e-Journal MIMBAR PGSDUniversitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
PENGARUH METODE EKSPERIMEN TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD NEGERI GUGUS IV KABUPATEN BULELENG Gst. Ngr. Bgs. Yogantara1, I Nym. Murda2, Ni Wyn. Rati3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode eksperimen dan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode ceramah. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan post-test only control group design. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD di Gugus IV Kecamatan Buleleng tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 6 kelas. Sampel diambil dengan cara random sampling sebanyak 2 kelas, diperoleh siswa kelas IV di SD Negeri 1 Penglatan sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas IV di SD Negeri 3 Penglatan sebagai kelas kontrol. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah prestasi belajar IPA, bentuk tes prestasi belajar IPA yang digunakan adalah pilihan ganda. Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial. Untuk menguji hipotesis digunakan uji-t yang berguna untuk menguji perbedaan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode eksperimen dan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode ceramah. Hal ini ditunjukkan oleh (thitung = 28,41 > ttabel = 2,000) dan didukung oleh perbedaan skor rata-rata yang diperoleh antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode eksperimen yaitu 23,69 dan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode ceramah yaitu 13,8. Berdasarkan temuan di atas, disimpulkan bahwa metode eksperimen berpengaruh terhadap prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV SD di Gugus IV Kecamatan Buleleng. Kata kunci: metode eksperimen, prestasi belajar. Abstract This study aimed to determine differences in science learning achievement of students who learned with using experimental methods and students who learned with the lecture method. This research is a quasi experimental study to design a post - test only control group design. The population of this study are all fourth grade students in Cluster IV Buleleng academic year 2013/2014 as much as 6 classes. Samples were taken by means of random sampling as much as 2 grade, fourth grade students obtained in SD Negeri 1 Penglatan as an experimental class and fourth grade students in the Elementary School 3 Penglatan as the control class. The data collected in this study is the result of learning science, science achievement test form used is multiple choice. Data were analyzed using descriptive statistics and inferential statistics. To test the hypothesis t- test was used to test for differences useful student learning achievement. The results showed that there are differences in science learning achievement of students who learned with using experimental methods and the students that learned to use the lecture method. This is indicated by ( t count = 28.41 > t table = 2.000 ) and supported by the difference in
e-Journal MIMBAR PGSDUniversitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 the average score obtained by the students who learned with the experimental method is 23.69 and the students that learned to use the lecture method is 13.8. Based on the above findings, it was concluded that the experimental method effect on science learning achievement in the fourth grade students in Cluster IV Buleleng. Keywords : experimental methods, learning achievement
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu hal terpenting yang ada di dalam hidup ini. Perkembangan pendidikan akan sangat berpengaruh terhadap pola pikir masyarakat sekitarnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh seseorang, maka akan semakin maju pula tingkat pengetahuan seseorang tersebut. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk memanusiakan manusia. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Belajar dan pembelajaran diarahkan untuk membangun kemampuan berpikir dan kemampuan menguasai materi pelajaran, dimana pengetahuan itu sumbernya dari luar diri, tetapi dikonstruksi dalam diri individu siswa. Pengetahuan tidak diperoleh dengan cara diberikan atau ditransfer dari orang lain, tetapi “dibentuk dan dikonstruksi” oleh individu itu sendiri, sehingga siswa itu mampu mengembangkan intelektualnya. Dalam mata pelajaran IPA, siswa membutuhkan instruksi yang tepat dan pengalaman yang cukup agar siswa mampu memahami materi yang disampaikan. Metode yang digunakan harus mampu membuat siswa berperan aktif di dalam kelas dan dapat menggali kemampuannya. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar (2006), mata pelajaran IPA di sekolah dasar bertujuan agar siswa memiliki kemampuan: (1) Memperoleh keyakinan terhadap
kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, (6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan (7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Dengan pembelajaran IPA diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri dengan perubahan dalam memasuki dunia teknologi, termasuk teknologi informasi. Selain itu di dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) menegaskan bahwa melalui pendidikan IPA di arahkan pendidikan IPA menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan seharihari. Seperti yang diketahui, IPA bukan hanya sebagai produk, tetapi juga sebagai proses. Kenyataan sekarang ini prestasi belajar yang diperoleh siswa dari beberapa mata pelajaran masih rendah, tidak terkecuali pada mata pelajaran IPA. Pembelajaran yang seharusnya dapat meningkatan prestasi belajar IPA siswa secara optimal belum ditangani secara
e-Journal MIMBAR PGSDUniversitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 sistematis, berpola, dan terarah di sekolah dasar. Guru kurang kreatif untuk menciptakan atmosfer pembelajaran yang mampu mengarahkan siswa untuk dapat mengkonstruksi pengalaman kehidupan sehari-hari sebagai konstruksi pengetahuan dalam pembelajaran di kelas. Fenomena kegagalan pencapaian tujuan esensial pembelajaran khususnya meningkatkan prestasi belajar IPA, disebabkan karena siswa tidak diperlakukan sebagai bagian dari realitas dunia mereka dalam proses belajar di dalam kelas. Banyaknya materi yang harus dipahami dan dikuasai oleh siswa tetapi keterbatasan waktu membuat guru dan siswa menemukan beberapa kendala. Kendala yang dihadapi oleh guru adalah dalam hal pemilihan metode mengajar yang sesuai dengan karakteristik materi, karakteristik siswa dan yang sesuai dengan waktu yang tersedia, sedangkan kendala yang dihadapi oleh sebagian besar siswa khususnya dalam pelajaran IPA adalah
kurangnya minat dan motivasi siswa dalam belajar sehingga siswa hanya cenderung menerima pelajaran yang disampaikan. Agar memperoleh produk yang baik tentunya disertai dengan proses belajar yang baik pula. Salah satu metode yang baik digunakan di sekolah dasar khususnya pada pengajaran IPA adalah model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru yang mengajar mata pelajaran IPA di kelas IV di SD Gugus IV Kecamatan Buleleng yang dilakukan pada tanggal 16 April 2013 ditemukan fakta bahwa nilai rata-rata Mata Pelajaran IPA di SD Negeri Gugus IV Kecamatan Buleleng masih dibawah KKM. Rendahnya prestasi belajar IPA tersebut dapat dilihat dari ulangan tengah semester siswa yang di sajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Kriteria Ketuntasan Minimal dan Rata-rata Nilai UTS IPA Semester I Siswa Kelas IV Sekolah Dasar di Gugus IV Kecamatan Buleleng. No 1 2 3 4 5 6
Rata-rata Nilai KKM UTS SD No. 1 Penglatan 62,5 65 SD No. 2 Penglatan 60,5 63 SD No. 3 Penglatan 60,5 65 SD No. 1 Alasangker 61,5 67 SD No. 2 Alasangker 60,5 66 SD No. 3 Alasangker 61,5 68 (Sumber: SD di Gugus IV Kecamatan Buleleng) Nama Sekolah
Berdasarkan permasalahan di atas dapat dikatakan bahwa rendahnya pencapaian nilai pada mata pelajaran IPA dikarenakan guru terbiasa memakai metode ceramah tanpa memperhatikan kondisi siswa sehingga dalam proses pembelajaran tersebut siswa merasa jenuh dan kurang aktif dalam proses pembelajaran, sehingga perlu diadakan pembaharuan dalam kegiatan pembelajaran. Siswa memerlukan suatu pembelajaran yang menyenangkan dan dapat mengkontruksi pengetahuannya sendiri melalui permasalahanpermasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
Sebagai alternatif untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang dihadapi guru di lapangan, dicobalah penggunaan modelmodel, maupun metode-metode pembelajaran yang cocok diterapkan dalam IPA untuk mengoptimalkan proses pembelajaran guna meningkatkan prestasi belajar IPA. Metode yang dicoba untuk diteliti adalah metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan metode yang cocok digunakan untuk memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengamati proses dan untuk mencari tahu tentang kebenaran suatu teori atau konsep. Melalui metode
