e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON-EXAMPLES BERBASIS LINGKUNGAN BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD NEGERI GUGUS KAPTEN JAPA Ni Nyoman Purna Dewi1, I Gst. Agung Oka Negara2, I Nengah Suadnyana3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Examples Non-Examples berbasis lingkungan dengan yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar Utara. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu dengan desain eksperimen “Nonequivalent Control Group Design”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar Utara. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Data yang dikumpulkan adalah hasil belajar IPA pada ranah kognitif. Data dikumpulkan melalui metode tes, yaitu tes hasil belajar IPA dengan bentuk objektif tipe pilihan ganda biasa. Data hasil belajar IPA dianalisis menggunakan statistik uji-t. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh t hit = 6,343 > ttab (α= 0,05, 65) = 2,000, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Examples Non-Examples berbasis lingkungan dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Dengan perbedaan nilai rata-rata hasil belajar IPA kelompok eksperimen sebesar 74,75 dan nilai rata-rata kelompok kontrol sebesar 70,50 serta hasil uji-t menunjukkan perbedaan yang signifikan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Examples Non-Examples berbasis lingkungan berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar Utara. Kata kunci : model pembelajaran Examples Non-Examples, lingkungan, hasil belajar. Abstract This study aims to determine significant differences in science learning outcomes between students who learned with the learning model Examples Non - Examples based environment with that learned through conventional teaching in the Elementary School fifth grade students Force Kapten Japa North Denpasar . This research is a quasi experimental study with experimental design " Nonequivalent Control Group Design " . The population in this study were all fifth grade students of SD Negeri Force Kapten Japa North Denpasar . Determination of the samples was done by using random sampling . The data collected is the result of learning in cognitive science . The data collected through testing method , namely the science achievement test with objective type multiple-choice. Science learning outcomes data were analyzed using statistical t-test . Based on the analysis of data , obtained thit = 6.343 > ttab ( α = 0.05 , 65 ) = 2.000 , then Ho is rejected and Ha is accepted . So it can be interpreted that there are significant differences between students' science learning outcomes are learned with the learning model Examples Non - Examples -based environment with student’s that learned through conventional learning . With the difference in the average value of science learning outcomes for the experimental group 74.75 and the average
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
value of the control group was 70.50 and the t-test results showed a significant difference , it can be concluded that the application of the learning model based Examples Non - Examples effect on the environment science learning outcomes elementary School fifth grade students Force Kapten Japa North Denpasar . Keywords : learning model Examples Non - Examples , environment , learning outcome
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan dengan sikap terbuka serta pendekatan-pendekatan yang kreatif tanpa harus kehilangan identitas dirinya. Pemerintah melalui UndangUndang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas mendefinisikan pendidikan sebagai berikut “Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Keberhasilan suatu negara terletak pada kualitas pendidikan yang dimiliki, yang tercermin pada mutu sumber daya manusia yang dihasilkannya. Oleh karena itu, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, baik manusia sebagai individu ataupun sebagai seorang warga negara yang berkewajiban untuk ikut serta membangun negaranya. Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, mulai dari pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru, perbaikan sarana dan prasarana, sampai penyempurnaan kurikulum. Kurikulun 1994 disempurnakan menjadi kurikulum berbasis kompetensi, kemudian disempurnakan lagi menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan, yang diterapkan hingga sekarang. Dari penyempurnaan kurikulum tersebut, terjadilah perubahan paradigma pembelajaran yang awalnya berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa. Tugas dan peran guru tidak hanya
sebagai pemberi informasi, tetapi juga sebagai pendorong belajar agar siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya melalui berbagai aktivitas yang menuntut peran aktif siswa. Hal ini berbeda dengan pembelajaran konvensional yang kegiatan pembelajarannya berpusat pada guru, interaksi aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa cenderung belajar sendiri-sendiri, pengetahuan yang didapat bukan dibangun secara bertahap dan atas dasar pemahaman sendiri. Pendidikan di jenjang sekolah dasar telah dirancang beberapa mata pelajaran yang wajib diberikan kepada siswa, salah satunya yaitu mata pelajaran IPA. Mata pelajaran ini juga menentukan keberhasilan akademis siswa, terbukti dengan terlibatnya sebagai mata pelajaran yang di UAN kan. IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur (Trianto, 2012: 136). IPA tidak akan menjadi mata pelajaran yang sulit bagi siswa, jika pembelajarannya dikemas secara menarik. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan, standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran IPA didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan membangun pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru (Depdiknas, 2006; 47). Tercapainya tujuan pendidikan khususnya pembelajaran IPA salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar IPA yang diperoleh siswa. “Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya” (Sudjana, 2011). Hasil belajar diketahui setelah diadakan tes hasil
