Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERBANTUAN MIND MAPPING BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD GUGUS III GIANYAR
Ni Pt Harini Adiyatmaningsih1, I Md Suara2, M.G Rini kristiantari3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan mind mapping dan siswa yang dibelajarkan secara konvensional pada siswa kelas V Gugus III Gianyar. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu yakni nonequvalent control group desain. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas V di Gugus III Gianyar yag berjumlah 232 orang siswa. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik random sampling, yang diuji kesetaraannya dengan teknik matching sehingga diperoleh siswa siswa kelas V SD Negeri 2 Bitera sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas V SD Negeri 3 Bakbakan sebagai kelompok kontrol yang masing-masing berjumlah 31 orang siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes. Tes yang digunakan adalah tes hasil belajar IPA dalam bentuk objektif tipe pilihan ganda biasa. Analisis data menggunakan metode analisis statistik uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, nilai rata-rata hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran model berbasis masalah berbantuan mind mapping lebih tinggi dibandingkan nilai ratarata hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t juga memperoleh hasil t hitung = 4,92 dan t tabel = 2,00 karena thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan anatara hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan mind mapping dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan mind mapping berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD gugus III Gianyar tahun pelajaran 2013/2014.
Kata-kata kunci: model pembelajaran berbasis masalah berbantuan mind mapping, hasil belajar IPA Abstract This study aimed to determine significant differences of science learning outcomes between students who learned by the problem besed learning model assisted mind mapping with students who learned by the conventional learning at fifth grade elementary school at Gugus III Gianyar. This study used quasi-
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) experimental design was Nonequvalent Control Group Design. The population of this study were all students at fifth grade elementary school students at Gugus III Gianyar District in 2013/2014 academic year with 232 students. The samples was obtained by using random sampling technique with the drawing result were the fifth grade students of SD Negeri 2 Bitera as the experimental group and fifth grade students of SD Negeri 3 Bakbakan as the control group which each of the group consisted of 31 students. The data was collected by the test method. The data analysis used the ttest statistical analysis. The results showed that the average value of students science learning outcomes who followed the problem besed learning model assisted mind mapping was higher than the average value of students learning outcomes who followed the conventional learning. Hypothesis testing used t-test also obtained the results of tcount = 4,92 and ttable = 2.00, because of tcount > ttable then Ho was rejected and Ha was accepted. This proves that there are significant differences science learning outcomes of students who followed problem besed learning model assisted mind mapping between students who followed the conventional learning. It can be concluded that the applied of the problem besed learning model assisted mind mapping was influenced to science learning outcomes of fifth grade elementary school students at Gugus III Gianyar District in 2013/2014 academic year. Key words : problem-based learning model, mind mapping , learning outcomes
PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan satu kegiatan yang melibatkan interaksi antara guru dan siswa, siswa dan siswa, serta siswa dan sumber belajar. Dengan adanya interaksi tersebut, siswa dapat membangun pengetahuan secara aktif dan mandiri, sehingga mencapai kompetensi yang diharapkan (Djamarah, 2006:76).Susanto(2013:169) menyatakan pada jenjang pendidikan sekolah dasar, siswa dibelajarkan sejumlah mata pelajaran salah satu diantaranya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Samatowa, (2010:3)
menyatakan bahwa “IPA merupakan mata pelajaran yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam”. IPA sangat berperan dalam proses pendidikan, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan motivasi siswa untuk belajar serta kemampuan siswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari serta membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu secara alamiah.
