Naskah Publikasi PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN EKSPLORATORY DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI DEMAKIJO Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1
Ditulis oleh: Tri Purwaningsih A54B090070
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 1
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN EKSPLORATORY DISCOVERY PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI DEMAKIJO Ditulis oleh: Tri Purwaningsih A54B090070
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa menggunakan pendekatan Eksploratory Discovery.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini mengambil tempat di SD Negeri Demakijo dan subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV. Pada setiap siklus yang dilakukan, terdapat beberapa tahapan yang dilakukan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun rencana untuk diterapkan dalam penelitian ini. Dalam tahap pelaksanaan, peneliti menerapkan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Tahap observasi yang dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan, peneliti melakukan pengamatan dan pengumpulan data yang diperlukan. Dan pada tahap refleksi, peneliti melakukan refleksi terhadap hasil evaluasi proses dan hasil belajar siswa.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan Eksploratory Discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA karena 80% siswa telah berhasil melampui kriteria ketuntasan minimal (KKM). Pada siklus I, nilai rata-rata siswa pada mata pelajaran IPA adalah 58, 21 dan nilai tersebut meningkat pada siklus II. nilai rata-rata siswa pada siklus II adalah 76,42. Hal ini menunjukkan bahwa pada akhir siklus jumlah siswa yang mendapatkan nilai kurang dari KKM sebanyak 7 siswa dari 28 siswa. Ini berati 21 siswa atau 80% sudah mendapatkan nilai tuntas atau mencapai KKM. Dengan menerapkan pendekatan Eksploratory Discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Demakijo pada mata pelajaran IPA. Kata kunci
: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), pendekatan Eksploratory Discovery, hasil belajar siswa
2
3
4
A. Pendahuluan Dewasa ini pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di kelas, guru lebih sering menggunakan metode ceramah, di mana siswa
hanya duduk,
mendengar, mencatat, dan menghapal teori dan rumus tanpa melakukan aktivitas pembelajaran, sehingga siswa merasa bosan, jenuh dan kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini berakibat pada kurangnya kemauan siswa untuk mengetahui, menemukan, memecahkan masalahnya sendiri dan siswa kurang mempunyai kesempatan untuk lebih memahami konsep yang diberikan dan menjelaskan hasil yang diperolehnya. Padahal sistem pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mengaktifan siswa untuk belajar dalam proses pembelajaran. Pendekatan eksploratory discovery dapat meningkatkan daya keaktifan siswa dalam belajar. Di samping itu pada hakikatnya siswa adalah makhluk individu. Dengan
melihat faktor tersebut, maka dengan
penerapan pendekatan
eksploratory discovery maka siswa akan dapat mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan sehingga dapat berkembang secara mandiri. Penerapan pendekatan eksploratory discovery ini pada hakekatnya adalah untuk melatih siswa agar senantiasa mempersiapkan diri dalam mengikuti kegiatan belajar. Kemauan dan kreativitas siswa dalam menyesuaikan dan menyelesaikan kegiatan belajarnya tidak muncul dengan sendirinya. Semua itu muncul karena direncanakan oleh guru yang memiliki kemampuan untuk memahami serta memperlakukan siswa secara manusiawi. Atas dasar pertimbangan tersebut di atas, dalam penelitian ini akan diuji cobakan pendekatan eksploratory discovery yang dilakukan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Hal ini dilakukan untuk mencari jawaban dan jalan keluar dalam mengatasi masalah tersebut. Di dalam penelitian ini akan dibuktikan apakah pendekatan eksploratory discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya di bidang studi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
5
B. Pendekatan Eksploratory Discovery dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 1. Pendekatan Eksploratory Discovery Eksploratory berasal dari kata eksplore yang berarti penjelajahan. Sehingga eksploratory dapat diartikan sebagai metode jelajah alam sekitar (JAS). Eksploratory adalah pendekatan pembelajaran sains yang memanfaatkan objek langsung melalui kegiatan pengamatan, diskusi dan pelaporan hasil. Discovery mempunyai makna penemuan sesuatu yang sebenarnya sesuatu itu telah ada sebelumnya, tetapi belum diketahui. Secara harfiah to discover berarti membuka tutup. Artinya sebelum dibuka tutupnya, sesuatu yang ada di dalamnya belum diketahui orang. Penggabungan dua buah metode pendekatan dalam suatu pembelajaran, yakni discovery dan eksploratory melahirkan pendekatan eksploratory discovery yang di Indonesia dijalankan dengan sistem pembelajaran berbasis CTL (contextual teaching and learning) atau yang di sebut pembelajaran kontekstual Pendekatan eksploratory menitikberatkan pada konsep pembelajaran yang membantu guru mengaitkan materi yang di ajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk menghubungkan pengetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat (Depdiknas, 2003: 5). Tahap-tahap dalam ekploratory adalah sebagai berikut : a.
Merumuskan masalah
b.
Mengamati
c.
Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel dan karya.
d.
Mengkomonikasikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru. Proses discovery adalah kegiatan bertanya merupakan setrategi penting
bagi siswa dalam proses penemuan. Bertanya di pandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian terpenting dalam melaksanakan
6
pembelajaran berbasis inkuiry yaitu menggali imformasi dan mengarahkannya pada aspek yang
menjadi tujuan pembelajaran. Pendekatan ekploratory
discovery (penemuan) adalah cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam proses-proses mental dalam rangka penemuannya (Sudirman dkk, 1989:168). a.
Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Eksploratory Discovery Kelebihan Pendekatan Eksploratory Discovery Sudirman (1989:168) adalah sebagai berikut: 1.
Strategi pengajaran menjadi berubah dari teacher centered menjadi student centered.
2.
Proses belajar meliputi semua aspek yang menunjang siswa menuju kepada pembentukan manusia seutuhnya
3.
Menambah tingkat penghargaan siswa.
4.
Penggunaan
discovery
memungkinkan
siswa
belajar
dengan
memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar. 5.
Dapat mengembangkan bakat/kecakapan individu
6.
Dapat menghindarkan cara belajar tradisional (menghafal) dan memberikan waktu yang memadai bagi siswa untuk mengumpulkan dan mengelola informasi.
7.
Dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga retensinya (tahan lama dalam ingatan) menjadi lebih baik.
7
Kelemahan Pendekatan Ekploratory Discovery Sudirman (1989:171) adalah sebagai berikut: 1. Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari guru secara apa adanya. 2. Guru juga dituntut mengubah kebiasaan mengajarnya yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar. 3. Banyak memberikan kebebasan pada siswa dalam belajar, tetapi kebebasan itu tidak menjamin siswa belajar dengan baik dalam arti mengerjakannya dengan tekun, dan terarah. 4. Dalam pelaksanaanya memerlukan penyediaan berbagai sumber belajar dan fasilitas yang memadai yang tidak selalu mudah disediakan. 5. Cara belajar siswa dengan metode eksploratory discovery menuntut bimbingan guru yang lebih baik. b. Langkah-Langkah dalam Pengaplikasian Pendekatan Eksploratory Discovery Tahap yang harus ditempuh dalam Pendekatan Eksploratory Discovery menurut Sagala (2009:197) yaitu: a.
Perumusan masalah
b.
Penetapan jawaban sementara
c.
Peserta didik mencari informasi, data, fakta, yang diperlukan untuk menjawab atau memecahkan masalah.
d. 2.
Menarik kesimpulan dari jawaban
Pelajaran Sains (IPA) a. Pengertian Pelajaran Sains (IPA) IPA (Sains) merupakan salah satu kumpulan ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta, baik ilmu pengetahuan yang mempelajari alam semesta yang bernyawa ataupun yang tak bernyawa dengan jalan mengamati
8
berbagai jenis dan perangkat lingkungan alam serta lingkungan alam buatan. Pendidikan Sains di SD bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung dan kegiatan praktis untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan Sains diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas 2004:33). b. Tujuan Pelajaran Sains (IPA) Tujuan pemberian pelajaran IPA atau sains adalah agar siswa mampu memahami dan menguasai konsep-konsep IPA serta keterkaitan dengan kehidupan nyata. Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Sekolah Dasar dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah sebagai berikut: 1. Menanamkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap teknologi dan masyarakat. 2. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan. 3. Menanamkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 4. Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains kehidupan sehari-hari. 5. Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. 6. Menghargai ciptaan Tuhan akan lingkungan alam.
9
c.
Fungsi Pelajaran Sains (IPA) Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar (Depdikbud 1993/1994:97-98). Mata Pelajaran IPA berfungsi untuk: 1
Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis lingkungan alam dan lingkungan buatan yang berkaiatan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
2
Mengembangkan keterampilan proses.
3
Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
4
Mengembangkan kemajuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
d.
Kondisi Pembelajaran Sains di SD Menyadari bahwa pada berbagai masalah dalam pendidikan pada umumya, pendidikan sains pada khususnya sangat kompleks,
karena itu pemikiran-
pemikiran masih terus di sumbangkan untuk mencoba memecahkan permasalahan itu. Pendidikan sains disekolah dasar dihadapkan pada berbagai masalah seperti fasilitas buku, media dan dana sehingga dalam penerapannya tampak adanya kurang pengertian. C. Metode Penelitian Penelitian ini mengambil tempat di SD Negeri Demakijo, dan yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) digunakan dalam proses penelitian ini. Penelitian ini dilakukan karena rendahnya nilai siswa di mata pelajaran IPA yang seringkali di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sehingga dengan menggunakan pendekatan Ekploratory Discovery, diharapkan siswa dapat meningkatkan hasil belajar mereka terhadap mata pelajaran IPA.
10
Hasil belajar IPA pada siswa kelas IV masih rendah
Kondisi awal
Guru menggunakan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan Eksploratory Discovery
Tindakan
Melalui pendekatan Eksploratory Discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV SD Negeri Demakijo
Kondisi akhir
Bagan 1. Kerangka Berpikir Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sehingga dalam prosesnya penelitian ini mempunyai beberapa siklus yang digambarkan dalam bagan dibawah ini: Perencanaan
Refleksi
Pelaksanaan
SIKLUS I
Observasi Evalausi
dan
Perencanaan
Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Obsservasi Dan Evaluasi
Bagan 2. Bagan Siklus Pembelajaran (Arikunto, 1999:97)
11
Dalam prosesnya, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan tes dan observasi. Tes digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif hasil belajar siswa. Dan observasi digunakan untuk menilai proses belajar mengajar menggunakan pendekatan eksploratory discovery. D. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil belajar pada siklus I diketahui bahwa tindakan yang dilakukan guru berupa penerapan pendekatan eksploratory discovery ternyata dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas IV dan mengurangi jumlah siswa yang belum tuntas dalam proses pembelajaran. Dilihat dari hasil IPA pada siswa kelas IV sudah mengalami peningkatan yaitu dari rata-rata ulangan sebelum siklus sebesar 58,21 menjadi 68,57. Tetapi rata-rata tersebut belum menunjukkan peningkatan signifikan karena rata-rata hasil belajar pada sikus I masih dibawah kriteria ketuntasan minimal yaitu 68,57 Rendahnya pencapaian ketuntasan belajar disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: a. Guru kurang menguasai kelas. b. Terbatasnya media dan alat peraga yang ada. c. Siswa kurang memehami materi yang diberikan guru. Untuk mengatasi kendala tersebut, peneliti menerapkan beberapa langkah diantaranya sebagai berikut: a. Untuk lebih mengusai kelas, guru meminta siswa untuk membuat kelompok. Selama proses pembelajaran guru juga lebih sering untuk berkeliling memantau kondisi siswa. b. Untuk mengatasi terbatasnya media dan alat peraga yang ada, guru mencoba mengoptimalkan alat peraga yang ada dan menghubungkan materi dengan kondisi yang sebenarnya.
12
c. Agar materi yang diberikan dapat lebih
dipahami siswa, guru
menghubungkan dan mencontohkanny ke kehidupan yang sebenarnya. Guru juga melakukan pengulangan terhadap materi-materi yang diberikan. Berdasarkan pengamatan terhadap hasil belajar siswa pada siklus II menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan peneliti dengan menerapkan pendekatan eksploratory discovery menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dalam proses pembelajaran IPA. Hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan eksploratory discovery pada siklus II mengalami peningkatan rata -rata daripada nilai rata-rata pada siklus I. Hasil belajar yang diperoleh pada siklus II sudah cukup signifikan karena rata-rata secara klasikal sudah berada diatas standar ketuntasan minimal yaitu 76,42. Pada pembelajaran siklus II permasalahan yang muncul tidak begitu berarti artinya hampir semua anak telah mengikuti pembelajaran dengan baik dalam proses belajar mengajar. 2. Pembahasan Mariyanti dalam nana Ani (2011: 22), pendekatan eksploratory discovery didasarkan pada 3 ciri pokok, yaitu: a.
Selalu dikaitkan dengan alam sekitar secara langsung, tidak langsung, maupun menggunakan media.
b.
Selalu ada kegiatan berupa pengamatan dan penjelasan
c.
Ada laporan untuk dikomunikasikan baik secara lisan, tulisan, gambar, foto, ataupun audio visual. Dengan didasari 3 hal pokok tersebut, pendekatan ini sangatlah cocok
diterapkan untuk mata pelajaran IPA karena fungsi dan tujuan mata pelajaran IPA sendiri adalah membangun interaksi siswa dengan alam secara langsung maupun tidak langsung sesuai yang ada dalam Kurikulum Pendidikan Dasar (Depdikbud 1993/1994:97-98) bahwa Mata Pelajaran IPA berfungsi untuk:
13
1
Memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis lingkungan alam dan lingkungan buatan yang berkaiatan dengan pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari.
2
Mengembangkan keterampilan proses.
3
Mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
4
Mengembangkan kemajuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), serta keterampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Arikunto (2001: 132) mengemukakan bahwa hasil belajr adalah hasil
yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dan merupakan penilaian yang dicapai seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau materi yang diajarkan sudah diterima siswa. Berdasarkan pernyataan tersebut apabila dikaitkan dengan penelitian yang peneliti lakukan maka hasil yang dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar dengan menerapkan pendekatan eksploratory discovery dan untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau materi yang diajarkan sudah diterima siswa ternyata mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dengan meningkatnya nilai siswa pada saat evaluasi belajar setiap siklus. Pada kondisi awal dapat kita lihat nilai rata-rata hasil belajar siswa adalah 58,21. Pada tahap ini masih banyak siswa yang mendapatkan nilai rendah atau belum mencapai KKM yaitu sebanyak 21 siswa, sedangkan yang sudah mencapai KKM sebanyak 7 siswa. Hal in menunjukkan proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru belum mencapai maksimal. Pada siklus I jumlah siswa yang mendapat nilai kurang dari KKM sebanyak 13 siswa sedangkan nilai yang sudah mencapai KKM sebanyak 15
14
siswa. Dengan demikian kegiatan pembelajaran belum mencapai hasil yang memuaskan karena nilai rata-rata kelas baru mencapai 68,57 Pada siklus II nilai rata-rata kelas IV dapat kita lihat adanya peningkatan jika dibandingkan dengan hasil belajar siklus I. Peningkatan yang ditunjukkan cukup signifikan. . Hasil belajar yang diperoleh pada siklus II sudah cukup signifikan karena rata-rata secara klasikal sudah berada diatas standar ketuntasan minimal yaitu 76,42. Jumlah siswa yang mendapatkan nilai kurang dari KKM sebanyak 7 siswa dari 28 siswa. Ini berati 21 siswa sudah mendapatkan nilai tuntas atau mencapai KKM. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam materi pembelajaran mengalami peningkatan pada siklus II. Dan ini menunjukkan bahwa penerapan pendekatan eksploratory discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA materi rangka manusia. Sehubungan dengan itu maka dapat disimpulkan bahwa tindakan penelitian dalam materi pelajaran rangka manusia yang telah dijelaskan dengan menerapkan pendekatan eksploratory discovery pada siswa kelas IV SD Negeri Demakijo telah meningkatkan hasil belajar.
E. Kesimpulan dan Saran Telah disampaikan dalam uraian di atas bahwa sangat memungkinkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan eksploratory discovery karena hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan eksploratory discovery. Hal ini dibuktikan dengan tercapainya 21 siswa atau 80% dari jumlah siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimal.
Sehingga, hendaknya
guru juga menerapkan dan
mengembangkan pendekatan yang ada untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran sekolah.
15
DAFTAR PUSTAKA
Amien, Moh. 1987. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode “discovery” dan “inquiry”. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan
Direktorat
Jenderal
Pendidikan
Tinggi
Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Jakarta. Aprilia. Achyar, Afifatul. 2009. Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD dan MI Kelas 4 (BSE). Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas. Arikunto, Suharsimi .1997. Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta ________________. 1999. Prosedur Penelitian:Pendekatan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara/ ________________. 1999. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara Depdikbud. 1994. Kurikulum SD Kelas IV. Jakarta : Depdikbud. Depdiknas. 2008. Kurikulum 2008 IPA SD.Jakarta: Depdiknas. Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Strategi Pembelajaran,. Surabaya : Usaha Nasional Hermawati, Nana Ani.
2011. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan
Metode Eksploratory Discovery (Studi di SD N Jatipun Karanganyar). Surakarta : FKIP UMS Margono, 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta. Moleong, Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya Mulyadi, dkk .2010. Penulisan Skripsi FKIP. Surakarta: BP-FKIP UMS. Nur. Muhamad. Muslimin. 2007. Hakikat Sains. Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. Sabri. Alisuf. 1996. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. ___________. 2001. Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan. Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya. Sagala, Syaiful. 2009. Komsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
16
Sardiman A.M. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : C.V. Rajawali, 1990. ___________. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Usman, Samatoa. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Depdiknas : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
17