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) belajar. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi belum optimalnya hasil belajar IPA siswa. “Faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal yang terdiri dari faktor fisiologis dan psikologis, dan faktor eksternal terdiri atas faktor lingkungan dan faktor instrumental (kurikulum, saranaprasarana, guru, model dan media)”. Dari beberapa faktor tersebut, dikaji hal yang paling mendasar yang mempengaruhi belum optimalnya hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus Kapten Japa Kecamatan Denpasar Utara yaitu model dan media pembelajaran. “Seorang guru perlu memiliki kemampuan memilih dan merancang strategi pembelajaran yang dianggap cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa termasuk di dalamnya memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin efektivitas pembelajaran” (Sanjaya, 2011). Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di SD Gugus Kapten Japa Kecamatan Denpasar Utara, nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah berkisar 70-75 sedangkan nilai ulangan harian pelajaran IPA siswa kelas V pada semester I sebagian besar memperoleh nilai rata-rata berkisar 60-65. Dari hasil tersebut menandakan siswa belum memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yang mana disebabkan kurangnya pemahaman materi pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa sehingga hasil belajar siswa rendah atau di bawah rata-rata. Pemilihan sebuah model pembelajaran merupakan bagian penting dalam merencanakan atau mendesain pembelajaran, agar terjadi interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, maupun siswa dengan sumber belajar yang lainnya. Agar dalam pelaksanaan pembelajaran tidak membosankan, perlu dicobakan berbagai macam model pembelajaran inovatif. Model pembelajaran yang dipilih diharapkan mampu mengembangkan dan meningkatkan kompetensi, kreativitas, kemadirian, kerjasama, kepemimpinan, toleransi, dan menyenangkan bagi siswa. Model pembelajaran yang melibatkan
peran serta seluruh siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Dimana model kooperatif menekankan belajar dalam kelompok heterogen saling membantu satu sama lain, bekerjasama menyelesaikan masalah, dan menyatukan pendapat untuk memperoleh keberhasilan yang optimal baik kelompok maupun individual. Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang melibatkan peran serta seluruh siswa adalah model pembelajaran kooperatif tipe examples non-examples. Model ini merupakan model pembelajaran berkelompok dengan bantuan gambar-gambar yang menarik dan sesuai dengan lingkup materi pembelajaran. Penggunaan gambar-gambar yang sesuai dan menarik tersebut akan mengurangi dominasi guru dalam kegiatan pembelajaran dan secara tidak langsung siswa dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Model ini juga melibatkan keaktifan dan kerjasama siswa dalam pembelajaran yaitu siswa melakukan diskusi kelompok dan menyampaikan hasil diskusinya. Model pembelajaran kooperatif tipe examples non-examples ditujukan untuk membelajarkan siswa dalam belajar memahami dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui pengamatan dan definisi. Komalasari,dkk (2010:61) berpendapat model pembelajaran kooperatif tipe examples non-examples adalah salah satu model pembelajaran yang membelajarkan kepekaan siswa terhadap permasalahan yang ada disekitarnya melalui analisis contohcontoh berupa gambar, foto, atau kasus yang bermuatan masalah. Eko (2011) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe examples non-examples merupakan model pembelajaran dengan menggunakan media gambar dalam penyampaian materi pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan cara memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) Keunggulan model pembelajaran examples non-examples menurut Eko (2011) antara lain : 1) Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih kompleks. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman. 2) Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non-example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian examples. Penggunakan media, dapat mengefektifkan dan membuat proses pembelajaran lebih menarik. Media yang dapat digunakan dalam pembelajaran sangat bervariasi. Dalam pelaksanaannya, model pembelajaran kooperatif tipe examples non-example selalu menyertakan lingkungan. Lingkungan yang dimaksud yaitu dalam proses pembelajaran, lingkungan sekolah sebagai salah satu sumber belajar yang memungkinkan siswa dapat melakukan berbagai kegiatan, seperti mengeksplorasi, dan mengamati. Pembelajaran yang berbasis lingkungan memberikan kesempatan dan dorongan untuk siswa dalam usaha memecahkan masalah dan merespon dengan seluruh kemampuan berpikir, anggota badan, serta segala minatnya. Segala kegiatan tersebut berkontribusi atau memberikan dampak positif terhadap pemahaman siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka untuk mencapai hasil belajar yang optimal, dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Examples Non-Examples Berbasis Lingkungan Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014”.
