e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN HEURISTIK VEE BERBANTUAN MEDIA VIDEO TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V I Md. Andika Dwipayana1, I Dw. Kade Tastra2, Ni Wyn. Rati3 1,3Jurusan
PGSD, 2Jurusan TP, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected] 1,
[email protected],
[email protected] 3
Abstrak Rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas V di Gugus I Kecamatan Selemadeg karena penerapan model pembelajaran konvensional secara terus menerus. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran heuristik vee berbantuan media video dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan desain the posttest only control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD di Gugus I Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 136 orang. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan teknik sampel acak yaitu SD Negeri 1 Bajera dan SD Negeri 2 Bajera, dengan jumlah total 67 orang. Data hasil belajar IPA dikumpulkan dengan menggunakan tes berbentuk pilihan ganda satu jawaban benar. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan statistik inferensial dengan menggunakan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran heuristik vee berbantuan media video adalah 23,72 sedangkan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional adalah 15,26. Hasil uji hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan uji-t menunjukkan bahwa, terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran heuristik vee berbantuan media video dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional (t hitung = 8,2 > t tabel = 1,997) pada siswa kelas V SD di Gugus I Kecamatan Selemadeg. Kata kunci: heuristik vee, konvensional, hasil belajar Abstract The low of science outcomes of fifth grade students in cluster I Selemadeg District because the application of conventional learning models continuously. The purpose of this research aimed to determine differences in science significantly learning outcomes between students group who learned with vee heuristic learning model assisted by video media with students group who learned with conventional learning model. This research was a quasi eksperiment with the post only control group design. The population of the research is a fifth grade students in Cluster I Elementary School Selemadeg District Tabanan Regency 2015/2016 school year, amount 136 peoples. This research samples to selected with the simple random sampling technique that is elementary school number 1 Bajera and elementary school number 2 Bajera, which amount 67 peoples. Science students learning outcomes data collected by mulitiple choise test one correct answer. Data were analyzed using descriptive statistical analysis technique and inferential statistical with
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
the t-test. The results showed that the average of the students learning outcomes who were learned with vee heuristic learning model assisted by video media was 23.72 while the average of conventional learning model was 15.26. The result of hyphothesis testing using t-test to show there are the differences in science learning outcomes is significantly between students group that learned using vee heuristic learning model assisted by video media with a students group that learned using conventional learning model (tcount=8.2 > ttable= 1.997) in a fifth grade students at Cluster I Elementary School Selemadeg District. Keywords: vee heuristic, conventional, learning outcomes
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan salah satu modal utama untuk dapat bersaing mengikuti perkembangan globalisasi yang semakin berkembang pesat. Perkembangan globalisasi yang semakin berkembang pesat sangat memengaruhi perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni (IPTEKS) yang juga berkembang pesat. Oleh karena itu, dibutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas guna mendukung perkembangan globalisasi dan IPTEKS tersebut. Untuk mewujudkan SDM yang berkualitas harus diiringi dengan peningkatan kualitas pendidikan. Saat ini kualitas pendidikan di Indonesia masih terus berkembang, hal tersebut dapat dilihat dari peran pemerintah untuk menyempurnakan kurikulum agar menjadi lebih efektif dan sesuai dengan karakteristik SDM di Indonesia. UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa, “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Berdasarkan pengertian tersebut, kurikulum merupakan kerangka dasar yang digunakan untuk menjalankan pendidikan sesuai dengan jenjangnya. Selain menyempurnakan kurikulum, telah berbagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, mulai dari penyediaan sarana dan prasarana
