MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN MEDIA AUDIO-VISUAL BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD GUGUS LETDA KAJENG I Kd. Arik Antini1, I Gst. Agung Oka Negara2, I Wy. Sujana3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual dengan yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Letda Kajeng Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu yaitu Nonequivalent Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD Gugus Letda Kajeng. Sampel penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 14 Pemecutan yang berjumlah 37 orang sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas V SD Negeri 4 Pemecutan yang berjumlah 38 orang sebagai kelompok kontrol. Cara menentukan sampel penelitian ini dengan teknik random sampling. Pengumpulan data hasil belajar IPS dilakukan dengan metode tes jenis objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa untuk ranah kognitif, dan lembar observasi penilaian karakter untuk ranah afektif. Data selanjutnya dianalisis menggunakan metode statistik parametrik yaitu uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual dengan yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini terbukti dari perbedaan rata-rata hasil belajar IPS antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu = 74,45 > = 57,74. Hasil analisis dengan menggunakan uji t diperoleh thit = 5,58 > ttab = 2,00. Dapat disimpulkan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual berpengaruh terhadap hasil belajar IPS siswa di kelas V di SD Gugus Letda KajengTahun Ajaran 2013/2014. Kata kunci: Inkuiri Terbimbing, media audio-visual, hasil belajar IPS Abstract This research aims is to fid out the differences of IPS Learning outcomes significancy between a group of student which use guided inquiry learning method with audio visual tools th compare with conventional learning method to 5 grade elementary school student Gugus Letda Kajeng learning period 2013/2014. This research use pseudo experiment design, Nonth equivalent Control Group Design. Population of this design are all of 5 grade student of SD th Negeri 14 Pemecutan 37 Student as experiment group and all 5 grade student of SD Negeri 4 Pemecutan 38 Student as control group. The way to determine the sample from this research is using random sampling method. The IPS learning outcomes data collection
using objective test method with multiple choices for cognitive and character valuation observation sheet for affective. The next data will be analyzed using parametric statistic method namely t test. The research result show that there are significant differences of IPS learning outcomes between group of student using guided inquiry learning method with audio visual tools with group of student using conventional learnin method. This things proven from the differences IPS learning outcomes average between experiment group and control group which is = 74.45 > = 57.74. The analysis result using t test method get the result tvalue = 5.58 > ttable = 2.00. Can be conclude that guided inquiry learning method with th audio visual tools take effect with IPS learning outcomes for 5 grade elementary school student Gugus Letda Kajeng learning period 2013/2014. Key words : Guided Inquiry , audio - visual media , the results of social studies
PENDAHULUAN Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Butir 1 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Selanjutnya, Pasal 1 ayat (6) UU No. 20/2003 menyatakan bahwa guru termasuk ke dalam kategori pendidik Sisdiknas (2006 : 3). Kedua pasal di atas, dapat dirangkum bahwa tugas guru adalah mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Untuk menciptakan mutu pendidikan yang tinggi, seorang pendidik harus bisa menciptakan susasana belajar dan proses pembelajaran aktif dan kreatif. Suasana belajar adalah kondisi yang terjadi pada siswa yang mengalami proses pembelajaran. Proses pembelajaran adalah proses membangun makna atau pemahaman, dan ini hanya bisa dilakukan apabila siswa aktif (fisik, mental, dan emosional), dengan melibatkan semua indera. Belajar tidak hanya proses individual, tetapi juga proses sosial sehingga terjadi interaksi untuk mengasah kecerdasan intelektual, emosional, dan sosialnya. Pada diri siswa perlu ditanamkan bahwa belajar tidak hanya selama di bangku sekolah, tetapi sepanjang hayat pun kita harus tetap belajar. Diera globalisasi dan teknologi ini, pendidikan dapat memberikan
