e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014
MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERPENGARUH TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V GUGUS I KECAMATAN DAWAN 1
2
Wyn. Ardes Saputra , I Km. Ngr. Wiyasa , I Kt. Ardana
3
1,2,3
Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia 1
2
e-mail :
[email protected] ,
[email protected] , 3
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan mengikuti model pembelajaran Learning Cycle dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Negeri Gugus I Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasy eksperiment) dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Non Equivalent Control Group Design. Populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD Negeri Gugus I Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung tahun pelajaran 2013/2014. Sampel diambil dengan teknik random sampling. Data yang dikumpulkan adalah nilai hasil belajar IPA di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol dan dikumpulkan dengan menggunakan tes pilihan ganda satu jawaban benar dengan nilai kognitif (post test). Data dianalisis dengan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle dengan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran Konvensional (thitung = 5,35 > ttabel = 2,000; p>0,05) dengan db =72. Hal tersebut dapat dilihat dari tingginya perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol pada hasil tes di akhir kegiatan pembelajaran. Rata-rata nilai pada kedua kelompok, diketahui rata-rata nilai kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol ( X 184,74> X 2 78,56). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Learning Cycle berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri Gugus I Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung. Kata kunci : model, pembelajaran Learning Cycle, hasil belajar, IPA. Abstract This study aims to determine significant differences between students science learning outcomes that learned by following the Learning Cycle model of learning with students who take conventional teaching fifth grade students of Elementary School Cluster I Dawan sub district, Klungkung regency. This study was a quasi-experimental study (Quasy experiment ) with a research design that is used is Non- Equivalent Control Group Design. The study population was all Elementary School fifth grade students Force I Dawan sub district, Klungkung Regency academic year 2013/2014. Samples were taken with a random sampling technique. The data collected is the value of science learning outcomes in the classroom as well as in the experimental and control classes were collected using a multiple-choice test with one correct answer cognitive scores (post-test). Data were analyzed by the test. The results showed that there were significant differences in learning outcomes of students who learned with IPA using the Learning Cycle model of learning with students who learned with using conventional learning (of tvalue = 5.35 > ttable = 2.000, p> 0.05 ) db=72. This can be seen from the high difference in learning outcomes between the experimental group with the control group on the test results at the end of the learning activity. Average values in both groups, the
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 average value known experimental group is higher than the control group ( X 184,74> X 2 78,56). Thus, it can be concluded that the learning model Learning Cycle significant effect on student learning outcomes IPA at Force Elementary School fifth grade I Dawan sub district, Klungkung regency. Keywords: learning, Learning Cycle model, the results of the study, the IPA.
PENDAHULUAN Sampai saat ini persoalan pendidikan yang dialami bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan Sekolah Dasar. Berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dan terus dilakukan, mulai dari pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru, penyempurnaan kurikulum, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan sampai dengan peningkatan manajemen sekolah. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada jenjang pendidikan dasar. IPA merupakan bagian kehidupan manusia dari sejak manusia itu mengenal diri dan alam sekitarnya. Menurut Carin (Suastra, 2009:3) menyatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang di dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Sehingga IPA bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan seharihari. Sesuai dengan Permendiknas nomor 22 tahun 2006 menyebutkan tujuan dari IPA di Sekolah Dasar yakni mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsepkonsep sains, mengembangkan rasa ingin tahu, mengembangkan keterampilan proses, dan meningkatkan kesadaran manusia untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan memelihara lingkungan alam. Adapun tujuan lain dari IPA ialah untuk membangkitkan minat manusia agar mampu meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam semesta dan seisinya yang penuh
