas data dan uji homogenitas varians terhadap kedua kelompok. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-square (x2) dan ketentuan harga (x2 hitung) yang diperoleh akan dibandingkan dengan harga x2tabel dengan derajat kebebasan (db) = (jumlah klasifikasi-1) = (6-1) = 5 dan taraf signifikan 5% sebesar 11,07. Berdasarkan hasil analisis uji normalitas data diperoleh bahwa hasil belajar dari hasil post-test kelompok kontrol eksperimen pada tabel harga Chi-square hitung x2 hitung = 1,316 dengan dk = 5 dan taraf signifikan 5% maka harga x2tabel = 11,07, karena x2hitung < x2tabel (1,316 < 11,07) maka Ho diterima atau Ha ditolak. Sehingga dapat dikatakan bahwa data hasil belajar IPA kelompok eksperimen dapat dikatagorikan berdistribusi normal. Sedangkan hasil belajar dari hasil Post-test kelompok kontrol pada tabel harga Chi-
square hitung x2 hitung = 3,809 dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% maka harga x2tabel = 11,07, karena x2 hitung < x2tabel (3,809 < 11.07) maka Ho diterima atau Ha ditolak. Sehingga dapat dikatakan bahwa data hasil belajar IPA kelompok kontrol dapat dikatagorikan berdistribusi normal. Hasil post-test kedua kelompok baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol terbukti bahwa keduanya berdistribusi normal. Pengujian homogenitas varians dilakukan dengan menggunakan uji F. Dari hasil analisis deskriftif dapat diketahui bahwa : 1) Simpangan baku Kelompok eksperimen : 9.07, 2) Varians kelompok eksperimen: 82.31, 3) Simpangan baku Kelompok kontrol : 9.44, 4) Varians kelompok kontrol: 89.12. Jadi dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung sebesar 1,083 sedangkan Ftabel pada taraf signifikan 5% dengan db pembilang (30) dan db Penyebut (30) adalah 1,84. Ini berarti Fhit ung< Ftabel, maka Ho diterima ( Gagal Ditolak) berarti tidak terdapat perbedaan varians masing – masing kelas atau harga varians data dikatagorikan Homogen. Berdasarkan hasil pengujian normalitas dan homogenitas diperoleh bahwa data yang didapatkan dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan uji hipotesis dengan uji-t. Kriteria pengujian adalah Ho ditolak jika thitung > ttabel dengan derajat kebebasan dk = n1 + n2 -2 dan α = 5%. Rangkuman hasil analisis uji-t data hasil post-test hasil belajar IPA siswa disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil Perhitungan Uji-t No 1.
Kelompok Eksperimen
N 30
2.
Kontrol
30
Dk 58
Dari tabel hasil uji-t di atas menunjukan thitung = 3,956 dengan ttabel 2,000. Untuk dk = 58 dengan taraf signifikansi 5%. Berdasarkan kriteria
80,10
S 82,31
70,65
89,12
thitung 3,956
ttabel 2,000
pengujian thitung > ttabel (3,956 >2,000) maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya Terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
melalui pendekatan contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media animasi komputer dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Berdasarkan analisis nilai skor ulangan harian siswa kelas V SD N 4 Manukaya, Tampaksiring dan SD N 6 Manukaya, Tampaksiring tahun pelajaran 2013/2014 menunjukan keadaan sampel yang homogen artinya data berdistribusi normal dan memiliki varians yang tidak berbeda secara signifikan. Ini menunjukan bahwa sebelum diberi perlakuan (treatmen) siswa memiliki kemampuan awal yang sama sehingga kelompok eksperimen diberikan perlakuan yaitu dibelajarkan melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media animasi komputer dan kelas kontrol diberi perlakuan bibelajarkan dengan pembelajaran konvensional, sebanyak 6 kali pertemuan. Setelah diberi perlakuan kemudian kedua kelompok baik kelompok eksperimen maupun kontrol diberi tes akhir ( post-test). Dari hasil analisis penelitian didapat bahwa rata-rata (mean) post- test hasil belajar IPA yang dicapai pada kelompok adalah 80,10,sedangkan ratarata (mean) post-test hasil belajar yang dicapai pada kelompok kontrol adalah 70,65. Dengan demikian, rata-rata (mean) post-test hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol, ini berarti terdapat pengaruh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media animasi komputer terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus I Tampaksiring. Untuk perhitungan normalitas dan homogenitas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol data berdistribusi normal dan homogen. Perhitungan uji hipotesis dengan uji-t dengan taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan 58 diperoleh thitung > ttabel (3,956 >2,000) maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan media animasi komputer dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Penelitian ini
juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Budiartini (2012) dan Artini (2012) dengan penerapan pendekatan Contextual teaching and Learning (CTL) dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dilihat dari rata-rata (mean) hasil belajar IPA siswa menunjukan bahwa ratarata di kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol, hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran di kelompok eksperimen dengan menggunakan pendekatan Contextual teaching and Learning (CTL) dengan memanfaatkan animasi komputer dalam pelaksanaan pembelajaranya diawali dengan membangun dan menyusun pengetahuan baru berdasarkan pengalamanya (kontruktivisme) kemudian proses pembelajaranya didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis (inkuiri). Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan pertanyaan pertanyaan( Questioning), menciptakan masyarakat belajar (Learning Community) melalui kegiatan kelompok, menghadirkan model (Modeling) sebagai contoh pembelajaran,bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media yang sebenarnya. Kemudian melakukan refleksi dari setiap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan,dan melakukan penilaian secara objektif (authentic assessment). Di dalam pelaksanaan proses pembelajaran Contextual teaching and Learning (CTL) berbantuan media animasi komputer siswa dibentuk menjadi 4-5 kelompok yang bersifat heterogen untuk melakukan pengamatan, menganalisis dan membuat kesimpulan, dengan memanfaatkan media animasi komputer sebagai sumber belajar proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Sanjaya (2006:109) mengungkapkan “Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkanya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkanya dalam kehidupan mereka” artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Proses belajar dalam konteks Contextual Teaching and Learning (CTL) tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Berbeda dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional yang didominasi dengan metode ceramah, diselingi dengan Tanya jawab dan menjawab soal-soal evaluasi cendrung berorientasi pada buku teks, dengan pembelajaran seperti ini siswa tidak mempunyai kesempatan untuk membangun pengetahuan sendiri, proses pembelajaran seperti ini memberikan dampak yang tidak baik bagi siswa karena dirasakan tidak menarik dan siswa cepat bosan, sehingga siswa kurang termotivasi dan antusias dalam kegiatan pembelajaran. PENUTUP 1) Dari hasil belajar IPA siswa yang diperoleh dengan dibelajarkan menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning diketahui bahwa terdapat 23 siswa atau 76,7% siswa memperoleh nilai mencapai KKM dengan kategori sangat baik, 5 siswa atau 16,7% siswa memperoleh nilai mencapai KKM dengan kategori baik dan 2 siswa atau 6,7% siswa memperoleh nilai di bawah KKM. Hal ini menunjukkan bahwa 93,3% siswa kelas V yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) berbantuan Media Animasi Komputer mencapai KKM yang telah ditentukan. 2) Dari hasil belajar IPA siswa yang diperoleh dengan dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional diketahui bahwa 6 siswa atau 20% siswa memperoleh hasil belajar IPA dengan kategori sangat baik, 20 siswa atau 66,7% siswa memperoleh hasil belajar IPA dengan kategori baik, dan 4 siswa atau 13,3% siswa memperoleh hasil belajar IPA dengan kategori cukup. Secara keseluruhan diketahui bahwa terdapat 6 siswa atau 20% siswa memperoleh nilai mencapai KKM dengan kategori sangat baik, 14 siswa atau 46,7% siswa memperoleh nilai mencapai KKM dengan kategori baik dan 10 siswa atau 33,3% siswa memperoleh nilai di bawah KKM. Hal ini menunjukkan bahwa 66,7% siswa kelas
V yang mengikuti pembelajaran konvensional mencapai KKM yang telah ditentukan. 3) Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan diperoleh thitung sebesar 3,956. Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% dan dk = 58 diperoleh batas penolakan hipotesis nol sebesar 2,000. Berarti thitung > ttabel maka hipotesis nol yang diajukan ditolak dan menerima hipotesis alternatif. Dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) berbantuan media animasi komputer dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Tampaksiring tahun ajaran 2013/2014. Maka dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) berbantuan media animasi komputer terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus I Tampaksiring tahun ajaran 2013/2014. Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Siswa sebaiknya dibiasakan untuk berpikir mandiri serta mampu menyelesaikan masalahnya sendiri melalui melalui media pembelajaran yang sudah disediakan oleh guru. Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai fasilitator. 2) Dalam kegiatan pembelajaran guru diharapkan mampu meningkatkan kreativitas mengajar, dan guru juga dapat memilih media yang sesuai dengan mata pelajaran serta materi ajar yang tentunya membantu dalam proses pembelajran. 3) Materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini terbatas hanya pada pokok bahasan perkembangan teknologi saja sehingga dapat dikatan bahwa hasil-hasil penelitian terbatas hanya pada materi tersebut. Untuk mengetahui kemungkinan hasil yang berbeda pada pokok bahasan lainya, peneliti menyarankan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian yang sejenis pada pokok bahasan yang lain.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Daftar Rujukan Agung, A.A. Gede. 2010. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha. Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arini,Ni kadek Desy. 2012. Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Dengan Menggunakan Media Untuk Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas IV SD No 3 Sempidi, Badung. Budiartini. 2012. Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Berbantuan Media Lingkungan Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 5 Benoa Kabupaten Badung. Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta : CV Andi Offset. Iru, dan Arihi, 2012. Analisis Penerapan, Metode, Strategi, dan Model-Model Pembelajaran.Bantul: Multi Presindo. Munir. 2012. Multimedia konsep & aplikasi dalam pendidikan. Bandung: Alvabeta. Sanjaya, Wina. 2006. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Predana Media Group. Sanjaya,Wina. 2011. Srategi pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Perdana Media Sugiyono. 2007. Statistik Penelitian. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidian Pendekaan Kuatitatif, kualitas dan R&D. Bandung: Alfabeta, CV
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.