PENGARUH METODE DISCOVERY INQUIRY DENGAN KONVENSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI KEMIRI 04 KEBAKKRAMAT
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh : RITA YUNI NURKHAYATI A 510 070 213
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 0
1
ABSTRAK PENGARUH METODE DISCOVERY INQUIRY DENGAN KONVENSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI KEMIRI 04 KEBAKKRAMAT Rita Yuni Nurkhayati, A 510070213, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakararta Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar mata pelajaran IPA antara siswa yang diajarkan dengan metode discovery inquiry dengan metode konvensinal pada siswa kelas IV SD N Kemiri 04 Kebakkramattahun ajaran 2012/2013. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas IV A terdiri dari 23 siswa dan IV B 24 siswa. Data analisis menggunakan uji t-tes. Hal ini dapat dilihat dari uji t yang telah dilakukan dengan tingkat signifikansi 5% diperoleh thitung= 4,802 dan ttabel= 2,014 Maka t hitung t tabel , yaitu 4,802> 2,014. Nilai rata-rata hasil belajar IPA dengan menggunakan metode Discovery Inquiry adalah 76,12 dan metode Konvensional adalah 68,17, sehingga dapat diambil kesimpulan metode discovery inquiry lebih baik jika dibandingkan dengan metode konvesional. Kata kunci : pembelajaran, metode discovery inquiry, metode konvesional, hasil belajar
2
A. Pendahuluan Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, bcrbangsa dan bernegara.Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh kreatifitas pendidikan bangsa itu sendiri oleh karena itu peranan pendidikan sangat penting sebab pendidikan merupakan lembaga yang berusaha membangun masyarakat dan watak bangsa secara berkesinambungan yaitu membina mental rasio intelek dan kepribadian dalam rangka membentuk manusia seutuhnya. Salah satu jenis pendidikan yang dilakukan secara sistematis dan terencana adalah sekolah.Ini bukan berarti fungsi pendidikan yang dimiliki oleh lingkungan keluarga dan masyarakat diabaikan.Sebab keluarga merupakan salah satu bagian dari komite sekolah dan ikut berperan dalam membangun sekolah walaupun tidak secara langsung. Seorang guru merupakan kunci sukses dalam peningkatan sebuah mutu pendidikan yang dapat mengarahkan, mengatur, bertanggung jawab dan dapat menciptakan sebuah suasana yang mendorong seorang siswa untuk dapat melaksanakan kegiatan-kegiatan di dalam kelas. Sebuah upaya untuk dapat menunjang tugas tersebut sangat perlu adanya pemilihan metode sesuai dengan materi yang akan diajarkan oleh seorang guru sehingga akan berpengaruh terhadap cara belajar seorang siswa, yang mana setiap siswa mempunyai cara belajar yang berbeda-beda dengan siswa. Perubahan-perubahan kurikulum selama ini harus mendapatkan sebuah strategi pembelajaran yang baik. Walaupun berbagai upaya pembaruan telah dilakukan dalam hal sebuah pendekatan atau strategi pembelajaran dan disosialisasikan, pada kenyataan dapat1 menunjukkan bahwa proses belajar mengajar pendidikan IPA khususnya di sekolah dasar atau di sekolah-sekolah secara umum belum adanya perubahan masalah menggunakan pola yang sejak dulu yaitu kegiatan belajar mengajar hanya terpusat pada seorang guru menjelaskan seorang siswa hanya mendengarkan (guru bertanya siswa menjawab dan sebagainya).
3
Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik hanya untuk melakukan D4 yaitu, hanya-duduk-diam-dengar. Metode yang digunakan seorang guru atau yang disukai oleh guru hanya metode ceramah, siswa pasif menjawab benar diterima sedikit tanya jawab dan siswa mencatat dipapan tulis. Hasilnya adalah
siswa
kurang
mandiri,
tidak
mempunyai
keberanian
untuk
mengemukakan pendapatnya sendiri, sehingga siswa kurang dapat berfikir kreatif. Dalam upaya menyiapkan generasi yang siap menghadapi tantangan zaman, maka sudah saatnya disusun pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran. Belajar aktif merupakan langkah cepat, menyenangkan, mendukung dan menarik hati dalam belajar. Untuk mempelajari
sesuatu
dengan
baik,
belajar
aktif
membantu
untuk
mendengarkan, melihat mengajukan pertanyaan tentang pelajaran tertentu dan mendiskusikannya dengan yang lain. Malvin Silberman (2000 : 9) menyatakan bahwa: Dalam belajar aktif yang paling penting bagi siswa perlu memecahkan masalah sendiri, menemukan contoh-contoh, mencoba keterampilan- keterampilan dan melakukan tugas-tugas yang tergantung pada pengetahuan yang telah mereka miliki atau yang akan dicapai. Dalam rangka melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dimana siswa dituntut untuk lebih aktif dibanding guru, maka diperlukan perubahan sistem tradisonal yang berupa metode pasif, menjadi metode pengajaran yang lebih efektif dan efisien, sehingga mutu pendidikan dapat meningkat. Belajar mengajar akan senantiasa merupakan proses kegiatan interaktif antara dua unsur manusiawi yang tidak bisa dipisah-pisahkan satu dengan yang lain, yakni adanya interaktif antara gum dengan siswa. Siswa sebagai pihak yang mengajar dengan latihan interaktif siswa diharapkan dapat berinteraksi dalam proses belajar mengajar, siswa tidak hanya mendengarkan tetapi juga aktif secara langsung dalam proses pembelajaran dan hasil belajar
4
siswapun diharapkan lebih baik dibandingkan sebelum menggunakan pendekatan strategi discovery inquiry.
B. Metode Penelitian Observasi awal adalah langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian bersama guru kelas. Kegiatan ini dilakukan pada tanggali 18 Pebruari 2012. Dalam proses ini peneliti meminta izin untuk melakukan observasi di SD N Kemiri 04 Kebakkramat, yang kemudian berlanjut dengan diagnosis mengenai permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran dikelas. 1. Tempat Penelitian Tempat yang digunakan peneliti untuk melakukan penelitian SD N Kemiri 04 Kebakkramat. Sekolah ini merupakan sekolah di daerah Kemiri Kebakkramat Karanganyar merupakan sekolah yang cukup baik sehingga minat masyarakat untuk belajar di sekolah ini yang terus bertambah dari tahun ketahun. SD N Kemiri 04 Kebakkramat beralamatkan di kecamatan Kebakkramat kabupaten Karanganyar. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada tahun ajaran 2012/2013. Tahap perencanaan (penyusunan proposal), bulan April sampai bulan Mei. Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2013. Dalam kurun waktu tersebut untuk mengurus izin penelitian, menyusun instrumen penelitian, pengumpulan data dan pelaksanaan penelitian, analisis data, dan menulis laporan penelitian. Dengan harapan pada awal bulan Agustus 2013 sudah menyusun laporan penelitian. Berikut ini adalah rincian waktu dan jenis kegiatannya, tahap persiapan dilakukan pada bulan juni, tahap pelakanaan pada bulan juli, tahap penyesaian pada bulan september. Penelitian ini dilakukan kepada siswa kelas IV SD N Kemiri 04 Kebakkramat yang berjumlah 47 siswa yang terdiri dari kelas IV A 23 5
siswa dan kelas IV B 24 siswa.VariabeL penelitian meneliti tentang peningkatan keaktifan dan prestasi belajar materi Sumber Daya Alam. Penelitian ini, guru
matematika
bertindak
sebagai subjek yang
memberikan tindakan. Siswa kelas IV dengan jumlah siswa 47 siswa IV A 23 siswa, B 24 siswa di SD N Kemiri 04 Kebakkramat tahun ajaran 2012/2013 sebagai subjek yang menerima tindakan. Peneliti dibantu guru matematika sebagai observer. Peneliti juga bertugas merencanakan, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jenis penelitian yang digunakan adalah Kuantitatif
yang
menggunakan metode discovery inquiry dan konvensional. Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data primer adalah peneliti yang melakukan tindakan dan siswa yang menerima tindakan, sedangkan data sekunder berupa data dokumentasi. Pengambilan data dapat dilakukan dengan teknik observasi, metode tes, catatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi. 1. Discovery Inquiry a. Pengertian Menurut Schwab dalam Joyco, Weil, dan Calhoun (2000: 163) menyatakan bahwa, metode Discovery Inquiry adalah pencarian makna belajar.Individu yang belajar dimotivasi untuk meningkatkan kompleksitas struktur intelektualnya agar dapat memproses suatu informasi dan mencari secara kontinyu untuk membuat suatu perencanaan sehingga lebih bermakna. Pembelajaran discovery mengacu pada situasi pembelajaran, upaya siswa mencapai tujuan pengajaran dengan bimbingan yang sangat terbatas atau tanpa bimbingan sama sekali oleh guru. Menurut Thelen dalam Joyce, Weil dan Calhoun (2000: 46), bahwa metode inquiry berkonsentrasi pada upaya menilai dan mengamati proses pemberian perhatian pada suatu obyek, berinteraksi dengan apa yang dirangsang oleh orang lain baik secara langsung atau melalui tulisannya, merefleksi dan reorganisasi konsep dan sikap 6
seperti yang ditunjukkan dalam proses menarik kesimpulan, mengidentifikasi,
pencarian
baru,
mengambil
tindakan
dan
mengubahnya agar menghasilkan yang lebih baik. Jadi metode inquiry adalah suatu tindakan dalam mencapai kebenaran, keterangan atau pengetahuan tentang suatu hal untuk mendapatkan informasi atau pemahaman. b. Langkah-langkah strategi pembelajaran discovery inquiry 1) Mengidentifikasi dan merumuskan situasi yang menjadi fokus inquiry secara jelas. 2) Mengajukan pertanyaan tentang fakta. 3) Memformulasikan hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab pertanyaan pada langkah 2. 4) Mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji setiap hipotesis dengan data yang terkumpul. 5) Merumuskan
jawaban
atas
pertanyaan
sesungguhnya
dan
menyatakan sebagai proposisi tentang fakta. Jawaban itu mungkin merupakan sintesis antara hipotesis yang diajukan dan hasil-hasil dari hipotesis yang diuji dengan informasi yang terkumpul. c. Kelebihan Kelebihan strategi pembelajaran discovery inquiry menurut Roestiyah ( 2005 : 76-77 ) dan Suryo Subroto ( 2002 : 201 ) adalah sebagaiberikut : 1) Dapat membentuk dan mengembangkan (self concept) pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik. 2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan perpindahan pada situasi proses belajar yang baru. 3) Mndorong siswa untuk berpikir dan bekeija atas inisiatif sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka. 4) Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesis. 7
5) Memberi kepuasan yang bersikap intrinsif. 6) Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. 7) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 8) Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri. 9) Dapat menghindarkan siswa dari cara-cara belajar yang tradisional. 10) Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. d. Kelemahan 1) Dipersyaratkan keharusan adanya persiapan mental untuk cara belajar ini. Misalnya siswa yang lamban mungkin bingung dalam usahanya mengembangkan pikirannya jika berhadapan dengan halhal abstrak atau menemukan saling ketergantungan antara pengertian dalam suatu subyek atau dalam usahanya menyusun suatu hasil penemuan dalam bentuk tertulis. Siswa yang pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustasi pada siswa yang lain. 2) Metode ini kurang efektif untuk mengajar di kelas besar. 2. Konvensional a. Pengertian Metode konvensional merupakan pembelajaran dimana guru secara
aktif
memberikan
materi
atau
memindahkan
ilmui
pengetahuannya kepada muridnya.Pada pembelajaran konvensional ini murid hanya pasif dalam proses belajar mengajar. Selain itu murid juga tidak ada yang bertanya tetapi ia hanya mencatat apa yang diberikan oleh gurunya saja. Menurut Ujang Sukandi ( 2003 : 10 ) ā€¯Mendiskripsikan bahwa pendekatan konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa mengetahui sesuatu bukan mampu untuk melakukan sesuatu, dan pada saat proses pembelajaran siswa lebih banyak mendengarkan. 8
Disini terlihat bahwa pendekatan konvensional yang dimaksud adalah proses pembelajaran yang lebih banyak didominasi gurunya sebagai pentranfer ilmu, sementara siswa lebih pasif sebagai penerima ilmu. Menurut Institute of Computer Technology, ( 2006 : 10 ) "Menyebutnya dengan istilah "pengajaran tradisional". Dijelaskannya bahwa pengajaran tradisional yang berpusat pada guru adalah perilaku pengajaran yang paling umum yang diterapkan di sekolah-sekolah diseluruh dunia. b. Kelebihan 1) Praktis dari sisi persiapan dan media yang digunakan. 2) Efesien dari sisi waktu dan biaya. 3) Dapat menyanpaikan materi yang banyak. 4) Mendorong guru menguasai materi. 5) Lebih mudah mengontrol kelas. 6) Peserta didik tidak perlu persiapan. 7) Peserta didik dapat langsung menerima ilmu pengetahuan. c. Kelemahan 1) Membosankan. 2) Peserta didik tidak aktif. 3) Informasi hanya satu arah, 4) Feed back relatif rendah. 5) Menggurui dan melelahkan. 6) Kurang melekat pada ingatan peserta didik. 7) Kurang terkendali, baik waktu maupun materi. 8) Monoton. 9) Tidak mengembangkan kreatifitas peserta didik. 10) Menjadikan peserta didik hanya sebagai obyek didik. 11) Tidak merangsang peserta didik untuk membaca. Menurut Hisyam Zaini, dkk. (2008: 94), dalam pembelajaran dengan strategi konvensional guru cenderung menggunakan kontrol 9
proses pembelajaran dengan aktif, sementara siswa relatif pasif menerima dan mengikuti apa yang disajikan oleh guru. Strategi pembelajaran konvensional ini merupakan proses pembelajaran yang lebih berpusat pada guru (Teacher Centered). Guru menjadi sumber dan memberi informasi utama, meskipun dalam strategi ceramah sering menggunakan strategi pembelajaran. Metode konvensional memberikan kesempatan secara luas kepada guru untuk merancang program pembelajaran dan siswa tinggal menerima rancangan dari guru. Jika dilihat peranan guru dan siswa tersebut, metode konvensional sangat efektif digunakan untuk siswa yang memiliki tingkat kecerdasan rendah. Tujuan utama metode konvensional ialah memindahkan pengetahuan, keterampilan nilai pada siswa. Apabila dianggap penting untuk menjelaskan informasi khusus yang berhubungan dengan IPA semua itu dapat dikerjakan dengan efektif dan efesien melalui metode konvensional. Metode ini merupakan nilai-nilai pengalaman belajar siswa. Tujuan utamanya adalah murni dan sederhana, yaitu menjelaskan kepada siswa sesuatu yang telah dipersyaratkan dalam kurikulum.
C. Pembahasan dan Hasil Analisis Data Dari hasil analisis statistik uji hipotesis yang menggunakan uji t diperoleh hasil pengkajian thitung sebesar 4,802 > t tabel (4,802 > 2,014). Dari hasil hipotesis menunjukkan ada perbedaan hasil belajar antara pembelajaran dengan metode
Discovery
Inquiry
dengan metode
konvensional sehingga dapat dikatakan bahawa pembelajaran dengan metode Discovery Inquiry menghasilkan hasil belajar yang lebih baik disbanding dengan pembelajaran menggunakan metode konvensional. Pada pembelajaran dengan menggunakan metode Discovery Inquiry diperoleh nilai post test tertinggi 88 dan terendah 60 dan nilai rata-rata
10
76,17 sedangkan pada metode konvensional diperoleh nilai tertinggi 84 dan terendah 48 dan nilai rata-rata 68,18.
D. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data maka
peneliti dapat menyimpulkan
sebagai berikutini: 1. Hasil belajar IPA kelas IV SD Negeri 04 Kemiri antara kelas eksperimen yang menggunakan metode Discovery Inquiry dan kelas kontrol yang menggunakan strategi Konvensional memiliki perbedaan. Hal ini dapat dilihat dari uji t yang telah dilakukan dengan tingkat signifikansi 5% diperoleh thitung= 4,802 dan ttabel= 2,014 Maka t hitung
t tabel , yaitu 4,802>
2,014 jadi H0 ditolak. 2. Dari nilai rata-rata hasil belajar IPA dapat disimpulkan bahwa metode Discovery Inquiry lebih baik dari metode Konvensional. Karena rata-rata metode Discovery Inquiryadalah 76,12 dan metodeKonvensionaladalah 68,17. Nilai rata-rata metodeDiscovery Inquiry lebih tinggi dibandingkan metode Konvensional.
E. Daftar Pustaka Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Tarsito. Mujiono,Dimyati. 2006. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Yappendis. Zaini, Hisyam, Bermary Mounte & Sekar Ayu Ariyani. 2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Institut Agama Islam Negeri Sunan Kalijaga.
11