pendidikan yang memadai, program wajib belajar 9 tahun, hingga pemberian tunjangan sertifikasi kepada guru yang telah memenuhi syarat profesional. Jika upaya pemerintah berhasil dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, maka bukan mustahil bangsa Indonesia menjadi bangsa yang cerdas, bermartabat dan secara otomatis mampu meningkatkan kualitas hidup bangsa bahkan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang disegani oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Selain itu, SDM di Indonesia akan dapat bersaing dalam menghadapi perkembangan globalisasi dan IPTEKS yang semakin berkembang pesat. Kenyataannya, bangsa Indonesia sampai saat ini masih merupakan salah satu negara berkembang dan tertinggal dari negara-negara lainnya di dunia. Dari segi kualitas pendidikan pun Indonesia masih jauh tertinggal, hal ini dapat dilihat dari laporan UNESCO yang dirilis pada tahun 2012, Indonesia menduduki peringkat 64 dari 120 negara berdasarkan penilaian education development index (Harso, dkk., 2014). Berkaitan dengan tuntutan pencapaian SDM yang berkualitas, dunia pendidikan mendapat sorotan yang sangat tajam. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam, sehingga IPA berperan penting dalam menyiapkan SDM yang handal dan bermutu untuk menghadapi era globalisasi yang penuh dengan kompetisi atau persaingan. Suastra (2009:1), menyatakan bahwa, “IPA merupakan bagian kehidupan manusia dari sejak manusia itu mengenal
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
diri dan alam sekitarnya”. IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Bertolak dari pemaparan di atas, maka dalam pembelajaran IPA, guru memiliki peran yang sangat penting untuk memfasilitasi siswa, agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuannya melalui prosedur-prosedur penemuan. Artinya dalam belajar IPA, siswa tidak akan sekedar menghafal, melainkan melalui pengamatan terhadap materi yang dipelajari. Sehingga pembelajaran akan menjadi lebih bermakna, dan konsep yang dipelajari akan tersimpan lebih lama dalam memori siswa itu sendiri. Untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna, guru harus mampu menerapkan model pembelajaran yang dapat menuntun siswa dengan belajar melalui proses pengamatan atau penemuan. Selain itu guru juga harus menggunakan media pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan materi yang dibahas. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan pesan dari suatu sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif (Ashyar, 2012). Media pembelajaran sangat diperlukan dalam belajar IPA, karena siswa dapat merubah sesuatu yang abstrak menjadi lebih nyata. Dengan demikian proses belajar mengajar akan menjadi lebih bermakna dan tujuan pembelajaran yang direncanakan dapat tercapai dengan optimal. Pada kenyatannya, berdasarkan hasil studi dokumen (pencatatan dokumen) yang dilakukan di Gugus I, Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan, ditemukan bahwa, hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus I Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan masih tergolong rendah. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai rata-rata hasil
ulangan umum IPA siswa kelas V semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 masih di bawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Berdasarkan observasi dan wawancara kepada guru-guru yang mengajar di gugus I Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan. Diduga penyebab rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas V di gugus I adalah (1) proses pembelajaran hanya terpusat pada guru, artinya guru yang lebih banyak mendominasi pembelajaran, sehingga keterlibatan siswa menjadi kurang, (2) kurangnya aktifitas siswa dalam belajar melalui prosedur penemuan, artinya siswa hanya menghafal dalam belajar yang disebabkan karena guru tidak memfasilitasi siswa dalam belajar dengan prosedur-prosedur penemuan, (3) kurangnya antusias siswa dalam belajar, hal ini diduga karena guru hanya menggunakan metode ceramah dan penugasan di dalam proses pembelajarannya, sehingga siswa cenderung menjadi bosan dalam belajar, dan (4) kurangnya penggunaan media pembelajaran yang menarik, karena guru hanya menggunakan media yang sudah tersedia di sekolah, jika medianya tidak tersedia mengenai materi yang dibahas, maka guru mengajar tanpa menggunakan media pembelajaran. Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu adanya penerapan model pembelajaran yang inovatif dalam proses pembelajaran IPA. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran heuristik vee berbantuan media video. Model Pembelajaran heuristik vee merupakan cara pemecahan masalah dengan menggunakan prosedur-prosedur penemuan dalam ilmu pengetahuan alam yang dituangkan dalam diagram “V” (Suastra, 2009). Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Gowin sejak tahun 1977 sebagai suatu model untuk membantu siswa dalam memahami struktur pengetahuan dan proses bagaimana pengetahuan dikonstruksi (Suastra, 2009). Diagram “V” terdiri dari dua bagian yaitu bagian kiri yang disebut dengan sisi 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