bekal yang efektif kepada siswa. Perkembangan ilmu dan teknologi modern tidak terlepas dari peranan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Siswa di dalam proses pembelajaran, dibekali dalam berbagai mata pelajaran, salah satunya adalah IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). BNSP (2006 :575) menjelaskan IPS merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan genderalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Selanjutnya Sardijo, dkk. (2007: 1.26) menjelaskan bahwa IPS merupakan bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis, gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan. Dapat diformulasikan rangkuman Ilmu Pengetahuan Sosial) adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, tata negara, dan sejarah. Pengetahuan yang diajarkan di SD terdiri atas dua bahan kajian pokok, yaitu pengetahuan sosial bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan sejarah untuk mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau sampai masa kini sehingga siswa memiliki kebanggaan sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air. Sebagai guru mata pelajaran IPS, hendaknya mampu menguasai bahan dan juga mampu mentransfer (menyampaikan) kepada anak didik, serta dituntut pula
mengetahui hasil belajarnya setelah diberikan mata pelajaran IPS. Oleh karena itu, mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis Depdiknas (2006 : 1). Adapun ruang lingkup mata pelajaran IPS yang meliputi aspekaspek sebagai berikut, (1) manusia, tempat, dan lingkungan, (2) waktu, keberlanjutan, dan perubahan, (3) sistem sosial dan budaya, (4) perilaku ekonomi dan kesejahteraan BSNP (2006 : 575). IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu global (Gunawan, 2011: 39). IPS adalah ilmu pengetahuan yang membahas hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat di mana siswa tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat yang akan dihadapkan pada situasi sosial dan permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat. Pembelajaran IPS di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan dasar, yaitu sebagai berikut. (1) mengenal konsep – konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan, (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan ketrampilan dalam kehidupan sosial, (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, (4) memiliki kemampuan bekerjasama dan kompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global Depdiknas (2006 : 1). Tertuang dalam BNSP Tujuan dari IPS bertujuan agar peserta didik memiliki pengetahuan sebagai berikut: a) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan, b) memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, c) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai
sosial dan kemanusiaan, d) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetensi, dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional dan global. Tujuan dari pembelajaran IPS adalah untuk membina siswa menjadi warga negara yang baik, memiliki pengetahuan, ketrampilan dan kepedulian sosial yang berguna bagi dirinya sendiri, serta bagi masyarakatdan negara. Sedangkan fungsi IPS adalah sebagai pendidik, yaitu membekali dengan pengetahuan sosial yang beguna, ketrampilan sosial yang intelektual, dalam membina perhatian serta kepedulian sosialnya sebagai sumber daya manusia Indonesia yang bertanggung jawab merealisasikan tujuan nasional (Sumaatmadja, 2008:10). IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) sebagai salah satu mata pelajaran wajib di SD yang memiliki tujuan yang sangat strategis dalam kaitannya dengan pembentukan dan pembangunan Negara yang berkualitas. Pembelajaran IPS pada SD bertujuan untuk membekali siswa seperangkat pengetahuan, sikap, nilai, moral dan keterampilan sosial agar dapat memahami dan melakoni lingkungan masyarakat sekitar, serta sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi Depdiknas (2006 : 2). Pembelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) juga bertujuan untuk membekali anak didik dengan pengetahuan, dan keilmuan dan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Membekali anak didik dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat. Melalui pembelajaran IPS ini diharapakan mampu menciptakan insan – insan yang memiliki potensi, moral, etika, serta jiwa semangat yang tangguh dalam rangka menghadapi kehidupan masyarakat Tjandra, dkk. (2005 : 7). Tujuan pembelajaran IPS dapat tercapai dengan baik jika hasil belajar IPS siswa sesuai dengan standar yang diharapkan. Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya Sudjana (2004: 22). Gagne 1977 (dalam Ekawarna, 2009: 40), hasil belajar bukan merupakan proses tunggal, melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku, dimana tingkah laku tersebut merupakan hasil dari efek kumulatif dari belajar. Artinya banyak keterampilan yang telah dipelajari memberikan sumbangan bagi belajar keterampilan yang lebih rumit. Dimanti dan Moedijiono (2006: 3) menyatakan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar atau tindak mengajar. Menurut Uno (2011: 213) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya. Hasil observasi di SD Gugus Letda Kajeng pembelajaran IPS memperlihatkan proses pembelajaran teacher centered (semua pembelajaran berpusat kepada guru). Pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran adalah pembelajaran konvensional yang artinya suatu pembelajaran yang digunakan kurang bervariasi, serta kurangnya guru menggunakan media – media pembelajaran dalam membelajarkan siswa, akibatnya aktivitas siswa terbatas pada mendengarkan ceramah guru, dan mengerjakan soal – soal latihan di LKS (Lembar Kerja Siswa). Siswa belum mampu memberikan contoh dan menjelaskan kembali materi yang dipelajari. Sehingga hasil belajar IPS masih jauh dari harapan. Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi permasalahan – permasalahan tersebut harus segera diatasi melalui pemilihan model pembelajaran, maupun media pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan hasil yang optimal. Suatu upaya yang dilakukan dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audiovisual sebagai media pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam penerapannya di kelas memiliki kelebihan yaitu siswa mengalami proses berfikir secara
kritis dan analisis untuk menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan, dengan bimbingan guru jika siswa mengalami kesulitan di dalam proses pembelajaran. Siswa dilibatkan secara aktif, baik hand-on maupun minds-on, dalam menemukan konsep saat pembelajaran IPS . Melakukan lebih baik dibandingkan hanya mendengarkan karena dengan melakukan, siswa dapat memperoleh pengalaman belajar secara langsung fist hand experience. Media sebagai sumber belajar membantu dalam proses pembelajaran juga diartikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari penerima sehingga merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta kemauan peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi dalam rangkai mencapai tujuan pembelajaran Sukami (2012 : 29). Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa pemilihan model maupun media dalam proses pembelajaran sangatlah penting dilakukan oleh guru untuk membelajarkan peserta didik di dalam kelas khususnya pada mata pelajaran IPS. Sehingga hasil belajar dapat dicapai sesuai harapan yang diinginkan. METODE Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual terhadap hasil belajar IPS, dengan memanipulasi variabel bebas sedangkan variabel lain tidak bisa dikontrol secara ketat sehingga desain penelitian yang digunakan adalah desain eksperimen semu (quasy exsperiment). Desain eksperimen semu yang digunakan dalam penelitian ini adalah non equivalent control group design (Emzir, 2007; Campbell & Stanle, 1996). Dalam suatu penelitian populasi dan sampel memiliki hubungan saling keterkaitan Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian Trianto (2010 : 255). Populasi merupakan keseluruhan objek dalam suatu penelitian (Agung, 2011:47). Sedangkan Isaac (dalam Darmadi, 2011) mengemukakan bahwa populasi merupakan elemen