Pembelajaran IPA seharusnya dilaksanakan dengan baik dalam proses pembelajaran di sekolah mengingat pentingnya pelajaran tersebut. Tujuan utama pembelajaran IPA adalah agar siswa memahami konsep-konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode ilmiah, bersikap ilmiah untuk memecahkan masalahmasalah yang dihadapi sehingga mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka IPA perlu diajarkan dengan cara yang tepat dan dapat melibatkan siswa secara aktif yaitu melalui proses dan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA di sekolah dasar saharusnya menjadi wadah untuk mempersiapkan siswa agar dapat hidup di masyarakat yang lebih luas dengan baik dan benar, sehingga sekolah seharusnya tidak hanya menjadikan siswa itu hanya sekedar mencatat kemudian menghafal materi pelajaran tetapi harus melatih siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Gugus III Gianyar rendahnya hasil belajar IPA disebabkan karena model serta metode yang digunakan dalam pembelajaran kurang bervariasi, kondisi lingkungan yang kurang mendukung siswa dalam belajar, kurangnya penggunaan media
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) pembelajaran, serta dalam kegiatan pembelajaran siswa cenderung hanya mendengarkan penjelasan dari gurunya yang harus dihafalkan, sehingga siswa menjadi malas dan bosan. Keadaan ini menyebabkan pembelajaran IPA berlangsung secara monoton atau kurang bervariasi. Pembelajaran yang berlangsung secara monoton akan membuat siswa merasa bosan dan kurang memperhatikan pelajaran yang sedang disampaikan. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang masih dilakukan secara konvensional. Pembelajaran konvensional yang dilakukan secara terus menerus pada siswa menimbulkan masalah yang menyebabkan hasil belajar IPA tidak tercapai dengan baik. Untuk menciptakan suasana agar siswa lebih aktif belajar diperlukan kemauan dan kemampuan guru dalam mengambil keputusan yang tepat dengan situasi belajar yang diciptakan dan mempertimbangkan kondisi pengajaran yang diprediksi dapat mempengaruhi pencapaian kompetensi belajar. Untuk mendesain kegiatan pembelajaran yang dapat merangsang hasil belajar yang efektif dan efisien dalam setiap materi pelajaran memerlukan suatu model pembelajaran yang menarik dan mendorong siswa aktif dalam proses pembelajaran. Melalui model pembelajaran berbasis masalah berbantuan mind mapping diharapkan dapat membantu guru menciptakan suatu pembelajaran yang mudah dipahami oleh siswa, dengan begitu pembelajaran yang dilakukan akan menjadi lebih hidup, variatif, dan membiasakan siswa memecahkan permasalahan dengan cara memaksimalkan daya pikir dan kreatifitas, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dalam situasi yang menyenangkan dan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. Dengan demikian hasil belajar siswa dapat meningkat. Model Pembelajaran Berbasis Masalah kiranya merupakan alternatif untuk memenuhi kebutuhan siswa, sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan, penalaran, dan keterampilannya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran
IPA. Suyatno (2009:9) menyatakan "pembelajaran yang dimulai dari masalah akan melatih siswa belajar suatu konsep dan prinsip sekaligus memecahkan masalah, selain itu siswa tidak hanya sekedar menerima informasi dari guru saja, karena dalam hal ini guru sebagai motivator dan fasilitator yang mengarahkan siswa agar terlibat secara aktif dalam seluruh proses pembelajaran dengan diawali pada masalah yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari.” Trianto (2010:96) menyatakan keunggualan Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai suatu model pembelajaran adalah:a) Realistik dengan kehidupan siswa: b) konsep sesuai dengan kebutuhan siswa: c) memupuk sifat inquiri siswa: d) retensi konsep jadi kuat: e) memupuk kemampun memecahkan masalah. Sedangkan menurut Sanjaya (2009:258) mengungkapkan keunggulan dari model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah:a)Menantang kemampuan siswa serta memberi kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa, b) meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa, c) membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata d) merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi secara tepat. Rusman (2012:232) juga mengemukakan beberapa ciri-ciri dari model Pembelajaran Berbasis Masalah yaitu: a)Permasalahan menjadi starting point dalam belajar; b) Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur; c) Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective); d) Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;e) Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama; f) Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam model Pembelajaran