e-Journal MIMBAR PGSDUniversitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 eksperimen siswa dapat melakukan percobaan langsung melalui instruksi yang disampaikan secara berurut untuk mencari jawaban terhadap permasalahan yang diajukan, sehingga siswa lebih mudah dalam memahami dan mempraktekkan apa yang telah diperolehnya. Metode eksperimen merupakan komponen yang sangat penting dalam pendidikan. Tidak hanya bertindak sebagai jembatan antara teori dan praktek, tetapi juga merealisasikan konsep teoritis yang disajikan di dalam kelas. Sehingga pada saatnya nanti siswa akan terbiasa pada masalah nyata yang harus dihadapi di dalam dunia pekerjaan. Sagala, Sumantri dan Permana (dalam Abimanyu, 2009:7-17) menyatakan bahwa metode eksperimen dalam pembelajaran adalah cara penyajian bahan pelajaran yang memungkinkan siswa melakukan percobaan untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang dipelajari. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses tertentu. Peranan guru dalam metode eksperimen adalah memberi bimbingan agar eksperimen itu dilakukan dengan teliti sehingga tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan. Pendapat lain menyatakan “metode eksperimen adalah salah satu cara mengajar dimana siswa melakukan percobaan tentang suatu hal, mengamati proses serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatannya tersebut disampaikan ke depan kelas dan dievaluasi oleh guru” (Roestiyah, 2001:80). Dari paparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode eksperimen adalah metode belajar mengajar yang sesuai untuk pembelajaran sains dimana siswa diberi kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kreativitas secara optimal. Hal itu terjadi karena siswa diberi kesempatan untuk melakukan percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya dan menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas
dan dievaluasi oleh guru. Kesempatan untuk melakukan percobaan membuat siswa memiliki kemampuan menyusun konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, peneliti ingin meneliti tentang bagaimana efektivitas penggunaan metode eksperimen terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Atas dasar latar belakang di atas, maka penulis mengangkat judul “Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Prestasi belajar IPA Siswa Kelas IV Semester Ganjil di SD Negeri Gugus IV Kecamatan Buleleng Tahun Pelajaran 2013/ 2014 METODE Dilihat dari fokus masalah dan kaitan antar variabel yang dilibatkan dalam penelitian, maka penelitian ini termasuk kategori penelitian eksperimen semu (quasi Tempat penelitian ini experiment). dilakukan di semua SD di Gugus IV Kabupaten Buleleng dan waktu pelaksanaannya pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Menurut Agung (2011:45), menyatakan “populasi adalah keseluruhan objek dalam suatu penelitian”. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV tahun pelajaran 2013/2014 di SD Negeri Desa Penglatan yang berjumlah 173 siswa yang tersebar pada 6 sekolah. Untuk menghitung kesetaraan kelompok sampel digunakan uji ANAVA A. Berdasarkan hasil uji kesetaraan tersebut diperoleh hasil yang setara dan bisa dijadikan sampel penelitian. Kelas yang sudah setara dipilih dengan teknik ” Random Sampling” bentuk undian. Hal ini dikarenakan, tidak memungkinkan untuk merubah kelas yang ada. Rancangan eksperimen yang digunakan adalah “Post-test Only Control Group Desain” (Sugiyono, 2010: 85). Desain penelitian ini dipilih karena dalam penelitian eksperimen semu tidak memungkinkan untuk merandom subjek yang ada pada setiap kelas secara utuh. Desain ini dapat dilihat pada Tabel 2.
e-Journal MIMBAR PGSDUniversitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun:2014
Tabel 2. Desain Penelitian Kelompok E K
Perlakuan X -
Post-Test O1 O2 (Sugiyono, 2010:85)
Keterangan: E = kelompok eksperimen, K = kelompok kontrol, X = Perlakuan, yaitu penerapan model pembelajaran kuantum berbasis masalah kontekstual, – = Penerapan model pembelajaran konvensional, O1 = post–test untuk kelompok eksperimen, O2 = post–test untuk kelompok kontrol Pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa metode eksperimen, sedangkan kelompok kontrol diberikan perlakuan metode ceramah. Pada akhir kegiatan penelitan, kedua kelompok diberikan post-test. Data yang diperlukan adalah data prestasi belajar IPA siswa. Untuk mengumpulkan data prestasi belajar tersebut, dalam penelitian ini digunakan metode tes. Tes dilakukan pada akhir pembelajaran yang bertujuan untuk mengukur kemampuan belajar siswa. Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data tentang prestasi belajar IPA dalam penelitian ini berupa tes objektif (pilihan ganda) dengan satu jawaban benar yang berjumlah 30 butir soal. Setiap soal disertai dengan empat alternative jawaban (a, b, c, dan d) yang akan dipilih siswa. Setiap butir item diberikan skor 1 untuk siswa yang menjawab benar dan skor 0 untuk siswa yang menjawab salah. Skor setiap jawaban kemudian dijumlahkan dan jumlah tersebut merupakan skor variabel prestasi belajar IPA. Rentang skor ideal yang diperoleh siswa 0-30. Skor 0 merupakan skor minimal ideal dan skor 30 merupakan skor maksimal ideal tes prestasi belajar IPA. Instrumen yang disusun terlebih dahulu perlu melalui uji validitas isi oleh dua orang dosen ahli. Setelah instrumen dianggap memenuhi syarat validitas isi, instrumen tersebut diuji cobakan untuk mengetahui tingkat validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda tes. Berdasarkan hasil validitas butir soal yang dilakukan di 3 SD yaitu SD Negeri 1 Penglatan, SD Negeri 2 Penglatan, dan SD
Negeri 3 Penglatan dengan jumlah responden 80 orang diperoleh jumlah butir soal yang valid adalah 30 soal dari 40 soal yang diuji cobakan. Butir tes yang valid digunakan sebagai post-test. Berdasarkan hasil uji reliabilitas tes, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,86. Hal ini berarti, tes yang diuji termasuk ke dalam kriteria reliabilitas sangat tinggi. Berdasarkan uji tingkat kesukaran tes diperoleh Pp = 0,70, sehingga perangkat tes yang digunakan termasuk kriteria sedang. Dalam penelitian ini, tes yang digunakan harus memiliki kriteria daya beda mulai dari cukup baik sampai sangat baik. Berdasarkan hasil uji daya beda tes diperoleh Dp = 0,29, sehingga perangkat tes yang digunakan termasuk kriteria baik. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif, yang artinya bahwa data dianalisis dengan menghitung nilai ratarata, modus, median, standar deviasi, varian, skor maksimum, dan skor minimum. Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk grafik poligon. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t (polled varians). Sebelum melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) mengetahui data yang dianalisis bersifat homogen atau tidak. Kedua prasyarat tersebut harus dibuktikan terlebih dahulu, maka untuk memenuhi hal tersebut dilakukanlah uji prasyarat analisis dengan melakukan uji normalitas dan uji homogenitas. Dalam melakukan uji
e-Journal MIMBAR PGSDUniversitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 prasyarat digunakan uji-t (polled varians) dengan taraf signifikansi 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Data penelitian ini adalah skor prestasi belajar IPA antara siswa yang mengikuti
metode eksperimen dan siswa yang mengikuti metode ceramah. Adapun hasil analisis data statistik deskriptif disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Deskripsi Data prestasi belajar Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Statistik Mean Median Modus Varians Standar Deviasi
Kelompok Eksperimen 23,69 24 25,5
Kelompok Kontrol 13,8 12,64 11,7
17,53 4,19
23,40 4,84
Berdasarkan tabel di atas, diketahui kelompok eksperimen memilik mean =23,69, median = 24, dan modus = 25,5 yang berarti Mo > Me > M (23,69 > 24 > 25,5) dan termasuk ke dalam juling negatif yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung tinggi. Dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Grafik Polygon Skor Prestasi belajar IPA Kelompok Eksperimen.
Tabel 4. Kriteria penentuan tinggi rendahnya prestasi belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan metode eksperimen Rentangan Skor 25,75 ≤ x ≥ 30 22,92 ≤ x ≥ 25,75 20,08 ≤ x ≥ 22,92 17,25 ≤ x ≥ 20,08 13 ≤ x ≥ 17,25 Berdasarkan hasil konversi, diperoleh bahwa skor rata-rata prestasi belajar IPA siswa kelompok eksperimen dengan mean (M) =23,6 tergolong kriteria tinggi.
Klarifikasi/Prediksi Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah Sedangkan kelompok kontrol memiliki mean = 13,8, median = 12,64, dan modus = 11,7 yang berarti Mo < Me < M (11,7 < 12,64 < 13,8) dan termasuk ke dalam juling positif yang menunjukkan bahwa sebagian
e-Journal MIMBAR PGSDUniversitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 besar skor cenderung rendah. Dapat dilihat pada Gambar 2.
Untuk mengetahui tinggi rendahnya prestasi belajar IPA siswa pada kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan metode ceramah lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.