penelitian yang hidup dan tinggal bersamasama dan secara teoritis menjadi target penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2010 : 117) menyatakan bahwa populasi adalah adalah objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas V SD Gugus Letda Kajeng Tahun Ajaran 2013/2014. Sampel adalah wakil dari populasi yang akan diteliti Arikunto (2010 : 174). Sedangkan Sukmadinata (2010:250) menyatakan sampel merupakan semua bagian dari populasi (contoh) untuk dijadikan sebagai bahan penelahan dengan harapan contoh yang diambil dan populasi tersebut dapat mewakili (representative) terhadap populasi. Sampel merupakan bagian dari populasi untuk dijadikan sebagai bahan penelahan dengan harapan contoh yang diambil dari populasi tersebut dapat mewakili populasi (Supangat, 2008:4). Sampel dalam penelitian ini adalah kelas V A SD Negeri 14 Pemecutan sebagai kelompok eksperimen dan Kelas V B SD Negeri 4 Pemecutan sebagai kelompok kontrol. Kelas V A SD Negeri 14 Pemecutan sebagai kelompok eksperimen yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio – visual dan kelas V B SD Negeri 4 Pemecutan sebagai kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Pemilihan sampel tersebut dilakukan dengan teknik Random Sampling. Setelah menentukan sampel dalam penelitian ini, selanjutnya dilakukan uji kesetaraan sampel untuk mengetahui tingkat kesetaraan antara kedua sampel. Dalam uji kesetaraan tersebut menggunakan nilai pre test (nilai test sumatif) yang dianalisis dengan uji-t. Sebelum dilakukan uji-t terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitas. Uji normalitas dilakukan untuk meyakinkan bahwa uji statistik yang digunakan dalam uji hipotesis benar-benar bisa dilakukan. Hal ini penting, karena jika
data tidak normal maka uji-t tidak bisa dilakukan. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan chi-kuadrat ( ). Hasil perhitungan uji menunjukan bahwa lebih kecil dari untuk semua kelompok. Maka diterima (gagal ditolak) ini berarti kedua data berdistribusi normal. Uji homogenitas bertujuan untuk meyakinkan bahwa perbedaan yang diperoleh dari uji-t benar-benar berasal dari perbedaan antar kelompok, bukan disebabkan perbedaan di dalam kelompok. Uji homogenitas varians dalam penelitian ini menggunakan uji Havley (uji-F) dengan kriteria data homogen jika < . Hasil perhitungan uji F menunjukan bahwa lebih kecil dari berarti varians data hasil belajar IPS siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, dengan derajat kebebasan dk = 73 dan taraf signifikan 5% diperoleh ttabel = 2,00 sedangkan thitung =0,52. Ini berarti thitung lebih kecil dari ttabel (0,52 < 2,00), maka diterima dan ditolak, ini berarti tidak terdapat perbedaan secara signifikan antara dua kelompok penelitian dengan kata lain kedua kelompok setara. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Sugiono (2012: 4) menjelaskan bahwa variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut. Pada penelitian ini variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas Sugiyono (2012 : 4). Selanjutnya menurut Hamid (2011 : 21) variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab munculnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audiovisual yang diterapkan pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional yang diterapkan pada kelompok kontrol. Variabel terikat adalah variabel (depedent variabel) yang dipengaruhi atau variabel
yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas Hamid (2011 : 21). Selanjutnya menurut Sugiyono (2012 : 4) menyatakan bahwa variabel terikat merupakan faktorfaktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul, atau tidak muncul, atau berubah sesuai diperkenalkan oleh peneliti. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPS siswa kelas V. Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi data hasil belajar IPS. Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan pada siswa kelas V SD Gugus Letda Kajeng Tahun Ajaran 2013/2014 yang menjadi anggota sampel. Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan metode tes dan lembar observasi penilaian karakter. Tes sebagai alat penilaian menurut Sudjana (1995: 35) adalah pernyataan-pernyataan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tertulis) dan dalam bentuk perbuatan (tes tindakan) untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif yang berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sudjana (2011:84) mengemukan bahwa observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya atau juga dalam situasi buatan. Setelah instrument penelitian tersusun kemudian dilakukan uji coba instrument untuk mendapatkan gambaran secara empirik tentang kelayakan instrumen penelitian. Tes hasil belajar yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari 29 butir soal. Uji coba instrumen yang dilakukan adalah uji validitas isi dan uji validitas empirik. Uji validitas isi dilakukan dengan cara menyesuaikan butir tes dengan indikator dan standar kompetensi, uji validitas isi dilakukan dengan membuat blue – prit atau kisi-kisi soal yang dikonsultasikan dengan expert. Sedangkan uji validitas empirik adalah ketepatan mengukur yang
