133 Jurnal Baca Edisi Vol. VIII No. III Juli - September 2015
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DISCOVERY SISWA KELAS V SD INPRES LAKIYUNG KABUPATEN GOWA Nurhayati Guru SD I Lakiyung Kecamatan Somba Opu Dinas Pendidikan, Olahraga dan Pemuda Kabupaten Gowa Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran yang menggunakan metode Discovery dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V B SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Data penelitian diperoleh dengan menggunakan empat jenis teknik pengumpulan data yaitu tes, observasi, wawancara dan catatan lapangan yang dikembangkan oleh Miles dan Hubberman (Latri, 2004:25). Analisis data dilakukan pra dan pasca penelitian, data dalam bentuk kualitatif dianalisis dengan melakukan sistem komplementer dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan, tes awal dan tes akhir setelah pemberian tindakan. Data diolah melalui tahapan mereduksi data, menyajikan data, menarik kesimpulan dan verifikasi data. Berdasarkan hasil tes yang diberikan, hanya 8 orang atau 40 % siswa yang mampu mendapat nilai ketuntasan yaitu ≥ 65. Sedangkan siswa yang belum memenuhi nilai KKM sebanyak 12 orang atau 60%. Berdasarkan penelitian proses dan penelitian hasil secara keseluruhan siswa dalam kelas dikategorikan siswa belum memahami konsep penjumlahan pecahan. Hal ini dilihat dari masih kurangnya siswa yang mampu menjawab soal-soal yang diberikan. Hasil analisis dan refleksi dari tindakan siklus II adalah (a) Guru telah melaksanakan tugasnya dalam pembelajaran sesuai dengan tahap metode Discovery. (b) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung efektif, semua siswa terlibat langsung, kerjasama kelompok sangat kompak, siswa tidak malu lagi bertanya atau mengemukakan pendapat. (c) Waktu pembelajaran berlangsung efektif sesuai rencana. Hal ini karena guru memperhatikan pengorganisasian waktu pada RPP. (d) Berdasarkan hasil proses penelitian dan hasil belajar siswa secara keseluruhan, siswa dalam kelas dikategorikan sudah mengalami peningkatan pemahaman konsep dalam operasi penjumlahan pecahan. Kata Kunci: Hasil Belajar, Matematika, Metode Discovery. dihapal, dimengerti tanpa makna. Pada Pendahuluan Matematika merupakan salah satu akhirnya memberikan kesimpulan bahwa ilmu dasar yang diajarkan pada setiap belajar matematika memerlukan jenjang pendidikan di Indonesia mulai kemampuan khusus atau hanya dapat dari Sekolah Dasar. Pembelajaran operasi dilakukan oleh siswa yang memang penjumlahan pecahan secara umum masih potensi akademiknya di atas rata-rata. menjadi momok yang menakutkan bagi Pembelajaran yang lebih efektif dan sebagian siswa hal ini disebabkan oleh efisien perlu dikembangkan guna kecenderungan guru mengajar sesuai mempercepat daya nalar siswa dalam dengan buku teks yang ada, guru lebih memahami keadaan di sekitarnya. dominan dalam pembelajaran, terkesan Keberhasilan proses belajar mengajar memburu ketuntasan program pengajaran, operasi matematika tidak terlepas dari menggunakan metode belajar yang kesiapan siswa, kesiapan pengajar (guru), monoton/ konvensional serta kurang penggunaanmedia, serta pemilihan metode menggunakan media pembelajaran pembelajaran yang tepat. Fenomena yang sehingga siswa diperhadapkan dengan muncul dari guru dan siswa tersebut berbagai simbol dan notasi yang harus sebagai penyebab hasil belajar matematika
134 Nurhayati ”Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Discovery Siswa Kelas V SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa”
siswa menjadi rendah, harus direstrukturisasi ke arah yang lebih baik karena akan berdampak pada minimnya pengetahuan siswa mengenai materi pembelajaran, pengetahuan siswa tidak akan bertahan lama dalam memori siswa dan akhirnya hasil belajar siswa menjadi rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V B SD Inpres Lakiyung kabupaten Gowa. Ruseffendi (1988:2) mengemukakan bahwa karakteristik matematika adalah (a) memiliki objek telaah yang abstrak, dijiwai oleh kesepakatan; (b) berpola pikir deduktif aksiomatik, (c) memiliki simbol yang kosong dari arti, (d) memperhatikan semesta pembicaraan, (e) konsisten dalam sistemnya. Menurut Hudoyo (1990:30) pada hakikatnya landasan berpikir matematika adalah kesepakatan yang amat mendasar adalah aksioma dan konsep primitif.Kesepakatan-kesepakatan sebagai bahasa matematika agar konsep-konsep matematika mudah dipahami dan dimanipulasi. Dan melalui kesepakatankesepakatan memungkinkan berkembang berbagai struktur yang tetap konsisten dalam objek dasar matematika. Sehubungan dengan objek telaah yang abstrak digunakan simbol-simbol yang kosong dari arti sehingga memungkinkan intervensi matematika diberbagai bidang. Matematika memperhatikan semesta pembicaraan menunjukkan bahwa dalam menggunakan matematika diperlukan kejelasan dalam lingkup apa simbol tersebut digunakan. Menurut Nurkancana (1983:25) ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengetahui kemajuankemajuan yang dicapai oleh siswa dalam proses belajar mengajar yang mereka lakukan yaitu metode tes dan metode observasi. Untuk metode tes, digunakan alat berupa tes hasil belajar dan untuk metode observasi diperlukan adanya lembar dan pedoman observasi. Tes adalah suatu alat penilaian berupa serangkaian pertanyaan yang harus
dijawab secara sengaja dalam suatu situasi yang distandardisasikan dengan maksud untuk menilai kemampuan dan hasil belajarindividu atau kelompok. Sedangkan observasi adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis. Penjumlahan pecahan merupakan operasi hitung pecahan yang diajarkan mulai dari kelas IV hingga kelas V SD. Dalam KTSP operasi hitung penjumlahan pecahan biasa yaitu penjumlahan pecahan berpenyebut sama dan penjumlahan pecahan biasa berpenyebut tidak sama. Secara umum aturan/rumus yang digunakan dalam perhitungan matematika, lebih mudah untuk diajarkan kepada siswa dibandingkan dengan mengajarkan konsep yang mendasari rumus tersebut. Sehingga apabila aturan/rumus itu tidak diingat lagi, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan aturan/rumus tersebut.Menurut Van De Walle (Masniladevi, 2003:41) pemusatan perhatian pada rumus operasi hitung pecahan dan cara mendapatkan jawabannya mempunyai dua dampak yang berbahaya karena (1) tidak satupun dari rumus tersebut dapat membantu siswa untuk berpikir tentang pengertian dari konsep atau bagaimana cara mendapatkan rumus tersebut, (2) penguasaan atau pengalaman dengan cara ini akan cepat hilang (mudah dilupakan). Hal ini mengisyaratkanbahwa dalam mengerjakan operasi penjumlahan pecahan tersebut dan tidak hanya mengajarkan keterampilan menggunakanrumus dalam menyelesaikan konsep pada pecahan. Adapun yang mendasari operasi penjumlahan pecahan dikembangkan berdasarkan tiga model yang telah disebutkan sebelumnya. Ketiga model tersebut Van de Walle (Masniladevi, 2003:41) adalah “model bagian suatu daerah luasan, model pengukuran (garis bilangan) dan model bagian suatu himpunan”.Agar proses pembelajaran berlangsung dengan baik,
135 Jurnal Baca Edisi Vol. VIII No. III Juli - September 2015
guru hendaknya menguasai berbagai metode pembelajaran. Menurut Hudoyo (1990:25) bahwa metode mengajar adalah suatu cara atau teknik mengajar topiktopik tertentu yang disusun secara teratur dan logik yang di dalamnya termuat interaksi antara guru dengan siswa dan interaksi antara siswa dengan materi yang dipelajarinya. Menurut Sabri (2015:11) metode Discovery menganggap siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, proses pembelajaran harus dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Salah satu pendekatan pembelajaran matematika yang perlu dikembangkan adalah pendekatan Discovery learning. Melalui Discovery Learning dapat membantu siswa dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, membuat hubungan antara pengetahuannya dengan penerapanya dalam kehidupan nyata sehingga pembelajaran matematika dapat lebih bermakna. Selain itu proses pembelajaran memerlukan adanya metode penyampaian bahan ajar yang harus dikuasai guru agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Metode yang digunakan memungkinkan siswa dapat terlibat secara aktif agar terjadi interaksi semua unsur pembelajaran. Menurut Roestiyah (2001: 20) mengemukakan bahwa metode Discovery adalah cara untuk menyampaikan ide atau gagasan lewat penemuan dimana belajar penemuan merupakan proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud adalah mengamati, menggolonggolongkan, membuatdugaan, menjelaskan, mengukur dan membuat kesimpulan. Dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi. Dari berapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kata Discovery
merupakan penemuan yang dilakukan oleh siswa, siswa menemukan sendiri sesuatu hal yang baru, ini tidak berarti yang ditemukannya benar-benar baru, sebab sudah diketahui orang lain. Melalui metode Discovery siswa diharapkan dapat menemukan sendiri hal-hal baru baginya berupa konsep, dalil, teorema, rumus, aturan, pola dan sebagainya. Sehingga keterangan-keterangan yang harus dipelajari tidak disajikan dalam bentuk akhir tetapi siswa diwajibkan melakukan aktivitas mental sebelum keterangan yang disajikan itu dapat dipahami. Dengan demikian pembelajaran menjadi bermakna karena siswa tidak hanya belajar untuk mengetahui sesuatu tetapi juga belajar melakukan, belajar menjiwai, belajar bagaimana seharusnya belajar dan memungkinkansiswa belajar bersosialisasi dengan guru ataupun dengan temantemannya.sedangkan Menurut Sri Anita W., dkk (2008:5.35) menyatakan beberapa keunggulan yang dapat dimiliki siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode Discovery, antara lain (1) Siswa aktif dalam kegiatan belajarnya sebab metode Discovery dapat memicu keingintahuan siswa, memotivasi mereka untuk berpikir menggunakan kemampuan untuk memperoleh hasil akhir. (2) Siswa dapat memahami betul materi yang dipelajarinya (tingkat penguasaan tinggi), sebab ia mengalami sendiri proses menemukannya. Juga memungkinkan materi tersebut dapat diingat lebih lama dan mudah mengingatnya kembali jika ia lupa. (3) Sesuatu yang ditemukan sendiri menimbulkan kepuasan tersendiri dan memungkinkan timbulnya semangat ingin tahu lebih lanjut. (4) Melatih siswa untuk banyak belajar sendiri dan meningkatkan minat belajarnya sehingga memungkinkan timbulnya sikap ilmiah melakukan Discovery. (5) Siswa lebih mudah mentransfer pengetahuan ke berbagai konteks atau kepada orang lain dan dapat mendukung kemampuan memecahkan masalah siswa. Di samping keunggulannya, metode Discovery
136 Nurhayati ”Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Discovery Siswa Kelas V SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa”
memiliki beberapa kelemahan antara lain: kesimpulan jawaban yang diperoleh (a) Metode ini memerlukan banyak waktu melalui kegiatan oleh wakil setiap yang lebih banyak sehingga proses kelompok melalui praktek di depan kelas. pembelajaran berjalan dengan lambat, Pelaksanaan metode Discovery ini dimana apalagi untuk materi-materi tertentu. (b) guru berusaha meningkatkan aktifitas Umumnya siswa cenderung tergesa-gesa siswa melalui proses belajar mengajar. dalam menarik kesimpulan. Tidak semua Memotivasi siswa dalam belajar sendiri siswa dapat mengikuti pelajaran dengan dengan memberikan tugas dan latihan cara ini dan tidak menjamin bahwa selama siswa berusaha untuk menyelesaikan tugas proses pembelajaran siswa akan tetap tersebut dengan percaya diri dan tentu saja bersemangat menemukan sendiri. (c) melalui pengawasan guru juga disini guru Tidak semua topik cocok disampaikan sangat berperan penting dalam menyusun dengan metode Discovery. Tahapanteknik pembelajaranya sehingga tujuan tahapan yang harus ditempuh dalam pembelajaran yang diinginkan dan melaksanakan metode Discovery menurut diharapkan dapat tercapai dengan baik. Syaiful (2003:197) yaitu (a) Perumusan Salah satu metode mengajar yang akhirmasalah untuk dipecahkan siswa, akhir ini banyak digunakan di sekolahperumusan masalah untuk dipecahkan sekolah yang sudah maju adalah metode siswa merupakan kegiatan belajar yang Discovery. Hal itu disebabkan karena dilakukan guru dengan memberikan metode Discovery ini (a) merupakan suatu pertanyaan yang merangsang berfikir cara untuk mengembangkan cara belajar siswa mengarah pada persiapan siswa aktif. (b) Dengan menemukan pemecahan masalah; (b) Menetapkan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil jawaban sementara atau lebih dikenal yang diperoleh akan setia dan tahan lama dengan istilah hipotesis yaitu siswa dalam ingatan, tidak akan mudah menetapkan hipotesis atau praduga dilupakan siswa. (c) Pengertian yang jawaban untuk dikaji lebih lanjut ditemukan sendiri merupakan pengertian (alternatif jawaban); (c) Siswa mencari yang betul-betul dikuasai dan mudah informasi informasi, data, fakta yang digunakan atau ditransfer dalam situasi diperlukan untuk menjawab permasalahan lain. (d) Dengan menggunakan strategi /hipotesis. Secara spontan siswa penemuan, anak belajar menguasai salah menjelajahi informasi atau data untuk satu metode ilmiah yang akan dapat menguji praduga baik secara individu dikembangkannya sendiri (e) Dengan ataupun secara kelompok melalui metode penemuan ini juga, anak belajar kegiatan;(d) Menarik kesimpulan jawaban berfikiranalisis dan mencoba memecahkan atau generalisasi, menarik kesimpulan masalah yang dihadapi sendiri, kebiasaan yaitu siswa menarik kesimpulan jawaban ini akan ditransfer dalam kehidupan melalui informasi yang diperoleh melalui bermasyarakat.Tahapan-tahapan dalam kegiatan. (e) Mengaplikasikan kesimpulan metode Discovery (Syaiful Sagala, /generalisasi dalam situasi baru, 2008:197). Untuk lebih jelasnya dapat Mengaplikasikan kesimpulan atau dilihat pada tabel berikut: generalisasi merupakan penyajian hasil Tabel 1 Tahap Metode Discovery Tahapan
Indikator
137 Jurnal Baca Edisi Vol. VIII No. III Juli - September 2015
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. untuk 2. Memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. 3. Guru mengajukan pertanyaan yang dapat menumbuhkan siswa mengemukakan pendapatnya. Tahap 2 : 4. Melalui bimbingan guru siswa secara individu Penetapan jawaban sementara menetapkan jawaban sementara terhadap atau pengajuan hipotesis. permasalahan. Tahap 1 : Perumusan masalah dipecahkan peserta didik.
Tahap 3 : 5. Siswa secara berkelompok melakukan bagaimana Peserta didik mencari informasi, cara menyelesaikan operasi penjumlahan data, fakta, yang diperlukan untuk pecahan pada gambar. menjawab atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis. Tahap 4 : 6. Guru memberikan kesempatan kepada siswa Menarik kesimpulan dari jawaban secara individu untuk menarik kesimpulan atas atau generalisasi. jawaban yang diperoleh melalui kegiatan. Tahap 5 : 7. Siswa secara individu memperaktekan hasil Aplikasi kesimpulan atau kesimpulannya di depan kelas. generalisasi dalam situasi baru.
Metode Penelitian Jenis dan Desain Penelitian ini adalah merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Dalam penelitian ini direncanakan dua siklus tindakan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu desain penelitian berdaur ulang hal ini mengacu pada pendapat (Suharsimi, 2007:16) bahwa penelitian tindakan kelas terdiri atas empat komponen utama, yaitu (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) refleksi. Teknik Pengumpulan Data Jenis data dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 (dua) yakni, data primer dan data sekunder. Untuk mendapatkan data yang representatif maka dilakukan pengumpulan dua jenis data yaitu data primer dengan mengamati langsung prilaku atau perkembangan siswa selama proses pembelajaran berlangsung melalui observasi, sedangkan data sekundernya diambil dari data nilai rapor, nilai ulangan harian, data remedial, data kuis atau data nilai siswa dalam bentuk lain. Sumber data utama adalah dari siswa kelas V B SD Inpres Lakiyung kabupaten Gowa yangtelah mengikuti pelajaran matematika sebanyak 20 Orang. Proses penentuan
subjek penelitian dilakukan dengan mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan siswa, jenis kelamin dan status sosial peserta didik. Dalam memformulasikan subjek penelitian berdasarkan pada hasil tes awal. Setiap kelompok terbagi atas 5 kelompok yang masing-masing berjumlah 4 orang, setiap kelompok beranggotakan peserta didik dengan kemampuan siswa tinggi, sedang dan rendah. Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan digunakan empat jenis teknik pengumpulan data yaitu tes, observasi, wawancara dan catatan lapangan yang dikembangkan oleh Miles dan Humberman (Latri, 2004:25) yaitu (1) Tes dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang pemahaman siswa terhadap operasi penjumlahan pecahan setelah dilakukan tindakan.(2) Mengamati penerapan langkah-langkah pembelajaran yang mengintegrasikan metode Discovery yang tercermin di dalam rencana pelaksanaan pembelajaran serta perubahan yang diinginkan dalam diri peserta didik. (3)Wawancara dilakukan untuk mendapatkan masukan dari siswa yang menjadi subjek penelitian. (4) Catatan Lapangan dilakukan untuk melengkapi
138 Nurhayati ”Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Discovery Siswa Kelas V SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa”
data yang memuat deskripsi tentang kegiatan pembelajaran yang meliputi aktivitas peserta didik dengan menggunakan alat perekam audio atau audio-visual. Teknik Analisis Data adalah dilakukan pra dan pasca penelitian, data dalam bentuk kualitatif dianalisis dengan melakukan sistem komplementer dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan dan tes awal dan tes akhir setelah pemberian tindakan. Menurut pendapat Miles dan Huberman, 1992 (Latri,2004:25) ada tiga tahapan pengelolaan data yaitu: “mereduksi data, menyajikan data, menarik kesimpulan dan verifikasi data”. Mereduksi data adalah proses menyederhanakan, menseleksi dan memfokuskan data yang telah diperoleh dari berbagai sumber, kegiatan ini berlangsung sejak pengumpulan data sampai kepada penarikan kesimpulan. Menyajikan data adalah kegiatan menyusun atau mendeskripsikan data dalam bentuk narasi atau penafsiran terhadap data yang bersifat kualitatif dan kegiatan mendeskripsikan data dalam bentuk tabel atau grafik jika data tersebut merupakan data kuantitatif. Menarik kesimpulan atau verifikasi data adalah kegiatan yang bertujuan untuk memberikan pemaknaan terhadap data yang telah direduksi dan disajikan sehingga dapat dipahami secara cepat dan akuntabel. Hasil Penelitian Pembelajaran tindakan siklus I difokuskan pada peningkatan pemahaman operasipenjumlahan pecahan. Seluruh data yang telah direkam memulai observasi proses dan evaluasi hasil. Berdasarkan hasil tes yang diberikan, hanya 8 orang atau 40 % siswa yang mampu mendapat nilai ketuntasan yaitu ≥ 65. Sedangkan siswa yang belum memenuhi nilai KKM sebanyak 12 orang atau 60 %. Sehingga setelah peneliti mengadakan diskusi dengan rekan guru wali kelas V B dan sesuai hasil pengamatan maka hasil analisis dan
refleksi dari peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tindakan siklus I adalah (a) Guru telah melaksanakan tugasnya dalam pembelajaran, mulai dari menyampaikan tujuan pembelajaran, membimbing dan mengarahkan siswa bekerja secara individu atau berkelompok. Guru mengamati semua kegiatan pembelajaran dan melakukan pengamatan terhadap siswa mulai dari awal proses pembelajaran hingga akhir. (b) Dalam pelaksanaan proses pembelajaran masih ditemukan siswa yang bermain, mengganggu teman, belum aktif dalam bekerja kelompok dan menyelesaikan LKS serta belum memiliki keberanian untuk mengemukakan ide dan pertanyaan. (c) Waktu pembelajaran awal berlangsung 15 menit lebih lama dari waktu yang direncanakan. Hal ini disebabkan guru kurang efektif dalam mengkontribusian alat peraga kepada setiap kelompok serta siswa selalu menunggu informasi dari guru. (d) Siswa belum diberi kesempatan secara luas untuk belajar menemukan sendiri konsep materi sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna dan membuat siswa belum mampu mengaitkan materi dengan keseharian mereka. Berdasarkan penelitian proses dan penelitian hasil secara keseluruhan siswa dalam kelas dikategorikan siswa belum memahami konsep penjumlahan pecahan. Hal ini dilihat dari masih kurangnya siswa yang mampu menjawab soal-soal yang diberikan. Pembelajaran tindakan siklus II difokuskan pada peningkatan pemahaman konsep sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil analisis dan refleksi dari tindakan siklus II adalah (a) Guru telah melaksanakan tugasnya dalam pembelajaran sesuai dengan tahap metode Discovery. (b) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran berlangsung efektif, semua siswa terlibat langsung, kerjasama kelompok sangat kompak, siswa tidak malu lagi bertanya atau mengemukakan pendapat. (c) Waktu pembelajaran
139 Jurnal Baca Edisi Vol. VIII No. III Juli - September 2015
berlangsung efektif sesuai rencana. Hal ini karena guru memperhatikan pengorganisasian waktu pada RPP. (d) Berdasarkan hasil proses penelitian dan hasil belajar siswa secara keseluruhan, siswa dalam kelas dikategorikan sudah mengalami peningkatan pemahaman konsep dalam operasi penjumlahan pecahan. Berdasarkan hasil analisis data dan refleksi di atas dan mengacu pada indikator keberhasilan yang ditetapkan, hasil tes siklus II menunujukan peningkatan data telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan Pembahasan ini mendeskripiskan tentang data yang telah dipaparkan sebelumnya. Fokus pembahasan adalah aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran operasi penjumlahan pecahan. Pembahasan berdasarkan teori yang berkaitan pemahaman operasi penjumlahan pecahan yang terdiri atas 5 tahap yaitu: (1) perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik, (2) penetapan jawaban sementara atau pengajuan hipotesis, (3) peserta didik mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis, (4) menarik kesimpulan dari jawaban atau gereralisasi, (5) aplikasi kesimpulan daam situasi baru. Hasil tindakan siklus I belum mencapai hasil yang diharapkan, hal ini terlihat dari hasil belajar siswa pada tindakan siklus I yang belum sesuai kriteria keberhasilan yang diharapkan peneliti. Penyebab belum tercapainya hasil belajar yang diharapkan karena guru belum sepenuhnya melakukan tahap-tahap pembelajaran dalam metode Discovery. Hal ini membuat siswa tidak terlibat aktif secara keseluruhan dimana kesempatan untuk mengotak-atik alat peraga hanya didominasi oleh siswa yang pandai sehingga siswa yang kurang pandai cenderung pasif sehingga kegiatan pembelajaran kurang bermakna. Kurang bermaknanya kegiatan pembelajarn menjadikan siswa tidak mampu memahami konsep dari materi yang mereka pelajari. Sehingga pada saat
evaluasi mereka tidak mampu mencapai target keberhasilan yang mereka tentukan. pembelajaran siklus I, guru belum mampu melaksanakan pembelajaran secara optimal, kelima tahap dalam metode Discovery belum diterapkan dengan baik sehingga berdampak pada kegiatan pemahaman konsep siswa. Sehigga pada siklus I siswa belum mampu mencapai target keberhasilan yang ditetapkan. Hal ini disebabkan karena dalam mengalokasikan waktu untuk setiap langkah pembelajaran belum proporsional. Hal ini sesuai pendapat Sri Anita W., dkk (2008:5.35) bahwa salah satu kelemahan metode Discovery adalah memerlukan waktu yang lebih banyak dan proses pembelajaran menjadi lambat pada materimateri tertentu. Pada tindakan siklus II ini guru diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Khususnya materi operasi penjumlahan pecahan dengan menggunakan 5 tahap dalam metode Discovery yaitu (1) perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik, (2) penetapan jawaban sementara atau pengajuan hipotesis, (3) peserta didik mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab atau memecahkan masalah dan menguji hipotesis, (4) menarik kesimpulan dari jawaban atau generalisasi, (5) alokasi kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru. Pada tahap pertama yaitu perumusan masalah untuk dipecahkan peserta didik. Kegiatan ini dilakukan atau dengan memberikan sebuah permasalahan kepada peserta didik yang berkaitan dengan pecahan yang bertujuan untuk memotivasi mereka menemukan pecahan dari masalah tersebut dan pada akhirnya membuat siswa dapat memahami sebuah konsep tentang mareri yang mereka pelajari. Pemberian masalah ini harus berawal dari lingkungan sekitar siswa sehingga siswa akan lebih muda memahaminya karena telah sering siswa dengar atau lihat.Tahap kedua adalah penetapan jawaban sementara atau pengajuan hipotesis. Setelah siswa diberikan sebuah
140 Nurhayati ”Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Discovery Siswa Kelas V SD Inpres Lakiyung Kabupaten Gowa”
permasalahan maka mereka akan mendiskusikan jawaban sementara dari permasalan yang mereka dapat. Jawaban sementara atau hipotesis yang mereka ajukan akan dibuktikan kebenarannya dengan mengadakan penemuan melalui pengamalan langsung yang akan dilaksanakan pada tahap berikutnya.Tahap ketiga adalah peserta didik mencari informasi data, fakta yang diperlukan untuk menjawab atau memecahkan masalah atau menguji hipotesis. Pada tahap ini, siswa telah diberikan kesempatan secara luas untuk mengotakatik alat peraga sehingga mereka belajar secara langsung dan bermakna serta mengadakan pembuktian dari jawaban sentara yang mereka ajukan.Tahap keempat yaitu menarik kesimpulan dari jawaban atau generalisasi. Setelah mengetahui permasalahan dan berusaha mengumpulkan data dan membuktikan kebenaran dari hipotesis yang diajukan, maka siswa akan menarik kesimpulan sendiri dari inti materi yang karena kegiatan pelajaran yang mlibatkan siswa secara langsung maka siswa dapat menarik kesimpulan melalui kegiatan yang mereka lakukan.Tahap kelima aplikasi kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru kegiatan pembelajaran yang berlangsung dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri memberi peluang kepada siswa utnuk lebih mampu mengaplikasikan kesimpulan dalam situasi baru karena siswa telah memahami dengan baik materi yang telah dipelajari. Pada tindakan siklus II keberhasilannya sudah mencapai target yang ditetapkan. Hali ini terlihat dari jawaban siswa pada LKS dan tes akhir. Peningkatan pemahaman konsep siswa pada siklus II ini terjadi karena guru telah melaksanakan metode Discovery secara optimal sesuai dengan yang diharapkan peneliti.Sehingga tujuan pembelajaran dalam penjumlahan pecahan sederhana yaitu dapat menjumlahkan dua pecahan dapat tercapai
dengan baik. Siswa juga tidak mampu untuk mengaplikasikan hubungan materi dengan situasi lain dalam kehidupan mereka sehari-hari berkaitan dengan pecahan. Siswa juga senang belajar dengan menggunakan metode Discovery karena mereka belajar sambil bermain dan belajar menemukan sendiri sehingga materi yang mereka pelajari lebih bermakna. Sehingga pemahaman konsep siswa meningkat dan akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran dengan metode Discovery sebagai metode mengajar merupakan penemuan yang dilakukan oleh siswa, dimana siswa menemukan sendiri sesuatu hal yang baru, ini tidak berarti yang ditemukannya benar baru, sebab sudah diketahui orang lain. Dalam pembelajaran metode Discovery, dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, serta memperoleh pengetahuan yang melatih berbagai kemampuan intelektual siswa, merangsang ingin tahu dan memotivasi kemampuan siswa, sehingga pembelajaran tersebut berlangsung secara aktif, sebagaimana yang diungkapan Bruner (Udin,2007:3.18)bahwa belajar penemuan pada akhirnya dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan untuk berpikir secara bebas dan melatih keterampilan kognitif siswa dengan cara menemukan dan memecahkan masalah yang ditemui dengan pengetahuan yang dimiliki dan menghasilkan pengetahuan yang benarbenar bermakna bagi dirinya. Berdasarkan hasil evaluasi proses dalam setiap pembelajaran menunjukkan bahwa pada dasarnyakebanyakan siswa merasa senang dan terlihat aktif dalam proses pembelajaran. Sedangkan berdasarkan hasil tes akhir pada setiap siklus, pemahaman siswa terhadap konsep operasi penjumlahan pecahan melalui penerapanmetode Discovery menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan terbukti dengan meningkatnya prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat pada
141 Jurnal Baca Edisi Vol. VIII No. III Juli - September 2015
hasil tes formatif siklus I dan tes formatif siklus II. Kesimpulan : Bahwa melalui metode Discovery dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap operasi penjumlahan pecahan pada siswa kelas V B SD Inpres Laki yung Kabupaten Gowa (hasil belajar siswa dari kategori sedang menjadi baik). Sedangkan kondisi pembelajaran menunjukkan sikap aktif siswa, memahami materi pelajaran dengan tingkat pengusaan tinggi, menimbulkan kepuasan tersendiri dan semangat ingin maju, melatih minat dan keingitahuan siswa dan mampu mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Namun demikian tidak dapat dinafikkan bahwa metode ini memerlukan waktu yang lebih banyak dan tidak semua materi ajar cocok dengan menggunakan metode Discovery. Saran : (a) Guru harus menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, siswa diajak berpartisipasi aktif dalam pembelajaran karena dengan keaktifan siswa dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang materi yang dipelajari. (b) Adanya sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran, tentunya akan menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran, oleh karena itu rekan guru diharapkan dapat menggunakan suatu media atau alat peraga pembelajaran yang dipergunakan untuk membantu siswa dalam memahami materi baik menggunakan alat peraga yang tersedia di sekolah atau bisa juga memanfaatkan benda-benda yang terdapat disekitar kita. (c) Kerja sama yang baik antara guru, orang tua siswa dan sekolah akan dapat menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran. Daftar Pustaka Hudoyo, Herman.1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang. --------. 1979. Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di Depan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional.
Nurkancana.1983.Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Usaha Nasional. Russefendi, E. T. 1989. Pengajaran Matematika Modern dan Masa Kini untuk Guru dan SPG (Seri ketiga). Bandung: Tarsito. --------. 1988. Pengantar kepada Membantu Guru untuk Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Roestiyah. 2001.Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Sabri, Ahmad. 2015. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta:Quantum Teaching. Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta. Slameto. 1995. Belajar Matematika dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bhineka Cipta. Sri Anita W., dkk. 2008. Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka. Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran.Bandung:Alfabeta. Untoro. 2006. Buku Pintar Matematika SD untuk Kelas 4 ,5, dan 6. Jakarta: Wahyu Media. Wardani, I.G.A.K. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.