Kelas Kontrol
15
Gambar 2. Grafik Polygon Skor Prestasi belajar IPA Kelompok Kontrol
10 5 0 9
12
15
18
21
24
Tabel 5. Kriteria Penentuan Tinggi Rendah Prestasi belajar IPA yang Mengikuti Pembelajaran dengan Model Pembelajaran Konvensional Rentangan Skor 20,75 ≤ x ≥ 30 17,92 ≤ x ≥ 20,75 15,08 ≤ x ≥ 17,92 12,25 ≤ x ≥ 15,08 8 ≤ x ≥ 12,25 Berdasarkan hasil konversi, diperoleh bahwa skor rata-rata prestasi belajar IPA siswa kelompok kontrol dengan mean (M) = 13,8 tergolong kriteria rendah. Sebelum melakukan uji hipotesis maka harus dilakukan beberapa uji prasyarat. terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas terhadap data tes keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran IPA siswa. Uji normalitas ini dilakukan untuk membuktikan bahwa kedua sampel tersebut bedistribusi normal. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Chi-Square data hasil post-test kelompok eksperimen ( hitung ) adalah 2,245 pada taraf signifikan 5% dan db 6 – 1 = 5 diketahui tabel = 11,070, ini berarti bahwa < hitung tabel maka data hasil post-test kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan Chi-Square data hasil post-test kelompok kontrol ( hitung) adalah sebesar 9,821 pada taraf signifikan 5% dan db = 5 – 1 = 4 diketahui tabel = 11,070, ini < berarti bahwa hitung tabel maka data hasil post-test kelompok kontrol berdistribusi normal. Setelah melakukan uji prasyarat yang pertama yaitu uji normalitas, selanjutnya dilakukan uji prasyarat yang ke
Klarifikasi/Prediksi Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah dua yaitu uji homogenitas. Uji homogenitas varians data prestasi belajar IPA dianalisis dengan uji F dengan kriteri kedua kelompok memiliki varians homogen jika F hitung < F tabel. Hasil uji homogenitas varians data hasil post-test kelompok eksperimen dan kontrol dengan db = 35/20 dan taraf signifikansi 5% (α 0,05) diketahui F tabel = 2,05 dan F hitung = 1,33. Hal ini berarti F hitung < F tabel dan varians 1 = varians 2 sehingga post-test prestasi belajar siswa homogen. Hipotesis penelitian yang diuji adalah terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode eksperimen dan siswa yang dibelajarkan dengan metode ceramah pada siswa kelas IV SD di Gugus IV Kabupaten buleleng. Uji hipotesis ini menggunakan uji–t independent “sampel tak berkorelasi”. Data prestasi belajar dalam pembelajaran IPA kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah normal dan varians kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah homogen. Selain itu jumlah siswa pada setiap kelas berbeda, baik itu kelas eksperimen maupun kelas kontrol, maka pada uji-t sampel tak berkorelasi ini digunakan rumus uji-t polled varians.
e-Journal MIMBAR PGSDUniversitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 Adapun hasil analisis untuk uji-t dapat
disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil uji Hipotesis Keterampilan Berpikir Kritis dalam Pembelajaran IPA Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
N
X
Db
thitung
ttabel
Kesimpulan
35 20
23,69 13,8
53
28,41
2,000
H0 ditolak
Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thitung sebesar 28,41. Sedangkan ttabel dengan db = 53 dan taraf signifikansi 5% adalah 2,000. Hal ini berarti thitung lebih besar dari ttabel (thitung > ttabel) sehingga H0 ditolak atau H1 diterima. Dengan demikian, dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode eksperimen dan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode ceramah pada siswa kelas IV SD di Gugus IV Kabupaten buleleng. Ketuntasan belajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang diperoleh siswa . prestasi belajar sering ditampilkan dalam bentuk perubahan pengetahuan (kogniif), sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor). Pada penelitian ini, kemampuan berpikir kritis siswa hanya berfokus pada ranah pengetahuan (kognitif). Rendahnya prestasi belajar siswa diduga karena tingkat rasa percaya diri siswa masih rendah, selain itu dalam proses pembelajaran masih menggunakan metode ceramah. Besarnya pengaruh antara metode eksperimen dan metode ceramah dapat dilihat dari analisis deskriptif. Analisis deskriptif menunjukkan bahwa skor prestasi belajar IPA kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok kontrol. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode eksperimen berpengaruh positif terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD di Gugus IV Kabupaten buleleng tahun pelajaran 2013/2014 dibandingkan dengan pembelajaran dengan metode ceramah.
Temuan penelitian menunjukkan bahwa metode eksperimen berpengaruh positif terhadap prestasi belajar IPA siswa, ini disebabkan karena perbedaan perlakuan pada langkah–langkah pembelajaran dan proses penyampaian materi. Pembelajaran dengan metode eksperimen menekankan aktivitas siswa melalui kegiatan eksperimen. Dengan pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen, siswa diberi kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kreativitas secara optimal. Hal itu terjadi karena siswa diberi kesempatan untuk melakukan percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya dan menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan di kelas dan dievaluasi oleh guru. Kesempatan untuk melakukan percobaan membuat siswa memiliki kemampuan menyusun konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam proses belajar mengajar sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai siswa. Jika guru menerapkan metode pembelajaran yang tepat, hasil yang diperoleh siswa akan baik. Sebaliknya, jika metode pembelajaran yang digunakan tidak tepat, hasil yang diperoleh siswa akan kurang memuaskan. Salah satu metode yang tepat digunakan adalah metode eksperimen. Sesuai dengan pendapat Schonher (dalam Palendeng, 2003), metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena metode eksperimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan kreativitas secara optimal. Siswa diberi
e-Journal MIMBAR PGSDUniversitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 kesempatan untuk menyusun sendiri konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupannya. Berdasarkan pendapat itu, maka metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar siswa melalui menggali pengetahuan yang dimiliki lalu menerapkannya dalam kehidupan seharihari, sehingga siswa akan lebih mudah mengingat pelajaran yang dialaminya sendiri. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Era Puspita (2010) yang menunjukkan bahwa penerapan metode eksperimen dapat meningkatkan prestasi belajar IPA. Begitu pula Wijiathi (2009) dan Ni Ketut Purniasih (2010), yang menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa meningkat.
kepada guru agar menggunakan eksperimen dalam pembelajaran IPA. 2) Kepada siswa disarankan untuk mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dengan sungguhsungguh dan berkelanjutan di dalam kelas maupun di rumah untuk membantu belajar secara mandiri. 3) Penelitian lanjutan yang berkaitan dengan metode eksperimen perlu dilakukan dengan materi-materi IPA yang lain dengan melibatkan sampel yang lebih luas.
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, ditemukan sebagai berikut. Hasil uji-t diperoleh thit = 28,41 sedangkan ttab = 2,000 dan M1 = 23,69 dan M2 = 13,8. Berarti dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar IPA yang signifikan antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode eksperimen dan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode ceramah pada siswa kelas IV SD di Gugus IV Kabupaten buleleng tahun pelajaran 2013/2014. Lebih lanjut dapat dilihat dari rata-ratanya bahwa prestasi belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode eksperimen lebih baik daripada siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode ceramah. Hal ini berarti terdapat pengaruh penerapan metode eksperimen terhadap prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD di Gugus IV Kabupaten Buleleng tahun pelajaran 2013/2014. Berkenaan dengan hasil penelitian yang diperoleh maka beberapa saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut. 1) Penelitian ini menunjukkan bahwa prestasi belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode eksperimen lebih baik daripada prestasi belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan metode ceramah. Untuk itu disarankan
Agung, A. A. Gede. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan: Suatu pengantar. Singaraja: Undiksha, Singaraja.
DAFTAR RUJUKAN Abimanyu, soli. Dkk. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Era Puspita, Wayan. 2010. Penerapan Metode Eksperimen Dalam Pembelajaran Gaya Untuk Meningkatkan Prestasi belajar IPA Siswa Kelas IV SDN. 6 Batur Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP UNDIKSHA. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar 2006. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Palendeng, 2003. Strategi Pembelajaran Aktif. Jakarta: Rineka Cipta Purniasih, Ketut. 2010. Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Tentang Gaya Magnet Pada Siswa Kelas V SD Negeri 12 Dauh Puri. Skripsi (tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha. Roestiyah, N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
e-Journal MIMBAR PGSDUniversitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 2 No: 1 Tahun:2014 Wijiathi, Made. 2010. “Penerapan Metode Eksperimen Dengan Teknik Kerja Kelompok Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar IPA Kelas IV SDN. 3 Sedang Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha.