e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENGARUH LEARNING CYCLE 5E TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS V SD GUGUS IV PUPUAN Made Yuni Paramita1, I Dewa Kade Tastra 2, I Made Citra Wibawa 3 1 ,3
Jurusan PGSD, 2 Jurusan TP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] 3
Abstrak Rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Pupuan karena lemahnya proses pembelajaran yang diterapkan guru di SD. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran learning cycle 5E. (2) Mengetahui hasil belajar IPA siswa yang dibelajarakan dengan model pembelajaran konvensional. (3) Mengetahui perbedaan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran learning cycle 5E dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Pupuan Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini merupakan quasi eksperiment dengan rancangan non-equivalent post test only control group design. Kelas yang menjadi sampel penelitian adalah kelas V di SD N 1 Karya Sari dan SD N 5 Belimbing. Instrumen penelitian ini adalah tes berbentuk pilihan ganda. Data dianalisis dalam dua tahap, yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial (uji-t sample independent). Simpulan dalam penelitian ini adalah (1) Hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran learning cycle 5E berada pada kategori tinggi dengan skor rata-rata 21,35. (2) Hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada kategori kategori sedang dengan skor rata-rata 15,86. (3) Terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran learning cycle 5E dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional (thit=4,057 > ttab=2,011). Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran learning cycle 5E berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di gugus IV Kecamatan Pupuan tahun pelajaran 2015/2016. Kata-kata kunci: hasil belajar, learning cycle 5E
Abstract The low outcomes in science Elementary School of fifth grade students in Cluster IV Pupuan district in academic 2015/2016 because the weakness of the learning process implemented by teacher in elementary school. As for the aim of this researched were: (1) Determine the learning outcomes of students which treated by 5E learning cycle model. (2) Determine learning outcomes of students which given with conventional learning model. (3) Determine the difference between the groups of students that learned 5E learning cycle model and a group of students that learned with conventional learning model for learning outcomes in science Elementary School of fifth grade students in Cluster IV Pupuan district in academic 2015/2016. In this study used quasi experimental design with non-equivalent post test only control group design. The sample research is fifth grade students of SD N 1 Karya Sari and SD N 5 Belimbing. The research instrument was a multiple choise test. The data analyzed in two stages, namely statistical analysis descriptive and inferential statistical analysis (independent sample t-test). Conclusions in
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 this research is (1) The learning outcomes in science of students which treated by 5E learning cycle model at the high category with has average score of 21,35. (2) The learning outcomes in science of students which treated by conventional learning model at the moderate category with has average score of 15,86. (3) There are differences between learning outcomes in science the groups of students that learned 5E learning cycle model and a group of students that learned with conventional learning model (thit=4,057 > ttab=2,011. This proves that learning using 5E learning cycle model affects the science outcome of the students for fifth grade elementary students in Cluster IV Pupuan district in academic 2015/2016. Key words: learning outcomes, 5E learning cycle
PENDAHULUAN Pendidikan di sekolah bukanlah proses yang dilaksanakan secara sembarangan, akan tetapi proses yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk pencapaian tujuan tertentu. Wina Sanjaya (2011:1) menyatakan, “Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses pembelajaran.” Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah terus melakukan penyempurnaan kurikulum. Di Indonesia saat ini berlaku dua kurikulum yaitu Kurikulum 2013 dan KTSP. Masingmasing kurikulum memiliki warna dan ciri khas tersendiri, warna dan ciri khas tiap kurikulum menunjukan kurikulum tersebut berusaha menghadirkan sosok siswa yang sesuai dengan jamannya. IPA merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam Kurikulum SD. Menurut Susanto (2013: 167) sains atau IPA adalah “usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan.” Hal ini menandakan bahwa IPA memiliki peran yang sangat penting bagi siswa dalam memahami alam sekitar. IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pentingnya peranan IPA dalam kehidupan sehari-hari ternyata tidak membuat mata pelajaran ini menjadi mata pelajaran yang digemari siswa. Pada