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Berbasis Masalah; g) Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif; h) Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan; i) Keterbukaan proses dalam model Pembelajaran Berbasis Masalah meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar; dan j) Model Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar. Menurut Arends (dalam Ngalimun, 2012:96) menyatakan model Pembelajaran Berbasis Masalah terdiri dari 5 (lima) langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut yakni: 1) Orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau mendemonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih; 2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar. Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut; 3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah; 4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya; 5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk mlelakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Selain menggunakan model yang lebih variatif dan inovatif, guru juga perlu
mengembangkan pola pikir siswa dalam menggali ide-ide kreatif dalam menunjang kegiatan pembelajaran, salah satunya dengan menggunakan mind mapping. Buzan (2011:33) mengemukakan mind mapping adalah cara kreatif bagi siswa secara individual untuk menghasilkan ideide, mencatat pelajaran, atau merencanakan penelitian baru. Siswa dibimbing untuk membuat peta pikiran, mereka akan menemukan kemudahan untuk mengidentifikasi secara jelas dan kreatif apa yang telah mereka pelajari dan apa yang sedang mereka rencanakan. Sehingga pembelajaran yang dilakukan akan menjadi lebih hidup, variatif, dan membiasakan siswa memecahkan permasalahan dengan cara memaksimalkan daya pikir dan kreatifitas. Menurut Buzan (2011: 34), terdapat 5 langkah dalam membuat mind mapping, yaitu yakni: a) Pergunakanlah selembar kertas kosong tanpa garis dan beberapa pulpen berwarna. Pastikanlah kertas tersebut diletakkan menyamping. b) Buatlah sebuah gambar yang merankum subjek utamamu ditengah-tengah kertas. Gambar itu melambangkan topik utamamu. c) Buatlah beberapa garis tebal berlekuk-lekuk yang menyambung dari gambar di tengah kertas, masingmasing untuk setiap ide utama yang ada mengenai subjekmu. Cabang-cabang utama tersebut melambangkan subjek topik utamamu. d) Berilah nama pada setiap ide di atas dan, bila kamu mau, buatlah gambar-gambar kecil mengenai masing-masing ide tersebut-hal ini menggunakan dua sisi otak. Setiap kata dalam mind map akan digaris bawahi. Hal ini karena kata-kata merupakan kata-kata kunci, dan pemberian garis bawah, seperti pada catatan biasa, menunjukkan tingkat kepentingannya.e) Dari setiap ide yang ada, kamu bisa menarik garis penghubung lainnya, yang menyebar seperti cabang-cabang pohon. Tambahkan buah pikirannmu ke setiap ide tadi. Cabang-cabang tambahan ini melambangkan detail-detail yang ada. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti memandang perlu untuk melakukan kajian tentang model pembelajaran yang paling efektif mencapai hasil belajar IPA
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) siswa yang optimal, maka dilakukan pengujian menggunakan Model Pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Mind Mapping terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus III Kecamatan Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014. METODE Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian eksperimen. Mengingat tidak semua variabel (gejala yang muncul) dan kondisi eskperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat, maka penelitian ini dikategorikan penelitian menggunakan desain eksperimen semu (quasi experiment) dengan jenis desain non-equivalent control group design. Rancangan ini dipilih karena selama eksperimen tidak memungkinkan mengubah kelas yang ada. Menurut Sugiyono(2012:443) “dalam kuasi eksperimen terdapat kelompok kontrol dan kelompok ekspermen. Dalam menentukan kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak memungkinkan mengubah kelas yang telah ada. Untuk kelompok eksperimen diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan mind mapping, sedangkan untuk kelompok kontrol diberikan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran konvensional. Data hasil belajar IPA dalam penelitian ini diambil dari dari skor posttest saja. Posttest dilakukan pada akhir eksperimen. Dengan demikian penelitian ini mengambil skor pretest sebagai penyetaraan dengan menggunakan soal-soal yang mengacu pada pelajaran sebelum diberikan treatment pada kelompok siswa. Dalam suatu penelitian populasi dan sampel memiliki hubungan saling keterkaitan. Populasi merupakan sekumpulan objek atau subjek pada suatu tempat yang memiliki karakteristik tertentu dan ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sugiyono (2012:80), menyatakan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Gugus III kecamatan Gianyar dengan jumlah 232 siswa yang terdiri dari tujuh Sekolah Dasar, yaitu kelas V SD Neger 1 Bitera, kelas V SD Negeri 2 Bitera, kelas V SD Negeri 3 Bitera, kelas V SD Negeri 4 Bitera, kelas V SD Negeri 1 Bakbakan, kelas V SD Negeri 2 Bakbakan, dan kelas V SD Negeri 3 Bakbakan. Dari informasi yang diperoleh dari ketua gugus dan masing-masing kepala sekolah dinyatakan masing-masing kelas setara, tidak ada kelas unggulan maupun non unggulan. Sugiyono(2012:118)mengemukakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik dimiliki oleh populasi tersebut. Arikunto (2010:109) menyebutkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel yang dipilih adalah dua kelas, yaitu satu kelompok eksprimen dan satu kelompok kontrol. Pemilihan sampel tidak dilakukan pengacakan individu, karena tidak bisa mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling. Teknik random sampling adalah teknik penentuan sampel secara acak (Sukardi, 2011:58). Penentuan sampel dalam penelitian ini tidak dilakukan dengan pengacakan terhadap individu, tetapi dilakukan dengan pengacakan terhadap kelas atau yang dirandom adalah kelas dengan tidak mengubah kelas yang ada. Pengambilan sampel dengan teknik random sampling pada penelitian ini dilakukan dengan cara undian. Di mana, setiap kelas mendapatkan kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Kelas yang akan dirandom merupakan kelas dalam jenjang yang sama. Kelas-kelas tersebut adalah kelas V dari masing-masing sekolah dasar di Gugus III Kecamatan Gianyar. Ketujuh kelas yang ada dirandom untuk menentukan dua kelas sebagai sampel penelitian. Kemudian dari dua kelas tersebut diuji kesetaraannya
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) menggunakan teknik matching. Berdasarkan hasil matching diperoleh sebanyak 31 pasang siswa yang memiliki nilai pretets yang sama. Dengan demikan sampel yang digunakan dalam penelitian berjumlah 62 siswa Selanjutnya kedua kelas yang sudah setara kembali diundi untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dimana kelas pertama sebagai kelompok eksperimen yaitu kelas V SD Negeri 2 Bitera yang mendapat perlakuan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan mind mapping dan kelas kedua sebagai kelompok kontrol yakni sd negeri 3 bakbakan yang mendapat perlakuan pembelajaran konvensional. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variable yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi dan menjadi penyebab perubahan atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis masalah berbantuan mind mapping. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil Belajar IPA . Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan adalah data hasil belajar IPA pada ranah kognitif. Data hasil belajar pada ranah kognitif dikumpulkan dengan menggunakan metode tes objektif bentuk pilihan ganda biasa. Metode tes merupakan cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang dites (testee), dan tes tersebut dapat menghasilkan suatu data berupa skor (data interval). Tes sebagai alat pengumpulan data merupakan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa (Sudjana, 2009: 35). Tes yang dikumpulkan yakni tes hasil belajar IPA melalui pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan mind
mapping maupun menggunakan pembelajaran konvensional. Instrumen atau perangkat tes yang digunakan adalah tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa sebanyak 33 butir tes. Pada setiap butir tes terdapat empat alternatif jawaban yang dapat dipilih siswa yaitu a, b, c, dan d. pada setiap butir diberikan skor satu apabila siswa mampu menjawab dengan benar sesuai kunci jawaban. Skor nol untuk siswa yang menjawab salah. Kisi-kisi dan tes disusun dan dikonsultasikan dengan ahli. Setelah instrument tersusun, terlebih dahulu diuji validitas,daya beda, tingkat kesukarannya dan reliabilitas. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2012:144). Berdasarkan hasil analisis validitas dan daya pembeda dari 50 butir, diperoleh 33 butir yang valid dan 17 butir yang tidak valid. Kemudian 33 butir tes dianalisis tingkat kesukarannya, tingkat kesukaran dipandang sebagai kesanggupan atau kemampuan siswa menjawab tes yang diberikan. Tingkat kesukaran suatu butir soal dinyatakan dengan bilangan yang disebut indeks kesukaran (difficulty indexs). Setelah dilakukan uji tingkat kesukaran dari 33 soal terdapat 10 butir soal yang termasuk dalam kriteria sukar, 22 butir soal yang termasuk dalam kriteria sedang, 18 butir soal yang termasuk dalam kriteria mudah. Uji daya beda butir soal hanya digunakan pada butir soal yang valid saja. Berdasarkan perhitungan daya pembeda soal, maka ditentukan kategori soal yang jelek sampai dengan soal yang baik. Berdasarkan rekapitulasi hasil uji daya beda butir tes diperoleh soal yang memiliki kriteria sangat jelek 0, jelek 2, cukup 15, baik 16, sangat baik 0. Dalam penelitian ini banyaknya soal yang akan digunakan untuk penelitian adalah 30 butir soal yang akan dijadikan instrument dalam mengukur hasil belajar IPA. Sedangkan menentukan kelompok atas dan kelompok bawah adalah dengan mengambil masing-masing 27% dari jumlah sampel untuk kelompok atas dan kelompok bawah. Proses penentuan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) kelompok atas dan kelompok bawah dari testee adalah dengan cara mengurutkan skor setiap testee, dari skor tertinggi sampai skor terendah. Kemudian diambil 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah. Selanjutnya 33 butir tes di uji reliabilitasnya dengan rumus KuderRichardson (KR). Dimana untuk tes yang bersifat dikotomi dan heterogen ditentukan dengan rumus KuderRichardson 20 atau KR-20. Uji reliabilitas dari 33 butir diperoleh r11= 0,81 artinya koefisien perangkat tes memiliki reliabilitas dengan kategori tinggi. Data hasil belajar IPA yang telah terkumpul dianalisis menggunakan metode statistik. Sebelum data dianalsis dilakukan uji prasyarat analisis. Uji prasyarat analisis, tersebut adalah uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Uji normalitas sebaran data dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran data skor hasil belajar IPA siswa masing–masing kelompok berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas sebaran data digunakan rumus chi-kuadrat. Kemudian hasil analisis dengan menggunakan rumus chi kuadrat (X2) dibandingkan dengan tabel dengan kriteria hitung lebih kecil atau sama dengan harga Chi Kuadrat tabel dengan derajat kebebasan (dk)= k-1 dan taraf signifikan 5%, maka data dinyatakan berdistribusi normal. Untuk menguji homogenitas varians kedua kelompok digunakan uji F dari Havley yaitu varians terbesar dibagi dengan varian terkecil. Kriteria pengujian homogenitas varians adalah jika Fhitung < Ftabel, maka data memiliki varians yang homogen dengan derajat kebebasannya adalah n-1. Setelah melakukan uji prasyarat analisis, kemudian dilakukan uji hipotesis. Untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan, digunakan analisis uji-t. HASIL DAN PEMBAHASAN Data tentang hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen dan kontrol diperoleh setelah melaksanakan proses pembelajaran melalui tes akhir atau posttest. Data yang telah dikumpulkan
dianalisis sesuai dengan teknik analisis data yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil perhitungan menunjukkan nilai hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui model pembelajaran berbasis masalah berbantuan mind mapping lebih besar dari nilai hasil belajar IPA kelompok kontrol, yakni sebesar 79,29 dengan nilai maksimal sebesar 97 dan nilai minimal 57. Standar deviasi kelompok eksperimen adalah 10,87 dan variansnya 122,36. Berdasarkan perbandingan nilai KKM yakni 65 pada gugus tersebut terdapat 12,9% atau 4 orang siswa yang memperoleh hasil belajar IPA di bawah KKM, 87,1% atau 27 orang di atas KKM. Sedangkan nilai rata-rata hasil belajar IPA pada kelompok kontrol sebesar 66,9 dengan nilai maksimal 87 dan nilai minimal 53 dengan standar deviasi adalah 9,6 dan varian 92,69. Berdasarkan perbandingan nilai KKM yakni 65 pada gugus tersebut terdapat 48,95% atau 15 orang siswa yang memperoleh hasil belajar IPA di bawah KKM, 51,61% atau 16 orang di atas KKM. Sebelum analisis data penelitian dilakukan, terlebih dahulu diuji prasyarat analisis berupa uji normalitas sebaran data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan kurva normal, kelas interval, frekuensi observasi (fo) dan frekuensi empirik (fe) dari data hasil belajar IPA siswa pada kelompok eksperimen diperoleh
2 hit
=
=
4,97 sedangkan untuk taraf signifikan 5% (α= 0,05) dan derajat kebebasan (dk)= 5 2 2 diperoleh tabel = (α=0,05, 5) = 11,07 karena 2hit = 4,97< 2tabel (α=0,05, 5) = 11,07 maka H0 diterima. Ini berarti sebaran data hasil belajar IPA siswa pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan berdasarkan kurva normal, kelas interval, frekuensi observasi (fo) dan frekuensi empirik (fe) dari data hasil belajar IPA siswa pada 2 kelompok kontrol diperoleh = hit = 4,87 sedangkan untuk taraf signifikansi 5% (α= 0,05) dan derajat kebebasan (dk) = 5 diperoleh 2tabel = 2 2 = 11,07 karena = (α=0,05, 5) hit
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) 4,87< 2tabel (α=0,05, 5) = 11,07 maka H0 diterima. Ini berarti sebaran data hasil belajar IPA siswa pada kelompok kontrol berdistribusi normal. Uji homogenitas varians yang digunakan dalam penelitian ini adalah Anava Havley atau uji-F. Uji homogenitas varians bertujuan untuk menguji apakah sebaran datanya homogeny atau tidak, dengan membandingkan variansnya. Dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung = 1,48 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan db pembilang = 31 dan db penyebut = 31 adalah 1,28. Ini berarti Fhitung = 1,28< Ftabel (31,31) = 1,48 maka Ho diterima sehingga data hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen dan kontrol memiliki varians yang homogen.
Berdasakan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians, diketahui bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Dengan demikian uji hipotesis dengan menggunakan uji-t dapat dilakukan. Uji-t yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan rumus polled varians dengan kreteria pengujian atau uji signifikansinya adalah jika thitung< ttabel, maka H0 diterima (gagal ditolak) dan Ha ditolak, sebaliknya jika thitung ≥ ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) taraf kepercayaan 95% dengan dk = n1+ n2- 2. Berikut disajikan rekapitulasi hasil analisis data dengan menggunakan uji-t. pada Tabel 1. Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Uji-t
Kelompok Eksperimen Kontrol
79,29 66,9
s2
N
118,28
31
92,69
31
Berdasarkan tabel diatas, pada taraf signifikan 5% dan dk=60 nilai ttabel= 2,00. Dari analisis uji-t diperoleh nilai thitung=4,92> ttabel=2,00, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menyebutkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan mind mapping dan siswa yang dibelajarkan secara konvensional pada siswa kelas V SD Gugus III Gianyar tahun pelajaran 2013/2014. Dari hasil analisis diperoleh sampel dalam penelitian ini yakni kelas V SD Negeri 2 Bitera sebagai kelompok eksperimen yang terdiri dari 31 orang siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan mind mapping dan kelas V SD Negeri 3 bakabakan sebagai kelompok kontrol yang terdiri dari 31 orang siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Pemberian treatment diberikan sebanyak 6 kali pertemuan pada masing-masing
thitung
ttabel
4,92
2,000
Kesimpulan thitung > ttabel (H0 ditolak, Ha diterima)
kelompok, dan pada akhir treatment diberikan posttest untuk memperoleh data hasil belajar IPA. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbnatuan mind mapping dan siswa yang dibelajarkan secara konvensional. Perbedaan ini dapat dilihat dari hasil belajar IPA kelompok eksperimen memperoleh rata-rata sebesar 79,29, sednagkan pada kelompok kontrol memperoleh memperoleh rata-rata sebesar 66,9. Selain itu, dari hasil analisis data diperoleh thitung sebesar 4,92. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel dengan dk = 31 + 31 – 2 = 60 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh nilai ttabel = 2,00. Jadi, berdasarkan hasil analisis tersebut diketahui thitung > ttabel (4,92>2,00) sehingga dinyatakan bahwa perbedaan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah signifikan. Hasil penelitian ini membuktikan kebenaran hipotesis yang telah diajukan yaitu, terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan mind mapping dan siswa yang dibelajarkan secara konvensional. Perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disebabkan karena model pembelajaran berbasis masalah berbantuan mind mapping melibatkan siswa dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada siswa, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi menghadapi tantangan dalam kehidupan. Dengan berbantuan mind mapping dapat mengupayakan seorang siswa mampu menggali ide-ide kreatif dan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran berbasis masalah berbantuan mind mapping merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks. Sehingga pembelajaran yang dilakukan akan menjadi lebih hidup, variatif, dan membiasakan siswa memecahkan permasalahan dengan cara memaksimalkan daya pikir dan kreatifitas. Dengan demikian tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan dapat tercapai. Adapun kelebihan yang dimiliki dari model pembelajaran berbasis masalah menurut Sanjaya (2009) adalah: 1) Menantang kemampuan siswa serta memberi kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa 2) Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa 3) Membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah dalam
kehidupan nyata 4) Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi secara tepat. Berbeda dengan pembelajaran IPA yang menggunakan pembelajaran konvensional, selama proses pembelajaran siswa terlihat kurang aktif Kegiatan pembelajaran berlangsung di kelas dengan memberikan ceramah, tanya jawab dan evaluasi. Dengan pembelajaran seperti ini siswa tidak mempunyai kesempatan untuk menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang ditemui. Siswa akan merasa bosan dan jenuh sehingga tidak dapat menerima materi yang diajarkan dengan baik. Hasil temuan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2012), dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 3 Seraya Karangasem. Penelitian serupa juga dilakukan oleh I Made Supriadi (2013) menunjukkan bahwa model pembelajaran problem based learning (PBL) berbantuan media audiovisual mempengaruhi hasil belajar IPS Siswa Kelas IV SD Gugus Ubud Gianyar Tahun ajaran 2012/2013. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu sebagai berikut. (1)Hasil belajar IPA kelompok eksperimen yaitu siswa kelas V SD Negeri 2 Bitera yang dibelajarakan dengan menggunakan model pembelajaran pembelajaran berbasis masalah berbantuan mind mapping memperoleh nilai rata-rata sebesar 79,29 dengan perolehan nilai minimum sebesar 57 dan nilai maksimum sebesar 97. Berdasarkan perbandingan nilai KKM yakni 65 pada gugus tersebut terdapat 12,9% atau 4 orang siswa yang memperoleh hasil belajar IPA di bawah KKM, 87,1% atau 27 orang di atas KKM. (2) Hasil belajar IPA kelompok kontrol
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) yaitu siswa kelas V SD Negeri 3 Bakbakan yang mengikuti pembelajaran secara konvensional memperoleh nilai rata-rata sebesar 66,9 dengan perolehan nilai minimum sebesar 53 dan nilai maksimum sebesar 87. Berdasarkan perbandingan nilai KKM yakni 65 pada gugus tersebut terdapat 48,95 % atau 15 orang siswa yang memperoleh hasil belajar IPA di bawah KKM 51,61 % atau 16 orang di atas KKM.(3)Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model model pembelajaran berbasis masalah berbantuan mind mapping dan siswa yang dibelajarkan secara konvensional. Hal ini dapat dilihat berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t yang diperoleh thitung sebesar 4,92 dan ttabel sebesar 2,00 karena thitung>ttabel , maka Ho ditolak dan Ha diterima. Dilihat dari kriteria pengujian, ini berarti hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan mind mapping berbeda dengan siswa yang mengikuti pembelajaran secara konvensional. Selain itu dilihat dari nilai rerata hitung, ternyata kelompok eksperimen memiliki nilai rata-rata lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan mind mapping memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus III Kecamatan Gianyar Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan simpulan tersebut adapun saran yang disampaikan yaitu (1) agar penelitian ini menjadi acuan dalam meningkatkan kinerja guru dalam merancang pembelajaran dengan tujuan memperoleh hasil belajar yang optimal. Kepada guru yang mengajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas V pada khususnya disarankan untuk mampu mengembangkan inovasi pembelajaran dengan menerapkan strategi,pendekatan, model,dan metode yang mampu memberikan kontribusi yang baik terhadap hasil belajar siswa. Dengan penerapan model pembelajaran berbasis
masalah berbantuan mind mapping menjadi salah satu model yang dapat diterapkan guru dalam pembelajaran pada mata pelajaran IPA agar hasil belajar siswa menjadi lebih optimal. (2) bagi siswa-siwa di sekolah dasar agar lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan terus mengembangkan pemahamannya dengan membangun sendiri pengetahuan tersebut melalui pengalaman. (3) bagi guru-guru di sekolah dasar agar lebih berinovasi dalam pembelajaran dengan menerapkan suatu strategi pembelajaran yang inovatif dan didukung media pembelajaran yang relevan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa.(4) bagi sekolah-sekolah yang mengalami permasalahan rendahnya hasil belajar IPA, disarankan untuk mengimplementasikan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan mind mapping dalam pembelajaran di sekolah tersebut. (5) bagi peneliti yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran berbasis masalah berbantuan mind mapping dalam bidang IPA maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penilaian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi 2010. Jakarta: PT Rineka Cipta. -------, 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: PT Bumi Aksara. Buzan. 2011. Buku Pintar Mind Mapping. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Ngalimun.2012. Strategi dan Model Pembelajaran.Banjarmasin : Aswaja Pressindo Samatowa, Usman. 2010. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : PT. Indeks.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Sanjaya. 2009. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Kencana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.Bandung: Alfabeta. -------. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Bumi Aksara. Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Trianto. 2010. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Dan Profesi Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan. Jakarta : Kencana.