PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE GUIDED DISCOVERY PADA SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH MA’ARIF PULUTAN SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: SA’IDAH NIM 11507028
JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011
ii
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE GUIDED DISCOVERY PADA SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH MA’ARIF PULUTAN SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: SA’IDAH NIM 11507028
JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011 iii
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id Email:
[email protected]
PERSETUJUAN PEMBIMBING Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara: Nama NIM Jurusan Judul
: : : :
Sa’idah 11507028 Tarbiyah/ Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE GUIDED DISCOVERY PADA SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH MA’ARIF PULUTAN SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
telah kami setujui untuk dimunaqosahkan
Salatiga,
November 2011
Pembimbing
Winarno, S. Si, M. Pd NIP. 197305261999031004
iv
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id Email:
[email protected]
SKRIPSI
PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE GUIDED DISCOVERY PADA SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH MA’ARIF PULUTAN SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 DISUSUN OLEH SA’IDAH 11507028 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Kependidikan Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 29 Desember 2011 dan telah dinyataan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Dr. Rahmad Haryadi, M. Pd
__________________
Sekretaris
: Dra. Siti Zumrotun, M. Ag
__________________
Penguji I
: Peni Susapti M. Si
__________________
Penguji II
: Maslikhah, S. Ag, M. Si
__________________
Penguji III
: Winarno, S.Si, M. Pd
__________________ Salatiga, 29 Desember 2011 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M. Ag NIP. 195808271983031002
v
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website: www.stainsalatiga.ac.id Email:
[email protected]
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertandatangan di bawah ini Nama
: Sa’idah
Nim
: 11507028
Program studi : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 3 November 2011 Yang menyatakan,
Sa’idah
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
إِنَّ ﻣَﻊَ اﻟْﻌُﺴْﺮِ ﯾُﺴْﺮًا “ Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan” Akan lebih membanggakan ketika kita menemukan sendiri apa yang kita inginkan Kebahagiaan tergantung pada apa yang kita berikan bukan apa yang kita peroleh (Mohandas Gandhi) Orang yang sukses tidak hanya mampu mengembangkan kecakapan-kecakapan dirinya sendiri, tetapi juga mampu mengembangkan kecakapan-kecakapan orang lain. Bahkan kadangkala ia bisa mengubah semuanya itu.
PERSEMBAHAN Untuk Ibuku (Siti Halimah), Bapakku (Zumri), Mas Safik, Mba Nur, Keluarga Besar Bani Sajad, Keluaga Besar Bani Khamid, PPL MI Asas Islam Kali Bening 2011, Kawan-kawan PGMI 2007, Kawan-kawan Remas Hasan Ma’arif Kecandran, 5Prend dan KKN Salam 2011.
vii
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
taufiq, dan hidayahnya, sehingga peneliti
dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Melalui Metode Guided Discovery pada Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Pulutan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012” ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAIN Salatiga. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita di dunia dan akhirat kelak. Penulisan skripsi ini tentu tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Untuk itu, peneliti menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, khususnya kepada: 1.
Dr. Imam Sutomo, M. Ag, selaku ketua STAIN Salatiga.
2.
Drs. Sumarno Widjadipa, M. Pd, selaku ketua program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAIN Salatiga.
3.
Miftachurrif’ah, M. Ag, selaku sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah STAIN Salatiga.
4.
Winarno, S. Si, M. Pd, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran, arahan dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
5.
Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf karyawan di lingkungan program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
6.
Drs. Abdul Basith, M. Pd. I selaku kepala MI Ma’arif Pulutan Salatiga yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di madrasah yang beliau pimpin.
viii
7.
Bapak Sujoro, S. Pd selaku guru mata pelajaran matematika kelas V di MI Ma’arif Pulutan Salatiga yang telah membantu peneliti selama melakukan penelitian.
8.
Bapak/Ibu guru dan Karyawan MI Ma’arif Pulutan Salatiga yang telah membantu peneliti selama melakukan penelitian di madrasah tersebut.
9.
Murid-murid kelas V MI Ma’arif Pulutan Salatiga yang telah mendukung dan membantu peneliti dalam melakukan penelitian.
10. Bapak dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan kasih sayang, doa dan dukungan demi keberhasilan peneliti. 11. Kakak-kakakku tersayang yang selalu mendukung dan memberikan semangat dan nasehat-nasehat yang bermanfaat. 12. Septi Dwi Indriastuti yang telah meluangkan waktu dan tenaga dalam pelaksanaan penelitian. 13. Sundari, Aziz, Tsalis, Denok, Icka, Azmi, Heru, Jihan, Dysa dan Atik atas semangat dan dukungannya. 14. Teman seperjuangan, PGMI 2007, yang selama ini telah berjuang bersama. 15. Sahabat-sahabat tercinta dan teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan kalian. 16. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Atas jasa mereka, peneliti hanya dapat memohon doa semoga amal mereka mendapat balasan yang lebih baik serta mendapat kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat. Peneliti dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti dan pembaca pada umumnya. Salatiga, 3 November 2011
Peneliti ix
ABSTRAK Sa’idah. 2011. Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Melalui Guided Discovery pada Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Pulutan Salatiga Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Winarno, M.Pd. Kata kunci: aktivitas belajar matematika dan metode guided discovery Penelitian ini dilatarbelakangi adanya kenyataan bahwa keaktifan dan hasil belajar siswa kelas V MI Ma’arif Pulutan Salatiga dalam pelajaran matematika masih tergolong rendah. Oleh karena itu guru diharapkan mencoba suatu metode yang dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa. Metode pembelajaran yang memungkinkan dapat berpengaruh terhadap aktivitas belajar matematika dan hasil belajar siswa adalah metode guded discovery (penemuan terpimpin). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika melalui penerapan metode guided discovery pada siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Pulutan Salatiga tahun pelajaran 2011/2012. Masalah utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah apakah melalui metode guided discovery dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Pulutan Salatiga tahun pelajaran 2011/2012? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menerapkan metiode guided discovery yang dilakukan dalam tiga siklus. Subjek penelitianya adalah seluruh siswa kelas V MI Ma’arif Pulutan Salatiga dengan materi pokok trapesium dan layang-layang. Data dalam penelitian ini diambil melalui observasi atau melihat perilaku siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dan pemberian tes formatif untuk mengetahui hasil belajar siswa. Data-data tersebut kemudian dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Berdasarka hasil pengamatan dan pembahasan diperoleh bahwa: dengan metode guided discovery dapat: (1) meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas V MI Ma’arif Pulutan Salatiga dalam pelajaran matematika (2) meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MI Ma’arif Pulutan Salatiga. Adanya peningkatan aktivitas belajar siswa sebelum dan sesudah diberikan tindakan dapat dilihat dari indikator yang meliputi: (a) antusias dalam belajar meningkat sebesar 46,43% (b) memperhatikan materi atau pelajaran meningkat sebesar 35,71% (c) mengajukan pertanyaan meningkat sebesar 42,86% (d) menjawab pertanyaan meningkat sebesar 46,43% (e) mengerjakan soal yang diberikan guru meningkat sebesar 32,14% (f) memiliki kemandirian dalam mengerjakan meningkat sebesar 42,86%. Adanya peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari banyaknya siswa yang mencapai target KKM sebelum tindakan 25% dan di akhir tindakan 92,86% yang berarti mengalami peningkatan sebesar 67,86%. Hasil analis tersebut menunjukkan bahwa metode guided discovery dapat dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Pulutan Salatiga tahun pelajaran 2011/2012.
x
DAFTAR ISI SAMPUL..........................................................................................................
i
LEMBAR BERLOGO .....................................................................................
ii
JUDUL ............................................................................................................
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................
iv
PENGESAHAN KELULUSAN .....................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................................
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii ABSTRAK ......................................................................................................
x
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................
1
B. Rumusan Masalah ......................................................................
4
C. Tujuan Penelitian .......................................................................
5
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan .......................
5
E. Kegunaan Penelitian .................................................................
6
F. Definisi Operasional ..................................................................
7
G. Metode Penelitian ......................................................................
9
1. Rancangan Penelitian ............................................................
9
2. Subjek Penelitian ...................................................................
9
3. Langkah-langkah Penelitian .................................................. 10 4. Instrumen Penelitian .............................................................. 12 5. Pengumpulan Data ................................................................ 13 6. Analisis Data ......................................................................... 14 H. Sistematika Penulisan ................................................................ 15
xi
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Matematika ................................................... 17 1. Aktivitas Belajar ....................................................................... 17 2. Pembelajaran Matematika ..................................................... 20 3. Pengukuran Aktivitas Belajar Matematika ................................ 27 B. Metode Guided Discovery dalam Matematika .......................... 30 1. Metode Pembelajaran ............................................................ 30 2. Metode Guided Discovery ..................................................... 33 3. Metode Discovery dalam Matematika .................................. 40 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subjek Penelitian ....................................................................... 42 1. Gambaran Umum Madrasah ..........................................................
42
2. Karakteristik Siswa Sebagai Subjek penelitian .............................
44
3. Mata Pelajaran ...............................................................................
44
4. Waktu Penelitian ...........................................................................
45
B. Diskripsi Pelaksanaan Siklus ..................................................... 45 1. Diskripsi Pelaksanaan Pra Siklus .......................................... 45 2. Diskripsi Pelaksanaan Siklus I .............................................. 46 3. Diskripsi Pelaksanaan Siklus II ............................................. 51 4. Diskripsi Pelaksanaan Siklus III ........................................... 55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian........................................................................... 60 1. Pra Siklus .............................................................................. 60 2. Siklus I .................................................................................. 63 3. Siklus II ................................................................................. 65 4. Siklus III ................................................................................ 68 B. Pembahasan ................................................................................ 71 1. Peningkatan Aktivitas Belajar................................................ 71 2. Peningkatan Hasil................................................................... 72
xii
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................ 74 B. Saran ........................................................................................... 75 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENELITI
xiii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Data Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan MI Ma’arif Pulutan........................................................................................... 43 Tabel 3.2 Daftar Siswa MI Ma’arif Pulutan................................................. 44 Table 4.1 Jumlah Siswa yang Terlibat dalam Setiap Jenis Kegiatan Pra Siklus....................................................................................... 60 Table 4.2 Hasil Tes Formatif Pra Siklus ....................................................... 61 Tabel 4.3 Jumlah Siswa yang Terlibat dalam Setiap Jenis Kegiatan Siklus I........................................................................................... 63 Table 4.4 Hasil Tes Formatif Siklus I .......................................................... 64 Tabel 4.5 Jumlah Siswa yang Terlibat dalam Setiap Jenis Kegiatan Siklus II ........................................................................................ 66 Table 4.6 Hasil Tes Formatif Siklus II ......................................................... 67 Tabel 4.7 Jumlah Siswa yang Terlibat dalam Setiap Jenis Kegiatan Siklus III ....................................................................................... 68 Table 4.8 Hasil Tes Formatif Siklus III......................................................... 69 Table 4.9 Data Peningkatan Keaktifan Siswa .............................................. 71 Table 4.10 Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa ......................................... 72
xiv
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1
Skema Siklus Penelitian ......................................................... 10
Gambar 2.1
Trapesium Sembarang ............................................................ 25
Gambar 2.2
Trapesium Sama Kaki ............................................................ 25
Gambar 2.3
Trapesium Siku-siku .............................................................. 26
Gambar 2.4
Trapesium ............................................................................... 26
Gambar 2.5
Layang-layang ........................................................................ 27
Gambar 2.6
Hubungan Konsep Luas Trapesium dengan Persegi Panjang
Gambar 4.1
Grafik Peningkatan Keaktifan Siswa ...................................... 71
Gambar 4.2
Grafik Peningkatan Hasil Belajar Siswa ................................. 73
xv
41
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1
Silabus Pembelajaran
Lampiran 2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pra Siklus
Lampiran 3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Lampiran 4
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Lampiran 5
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III
Lampiran 6
Soal Formatif Pra Siklus
Lampiran 7
Soal Formatif Siklus I
Lampiran 8
Soal Formatif Siklus II
Lampiran 9
Soal Formatif Siklus III
Lampiran 10 Format Lembar Pengamatan Keterlibatan Siswa Lampiran 11 Lembar Pengamatan Keterlibatan Siswa Pra Siklus Lampiran 12 Lembar Pengamatan Keterlibatan Siswa Siklus I Lampiran 13 Lembar Pengamatan Keterlibatan Siswa Siklus II Lampiran 14 Lembar Pengamatan Keterlibatan Siswa Siklus III Lampiran 15 Nilai Ulangan Akhir Semester 1 Tahun 2010/2011 Lampiran 16 Lampiran Surat Tugas Pembimbing Lampiran 17 Lembar Konsultasi Skripsi Lampiran 19 Surat Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 20 Surat Balasan Ijin Penelitian
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik dengan tujuan tertentu. Secara umum tujuan kegiatan belajar mengajar adalah untuk membentuk peserta didik dalam suatu perkembangan tertentu, sadar akan tujuan yang ingin dicapai dengan menempatkan peserta didik sebagai suatu pusat perhatian. Ini berarti siswa adalah pemeran utama dalam pembelajaran dan tugas guru adalah sebagai fasilitator agar tujuan dari pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Guru sebagai fasilitator berarti seorang guru berperan untuk memberikan pelayanan dalam rangka memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Siswa sebagai pemeran utama dalam pembelajaran, berarti proses pembelajaran bepusat pada siswa atau dangan kata lain siswa berperan aktif dalam
proses
pembelajaran.
Sedangkan
guru
hanya
membimbing,
mengawasi, mengarahkan serta memberikan fasilitas kepada siswa. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran akan memberikan pengalaman tersendiri yang akan membekas dalam benak siswa. Sehingga pelajaran yang disampaikan akan mudah diterima oleh siswa dan tujuan dari pembelajaran akan tercapai.
1
Guru yang efektif menggunakan beragam metode pengajaran dan menyesuaikannya dengan sasaran dan tujuan pembelajaran. Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal (Sanjaya, 2011:147). Kemampuan guru dalam memahami dan melaksanakan metode sangat berpengaruh terhadap hasil yang dicapai. Ketidaktepatan menggunakan suatu metode dapat menimbulkan kebosanan, kurang dipahami dan monoton sehingga mengakibatkan sikap yang acuh terhadap pelajaran. Begitu juga dengan pelajaran matematika, penggunaan metode yang tidak sesuai akan menghambat pembelajaran dan tujuaan yang akan dicapai dalam pelajaran matematika. Kurang tepatnya pemilihan metode mengajar oleh guru akan mempengaruhi hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Selain metode mengajar hal lain yang juga sangat mempengaruhi adalah minat siswa dalam pelajaran matematika pada khususnya masih sangat rendah. Hal ini karena siswa beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan. Pembelajaran matematika yang sering kali disajikan dengan menggunakan metode pembelajaran konvensional dengan memberikan rumus dan menuntut siswa untuk menghafalkannya mengakibatkan siswa menjadi pasif dan merasa jenuh dalam mengikuti pelajaran sehingga siswa kurang termotivasi, kurang aktif dan hasil belajar peserta didik menjadi rendah. Begitu juga yang dialami oleh siswa kelas V MI Ma’arif Pulutan. Hasil observasi pendahuluan bekaitan dengan pembelajaran matematika siswa kelas
2
V MI Ma’arif Pulutan melalui diskusi peneliti dengan guru mata pelajaran matematika dan hasil pengamatan yang peneliti laksanakan pada tahap prasiklus menunjukkan bahwa: (1) siswa tidak banyak yang siap atau menyiapkan diri sebelum pembelajaran dimulai walaupun materi pelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya sudah diketahui; (2) aktivitas siswa dalam proses pembelajaran masih rendah, hanya 14,29% dari siswa yang berani mengajukan pertanyaan dan 17,86% mampu menjawab pertanyaan dengan baik; (3) hasil belajar siswa masih rendah, yang terlihat dari belum tercapainya ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal dalam pembelajaran seperti yang diharapkan. Rata-rata ketuntasan klasikal peserta didik adalah 57,6. Ini berarti bahwa secara klasikal sudah mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) sekolah yaitu 55,00. Akan tetapi, baru 56% siswa yang telah mencapai ketuntasan, masih berada di bawah hasil yang diharapkan yaitu lebih dari 80% siswa yang mencapai ketuntasan. Untuk mengantisipasi masalah tersebut maka perlu dicarikan suatu formula pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa, keaktifan siswa serta menggugah minat siswa dalam belajar matematika, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah pengunaan metode yang bervariasi. Metode yang sangat memungkinkan berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa adalah metode guided discovery. Guided discovery atau dalam Bahasa Indonesia berarti penemuan terpimpin merupakan suatu model pengajaran yang dirancang untuk mengajarkan
3
konsep-konsep dan hubungan antar konsep (David dkk, 2009:209). Guru memandu siswa dengan memberikan pertanyaan (questioning) mengenai diskripsi suatu hal sehingga siswa menemukan pola-pola mengenai hal tersebut. Metode guided discovery menuntut siswa untuk mencari, menganalisis dan menemukan sendiri, sehingga siswa akan lebih aktif. Hasil dari aktivitas siswa dalam proses pembelajaran merupakan pengalaman yang tidak akan mudah untuk terlupakan serta dapat menggugah motivasi yang akan meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika di MI Ma’arif Pulutan memerlukan pengembangan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu metode yang memungkinkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa adalah metode guided discovery. Sehingga dalam penyusunan skripsi ini peneliti mengambil judul. “PENINGKATAN AKTIVITAS
BELAJAR
MATEMATIKA
MELALUI
METODE
GUIDED DISCOVERY PADA SISWA KELAS V MADRASAH IBTIDAIYAH
MA’ARIF
PULUTAN
SALATIGA
TAHUN
PELAJARAN 2011/2012”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu: apakah melalui metode guided
4
discovery dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Pulutan Salatiga tahun pelajaran 2011/2012? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : untuk meningkatkan aktivitas belajar matematika melalui penerapan metode guided discovery pada siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Pulutan Salatiga tahun pelajaran 2011/2012. D. Hipotesisi Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan Hipotesis berasal dari dua kata yaitu hypo artiya di bawah (lemah), tesis artinya kebenaran. Hipotesis penelitian adalah rangkuman atau kesimpulan-kesimpulan
teoritis
yang
diperoleh
dari
pengkajian
kepustakaan. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoretis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipiotesis tindakan dipahami sebagai suatu dugaan tentang suatu hal yang akan terjadi jika suatu tindakan dilakukan (Basrowi dan Suwandi, 2008:90) Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti mengambil hipotesis tindakan yaitu ”penerapan metode guided discovery dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika pada siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Pulutan Salatiga tahun pelajaran 2011/2012”.
5
2. Indikator Keberhasilan Penerapan metode guided discovery (penemuan terpimpin) ini dikatakan berhasil apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dapat dirumuskan peneliti adalah sebagai berikut: a. Ada peningkatan aktivitas belajar matematika siswa melalui penerapan metode guided discovery. b. Ada peningkatan hasil belajar secara berkelanjutan (continue) dari siklus pertama ke siklus dua dan seterusnya serta memenuhi kriteria ketuntasan minimal dalam pembelajaran matematika secara individual maupun klasikal. E. Kegunaan Penelitian Dalam setiap usaha penelitian diharapkan dapat berguna dan memberikan banyak manfaat kepada peneliti, pembaca dan semua yang terlibat dalam dunia pendidikan. Manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai salah satu alternatif bagi guru mata pelajaran matematika untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan metode guided discovery. Sebagai reverensi ilmiah dan motivasi untuk meneliti bidang studi lain serta sebagai acuan penelitian berikutnya yang sejenis.
6
2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa 1) Terbiasa untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan. 2) Berani mengajukan dan menjawab pertanyaan di kelas. 3) Terbiasa untuk belajar kritis sehingga siswa lebih aktif. 4) Lebih mudah memahami pelajaran, karena proses pembelajaran merupakan bagian dari pengalaman siswa. b. Bagi Guru Penelitian ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran dalam rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa khususnya dalam pembelajaran matemantika. c. Bagi Peneliti Memiliki pengetahuan yang luas, ketrampilan dan pengalaman langsung dalam penerapan metode guided discovery. F. Definisi Oprasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam pemahaman judul, peneliti memberikan definisi operasional terhadap istilah-istilah yang ada. Adapun istilah- istilah tersebut adalah: 1. Aktivitas Belajar Matematika Aktivitas berasal dari kata dasar aktif yang berarti giat atau sibuk. Sehingga aktifitas dapat diartikan sebagai suatu kegiatan. Belajar
7
dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan (Sanjaya, 2006:112) Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sangatlah penting, karena prinsip belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, menjadi melakukan kegiatan (Sardiman, 2009:95). Dikatakan belajar jika ada perubahan perilaku atau aktivitas siswa. Aktivitas belajar berarti suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk menimbulkan adanya perubahan perilaku. Aktivitas belajar merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam setiap proses pembelajaran. Aktivitas belajar perlu diadakan evaluasi. Hal ini penting karena dengan evaluasi dapat diketahui apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai atau tidak. Untuk melihat sejauh mana taraf keberhasilan tersebut dapat dilakukan dengan cara observasi dan mengukur hasil belajar siswa melalui tes 2. Metode Guided Discovery Metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun
tercapai
secara
optimal
(Sanjaya,
2011:147).
Metode
pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda (Hamzah, 2006:19).
8
Guided discovery merupakan suatu model pengajaran yang dirancang untuk mengajarkan konsep-konsep dan hubungan antar konsep (Eggen dan Kauchak, 2009:209). Menurut Encyclopedia of Education Reserch (dalam buku Asmani, 2011:155), penemuan adalah suatu strategi yang unik dan dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikanya. G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Arikunto (dalam Suyadi, 2010:49) secara umum, terdapat empat langkah dalam melakukan PTK, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang dilaksanakan dalam beberapa siklus. 2. Subjek Penelitian a. Karakteristik Siswa Sebagai Subjek Penelitian Siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas V (lima) yang berjumlah 28 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Kecerdasan siswa tergolong sedang. Tingkat kemampuan siswa berdasarkan pengamatan adalah 4 siswa di atas cerdas atau pandai, 7 siswa pandai, 13 siswa berkemampuan cukup pandai dan 4 siswa kurang pandai.
9
b. Mata Pelajaran Mata pelajaran dalam penelitian ini adalah mata pelajaran matematika. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada sub pokok bahasan trapesium dan layang-layang. Peneliti memilih materi tersebut karena berdasarkan observasi pendahuluan yaitu pada tahap pra-siklus, nilai pada materi trapesium dan layang-layang belum memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan sekolah yaitu 55. Trapesium dan layang-layang adalah bangun datar yang merupakan bagian dari materi geometri dalam matematika yang mempunyai posisi strategis dalam mengembangkan aktivitas siswa dan hasil belajar dengan menerapkan metode guided discovery. 3. Langhah-langkah Penelitian Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahapan, meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan (observasi) dan refleksi yang dilakasanakan secara berkesinambungan. Setiap rangkaian tahapan dalam proses penelitian ini disebut siklus. Penelitian ini dikatakan selesai apabila peneliti telah mendapatkan hasil yang diharapkan. Sehingga penelitian ini bisa berlangsung dalam beberapa siklus sesuai dengan hasil yang diharapkan peneliti. Untuk memperjelas proses penerapan penelitian ini dapat kita lihat dalam bagan berikut ini:
10
Skema Siklus Penelitian Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaa n
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaa n
? Gambar 1.1 Tahap Penelitian ( Arikunto, 2008:16)
a. Perencanaan Perencanaan
merupakan
langkah
pertama
yang
harus
dilakaukan dalam melakukan penelitian. Kegiatan yang dilakukan adalah : 1) Merancang desain pembelajaran dengan penerapan metode guided discovery,
yaitu
dengan
menyusun
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). 2) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan. 3) Menyusun daftar pertanyaan untuk tanya jawab. 4) Menyusun lembar observasi mengenai aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan penerapan metode guided discovery. 5) Menyusun kisi- kisi tes hasil untuk siswa. 6) Menyusun tes hasil belajar untuk siswa.
11
7) Menentukan target yang diharapkan dalam penerapan metode guided discovery. b. Pelaksanaan (acting) Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan, yaitu bertindak di kelas, yaitu melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan desain pembelajaran yang telah direncanakan. c. Pengamatan (observation) Pengamatan (observation) adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran. Pada tahap ini segala prilaku dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran diamati, dicatat dan dianalisis. d. Refleksi Refleksi adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dikemukakan. Data-data dari pegamatan dalam proses pembelajaran
dianalisis
kemudian
dievaluasi
dan
hasilnya
dipergunakan untuk memperbaiki pada siklus selanjutnya hingga tercapai hasil yang diinginkan. 4. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar observasi dan tes. a. Silabus Silabus adalah ancangan pembelajaran yang berisi rencana bahan ajar mata pelajaran tertentu pada jenjang dan kelas tertentu,
12
sebagai hasil dari seleksi, pengelompokan, pengurutan dan penyajian kurikulum, yang dipertimbangkan berdasarkan ciri dan kebutuhan daerah setempat (Majid, 2008:38). b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus (Hanafiah dan Suhana, 2010:120). Masing-masing Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berisi standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator penyampaian hasil belajar, tujuan khusus, kegiatan belajar mengajar dan beberapa contoh soal latihan. c. Lembar Observasi Lembar observasi yang berkaitan dengan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan keterangan tambahan lain yang berkaitan dengan proses pembelajaran. d. Tes Tes hasil belajar berupa tes tertulis mengenai materi yang telah diberikan selama proses pembelajaran. Perangkat tesnya berupa soal uraian yang berkaitan dengan materi. 5. Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data-data yang berhubungan dengan aktivitas siswa dan hasil belajar. Metode
13
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Observasi Observasi digunakan peneliti untuk menggali data-data yang berhubungan dengan aktivitas siswa yaitu dengan mengamati perilaku siswa selama proses pembelajaran. b. Tes Tes digunakan peneliti untuk menggali data-data yang berhubungan dengan hasil belajar siswa yaitu dengan memberikan tes formatif kepada siswa mengenai materi yang telah diberikan dalam proses pembelajaran. c. Dokumentasi Dokumentasi dunakan untuk mengetahui data-data yang berhubungan dengan data dan identitas siswa kelas V MI Ma’arif Pulutan Salatiga. 6. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik sederhana yaitu teknik analisis kualitatif dan teknik analisis data kuantitatif. Teknik analisis data secara kualitatif digunakan untuk menganalisis data yang berhubungan dengan aktivitas siswa yaitu datadata yang diperoleh dari hasil pengamatan dari siswa selama proses pembelajaran. Data yang diperoleh diolah dengan mencari persentase
14
tiap-tiap kegiatan dengan menggunakan rumus persentase. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut (Sudijono, 2010:43): P=
x 100%
Keterangan : P = angka persentase f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya N = jumlah frekuensi (banyaknya individu) Analisis kuantitatif digunakan untuk mengolah data yang berhubungan dengan data mengenai hasil belajar siswa yang diperoleh dari hasil tes formatif. Data tersebut kemudian dianalisis secara kuantitatif. Nilai rata-rata tes formatif dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: M= Keterangan: M
= mean (rata-rata)
∑X = jumlah nilai semua siswa N
= jumlah siswa (Djamarah, 2006:64)
H. Sistematika Penulisan Dalam rangka untuk mempermudah para pembaca dalam mengikuti uraian penyajian data penelitian ini, maka akan penulis paparkan sistematika penulisan sebagai berikut:
15
1. Bagian Awal Cakupan bagian awal meliputi: Sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel daftar gambar dan daftar lampiran. 2. Bagian Isi Bagian inti meliputi: BAB I
Berisi pendahuluan yang mencakup: latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis tindakan dan indikator keberhasilan, manfaat penelitian, definisi oprasional serta metode penelitian. BAB II Berisi kajian pustaka yang mencakup: aktivitas balajar matematika dan metode guided discovery dalam matematika. BAB III Pelaksanaan Penelitian mencakup: Deskripsi pelaksanaan pra siklus, deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II dan seterusnya. BAB IV hasil penelitian dan pembahasan, mencakup: hasil deskripsi pra siklus, siklus I, siklus II dan siklus III serta pembahasan efektivitas proses dan efektivitas hasil. BAB V Penutup yang mencakup: kesimpulan dan saran
16
3. Bagian Akhir Pada bagian akhir meliputi: Daftar pustaka, lampiran-lampiran dan riwayat hidup penulis.
17
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Matematika 1. Aktivitas Belajar a. Pengertian Aktivitas Belajar Aktivitas berasal dari kata dasar aktif yang berarti giat atau sibuk. Sehingga aktivitas dapat diartikan sebagai suatu kegiatan. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sangatlah penting, karena prinsip belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, menjadi melakukan kegiatan (Sardiman, 2009:95). Dikatakan belajar jika ada perubahan perilaku atau aktivitas siswa. Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan (Sanjaya, 2006:112) Belajar merupakan
proses
manusia
untuk
mencapai
berbagai
macam
kompetensi, ketrampilan dan sikap (Bahrudin dan Wahyuni, 2008:11). Hilgard berpendapat bahwa belajar itu adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latihan baik di dalam ataupun di luar lingkungan (Bahrudin, 2008:11). Proses belajar pada hakikatnya merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat (Sanjaya, 2011:112). Artinya, proses perubahan yang terjadi dalam diri seseorang yang belajar tidak belajar tidak dapat kita saksikan, kita hanya mungkin dapat menyaksikan dari adanya
18
gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses peralihan dari tidak bisa menjadi bisa. Aktivitas belajar berarti suatu kegiatan yang dilakukan oleh siswa untuk menimbulkan adanya perubahan perilaku. Aktivitas belajar merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam setiap proses pembelajaran. b. Jenis-jenis Aktivitas Belajar Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian di sekolah merupakan arena untuk mengembangka aktivitas. Kegiatan belajar disekolah melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Sehingga kegiatan belajar di sekolah sering disebut proses pembelajaran. Tugas guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai pembimbing peserta didik untuk belajar. Sehingga, peserta didik merupakan pemeran utama dalam proses pembelajaran.
Ini berarti
aktivitas siswa berperan penting dalam pembelajaran agar tujuan pembelajaran tercapai secara maksimal (Usman ,2010:22). Ini berarti siswalah yang belajar dan aktif dalam belajar tersebut, sedangkan guru bertugas sebagai fasilitator. Belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis (Rohani, 2004:6). Aktivitas fisik ialah peserta didik giat dengan anggota badan, membuat sesuatu,
19
bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktivitas psikis atau kejiwaan adalah jika daya jiwanya bekerja sebaik-baiknya atau banyak fungsi dalam rangka pengajaran. Kedua aktivitas tersebut harus berjalan secara seimbang sehingga proses belajar dapat berjalan secara maksimal. Paul B. Diedrich (dalam Rohani, 2004:9) setelah mengadakan penyelidikan, menyimpulkan: terdapat 177 macam kegiatan siswa yang meliputi aktivitas jasmani (fisik) dan aktivitas jiwa (psikis), antara lain sebagai berikut: 1) Visual activities, membaca: memperhatikan: gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaanorang lain dan sebagainya. 2) Oral activities, menyatakan, merumuskan, bertanya, member saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan interview, diskusi, interupsi dan sebagainya. 3) Listening activities, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato dan sebagainya. 4) Writing activities, menulis: cerita, karangan, laporan, tes angket, menyalin dan sebagainya. 5) Drawing activities, menggambar, membuat grafik, peta, diagram, pola dan sebagainya.
20
6) Motor activities, melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan sebagainya. 7) Mental activities, menganggap, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan dan sebagainya. 8) Emotional activities, menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup dan sebagainya. 2. Pembelajaran Matematika a.
Pengertian Matematika Matematika adalah bahasa simbolis yang memiliki fungsi praktis untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keuangan (Delphie, 2009:2). Menurut Lerner (dalam Delphie, 2009:2) matematika merupakan bahasa universal yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, serta mengkomunikasikan ide-ide mengenai elemen dan kuantitas. Matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat berfikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan kontruksi, generalitas dan individualitas, dan mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri dan analisis (Uno dan Umar, 2009:109).
b.
Fungsi dan Tujuan dalam Matematika
21
Matematika
berfungsi
mengembangkan
kemampuan
menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika sederhana yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi bilangan, pengukuran, geometri dan pengelolaan data. Matematika
juga
mengkomunikasikan
berfungsi gagasan
mengembangkan dengan
bahasa
kemampuan
melalui
model
matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. Sedangkan tujuan pembelajaran matematika adalah: 1) Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dan inkonsistensi. 2) Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. 3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. 4) Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta, diagram, dalam menjelaskan gagasan. c.
Ruang Lingkup Pelajaran Matematika SD/MI Ruang
lingkup
matematika
meliputi
pengoprasian
penghitungan, pengukuran, aritmatika, kalkulasi, geometri dan aljabar
22
(Delphie, 2009:2). Sedangkan menurut Abdurrahman (dalam Delphie, 2009:2), mata pelajaran matematika yang diajarkan di sekolah dasar mencakup tiga cabang yaitu: aritmatika (bilangan), aljabar (persamaan dan pertidaksamaan) dan geometri (pengukuran). d.
Standar Kompetensi Bahan Kajian Matematika Kecakapan atau kemahiran matematika yang diharapkan dapat tercapai dalam belajar matematika di Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah sebagai berikut: 1) Menunjukkan pemahaman konsep matematika yang dipelajari, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat dan efisien dalam pemecahan masalah. 2) Memiliki
kemampuan
mengkomunikasikan
gagasan
dengan
simbul, skema, tabel, grafik atau diagram untuk memperjelas masalah. 3) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat atau melakukan manipulasi matematika dalam menarik kesimpulan, membuat contoh dan non-contoh atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 4) Menunjukkan
kemampuan
dalam
membuat
menafsirkan, dan menyelesaikan model pemecahan masalah.
23
(merumuskan),
matematika dalam
5) Memiliki
sikap
menghargai
kegunaan
matematika
dalam
pemecahan masalah. Kecakapan tersebut dapat dicapai dengan memilih materi matematika melalui aspek berikut: 1) Bilangan a) Melakukan dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah. b) Menaksir hasil operasi hitung. 2) Pengukuran dan Geometri a) Mengidentifikasi bangun datar dan bangun ruang menurut sifat, unsur atau kesebangunannya. b) Melakukan operasi hitung yang melibatkan keliling, luas, volum dan satuan pengukuran. c) Menaksir ukuran (misal: panjang, luas dan volum) benda atau bangun geometri. d) Mengaplikasikan konsep geometri dalam menentukan posisi, jarak, sudut dan transformasi pemecahan masalah. 3) Pengelolaan Data a) Mengumpulkan, menyajikan dan menafsirkan data. e.
Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika MI Kemampuan
matematika
yang
dipilih
dalam
Standar
Kompetensi ini dirancang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik agar dapat berkembang secara optimal, serta
24
memperhatikan pula perkembangan pendidikan sekarang. Untuk mencapai kompetensi tersebut, dipilih materi-materi matematika dengan memperhatikan struktur keilmuan, tingkat kedalaman materi, serta sifat esensial materi dan keterpakaiannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara rinci, standar kompetensi dimaksud sebagai berikut: 1) Bilangan a) Menggunakan bilangan dalam pemecahan masalah. b) Menggunakan operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah. c) Menggunakan konsep bilangan cacah dan pecahan dalam pemecahan masalah. d) Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. e) Menentukan sifat-sifat operasi hitung, faktor, kelipatan bilangan bulat dan pecahan serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. 2) Pengukuran dan Geometri a) Melakukan pengukuran, mengenal bangun datar dan bangun ruang, serta menggunakanya dalam pemecahan masalah. b) Melakukan pengukuran, menentukan unsur bangun datar dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.
25
c) Melakukan pengukuran keliling dan luas bangun datar serta menggunakannya dalam pemecahan masalah. d) Melakukan pengukuran, menentukan sifat dan unsur bagun ruang,
menentukan
kesimetrisan
bangun
datar,
serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah. e) Melakukan operasi hitung yang melibatkan satuan ukuran, mengenal
sistem
koordinat
pada
bidang
datar
dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah. 3) Pengelolaan Data a) Mengumpulkan, menyajikan dan mengelola data (ukuran pemutusan data). f.
Trapesium dan Layang-layang 1) Trapesium Trapesium merupakan suatu bangun segi empat yang memiliki sepasang sisi sejajar. Berdasarkan sisi dan sudutnya, trapesium dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: a) Trapesium Sembarang Trapesium sembarang yaitu trapesium yang memiliki sisi-sisi yang tidak sama panjang.
Gambar 2.1 Trapesium Sembarang
26
b) Trapesium Sama Kaki Trapesium sama kaki yaitu trapesium yang memiliki sepasang kaki tegak sama panjang.
Gambar 2.2 Trapesium Sama Kaki
c) Trapesium Siku-siku Trapesium siku-siku yaitu trapesium yang salah satu sudutnya siku-siku atau besarnya 900.
Gambar 2.3 Trapesium Siku-siku
Luas trapesium dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Gambar 2.4 Trapesium
L = (a + b) x t 2
27
Keterangan: (a + b) = jumlah sisi sejajar t
= tinggi
L
= luas
2) Layang-layang Layang-layang terbentuk dari dua segitiga sama kaki yang berhimpit kedua alasnya. Layang-layang memiliki dua sisi yang berdekatan sama panjang. Luas layang-layang dapat dihitung menggunakan rumus berikut ini:
Gambar 2.5 Gambar Layang-layang
L = d1 x d2 2 Keterangan : L = luas layang-layang d1 = panjang diagonal 1 d2 = panjang diagonal 2
28
3. Pengukuran Aktivitas Belajar Matematika Aktivitas belajar matematika merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam setiap proses pembelajaran matematika. Aktivitas belajar matematika tidak berbeda dengan aktivitas belajar dalam mata pelajaran lainya. Aktivitas
belajar
perlu
diadakan
evaluasi,
termasuk
dalam
pembelajaran matematika. Hal ini penting karena dengan evaluasi dapat diketahui apakah tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai atau tidak. Untuk melihat sejauh mana taraf keberhasilan tersebut dapat dilakukan dengan cara observasi dan mengukur hasil belajar siswa melalui tes. a. Pengukuran Aktivitas Melalui Observasi Pengukuran aktivitas dengan cara observasi dapat dilakukan dengan cara mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran matematika berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan. Dengan mengacu pada teori tersebut di atas, peneliti menyusun pedoman observasi dengan indikator sebagai berikut: 1) Antusias dalam belajar. 2) Mempehatikan materi atau pelajaran yang diberikan. 3) Mengajukan pertanyaan. 4) Menjawab pertanyaan. 5) Mengerjakan soal yang diberikan guru. 6) Memiliki kemandirian dalam pembelajaran.
29
b. Pengukuran Aktivitas Melalui Tes Pengukuran aktivitas melalui tes digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika siswa. Hasil adalah suatu pendapatan atau perolehan dari sesuatu yang telah dikerjakan (Surayin, 2001-2007). Sehingga hasil dari proses pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil belajar siswa. Gagne dan Briggs mengidentifikasi hasil belajar sebagai kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti proses belajar (Sam’s, 2010:33) Hasil belajar dapat diukur dengan cara melakukan evaluasi. Evaluasi sendiri berasal dari Bahasa Inggris value yang berarti nilai atau harga, to evaluate artinya menentukan nilai, dan evaluation dengan arti penilaian. Dengan demikian evaluasi adalah penilaian sesuatu. Adapun dari segi istilah, evaluasi dapat diberi pengertian seperti yang diungkapkan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Bron, yaitu: “Evaluation refer to act or process to determining de value of something” Menurut definisi ini, maka evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu (Farikhah, 2006:1). Evaluasi dalam pembelajaran sangat dibutuhkan, selain digunakan untuk mengukur keberhasilan guru evaluasi juga digunakan untuk mengukur sejauh mana prestasi belajar siswa. Dengan evaluasi guru mengetahui sejauh mana
30
pemahaman siswa dalam belajar.
Evaluasi dalam belajar bisa berbentuk nilai, skor, skala dan lain sebagainya. Adapun alat penilaian evaluasi hasil belajar ada dua kategori diantaranya: Tes dan Non tes (Farikhah, 2006:7). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tes sebagai alat penilaian. Tes yang dimaksud adalah tes formatif. Istilah formatif berasal dari kata form (bentuk) dimaksud untuk mengetahui sejauh mana peserta didik (siswa) telah setelah mengikuti proses pengajaran dalam satuan-satuan pelajaran (Farikhah, 2006:19). Dalam pelaksanaan tes formatif ini merupakan ulangan harian, tes tengah semester dan sebagainya. B. Metode Guided Discovery dalam Matematika 1. Metode Pembelajaran 1. Pengertian Metode Pembelajaran Metode
adalah
cara
yang
digunakan
untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal (Sanjaya, 2011:147). Metode pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda (Uno, 2006:19). Metode sebagai suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
31
Prof. Dr. Winarno Surakhmad, M. Sc. Ed. (dalam Djamarah dan Aswan, 2006:46), mengemukakan lima macam faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar sebagai berikut: 1) Tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya 2) Anak didik yang berbagai tingkat kematangannya. 3) Situasi yang berbagai keaadaanya 4) Fasilitas yang berbagai kualitas dan kuantitasnya 5) Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda. 2. Kedudukan Metode dalam Belajar Mengajar Metode sebagai salah satu komponen dalam keberhasilan belajar mengajar mempunyai kedudukan sebagai berikut (Djamarah dan Aswan, 2006:72): 1) Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrisik berarti dorongan yang berasal dari luar. Penggunaan metode dalam pembelajaran di sini diharapkan dapat memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar dan mengikuti kegiatan belajar mengajar. 2) Metode sebagai strategi pengajaran Menurut Dra. Roestiah. N. K (Djamarah dan Aswan, 2006:74) dalam kegiatan belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Strategi sendiri merupakan
32
suatu rencana untuk melaksanakan proses pembelajaran dan metode digunakan untuk merealisasikan strategi tersebut. 3) Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Karena tanpa metode, pembelajaran tidak akan berjalan secara maksimal. Penggunaan metode yang bervariasi akan mengurangi kejenuhan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga tujuan pambelajaran dapat tercapai. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Winarno Surakhmad (dalam Djamarah dan Aswan, 2006:78), pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut: 1) Anak didik (siswa) Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain. Mereka berasal dari latar belakang yang beraneka ragam dan memiliki intelektual yang berbeda. Ada yang berkulit putih, berkulit hitam, ada yang pendiam, aktif, kreatif, terbuka, tertutup dan lain sebagainya. Semua prilaku tersebut mewarnai suasana kelas. Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, psikologis dan intelektual tersebut sangat mempengaruhi pemilihan metode, sehingga guru harus kreatif agar tujuan pembelajarn dapat tercapai.
33
2) Tujuan Tujuan pembelajaran juga sangat mempengaruhi dalam pemilihan metode. Misalnya saja dalam mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes) dengan tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat melakukan gerakan senam sederhana. Tujuan tersebut tidak akan berhasil jika dalam pembelajarannya menerapkan metode ceramah ataupun diskusi kelompok. 3) Situasi Situasi kegiatan belajar mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari kehari. Pada suatu waktu, ketika hari sedang hujan, tidak mungkin guru mengajak siswa belajar IPA dengan menerapkan metode jelajah alam. Maka situasi juga mempengaruhi dalam pemilihan metode pembelajaran. 4) Fasilitas Fasilitas merupakan hal yang mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode mengajar. Fasilitas adalah kelengkapan yang menunjang belajar anak didik di sekolah. Lengkap tidaknya fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode mangajar. Guru penjaskes akan mengalami kesukaran dalam menerapkan metode latihan jika tidak tersedia fasilitas olahraga. 5) Guru Setiap guru mempunyai kepribadian yang berbeda. Seorang guru misalnya kurang suka berbicara sedangkan guru yang lain suka
34
berbicara. Guru yang bertitel sarjana pendidikan dan keguruan, berbeda dengan guru yang bertitel sarjana bukan pendidikan dan keguruan. Guru yang berpengalaman juga akan beda dengan guru yang kurang mempunyai pengalaman. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai jenis metode menjadi kendala dalam memilih metode. 2. Metode Guided Discovery a. Metode Discovery dan Inquiry Metode
discovery
merupakan
suatu
cara
untuk
mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa (Asmani, 2011:154). Pembelajaran menggunakan metode discovery bila siswa mengalami proses mental sedemikian sehingga mereka menemukan atau membangun sendiri konsep, prinsip atau hukum (Soewandi dkk, 2005:42). Hanifah dan Suhana memberikan pengertian yang sama terhadap discovery dan inquiry. Mereka berpendapat bahwa discovery dan inquiry merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimum seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan
35
sebagai wujud adanya perubahan perilaku (Hanifah dan Suhana, 2010:77). Discovery dan inquiry sering disama artikan yaitu penemuan. Akan tetapi inquiry menuntut siswa untuk berfikir lebih dalam lagi. Menurut Gulo (dalam Syafaruddin, 2005:171) proses inquiry bermula dari merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji hipotesis dan menarik kesimpulan sementara, menguji kesimpulan yang pada taraf tertentu diyakini oleh peserta didik yang bersangkutan. Seluruh rangkaian proses inquiry tersebut merupakan rangkaian proses dari metode ilmiah. Atau dengan kata lain, proses penemuan dari inquiry mengikuti seluruh rangkaian dari proses metode ilmuah. Proses penemuan dalam inquiry harus lengkap sesuai dengan proses metode ilmiah, sedangkan proses penemuan dalam discovery tidak harus lengkap. Ini berarti bahwa proses dari inquiry memerlukan proses yang lebih dari proses penemuan dalam discovery. Sehingga proses inquiry membutuhkan discovery di dalamnya. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Jerome Bruner (dalam Sam’s, 2010:135) bahwa pemecahan masalah melalui discovery akan mengembangkan style inquiry dan problem solving untuk menyelesaikan tugas yang dihadapi seseorang. 1) Macam-macam Metode Discovery dan Inquiry Hanifah dan Suhana (2010:77) membagi metode discovery dan inquiry menjadi beberapa macam yaitu:
36
a) Discovery dan inquiry terpimpin, yaitu pelaksanaan discovery dan inquiry dilakukan atas petunjuk dari guru. b) Discovery dan inquiry bebas, yaitu peserta didik melakukan penyelidikan bebas sebagaimana seorang ilmuan, antara lain masalah dirumuskan sendiri, penyelidikan dilakukan sendiri dan kesimpulan diperoleh sendiri. c) Discovery dan inquiry bebas yang dimodifikasi, yaitu masalah diajukan guru didasarkan teori yang sudah dipahami peserta didik. Tujuanya untuk melakukan penyeledikan dalam rangka membuktikan kebenaran. 2) Fungsi Metode Discovery dan Inquiry Ada beberapa fungsi discovery dan inquiry, yaitu sebagai berikut (Hanifah dan Suhana, 2010:78): a) Membangun komitmen (commitmentbulding) di kalangan peserta didik untuk belajar, yang diwujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan dan loyalitas terhadap mencari dan menemukan sesuatu dalam proses pembelajaran. b) Membengun sikap aktif, kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. c) Membangun sikap percaya diri (self confidence) dan terbuka (openess) terhadap hasil temuanya.
37
b. Guided Discovery Metode discovery menuntut siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Dalam metode ini bahan pelajaran dicari dan ditemukan sendiri oleh siswa melalui berbagai aktifitas, sehingga proses pembelajaran tidak terstruktur. Oleh karena itu, siswa memerlukan bimbingan dan pengarahan dari guru untuk memimpin mereka dalam mencari dan menemukan pola-pola dari materi pembelajaran tersebut. Keterlibatan guru dalam metode discovery hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan (guide) siswa, sehingga proses penemuan menjadi terpimpin (guided discovery). Guided discovery merupakan suatu model pengajaran yang dirancang untuk mengajarkan konsep-konsep dan hubungan antar konsep (David dkk, 2009:209). Guru memandu siswa dengan memberikan pertanyaan (questioning) mengenai diskripsi suatu hal sehingga siswa menemukan pola-pola mengenai hal tersebut. 1) Langkah-langkah Metode Guided Discovery Menurut
Suryosubroto
(dalam
Asmani,
2011:155),
langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan adalah sebagai berikut: a) Mengidentifikasi kebutuhan siswa. b) Menyeleksi prisip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari. c) Menyeleksi bahan, masalah-masalah dan tugas-tugas.
38
d) Membantu memperjelas masalah-masalah yang akan dipelajari dan peranan masing-masing siswa. e) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan. f)
Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan dipecahkan dan tugas-tugas siswa.
g) Memberi
kesempatan
kepada
siswa
untuk
melakukan
penemuan. h) Membantu siswa dengan informasi dan data jika diperlukan oleh siswa. i)
Memimpin
analisis
sendiri
dengan
pertanyaan
yang
mengarahkan dan mengidentifikasi proses. j)
Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa.
k) Memuji dan membesarakan siswa yang bergiat dalam proses penemuan. l)
Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuanya.
2) Kelebihan dan Kelemahan Metode Guided Discovery Kelebiahan
metode
guided
discovery
dalam
proses
penbelajaran adalah sebagai berikut (Asmani, 2009:156): a) Membatu
siswa
mengembangkan
atau
memperbanyak
persediaan dan penguasaan ketrampilan dan proses kognitif siswa.
39
b) Pengetahuan diperoleh dari metode ini bersifat sangat pribadi dan mungkin merupakan suatu pengetahuan yang sangat kukuh. c) Membangkitkan gairah siswa, misalnya siswa merasakan jerih payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadangkadang kegagalan. d) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan kemampuannya sendiri. e) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga mereka lebih merasa terlibat dan termotivasi untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan khusus. f)
Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan diri sendiri melalui proses-proses penemuan. Memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan.
g) Membantu perkembangan siswa menuju pemahaman yang sehat untuk menemukan kebenaran akhir dan mutlak. Selain memiliki kelebihan, metode guided discovery juga mempunyai kelemahan, antara lain (Asmani, 2009:157): a) Siswa yang lebih pandai mungkin akan memonopoli penemuan dan akan menimbulkan frustrasi pada siswa yang lain.
40
b) Metode ini kurang berhasil untuk mengajar kelas besar. Misalnya, sebagian besar waktu belajar dapat hilang karena membantu
seorang siswa
menemukan
teori-teori,
atau
menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu. c) Harapan yang ditumpahkan pada metode ini mungkin mengecewakan guru dan siswa yang sudah bisa dengan perencanaan dan pengajaran secara tradisional. d) Mengajar dengan penemuan mungkin akan dipandang sebagai terlalu mementingkan memperoleh pengertian dan kurang memperhatikan sikap dan keterampilan. Sedangkan sikap dan ketrampilan diperlukan untuk memperoleh pengertian atau sebagai perkembangan emosional sosial secara keseluruhan. e) Dalam beberapa ilmu, fasilitas yang dibutuhkan untuk mencoba ide-ide, mungkin tidak ada. f)
Metode ini mungkin tidak memberi kesempatan untuk berfikir kreatif, jika pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi terlebih dahulu oleh guru, demikian pula proses-proses di bawah pembinaanya. Tidak semua pemecahan masalah menjamin penemuan yang penuh arti.
3. Metode Discovery dalam Matematika Schoenfeld (dalam Uno dan Umar, 2009:110) mendefinisikan bahwa belajar matematika berkaitan dengan apa dan bagaimana menggunakanya dalam membuat keputusan untuk memecahkan masalah.
41
Tujuan
dari
belajar
matematika
adalah
untuk
mengembangkan
kemampuan memecahkan masalah dan discovery merupakan proses untuk memecahkan masalah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Jerome Bruner (dalam Sam’s, 2010:135) bahwa pemecahan masalah melalui discovery akan mengembangkan style inquiry dan problem solving untuk menyelesaikan tugas yang dihadapi seseorang. Guided discovery merupakan suatu model pengajaran yang dirancang untuk mengajarkan konsep-konsep dan hubungan antar konsep (David dkk, 2009:209). Guru memandu siswa dengan memberikan pertanyaan (questioning) mengenai diskripsi suatu hal sehingga siswa menemukan pola-pola mengenai hal tersebut. Penerapan discovery dalam mata pelajaran matematika khususnya materi trapesium dan layang-layang ini, dilakukan dengan menghubungkan konsep luas trapesium dan layanglayang dengan konsep luas bangun persegi panjang. Penerapan metode tersebut dapat kita lihat simulasi cara mencari rumus luas trapesium berikut ini:
Gambar 2.6 Hubungan Konsep Luas Trapesium dengan Persegi Panjang
Berdasarkan gambar tersebut dapat kita lihat bahwa potongan dari trapesium memenuhi luas dari persegi panjang, sehingga dapat kita
42
simpulkan bahwa luas trapesium (LT) sama dengan luas persegi panjang (LP) di mana luas persegi panjang adalah panjang (p) kali lebar (l). Berdasarkan rumus luas persegi panjang tersebut, kita dapat mencari rumus luas trapesium. LT
= LP =pXl = (a + b) X ½ t atau (a + b) X t 2
Atau dengan bahasa lain, luas trapesium adalah jumlah garis sejajar (a + b) dikali tinggi (t) dibagi 2.
43
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Subjek Penelitian 1. Gambaran Umum Madrasah Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Pulutan merupakan salah satu Madrasah Ibtidaiyah swasta yang berada di Kota Salatiga. Berdiri di bawah naungan yayasan Asy-Syarqowi, Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Pulutan telah memiliki gedung sendiri yang berada di tanah waqaf. Lulusan Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Pulutan dapat meneruskan di MTs dan SMP favorit di Salatiga seperti SMP 1, 2 dan lain-lain serta terbukti ada yang menjadia dosen di UGM Yogyakarta, dosen STAIN Salatiga, menjadi pegawai di instansi pemerintah lainya seperti perpajakan dan sebagainya. 1) Identitas Sekolah a) Nama Sekolah/ Madrasah
: MI Ma’arif Pulutan
b) Alamat Madrasah
:
Jalan
: Dipomanggolo No 25
Desa/Kelurahan
: Pulutan
Kecamatan
: Sidorejo
Provinsi
: Jawa Tengah
Kode Pos
: 50716
Kode Area/No Telp
: 0288 – 323996
44
c) Status Sekolah
: Swasta
d) Nomor Statistik Sekolah
: 11502036201002
e) Nomor Pokok Sekolah Nasional
: 20328498
2) Keadaan Guru Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Pulutan memiliki 17 tenaga pendidik dan 1 tenaga kependidikan. Adapun rincian data tenaga pendidik adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Data Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan MI Ma’arif Pulutan
No.
Nama
NIP/NIY
Jabatan
1.
Drs. Abdul Basith, M.Pd.I
-
Kepala Sekolah
2.
Saefudin Kolyubi
-
Sarpas
3.
Murtadho, S.Ag
-
Guru
4.
Wiwin Nuryani, S.Pd.I
198204012005012001
Guru
5.
Azam Arifin, A.Ma
197108082007101002
Guru
6.
Asibro Mulisi, S.Pd.I
-
Guru
7.
Aini Nur Faizah, S. Pd.
-
Guru
8.
Mohamad Zaini, S.Pd.I
197209302006041018
Guru
9.
Siti Anisah, S. PdI
198208312005012003
Guru
10.
Y. Ari Purwanto, S. Pd.
-
Guru
11.
Siti Haniah, A. Ma.
-
Guru
12.
Ustadzah, S. Ag.
197605102007012025
Guru
13.
Yeni Setiawan, S Psi.
-
BK
14.
Tri Mulyani, S. Pd.
-
Guru
15.
Sujoro, S Pd.
-
Guru
16.
Umi Tasripah, S. Pd.
-
Guru
17.
Khurotul Aini, S. Pd
-
Guru
18.
M. Miftahul Huda
-
TU
45
3) Keadaan Siswa Pada tahun pelajaran 2011/2012 Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Pulutan memiliki 207 siswa dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3.2 Daftar Siswa MI Ma’arif Pulutan
Kelas
Jumlah Kelas
Jumlah siswa Laki-laki
Perempuan
Jumlah siswa
I
2
25
22
47
II
2
23
16
39
III
2
15
22
37
IV
1
22
9
31
V
1
12
16
28
VI
1
13
12
25
Jumlah
9
110
97
207
2. Karakteristik Siswa Sebagai Subjek Penelitian Siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah siswa kelas V (lima) yang berjmlah 28 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki san 16 siswa perempuan. Kecerdasan siswa tergolong sedang. Tingkat kemampuan siswa berdasarkan pengamatan adalah 4 siswa diatas cerdas/pandai, 7 siswa pandai, 13 siswa berkemampuan cukup pandai dan 4 siswa kurang pandai. 3. Mata Pelajaran Mata pelajaran dalam penelitian ini adalah mata pelajaran matematika. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan pada sub pokok
46
bahasan trapesium dan layang-layang. Trapesium dan layang-layang adalah bangun datar yang merupakan bagian dari materi geometri dalam matematika. 4. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V (lima) semester 1 di MI Ma’arif Pulutan tahun pelajaran 2011/2012. Penelitian pembelajaran matematika dilaksanakan beberapa kali sesuai dengan jam pelajaran matematika. Berikut adalah jadwal pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas: 1) Kegiatan Siklus I a) Persiapan
: Sabtu, 17 September 2011
b) Pelaksanaan
: Selasa, 20 September 2011
2) Kegiatan Siklus II a) Persiapan
: Senin, 19 September 2011
b) Pelaksanaan
: Selasa, 20 september 2011
3) Kegiatan Siklus II a) Persiapan
: Selasa, 20 September 2011
b) Pelaksanaan
: Kamis, 22 September 2011
B. Diskripsi Pelaksanaan Siklus 1. Diskripsi Pelaksanaan Pra Siklus Tahap pra siklus merupakan tahap pengumpulan data pada saat sebelum dilakukan penelitian. Peneliti mengumpulkan data dan informasi dengan cara melakukan dialog dengan guru matematika kelas V serta
47
melakukan observasi awal. Dalam tahap ini, peneliti memberikan tes untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa pada tingkat materi yang sama sebelum penggunaan metode guided discovery. Selain itu peneliti dengan dibantu kolaborasi, peneliti juga mengumpulkan data mengenai aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Semua data mengenai keaktifan siswa tersebut dikumpulkan dalam lembar pengamatan (format lembar pengamatan terlampir). Hasil dari pengamatan tersebut menunjukkan bahwa: (1) siswa ramai sendiri dan tidak memperhatikan penjelasan dari guru; (2) siswa pasif dalam pembelajaran, takut bertanya dan menjawab pertanyaan; (3) siswa belum memiliki kemandirian dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi tersebut, maka peneliti menyusun rencana pembelajaran dengan menerapkan metode guided discovery sebagai langkah awal dalam penelitian tindakan kelas. 2. Diskripsi Pelaksanaan Siklus I a. Perencanaan Dalam tahap perencanaan siklus I ini mencakup kegiatan sebagai berikut: 1) Menentukan waktu pelaksanaan tindakan kelas siklus pertama yaitu dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 20 September 2011 jam ke 3-4 (08.40 – 9.50).
48
2) Penyusunan RPP Penyusunan RPP disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta perangkat pembelajaran yang akan digunakan pada siklus I. Data yang diperoleh pada tahap pra siklus juga menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan RPP siklus I. Adapun standar kompetensi dan kompetensi dasar pada siklus ini adalah: Standar Kompetensi
: Menghitung luas bangun sederhana dan
menggunakannya
dalam
pemecahan masalah. Kompetensi Dasar
: Menghitung
luas
trapesium
dan
layang-layang. Indikator Kompetensi
: a) Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar trapesium. b) Menentukan rumus luas bangun datar trapesium.
3) Penyiapan Perangkat Perangkat yang disiapkan dalam siklus I meliputi absensi, lembar pengamatan, lembar penilaian dan soal. Absensi digunakan untuk mengetahui kehadiran siswa. Lembar pengamatan disusun dalam melakukan pengamatan kegiatan pembelajaran mengenai aktivitas. Adapun format lembar pengamatan sama seperti lembar pengamatan pra siklus.
49
4) Penyiapan Alat dan Media 1) Gambar trapesium, kertas, gunting, penggaris dan pensil. 2) Buku Matematika untuk SD dan MI Kelas 5, Piranti. b. Pelaksanaan Tindakan kelas siklus I berlangsung selama 1 kali tatap muka (2 x 35 menit) yaitu jam ke 3-4 (08.40 – 9.50). Siswa yang hadir sebanyak 28 siswa. Materi yang diajarkan dalam pertemuan ini adalah bangun datar trapesium yang meliputi sifat-sifat dan luas bangun datar trapesium. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan metode guided discovery. Berikut adalah langkah kegiatan tindakan kelas siklus I. 1) Kegiatan Awal a) Guru melakukan apersepsi terhadap siswa. b) Mengingat kembali pelajaran tentang bangun datar. c) Mengidentifikasi topik dan mengatur siswa dalam kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 4 orang siswa. 2) Kegiatan Inti a) Guru menawarkan sebuah topik (trapesium) yang akan dipelajari hari ini pada siswa. b) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok (setiap kelompok 4 anak) c) Masing-masing kelompok mengecek alat dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan hari ini.
50
d) Siswa memahami sifat-sifat bangun datar trapesium. e) Siswa mengkaji, menginvestigasi dan mengumpulkan informasi tentang sifat-sifat bangun datar trapesium. f) Siswa dalam kelompoknya saling memberikan kontribusi, saling bertukar dan berdiskusi tentang semua gagasan. g) Guru membimbing siswa untuk menemukan rumus trapesium dan memberikan contoh soal. h) Siswa menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan luas bangun datar trapesium. i) Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. j) Guru memberikan soal-soal kepada siswa untuk dikerjakan. 3) Kegiatan Akhir a) Siswa bersama guru memberikan kesimpulan bahwa trapesium adalah bangun datar segiempat dengan dua buah sisinya yang berhadapan sejajar. b) Guru memberi kata-kata pujian kepada siswa atas keaktifan dan kesungguhannya dalam mengikuti pembelajaran. c) Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran. c. Observasi Adapun dalam pelaksanaan tindakan kelas siklus I, kolaborator melakukan pengamatan terhadap jalannya pelajaran mencakup
51
aktivitas siswa, situasi kelas dan perhatian siswa. Dalam observasi ini peneliti menggunakan perangkat berupa lembar pengamatan. d. Refleksi Hasil dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis. Penelitian ini berhasil jika terdapat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil belajar pada siklus kedua adalah dapat mengerjakan soal yang telah disiapkan. Hasil analisis data yang dilaksanakan dalam siklus I ini akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan kelas siklus II. 1) Kendala yang Dihadapi Beberapa hal yang dapat dicatat sebagai masukan untuk perbaikan siklus berikutnya antara lain: a) 42,86% siswa tidak memperhatikan dalam pembelajaran. b) Siswa masih pasif dalam pembelajaran. c) 57,15%
siswa
belum
mempunyai
kemandirian
dalam
mengerjakan soal yang diberikan olah guru. d) Kegiatan
diskusi
kelompok
kecil
mengakhibatkan
ketidaktepatan waktu karena habis untuk membantu masingmasing kelompok dalam melakukan penemuan. 2) Cara Mengatasinya Untuk mengatasi kendala pada siklus I peneliti melakukan beberapa ide perbaikan. Hal ini dilakukan supaya pada siklus
52
berikutnya tidak terjadi lagi kekurangan yang sama. Ide perbaikan tersebut adalah a) Guru mengkondisikan kelas sebelum pelajaran, memberikan motivasi agar siswa lebih fokus terhadap materi. b) Memancing siswa dengan menggunakan pertanyaan. c) Pemberian motivasi dan teguran. d) Kegiatan penemuan dilakukan dalam kelompok besar atau secara klasikal. Hasil belajar siklus I ini memang belum menunjukkan hasil yang memuaskan, maka diharapkan pada siklus II melalui metode bermain kartu pada pembelajaran Matematika operasi hitung perkalian hasil belajarnya akan lebih meningkat. 3. Diskripsi Pelaksanaan Siklus II a. Perencanaan Dalam tahap perencanaan siklus II ini mencakup kegiatan sebagai berikut: 1) Menentukan waktu pelaksanaan tindakan kelas siklus kedua yaitu dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 20 September 2011 jam ke 7-8 (11.35 – 13.20). 2) Penyusunan RPP Penyusunan RPP disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta perangkat pembelajaran yang akan digunakan pada siklus II. Data yang diperoleh pada tindakan kelas
53
siklus I juga menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan RPP siklus II. Adapun standar kompetensi dan kompetensi dasar pada siklus ini adalah: Standar Kompetensi
: Menghitung
luas
bangun
sederhana dan menggunakannya dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar
: Menghitung luas trapesium dan layang-layang.
Indikator Kompetensi
: a) Mengidentifikasi
sifat-sifat
bangun datar layang-layang. b) Menentukan rumus luas bangun datar layang-layang. 3) Penyiapan Perangkat Perangkat yang disiapkan dalam siklus II meliputi absensi, lembar pengamatan, lembar penilaian dan soal. Absensi digunakan untuk mengetahui kehadiran siswa. Lembar pengamatan disusun dalam melakukan pengamatan kegiatan pembelajaran mengenai aktivitas. Adapun format lembar pengamatan sama seperti lembar pengamatan pra siklus. 4) Penyiapan Alat dan Media a) Gambar layang-layang, kertas, gunting, penggaris dan pensil. b) Buku Matematika untuk SD dan MI Kelas 5, Piranti.
54
b. Pelaksanaan Tindakan kelas siklus II dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 20 September 2011 jam ke 7-8 (11.35 – 13.20). Siswa yang hadir sebanyak 28 siswa. Materi yang diajarkan dalam pertemuan ini adalah bangun datar layang-layang yang meliputi sifat-sifat dan luas bangun datar layang-layang. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan metode guided discovery. Berikut adalah langkah kegiatan tindakan kelas siklus II. 1) Kegiatan Awal a) Guru melakukan apersepsi terhadap siswa. b) Mengingat kembali pelajaran tentang bangun datar. 2) Kegiatan Inti a) Guru menawarkan sebuah topik (layang-layang) yang akan dipelajari hari ini pada siswa. b) Masing-masing siswa mengecek alat dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan hari ini. c) Siswa memahami sifat-sifat bangun datar layang-layang. d) Siswa secara mandiri bekerja untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. e) Siswa mengkaji, menginvestigasi dan mengumpulkan informasi tentang sifat-sifat bangun datar layang-layang. f) Guru membimbing siswa untuk menemukan rumus layanglayang dan memberikan contoh soal.
55
g) Siswa menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan luas bangun datar layang-layang. h) Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. i) Guru memberikan soal-soal kepada siswa untuk dikerjakan. 3) Kegiatan Akhir a) Siswa bersama guru memberikan kesimpulan bahwa layanglayang adalah bangun datar segiempat yang memiliki sepasang sisi yang berdekatan sama panjang. b) Guru memberi kata-kata pujian kepada siswa atas keaktifan dan kesungguhannya dalam mengikuti pembelajaran. c) Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran. c. Observasi Adapun
dalam
pelaksanaan
tindakan
kelas
siklus
II,
kolaborator melakukan pengamatan terhadap jalannya pelajaran mencakup aktivitas siswa, situasi kelas dan perhatian siswa. Dalam tindakan kelas siklus II ini peneliti mengamati apakah ada perubahan tigkah laku dari pertemuan sebelumnya. d. Refleksi Hasil dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis. Penelitian ini berhasil jika terdapat peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa. Hasil belajar pada siklus kedua adalah dapat mengerjakan soal yang telah disiapkan. Hasil analisis data yang dilaksanakan dalam
56
siklus II ini akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan tindakan kelas siklus III. Dari hasil pengamatan pada siklus II ini, siswa mulai fokus dalam pembelajaran, antusias belajar siswa mengalami peningkatam sebesar 25%, keaktifan siswa mulai meningkat. 1) Kendala yang Dihadapi Meskipun aktivitas siswa mengalami peningkatan, akan tetapi aktivitas belajar siswa masih memerlukan perhatian terutama keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan masih belum memuaskan, baru 11 dari 28 siswa yang berani mengajukan pertanyaan. Kemandirian siswa dalam mengerjakan soal juga masih perlu diperhatikan. 2) Cara Mengatasi Pemberian motivasi dan pemberian hadiah bagi siswa yang paling aktif dan mendapatkan nilai tertinggi atas kemandirian dalam mengerjakan soal. Memberikan hukuman kecil yang mendidik seperti mengerjakan soal di depan kelas kepada siswa yang ramai dalam kelas. 4. Diskripsi Pelaksanaan Siklus III a. Perencanaan Dalam tahap perencanaan siklus III ini mencakup kegiatan sebagai berikut:
57
1) Menentukan waktu pelaksanaan tindakan kelas siklus ketiga yaitu dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 22 September 2011 jam ke jam ke 1-2 (07.30 – 08.40). 2) Penyusunan RPP Penyusunan RPP disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar serta perangkat pembelajaran yang akan digunakan pada siklus III. Data yang diperoleh pada tindakan kelas siklus II juga menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan RPP siklus III. Adapun standar kompetensi dan kompetensi dasar pada siklus ini adalah: Standar Kompetensi
: Menghitung luas bangun sederhana dan menggunakannya
dalam
pemecahan
masalah. Kompetensi Dasar
: Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar.
Indikator Kompetensi
: a) Menggunakan bangun
datar
perhitungan dalam
luas
pemecahan
masalah. 3) Penyiapan Perangkat Perangkat yang disiapkan dalam siklus III meliputi absensi, lembar pengamatan, lembar penilaian dan soal. Absensi digunakan untuk mengetahui kehadiran siswa. Lembar pengamatan disusun dalam melakukan pengamatan kegiatan pembelajaran mengenai
58
aktivitas. Adapun format lembar pengamatan sama seperti lembar pengamatan pra siklus. 4) Penyiapan Alat dan Media a) Gambar yaitu gambar trapesium dan layang-layang. b) Buku Matematika untuk SD dan MI Kelas 5, Piranti. c) Menyiapkan hadiah kecil sebagai alat untuk memotivasi siswa. b. Pelaksanaan Tindakan kelas siklus III dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 22 September 2011 jam ke 1-2 (07.30 – 08.40). Siswa yang hadir sebanyak 28 siswa. Materi yang diajarkan dalam pertemuan ini adalah menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar (trapesium dan layang-layang). Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan metode guided discovery. Berikut adalah langkah kegiatan tindakan kelas siklus III. 1) Kegiatan Awal a) Guru melakukan apersepsi terhadap siswa. b) Mengingat kembali pelajaran tentang luas bangun datar trapesium dan layang-layang. 2) Kegiatan Inti a) Guru menyajikan sebuah masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar trapesium dan layang-layang. b) Guru membimbing siswa untuk memahami masalah tersebut.
59
c) Siswa mengkaji, menginvestigasi dan mengumpulkan informasi tentang masalah tersebut. d) Guru membimbing siswa untuk menemukan cara pemecahan masalah tersebut. e) Siswa menyelesaikan beberapa soal latihan. f) Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami. g) Guru memberikan soal-soal kepada siswa untuk dikerjakan. 3) Kegiatan Akhir a) Guru memberi kata-kata pujian kepada siswa atas keaktifan dan kesungguhannya dalam mengikuti pembelajaran. b) Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran. c. Observasi Adapun dalam pelaksanaan tindakan kelas siklus III, kolaborator melakukan pengamatan terhadap jalannya pelajaran mencakup aktivitas siswa, situasi kelas dan perhatian siswa. Dalam tindakan kelas siklus III ini peneliti mengamati apakah ada perubahan tigkah laku dari pertemuan sebelumnya. d. Refleksi Hasil dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis. Penelitian ini berhasil jika terdapat peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa. Hasil belajar pada siklus kedua adalah dapat mengerjakan soal yang telah disiapkan. Pada siklus III ini, siswa mengikuti pelajaran dengan
60
baik, siswa sudah mulai terbiasa dengan metode guided discovery. Lebih dari 50% siswa sudah aktif, mereka berani untuk menjawab dan mengajukan pertayaan. Siswa juga sudah memiliki kemandirian dalam mengerjakan soal yang diberika oleh guru. Dalam siklus III ini sebanyak 71,43% siswa sudah mandiri dalam mengerjakan soal. Hasil analisis data tersebut digunakan sebagai acuan untuk menarik kesimpulan
apakah
melalui
metode
guided
discovery
meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa atau tidak.
61
dapat
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pra Siklus Pada tahap ini, dengan dibantu oleh kolaborator, peneliti melakukan
pengamatan
terhadap
situasi
pembelajaran.
Melalui
pengamatan selama proses pembelajaran tersebut, peneliti menemukan hasil mengenai aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. Berikut
adalah
hasil
mengenai
keaktifan
siswa
selama
proses
pembelajaran: Tabel 4.1 Jumlah Siswa yang Terlibat dalam Setiap Jenis Kegiatan Pra Siklus
No.
Jenis Keterlibatan
Siswa yang Terlibat Jumlah
%
1.
Antusias dalam belajar
13
46,43
2.
Memperhatikan materi atau pelajaran yang diberikan
14
50
3.
Mengajukan pertanyaan
4
14,29
4.
Menjawab pertanyaan
5
17,86
5.
Mengerjakan soal yang diberikan guru
16
57,86
6.
Memiliki kemandirian dalam mengerjakan soal
8
28,57
Data tersebut di atas menunjukkan bahwa antusias siswa dalam pembelajaran masih kurang. Hanya sebagian dari seluruh siswa yang memperhatikan penjelasan dari guru, sebagian yang lainnya asik bermain
62
sendiri dan berbicara dengan temanya. Hanya beberapa siswa yang berani menjawab dan mengajukan pertanyaan. Kondisi ini terjadi karena siswa merasa jenuh dan bosan, sehingga mereka cenderung diam ketika diminta untuk menjawab ataupun mengajukan pertanyaan. Hal ini menunjukkan bahwa metode konvensional mengakibatkan siswa pasif dalam proses pembelajaran. Pengamatan ini juga menemukan bahwa masih banyak siswa yang belum memiliki kemandirian dalam menggerjakan soal, mereka berdiskusi dengan teman sebangku, bahkan banyak pula yang tidak menyelesaikan soal dengan baik. Selain melakukan pengamatan, peneliti juga memberikan tes formatif sebagai pengukuran hasil belajar siswa. Adapun dari hasil tes formatif pada pra siklus ini didapatkan hasil sebagaimana terdapat pada tabel berikut ini : Tabel 4.2 Hasil Tes Formatif Pra Siklus
No.
Nama
KKM
Nilai
Ketuntasan
1.
A
55
35
Tidak Tuntas
2.
B
55
30
Tidak Tuntas
3.
C
55
30
Tidak Tuntas
4.
D
55
35
Tidak Tuntas
5.
E
55
30
Tidak Tuntas
6.
F
55
55
Tuntas
7.
G
55
35
Tidak Tuntas
8.
H
55
65
Tuntas
9.
I
55
40
Tidak Tuntas
10.
J
55
40
Tidak Tuntas
11.
K
55
35
Tidak Tuntas
63
12.
L
55
55
Tuntas
13.
M
55
40
Tidak Tuntas
14.
N
55
60
Tuntas
15.
O
55
45
Tidak Tuntas
16.
P
55
30
Tidak Tuntas
17.
Q
55
70
Tuntas
18.
R
55
30
Tidak Tuntas
19.
S
55
35
Tidak Tuntas
20.
T
55
40
Tidak Tuntas
21.
U
55
75
Tuntas
22.
V
55
45
Tidak Tuntas
23.
W
55
40
Tidak Tuntas
24.
Z
55
45
Tidak Tuntas
25.
Y
55
45
Tidak Tuntas
26.
Z
55
30
Tidak Tuntas
27.
AA
55
30
Tidak Tuntas
28.
AB
55
55
Tuntas
Rata-rata
55
42,86
Tidak Tuntas
Keterangan : Tuntas
: 7 siswa (25%)
Tidak Tuntas : 21 siswa (75%) Dari data tersebut di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan individu masih rendah, hanya 7 siswa atau 25% yang sudah tuntas sedangkan sisanya masih mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Rata-rata ketuntasan klasikal siswa baru mencapai 42,86 yang berarti bahwa secara klasikal pembelajaran matematika belum tuntas.
64
2. Siklus I Pada tahap ini, peneliti bertindak sebagai guru. Peneliti menyajikan materi trapesium dengan menerapkan metode guided discovery. Dibantu oleh kolaborator, peneliti melakukan pengamatan terhadap situasi pembelajaran. Melalui pengamatan selama proses pembelajaran tersebut, peneliti menemukan hasil mengenai aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. Berikut adalah hasil mengenai keaktifan siswa selama proses pembelajaran: Tabel 4.3 Jumlah Siswa yang Terlibat dalam Setiap Jenis Kegiatan Siklus I
No.
Jenis Keterlibatan
Siswa yang Terlibat Jumlah
%
1.
Antusias dalam belajar
18
64,29
2.
Memperhatikan materi atau pelajaran yang diberikan
16
57,14
3.
Mengajukan pertanyaan
6
21,43
4.
Menjawab pertanyaan
8
28,57
5.
Mengerjakan soal yang diberikan guru
19
67,86
6.
Memiliki kemandirian dalam mengerjakan soal
12
42,86
Data tersebut di atas menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode guided discovery dalam pembelajaran matematika materi pokok trapesium, aktivitas belajar siswa masih rendah. Hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa dengan penerapan metode guided discovery. Kesiapan siswa dalam pembelajaran juga masih kurang. Mereka juga belum berani untuk menjawab ataupun mengajukan pertanyaan.
65
Seperti pada tindakan kelas pra siklus, peneliti juga memberikan tes formatif sebagai pengukuran hasil belajar siswa. Adapun dari hasil tes formatif pada siklus I ini didapatkan hasil sebagaimana terdapat pada tabel berikut ini : Tabel 4.4 Hasil Tes Formatif Siklus I
No.
Nama
KKM
Nilai
Ketuntasan
1.
A
55
50
Tidak Tuntas
2.
B
55
55
Tuntas
3.
C
55
60
Tuntas
4.
D
55
50
Tidak Tuntas
5.
E
55
60
Tuntas
6.
F
55
65
Tuntas
7.
G
55
50
Tidak Tuntas
8.
H
55
80
Tuntas
9.
I
55
50
Tidak Tuntas
10.
J
55
50
Tidak Tuntas
11.
K
55
65
Tuntas
12.
L
55
65
Tuntas
13.
M
55
60
Tuntas
14.
N
55
65
Tuntas
15.
O
55
50
Tidak Tuntas
16.
P
55
35
Tidak Tuntas
17.
Q
55
100
Tuntas
18.
R
55
50
Tidak Tuntas
19.
S
55
40
Tidak Tuntas
20.
T
55
50
Tidak Tuntas
21.
U
55
75
Tuntas
22.
V
55
45
Tidak Tuntas
23.
W
55
45
Tidak Tuntas
24.
Z
55
60
Tuntas
66
25.
Y
55
60
Tuntas
26.
Z
55
50
Tidak Tuntas
27.
AA
55
50
Tidak Tuntas
28.
AB
55
50
Tidak Tuntas
Rata-rata
55
56,61
Tuntas
Keterangan : Tuntas
: 13 siswa (46,43%)
Tidak Tuntas : 15 siswa (53,57%) Dari data tersebut di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan individu masih rendah, hanya 13 siswa atau 46,43% yang sudah tuntas sedangkan sisanya masih mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Rata-rata ketuntasan klasikal siswa mencapai 56,61 yang berarti bahwa secara klasikal pembelajaran matematika tuntas. 3. Siklus II Pada tahap ini, peneliti bertindak sebagai guru. Peneliti menyajikan materi layang-layang dengan menerapkan metode guided discovery. Dibantu oleh kolaborator, peneliti melakukan pengamatan terhadap situasi pembelajaran. Melalui pengamatan selama proses pembelajaran tersebut, peneliti menemukan hasil mengenai aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. Berikut adalah hasil mengenai keaktifan siswa selama proses pembelajaran:
67
Tabel 4.5 Jumlah Siswa yang Terlibat dalam Setiap Jenis Kegiatan Siklus II
No.
Jenis Keterlibatan
Siswa yang Terlibat Jumlah
%
1.
Antusias dalam belajar
25
89,29
2.
Memperhatikan materi atau pelajaran yang diberikan
19
67,86
3.
Mengajukan pertanyaan
11
39,29
4.
Menjawab pertanyaan
14
50
5.
Mengerjakan soal yang diberikan guru
22
78,57
6.
Memiliki kemandirian dalam mengerjakan soal
17
60,71
Data tersebut di atas menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode guided discovery (penemuan terpimpin) dalam pembelajaran matematika materi pokok layang-layang, aktivitas belajar siswa mulai meningkat meski masih tergolong rendah. Hal ini menunjukkan siswa mulai terbiasa dengan penerapan metode guided discovery. Antusias dan perhatian siswa dalam pelajaran menunjukkan adanya perkembangan. Mereka juga sudah mulai berani untuk menjawab ataupun mengajukan pertanyaan. Kemandirian mereka dalam mengerjakan soal juga sudah mulai meningkat. Mereka mulai fokus dengan pekerjaan masing-masing. Seperti pada tindakan kelas pra siklus dan siklus I peneliti juga memberikan tes formatif sebagai pengukuran hasil belajar siswa. Adapun dari hasil tes formatif pada siklus II ini didapatkan hasil sebagaimana terdapat pada tabel berikut ini :
68
Tabel 4.6 Hasil Tes Formatif Siklus II
No.
Nama
KKM
Nilai
Ketuntasan
1.
A
55
60
Tuntas
2.
B
55
60
Tuntas
3.
C
55
65
Tuntas
4.
D
55
50
Tidak Tuntas
5.
E
55
70
Tuntas
6.
F
55
70
Tuntas
7.
G
55
65
Tuntas
8.
H
55
75
Tuntas
9.
I
55
60
Tuntas
10.
J
55
50
Tidak Tuntas
11.
K
55
70
Tuntas
12.
L
55
40
Tidak Tuntas
13.
M
55
70
Tuntas
14.
N
55
65
Tuntas
15.
O
55
65
Tuntas
16.
P
55
50
Tidak Tuntas
17.
Q
55
95
Tuntas
18.
R
55
60
Tuntas
19.
S
55
60
Tuntas
20.
T
55
50
Tidak Tuntas
21.
U
55
80
Tuntas
22.
V
55
60
Tuntas
23.
W
55
70
Tuntas
24.
Z
55
70
Tuntas
25.
Y
55
70
Tuntas
26.
Z
55
60
Tuntas
27.
AA
55
50
Tidak Tuntas
28.
AB
55
60
Tuntas
Rata-rata
55
63,21
Tuntas
69
Keterangan : Tuntas
: 22 siswa (78,57%)
Tidak Tuntas : 6 siswa (21,43%) Dari data tersebut di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan individu meningkat, terdapat 22 siswa atau 78,57% yang sudah tuntas sedangkan sisanya masih mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Rata-rata ketuntasan klasikal siswa mencapai 63,21 yang berarti bahwa secara klasikal pembelajaran matematika tuntas. Akan tetapi peneliti masih perlu melanjutkan penelitian pada tindakan kelas siklus III untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa. 4. Siklus III Pada tahap ini, peneliti bertindak sebagai guru. Peneliti menyajikan materi menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan luas bangun datar (tapesium dan layang-layang) dengan menerapkan metode guided
discovery.
Dibantu
oleh
kolaborator,
peneliti
melakukan
pengamatan terhadap situasi pembelajaran. Melalui pengamatan selama proses pembelajaran tersebut, peneliti menemukan hasil mengenai aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. Berikut adalah hasil mengenai aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran: Tabel 4.7 Jumlah Siswa yang Terlibat dalam Setiap Jenis Kegiatan Siklus III
No.
1.
Jenis Keterlibatan
Antusias dalam belajar
70
Siswa yang Terlibat Jumlah
%
26
92,86
2.
Memperhatikan materi atau pelajaran yang diberikan
24
85,71
3.
Mengajukan pertanyaan
16
57,14
4.
Menjawab pertanyaan
18
64,28
5.
Mengerjakan soal yang diberikan guru
25
89,29
6.
Memiliki kemandirian dalam mengerjakan soal
20
71,43
Data tersebut di atas menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode guided discovery dalam pembelajaran matematika, aktivitas belajar siswa tergolong cukup baik. Hal ini menunjukkan siswa terbiasa dengan penerapan metode guided discovery. Mereka juga sudah mulai berani untuk menjawab ataupun mengajukan pertanyaan. Seperti pada tindakan kelas pra siklus, siklus I dan siklus II peneliti juga memberikan tes formatif sebagai pengukuran hasil belajar siswa. Adapun dari hasil tes formatif pada siklus III ini didapatkan hasil sebagaimana terdapat pada tabel berikut ini : Tabel 4.8 Hasil Tes Formatif Siklus III
No.
Nama
KKM
Nilai
Ketuntasan
1.
A
55
70
Tuntas
2.
B
55
75
Tuntas
3.
C
55
75
Tuntas
4.
D
55
45
Tidak Tuntas
5.
E
55
60
Tuntas
6.
F
55
70
Tuntas
7.
G
55
65
Tuntas
8.
H
55
100
Tuntas
9.
I
55
65
Tuntas
71
10.
J
55
50
Tidak Tuntas
11.
K
55
80
Tuntas
12.
L
55
100
Tuntas
13.
M
55
75
Tuntas
14.
N
55
80
Tuntas
15.
O
55
75
Tuntas
16.
P
55
75
Tuntas
17.
Q
55
100
Tuntas
18.
R
55
60
Tuntas
19.
S
55
60
Tuntas
20.
T
55
70
Tuntas
21.
U
55
100
Tuntas
22.
V
55
60
Tuntas
23.
W
55
60
Tuntas
24.
Z
55
60
Tuntas
25.
Y
55
65
Tuntas
26.
Z
55
70
Tuntas
27.
AA
55
80
Tuntas
28.
AB
55
100
Tuntas
Rata-rata
55
72,50
Tuntas
Keterangan : Tuntas
: 26 siswa (92,86%)
Tidak Tuntas : 2 siswa (7,14%) Dari data tersebut di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan individu tinggi, terdapat 26 siswa atau 92,86% yang sudah tuntas sedangkan sisanya masih mendapatkan nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM). Rata-rata ketuntasan klasikal siswa mencapai 72,50 yang berarti bahwa secara
72
klasikal pembelajaran matematika tuntas. Sehingga peneliti merasa tidak perlu untuk melanjutkan ke tindakan selanjutnya. B. Pembahasan 1. Peningkatan Aktivitas Belajar Tabel 4.9 Data Peningkatan Aktivitas Belajar
No.
Jenis Keterlibatan
Pra
Sesudah Tindakan
Siklus
Siklus I
Siklus II
Siklus III
1.
I
13
18
25
26
2.
II
14
16
19
24
3.
III
4
6
11
16
4.
IV
5
8
14
18
5.
V
16
19
22
25
6.
VI
8
12
17
20
Gambar 4.1 Peningkatan Aktivitas
73
Belajar
Keterangan : I
= Antusias dalam belajar
II
= Memperhatikan materi atau pelajaran yang diberikan
III = Mengajukan pertanyaan IV = Menjawab pertanyaan V
= Mengerjakan soal yang diberikan guru
VI = Memiliki kemandirian dalam mengerjakan soal Dari grafik peningkatan aktivitas belajar siswa di atas dapat kita lihat bahwa aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran dengan menerapkan metode guided discovery dari setiap siklus mengalami peningkatan. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa indikator aktivitas belajar siswa dari setiap putaran mengalami peningkatan secara bertahap dan cukup baik dibandingkan sebelum diterapkan metode guided discovery. Ini menunjukkan bahwa metode guided discovery dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika. 2. Peningkatan Hasil a. Peningkatan Hasil Belajar Tabel 4.10 Data Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Indikator Pencapaian
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Siklus III
Mencapai KKM yaitu ≥ 55
7 siswa
13 siswa
22 siswa
26 siswa
(25%)
(46,43%)
(78,57%)
(92,86%)
74
Gambar 4.2 Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Dari grafik peningkatan hasil belajar siswa di atas dapat kita lihat bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan metode guided discovery dari setiap siklus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Data yang diperoleh dari hasil pengerjaan tes yang berupa tes formatif dari guru menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dari setiap putaran mengalami peningkatan secara bertahap dan cukup baik dibandingkan
sebelum
diterapkan
metode
guded
discovery.
Ini
menunjukkan bahwa metode guided discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika khususnya materi trapesium dan layang-layang.
75
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB IV dapat ditarik kesimpulan bahwa aktivitas belajar matematika melalui guided discovery pada siswa kelas V Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Pulutan Salatiga tahun pelajaran 2011/2012 mengalami peningkatan terutama pada materi pokok trapesium dan layang-layang. Adanya peningkatan aktivitas belajar matematika siswa dapat dilihat dari indikator yang meliputi: (a) antusias dalam belajar meningkat sebesar 46,43% (b) memperhatikan materi atau pelajaran meningkat sebesar 35,71% (c) mengajukan pertanyaan meningkat sebesar 42,86% (d) menjawab pertanyaan meningkat sebesar 46,43% (e) mengerjakan soal yang diberikan guru meningkat sebesar 32,14% (f) memiliki kemandirian dalam mengerjakan meningkat sebesar 42,86%. Adanya peningkatan aktivitas belajar matematika siswa juga dapat dilihat dari adanya peningkatan hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan secara bertahap dan cukup baik dibandingkan sebelum diterapkan metode guded discovery. Dilihat dari banyaknya siswa yang mencapai target KKM sebelum tindakan 25% dan di akhir tindakan 92,86% yang berarti mengalami peningkatan sebesar 67,86%. Selain itu, lebih dari 80% siswa yang telah memenuhi KKM yang menunjukkan bahwa metode ini metode guded discovery dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
76
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dipeoleh, maka peneliti memberikan saran-saran dengan harapan dapat bermanfaat dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan terutama untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Saran yang dapat peneliti sumbangkan adalah sebagai berikut: 1. Guru diharapkan dapat mengembangkan aktivitas, kreatifitas dan kerjasama siswa dalam menemukan konsep-konsep matematika sehingga dapat mencapai pembelajaran yang efektif. 2. Guru sebaiknya lebih kreatif dan variatif dalam menggunakan metode maupun media pembelajaran. Hal ini akan mengurangi kejenuhan siswa selama megikuti proses pembelajaran. 3. Guru hendaknya tidak takut untuk mencoba menerapkan model pembelajaran yang baru, kreatif dan inovatif serta sesuai dengan pokok bahasan yang akan disampaikan. 4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang penerapan metode pembelajaran guided discovery pada materi pokok lainya, sehingga hasil penelitian ini dapat lebih berkembang lagi.
77
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Rineka Cipta
Belajar. Jakarta: PT
Arikunto, Suharsimi, dkk. 2006. Penelitian Tidakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif dan Inovatif. Jogjakarta: Diva Perss David A. Jakobsen, Paul Eggen dan Donald Kauchak. 2009. Methods for Teaching: Metode-metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TKSMA. Yogyakarta: Pustaka Belajar Delphie, Bandi. 2009. Matematika: untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Klaten: PT. Intan Sejati Departemen Agama. 2004. Standar Kompetensi Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam. Djamarah, Saiful Bari dan Azwan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Basrowi, Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Galia
Indonesia. Fajri, Em Zul dan Ratu Aprilia Senja. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dita Publisher Farikah, Siti. 2006. Evaluasi Pengajaran Untuk Mahasiswa Program D2, PGK SD/MI. STAIN Hanifah dan Cucu Suhana. 2010. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama Majid, Abdul. 2008. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Marwiyanto, Heru Nugroho dan Tasari, 2008, Matematika untuk SD dan MI Kelas 5, Jakarta: Piranti Darma Kalokatama Nasution, S. 1999. Teknologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
78
Poerwadarminta, W. J. S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi ke-3. Jakarta: Balai Pustaka Rohani, Ahamad, 2004, Pengelolaan Pengajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta Sam’s, Rosma Hartiny. 2008. Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yogyakarta: Teras Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Sardiman. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers Simanjuntak, Lisnawati dkk. 1993. Metode Mengajar Matematika. Jakarta: Rineka Cipta Soewandi, Slamet dkk. 2005. Perspektif Pembelajaran Berbagai Bidang Studi. Yogyakarta: Universitas Sanata Darma Sudjiono, Anas. 2010. Pengantar staiatik Penididikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Sukardi, 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara Surayin. 2001-2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Bandung: CV. Yrama Indonesia. Suyadi. 2011. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Jogjakarta: Diva Press Syafaruddin dan Irwan Nasution. 2005. Menejemen Pembelajaran. Jakarta: Quantum Teaching Undang-undang Repoblik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2007. Jakarta: Visimedia Uno, Hamzah B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara Uno, Hamzah dan Masri Kudrat Umar. 2009. Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran: Sebuah Konsep Pembelajaran Berbasis Kecerdasan. Jakarta: Bumi Aksara Usman, Muh. Uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
79