rahasia yang tak habis-habisnya (Samatowa, 2010:1). Begitu pentingnya tujuan dari IPA seperti yang diuraikan di atas, namun tidak dapat dipungkiri lagi bahwa mata pelajaran IPA masih merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit, sebagai hafalan, jarang menggunakan alat-alat kongkrit dan sering menimbulkan masalah dalam belajar. Kondisi ini mengakibatkan mata pelajaran IPA kurang disenangi oleh siswa, sehingga menimbulkan kesenjangan yan g cukup besar antara apa yang diharapkan dari belajar IPA dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Hal inilah yang terjadi di SD Negeri Gugus I Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung, akibatnya hasil belajar IPA siswa yang belum meningkat. Berdasarkan hasil observasi di kelas tersesbut, proses pembelajaran IPA di kelas masih didominasi oleh guru, guru hanya sebagai sumber utama pengetahuan. Hal ini dilakukan oleh guru karena guru mengejar target kurikulum untuk menghabiskan materi pembelajaran atau bahan ajar dalam kurun waktu tertentu. Guru lebih banyak menjelaskan materi pelajaran dengan menggunakan metode ceramah kemudian menugaskan siswa mengerjakan soal-soal latihan dan diakhiri dengan pemberian pekerjaan rumah (PR). Pembelajaran seperti itulah yang monoton dilakukan oleh guru, tanpa banyak menerapkan metode dan model pembelajaran yang lain sesuai dengan materi yang akan diberikan. Sesungguhnya mata pelajaran IPA adalah mata pelajaran yang melibatkan siswa secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar beserta isinya secara ilmiah. Oleh karena itu sangat diperlukan suatu pembelajaran yang dapat membawa siswa kepada pengalaman yang lebih konkrit sehingga
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 pembelajaran menjadi aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif seperti itu maka diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir, daya analisis, keaktifan dan hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan pernyataan tersebut dalam pembelajaran IPA adalah model Learning Cycle. Setiap model pembelajaran memiliki keunggulannya sendiri, begitu pula dengan model pembelajaran Learning Cycle ini. Adapun keunggulan dari model pembelajaran Learning Cycle adalah: (1) untuk meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran; (2) membantu mengembangkan sikap dan pengetahuan peserta didik; (3) pembelajaran menjadi lebih bermakna; (4) meningkatkan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran. Agar tujuan pembelajaran tercapai, kegiatan-kegiatan dalam setiap fase-fase harus dirangkai dengan baik. Kompetensi yang bersifat psikomotorik dan afektif misalnya akan lebih efektif bila dikuasai melalui kegiatan semacam praktikum, lingkungan belajar yang perlu diupayakan agar pembelajaran dapat berkembang Menurut Hadojo (2001) adalah : (1) Tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa; (2) tersedianya berbagai alternatif pengalaman belajar jika memungkinkan; (3) terjadinya transmisi sosial, yakni interaksi dan kerja sama individu dengan lingkungan; (4) tersedianya media pembelajaran; (5) kaitan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa sehingga siswa terlibat secara emosional dan sosial yang menjadikan pembelajaran berlangsung menarik dan menyenangkan. IPA berasal dari bahasa latin scientia yang berarti ilmu pengetahuan. IPA atau science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada alam (Iskandar, 1996:2). IPA (Sains) merupakan bagian kehidupan manusia sejak manusia itu mengenal diri dan alam
sekitarnya. Manusia dan lingkungan merupakan sumber, obyek, dan subyek sains. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa IPA merupakan pengalaman individu manusia yang oleh masing-masing individu itu dirasakan atau dimaknai berbeda atau sama. Oleh karena itu, dengan latar belakang pengalaman yang berbeda, hal serupa mungkin akan dimaknai berbeda oleh individu yang berbeda (Suastra, 2009: 1). IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA membahas tentang gejalagejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. IPA berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam dan seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Melalui pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada alam, IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya disebut penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi IPA juga merupakan suatu proses penemuan yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Di tingkat SD diharapkan ada
