e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TTW BERBANTUAN MEDIA LINGKUNGAN TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA SISWA KELAS IV Sang Made Sugiarta1, DB.Kt.Ngurah Semara Putra2, I Nengah Suadnyana3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) berbantuan media lingkungan dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2016/2017. Desain penelitian ini adalah Penelitian Eksperimen semu dengan rancangan nonequivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Barat yang berjumlah 546 orang. Sampel diambil dengan teknik random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVC SDN 5 Padangsambian dengan jumlah 38 siswa sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas IV SDN 17 Padangsambian dengan jumlah 38 siswa sebagai kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode tes dalam bentuk tes objektif pilihan ganda biasa. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji-t. Hasil analisis data diperoleh thitnung = 5,628 sedangkan pada taraf signifikansi 5% dan dk = 74 diperoleh nilai t tabel = 2,000 sehingga thitung = 5,628 > ttabel = 2,000. Berdasarkan kriterian pengujian, maka ho ditolak dan Ha diterima. Adapun nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPA pada kelompok yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Think Talk Write berbantuan media lingkungan adalah 86,86, sedangkan pada kelompok yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional adalah 77,63. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran Think Talk Write berbantuan media lingkungan terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Barat Tahun pelajaran 2016/2017. Kata kunci :
Think Talk Write, lingkungan, kompetensi pengetahuan IPA
Abstract This research aims to determine the significant differences in the mastery of science knowledge competence of groups of students who are taught by the learning model of Think Talk Write (TTW) assisted by environmental media with groups of students who are taught by conventional learning model in fourth grade students SD Gugus I Gusti Ngurah Rai West Denpasar Sub-district Lesson Year 2016 / 2017. The design of this research is a quasi-experimental research with nonequivalent control group design. The population of this research is all fourth graders of SD Gugus I Gusti Ngurah Rai District of West Denpasar, amounting to 546 people. Samples were taken by random sampling technique. The sample in this research is the students of grade IVC SDN 5
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Padangsambian with the number of 38 students as experimental group and fourth grade students SDN 17 Padangsambian with 38 students as control group. The data were collected using the test method in the form of a standard multiple-choice objective test. The data obtained were analyzed using the t-test. The result of data analysis obtained thitnung = 5,628 while at 5% significance level and dk = 74 obtained ttable value = 2,000 so thitung = 5,628> ttable = 2,000. Based on the test criteria, ho is rejected and Ha accepted. The average score of science knowledge competence in the group that was studied with Think Talk Write model of environmental media aid was 86.86, while in the group taught by conventional learning was 77.63. Based on these results can be concluded that there is influence of learning model Think Talk Write assisted environmental media on the mastery of science knowledge competence of fourth grade students SD Gugus I Gusti Ngurah Rai District West Denpasar Lesson 2016/2017. Keywords: Think Talk Write, environment, science knowledge competence
PENDAHULUAN Di era globalisasi ini pendidikan merupakan hal yang utama dan menjadi suatu kebutuhan bagi manusia. Tanpa pendidikan, manusia tidak akan mengetahui berbagai macam ilmu pengetahuan yang ada di sekitarnya. Pendidikan sangatlah penting, sebab dengan adanya pendidikan, kemampuan berpikir manusia akan semakin meningkat dan dengan adanya pendidikan manusia akan lebih mudah untuk mendapatkan pekerjaan yang nantinya dipergunakan dalam melanjutkan kehidupannya. Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam meningkatkan sumber daya manusia terus diperbaiki dan direnovasi dari segala aspek. Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap tempat yang memiliki sejumlah populasi manusia pasti membutuhkan pendidikan (Uno 2014:135). Untuk mencapai pembinaan ini asas pendidikan harus berorientasi pada pengembangan seluruh aspek potensi anak didik, di antaranya aspek kognitif, afektif, dan berimplikasi pada aspek psikomotorik . Oleh karena itu , peningkatan kualitas pendidikan adalah tindakan yang secara terus menerus harus dilakukan demi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang yang amat penting bagi siswa, karena pada jenjang ini siswa memperoleh kemampuan dasar untuk mengembangkan potensinya saat ini dan pada jenjang pendidikan yang akan ditempuh selanjutnya. Keberhasilan dan
kegagalan siswa selama mengikuti pembelajaran di SD akan sangat menentukan masa depannya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi. Sehingga perlunya upaya-upaya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di SD. Peningkatan kualitas pembelajaran banyak ditentukan oleh perancangan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Sehingga guru diharapkan mampu untuk menciptakan suatu proses pembelajaran yang aktif, interaktif dan menyenangkan. guru juga dapat menggunakan model atau metode pembelajaran yang bervariasi, sehingga dapat menumbuhkan minat dan motivasi siswa untuk mau belajar. Keterampilan guru dalam memilih serta menerapkan media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang dibelajarkan kepada siswa juga merupakan salah satu faktor yang berperan penting proses pembelajaran. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di SD. Mata pelajaran ini sangat penting diberikan bagi siswa SD, karena melalui mata pelajaran ini siswa diajarkan untuk mengenal Alam. IPA adalah suatu cara atau metode untuk mengamati alam. Mengamati dunia ini bersifat analisis, lengkap, cermat, serta menghubungkannya antara suatu fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang objek yang diamatinya (Samatowa 2016:3). Menurut Susanto (2015: 167) IPA adalah 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan denggan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan. Kompetensi adalah karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang berhubungan dengan kinerja efektif dalam suatu pekerjaan atau situasi. Kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan mengindikasikan cara-cara berperilaku atau berpikir, dalam segala situasi dan berlangsung terus dalam periode waktu yang lama. Uno (2014:78) mengungkapkan “kompetensi adalah merujuk pada kinerja seseorang dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari pikiran, sikap, dan perilakunya”. Kompetensi adalah sesuatu yang kompleks yang di dalamnya mengandung banyak aspek (ranah). Di dalam kurikulum 2013, aspek tersebut dinyatakan di dalam rumusan kompetensi inti yang dinotasikan sebagai berikut. 1) Kompetensi Inti-1 (KI1) untuk kompetensi sikap spiritual. 2) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi sikap sosial. 3) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk penguasaan kompetensi pengetahuan. 4) Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi keterampilan. Kurikulum 2013 dirancang untuk memberikan pengalaman belajar seluasluasnya bagi peserta didik dalam mengembangkan pengetahuannya. Kompetensi pengetahuan menjadi salah satu ranah psikologis hasil belajar yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pemecahan masalah, kesenjangan dan keyakinan. Untuk mengembangkan pengetahuan siswa dalam pembelajaran IPA, tentu di perlukan suatu pembelajaran IPA yang berkualitas. Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan paradigma baru pendidikan, pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan memaksimalkan interaksi antara komponen pembelajaran. Sebagai seorang guru harus mampu menyesuaikan diri terhadap warna dan
sikap dasar siswa sehingga mampu membawa siswa ke dunia yang dikehendaki berdasarkan tujuan pembelajaran. Dengan begitu, ikatan emosi, empati, dan saling ketergantungan antara siswa dan guru terjadi dan memunculkan dimensi keberhasilan belajar. Berdasarkan hasil wawancara pada guru kelas IV di Gugus I Gusti Ngurah Rai, Kecamatan Denpasar Barat khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), dapat diketahui bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran IPA. Hal ini tentunya menciptakan kondisi pembelajaran yang kurang menarik dan menyenangkan, serta kurang menantang kemampuan berfikir siswa dan siswa cenderung merasa bosan sehingga akan membawa pengaruh terhadap pencapaian hasil belajarnya. Sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang dihadapi oleh guru di lapangan, peneliti menerapkan stategi pembelajaran untuk mengoptimalkan proses pembelajaran terhadap Penguasaan Kompetensi pengetahuan IPA siswa. Strategi tersebut adalah Model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dengan berbantuan media lingkungan. Model pembelajaran tipe TTW pada dasarnya adalah stategi yang dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan (menyimak, mengkritisi, dan alternatif solusi), hasil bacaannya dikomunikasikan dengan presentasi Ngalimun (2014:170). Menurut Huda (2013 : 218) Model pembelajaran TTW adalah strategi yang memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut dengan lancar. Menurut Ambari (2013) strategi pembelajaran TTW yang diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin dengan alasan bahwa strategi pembelajaran TTW ini membangun secara tepat untuk berpikir dan mengorganisasikan ide-ide serta mengetes ide tersebut sebelum siswa diminta untuk menulis. Menurut Nasution (2015) TTW adalah salah satu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas bertanya dan komunikasi diantara siswa. 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Adapun kelebihan dari model TTW (Sumirat 2013) diantaranya sebagai berikut. a) Melatih siswa belajar mandiri. b) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa mengembangkan kemampuan yang siswa miliki secara mandiri. c) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain. d) Setiap siswa saling mengisi satu sama lain. Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna dan pengaruh tertentu kepada individu. Belajar pada hakikatnya adalah suatu interaksi antara individu dan lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan sebaliknya individu memberikan respons terhadap lingkungan. Dalam proses interaksi itu dapat terjadi perubahan pada diri individu berupa perubahan tingkah laku. Dapat juga terjadi, individu menyebabkan terjadinya perubahan pada lingkungan, baik yang positif atau bersifat negatif. Hal ini menunjukkan, bahwa fungsi lingkungan merupakan faktor yang penting dalam proses belajar mengajar. Media dalam pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian siswa pada kegiatan belajar mengajar dan lebih merangsang kegiatan belajar siswa. media pembelajaran merupakan bagian dari sumber pembelajaran yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk lebih mempertinggi efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan belajar siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Manfaat media lingkungan sebagai sumber belajar adalah sebagai berikut. (1) tidak menuntut siswa untuk menghafal fakta-fakta, (2) siswa secara langsung dapat ikut serta dalam proses pembelajaran, (3) memperjelas proses pembelajaran, (4) materi pelajaran akan mudah diingat siswa.
METODE Jenis penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksperimen semu (quasi eksperiment) dengan rancangan nonequivalent control group design. Sugiyono (2013:61) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakter tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut Setyosari (2015:221) “populasi merupakan keseluruhan dari objek, orang, peristiwa, atau sejenisnya yang menjadi perhatian dan kajian dalam penelitian”. Jadi dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek/subjek yang dijadikan kajian dalam suatu penelitian. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV di Gugus I Gusti Ngurah Rai , Kecamatan Denpasar Barat yang berjumlah 546 siswa. Dari populasi yang telah ditentukan maka selanjutnya diambil perwakilan dari populasi tersebut yang dianggap mewakili seluruh populasi. Perwakilan dari populasi yang mewakili seluruh populasi disebut sampel. Menurut Sugiyono (2015:118) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Darmadi (2014:57) “Sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek/subjek penelitian”. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan bagian dari jumlah yang dimiliki oleh populasi. Dalam penelitian ini sampel yang dipilih adalah dua kelas , yaitu satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. kedua kelas tersebut nantinya akan diberikan perlakukan yang berbeda. Satu kelas akan diberikan perlakuan dengan model TTW dan satu kelas lagi diberikan perlakuan menggunakan pembelajaran Konvensional. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Random Sampling . Untuk menentukan sampel, cara yang digunakan adalah dengan cara pengundian. Cara pengundian dilakukan dengan menulis semua nama kelas IV di seluruh SD populasi pada masing-masing kertas yang jumlahnya 13 kelas, kemudian 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
kertas digulung. Masukkan gulungan kertas ke dalam kotak dan dikocok, ambil dua gulungan kertas, Nama kelas dari masing-masing SD pada gulungan kertas tersebut merupakan sampel penelitian. setelah mendapatkan hasil undian , pretest diberikan untuk penyetaraan kelas, nilai atau skor dari hasil pretest dianalisis menggunakan uji t. Dan peneliti melakukan pengundian lagi dari kedua sampel untuk memilih Kelas yang digunakan sebagai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVC SDN 5 Padangsambian dengan jumlah 38 siswa sebagai kelompok eksperimen yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Think Talk Write berbantuan media lingkungan dan siswa kelas IV SDN 17 Padangsambian dengan jumlah 38 siswa sebagai kelompok kontrol yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data kompetensi pengetahuan IPA siswa adalah dengan menggunakan tes. Menurut Uno, koni (2012:3) Tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu. Tes yang akan digunakan untuk mengukur penguasaan kompetensi pengetahuan berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa dilakukan pengujian instrumen yaitu uji validitas, reliabilitas, daya beda dan indeks kesukaran. Tes pilihan ganda biasa ini meliputi 4 pilihan jawaban (a, b, c atau d) dengan jumlah pertanyaan yaitu 50 butir soal. Setiap item diberikan skor 1 bila siswa menjawab dengan benar (jawaban disesuaikan dengan kunci jawaban) dan skor 0 bila siswa menjawab salah. Skor setiap jawaban dijumlahkan dan jumlah tersebut menjadi skor variabel penguasaan kompetensi pengetahuan IPA yang bergerak dari kisaran 0 – 100. 0 merupakan skor minimal dan 100
merupakan skor maksimal tes penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Sebanyak 50 butir soal yang diberikan kepada siswa kelas IV memiliki tujuan validasi butir tes. Hasil validasi akan diberikan kepada siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dapat mengukur dan mampu menyingkap apa yang hendak diukur (Agung, 2011:53). Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu validitas isi dan validitas butir, Validitas isi adalah validitas dari segi isinya atau apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan isi atau materi pelajaran yang diberikan (Agung, 2011:53). Validitas isi berkenaan dengan kesanggupan instrumen mengukur isi yang harus diukur. Artinya instrumen tersebut mampu menungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak diukur (Agung, 2014:193) . Untuk mengukur validitas butir tes penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dalam bentuk objektif pilihan ganda digunakan rumus koofesien korelasi point biserial (rpbi). Selain uji validitas, syarat lainnya adalah uji reliabilitas. Menurut (Agung,2011:57) Suatu tes dikatakan memiliki reliabilitas tinggi, jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tepat (ajeg). Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan reabilitas internal. Reabilitas internal diuji dengan cara mengolah hasil tes yang berbeda maupun tes yang sama. Reabilitas tes internal ini diperoleh melalui satu kali tes kemudian dianalisis datanya dengan rumus Kuder Richadson (KR-20). Dalam pemberian interpretasi terhadap koefesien reliabilitas tes r11 pada umumnya digunakan patokan sebagai berikut : (1) Apabila r11 sama dengan atau lebih besar daripada 0,70 berarti tes Penguasaan kompetensi pengetahuan yang sedang diuji realibilitasnya dinyatakan telah reliabel, (2) Apabila r11 lebih kecil daripada 0,70 berarti tes Penguasaan kompetensi pengetahuan yang sedang diuji realibilitasnya dinyatakan unreliabel.
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah uji prasyarat analisis. Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis menggunakan uji normalitas, dan uji homogenitas varians untuk mengetahui apakah kedua data yang diperoleh tersebut normal dan homogen. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran frekuensi skor pada setiap variabel berdistribusi normal atau tidak. Chi Kuadrat satu sampel adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebih kelas dimana data berbenuk nominal dan sampelnya besar. Pengujian normalitas menggunakan uji Chi Kuadrat pada taraf signfikansi 5% dan derajat kebebasan (dk) = (k-1) = 6 – 1 = 5. Kriteria pengujian adalah jika ≤ maka data berdistribusi normal. Uji homogenitas varians dilakukan untuk mencari tingkat homogen (kesamaan) antara dua pihak yang diambil dari kelompok-kelompok terpisah satu populasi yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji homogenitas varians untuk kedua kelompok digunakan uji F. Dengan kriteria pengujian ≥ maka sampel homogen. Pengujian ini dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (dk) untuk dan derajat kebebasan (dk) untuk . Analisis daya pembeda mengkaji butir-butir soal yang bertujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong mampu dengan siswa yang tergolong lemah prestasinya. Menurut (Agung,2011:64) Daya beda butir tes ialah kemampuan butir tes tersebut membedakan antara testee kelompok atas dengan kelompok bawah. Daya pembeda dari suatu item dinyatakan dalam bilangan desimal dan berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Apabila suatu soal dapat dijawab dengan benar oleh kelompok pintar dan kelompok kurang pintar, maka soal itu dikatakan tidak baik, sebab tidak dapat
membedakan kelompok pintar dari kelompok kurang pintar, seandainya suatu soal hanya dijawab oleh kelompok kurang pintar, sedangkan kelompok pintar tidak dapat menjawab sama sekali, atau tidak dapat dijawab oleh kelompok pintar maupun kelompok kurang pintar; maka soal tersebut dikatakan tidak baik, karena tidak mempunyai daya pembeda atau mempunyai daya pembeda negatif. Soal dikatakan baik, apabila soal itu hanya dijawab oleh kelompok pintar saja (Muri Yusuf, 2015:256). Tingkat kesukaran butir tes merupakan bilangan yang menunjukan proposi peserta ujian (testee) yang dapat menjawab betul butir soal tersebut. Sedangkan tingkat kesukaran perangkat tes adalah bilangan yang menunjukkan rata-rata proporsi testee yang dapat menjawab seluruh tes tersebut (Agung,2011:63). Soal dengan indeks
kesukaran 0,00 berarti butir soal tersebut terlalu sukar, sebaliknya indeks kesukaran soal mendekati 1,00 berarti soal tersebut terlalu mudah Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini yaitu menggunakan uji-t dengan rumus polled varians dan db = n1 + n2 – 2. Kriteria pengujian ini dengan taraf signifikansi 5% yang mengkomparasikan dengan . Apabila > maka terdapat perbedaan yang signifikan antara kedua variabel atau sampel (H0 ditolak) (Sugiyono, 2013:138). Adapun rumus t-test yang digunakan adalah sebagai berikut.
=
HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun hasil analisis data baik kelompok eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Deskripsi Kompetensi Pengetahuan IPA Kelompok Eksperimen dan Kontrol. 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Statistik Deskriptif N Mean (M) Median (Me) Modus (Mo) Nilai Terendah Nilai Tertinggi Standar Deviasi Varians
Kelompok eksperimen 38 86,86 88,66 91,83 70 97 7,96 63,49
Data yang diperoleh dari penelitian ini kemudian dianalisis menggunakan statistik melalui tahapan meliputi uji normalitas, uji homogentitas, dan uji hipotesis Maka harus dilakukan beberapa uji prasyarat terhadap sebaran data yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varians. Hasil uji normalitas kelompok eksperimen, diperoleh Chi Kuadrat hitung (x2hitung = 6,93) kemudian nilai tersebut dibandingkan dengan Chi Kuadrat tabel (x2tabel= 11,07). Hal ini menunjukkan bahwa x2hitung < x2tabel berarti data hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen berdistribusi normal.. Hasil uji normalitas kelompok kontrol, diperoleh Chi Kuadrat hitung (x2hitung = 7,57) kemudian nilai tersebut dibandingkan dengan Chi Kuadrat tabel (x2tabel= 11,07). Hal ini menunjukkan bahwa x2hitung < x2tabel berarti data hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol berdistribusi normal. Homogenitas varians data penguasaan
Kelompok Kontrol 38 77,63 77,65 85,91 70 87 6,22 38,81
kompetensi pengetahuan IPA dianalisis dengan uji F Dari hasil analisis, diperoleh Fhitung = 1,63 dan Ftabel = 1,78. Hal ini berarti Fhitung < Ftabel , sehingga data kedua kelompok memiliki varians yang homogen. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPA antara siswa kelas IV di Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2016/2017 yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Talk Write berbantuan media lingkungan dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada tema daerah tempat tinggalku. Kriterian pengujian adalah Ho ditolak jika thitung > ttabel dimana ttabel diperoleh dari tabel distribusi t pada taraf signifikan 5% dengan dk (n1 + n2)-2. Rangkuman hasil analisis uji-t ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji-t Kelompok Eksperimen Kontrol
N 38 38
Dk 74
Berdasarkan kriteria pengujian karena thitung > ttabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SD Gugus I Gusti Ngurah Rai yang mengikuti pembelajaran menggunakan model Think Talk Write berbantuan media lingkung
thitung 5,628
ttabel 2,000
dengan siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan pembelajaran konvensional. PEMBAHASAN Berdasarkan uji hipotesis diperoleh thitnung = 5,628 sedangkan pada taraf signifikansi 5% dan dk = 74 diperoleh nilai 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
ttabel = 2,000 sehingga thitnung = 5,628 > ttabel = 2,000 . Dengan demikian, hipotesis nol (Ho) ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA antara siswa kelas IV di SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2016/2017 yang mengikuti pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Think Talk Write berbantuan media lingkungan dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada tema daerah tempat tinggalku. Perolehan hasil perhitungan analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai rerata siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Talk Write berbantuan media lingkungan ( X = 86,86 ) dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional ( X = 77,63 ) memiliki perbedaan sebesar 9,23. Dengan demikian, terdapat pengaruh penguasaan kompetensi pengetahuan IPA antara siswa kelas IV di SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Tahun Pelajaran 2016/2017 yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Think Talk Write berbantuan media lingkungan dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada tema daerah tempat tinggalku. Berdasarkan hasil temuan tersebut, dapat dinyatakan kedua kelompok sampel penelitian yang memiliki kemampuan setara, setelah diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Think Talk Write berbantuan media lingkungan dan mengikuti pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik diperoleh hasil penguasaan kompetensi pengetahuan yang berbeda. Hal ini dapat dilihat juga dari siswa yang mengikuti X pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Talk Write berbantuan media lingkungan lebih tinggi dibandingkan dengan X siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional, dalam hal ini adalah pembelajaran yang hanya menggunakan pendekatan saintifik. Perbedaan hasil penguasaan kompetensi pengetahuan dengan perolehan nilai rerata yang lebih tinggi pada kelompok
eksperimen dibandingkan kelompok kontrol disebabkan oleh perlakuan berupa model pembelajaran Think Talk Write berbantuan media lingkungan dalam muatan materi IPA diberikan pada kelompok eksperimen. Pada kelompok eksperimen, kegiatan pembelajaran dalam muatan materi IPA menggunakan model pembelajaran Think Talk Write berbantuan media lingkungan berjalan dengan optimal dan kondusif. Hal ini disebabkan oleh model pembelajaran Think Talk Write berbantuan media lingkungan merupakan suatu inovasi pembelajaran yang mendorong siswa untuk berpikir dan berbicara, kemudian menuliskan suatu topik tertentu dengan dimanfaatkannya lingkungan sebagai proses untuk menunjang kegiatan secara lebih optimal. Selama kegiatan pembelajaran siswa lebih aktif karena kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Talk Write berbantuan media lingkungan yang dapat menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dengan cara melibatkan siswa dalam interaksi terhadap lingkungan belajarnya. Pembelajaran yang menyenangkan dikemas dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan, bermanfaat, dan bermakna. Dengan demikian, siswa lebih memahami materi yang diberikan sekaligus mampu mengaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari. Berbeda pada kelompok kontrol, kegiatan pembelajaran konvensional yang hanya menggunkaan pendekatan saintifik berjalan kurang optimal. Hal ini disebabkan masih siswa yang kurang mampu mengaitkan antar materi pada muatan materi IPA dan kesulitan mengikuti setiap langkah pembelajaran yang perlu diberikan bimbingan lebih khusus. Pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Talk Write berbantuan media lingkungan pada muatan materi IPA memberikan kesempatan yang lebih luas kepada siswa untuk mengonstruksikan pengetahuannya melalui berbagai kegiatan bermakna dan 11
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
teratur yang tentunya menyenangkan bagi siswa pada setiap langkah pembelajarannya. Dengan demikian, perbedaan hasil penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dapat terlihat dari langkah pembelajaran yang dilakukan pada kedua kelompok tersebut, hasil analisis uji hipotesis, dan nilai rerata kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think Talk Write berbantuan media lingkungan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.
yang signifikan terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV di SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Denpasar Barat Tahun Pelajaran 2016/2017 yang mengikuti pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Think Talk Write berbantuan media lingkungan dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada tema daerah tempat tinggalku. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disajikan beberapa saran guna peningkatan kualitas pembelajaran IPA di sekolah dasar antara lain sebagai berikut. kepada guru agar lebih kreatif untuk memberikan variasi dalam pembelajaran. fasilitas berupa sumber belajar dan kesempatan yang lebih besar bagi siswa pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Think Talk Write berbantuan media lingkungan sehingga tercipta pembelajaran bermakna dan menyenangkan bagi siswa. kepada kepala sekolah agar dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai pendukung sumber belajar guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menciptakan variasi pembelajaran yang menyenangkan di sekolah sehingga sekolah mampu menghasilkan siswa yang berkualitas. kepada peneliti agar hasil penelitian ini digunakan sebagai referensi untuk melaksanakan penelitian selanjutnya atau menemukan inovasi kegiatan pembelajaran lainnya yang bermakna dan menyenangkan bagi siswa.
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut. Nilai rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada ranah kognitif yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Think Talk Write berbantuan media lingkungan lebih tinggi dibanding dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Think Talk Write berbantuan media lingkungan memiliki nilai rata-rata sebesar 86,86 dan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional memiliki nilai rata-rata sebesar 77,63. Dari hasil uji hipotesis yang telah dilakukan dengan berdasarkan taraf signifikasi 5% dengan dk= 74 diperoleh ttabel = 2,000 dan setelah dilakukan analisis diperoleh thitung = 5,628. Hal ini berarti terdapat perbedaan DAFTAR RUJUKAN Agung. A. A. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja: FIP Undiksha.
Tegallalang. Undiksha.
FIP
Huda. 2013. Model-model Pengajaran dan pembelajaran. Cetakan Ketiga. Malang: Pustaka Pelajar.
Agung. A. A. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan.Edisi 2. Singaraja: Aditya Media Publishing.
Ambari.
Singaraja:
Yusuf, Muri. 2015. Asesmen dan Evaluasi Pendidikan. Cetakan Pertama. Jakarta: Prenadamedia Group.
2013. Pengaruh Model Pembelajaran Think Talk Write Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV Gugus 1 Kecamatan
Nasution. 2015. Pengaruh Strategi Think Talk Write (TTW) Berbantuan Media Gambar Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X Mia 12
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Man Pasir Pengaraian Tahun Pembelajaran 2014/2015. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Pasir Pengaraian.
Sumirat,
Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Cetakan Ke-3. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Lusia Ari. 2014. Efektifitas Strategi Pembelajaran Kooperatif Tipe TTW (TTW) Terhadap Kemampuan Komunikasi Dan Disposisi Matematis Siswa. Jurnal Pendidikan Dan Keguruan. Universitas Terbuka. Volume 1 No 2.
Susanto. 2015. Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Edisi Pertama. Cetakan ketiga. Jakarta: Prenadamedia Group.
Samatowa. 2016.Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Cetakan Ke-3. Jakarta: PT Indeks. Setyosari. 2015. Metode Penelitian Pendidikan & Pengembangan. Edisi Keempat. Malang: PT Kharisma Putra Utama.
Uno, Mohamad. 2014. Belajar Dengan Pendekatan Pembelajaran. Cetakan Ke-5. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif , Kualitatif, Dan R&D. Cetakan Ke-22. Bandung: Alfabeta.
Metode Penelitian Pendidikan Dan Sosial. Cetakan Pertama. Bandung: Alfabeta
Darmadi . 2014.
xii