kenyatannya mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa termasuk pada jenjang SD. Hal tersebut disebabkan oleh lemahnya proses pembelajaran yang diterapkan para guru di SD. Hal ini, sejalan dengan laporan dari Solihatin (dalam Susanto, 2013) yang menemukan kelemahan-kelemahan pembelajaran di SD saat ini, antara lain: a) Model pembelajaran yang diterapkan bersifat konvensional/ceramah. b) Siswa hanya dijadikan objek pembelajaran karena selama pembelajaran berlangsung cenderung tidak melibatkan pengembangan pengetahuan siswa. c) Guru selalu mendominasi pembelajaran (teacher centered), akibatnya proses pembelajaran sangat terbatas. Sehingga kegiatan pembelajaran hanya diarahkan pada mengetahui (learning to know), ke arah pengembangan aspek kognitif dan mengabaikan aspek afektif serta psikomotor. d) Pembelajaran bersifat hafalan semata sehingga siswa kurang bergairah dalam belajar. e) Dalam proses pembelajaran hanya terjadi proses interaksi searah dari guru ke siswa. Kondisi seperti ini mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa, sehingga pada akhirnya tujuan pembelajaran tidak akan tercapai. Berdasarkan hasil pencatatan dokumen yang telah dilakukan pada bulan Januari 2016, di gugus IV Kecamatan Pupuan ditemukan adanya permasalahan yang dihadapi guru dalam pelaksanaan pembelajaran IPA. Nilai rata-rata ulangan akhir semester IPA pada semester satu tahun pelajaran 2015/2016 untuk setiap SD di Gugus IV Kecamatan Pupuan masih berada dibawah KKM (Kriteria 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Ketuntasan Maksimal) yaitu 63,5 dengan KKM 70. Data nilai ulangan akhir
semester (UAS) siswa kelas V pada mata pelajaran IPA dapat dilihat pada Tabel 01.
Tabel 01. Nilai Rata-rata UAS IPA Siswa Kelas Kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Pupuan No. 1 2 3 4 5 6
Sumber Populasi SD N 1 Belimbing SD N 2 Belimbing SD N 4 Belimbing SD N 5 Belimbing SD N 1 Karya Sari SD N 1 Sanda
Jumlah Siswa 9 15 10 21 28 21
Nilai Rata-rata 64 61,6 63,2 63,7 63,4 63
KKM
70
Model pembelajaran learning cycle 5E patut dikedepankan, karena merupakan suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan berbasis konstruktivisme. Siklus belajar merupakan “rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisir sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran aktif” (Wena, 2009:170). Penerapan model pembelajaran learning cycle 5E, dapat merangsang siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah mereka dapatkan sebelumnya, dapat memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran dan menambah rasa keingintahuan, serta dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pemikirannya karena adanya waktu untuk berpikir, mencari, menemukan dan menjelaskan contoh penerapan konsep yang telah dipelajari. Sehingga memberikan pengalaman baru dan menyenangkan bagi siswa. Dengan demikian, keadaan ini tentu akan berpengaruh positif dan meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dilihat bahwa antara model pembelajaran learning cycle 5E sangat berbeda dengan model pembelajaran konvensional yang dilakukan oleh guruguru di sekolah. Dengan perbedaan antara model pembelajaran learning cycle 5E dan model pembelajaran konvensional diyakini memberikan efek yang berbeda terhadap hasil belajar siswa. Penerapan model pembelajaran learning cycle 5E ini
Berdasarkan Tabel 01. terlihat bahwa rata-rata UAS IPA pada setiap sekolah di Gugus IV masih berada pada kategori rendah. Kategori rendah tersebut didasarkan pada pengukuran menggunakan PAP (Penilaian Acuan Patokan) skala limayang dikemukakan oleh Agung (2010). Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa, rendahnya hasil belajar IPA disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 1) Keterbatasan guru baik dibidang pengetahuan, pengalaman maupun keterampilan, mengenai penggunaan model-model pembelajaran yang inovatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran guna meningkatkam hasil belajar siswa. 2) Guru tidak memberikan kesempatan bagi siswa ataupun memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. 3) Guru tidak bisa menciptakan kondisi kelas yang menyenangkan bagi siswa. 4) Tidak tersedianya alat-alat peraga yang dapat menunjang proses pembelajaran. Inilah yang menyebabkan siswa kurang memperhatikan materi yang disampaikan guru, tidak tertarik dengan pembelajaran yang berlangsung dan merasa cepat bosan belajar. Hal ini tentunya dapat mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa, khususnya hasil belajar pada mata pelajaran IPA. Perlu diupayakan jalan keluar untuk mengatasi masalah tersebut dengan menerapkan model yang lebih tepat yaitu dengan difokuskan pada penerapan model pembelajaran learning cycle 5E terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Pupuan.