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara sederhana sehingga melatih anak untuk berfikir kritis dan objektif. Sesuai dengan Pemerdiknas Nomor 22 Tahun 2006 (Depdikbud, 2007:98-99), tujuan dari pelajaran IPA (Sains) di SD adalah sebagai berikut: (1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaanNya; (2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat; (4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam; (6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; (7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP. Sedangkan ruang lingkup pelajaran IPA di SD meliputi: (1) Makhluk hidup dan proses kehidupan; (2) Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya; (3) Energi dan perubahannya; (4) Bumi dan alam semesta. Hasil belajar adalah kemampuankemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2010:22). Hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Hasil belajar merupakan kompetensikompetensi yang mencakup aspek
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilainilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi dapat diukur melalui sejumlah hasil belajar yang indikatornya dapat diukur dan diamati. Penilaian proses dan hasil belajar saling berkaitan satu dengan yang lainnya karena hasil belajar merupakan akibat dari proses belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:3), hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor (Sudjana, 2010:3). Sesuai dengan Taksonomi Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif (berkenaan dengan hasil belajar intelektual), ranah afektif (berkenaan dengan sikap) dan ranah psikomotor (berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak). Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat dirangkum bahwa hasil belajar adalah penilaian akhir dari perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah mengalami proses pembelajaran, dimana perubahan tersebut meliputi tiga aspek yakni kognitif, afektif, dan psikomotor serta akan tersimpan dalam jangka waktu yang lama. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian yang dilakukan pada mata pelajaran IPA di SD dan akhirnya yang dinilai dalam penelitian ini adalah aspek kognitifnya saja. Dimyati dan Mudjiono (2009:4) menyatakan ciri-ciri hasil belajar ialah: (1) memiliki kapasitas berupa pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, sikap, serta citacita, (2) adanya perkembangan mental dan perubahan jasmani, (3) memiliki dampak pengajaran dan dampak pengiring. Ciri-ciri hasil belajar juga terlihat setelah terjadinya perubahan pada seseorang yang belajar, ia mengalami perubahan dari belum mampu menjadi mampu atau dari belum tahu menjadi tahu. Menurut Moedjiono (Widyantara, 2011:23) adapun faktor yang mempengaruhi terhadap hasil belajar itu adalah: (1) faktor internal adalah kondisi yang timbul dari dalam diri anak, yang terdiri dari faktor fisik dan faktor psikis; (2)
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 faktor eksternal adalah kondisi yang berasal dari luar diri anak, biasanya berkaitan dengan lingkungan seperti: tempat, alat belajar, waktu, pergaulan, dan bahan yang dipelajari. Selain itu hasil belajar yang dicapai siswa banyak ditentukan atau dipengaruhi oleh faktor psikologis, seperti kecerdasan, motivasi, perhatian, penginderaan dan citacita peserta didik, faktor kesehatan fisik dan mental, faktor lingkungan belajar yang menunjang. Jadi hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal (berasal dalam diri siswa) dan juga faktor eksternal (berasal lingkungan). Model Learning Cycle pertama kali dikembangkan pada tahun 1970 dalam SCIS (Science Curriculum Improvement Study), suatu pengembangan pendidikan sains di Amerika Serikat. (Nono Sutarno, dkk 2008:872), model Learning Cyclemerupakan salah satu model belajar yang berlandaskan paham konstruktivistik, yang terdiri dari tiga fase aktifitas yang dapat digunakan untuk memotivasi siswa dalam memahami berbagai kejadian di alam melalui pengamatan langsung. Suyatno (2009:64) mengemukakan bahwa Learning Cycle merupakan pembelajaran efektif secara berputar mulai dari eksplorasi, kemudian eksplanasi dan diakhiri dengan aplikasi. Strategi mengajar model Learning Cycle memungkinkan seorang siswa untuk tidak hanya mengamati hubungan, tetapi juga menyimpulkan dan menguji penjelasan tentang konsep-konsep yang dipelajari. Karakteristik kegiatan belajar pada masingmasing tahap Learning Cycle mencerminkan pengalaman belajar dalam mengkontruksi dan mengembangkan pemahaman konsep. Berdasarkan uraian diatas maka model pembelajaran Learning Cycle dalam penelitian ini adalah suatu model pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada siswa agar aktif di dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan melalui tiga tahapan kegiatan (fase) pembelajaran. Fase disini diartikan bahwa di dalam proses pembelajaran tahapan-tahapan tersebut dapat berulang. Urutan pelaksanaan model pembelajaran Learning Cycle berdasarkan fasenya adalah sebagai berikut; (1)
Eksplorasi, pada fase eksplorasi siswa diberikan kesempatan untuk memanfaatkan panca inderanya semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan untuk mengeksplorasi materi secara bebas. Siswa melakukan berbagai kegiatan ilmiah seperti mengamati, membandingkan, mengelompokkan, praktikum, menganalisis artikel, mendiskusikan fenomena alam, dan yang lainnya, sehingga menemukan konsepkonsep penting sesuai dengan topik yang sedang dibahas. Ada kalanya konsep yang ditemukan sudah sesuai dengan konsepsi awal mereka sehingga langsung diasimilasikan ke dalam struktur kognitifnya tetapi ada juga konsep yang tidak sesuai sehingga menimbulkan konflik kognitif. Melalui diskusi dan bertanya pada teman maupun guru, siswa mengakomodasi konsep tersebut untuk dapat diasimilasikan. Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus merupakan indikator kesiapan siswa untuk menempuh fase berikutnya (Samatowa, 2010:72); (2) Pengenalan konsep, pada fase ini diharapkan terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dengan konsep-konsep yang baru dipelajari melalui kegiatan-kegiatan yang membutuhkan daya nalar seperti menelaah sumber pustaka dan berdiskusi; (3) Penerapan konsep pada fase penerapan konsep, siswa mencoba menggunakan konsep yang telah dikuasai untuk memecahkan masalah dalam situasi yang berbeda. Dalam hal ini guru menyiapkan masalah-masalah yang dapat dipecahkan berdasarkan konsep yang telah diperoleh siswa pada fase sebelumnya (Samatowa, 2010:72). Pada fase ini, siswa diajak menerapkan pemahaman konsepnya melalui kegiatan-kegiatan seperti problem solving atau melakukan percobaan lebih lanjut. Penerapan konsep dapat meningkakan pemahaman konsep dan motivasi belajar, karena siswa mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari. Berdasarkan penjelasan di atas maka pelaksanaan model pembelajaran Learning Cycle pada penelitian ini terdiri dari tiga tahapan atau tiga fase yakni fase
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 eksplorasi, fase pengenalan konsep, dan fase penerapan konsep. Setiap model pembelajaran memiliki keunggulannya sendiri, begitu pula dengan model pembelajaran Learning Cycle ini. Adapun keunggulan dari model pembelajaran Learning Cycle adalah: (1) meningkatkan motivasi dan keaktifan belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran; (2) membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik; (3) pembelajaran menjadi lebih bermakna; (4) meningkatkan efektifitas pembelajaran; (5) meningkatkan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran. Permasalahan utama yang diketahui setelah melakukan observasi adalah masih rendahnya hasil belajar IPA sebagian besar siswa kelas V di SD Negeri Gugus I. Hal ini terjadi karena sumber-sumber belajar yang terdapat di sekolah belum dimanfaatkan secara optimal untuk kegiatan pembelajaran, pada saat mengajar guru masih didominasi oleh metode ceramah tanpa menggali pengetahuan yang dimiliki siswa, guru jarang sekali memberikan kesempatan bagi siswa untuk berdiskusi dan berlatih memecahkan masalah dalam kelompok-kelompok kecil, aktivitas yang ditunjukkan siswa dalam proses pembelajaran tergolong rendah. Untuk mengatasi hal ini peneliti mempunyai pemikiran untuk menerapkan model pembelajaran Learning Cycle untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri Gugus I Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung tahun pelajaran 2013/2014. Model pembelajaran Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memberi penjelasan dan mengemukakan argumentasinya, melakukan interpretasi, dan memperbaiki gagasannya. Learning Cycle merupakan tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisaikan sedemikan rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Dalam pembelajaran IPA (Dasna, 2005, dan Pratiwi, 2005) menyatakan