METODE Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri gugus Katen Japa Denpasar Utara pada semester genap tahun pajaran 2013/2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non-examples berbasis lingkungan terhadap hasil belajar IPA siswa, dengan memanipulasi variabel bebas dalam strategi pembelajaran yang digunakan. Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen karena tidak semua variabel dan kondisi eksperimen dapat diatur secara ketat, penelitian ini dikategorikan eksperimen semu. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Desain. Yang dibandingkan hanya skor post test saja yang dilakukan pada akhir penelitian atau dengan kata lain tanpa memperhitungkan skor pre test (Sugiyono, 2012:116). Dalam penelitian ini skor pre-test digunakan untuk menguji keseteraan sampel yakni antara siswa kelompok eksperimen dengan siswa kelompok kontrol. Hal tersebut didukung oleh pendapat Dantes (2012:97) yang menyatakan bahwa “pemberian pre-test biasanya untuk mengukur ekuivalensi atau penyetaraan kelompok”. Dalam suatu penelitian tidak lepas dari objek yang diteliti, seperti halnya penelitian eksperimen ini tentang pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non-Examples berbasis lingkungan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar Utara. Subjek yang diteliti diistilahkan sebagai populasi dan sampel. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Trianto, 2010:255). Sedangkan menurut Sugiyono (2012:117) menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan peneliti untuk dipelajari sehingga dapat ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar Utara yang jumlahnya 442 siswa yang terdiri dari 6 sekolah
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) diantaranya SD Negeri 4 Dauh Puri, SD Negeri 9 Dauh Puri, SD Negeri 17 Dauh Puri, SD Negeri 22 Dauh Puri, SD Negeri 20 Dangin Puri, dan SD Negeri 33 Dangin Puri. Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2012:118). Dalam penelitian ini sampel yang dipilih adalah dua kelas, yaitu satu kelas eksprimen dan satu kelas kontrol. Untuk pemilihan sampel penelitian ini tidak dilakukan pengacakan individu, karena tidak bisa mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya. Kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa campur tangan peneliti dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan subjek mengetahui dirinya dilibatkan dalam penelitian sehingga penelitian ini benar-benar menggambarkan perlakuan yang diberikan. Berdasarkan karakteristik populasi dan tidak bisa dilakukannya pengacakan individu, maka dalam penelitian ini, sampel dari populasi diambil dengan teknik random sampling, artinya sampel ini dipilih dengan cara acak yaitu dengan mengundi, dimana yang dirandom atau diacak adalah kelas (Emzir, 2012:39). Setiap kelas mendapatkan kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Penentuan sampel dilakukan dengan mengadakan pengundian terhadap seluruh kelas di SD Negeri Gugus Kapten Japa yaitu SDN 4 Dauh Puri, SDN 9 Dauh Puri, SDN 17 Dauh Puri, SDN 22 Dauh Puri, SDN 20 Dangin Puri dan SDN 33 Dangin Puri. Setelah mendapatkan dua kelas, dilakukan pengundian kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil random sampling, diperoleh hasil VC SDN 17 Dauh Puri sebagai kelompok eksperimen dan kelas VB SDN 22 Dauh Puri sebagai kelompok kontrol. Untuk membuktikan kesetaraan antara kedua kelompok dilakukan uji kesetaraan menggunakan uji-t. Data yang dipakai untuk menguji kesetaraan kedua kelompok adalah skor pre-test. Skor pretest diperoleh melalui pemberian pre-test yang berupa soal- soal terkait pelajaran IPA sebelum treatment diberikan.