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dapat dijadikan sebagai solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA. Untuk itulah perlu dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Pupuan Tahun Pelajaran 2015/2016”.
variabel yang muncul dalam kondisi eksperimen ini dapat diatur dan dikontrol secara ketat. Selain itu, karena dalam penelitian ini unit eksperimennya berupa kelas. Penempatan subjek ke dalam kelompok yang dibandingkan tidak dilakukan secara acak. Individu sudah ada dalam kelompok yang dibandingkan sebelum diadakannya penelitian. Desain Penelitian yang digunakan adalah non equivalent post-test only control group design. Desain ini dapat dilihat pada Tabel 02.
METODE Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment). Alasan penelitian ini disebut eksperimen semu karena tidak semua
Tabel 02. Non Equivalent Post-test Only Control Group Design Kelas Treatment Post-test Eksperimen (E) X O1 Kontrol (K) – O2 (diadaptasi dari Dantes, 2012) Keterangan: E= kelompok eksperimen, K = kelompok kontrol, X = treatment terhadap kelompok eksperimen, – = tidak menerima treatment, O1 = post–test terhadap kelompok eksperimen, O2 = post–test terhadap kelompok kontrol
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kelas V Sekolah Dasar di Gugus IV Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan pada tahun pelajaran 2015/2016. Gugus ini terdiri dari enam sekolah, sehingga terdapat enam kelas VI,
dengan jumlah seluruh siswanya sebanyak 104 orang. Dari enam kelas tersebut diambil dua kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Distribusi populasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 03.
Tabel 03. Komposisi Anggota Populasi Jumlah Siswa No. Nama Sekolah Kelas IV SD N 1 Belimbing 9 1 SD N 2 Belimbing 15 2 SD N 4 Belimbing 10 3 SD N 5 Belimbing 21 4 SD N 1 Karya Sari 28 5 SD N 1 Sanda 21 6 Jumlah 104 (Sumber: Tata Usaha SD di Gugus IV Kecamatan Pupuan, 2016) Untuk mengetahui kesetaraan kemampuan siswa kelas IV setiap SD, maka terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan. Uji kesetaraan pada penelitian ini dilakukan dengan menganalisis hasil UAS mata pelajaran IPA dengan menggunakan analisis
varians satu jalur (ANAVA A). Hasil dari uji kesetaraan menunjukkan bahwa hasil siswa SD di Gugus IV Kecamatan Pupuan setara. Kemudian, dari keenam sekolah dasar yang ada di Gugus IV Kecamatan Pupuan dilakukan pengundian untuk diambil dua kelas yang dijadikan sampel
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
penelitian. Kedua kelas tersebut diundi lagi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan hasil pengundian untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol, diperoleh sampel yaitu kelas V SD N 1 Karya Sari sebagai kelas eksperimen dan kelas V SD N 5 Belimbing sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran learning cycle 5E dan kelas kontrol diberikan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran learning cycle 5E yang diterapkan pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran konvensional yang ditrapkan pada kelompok kontrol sebagai suatu perlakuan. Sedangkan variabel tergantungnya adalah hasil belajar IPA. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes. Dengan instrumen berupa tes pilihan ganda/objektif. Tes tersebut
kemudian dinilai oleh seorang guru mata pelajaran IPA di SD dan seorang dosen IPA untuk mengetahui validitas isinya. Setelah itu, tes diuji coba lapangan untuk mencari validitas tes, reliabilitas tes, daya beda tes, dan tingkat kesukaran tesnya. Hasil tes uji lapangan akan diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan control. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan statistik inferensial melalui Uji-t. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Data penelitian ini adalah skor hasil belajar IPA siswa sebagai akibat dari penerapan model pembelajaran learning cycle 5E pada kelompok eksperimen dan model pemebelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Data diperoleh dari 49 orang siswa, yaitu 28 orang siswa kelas V SD N 1 Karya Sari sebagai kelas eksperimen dan 21 orang siswa kelas V SD N 5 Belimbing sebagai kelas kontrol. Rekapitulasi perhitungan data hasil penelitian tentang hasil belajar IPA dapat dilihat pada Tabel 04.
Tabel 04. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Skor Hasil Belajar IPA Minat Belajar IPA Data Kelompok Kelompok Kontrol Statistik Eksperimen Mean 21,35 15,86 Median 22,5 14,8 Modus 23,7 14 Skor minimum 11 8 Skor maxsimum 28 26 Rentangan 17 18
Berdasarkan Tabel 04, diketahui bahwa mean (M) data hasil belajar IPA kelompok eksperimen = 21,35 lebih besar daripada kelompok kontrol = 15,86. Kemudian data hasil belajar IPA kelompok eksperimen tersebut dapat disajikan ke dalam bentuk poligon seperti pada Gambar 01.
Gambar 01. Poligon Data Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Berdasarkan poligon diatas, diketahui modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling negatif yang berarti sebagian besar skor cenderung tinggi Untuk mengetahui kualitas dari variabel hasil belajar IPA pada kelas eksperimen, skor rata-rata hasil belajar IPA siswa dikonversikan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Xi) dan standar deviasi ideal (SDi). Berdasarkan hasil konversi, diperoleh bahwa skor rata-rata minat belajar IPA siswa kelompok eksperimen dengan M = 21,35 tergolong kriteria tinggi. Sedangkan data hasil hasil belajar IPA kelompok kontrol dapat disajikan ke dalam bentuk poligon seperti pada Gambar 02.
Gambar 02.
dikonversikan menggunakan kriteria ratarata ideal (Xi) dan standar deviasi ideal (SDi). Berdasarkan hasil konversi, diperoleh bahwa skor rata-rata hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol dengan M = 15,86 tergolong kriteria sedang. Kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui pangaruh dari model pembelajaran yang diterapkan. Namun sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis data yaitu normalitas dan homogenitas. Uji normalitas dilakukan terhadap data hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran learning cycle 5E dan model pembelajaran konvensional. Data skor hasil belajar IPA diuji secara manual menggunakan rumus Chi-Kuadrat. Sedangkan uji homogenitas dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol menggunakan uji-F. Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis diperoleh bahwa data hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan varians kedua kelompok homogen. Untuk itu, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran learning cycle 5E dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Pupuan Tahun Pelajaran 2015/2016. Rangkuman hasil perhitungan uji-t antar kelompok eksperimen dan kontrol disajikan pada Tabel 07.
Poligon Data Hasil Belajar IPA Kelompok Kontrol
Berdasarkan poligon diatas, diketahui mean lebih besar dari median dan median lebih besar dari modus (M>Md>Mo). Dengan demikian, kurva di atas adalah kurva juling positif yang berarti sebagian besar skor cenderung rendah. Untuk mengetahui kualitas dari variabel hasil belajar IPA pada kelas kontrol, skor rata-rata hasil belajar IPA
Data Hasil Belajar IPA
Tabel 07. Rangkuman Hasil Perhitungan Uji-t Hasil Belajar IPA Kelompok N s2 thit ttab (t.s. 5%) X Eksperimen 28 21,35 20,35 4,057 2,011 Kontrol 21 15,86 23,72
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Berdasarkan tabel hasil perhitungan uji-t, diperoleh nilai thitung sebesar 4,057. Sedangkan nilai ttabel adalah 2,011. Hal ini berarti nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel (thitung > ttabel), sehingga H0 ditolak atau H1 diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa dibelajarkan dengan model pembelajaran learning cycle 5E dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Pupuan Tahun Pelajaran 2015/2016.
pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional disebabkan oleh disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut. Pertama, proses pembelajaran learning cycle 5E diawali dengan tahap engagement, yang merupakan tahap membangkitkan dan mengembangkan minat serta keingintahuan siswa tentang topik yang akan diajarkan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pembangkitan minat yang dilakukan dengan cara menunjukkan pertanyaan tentang konsep faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang berkaitan dengan topik bahasan). Hal ini tampak saat proses pembelajaran berlangsung, saat guru membangkitkan minat siswa dengan memperlihatkan gambar sinar matahari yang masuk ke kamar dan bertanya kepada siswa mengenai gambar tersebut. Siswa mulai memperhatikan dan terlihat penasaran dengan gambar tersebut. Siswapun antusias memberikan respon dengan menjawab pertanyaan guru tersebut, hal ini menunjukkan telah timbulnya minat siswa terhadap pelajaran yang sedang dipelajari. Penjelasan di atas dipertegas oleh pendapat Slameto (2010) yang mengungkapkan bahwa minat besar pengaruhnya terhadap proses belajar, bila bahan pelajaran yang dipelajari menarik minat siswa, maka siswa akan belajar dengan sebaiknya-baiknya karena adanya daya tarik terhadap pelajaran tersebut. Kedua, dalam proses pembelajaran terdapat tahap exploration yang merupakan tahap kedua dalam model pembelajaran learning cycle 5E. Tahap exploration merupakan kegiatan siswa membentuk kelompok-kelompok kecil antara 3-5 orang, kemudian siswa diberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk didiskusikan atau dipraktikumkan berdasarkan materi yang dibahas. Kegiatan belajar dalam kelompok kecil juga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini tampak selama proses pembelajaran berlangsung saat siswa berdiskusi dengan teman kelompoknya untuk mengerjakan LKS, terlihat siswa sangat aktif dan bersemangat mengerjakan tugas peraktikkum yang terdapat dalam LKS. Siswa juga terlihat siswa saling bertukar
PEMBAHASAN Hasil analisis data hasil belajar IPA menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan dengan model pembelajaran learning cycle 5E dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t, diketahui thitung = 4,057 dan ttabel pada taraf signifikansi 5% = 2,011. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel). Hal ini berarti bahwa, terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran learning cycle 5E dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Selanjutnya, dilihat dari rata-rata skor hasil belajar IPA, rata-rata skor hasil belajar IPA kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran learning cycle 5E adalah 21,35 (kategori tinggi), sedangkan ratarata skor hasil belajar IPA kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional adalah 15,86 (kategori sedang). Hal ini menunjukkan bahwa, kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran learning cycle 5E memiliki hasil belajar IPA yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran learning cycle 5E dan kelompok siswa yang mengikuti
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
pikiran untuk menyelesaikan masalah yang sedang dikerjakan. Siswa nampak saling bekerja sama untuk dapat menyelesaikan LKS tersebut dengan sebaik-baiknya. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya kegiatan berkelompok, siswa dapat terlibat dan berpartisipasi langsung dalam proses pembelajaran, siswapun menjadi lebih aktif dan bersemangat dalam belajar, serta siswa juga lebih berani untuk mengungkapkan pendapatnya dengan teman kelompoknya. Penjelasan di atas dipertegas oleh pendapat Tjokrodihardjo (dalam Trianto, 2009) yang mengungkapkan bahwa kegiatan kerja kelompok dapat meningkatkan cara berpikir siswa dengan jalan membantu siswa membangkitkan pemahaman isi pelajaran, dapat menumbuhkan keterlibatan dan partisipasi siswa, serta dapat membantu mempelajari keterampilan komunikasi. Ketiga terdapat tahap eksplanation, yang merupakan tahap ketiga dalam model pembelajaran learning cycle 5E. Dimana dalam tahap ini siswa menjelaskan hasil dari diskusi kelompoknya. Siswa dapat menjelaskan suatu konsep dengan kalimat atau pemikiran sendiri, dan memberikan bukti serta klarifikasi atas penjelasannya. Hal ini terlihat selama proses pembelajaran berlangsung, saat perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusinya di depan kelas. Siswa tersebut memberikan penjelasan secara menyeluruh, sedangkan siswa dari kelompok lain memberikan tanggapan mengenai penjelasan dari kelompok penyaji dengan cara memberikan pertanyaan untuk meminta bukti dari penjelasan penyaji. Teman-teman dari kelompok penyajipun ikut membatu memberikan bukti yang mendukung penjelasannya tersebut. Dengan demikian menunjukkan bahwa dengan kegiatan ini siswa akan dapat berpartisipasi secara mental dan sosial dalam proses pembelajaran, serta dapat merangsang terjadinya adanya interaksi antara siswa. Penjelasan diatas sesuai dengan pendapat Wina (2008) yang menyatakan bahwa dengan adanya partisipasi siswa yang optimal maka