bahwa keaktifan siswa sangatlah penting karena IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Dengan mempertimbangkan teori yang melandasi dan didukung oleh hasil penelitian dari Pratiwi (2011), menyatakan bahwa model pembelajaran Learning Cycle dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka model pembelajaran Learning Cycle cocok untuk diterapkan dalam mata pelajaran IPA di SD untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa. METODE Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh yang signifikan model pembelajaran Learning Clycle hasil belajar siswa pelajaran IPA. dengan memanipulasi variabel bebas model pembelajaran Learning Clycle dan variabel terikat yaitu hasil belajar yang tidak dapat dikontrol secara ketat sehingga jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasy eksperiment). Desain eksperimen semu yang digunakan dalam penelitian ini adalah Non Equivalent Control Group Design. Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh siswa kelas V SDN Gugus I Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung. Untuk pengambilan sampel menggunakan teknik Random Sampling. Didapatkan kelas V SDN 3 Paksebali yang berjumlah 38 orang siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas V SDN Sulang yang berjumlah 36 orang siswa sebagai kelompok kontrol. Untuk pengumpulan data digunakan metode tes. Tes yang digunakan untuk menilai hasil belajar IPA dalam ranah
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 kognitif siswa adalah tes objektif. Untuk metode tes dalam pengumpulan datanya menggunakan tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa dengan empat pilihan jawaban. Data nilai hasil belajar IPA merupakan nilai kognitif yang diberikan setelah memberikan 6 kali treatment atau pada saat post test. Untuk uji prasyarat analisis menggunakan uji normalitas sebaran data dengan uji Chi-Kuadrat, uji homogenitas varians menggunakan uji F, dan uji hipotesis menggunakan uji-t polled varians. Dalam proses analisis data menggunakan bantuan Microsoft Office Excel 2007. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil setelah perhitungan diperoleh rata-rata nilai akhir hasil belajar IPA yaitu kognitif (post test) untuk kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menerapkan model pembelajaran Learning Clycle adalah 84,74 dengan varian 28,09 dan standar deviasi 5 3. Sedangkan ratarata nilai hasil belajar IPA untuk kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan menerapkan pembelajaran konvensional adalah 78,56 dengan varian sebesar 21,05, dan standar deviasi 2,58. Dan data tersebut menunjukkan bahwa kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Learning Clycle memiliki rata-rata nilai hasil belajar lebih tinggi daripada kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Uji normalitas data dilakukan pada dua kelompok data, meliputi data kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Learning Clycle dan data kelompok kontrol yang dibelajarkan dengen menggunakan pembelajaran konvensional. Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui sebaran data skor akhir hasil belajar IPA yang digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji normalitas sebaran data dilakukan dengan menggunakan Chi Kuadrat (X2) pada taraf signifikansi 5% dan derajat kebebasan db = k-1. Untuk Iangkah-Iangkah uji Chi-Kuadrat
(X2) kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Learning Clycle diuraikan seperti berikut ini: terlihat bahwa untuk x2 dengan taraf signifikansi 5% diperoleh (α = 0,95) dan derajat kebebasan (db) = 72 diperoleh x2tabel = x2 (0,95) = 11,07, karena x2tabel > x2hit berarti sebaran data nilai akhir hasil belajar IPA kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Learning Clycle berdistribusi normal. Untuk kelas yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional terlihat bahwa untuk x2 dengan taraf signifikansi 5% diperoleh (α = 0,95) dan derajat kebebasan (db) = 72 diperoleh x2tabel= x2 (0,95,5) = 11,07, karena x2tabel > x2 hit berarti sebaran data nilai akhir hasil belajar IPA kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional berdistribusi normal Uji homogenitas varian ini dilakukan berdasarkan data nilai akhir hasil belajar IPA yang meliputi data kelompok eksperimen yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Learning Clycle dan data kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Jumlah kelompok analisis kelompok eksperimen adalah 38 dan jumlah analisis kelompok kontrol adalah 36. Uji homogenitas varian menggunakan uji F. Kriteria pengujian jika Fhitung