Sebelum dilakukan uji kesetaraan menggunakan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Untuk menguji kesetaraan digunakan uji-t dengan rumus polled varians. Variabel adalah suatu konsep yang mempunyai variasi atau keragaman (Winarsunu, 2012:3). Sedangkan menurut Hadi (2000:260) variabel penelitian adalah gejala-gejala yang menunjukkan variasi baik dalam jenis maupun tingkatannya. Menyambung pendapat di tersebut, Sugiyono (2012:60) mengungkapan bahwa variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel adalah suatu atribut atau gejala – gejala yang berbentuk apa saja yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan ditarik suatu kesimpulan. Penelitian ini melibatkan dua variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah suatu variabel yang apabila dalam suatu waktu berada bersamaan dengan variabel lain maka variabel itu (diduga) akan dapat berubah keragamannya dan biasanya diberi lambang X (Winarsunu, 2012:4). Sedangkan Noor (2012:48) menyatakan variabel bebas adalah sebab yang diperkirakan dari beberapa perubahan dalam variabel terikat biasanya dinotasikan dengan simbol X. Jadi, variabel bebas adalah variabel yang apabila berada bersamaan dengan variabel lain yang diperkirakan menjadi penyebab perubahan dalam variabel terikat dan dinotasikan dengan simbol X. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non-Examples berbasis lingkungan yang diterapkan pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional yang diterapkan pada kelompok kontrol. Variabel terikat adalah variabel tergantung, variabel tak bebas, variabel terpengaruh biasanya diberi lambang Y (Winarsunu, 2012:4) sedangkan Noor (2012:49) menyatakan bahwa variabel terikat adalah faktor utama yang ingin
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) dijelaskan atau diprediksi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor lain biasanya dinotasikan dengan simbol Y. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar Utara. Data dalam penelitian ini meliputi data hasil belajar IPA yang dilaksanakan pada siswa kelas VC SDN 17 Dauh Puri dan siswa kelas VB SDN 22 Dauh Puri semester II tahun pelajaran 2013/2014. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode tes. Pemberian tes yang dilakukan dalam bentuk tes objektif bentuk pilihan ganda biasa yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar yang dinilai melalui ranah kognitif siswa. Sebelum digunakan, tes tersebut terlebih dahulu divalidasi secara teoritis dengan menyusun kisi-kisi soal dan dikonsultasikan dengan ahli, selanjutnya dilakukan validasi secara empirik dengan jumlah responden sebanyak 70 orang. Dari hasil uji instrumen yang meliputi uji validitas, uji reliabilitas, uji daya beda, dan indeks kesukaran. Berdasarkan uji instrument yang telah dilakukan diperoleh 42 butir tes yang dinyatakan layak digunakan dalam penelitian dari total 60 butir tes yang diujicobakan. Skor post-test dalam penelitian ini merupakan skor pada ranah kognitif. Teknik yang digunakan untuk menganalisis hasil belajar IPA dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis statistik yaitu uji-t. Sebelum dilaksanakannya uji-t terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. HASIL DAN PEMBAHASAN Hipotesis penelitian yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis nol (H0) yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non-Examples berbasis lingkungan dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014.
Sedangkan untuk hipotesis alternatif (Ha) yaitu terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non-Examples berbasis lingkungan dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014. Hasil perhitungan menunjukkan nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Examples Non-Examples berbasis lingkungan adalah 74,75 dengan varian 9,96 dan standar deviasi 3,16 sedangkan ratarata nilai nilai post test untuk kelompok kontrol yang mengikuti model pembelajaran konvensional adalah 70,50 dengan varian sebesar 6,80, dan standar deviasi 2,61. Dari data tersebut diketahui bahwa nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Examples Non-Examples berbasis lingkungan lebih tinggi dari nilai rata-rata siswa kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Sebelum dilakukan analisis data dengan uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan atas kurva normal, kelas interval, frekuensi observasi (fo) dan frekuensi empirik (fe) dari data hasil belajar IPA siswa pada kelompok eksperimen diperoleh 2hit= 3,50 dan pada taraf signifikan 5% dan derajat 2 kebebasan(dk)= 5 diperoleh tabel = 2 2 = 11,07.Karena = (α=0,05,5) hit 2 3,50< tabel (α=0,05,5) = 11,07 maka H0 diterima. Ini berarti sebaran data hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan untuk hasil belajar IPA pada kelompok kontrol diperoleh 2hit= 4,06. Nilai 2tabel pada taraf signifikan 5% dan derajat 2 kebebasan(dk)= 5 diperoleh tabel = 2 2 = 11,07. Karena = (α=0,05,5) hit 2 4,06< tabel (α=0,05,5) = 11,07 maka H0
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) diterima. Ini berarti sebaran data hasil belajar IPA pada kelompok kontrol berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas varians untuk membuktikan perbedaan yang terjadi pada kedua kelompok benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar kelompok, bukan sebagai akibat adanya perbedaan individu dalam kelompok. Berdasarkan perhitungan menggunakan uji F dari Havley diperoleh Fhitung = 1,46 sedangkan Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan db pembilang = 35 dan db penyebut = 37 adalah 1,72. Ini berarti Fhitung = 1,46< Ftabel (35,36) = 1,72. Ini berarti kedua kelompok memiliki varians yang homogen.
