Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH PENDEKATAN I2M3 TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD DI GUGUS I BANYUNING Kmg. Aprilliani Maha Supardhi1, Md. Sumantri 2, Dw Nym Sudana3 123
Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara kelompok siswa yang belajar dengan pendekatan I2M3 dan kelompok siswa yang belajar dengan pendekatan konvensional pada mata pelajaran IPA. Penelitian ini tergolong eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan desain post-tes only control group design. Sampel sebanyak 184 orang diambil secara random. Data tentang perbedaan hasil belajar siswa dikumpulkan dengan instrument tes hasil belajar dengan bentuk tes objektif. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif dan statistik inferensial (Uji-t). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) hasil belajar siswa kelompok eksperimen, yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan I2M3 dengan X = 19,52 berada pada kategori tinggi, (2) prestasi belajar siswa kelompok control, yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional dengan X = 14,5 berada pada kategori sedang, dan (3) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan I2M3 dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus I Banyuning. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan pendekatan I2M3 berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa dibandingkan dengan pendekatan konvensional. Kata-kata kunci: I2m3, konvensional, hasil belajar.
Abstract This study aims to determine the difference between the learning outcomes of students who learn to approach I2M3 and groups of students who studied with conventional approaches to teaching science. Is classified as a quasi experimental study (quasi experiment) with post- test only control group design and sample of 184 people taken at random. Data on differences in student learning outcomes were collected through achievement test instrument to form an objective test. The data obtained were analyzed by using descriptive and inferential statistical analysis (t value). The results showed that: (1) student achievement follows the experimental group learning approach I2M3 with X = 19.52 at the high category, (2) student achievement of learning control group that followed the conventional approach with X = 14.5 are in the medium category, and (3) there is a significant difference in learning outcomes between students who take science learning with I2M3 approach and students who take lessons with conventional approaches to the fourth grade students in Cluster I Banyuning. Significant difference indicates that the application of the approach I2M3 more positive effect on students' science learning outcomes compared with conventional approaches. Key words: I2m3, conventional, learning outcomes.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena dengan adanya pendidikan akan berdampak pada peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan sumber daya yang berkualitas, manusia menjadi lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mampu mengantisipasi berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Selain itu, seseorang juga diharapkan dapat menguasai teknologi sehingga dapat bersaing seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni (IPTEKS). Negara Indonesia mengatur secara khusus perihal pendidikan dalam Undangundang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, yang menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Uraian dalam Undang-Undang tersebut membuktikan bahwa, dengan pendidikan diharapkan dapat memperbaiki suatu kualitas manusia baik dalam intelektual, emosional maupun spiritual yang nantinya dapat menjadi bekal bagi dirinya dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan bukan hanya transfer ilmu pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi pendidikan juga harus digunakan sebagai wahana pembinaan moral. Inteligensi yang tinggi dan moral yang baik akan menciptakan manusia yang berkualitas dan dapat mengembangkan potensi dirinya secara maksimal. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada individu-individu untuk mengembangkan bakat serta kepribadian mereka, karena itu sudah sepatutnya pendidikan mendapat perhatian secara terus menerus dalam upaya peningkatan mutunya.