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 model pembelajaran Learning Clycle dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Gugus I Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beds mean (uji t) polled varian, dengan kriteria pengujian adalah dengan kriteria pengujian adalah H0
ditolak jika thit t(1 ) , di mana t (1 ) di dapat dari tabel distribusi t pada taraf signifikan ( ) 5% dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2 - 2) dan Ha ditolak jika t hit t (1 ) . Hasil uji hipotesis disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Tabel Uji Hipotesis Kelas
Varians
N
Db
t hitung
t tabel
Kesimpulan
Kelas Eksperimen
28,09
38
72
x = 5,35
2,000
Ha diterima
5,3
36
Kelas Kontrol
Berdasarkan tabel 1, terlihat thitung lebih besar daripada ttabel yaitu 5,35 > 2,000. D e n g a n h a s i l t e r s eb u t m ak a d a pat disimpulkan Ho yang berbunyi "tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan menerapkan model pembelajaran Learning Cycle dengan siswa yang dibelajarkan dengan menerapkan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Gugus I Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung", ditolak dan Ha yang menyatakan "ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan menerapkan model pembelajaran Learning Cycle dengan siswa yang dibelajarkan dengan menerapkan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri G ug us I Kecam at an Dawan Kabupat en Klungk ung ", diterima. Pembahasan hasil-hasil penelitian dan pengujian hipotesis terkait dengan nilai akhir hasil belajar IPA siswa kelas V semester I Sekolah Dasar Negeri Gugus I Kecam at an Dawan Kabupat en Klungk ung tahun pelajaran 2013/2014 khususnya pada materi organ pernapasan manusia dan organ pernapasan hewan yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle maupun yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Untuk mengetahui pengaruh model
pembelajaran Learning Cycle pada pelajaran IPA siswa kelas V Sekolah Dasar, dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen dengan nilai rata-rata kelompok kontrol. Karena nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen (84,74) lebih tinggi dari nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol (78,56) , maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Learning Cycle dapat mengoptimalkan hasil belajar. Hasil Uji-t terhadap hipotesis penelitian yang diajukan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa antara kelompok yang belajar menggunakan model pembelajaran Learning Cycle dengan kelompok yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional. Hal tersebut terlihat berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, pengaruh model pembelajaran terhadap hasil belajar IPA siswa mempunyai nilai statistik thit = 5,35. Secara statistik hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Learning Cycle dan model pembelajaran konvensional berbeda secara signifikan dalam pencapaian hasil beajar siswa pada taraf signifikansi ( ) 0,05. Hasil penelitian ini telah membuktikan hipotesis yang diajukan, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 konvensional perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Learning Cycle dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional disebabkan adanya perbedaan sintak, sumber belajar dan metode ajar dari kedua pembelajaran. Sintak model pembelajaran Learning Cycle sangat jelas dan konsisten yaitu; memusatkan perhatian siswa, pemilihan topik, membentuk kelompok, merencanakan tugas, membuat penyelidikan, mempresentasikan tugas/laporan, evaluasi pembelajaran. Hal tersebut sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang lebih banyak mengarah pada aktivitas belajar siswa dalam memenuhi kepentingan pencapaian proses dan hasil belajar. Sedangkan pembelajaran konvensional tidak menggunakan sintak yang pasti sesuai yang hanya menyesuaikan dengan keinginan guru pada saat membelajarkan siswa, sehingga siswa cenderung hanya sebagai pelaku belajar yang pasif. Secara teoritis, model pembelajaran Learning Cycle pada umumnya dapat dipahami sebagai pembelajaran: (1) model pembelajaran Learning Cycle pada pembelajaran IPA menggambarkan tahapan mulai dari siswa memperoleh pengetahuan sampai penerapannya dalam kehidupan sehari-hari; (2) model pembelajaran Learning Cycle pada pembelajaran IPA mampu meningkatkan aktivitas belajar siswa, peningkatan aktivitas tersebut dapat dilihat selama pembelajaran berlangsung berupa siswa melakukan kegiatan untuk menemukan pengetahuan baru, mengkomunikasian hasil kegiatan, mengajukan pendapat, mengajukan pertanyaan, dan mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari; (3) model pembelajaran Learning Cycle pada pembelajaran IPA mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa. Kekuatan model pembelajaran Learning Cycle adalah menunjang munculnya pembelajaran aktif, kreatif, afektif dan menyenangkan, melatih siswa untuk bekerja secara kelompok, melatih keharmonisan, dalam hidup bersama atas dasar saling menghargai. Kelebihan model