Kelompok Eksperimen Kontrol
74,75 70,50
Berdasakan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians, diketahui bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Dengan demikian uji hipotesis dengan menggunakan uji-t dapat dilakukan. Uji-t yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan rumus pooled varians. Hal tersebut dikarenakan karena kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki jumlah sampel yang berbeda dan varian yang homogen. Berikut disajikan rekapitulasi hasil analisis data dengan menggunakan uji-t. pada Tabel 1.
Tabel 1. Rekapitulasi Analisis Uji-t s2 N thitung ttabel 9,96 36 6,343 2,000 6,80 38
Uji hipotesis dengan menggunakan uji-t dalam penelitian ini menggunakan rumus pooled varians karena jumlah sampel pada kedua kelompok berbeda dan memiliki varian yang homogen (Sugiyono, 2012:273). Dari perhitungan uji hipotesis menggunakan uji-t dengan rumus pooled varians, diperoleh thitung sebesar 6.343 sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% (α = 0,05) dengan dk = n1 + n2 - 2 = 35 + 32 - 2 = 65 adalah 2.000. Oleh karena thitung > ttabel (6.343 > 2.000) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Examples Non-Examples berbasis lingkungan dan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar Utara. PEMBAHASAN Pembahasan hasil penelitian dan pengujian hipotesis terkait dengan nilai akhir hasil belajar IPA yang dibelajarkan dengn model pembelajaran Examples Non-Examples berbasis lingkungan maupun yang mengikuti pembelajaran konvensional.
Kesimpulan thitung > ttabel (H0 ditolak, Ha diterima)
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh thitung sebesar 6,343. Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% dan dk=72 diperoleh batas penolakan hipotesis nol sebesar 2,000. Berarti thitung 6,343 > ttabel 2,000 maka hipotesis nol yang diajukan berbunyi tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Examples Non-Examples berbasis lingkungan dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri Gugus Katen Japa Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014 ditolak dan menerima hipotesis alternatif yang berbunyi terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajrarkan dengan model pembelajaran Examples Non-Examples berbasis lingkungan dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Examples Non-Examples berbasis lingkungan dengan siswa yang
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) dibelajrakan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non-Examples dapat mengakomodasikan karakteristik siswa sebagai mahluk individu dan mahluk sosial. Sesuai dengan sintaks pembelajarannya diawali dengan pembelajaran individual dan dilanjutkan dengan belajar berkelompok, dan diakhiri penilaian secara individu. Selain itu, pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok belajar kecil yang heterogen terdiri dari 4 sampai 5 siswa dalam setiap kelompoknya dan adanya bantuan dalam proses belajar kelompok secara individu bagi siswa yang memerlukannya serta materi yang disampaikan lebih mudah dipahami oleh siswa, siswa juga merasa senang dan antusias selama proses pembelajaraan sehingga dapat menyelesaikan masalah yang diberikan. Terjadinya interaksi dalam kelompok dapat melatih siswa menerima anggota kelompok lain yang berkemampuan dan berlatar belakang berbeda. Siswa bertanggung jawab memberi penjelasan kepada temannya sebagai anggota kelompok belajar. Kerjasama antar anggota dalam kelompok akan tercipta, karena siswa merasa bahwa keberhasilan kelompok ditentukan oleh masing-masing anggota untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Tumbuhnya motivasi untuk belajar yang disebabkan oleh pengaruh kerja kelompok mengakibatkan kemampuan belajar berkembang dan hasil belajar menjadi lebih baik. Selain model pembelajaran, salah satu yang mempengaruhi minat belajar siswa dalam pembelajaran IPA yaitu penggunaan lingkungan yang juga merupakan salah satu sumber belajar yang dapat membantu dalam memperkaya wawasan dalam pemahaman konsep IPA. Dengan adanya lingkungan ini pemahaman konsep IPA lebih mudah, di samping itu pembelajaran IPA menjadi lebih menarik karena siswa bisa langsung berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya
sehingga pembelajaran menjadi efektif dan menyenangkan. Berbeda dengan pembelajaran IPA yang menggunakan pembelajaran konvensional, selama pembelajaran siswa terlihat pasif. Pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centre) yang lebih banyak memberikan ceramah daripada kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran konvensional mengakibatkan siswa sangat tergantung pada guru, hal ini mengakibatkan hasil belajar siswa kurang optimal. Sehingga siswa hanya menerima apa yang disampaikan guru dan proses pembelajaran cenderung membosankan. Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Examples Non-Examples berbasis lingkungan dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD negeri gugus Kapten Japa tahun ajaran 2013/2014. Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non-Examples berbasis lingkungan berbengaruh terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar Utara. PENUTUP Berdasarkan hasil analisis data posttest menunjukkan perhitungan ratarata kelompok eksperimen sebesar 74.75 dan kelompok kontrol diperoleh rata-rata sebesar 70.50. Berdasarkan hasil analisis uji-t diperoleh thitung sebesar 6.343 dan ttabel dengan dk= 36 + 38 – 2 = 72 pada taraf signifikansi 5% adalah 2.000. Karena thitung > ttabel (6.343 > 2.000), maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples berbasis lingkungan dan yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) Utara. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples berbasis lingkungan berpengaruh terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri Gugus Kapten Japa Denpasar Utara. Berdasarkan simpulan tersebut, maka dapat diajukan beberapa saran yaitu bagi siswa, dengan diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe examples non-examples berbasis lingkungan, diharapkan siswa menjadi aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan mendapatkan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan dan bermakna sehingga siswa mampu mencapai hasil belajar yang optimal. Bagi guru, melihat hasil yang positif pada pembelajaran IPA dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples berbasis lingkungan, hendaknya guru dapat menerapakan dan mengembangkan model pembelajaran kooperatif salah satunya model pembelajaran kooperatif tipe examples non-examples dalam pembelajaran IPA di SD sebagai salah satu alternatif pilihan dalam meningkatkan keterampilannya untuk merancang pebelajaran yang lebih inovatif, kreatif dan menyenangkan sehingga hasil belajar menjadi optimal. Bagi sekolah, diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan, untuk dapat menciptakan kondisi yang mampu mendorong para guru untuk mencoba menerapkan model-model pembelajaran yang baru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah dasar. Bagi peneliti lain, diharapkan peneliti selanjutnya melakukan penelitian dengan model yang sama tetai dengan subjek dan materi yang berbeda dalam pembelajaran IPA sehingga siswa dapat belajar lebih aktif dan menyenangkan. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, Azhar. 2010. Media Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers.
Badan Standar Nasional Pendidikan.2006. Standar Isi dan Kompetensi Dasar SD/MI.Jakarta: Mendiknas Dantes, I Nyoman. 2012. Metode Penelitian Pendidikan.Yogyakarta: Andi Offset. Darmodjo, Hendro dan Jenny R.E. Kaligis. 1993. Pendidikan IPA 2. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Depdiknas. 2003.Pendekatan Kontekstual ( Contextual teaching and Learning (CTL)). Jakarta: Ditjen Dikdasmen Eko, Ras. 2011. Model Pembelajaran Example Non-Example. Online (tersedia pada http://raseko.blogspot.com/2011/05/modelpembelajaran-example-nonexample.html, diakses tanggal 10 Desember 2013). Emzir.
2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta : Rajawali Pers.
Furoidah, Maya Fanny. 2009. Pengaruh Penggunaan Media Animasi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Biologi Kelas VII MTS Surya Buana Malang. Jurnal Ilmiah Jurusan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Malang. Hadi,
Sutrisno. 2000. Metodologi Research. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas Psikolgi U.G.M
Hadiat,
dkk. 1996. Alam Sekitar 6 Depdikbud. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) Hernawan. 2010. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka. Isjoni.2013.Cooperative Learning.Bandung: Alfabeta
Khaeruddin, dkk. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ; Konsep dan Implementasinya di Madrasah. Yogyakarta : Pilar Media. Komalasari, Kokom, dkk. 2011. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama.
Koyan, I Wayan. 2011. Asesmen dalam Penelitian. Universitas Pendidikan Ganesha Press Mulyasa. 2009. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Noor,
Juliansyah. 2012. Metodologi Penelitian, SkrIPAi, Tesis, Disertasi, Dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana.
Samatowa, Usman. 2010. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta : PT. Indeks Permata Puri Media. Sanjaya, Wina. 2011a. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Subroto, Tisno Hadi dan Ida Siti Herawati. 2000. Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Pusat Penerbitan Unversitas Terbuka. Sudjana,Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.Badan Standar Nasional Pendidikan.2006. Standar Isi dan Kompetensi Dasar SD/MI.Jakarta: Mendiknas Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu : Konsep, Strategi, Dan Implementasinya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Bumi aksara. -----------. 2010b. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Dan Profesi Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan. Jakarta : Kencana. Universitas Pendidikan Ganesha. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Singaraja: Undiksha. Winarsunu, Tulus. 2012. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang : UMM Press