Begitu pentingnya peran dan tujuan pendidikan, sehingga menuntut pemerintah untuk melakukan penyesuaian terhadap sistem pendidikan nasional yang berlaku pada masa kini. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah penyempurnaan kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004 yaitu kurikulum berbasis kompetensi (KBK), dan telah disempurnakan lagi menjadi kurikulum tahun 2006 yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Usaha ini diharapkan membuahkan hasil sehingga kualitas pendidikan di Indonesia khususnya kualitas pendidikan IPA meningkat. KTSP (2006:6) mata pelajaran IPA di sekolah dasar (SD) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut. (1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. (2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat. (4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. (6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. (7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Berpijak pada tujuan peserta didik tersebut, hal yang penting yang harus diperhatikan adalah bagaimana seorang guru merancang suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat secara aktif membangun pengetahuannya sendiri. Namun dalam kenyataannya, mutu pendidikan kita khususnya pada bidang studi IPA dalam dasawarsa terakhir nilai yang diproleh masih belum mencapai hasil
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) yang maksimal. Hal yang sama terjadi di sekolah dasar di gugus I kecamatan Buleleng kabupaten Buleleng bahwa masih rendahnya hasil belajar IPA. Hasil belajar yang diproleh siswa kurang memuaskan hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan di seluruh SD di gugus I yaitu dengan 8 orang guru yang mengajarkan mata pelajaran IPA kelas III pada tanggal 20-22 Juli 2013 diproleh informasi bahwa hasil belajar IPA siswa kelas III masih rendah. Hal ini dibuktikan dari data rata-rata nilai rapot kelas III pada mata pelajaran IPA. Berikut ini disajikan nilai rata-rata ulangan umum murni yang diperoleh siswa kelas III Sekolah Dasar di gugus I Kecamatan buleleng Kabupaten Buleleng Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013 yaitu SD No. 1 Banyuning (61), SD No. 2 Banyuning (63), SD No. 3 Banyuning (61), SD No. 4 Banyuning (60), SD No. 5 Banyuning (60), SD No. 6 Banyuning (60), SD No. 7 Banyuning (59), dan SD no. 8 Banyuning (59). Berdasarkan pernyataan di atas siswa kurang memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru sehingga hasil belajar siswa rendah atau di bawah rata-rata. Belajar adalah suatu proses yang ditandai oleh adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari pengalaman dan latihan. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditimbulkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku, dan kecakapan serta kemampuan. Hasil belajar merupakan suatu puncak dari proses pembelajaran. “Hasil belajar terjadi berkat evaluasi guru dan juga merupakan suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar”. (Dimyanti dan Mudjiono, 2006: 3). Jadi hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengalami interaksi dalam proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan adaya perubahan struktur pengetahuan individu. Berkaitan dengan hal tersebut sesuai dengan hasil observasi terhadap proses pembelajaran yang berlangsung di masingmasing sekolah yang ada di Gugus I Kecamatan Buleleng, diketahui bahwa guru mengajar lebih berorientasi untuk mengejar target kurikulum, sehingga harus berusaha
menghabiskan materi tanpa peduli dengan penerapan pendekatan atau model pembelajaran. Selama ini guru terbiasa memakai metode ceramah tanpa memperhatikan kondisi siswa, sehingga dalam proses pembelajaran tersebut siswa merasa jenuh dan kurang aktif dalam proses pembelajaran yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Di samping itu, Darmjo (dalam Samatowa 2010:2) menyatakan, IPA adalah pengetahuan rasional dan objektif tenang alam semesta dengan segala isinya. Ilmu pengetahuan merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa inggris yaitu “natural science”, artinya ilmu pengetahun alam (IPA). Jadi, ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science adalah ilmu yang mempelajari pristiwapristiwa yang terjadi di alam ini. IPA membahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Carin dan Sund (dalam Samatowa, 2010:20) menyatakan bahwa “IPA terdiri atas tiga macam unsur, yaitu proses ilmiah, produk ilmiah, dan sikap ilmiah”. Proses ilmiah atau metode ilmiah meliputi pengamatan, membuat hipotesis merancang dan melakukan percobaan, mengukur dan proses-proses pemahaman kealaman lainnya. Produk ilmiah meliputi prinsip-prinsip, hukum-hukum, teori-teori, kaidah-kaidah postulat-postulat dan sebagainya. Pembentukan produk IPA berasal dari data observasi dan yang dapat ditiru. Sedangkan sikap ilmiah misalnya menlai rasa ingin tahu yang tinggi, rendah hati, sikap keterbukaan, dan jujur. Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa, IPA adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala/peristiwa alam yang terdiri dari tiga macam unsur, yaitu pross ilmiah, produk ilmiah, dan sikap ilmiah. Samatowa (2010:4) menyebutkan beberapa alasan ilmu pengetahuan alam (IPA) diajarkan di sekolah dasar yaitu a) IPA berfaedah bagi suatu bangsa, b) bila IPA diajarkan dengan cara yang tepat, maka merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berfikir kritis, c) bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) sendiri oleh siswa, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka, d) mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk anak secara keseluruhan. Dengan demikian, pembelajaran IPA di tingkat SD perlu diajarkan dengan cara yang tepat untuk menanamkan sikap hidup ilmiah. Dengan percobaan-percobaan untuk melakukan pengamatan-pengamatan sehingga IPA tidaklah merupakan hapalan belaka. Berdasarkan uraian di atas, kualitas proses pembelajaran IPA perlu dioptimalkan dalam rangka membantu siswa untuk meningkatkan hasil belajar yang diinginkan. Dengan menerapkan pendekatan-pendekatan atau model-model pembelajaran baru dalam proses pembelajaran akan menghilangkan kejenuhan dan kebosanan siswa dalam belajar. Salah satu pendekatan yang digunakan adalah pendekatan I2M3 (interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi). Pendekatan I2M3 adalah pembelajaran yang berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi peserta didik untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Depdiknas
(2005) pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa, pembelajaran I2M3 adalah proses pembelajaran diselenggarakan sedemikian rupa sehingga terasa hidup, memotivasi, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologisnya. Bagian-bagian dari pendekatan I2M3 yaitu interaktif (I) adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menjalin kerjasama yang bermakna dengan teman atau gurunya. Inspiratif (I) adalah pembelajaran yang mendorong dan memicu peserta didik untuk mencaritemukan hal-hal baru yang inovatif. Menyenangkan (M) adalah suatu pembelajaran yang
mempunyai suasana yang mengasikkan sehingga perhatian peserta didik terpusat secara penuh pada belajar maka curah perhatiannya tinggi. Motivasi (M) pada dasarnya merupakan dorongan yang muncul dari dalam diri sendiri untuk bertingkah laku. Menantang (M) adalah pembelajaran yang mana peserta didik diperhadapkan pada masalah, kemungkinankemungkinan baru, persoalan-persoalan dilematis, dan paradoks sesuai dengan tingkat usianya. Proses pembelajaran dengan kegiatan I2M3 ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut: (a) guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, serta aktivitas pembelajaran yang akan dilakukan; (b) volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik; (c) tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik; (d) guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik; (e) guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan, dan keputusan pada peraturan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran; (f) guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung; (g) guru menghargai pendapat peserta didik; (h) guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi; (i) pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata pelajaran yang diampunya; dan (j) guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan. (Permendiknas nomor 41, 2007:9). Berdasarkan uraian di atas, dipandang perlu untuk mengetahui pengaruh pendekatan I2M3 terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas IV sekolah dasar di Gugus I kecamatan Buleleng kabupaten Buleleng tahun ajaran 2013/2014.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) METODE Penelitian yang akan dilakukan ini merupakan penelitian eksperimen yang meneliti hubungan sebab akibat dengan memanipulsi satu variabel pada satu kelompok eksperimental. Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol (yang tidak dimanipulasi). Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment) karena tidak semua variabel yang muncul dalam kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat Koyan (2012:26) mengemukakan “populasi adalah himpunan dari unsur-unsur yang sejenis”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV Sekolah Dasar di Gugus I Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2013/2014. Koyan (2012:26) mengemukakan “sampel adalah bagian dari populasi”. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random sampling. Teknik ini dengan mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama dan mendapat hak yang sama untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi anggota sampel. Sampel yang dirandom dalam penelitian ini adalah kelas, karena dalam eksperimen tidak memungkinkan untuk merubah kelas yang ada. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV yang ada di SD No. 3 Banyuning dan SD No. 7 Banyuning yang berjumlah 41 orang. Dari dua kelas yang ada di SD No. 3 Banyuning dan SD No. 7 Banyuning dilakukan pengundian untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dua kelas yang dijadikan sampel penelitian merupakan kelas yang memiliki kemampuan akademik relatif sama jika dilihat dari perolehan nilai pada akhir semester II. Dengan demikian siswa kelas IV SD No. 3 Banyuning yang berjumlah 23 orang sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas IV SD No. 7 Banyuning yang berjumlah 18 orang sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan pembelajaran dengan pendekatan I2M3 dan kelas kontrol diberikan perlakuan pembelajaran dengan pendekatan konvensional
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dicari dalam penelitian yang akan dilakukan ini adalah Metode tes. Nurkancana dan Sunartana (1990: 34) mengemukakan bahwa “Metode tes merupakan suatu cara untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh anak atau sekelompok anak.” Sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut, yang dapat dibandingkan dengan nilai yang didapat oleh anak lain atau dengan nilai standar yang ditetapkan. “Tes prestasi pada umumnya mengukur penguasaan dan kemampuan para peserta didik setelah mereka selama waktu tertentu menerima proses belajar mengajar dari guru” (Sukardi, 2004:139). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pilihan ganda. Digunakan untuk mengukur prestasi belajar IPA siswa. Tes yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang prestasi belajar IPA siswa adalah tes pilihan ganda dengan satu jawaban benar. Tes ini mengungkap tentang penguasaan siswa terhadap pelajaran IPA mereka peroleh. Setiap item soal disertai dengan empat alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh siswa (alternatif a, b, c, dan d) setiap item diberi skor 1 bila siswa menjawab dengan benar dan siswa yang menjawab salah diberi skor 0. Skor setiap jawaban kemudian dijumlahkan dan jumlah tersebut merupakan skor variabel penguasaan konsep IPA. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data tentang prestasi belajar siswa yang merupakan data kuantitatif dan dianalisis dengan statistik inferensial. Statistik inferensial digunakan untuk menggeneralisasikan hasil penelitian yang meliputi estimasi (perkiraan) dan pengujian hipotesis. Untuk menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar IPA akan dikonversikan dengan menggunakan kriteria nilai rata-rata (mean), modus, median, dan standar deviasi (SD). Sebelum melakukan uji hipotesis maka harus dilakukan beberapa uji prasyarat. Uji normalitas untuk skor hasil belajar IPA digunakan analisis Chi-Kuadrat. Uji Homogenitas varians untuk kedua
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) kelompok digunakan uji F. Data yang diproleh dalam penelitian ini adalah data tentang prestasi belajar IPA siswa yang merupakan data kuantitatif dan dianalisis dengan statistik inferensial. Statistik inferensial digunakan untuk menggeneralisasikan hasil penelitian yang meliputi estimasi (perkiraan) dan pengujian hipótesis.
HASIL DAN PEMBAHASAN Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan stasistik deskriptif dan statistisk inferensial yaitu uji-t. Data dalam penelitian ini adalah skor hasil belajar IPA siswa sebagai akibat dari penerapan model pembelajaran reciprocal teaching pada kelas eksperimen dan model konvensional pada kelas kontrol. Berikut ini rangkuman hasil analisis deskriptif disajikan pada Tabel 1
Tabel 1. Rekapitulasi perhitungan hasil belajar IPA Statistik Deskriptif Mean (M) Median (Md) Modus (Mo) Varians Standar Deviasi
Kelompok Eksperimen 19,52 20,7 32,5 25,75 5,07
Berdasarkan tabel tersebut diketahui mean kelompok eksperimen lebih besar daripada mean kelompok kontrol. Kemudian data hasil belajar IPA kelas eksperimen dapat disajikan ke dalam bentuk grafik poligon seperti pada Gambar 1.
Kelompok Kontrol 14,5 13,7 13,6 21,72 4,66
kelompok eksperimen dengan menggunakan model pendekatan I2M3 adalah 19,52. Jika dikonversi ke dalam PAP Skala Lima berada pada kategori sedang. Distribusi frekuensi data hasil belajar IPA kelompok kontrol yang telah mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional disajikan pada Gambar 2.
8
10
Frekuensi
Frekuensi
15
5 0
Gambar 1. Kurve poligon hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen
8
13
18
Mean (M), Median (Md), Modus (Mo) digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa sebaran data kelompok siswa yang mengikuti pendekatan I2M3 juling negatif Mo>Md>M (32,5>20,7>19,52). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor siswa kelompok eksperimen cenderung tinggi. Berdasarkan analisis data bahwa mean hasil belajar IPA siswa
23
6 4 2
Gambar 2. Grafik poligon skor data kelompok control
28
0
6,5 10,5 14,5 18,5 23, (Md), Modus
Mean (M), Median Titik tengah (Mo) digambarkan dalam
grafik poligon tampak bahwa sebaran data kelompok siswa yang mengikuti pendekatan konvensional merupakan juling positif Mo<Md<M (13,6<13,7<14,5). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor siswa kelompok kontrol cenderung rendah.
Titik tengah
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Berdasarkan analisis data bahwa mean hasil belajar IPA siswa kelompok Kontrol dengan menggunakan pendekatan konvensional adalah 14,5 Jika dikonversi ke dalam PAP Skala Lima berada pada kategori rendah. Uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dilakukan untuk membuktikan bahwa frekuensi data hasil penelitian benar-benar berdistribusi normal. Berdasarkan hasil analisis data post test kelompok eksperimen dengan menggunakan rumus chi kuadrat, diperoleh X2hitung= 4,08 dan X2tabel = 5,99 dengan taraf 5% dan dk = 2. Dengan demikian, data post test hasil tes belajar IPA kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan hasil analisis data post test kelompok kontrol dengan menggunakan rumus chi kuadrat, diperoleh X2hitung 2 = 2,56 dan X tabel = 7,81 dengan taraf 5% dan dk = 3. Dengan demikian, maka data post test hasil belajar kelompok kontrol berdistribusi normal.
Uji homogenitas varians dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji-F dengan kriteria data homogen jika Fhit < Ftab. Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas didapatkan Fhitung = 1,01 dan Ftabel = 2,13 dengan taraf signifikasi 5%. Dengan demikian varians antar kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen. Berdasarkan hasil analisis uji prasyarat hipotesis, diperoleh bahwa data hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen dan kontrol adalah normal dan homogen, sehingga pengujian hipotesis penelitian dengan uji-t dapat dilakukan. Setelah diperoleh hasil dari uji prasyarat analisis data, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis penelitian (H1) dan hipotesis nol (H0). Pengujian hipotesis tersebut dilakukan dengan menggunakan uji-t sampel independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians dengan kriteria H0 ditolak jika thit > ttab dan H0 terima jika thit < ttab. Rangkuman uji hipotesis disajikan pada Tabel 2.
Tabel 4 Ringkasan hasil uji-t independent dengan polled varians Kelas
Varians
n
Db
Eksperimen Kontrol
25,75 21,72
23 18
39
Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thit sebesar 3,14. Sedangkan, ttab dengan db = 39 dan taraf signifikansi 5% adalah 1,684. Hal ini berarti, thit lebih besar dari ttab (thit > ttab) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar dengan pendekatan I2M3 dan kelompok siswa yang belajar dengan pendekatan Konvensional pada siswa kelas IV SD di Gugus 1 Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2013/2014. Pembahasan hasil-hasil penelitian dan pengujian hipotesis menyangkut tentang hasil belajar IPA siswa khususnya pada materi memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan
thitung 3,14
ttabel 1,684
Kesimpulan
thitung > ttabel H0 ditolak
fungsinya. Hasil belajar siswa yang dimaksud adalah hasil belajar IPA siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pendekatan I2M3 yang diterapkan pada kelompok eksperimen dan pendekatan konvensional yang diterapkan pada kelompok kontrol dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda pada hasil belajar IPA siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar IPA siswa. Secara deskriptif, hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol. Tinjauan ini didasarkan pada rata-rata skor hasil belajar IPA. Rata-rata skor hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen adalah 19,52 berada pada katagori sedang sedangkan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) skor hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol adalah 14,5 berada pada katagori rendah. Jika skor hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurve sebaran data merupakan juling negatif yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung tinggi. Pada kelompok kontrol, jika skor hasil belajar IPA siswa digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurve sebaran data merupakan juling positif yang artinya sebagian besar skor siswa cenderung rendah. Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t yang ditunjukkan pada Tabel 4 diketahui thit = 3,14 dan ttab (db = 39 dan taraf signifikansi 5%) = 1,684. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thit lebih besar dari ttab (thit > ttab) sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang belajar dengan pendekatan I2M3 dan kelompok siswa yang belajar dengan pendekatan Konvensional. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan pendekatan I2M3 berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa. Pembahasan hasil-hasil penelitian dan pengujian hipotesis menyangkut hasil belajar IPA siswa kelas IV, baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen, diterapkan pendekatan I2M3 di kelas IV SD No. 3 Banyuning sedangkan pada kelompok kontrol, diterapkan pendekatan konvensional dikelas IV SD No. 7 Banyuning. Penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda pada hasil belajar IPA siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar IPA siswa. Secara deskriptif, hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan siswa kelompok kontrol. Berdasarkan analisis data menggunakan uji-t yang ditunjukkan pada Tabel 4.8 diketahui thit = 20,08 dan ttab (db = 39 dan taraf signifikansi 5%) = 2,021. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa thit lebih besar dari ttab (thit > ttab) sehingga hasil penelitian adalah signifikan. Hal ini berarti, terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang belajar dengan pendekatan I2M3 dan
kelompok siswa yang belajar dengan pendekatan Konvensional. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan pendekatan I2M3 berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa. Secara teoretik, hal yang menyebabkan perbedaan hasil belajar IPA siswa antara kedua kelas tersebut adalah kurang bermaknanya pembelajaran yang diperoleh siswa yang belajar dengan pendekatan konvensional dalam pembelajaran. Karena dalam penerapannya pada kegiatan belajar mengajar, pendekatan konvensional cenderung lebih berpusat pada guru (teacher center) karena dalam pembelajaran ini siswa hanya mendengarkan pembelajaran yang diberikan oleh guru secara ceramah. Hal itu menyebabkan siswa menjadi cepat bosan dan konsentrasi siswa untuk mengikuti pembelajaran tersebut kurang, sehingga berdampak pada hasil yang dicapai menjadi kurang maksimal. Berbeda dengan pendekatan I2M3, karena dalam penerapannya di dalam kelas maupun di luar kelas, siswa diajak menggali ide-ide baru, bekerjasama dalam berpendapat, mendorong siswa untuk lebih maju dalam suasana yang nyaman dan dapat menyelesaikan soal-soal yang diberikan sehingga siswa menjadi aktif dan berdampak pada hasil belajar siswa meningkat. Menurut hasil penelitian Yeni Purwandari (2012) diperoleh gambaran bahwa hasil belajar siswa setelah mendapat perlakuan berupa proses pembelajaran dengan pendekatan PAIKEM mengalami peningkatan dari kategori cukup baik menjadi kategori baik. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Krismayanti (2012) menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang mengikuti pelajaran dengan pendekatan PAIKEM. Berdasarkan hasil analisis tersebut, tentunya terdapat berbagai kemungkinan yang menyebabkan perbedaan hasil belajar antara kelas yang diberikan pendekatan I2M3 dan kelas yang diberikan pendekatan konvensional.
Depdiknas (2005) pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa, pembelajaran I2M3
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) adalah proses pembelajaran diselenggarakan sedemikian rupa sehingga terasa hidup, memotivasi, interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologisnya. Dalam hal tersebut peserta didik menjadi aktif sehingga pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dapat lebih bermakna serta berdampak pula pada hasil belajar siswa yang meningkat. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa pendekatan I2M3 berpengaruh terhadap hasil belajar IPA. Untuk mengetahui besarnya pengaruh antara pendekatan I2M3 dan pendekatan Konvensional, dapat dilihat dari rata-rata skor tes hasil belajar IPA antara kedua kelompok. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat ditarik simpulan bahwa, terdapat perbedaanhasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan I2M3 dan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa penerapan pendekatan I2M3 berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa dibandingkan dengan pendekatan konvensional. Nilai rata-rata siswa yeng belajar dengan pendekatan I2M3 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata pada siswa yang belajar dengan pendekatan konvensional X1 19,52 X 2 14,5 . Hasil analisis uji-t diperoleh thitung lebih besar dibandingkan dengantabel t hitung 20,08 t tabel 2,201 . Dengan demikian pendekatan I2M3 berpengaruh terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Gugus I
Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2013/2014. Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. Kepada siswa-siswi agar tetap mempertahankan cara belajarnnya dengan melakukan latihan-latihan secara terusmenerus dan mengaitkan materi yang dipelajari dengan masalah kehidupan nyata mengenai sesuatu yang sudah dikenal dengan pengetahuan yang baru atau yang belum dikenal sehingga dapat menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Disarankan kepadaguru di sekolah dasar hendaknya lebih inovatif dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan suatu model pembelajaran inovatif serta didukung media pembelajaran yang relevan untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Disarankan kepada sekolah dasar yang mengalami permasalahan rendahnya prestasi belajar IPA, disarankan untuk menerapkan model pembelajaran STM berbantuan media audio visual dalam pembelajaranIPA di sekolah tersebut. Disarankan kepada peneliti lain yang melakukan penelitian hendaknya dapat menggunakan pendekatan yang sesuai dengan permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran di kelas. DAFTAR RUJUKAN Depdiknas. 2003. Manajemen Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah. -------. 2005. Peraturan Pemeritah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. -------. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 tentang Setandar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: Pendidikan Nasional.
Departemen
Dimyanti dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Cipta. Krismayanti Ni Wayan. 2012. Pengaruh Pendekatan PAIKEM Berbasis Riset Otak Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SD No. 3 Kaliuntu pada Tahun Pelajaran 2012/2013 Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNDIKSHA. KTSP. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA untuk SD/MI. Jakarta: Depdiknas. Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Press. Nurkancana, Wayan & Sunartana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional. Samatowa, Usman. 2010. Pembelajaran IPA di sekolah Dasar. Jakarta: Indeks. Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Ikrar Mandiri Abadi. Yeni, Ni Made. 2012 Pengaruh Pendekatan PAIKEM terhadap Hasil Blajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 2 Lelateng Kecamatan Negara Kabupaten Jembrana Tahun Pelajaran 2012/2013 Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja, Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, UNDIKSHA.