pembelajaran rekosntruksi sosial terletak pada proses pencarian dan pengkonstruksian pengetahuan sehingga guru berperan sebagai evaluator, fasilitator, dan mediator. Guru tidak perlu mentransfer semua pengetahuan kepada siswa tetapi mengajak siswa untuk berpikir dan mencari jawaban sendiri atas permasalahan yang diberikan oleh guru maupun siswa itu sendiri melalui diskusi kelompok berdasarkan pengalaman mereka yang telah diperoleh dari kehidupan sehari-hari. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik simpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model Learning Cycle dengan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran Konvensional terhadap hasil belajar pada mata pelajaran IPA dengan materi fungsi organ tubuh manusia dan hewan, mengidentifikasi fungsi organ pernafasan manusia pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Pada kesimpulan ini didukung oleh perbedaan skor rata – rata yang diperoleh antara siswa yang mendapat treatment model Learning Cycle yaitu 84,74 dan siswa dengan pembelajaran konvensional yaitu 78,56 dan ditunjukkan dengan signifikansi 5% yang hasil analisis t-test yaitu : thitung lebih besar dari pada ttabel yaitu 5,35 > 2,000 dan oleh karena itu hipotesis alternatif diterima yang menyatakan ada pengaruh yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan menggunakan model Learning Cycle dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran Konvensional pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Gugus I Kecamatan Dawan Kabupetan Klungkung Tahun Pelajaran 2013/2014. Berdasarkan kesimpulan, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut. Bagi siswa, penelitian ini sangat bermanfaat bagi siswa karena siswa dapat secara langsung aktif berperan di dalam proses pembelajaran. Sehingga pembelajaran siswa menjadi lebih bermakna dan meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun: 2014 Bagi guru, penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang bermanfaat dalam merancang dan memfasilitasi pembelajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle. Sehingga nantinya guruguru yang mengajar mata pelajaran IPA dapat menggunakan alternatif model pembelajaran ini untuk mengingkatkan hasil belajar siswa dan keaktifan siswa serta membuat pembelajaran semakin bermakna. Peneliti lain agar dapat memberikan pembekalan dan sarana prasarana pada guru, sehingga dapat lebih memahami model-model pembelajaran yang dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa baik dari afektif, psikomotor, dan kognitif, seperti model pembelajaran Learning Cycle yang berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa, khususnya dalam mata pelajaran IPA.
Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan. Pratiwi, Dian Risa. 2011. Penerapan Model Learning Cycle untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Pokok Alat pencernaan manusia bagi Siswa Kelas V SDN Pisang Candi 2 Malang. Skripsi (diterbitkan). Malang: Universitas Negeri Malang. Samatowa, H. Usman. 2010. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks. Suastra, I Wayan. 2009. Pembelajaran Sains Terkini Mendekatkan Siswa dengan Lingkungan Alamiah dan Sosial Budayanya. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
DAFTAR RUJUKAN Dimyati, dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Fajaroh, Fauziatul dan I Wayan Dasna. 2007. Pembelajaran Dengan Model Learning Cycle
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Masmedia Buana Pustaka.
Karplus, dan Their. 1998. Desain Pembelajaran Model Learning Cycle. Science Curriculum Improvement Study.
Widyantara, I Gede Eka. 2011. Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Budaya Lokal untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Sukadana, Kec. Kubu, Kab. Karangasem Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Nono Sutarno, dkk. 2008 Materi Dan Pembelajaran IPA SD, Jakarta: Universitas Terbuka. Permendiknas. 2007. Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan