e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV GUGUS VI Luh Juni Mariani1, Ign. I Wayan Suwatra2, Ni Nyoman Garminah3 1 Jurusan PGSD, 2Jurusan TP, 3Jurusan PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected]
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD gugus VI kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas IV SD gugus VI kecamatan Tejakula kabupaten Buleleng yaitu SD Negeri 4 Sembiran dan SD Negeri 1 Sembiran. Jumlah keseluruhan populasi di gugus VI kecamatan Tejakula kabupaten Buleleng adalah 113 orang, sedangkan jumlah sampel 48 siswa yang dipilih secara random. Data hasil belajar IPA siswa dikumpulkan dengan instrumen tes berbentuk uraian. Data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan analisis statistik deskriptif dan statistik infrensial (uji-t). Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh thitung = 5,81 sedangkan ttabel (pada taraf signifikansi 5%) = 2,01. Hal ini berarti bahwa thiung > ttabel, sehingga dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa yang signifikan antara siswa yang mengikuti model PBL dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dari ratarata ( X ) hitung, diketahui X kelompok eksperimen adalah 23,85 dan X kontrol adalah 20,95. Hal ini berarti, X eksperimen > X kontrol. Berdasarkan hasil temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV di gugus VI kecamatan Tejakula kabupaten Buleleng. Kata Kunci: hasil belajar, Problem Based Learning
Abstract Purpose of this study was to determine in science outcomes of students who take Problem Based Learning (PBL) model and students who take conventional learning in the four th grade elementary school students cluster 6 Tejakula district Buleleng regency. This study conducted in four th grade elementary group 6 Tejakula distrisct Buleleng regency SD Negeri 4 Sembiran and SD Negeri 1 Sembiran. The total number of population in the SD cluster 6 Tejakula Buleleng district is 113 students, while the number the sample size is 48 students were taken with a random sampling technique. Data of this research were student’s learning outcomes in science subjects, the data collected by description test instruments. The data were analyzed using descriptive statistical analysis and inferential statistics (t-test). Based on the analysis, obtained t= 5,81 and ttabel (at significance level of 5%) = 2,01. This is means that the value of t > ttabel, so it can be interpreted that there are significant differences in science learning outcomes between students who learned with an PBL and students who learned using conventional learning. The average ( X ) value showed that the experimental group get 23,85 and the control group get 20,95. This means, experimental > control. Based on these that result of this research. The consclution of this research is the application of an PBL model affect the
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 science learning outcomes of fourth grade students in cluster VI, Tejakula distrisct in Buleleng regency. Keywords: learning outcomes, problem based learning
PENDAHULUAN Pendidikan di Indonesia di arahkan untuk dapat melaksanakan pembangunan dan kemampuan bersaing di era globalisasi seperti sekarang ini. Selain itu, pendidikan diupayakan agar dapat menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang berkualitas akan menjadi tumpuan utama bagi suatu bangsa agar dapat berkompetisi dengan Negara lainnya. Untuk meningkatkan kualitas pedidikan, guru perlu mewujudkan suasana pembelajaran yang aktif dan kreatif dengan cara melaksanakan inovasi dalam pembelajaran. Dengan demikian pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas kehidupan pribadi maupun masyarakat, serta mampu menghasilkan SDM yang berkualitas dan professional. Untuk meningkatkan kualitas pedidikan, guru perlu mewujudkan suasana pembelajaran yang aktif dan kreatif dengan cara melaksanakan inovasi dalam pembelajaran. Menurut Wina Sanjaya (2009: 58) “Dalam proses pembelajaran terdapat lima komponen yang satu dengan yang lain saling berinteraksi dan berhubungan satu sama lain. Kompoen-komponen tersebut adalah tujuan, materi pelajaran, metode atau strategi pembelajaran, media, dan evaluasi”. Salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD adalah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Dalam pembelajaran IPA di SD seorang guru harus memperhatikan tahap perkembangan anak dan memperhatikan cara penyajiannya dalam proses pembelajaran, agar fungsi dan tujuan IPA di SD dapat tercapai.