didasarkan pada hasil analisis yang bersifat empirik, dengan kata lain validitas empirik merupakan dilakukan dengan dianalisis melalui uji Validitas tes, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan reabilitas tes. Selanjutnya pelaksanaan penelitian dilakukan dengan perlakuan terhadap masing kelompok sampel yakni menerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual pada kelompok eksperimen dan menerapkan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Setelah diberikan perlakuan, kedua kelompok sampel tersebut diberikan post test. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar IPS siswa secara kognitif. Dan untuk memperoleh hasil belajar IPS siswa secara afektif diperoleh dengan menggunakan lembar observasi penilaian karakter. Melalui post test dan lembar observasi penilaian karakter tersebut data yang diperoleh kemudian diuji dengan uji prasyarat analisis data yang meliputi uji normalitas, dan uji homogenitas varians. Uji normalitas sebaran data dilakukan untuk mengetahui sebaran data skor hasil belajar IPS siswa masingmasing kelompok berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan rumus chisquare. Sedangkan uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok dengan menggunakan uji F. Setelah uji prasyarat dilakukan kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah uji-t sampel tidak berkolerasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan untuk uji prasyarat analisis data hasil belajar IPS diperoleh nilai rata – rata hasil belajar IPS kelompok eksperimen adalah = 74,45 dengan varians adalah S2= 201,53 dan standar deviasi adalah SD= 14,2. Sedangkan nilai rata – rata hasil belajar IPS kelompok kontrol adalah = 57,74 dengan varians
adalah S2= 157,94 dan standar deviasi adalah SD= 12,56. Uji normalitas sebaran data hasil belajar IPS dengan menggunakan rumus chi kuadrat diperoleh hasil belajar IPS kelompok eksperimen adalah X2hitung= 2,41 dan utuk X2tabel= 11,07 ini berarti bahwa X2hitung < X2tabel maka data hasil belajar IPS pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan chi kuadrat data hasil belajar IPS kelompok kontrol adalah X2hitung= 3,78 dan untuk pada taraf signifikansi 5% dan dk (6-1)= 5 maka X2tabel= 11,07 ini berarti bahwa X2hitung < X2tabel, maka data hasil belajar IPS setelah dianalisis menggunakan rumus Chi-Kuadrat baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol berdistribusi normal.
Uji homogenitas dilakukan untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji hipotesis benar – benar terjadi akibat adanya perbedaan dalam kelompok. Uji homogenitas untuk kedua kelompok digunakan uji F dari Havley. Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung= 1,27 dan Ftabel dengan pembilang 37 dan dk penyebut 36 dengan taraf kesalahan 5%=1,72. Ini berarti Fhitung= 1,27 < Ftabel= 1,72 sehingga hasil belajar IPS memiliki varians yang homogen. Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis data hasil belajar IPS berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan statistik parametrik yaitu uji-t. Berikut disajikan rekapitulasi hasil analisis data dengan menggunakan uji-t pada Tabel 1.
Tabel 1. Tabel Rekapitulasi Analisis Uji-t Kelompok Eksperimen Kontrol
N 37 38
Dk 73
X 74,45 57,74
S 201,53 157,94
Berdasarkan kriteria pengujian 5% diperoleh hasil thitung= 5,58 ttabel= 2,00 maka Ho ditolak Ha diterima. Simpulan dari hasil pengujian hipotesis yaitu terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual dengan yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Letda Kajeng Tahun Ajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil analisis data penelitian pada kedua kelompok diperoleh bahwa nilai rata – rata hasil belajar IPS pada kelompok eksperimen = 74,45 dan kelompok kontrol adalah = 57,74. Selanjutnya data hasil belajar diuji dan diperoleh hasil thitung= 5,58 > ttabel= 2,00 sehingga hasil menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model
thitung 5,58
ttabel 2,00
Kesimpulan thitung > ttabel (Ho ditolak Ha diterima)
pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensioanal pada siswa kelas V SD Gugus Letda Kajeng Tahun Ajaran 2013/2014. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar IPS antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Pada siswa kelompok eksperimen diketahui nilai rata-rata hasil belajar IPS lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada kelompok kontrol yaitu 57,45 berbanding dengan kelompok eksperimen 74,45. Hal yang menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar IPS yang signifikan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual dengan pembelajaran konvensional dapat disebabkan adanya perbedaan perlakuan atau treatment dalam proses pembelajaran,
sumber belajar serta metode pembelajaran dari kedua kelompok. Adapun ciri-ciri dari model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio visual menurut Suastra (2009: 77-78) yaitu: 1) menggunakan keterampilan proses, 2) waktu tidak jadi masalah, tidak ada keharusan menyelesaikan unit tertentu dalam waktu tertentu, 3) jawaban – jawaban yang dicari terlebih dahulu tidak diketahui terlebih dahulu jawabannya. Jawaban-jawaban ini tidak ditemukan dalam buku pelajaran, sebab buku-buku pelajaran dan buku-buku petunjuk yang dipilih berisi saran dan petunjuk untuk menemukan jawabannya, bukan memberi jawaban. 4) anak-anak berhasrat sekali untuk menemukan pemecahan maslah, 5) proses belajar mengajar berpusat kepada pertanyaan “mengapa”, “bagaimana kita mengetahui”, dan pertanyaan seperti,” betulkah kesimpulan kita ini sering pula temukan, 6) suatu masalah ditemukan lalu dipersempit, hingga terlihat kemungkinan masalah tersebut dapat dipecahkan permasalahannya, 7) hipotesis dirumuskan oleh siswa, atau penyelidik, 8) para siswa mengusulkan cara-cara pengumpulan data dengan melakukan penyelidikan, membaca, menggunakan sumber-sumber belajar lainnya, 9) semua usulan dinilai bersama. Bila mungkin ditentukan pula asumsi-asumsi, keterbatasan-keterbatasan serta kesukarankesukaran, 10) para siswa melakukan penyelidikan secara individu ataupun kelompok-kelompok, 11) para siswa mengolah data sehingga sampai pada kesimpulan sementara, juga diusahakan untuk memberikan uraian-uraian secara ilmiah. Pada model pembelajaran inkuiri terbimbing adapun sintaks-sintak pada model pembelajaran yaitu: (1) Elasitasi gagasan awal siswa (sebelum inkuiri), (2) pengujian gagasan awal siswa (selama inkuiri), (3) negosiasi makna (setelah inkuiri), (4) penerapan konsep pada situasi baru, (5) pembuatan kesimpulan atau refleksi. Selain itu model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual juga memiliki keunggualan yang mendukung berhasilnya penelitian yang telah dilakukan. Menurut
(Wartono, 2003) yaitu: a) model pembelajaran inkuiri terbimbing meningkatkan potensi intelektual siswa. Hal ini dikarenakan siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari permasalahan yang diberikan dari pengalaman dan pengamatan sendiri, b) ketergantungan siswa terhadap kepuasan ekstrinsik bergeser kepuasan intrinsik. Siswa yang telah berhasil menemukan sendiri sampai dapat memecahkan masalah yang dapat meningkatkan kepuasan intlektualnya, c) siswa memperoleh pengetahuan yang sifatnya penyelidikan karena terlibat langsung dalam proses penemuan, d) belajar melalui inkuiri terbimbing dapat memperpanjang ingatan siswa, pengetahuan yang diperoleh melalui pemikiran sendiri akan lebih mudah diingat, e) pembelajaran akan menjadi terpusat kepada siswa, salah satu prinsif psikologi belajar yang menyatakan bahwa semakin besar keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran maka semakin besar pula kemampuan belajar siswa tersebut. Dalam pembelajaran inkuiri tidak hanya ditunjukkan untuk belajar konsep-konsep dan prinsip-prinsip saja tetapi juga belajar pengarahan diri, tanggung jawab, komunikasi dan sebagainya, f) model pembelajaran inkuiri terbimbing menghindarkan siswa pada belajar yang bersifat hafalan. Pembelajaran inkuiri terbimbing menekankan kepada siswa untuk menemukan makna lingkungan disekelilingnya. Hal tersebut yang membuat siswa dalam proses pembelajaran menjadi lebih aktif dan membuat hasil belajar siswa lebih optimal. Sedangkan pada pembelajaran konvensional tidak menggunakan sintaks yang pasti, namun pembelajaran konvensional lebih menyesuaikan dengan keadaan serta keinginan guru pada saat membelajarkan siswa. Sehingga siswa cenderung hanya sebagai pelaku belajar yang pasif. Secara operasional, kedua pembelajaran tersebut, diterapkan pada saat mengajarkan materi yang sama namun cara penyampaiannya yang berbeda. Maka pada penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual
dalam proses pembelajaran dapat dikatakan memberi pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan penerapan pembelajaran konvensional. Hasil dari penelitian ini memperkuat hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Evi (2012) dalam temuannya bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS dari siswa yang mengikuti pembelajaran inkuiri terbimbing dengan pembelajaran konvensional kelas V SD Negeri Cepit Sewon Bantul Tahun ajaran 2011/2012. Dalam penelitian tersebut nilai rerata hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dilihat dari rata-rata nilai siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model inkuiri yaitu 80,73 sedangkan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan konvensional memperoleh rerata 72,90. yakni (80,73> 72,90). PENUTUP Berdasarkan hasil analisis data diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen 74,45 lebih besar dari nilai rata-rata kelas kontrol 57,74. Hasil tersebut diperkuat dari perbedaaan dari t thitung= 5,58 > ttabel= 2,00, ini berarti terdapat perbedaaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audio-visual dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Letda Kajeng Tahun Ajaran 2013/2014. Adapun saran yang ingin disampaikan melalui penelitian ini, yaitu: 1) bagi sekolah dengan adanya penelitian ini, sekolah sebaiknya dapat lebih mengembangkan proses pembelajaran dengan menerapakan model pembelajaran yang bervariasi, 2) bagi guru dengan adanya penelitian ini, guru hendaknya menjadikan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media audiovisual sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat diterapakan dalam proses pembelajaran agar hasil belajar IPS siswa lebuh optimal, 3) bagi siswa dengan
adanya penelitian ini, siswa hendaknya lebih aktif dalam proses pembelajaran baik mata pelajaran IPS maupun mata pelajaran lainnya agar kemampuan yang dimiliki dapat dikembangakan dengan baik. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Surhasimi. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. BNSP, Standar Isi: Badan Standar Nasional Pendidikan 2006. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan IPS. Jakarta: Bumi Aksara. Dimanti dan Moedijiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka. Ekawarna. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada. Emzir.
2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kulalitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Evi, Nuraini. 2012. “Pengaruh Model Inkuiri”. Tersedia pada http://eprints.uny.ac.id/7777/. (diakses tanggal 16 Februari 2013). Gunawan, Rudy. 2011. Pendidikan IPS (Filosofi, Konsep dan Aplikasi). Bandung: Alfabeta Hamid, Darmadi. 2011. Metode penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sardijo, dkk. 2007. Pendidikan IPS SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Sisdiknas. 2006. Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokusmedia. Suastra, I Wayan. 2009. Pembelajaran Sains Terkini. Singaraja: UNDIKSHA.
Sudjana.
2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Rosdakarya.
Sudjana, Nana. 1991. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Supangat, Andi. 2008. Statistika. Jakarta :Prenada Media Group Tjandra, Made, dkk. 2005. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Jurusan PGSD FIP IKIP Singaraja.
-------. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya.
Trianto.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta.
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
-------. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif dan R&D. Badung: Alfabeta. Sukami.
2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: PT Pustaka Isan Madani.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Badung: PT Remaja Rosdakarya. Sumaatmaja, dkk. 2008. Konsep Dasar IPS. Jakarta: Universitas Terbuka
2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana. Media Group.
Uno, Hamzah B. 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Menyenangkan. Jakarta: Bumi Aksara. UU RI No. 20 Th. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Putaka Pelajar. Wartono. 2003. “Kelebihan dan Kekurangan Inkuiri Terbimbing”. Tersedia pada http://id.shvoong.com/socialsciences/education/2253992kelebihan-dan-kekurangan-modelpembelajaran/#ixzz2KOhufmrp (diakses tanggal 10 Februari 2013).