e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS PENILAIAN KINERJA TERHADAP KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA SISWA KELAS IV Ayu Chandra Dewi Arinata1, Ni Wayan Suniasih 2, I Wayan Darsana 3 1,2,3 Jurusan
PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia email:
[email protected] ,
[email protected] 2 ,
[email protected] , abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model problem based learning berbasis penilaian kinerja dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus Kapten Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen semu dengan rancangan non-ekuivalen. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 652 siswa kelas IV SD Gugus Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Barat. Sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 83 siswa yang terdiri dari siswa kelas IVB SD Negeri 12 Padangsambian sebagai kelompok eksperimen yang berjumlah 40 siswa dan siswa kelas IVC SD Negeri 9 Padangsambian sebagai kelompok kontrol yang berjumlah 43 siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode tes bentuk pilihan ganda dimana data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t diperoleh thitung = 8,85. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai ttabel dengan dk 81 pada taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh ttabel = 2,000, karena thitung = 8,85 > ttabel (ɑ = 0,05, 81) = 2,000 maka H0 ditolak atau H1 diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan model Problem Based Learning berbasis penilaian kinerja dengan rerata, 𝑋̅ = 83,3 > 𝑋̅ = 74,53 pada siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional sehingga, dapat disimpulkan bahwa model problem based learning berbasis penilaian kinerja berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus Kapten Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Barat.
Kata-kata kunci: problem based learning, kinerja, IPA
Abstract This research aims to know the significant difference of competency knowledge science group of students are taught with the model of problem based learning performance assessment and the student group taught with conventionally at grade IV in SD Gugus Kapten Kompyang Sujana West Denpasar Subdistrict in academic year 2016/2017. This research is a kind of quasi experimental research with non equivalent. The rate of population used in this research is 652 grade IV in SD Gugus Kapten Kompyang Sujana West Denpasar Subdistrict. While the rate of sample in this research is 83 students comprising students of class IVB SD State 12 Padangsambian as a group of 40 students experiment and grade IVC SD State 9 Padangsambian as a control group of 43 students. Data collection is done by the method of tests with multiple choice tests form where the data obtained were
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
analyzed using t-test analysis. Based on the results of the analysis of the test -t obtained tcount = 8,85. The price is then compared with the price of t tabel with 81 and 5% significan level so that the retrieved prices t table = 2.000, because prices t hitung = ttable > 8,85 ( = 0.05, 81 ) = 2.000 then H 0, and H 1 rejected or accepted, 𝑋̅ = 83,3 > 𝑋̅ = 74,53. This means there is a significant difference the science competency knowledge of group students which are taught by the model of problem based learning with assessment-based and the group of student wich are taught conventionally. Thus, it can be concluded that the problem based learning with assessment-based is influential to the science competency knowledge of students grade IV SD Gugus Kapten Kompyang Sujana west Denpasar district. Keyword: Problem Based Learning, Performance, Science
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana, hal ini berarti pendidikan tidak boleh mengesampingkan proses belajar. Karena dalam melaksanakan proses pembelajaran tidak semata-mata berusaha untuk mencapai hasil belajar, akan tetapi bagaimana memperoleh hasil dan proses yang terjadi pada diri anak itu sendiri secara berdampingan. Hal ini berarti proses pendidikan berujung pada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan keterampilan anak sesuai dengan kebutuhannya dengan demikian, dalam pendidikan antara hasil maupun proses belajar harus berjalan secara seimbang. Hal ini sesuai dengan isi dari UndangUndang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (Sanjaya, 2006:2). UndangUndang ini dirumuskan dengan berlandaskan pada falsafah negara yaitu Pancasila. Oleh karena itu, Pancasila sebagai falsafah Bangsa
dan Negara Indonesia menjadi sumber utama dan arah penentu yang akan dicapai dalam kurikulum agar nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlahan tumbuh dalam diri siswa nantinya. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2013 mengimplementasikan kurikulum baru sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang kini menjadi Kurikulum Tematik Terpadu atau yang sering disebut dengan Kurikulum 2013. Pengembangan kurikulum merupakan salah satu bentuk pembaharuan terhadap kualitas pendidikan. Nyatanya apa yang diharapkan belum sepenuhnya tercapai karena masih banyak terdapat proses pembelajaran yang hanya terpaku pada buku sebagai sumber pembelajaran tanpa diimbangi dengan kegiatan yang menarik dan menyenangkan seperti kegiatan penyelidikan, penemuan, dan percobaan sehingga pembelajaran terkesan konvensional. Apabila hal ini terus berlanjut, siswa tidak akan mampu mencapai kompetensi pengetahuan yang diharapkan khususnya pada pembelajaran yang bermuatan materi IPA. Karena dalam pembelajaran bermuatan materi IPA selain mempelajari mengenai fenomena atau gejala alam melalui
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
konsep-konsep juga terdapat kegiatan percobaan didalam proses pembelajarannya yang mengajak siswa untuk ikut berperan aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri. Melibatkan siswa secara aktif, baik hands-on maupun mindson, dalam menggali pengetahuannya saat proses pembelajaran berlangsung dapat memperoleh pengalaman belajar secara langsung dan bermakna bagi siswa itu sendiri (first hand experience). Artinya siswa diberikan kesempatan untuk ikut serta dalam mempraktikan pengetahuan yang dipelajarinya dan bukan hanya menerima ataupun dipahami saja, melainkan lebih kepada menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun yang paling penting dalam proses pembelajaran ialah terjadinya perubahan pada tingkah laku siswa, perkembangan pola pikir atau pengetahuan, serta keterampilanketerampilan yang terdapat dalam diri siswa turut berkembang pula. Menurut Susanto (2013:167), “Sains atau IPA adalah usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan”. Pembelajaran bermuatan materi IPA memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa ingin tahu secara alamiah melalui percobaanpercobaan sederhana sehingga dapat membentuk kepribadian siswa dalam mengembangkan kompetensi pengetahuannya. Pada kegiatan percobaan siswa dilatih baik dari segi intelektual dan juga kemampuan dalam menggunakan alat-alat saat proses percobaan berlangsung upaya menerapkan apa yang telah dipelajarinya. Pembelajaran bermuatan materi IPA menekankan pada pemahaman mengenai fenomena atau gejala alam yang terjadi disekitar
lingkungan tempat tinggal siswa relevan apabila dibelajarkan dengan menggunakan model Problem Based Learning karena, esensi dari model pembelajaran ini menyajikan suatu masalah yang sesuai dengan kenyataan yang dapat diselidiki secara terbuka oleh siswa sehingga menemukan solusi penyelesaiannya melalui tahap penyelidikan baik secara individu maupun berkelompok guna melatih cara berpikir siswa untuk melatih kemandirian siswa dalam belajar. “PBL di kembangkan Jhons Hopkins University yang bertujuan untuk membantu peserta didik mempelajari konsep pengetahuan dan kemampuan memecahkan masalah dengan menghubungkan situasi masalah yang ada dalam dunia nyata” (wisudawati dan sulistyowati, 2014:89). Keberhasilan dalam proses pembelajaran tidak hanya terletak pada penggunaan model pembelajaran saja, tetapi dapat dipadukan antara perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi belajar. Sesuai dengan perubahan kurikulum 2013 disertai dengan adanya perubahan dalam penilaian kompetensi siswa dalam konteks ini model Problem Based Learning memerlukan teknik penilain yang dapat membantu dan mempermudah kegiatan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang berlangsung guna menilai kompetensi pengetahuan IPA siswa, dengan menggunakan penilaian autentik dimana kompetensi yang dimaksud merupakan kemampuan melakukan unjuk kerja dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara berdampingan. Pada umumnya penilaian autentik dilakukan dengan memberikan tugas tertentu dengan menggunakan rubrik penilaian kinerja karena, dalam penilaian ini secara langsung mengukur performance (kinerja) siswa 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
terhadap pemahaman yang didapat kemudian menerapkannya dalam kegiatan percobaan atau mendemonstrasikan hasil temuannya. “Performance asesment atau disebut pula dengan asesmen kinerja yaitu asesmen yang menghendaki siswa untuk mendemonstrasikan kemampuan baik pengertian maupun keterampilan dalam bentuk kinerja yang nyata yang ditunjukan dalam bentuk satu tugas atau seperangkat tugas” (Samatowa, 2011:159). Berdasarkan pemaparan latar belakang tersebut, pemilihan model maupun penilaian suatu proses pembelajaran sangatlah penting dilakukan dalam merencanakan proses pembelajaran agar menarik, efektif, dan menyenangkan khususnya pada pembelajaran yang bermuatan materi IPA. Untuk mengkaji lebih dalam lagi maka dilakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Model Problem Based Learning Berbasis Penilaian Kinerja Terhadap Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas IV SD Gugus Kapten Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2016/2017.
kemampuan dalam mengamati subjek penelitian sangat terbatas, tidak memiliki keleluasaan untuk memanipulasi subjek penelitian, dan tidak memungkinkan untuk memilih dan memilah subjek atau dapat dikatakan bahwa tidak bermaksud dan tidak memiliki kemampuan untuk mengubah kelas dan kondisi yang sudah ada. Desain yang digunakan pada rancangan penelitian ini melibatkan dua kelompok yakni, kelompok pertama sebagai kelompok eksperimen yang diberi perlakuan khusus menggunakan model Problem Based Learning berbasis penilaian kinerja dan kelompok kedua sebagai kelompok kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Pada desain ini kedua kelompok yang diteliti sama-sama diberikan pascates. Jadi dapat dikatakan rancangan penelitian ini hanya memperhitungkan skor pascates yang diberikan pada tahap akhir penelitian. Populasi merupakan kelompok yang digunakan sebagai subjek penelitian. “Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2012:80). Menurut Setyosari (2015:221), “Populasi merupakan keseluruhan dari objek, orang, peristiwa, atau sejenisnya yang menjadi perhatian dan kajian dalam penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Gugus Kapten Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari 7 SD Negeri dengan jumlah kelas sebanyak 16 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 652 siswa. Pada penelitian ini sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik individu yang dimiliki serta menjadi
METODE Tempat penelitian ini dilaksanakan di Gugus Kapten Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari 2 sekolah yang diteliti yaitu SD Negeri 12 Padangsambian sebagai kelompok eksperimen beralamat di Jl Keboiwa Gang Kepundung, dan SD Negeri 9 Padang sambian beralamat di Jl. Gunung Sangiang Gang Sriwija sebagai kelompok kontrol yang dilaksanakan pada bulan Maret - April 2017. Pada rancangan ini penelitian yang digunakan merupakan jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dimana data bersifat kuantitatif. Hal ini dikarenakan
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
cerminan yang representatif dari populasi. Menurut Koyan (2012:30), “Sampel penelitian adalah bagian dari populasi”. Cara yang digunakan untuk memperoleh sampel penelitian adalah dengan menggunakan teknik sampling jenis probability sampling. Probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Cara demikian sering disebut dengan Random Sampling atau cara pengambilan sampel secara acak, karena yang diacak adalah kelas dan bukan individu di dalam kelas. Dari pengundian pada tahap pertama ini diperoleh 2 SD yaitu SD Negeri 12 dan SD Negeri 9 Padangsambian yang beranggotakan 5 kelompok kelas yaitu kelas IVA SD Negeri 12 Padangsambian, kelas IVB SD Negeri 12 Padangsambian, kelas IVA SD Negeri 9 Padangsambian, kelas IVB SD Negeri 9 Padangsambian, dan kelas IVC SD Negeri 9 Padangsambian setelah 2 SD terpilih sebagai sampel melalui cara pengundian yaitu SD Negeri 12 Padangsambian dengan jumlah kelas pararel sebanyak 3 kelas dan SD Negeri 9 Padangsambian sebanyak 2 kelas pararel, kemudian dilakukan uji kesetaraan terhadap 5 kelas tersebut untuk mengetahui tingkat kesetaraan tiap-tiap kelompok yang ada dengan menggunakan nilai akhir semester karena keterbatasan waktu dan menyesuaikan dengan keadaan dilapangan maka prates ditiadakan. Hasil rata-rata dari kompetensi pengetahuan IPA siswa yang diujikan tersebut dilakukan uji analisis dengan uji beda (uji-t), apabila varians homogen dengan n1 ≠ n2 untuk sampel yang tidak berkorelasi. Sebelum menggunakan uji-t melalui tahapan uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas
varians. Berdasarkan hasil uji kesetaraan tersebut diperoleh 9 kelompok kelas yang setara, kelompok kelas tersebut di Random kembali untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kemudian dari hasil pengundian kembali kelas IVB SD Negeri 12 Padangsambian sebagai kelompok eksperimen sedangkan kelas IVC SD Negeri 9 Padangsambian sebagai kelompok kontrol. HASIL DAN PEMBAHASAN Data kompetensi pengetahuan IPA diperoleh dari hasil pascates yang diberikan pada akhir penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes. Tes yang akan digunakan untuk mengukur kompetensi pengetahuan IPA berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda, dilakukan pengujian instrumen yaitu uji validitas, reliabilitas, daya beda dan indeks kesukaran. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-equivalent control group desain. Deskripsi data kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dipaparkan meliputi nilai mean (ratarata). Nilai rerata kompetensi pengetahuan IPA siswa yang menggunakan model problem based learning berbasis penilaian kinerja yaitu, X = 83,3, sedangkan nilai rerata kompetensi pengetahuan IPA siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional yaitu, X = 74,53. Uji prasyarat dilakukan terlebih dahulu sebelum uji hipotesis menggunakan uji-t. Uji prasyarat tersebut meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varians. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran frekuensi skor, untuk menguji data kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen dan kontrol adalah dengan rumus Chi-Kuadrat. Kriteria
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
pengujian pada uji normalitas adalah jika nilai x2hitung ≤ nilai x2tabel maka sebaran data kedua kelompok berdistribusi normal. Berdasarkan hasil analisis diperoleh 𝑋 2 hitung = 7,60 untuk siswa pada kelompok eksperimen. Nilai tersebut kemudian dikonsultasikan dengan nilai 𝑋 2 tabel dengan dk = 5 pada taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh 𝑋 2 tabel = 11,07. Setelah pengujian dilakukan diperoleh 𝑋 2 hitung = 7,60 < 𝑋 2 tabel = 11,07. Hal tersebut menyatakan bahwa data kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sedangkan pada siswa kelompok kontrol diperoleh 𝑋 2 hitung = 3,88. Kemudian nilai tersebut dikonsultasikan dengan 𝑋 2 tabel = 11,07 dengan dk = 5 pada taraf signifikansi 5% diperoleh 𝑋 2 hitung = 3,88 < 𝑋 2 tabel = 11,07. Hal tersebut menyatakan bahwa data kompetensi pengetahuan IPA siswa berdistribusi normal. Uji homogenitas varians dilakukan terhadap data siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan analisis uji Fisher dengan kriteria pengujian kedua kelompok memiliki varians data yang homogen dengan kriteria nilai Fhitung ≤ nilai Ftabel. Perolehan data hasil pengujian homogenitas data kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen memperoleh Fhitung = 1,39. Nilai tersebut kemudian
dikonsultasikan dengan Ftabel = 1,69 yang mempunyai derajat kebebasan 39,42 pada taraf signifikansi 5% karena, Fhitung = 1,39 < Ftabel = 1,69 maka, dapat disimpulkan bahwa data kompetensi pengetahuan IPA pada kedua kelompok tersebut mempunyai varians yang homogen dengan demikian, uji hipotesis menggunakan uji-t dapat dilakukan. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model problem based learning berbasis penilaian kinerja dan kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus Kapten Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Barat tahun pelajaran 2016/2017. Hasil uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan homogenitas varians yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh kedua kelompok sampel berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji-t dengan rumus polled varians. Berdasarkan hasil perhitungan uji-t, diperoleh thitung = 8,85 pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (dk = 81) diperoleh ttabel = 2,000. Dengan demikian, thitung 8,85 > ttabel 2,000 sehingga Ho ditolak dan H1 diterima.
Tabel 1. Hasil Analisis Data Kompetensi Pengetahuan IPA Sampel Kelompok eksperimen Kelompok kontrol
n 40
dk
𝑋̅ 83,3
𝑠2 17,23
74,53
24,13
81 43
6
thitung
ttabel
8,85
2,000
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Berdasarkan uji hipotesis diperoleh thitnung = 8,85 pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan dk = 81 diperoleh ttabel = 2,000 sehingga thitung = 8,85 > ttabel = 2,000 dengan demikian, hipotesis nol (H0) ditolak dan H1 diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan model problem based learning berbasis penilaian kinerja dan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional. Perolehan hasil perhitungan analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa yang menggunakan model problem based learning berbasis penilaian kinerja, X = 83,3 dan siswa dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional, X = 74,53. Dengan demikian, terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan model problem based learning berbasis penilaian kinerja dan pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus Kapten Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Barat tahun pelajaran 2016/2017. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dinyatakan kedua kelompok penelitian yang memiliki kemampuan setara, setelah diberikan perlakuan berupa model problem based learning berbasis penilaian kinerja dengan pembelajaran konvensional diperoleh hasil belajar yang berbeda. Perbedaan hasil belajar dengan perolehan nilai rata-rata yang lebih tinggi pada kelompok eksperimen dibandingkan kelompok kontrol disebabkan oleh adanya perlakuan berupa model problem based learning berbasis penilaian kinerja pada kelompok eksperimen.
Esensi dari penggunaan model tersebut dalam melaksanakan proses pembelajaran bertujuan melatih siswa untuk dapat berpikir kritis dalam menghadapi permasalahan yang diberikan baik kelompok maupun individu guna melatih kemandirian siswa dalam menggali pengetahuannya. Aktivitas belajar dengan adanya penggunaan model ini dapat mempermudah siswa dalam memahami materi melalui berbagai kegiatan praktik maupun percobaan sehingga siswa tidak cepat merasa bosan dalam mengikuti proses pembelajaran. Selain itu, adanya kegiatan penyelidikan atau penemuan dalam proses pembelajarannya melatih siswa untuk lebih bertanggung jawab, peduli dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi untuk menemukan secara langsung pemecahan masalah yang dipelajari baik secara individu maupun berkelompok. Namun keberhasilan dalam proses pembelajaran tidak hanya terletak pada penggunaan model pembelajaran saja, tetapi dapat dipadukan antara perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi belajar. Sesuai dengan perubahan kurikulum 2013 disertai dengan adanya perubahan dalam penilaian kompetensi siswa, dengan menggunakan penilaian autentik dimana kompetensi yang dimaksud merupakan kemampuan melakukan unjuk kerja dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara berdampingan. Dengan menggunakan penilaian autentik dimana kompetensi yang dimaksud merupakan kemampuan melakukan unjuk kerja dengan pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara berdampingan. Pada umumnya penilaian autentik dilakukan dengan memberikan tugas tertentu dengan menggunakan rubrik penilaian kinerja karena, dalam penilaian ini secara langsung mengukur performance (kinerja) siswa 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
terhadap pemahaman yang didapat kemudian menerapkannya dalam kegiatan percobaan atau mendemonstrasikan hasil temuannya. Pada kelompok kontrol, kegiatan pembelajaran konvensional yang menggunakan kurikulum 2013. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013 adalah dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran mengacu pada pendekatan ilmiah yang diharapkan mampu mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa. Dalam penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa persamaan dengan hasil penelitian lainnya, dimana model yang digunakan sama-sama menggunakan Model Problem Based Learning dan menggunakan penilaian kinerja sebagai bantuan dalam menilai kemampuan siswa. Model Problem Based Learning berbasis penilaian kinerja merupakan pembelajaran yang dilibatkan siswa secara langsung untuk memecahkan masalah yang diberikan baik secara berkelompok maupun individu dengan tujuan untuk melatih cara berpikir siswa agar lebih kritis dalam menghadapi suatu permasalahan yang diberikan kemudian penilaian kinerja yang digunakan untuk mengukur dan menilai pemahaman siswa terkait materi yang diajarkan dari segi proses dan hasil belajar akan sangat membantu untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa baik secara individu maupun berkelompok. Perbedaan diantara penelitian ini dengan hasil penelitian lainnya terletak pada gugus yang diteliti serta pengamatan yang hendak diteliti. Seperti Paramartha (2016), yang menyatakan bahwa model Problem Based Learning Berbantuan Media Audio-Visual berpengaruh Terhadap Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa
Kelas IV SD Gugus Pangeran Diponegoro Denpasar Barat dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model Problem Based Learning berbantuan media audio-visual 𝑋̅ = 81,12 > 68,63 rerata penguasaan IPA siswa kelas IV yang dibelajarkan secara konvensional. Penelitian lainnya Sudawan (2014), yang menyatakan bahwa model Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation (GI) Berbasis Penilaian Kinerja berpengaruh Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif pada siswa kelas V SD Gugus Sri Kandi Denpasar Timur Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan hasil yang menunjukkan rerata kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol yaitu 75.04 > 68,33. SIMPULAN dan SARAN Berdasarkan hasil perhitungan, kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eksperimen bila dikonversikan pada Penilaian Acuan Patokan skala lima berada pada kategori baik (B) dengan perolehan rerata persen, 𝑋̅ = 83,3 persen pada rentangan 80-89, sementara kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok kontrol bila dikonversikan pada Penilaian Acuan Patokan skala lima berada pada kategori cukup (C) dengan perolehan rerata persen, 𝑋̅ = 74,53 persen pada rentangan 65-79. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji-t diperoleh thitung = 8,85 > ttabel = 2,000 pada taraf signifikansi 5% dan dk=81 dengan rerata pada kelompok eksperimen, 𝑋̅ =83,3 > perolehan rerata 𝑋̅ = 74,53 pada kelompok kontrol. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA siswa yang dibelajarkan menggunakan model Problem Based Learning berbasis penilaian kinerja dan siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
konvensional sehingga, disimpulkan bahwa model problem based learning berbasis penilaian kinerja berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus Kapten Kompyang Sujana Kecamatan Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2016/2017.
Problem Based Learning Berbantuan Media Audio-Visual Terhadap Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas IV SD Gugus Pangeran Dipenogoro Denpasar Barat”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. UNDIKSHA. Sudawan, I Komang Hary. 2014. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Berbasis Penilaian Kinerja Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Belajar PKN Siswa Kelas V SD Gugus Sri Kandi Denpasar”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. UNDIKSHA.
Saran Berdasarkan simpulan yang diperoleh, maka saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut. Guru Disarankan kepada guruguru memilih model Problem Based Learning berbasis penilaian kinerja sebagai salah satu alternatif dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga dapat menambah gairah siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung: Kencana.
Kepala Sekolah Disarankan untuk lebih memaksimalkan sarana dan prasarana dalam menunjang proses pembelajaran dan memanfaatkan sarana tersebut untuk mengoptimalkan kompetensi siswa sehingga mutu sekolah semakin berkualitas.
Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks. Setyosari, Punaji. 2015. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Prenadamedia Group.
Peneliti Lain Disarankan kepada peneliti lain hendaknya hasil dalam penelitian ini dapat dijadikan sebagai kajian yang relevan khususnya sebagai penunjang penelitian dengan kajian yang lebih luas lagi dan memperdalam teori mengenai model Problem Based Learning berbasis penilaian kinerja.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana. Wisudawati, Asih Widi dan Eka Sulistyowati. 2014. Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi Aksara.
DAFTAR RUJUKAN Koyan, I Wayan. 2011. Asesmen Dalam Pendidikan. Singaraja: Undiksha. Paramartha, I Made Dwi. 2016. “Pengaruh Model Pembelajaran 9