Menurut Widi Asih dan Sulistyowati (2014), hakikat IPA memiliki empat unsur utama, yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi.Dengan demiklian, proses pembelajaran IPA mengutamakan penelitian dan pemecahan masalah. Dalam mengoptimalkan proses pembelajaran IPA terdapat 4 unsur penting yang harus dipenuhi yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi. Konsep IPA merupakan penalaran dan proses mental yang kuat pada seorang siswa. Namun dalam kenyataannya, proses pembelajaran IPA di SD masih berorientasi produk dengan kegiatan yang didominasi oleh guru. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran masih terbatas pada penerimaan materi yang disampaikan dengan metode ceramah. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa. Menurut Hayat & Yusuf (dalam Widi Asih & Sulistyowati, 2014) hasil belajar IPA yang dicapai oleh siswa di Indonesia masih tergolong rendah, hal ini depengaruhi oleh banyak faktor, yaitu kaeakteristik peserta didik dan kelurga, kemampuan membaca, motivasi belajar, telah rasa memiliki dari siswa. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di gugus VI Kecamatan Tejakula pada tanggal 7 Januari 2016 pada pembelajaran IPA di kelas IV dalam proses pembelajaran siswa masih kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran dan masih didominasi oleh guru. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran masih terbatas pada penerimaan materi yang disampaikan dengan metode ceramah. Dalam pembelajaran, siswa masih pasif dan menunggu informasi, catatan maupun pertanyaan-pertanyaan dari guru. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan beberapa guru IPA, terdapat beberapa permasalahan yang 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 diidentifikasi sebagai penyebab rendahnya hasil belajar IPA siswa adalah sebagai berikut: (1) pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered). Hal ini terjadi karena pengetahuan dianggap dapat ditransfer secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Guru masih cenderung menggunakan metode ceramah daripada memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk menenukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari, kurangnya aktivitas fisik siswa dalam belajar, (2) model pembelajaaran yang diterapkan oleh guru kurang bervariasi sehingga proses pembelajaran IPA terkesan membosankan dan kurang menarik bagi siswa, karena siswa jarang dilibatkan dalam kegiatan eksperimen atau percobaan. Pada dasarnya pembelajaran IPA di SD menuntut siswa untuk dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran melalui kegiatan eksperimen, paktikum atau percobaan, sehingga proses belajar siswa menjadi menyenangkan dan bermakna, (3) secara umum nilai rata-rata skor ulangan akhir semester siswa kelas IV masih rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan model pembelajaran yang yang konstruktivistik yang dapat memengaruhi hasil belajar. Salah satunya dengan cara menerapkan model pembelajaran yang mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman nyata siswa. Salah satu solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah rendahnya hasil belajar siswa adalah dengan penggunaan model Problem Based Learning (PBL). Marhaeni (2013: 137) ” Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang berlandaskan bahan konstruktistik yang mengakomodasi keterlibatan siswa dalam belajar dan pememecahan masalah secara otentik”. Menurut Trianto (2007: 67) “model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata”. Dalam model pembelajaran, fokus pembbelajaran ada pada masalah
yang dipilih siswa sehingga tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa model PBL adalah salah satu bentuk model pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan siswa terhadap pemecahan masalah melalui penyelidikan yang yang membutuhkan penyelesaian nyata. Menurut Arends (dalamTrianto, 2007) menyatakan bahwa karakteristik model pengajaran berdasarkan masalah adalah sebagai berikut. (1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa. (2) Berfokus pada keterkaitan antardisiplin.Masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran. (3) Penyelidikan autentik. Siswa dituntut untuk menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan. (4) Menghasilkan produk dan memamerkannya. Produk itu dapat berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer. Karya nyata dan peragaan seperti yang akan dijelaskan kemudian, direncanakan oleh siswa untuk mendemonstrasikan kepada temantemannya yang lain tentang apa yang mereka pelajari. (5) Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu dengan yang lainnya, secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpilkan bahwa karakteristik PBL adalah adanya pengajuan pertanyaan, berfokus pada keterkaitan antardisiplin, penyelidikan autentik, menghasilkan produk, dan kolaborasi dengan cara bekerjasa antar siswa secara berpasangan atau berkelompok.
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Menurut Wina Sanjaya (2009), keunggulan model PBL adalah (1) Pemecahan masalah dapat menantang siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang meeka lakukan. (2) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sesuatu yang harus dimengerti siswa, bukan sekedar hanya belajar dari guru maupun dari buku-buku. (3) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat dan memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. Kelemahan Model PBL adalah (1) Siswa enggan untuk mencoba karena tidak memiliki minat atau kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan. (2) Memerlukan waktu persiapan yang cukup lama. (3) Siswa tidak akan belajar apa yang ingin mereka pelajari, tanpa didasari oleh pemahaman tentang mengapa meraka harus berusaha untu mememcahkan masalah tersebut Sebagai pembanding dalam penelitian ini adalah pembelajaran konvensional. Pembelajaran Konvensional adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru atau teacher centered. Dalam model ini seorang guru memiliki peran yang sangat menonjol dalam pembelajaran. Guru yang memberikan informasi, guru yang memberikan tugas, siswa yang melaksanakan tugas sampai akhirnya guru menganggap bahwa yang telah diajarkan dapat dimengerti oleh siswa. Sudjana (2005) menyatakan bahwa kegiatan pembelajaran yang berpusat pada guru menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan peserta didik. Peserta didik berperan sebagai pengikut dan penerima pasif dari kegiatan yang dilaksanakan. Menurut Sulaeman (dalam Rasana, 2009) pembelajaran konvensional merupakan cara yang paling efisien dalam mengajar yang bersifat hafalan. Aliran psikologi belajar yang memengaruhi model pembelajaran konvensional adalah paham behavioristik (Sanjaya, 2009), yaitu suatu paham yang lebih menekankan pada pemahaman bahwa prilaku manusia pada dasarnya
merupakan keterkaitan antara stimulus dan respon. Oleh karena itu, dalam implementasi model pembelajaran konvensional, peran guru sebagai pemberi stimulus merupakan faktor yang sangat penting. Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang berorientasi pada guru, sehingga siswa cenderung pasif dan hanya terjadi transfer ilmu oleh guru, bukan karena aktivitas dari siswa itu sendiri. Siswa lebih banyak mendengarkan, mencatat, sesuai perintah guru tanpa berupaya untuk menemukan sendiri konsep–konsep yang dipelajari tersebut. Keunggulan model pembelajaran konvensional adalah (1) bahan belajar dapat disampaikan secara tuntas, (2) dapat diikuti oleh peserta didik dalam jumlah besar, (3) pembelajaran dapat dilaksanakan sesuai dengan alokasi waktu yang telah disediakan, dan (4) target materi relatif mudah dicapai, sedangkan kelemahannya adalah (1) sangat membosankan karena mengurangi motivasi dan kreativitas siswa, (2) keberhasilan perubahan sikap dan prilaku peserta didik relatif sulit untuk diukur, (3) kualitas pencapaian tujuan belajar yang telah ditetapkan adalah relatif rendah karena pendidik sering hanya mengejar target waktu untuk menghabiskan materi pembelajaran, dan pembelajaran kebanyakan menggunakan ceramah dan tanya jawab (Sudjana, 2005). Tujuan penelitian adalah.untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mingikuti model PBL dan siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV di Gugus VI Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2015/2016. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini unit eksperimennya adalah kelas, sehingga penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment).
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Dalam eksperimen semu, penempatan subjek ke dalam kelompok yang dibandingkan tidak dilakukan secara acak. Individu subjek sudah ada dalam kelompok yang dabandingkan sebelumdiadakannya penelitian. Penelitian ini dilakukan di Gugus VI Kecamatan Tejakula pada rentang waktu semester II (genap) tahun pelajaran 2015/2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas IV di Gugus VI Kecamatan Tejakula pada tahun ajaran 2015/2016. Gugus ini terdiri dari lima sekolah, sehingga terdapat lima kelas IV dengan jumlah seluruh siswa sebanyak 113 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random sampling. Agung (2012:77) teknik ini dengan mencampur subjek-subjek di dalam populasi, sehingga semua subjek dianggap sama dan mendapat hak yang sama untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi anggota sampel. Berdasarkan hasil pengundian, yang dijadikan kelas eksperimen adalah kelas IV di SD Negeri 4 Sembiran dan IV di SD Negeri 1 Sembiran dijadikan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan model PBL dan kelas kontrol diberikan perlakuan pembelajaran konvensional. Rancangan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalen Post Test Only Control Group Design. Pembelajaran yang digunakan sebagai perlakuan dalam hal ini dibedakan menjadi kelompok eksperimen menerima treatment atau perlakuan berupa model PBL sedangkan pada kelas kontrol diberlakukan pembelajaran konvensional. Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu satu atau lebih dari variabel-variabel yang sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap variabel tergantung (Agung, 2012). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yaitu model PBL yang diterapkan pada kelompok eksperimen. Variabel tergantung yaitu variabel yang keberadaanya atau munculnya bergantung pada variabel bebas (Agung, 2012).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA. Pada penelitian ini, langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut. (1) penjajagan ke sekolah tujuan dan melakukan observasi terhadap rancangan dan proses pembelajaran yang terjadi di kelas sebelum diberikan perlakuan., (2) menentukan sampel penelitian dari populasi yang tersedia dengan cara melihat jumlah siswa, melakukan uji kesetaraan menggunakan uji-t dan pengundian, (3) mengadakan sosialisasi dan pelatihan dengan guru kelas IV SD yang telah terpilih sebagai sampel bahwa, akandiadakan penelitian di kelas tersebut, (4) menentukan materi pelajaran sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran IPA di kelas IV sekolah dasar, (5) menyiapkan instrumen pembelajaran dan tetap berkonsultasi dengan dosen pembingbing. instrument yang disiapkan berupa perangkat pembelajaran rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan, kartu kerja dan tes untuk mengukur hasil belajar IPA siswa kelas IV, (6) mengadakan uji coba instrumen penelitian, untuk mencari validitas, reliabilitas soal, tingkat kesukaran dan daya beda, (7) melakukan eksperimen dengan memberikan perlakuan kelompok eksperimen berupa model PBL dan pembelajaran konvensional pada kelompok control, (8) emberikan post-test kepada kedua kelompok dalam selang waktu yang tidak lama, (9) mengumpulkan data dan menganalisis hasil penelitian untuk menguji hipotesis yang diajukan. Data yang dikumpulkan adalah data tentang hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Gugus VI Kecamatan Tejakula Kabupaten Buleleng. Untuk mengumpulkan data digunakan tes hasil belajar IPA, instrumen yang digunakan yaitu tes esai sebanyak 15 soal. Tes hasil belajar IPA disusun oleh peneliti dan guru bidang studi IPA melalui bimbingan dosen pembimbing.Setelah tes disusun, terlebih dahulu diuji validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran, dan reliabilitasnya.Berdasarkan hasil uji validitas dan daya pembeda, diperoleh 15 soal yang valid dan 2 soal tidak valid. Kemudian 13
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 soal dianalisis tingkat kesukarannya. Setelah diuji tingkat kesukarannya dari 15 soal diperoleh 12 soal yang termasuk dalam kriteria sukar, 3 soal yang termasuk dalam kriteria sedang Selanjutnya 15 soal diuji reliabilitasnya dengan menggunakan uji reliabilitas terhadap 10 soal diperoleh r11 = 78 yang termasuk kriteria tinggi. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya kualitas dari dua variabel yaitu model pembelajaran dan hasil belajar. Dalam analisis ini yang dihitung adalah rata-rata, Median, Modus dan Standar Deviasi. Penyajian data tentang hasil belajar siswa selanjutnya disajikan ke dalam kurva poligon. Tujuan penyajian data ini adalah untuk menafsirkan sebaran data hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen dan kontrol. Untuk menentukan tinggi rendahnya kualitas variabel-variabel penelitian, skor rata-rata (mean) tiap-tiap variabel dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Xi) dan standar deviasi ideal (SDi). Sebelum dilakukan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas sebaran datadan uji homogenitas varians. Uji normalitas sebaran data dianalisis dengan menggunakan rumus ChiKuadrat kemudian harga Chi Kuadrat hitung dibandingkan dengan Chi Kuadrat Tabel. Bila harga Chi Kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan harga Chi Kuadrat tabel 2≤ 2 , maka data dinyatakan normal, dan bila lebih besar (>) dinyatakan tidak normal. Dengan drajat kebebasan (dk) 5-1 = 4 dan taraf kesalahan 5%. Uji homogenitas varians digunakan uji F dari Agung, 2012. Kriteria pengujian, jika F hitung Ftabel n1 1, n 2 1 pada taraf signifikan
Hipotesis permasalahan yang diuji dalam permasalahan ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok yang mengikuti pembelajaran dengan masalah terbuka dan kelompok yang tidakmengikuti pembelajaran masalah terbuka pada siswa kelas IV SD di gugus VI kecamatan Sawan. Hipotesis ini dijabarkan menjadi 2 yaitu: Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar belajar IPA yang signifikan antara kelompok yang mengikuti pembelajaran dengan model PBL dan kelompok yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional pada siswa kelas IV SD di gugus VI kecamatan Tejakula, kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016. H1 : Terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok yang mengikuti pembelajaran dengan model PBL dan kelompok yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional pada siswa kelas IV SD di gugus VI kecamatan Tejakula, kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016. Secara statistik dapat dirumuskan sebagai berikut. H0 = μA1 μA 2 H1 = μA1 μA 2 Keterangan: μA1 = rata-rata hasil belajar IPA siswa yang mengikuti pembelajaran masalah terbuka.
μA2
= rata-rata hasil belajar IPA siswa yang tidak mengikuti pembelajaran masalah terbuka. Untuk menguji hipotesis tersebut, digunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians sebagai berikut.
5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1 – 1 dan derajat kebebasan untuk penyebut n2 – 1, maka H0 ditolak yang berarti sampel tidak homogen. Setelah diuji normalitas sebaran data dan homogenitas varians kemudian data di analisis menggunakan statistik parametrik yaitu uji-t.
t
6
X1 X 2
n1 1S 1
n 2 1 S 2 1 1 n1 n 2 2 n1 n 2 2
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Keterangan:
(Koyan, 2012:38)
X1
= rata-rata skor post-test kelompok eksperimen
X2
= rata-rata skor post-test kelompok control = banyak siswa kelompok eksperimen = banyak siswa kelompok control = varians kelompok eksperimen = varians kelompok control
n1 n2 s12 s22
distribusi normal atau untuk menyelidiki fo (frekuensi observasi) dari gejala yang diselidiki tidak menyimpang secara signifikan dari fh (frekuensi harapan) dalam distribusi normal. Uji normalitas data dilakukan terhadap data post-test hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kontrol. 2 2 Kriteria pengujian, jika hitung tabel dengan taraf signifikasi 5% (dk = jumlah kelas dikurangi parameter, dikurangi 1), maka data berdistribusi normal. 2 2 Sedangkan, jika hitung tabel , maka data tidak berdistribusi normal. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus chi-kuadrat, diperoleh 2 hitung hasil post-test kelompok
Kriteria pengujian, terima H0 jika thitung
ttabel dan tolak H0 jika thitung > ttabel Harga t
pengganti ttabel (dengan taraf signifikasi 5%) dengan db = (n1 – 1) dan db = (n2 – 1), dibagi dua, kemudian ditambah dengan harga t terkecil.
eksperimen adalah 4,78 dan tabel dengan taraf signifikansi 5% dan db = 3 adalah 2 5,60. Hal ini berarti, hitung hasil post-test kelompok eksperimen lebih kecil dari 2 tabel ( 2 hitung 2 tabel ), sehingga data hasil post-test kelompok eksperimen berdistribusi normal. 2 Sedangkan, hitung hasil post-test 2
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Berdasarkan hasil analisis data hasil belajar IPA diperoleh nilai rata-rata hasil belajar IPA kelompok Data hasil belajar IPA yang diperoleh melalui post-test terhadap 26 orang siswa menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 28 dan skor terendah adalah. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh mean (M) = 23,85, median (Md) = 24,00, modus (Mo) = 24,50, varians (s2) = 5,34 , dan standar deviasi (s) = 2,31 dari data hasil post-test kelompok eksperimen. Sedangkan Data hasil belajar kelompok kontrol yang diperoleh melalui post-test terhadap 22 orang siswa menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 25 dan skor terendah adalah 16. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh mean (M) = 20,95, median (Md) = 21,16, modus (Mo) = 22,17, varians (s2) = 7,28 , dan standar deviasi (s) = 2,70. Sebelum uji hipotesis dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengujian prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Berikut ini diuraikan mengenai hasil pengujian normalitas dan homogenitas terhadap data skor kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Uji normalitas dilakukan untuk menguji suatu distribusi empirik mengikuti ciri-ciri
kelompok kontrol adalah 3,27 dan tabel dengan taraf signifikansi 5% dan db = 3 2 adalah 5,60. Hal ini berarti, hitung hasil post-test kelompok kontrol lebih kecil dari 2 tabel ( 2 hitung 2 tabel ), sehingga data hasil post-test kelompok kontrol berdistribusi normal. Uji homogenitas dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria data homogen jika Fhitung < Ftabel. Dari hasil perhitungan diketahui Fhitung hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah 1,84. Sedangkan Ftabel dengan dbpembilang = 25, dbpenyebut = 21, dan taraf signifikansi 5% adalah 2,04. Hal ini berarti, varians data hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah homogen. Berdasarkan uji prasyarat analisis data, diperoleh bahwa data hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen. Setelah diperoleh hasil dari uji prasyarat analisis data, 2
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0). Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians dengan kriteria tolak H0 jika thiungt > ttabel dan terima H0 jika thitung < ttabel. Dari hasil perhitungan diperoleh thitung sebesar 5,18. Sedangkan, ttabel dengan db= (26+22)-2=46 dan taraf signifikansi 5% adalah 2,01. Hal ini berarti, thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang mengikuti PBL dan siswa yang tidak mengikuti PBL pada siswa kelas IV semester genap di Gugus VI Kecamatan Tejakula tahun pelajaran 2015/2016. Lebih lanjut, untuk mengetahui adanya pengaruh PBL terhadap hasil belajar IPA siswa, dapat dilihat dari hasil belajar antara kedua kelompok sampel. Dari rata-rata ( X ) hitung, diketahui X kelompok eksperimen adalah 23,85 dan X kelompok kontrol adalah 20,95. Hal ini berarti, X eksperimen lebih besar dari X kontrol ( X eksperimen > X kontrol). Berdasarkan hasil temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan PBL berpengaruh terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas IV semester genap di Gugus VI Kecamatan Tejakula tahun pelajaran 2015/2016.
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD gugus VI kecamatan Tejakula Kapupaten Buleleng. Perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti PBL dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional juga disebabkan perbedaan perlakuan dalam proses penyampaian materi. Dalam model PBL lebih menekankan pada pengembangan kemampuan siswa secara mandiri. Hal ini terlihat pada waktu siswa melalukan diskusi di dalam kelompok. Siswa diberikan kesempatan untuk melakukan pembelajaran secara aktif dengan kompetensi yang dimilikinya, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Pada model pembelajaran ini siswa mendapat kebebasan dalam mengajukan ide-ide, pendapat ataupun gagasan-gagasan serta mendiskusikannya tanpa dibebani rasa takut salah, karena dalam hal ini guru hanya sebagai fasilitator. Pembelajaran ini juga dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi informasi baik yang telah dilmiliki maupun berdasarkan apa yang telah dipelajari melalui diskusi kelompok. Hal ini menyebabkan siswa yang mempunyai kemampuan lebih akan menjadi tutur untuk teman-temannya, sedangkan siswa yang kemampuannya kurang, mereka akan termotivasi oleh teman-temannya yang mempunyai kemampuan lebih, sehingga secara tidak langsung seluruh siswa harus menguasai pokok bahasan yang sedang dipelajari. Selain itu masalah-masalah yang diberikan kepada siswa untuk dipecahkan juga berkaitan dengan kehidupan seharihari siswa sehingga siswa menjadi sangat tertarik dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Sanjaya (2009), keunggulan pembelajaran berbasis masalah yaitu 1) Pemecahan masalah dapat menantang siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang meeka lakukan, 2) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sesuatu yang harus dimengerti siswa, bukan sekedar hanya belajar dari guru
Pembahasan Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian, kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan PBL memiliki hasil belajar IPA yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran knvensional. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar IPA siswa. Rata-rata skor hasil belajar IPA yang mengikuti PBL adalah 23,85 dan ratarata skor hasil belajar IPA yang mengikuti pembelajaran konvensional adalah 20,95. Hasil penelitian ini telah memberikan temuan bahwa hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model PBL lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa model PBL 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 maupun dari buku-buku, 3) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat dan memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata. Berbeda halnya dalam penyampaian materi dengan pembelajaran konvensional yang dibelajarkan di kelas kontrol guru cenderung menggunakan metode ceramah saat mengajar. Hal ini akan menyebabkan siswa menjadi penerima informasi saja dari guru tanpa mau aktif untuk menemukan konsep-konsep yang sedang dipelajari. Sanjaya (2009) menganggap bahwa pembelajaran yang berpusat pada guru menyebabkan siswa hanya berperan sebagai pengikut dan penerima pasif dari kegiatan yang dilaksanakan. Hal tersebut tampak pada proses pembelajaran guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide-idenya dalam menjawab suatu permasalahan. Sehingga siswa cenderung lebih pasif karena hanya menerima apa saja yang dijelaskan oleh guru. Siswa menunggu sampai guru selesai menjelaskan kemudian mencatat apa yang diberikan oleh guru tanpa memaknai konsep-konsep yang diberikan. Perbedaan cara pembelajaran antara pembelajaran dengan model PBL dan pembelajaran dengan pembelajaran konvensional tentunya akan memberikan dampak yang berbeda pula terhadap hasil belajar siswa. Penerapan model PBL dalam pembelajaran memungkinkan siswa untuk tahu manfaat dari materi yang dipelajari bagi kehidupannya, aktif dalam kegiatan pembelajaran, menemukan sendiri konsepmateri yang dipelajari tanpa harus selalu tergantung pada guru, mampu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan konsep yang dipelajari, bekerja sama dengan siswa lain, dan berani untuk mengemukakan pendapat. Siswa menjadi lebih tertantang untuk belajar dan berusaha menyelesaikan semua permasalahan IPA yang ditemui, sehingga pengetahuan yang diperoleh akan lebih diingat oleh siswa. Dengan demikian, hasil belajar IPA siswa yang diajar dengan model PBL akan lebih baik dibandingkan dengan
siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dari beberapa penelitian tentang penerapan model pembelajaran PBL. Triyana (2013) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus IV Tampak Siring. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan Model Berbasis Masalah dalam pembelajaran IPA mampu memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa. Hasil penelitian tersebut, dapat memberikan gambaran atau wawasan kepada peneliti bahwa model PBL dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Dengan demikian, hasil belajar IPA siswa yang belajar dengan model PBL akan lebih baik dibandingkan dengan siswa yang belajar tidak menggunakan model PBL. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tersebut, dapat disimpulkan bahawa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran model PBL dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV semester genap di Gugus VI Kecamatan Tejakula tahun pelajaran 2015/2016. Hal ini dibuktikan dengan hasil perhitungan uji-t diperoleh thitung = 5,18 dan ttabel dengan db= (26+22)-2=46 dan taraf signifikansi 5% adalah 2,01. Hasil temuan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel), sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Dengan adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan model PBL berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV gugus VI
kecamatan Buleleng.
Tejakula
kabupaten
Saran Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 adalah sebagai berikut. (1) siswa-siswa di sekolah dasar agar lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan terus mengembangkan pemahamannya dengan berfikir secara sistematis untuk memecahkan masalah yang dihadapi serta selalu bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, (2) guru-guru di sekolah dasar agar lebih berinovasi dalam pembelajaran dengan menerapkan suatu strategi pembelajaran yang inovatif dan didukung media pembelajaran yang relevan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa, (3) kepala sekolah, agar memberikan informasi dan memfasilitasi para guru agar mampu menggunakan model pembelajaran yang lebih inovatif sehingga dapat membantu guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa, (4) peneliti lain yang ingin mendalami penerapan model Problem Based Learning diharapkan dapat melakukan penelitian yang lebih memadai dan dijadikan pertimbangan untuk memilih model pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang akan dilaksanakan.
Marhaeni. 2013. Landasan dan Inovasi Pembelajaran. Singaraja: universitas Pendidikan Ganesha. Rasana, I Dewa Putu Raka. 2009. Model– model Pembelajaran. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grapindo Persada. Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sudjana, N. 2005.Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production. Triyana, I Nyoman. 2013. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus IV Tampak Siring.Skripsi (tidak diterbitkan).Jurusan PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Widi, Asih Wisudawati & Eka Sulistyowati. 2014. Metodologi Pembelajaran IPA.Jakarta: PT. Bumi Aksara.
DAFTAR PUSTAKA Agung, A. A. Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha Singaraja. Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Terapan (Teknik Analisis Data Kualitatif). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
10