pengalaman belajar akan tercapai secara efektif dan efisien. Keempat, terdapat tahap elaboration yang merupakan tahap keempat. Kegiatan dalam tahap ini adalah siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dpelajari dalam situasi baru. Penerapan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Guru memberikan situasi baru atau masalah baru dengan cara memberikan LKS ke-2. Dengan kegiatan ini siswa akan dengan aktif memberikan solusi berdasarkan informasi yang telah mereka miliki dari tahap-tahap siklus belajar sebelumnya. Dengan demikian siswa akan belajar secara lebih bermakna, karena telah dapat menerapkan atau mengaplikasikan konsep yang dipelajari dalam situasi baru. Hal ini terlihat selama proses pembelajaran, saat guru memberikan LKS ke-2. Siswa terlihat sangat antusias dan bersemangat, siswa kembali berdiskusi dan saling bertukar pikiran untuk membahas LKS ke-2 tersebut. Penjelasan di atas dipertegas oleh pendapat Slameto (2010) yang mengungkapkan bahwa dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari untuk membentuk prinsipprinsip dan memecahkan masalah akan dapat memperluas konsep yang dimiliki seseorang. Kelima terdapat tahap evaluation, yang merupakan tahap kelima dalam model pembelajaran learning cycle 5E. Evaluation merupakan tahap mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan guru sebagai bahan evaluasi tentang proses pembelajaran. Selain itu dalam tahap evaluation ini, guru mendorong siswa melakukan evaluasi diri untuk memahami kekuarangan atau kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi terhadap diri sendiri merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar mengajar serta membantu siswa meningkatkan keberhasilannya. Saat siswa telah mampu mengevaluasi dirinya sendiri dan mengetahui letak kekurangannya selama proses pembelajaran, maka ia akan berusaha untuk memperbaiki
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
kekurangannya tersebut. Dan dapat mendorong belajar lebih baik dan meningkatkan motivasi berprestasi. Hal ini telihat saat proses pembelajaran berlangsung, setelah guru memberikan tes evaluasi. Guru mengajak siswa untuk memeriksa bersama tes evaluasi tersebut. Guru bertanya kepada siswa soal-soal mana saja yang dianggap sulit dan dijawab salah oleh siswa. Kemudian guru menjelaskan kembali mengenai soal yang dianggap sulit tersebut, dari penjelasan guru tersebut siswa mengetahui letak kesalahannya. Dan gurupun memotivasi siswa untuk belajar lebih giat lagi, agar dapat memperbaiki kesalahannya dan dapat meningkatkan hasil belajarnya. Penjelasan diatas sesuai dengan pendapat Wina (2008) yang menyatakan bahwa melalui evaluasi dapat menentukan efektivitas program dan keberhasilan siswa melakukan kegiatan pembelajaran serta dapat mengetahui bagian-bagian mana yang menjadi kelemahan siswa sehingga perlu diperbaiki. Berbeda halnya dalam pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional yang bercirikan pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered). Menurut Sulaeman (dalam Rasana, 2009), model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang sudah lazim diterapkan dalam pembelajaran seharihari dan lebih didominasi oleh guru sebagai pentransfer ilmu. Pembelajaran yang lebih didominasi oleh guru karena memegang peran sebagai sumber informasi bagi siswa akan menyebabkan siswa kurang aktif dan hanya menerima informasi yang diberikan oleh guru. Hal ini terlihat saat proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional berlangsung, guru hanya lebih banyak berceramah dalam penyampaian informasi pada siswa, dilanjutkan dengan tanya jawab dan penugasan secara terus menerus. Dan siswa terlihat menjadi sangat pasif saat proses pembelajaran berlangsung, hanya ada beberapa siswa yang mau mengangkat tangannya untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Siswa juga telihat sangat bosan dengan pembelajaran yang berlangsung, terbukti
dengan adanya beberapa siswa yang akhirnya sibuk sendiri dengan bermain bersama teman sebangku, menggambar di buku tulisnya, ataupun menggobrol dengan temannya. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model konvensional tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran serta berpikir secara bebas dan orisinal, baik dalam menentukan sumber belajar maupun menentukan berbagai jawaban suatu masalah, sehingga siswa kurang berminat untuk belajar. Pernyataan ini di dukung oleh pendapat Sudjana (2005) yang menyatakan kegiatan dalam pembelajaran konvensional berpusat pada guru yang menekankan pentingnya aktivitas guru dalam membelajarkan peserta didik. Peserta didik berperan sebagai pengikut dan penerima pasif dari kegiatan yang dilaksanakan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran learning cycle 5E oleh I Putu Sugiantara (2013) pada siswa kelas V SD gugus VII Kecamatan Buleleng Tahun pelajaran 2012/2013 yang membuktikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran learning cycle 5E dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Selain itu, juga sejalan dengan hasil penelitian mengenai pengaruh model pembelajaran learning cycle 5E berbantuan LKS oleh I Nengah Mariane (2015) pada siswa kelas V SD Gugus X Kecamatan Kintamani tahun pelajaran 2014/2015 yang membuktikan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran learning cycle 5E dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diinterpretasikan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E berpengaruh terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Pupuan pada Tahun Pelajaran 2015/2016.
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka simpulan dalam penelitian ini adalah (1) Hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran learning cycle 5E berada pada kategori tinggi dengan rata-rata skor 21,35. (2) Hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional berada pada kategori sedang dengan rata-rata skor 15,86. (3) Terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran learning cycle 5E dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional (thit=4,057 > ttab=2,011). Hal ini membuktikan bahwa model pembelajaran learning cycle 5E berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di gugus IV Kecamatan Pupuan tahun pelajaran 2015/2016. Saran yang dapat diajukan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. Secara teoretis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan tentang inovasi dalam teori pembelajaran. Selain itu, terdapat beberapa saran yang diberikan kepada pihak terkait. Saran-saran tersebut dipaparkan dalam penjelasan berikut. Pertama, bagi kepala sekolah agar selalu berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, salah satunya dengan cara mensosialisasikan penerapan suatu model pembelajaran yang inovatif, sehingga hasil belajar siswa meningkat. Kedua, bagi guru disarankan agar mengggunakan model pembelajaran learning cycle 5E dalam melakukan pembelajaran di kelas agar siswa lebih berminat untuk belajar IPA sehingga dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Ketiga, bagi siswa diharapkan dalam agar lebih bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle 5E dan selalu terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Keempat, bagi peneliti yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran learning cycle 5E dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai salah satu referensi
untuk meneliti dalam lingkup yang lebih luas, sehingga diperoleh sumbangan ilmu yang lebih baik dan sesuai dengan perkembangan zaman. DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede. 2010. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja : Jurusan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas pendidikan Ganesha Singaraja. Rasana, I Dewa Putu Raka. 2009. Modelmodel Pembelajaran. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran, Cetakan Ke-1. Jakarta: Kencana Prenada Media ------------------. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Cetakan Ke-8. Jakarta: Kencana Prenada Media. Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sudjana, N. 2005. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production. Susanto, A. 2013. Teori Belajar dan Pambelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Wena, M. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Malang:Bumi Aksara.
10