konseptual dan bagian kanan yang disebut dengan sisi metodologi. Pada sisi konseptual (sebelah kiri “V”) berisi pahampaham, prinsip-prinsip, dan konsepkonsep. Paham dibangun dari prinsipprinsip dan prinsip dibangun oleh konsepkonsep. Gagasan mengenai peristiwaperistiwa alam perlu dibuktikan kebenarannya dengan mengamati suatu objek atau peristiwa-peristiwa (bagian bawah “V”) melalui suatu percobaan. Pada sisi metodelogi (sisi kanan “V”) berisi catatan-catatan yang harus dibuat, trasformasi, serta klaim pengetahuan (generalisasi dan nilai). Pada bagian atas “V” diletakan pertanyaan kunci yang berfungsi untuk menuntun siswa dalam melakukan penyelidikan (Suastra, 2009). Model pembelajaran heuristik vee merupakan model pembelajaran yang menekankan pada pembelajaran bermakna yang memiliki beberapa keunggulan yaitu, (1) belajar dengan menggunakan model pembelajaran heuristik vee dapat memberikan pengalaman bagi siswa dalam melakukan suatu percobaan dalam laboratorium, (2) pembelajaran menjadi lebih bermakna, karena siswa yang langsung menemukan pengetahuannya melalui suatu percobaan, (3) siswa lebih dituntut belajar aktif untuk menemukan sendiri pemecahan suatu permasalahan yang ada dengan pengetahuan yang dimilikinya, kemudian siswa belajar mengkonstruksi sendiri pengetahuan barunya, sehingga siswa mengetahui darimana pengetahuan barunya itu ada dan dapat dikonstruksi (Senjayawati, 2014), (4) dalam kegiatan pembelajarannya, siswa memperoleh kebebasan untuk menyatakan atau mengungkapkan gagasannya masingmasing serta siswa dibentuk kelompok diskusi untuk bertukar pikiran atau tanya jawab (Senjayawati, 2014), (5) keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman bukan latihan dan penilaian dapat dilakukan dengan berbagai cara (Harso, dkk., 2014). Menurut .Suastra (2009:136), “Terdapat lima tahapan dalam menerapakan model pembelajaran heuristik vee”. Tahapan tersebut yaitu (1) orientasi, (2) pengungkapan gagasan awal
siswa, (3) fokus penyelidikan, (4) pengkonstruksian pengetahuan baru, dan (5) evaluasi. Dalam menerapkan model pembelajaran heuristik vee sebaiknya dibantu dengan menggunakan media pembelajaran. Dalam penelitian ini, digunakan media video sebagai penunjang dalam menerapkan model pembelajaran heuristik vee. Media video dalam pembelajaran, merupakan media yang memiliki unsur suara (audio) dan juga unsur gambar (visual) untuk membantu menjelaskan materi yang dibahas. Mahadewi, dkk. (2006:4), menyatakan bahwa, “Media video pembelajaran merupakan media yang digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa untuk belajar melalui penayangan ide atau gagasan, pesan dan informasi secara audio visual”. Media video dapat dirancang untuk menghasilkan suatu gambaran yang realistis dunia sekitar kita. Media video memungkinkan untuk memanipulasi waktu (meningkatkan atau mengurangi waktu) yang diperlukan untuk mengamati suatu peristiwa atau objek dan dapat juga memanipulasi ruang (space), melalui media video, foto-foto dan gambar-gambar dapat diperbesar atau diperkecil (Ashyar, 2012). Media video dapat diintegrasikan dalam model pembelajaran heuristik vee pada tahap ke tiga yaitu tahap fokus penyelidikan. Pada tahap fokus penyelidikan siswa ditayangkan video mengenai topik yang dibahas, kemudian siswa diberikan pertanyaan kunci yang berkaitan dengan topik. Melalui pertanyaan kunci yang diberikan akan dapat menuntun siswa dalam melakukan suatu eksperimen untuk mengonstruksikan pengetahuannya. Dengan demikian proses pembelajaran akan menjadi lebih bermakna dan siswa akan lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran heuristik vee berbantuan media video pada siswa kelas 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
V SD di Gugus I Kecamatan Selemadeg Kabupaten Tabanan tahun pelajaran 2015/2016, (2) mendeskripsikan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus I Kecamatan Selemadeg Kabupaten Tabanan tahun pelajaran 2015/ 2016, dan (3) mengetahui perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran heuristik vee berbantuan media video dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus I Kecamatan Selemadeg Kabupaten Tabanan tahun pelajaran 2015/2016.
menggunakan teknik sampel acak, yaitu dengan mengundi seluruh sekolah di gugus I Kecamatan Selemadeg untuk diambil dua sekolah sebagai sampel penelitian. Setelah dilakukan pengundian diperoleh bahwa, yang menjadi sampel penelitian adalah SD Negeri 1 Bajera (sebagai kelompok eksperimen) dan SD Negeri 2 Bajera (sebagai kelompok kontrol). Jadi jumlah total siswa yang menjadi sampel adalah 67 siswa. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah the posttest only control group design. Penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Penelitian ini menyelidiki pengaruh variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran yaitu, model pembelajaran heuristik vee berbantuan media video yang dikenakan pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional yang dikenakan pada kelompok kontrol. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA. Data hasil belajar IPA dikumpulkan dengan menggunakan tes dalam bentuk pilihan ganda satu jawaban benar. Sebelum digunakan instrument penelitian ini diuji coba terlebih dahulu. Jumlah soal yang diuji coba adalah 35 butir soal dengan menganalisis validitas butir, reliabilitas, taraf kesukaran butir, dan daya beda tes. Setelah dilakukan analisis dapat ditentukan bahwa soal yang digunakan atau yang memenuhi kriteria berjumlah 30 soal. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriftif dan inferensial melalui uji-t. Sebelum melakukan pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.
METODE Berdasarkan karakteristik masalah yang diteliti, penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment). Penelitian ini dilaksanakan di Gugus I Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan yang dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2015/2016 dari tanggal 1 Maret s/d 11 April 2016. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD yang ada di Gugus I Kecamatan Selemadeg Kabupaten Tabanan, yaitu SD Negeri 1 Bajera dengan jumlah siswa kelas V adalah 33 orang, SD Negeri 2 Bajera dengan jumlah siswa kelas V adalah 34 orang, SD Negeri 3 Bajera dengan jumlah siswa kelas V adalah 12 orang, SD Negeri 4 Bajera dengan jumlah kelas V adalah 25 orang, SD Negeri 1 Antap dengan jumlah siswa adalah 14 orang, dan SD Negeri 2 Antap dengan jumlah siswa adalah 18 orang. Total jumlah populasi penelitian ini adalah 136 siswa. Sebelum menentukan sampel penelitian, telah dilakukan uji kesetaraan dengan menggunakan uji ANAVA satu jalur dengan hasil bahwa tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus I Kecamatan Selemadeg Kabupaten Tabanan pada semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 (setara). Teknik pengambilan sampel penelitian ini
HASIL DAN PEMBAHASAN Data penelitian ini adalah skor hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran heuristik vee berbantuan media video dan siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
pembelajaran konvensional. Deskripsi data hasil belajar kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen dan Kontrol Statistik Deskriftif Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol Mean 23,72 15,26 Median 24 14,36 Modus 24,14 12.44 Standar Deviasi 4,26 4,04 Varians 18,13 16,30 Berdasarkan hasil analisis deskriftif data, tampak bahwa siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran heuristik vee berbantuan media video lebih baik dibandingkan hasil belajar IPA siswa yang dibelajaran dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata skor hasil belajar IPA siswa
kelompok eksperimen adalah 23,72 dan berada pada kategori sangat tinggi. Sedangkan skor rata-rata hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol adalah 15,26 dan berada pada kategori sedang. Data hasil belajar IPA kemudian dikonversikan pada pedoman konversi skala lima yang disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Pedoman Konversi Hasil Belajar IPA Kelompok Eksperimen dan Kontrol Rentang Skor Kategori 22,5 X 30 sangat tinggi 17,5 X< 22,5 Tinggi 12,5 X< 17,5 Sedang 7,5 X< 12,5 Rendah 0 sangat rendah X< 7,5
Berdasarkan Tabel 2, nilai rata-rata kelompok eksperimen sebesar 23,72 dikategorikan sangat tinggi. Nilai rata-rata kelompok kontrol sebesar 15,26 dikategorikan sedang. Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran heuristik vee berbantuan media video lebih baik daripada hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.
Kelas Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Setelah dilakukan uji analisis deskrifitif, kemudian dilanjutkan dengan uji prasyarat analisis yang terdiri dari uji normalitas sebaran data dan homogenitas varians. Berdasarkan hasil uji normalitas, data dinyatakan berdistribusi normal dan berdasarkan hasil uji homogenitas varians, data dinyatakan homogen. Dengan demikian, maka dapat dilanjutkan dengan uji hipotesis melalui uji-t polled varians. Hasil analisis uji-t disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji-t Varians n Db thitung 18,13 33 65 8,2 16,30 34
Berdasarkan Tabel 3 diperoleh thitung= 8,2 > ttabel= 1,997, pada derajat kebebasan 65 dan taraf signifikansi 5%.
ttabel
Kesimpulan
1,997
H1 diterima
Sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran heuristik vee berbantuan media video dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus I Kecamatan Selemadeg Kabupaten Tabanan tahun pelajaran 2015/2016. Berdasarkan rata-rata hasil belajar IPA kelompok eksperimen dan kontrol serta hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa, model pembelajaran heuristik vee berbantuan media video lebih unggul dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional secara teoretis maupun secara operasional empiris. Secara teoretis model pembelajaran heuristik vee merupakan model pembelajaran yang menggunakan prosedur-prosedur penemuan dalam mengkonstruksi pengetahuan yang dituangkan dalam diagram “V” (Suastra, 2009). Media video pembelajaran merupakan media yang digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa untuk belajar melalui penayangan ide atau gagasan, pesan dan informasi secara audio visual (Mahadewi, dkk., 2006). Secara operasional empiris, pelaksanaan model pembelajaran heuristik vee berbantuan media video dapat mengarahkan siswa untuk secara langsung menemukan suatu konsep yang dibuktikan melalui kegiatan percobaan secara berkelompok. Dalam kegiatan percobaan tersebut, siswa melakukan suatu pengamatan melalui penayangan video sesuai dengan materi yang dibahas, diskusi kelompok, studi pustaka, dan tanya jawab multi arah. Selain itu, siswa juga dapat secara bebas mengungkapkan gagasan-gagasan yang dimiliki untuk didiskusikan. Siswa terlihat sangat antusias ketika belajar dengan bantuan media video karena siswa dapat mengamati langsung fenomena alam yang terjadi. Kegiatan percobaan tersebut dapat mendorong semangat dan motivasi siswa dalam belajar secara bermakna, karena siswa berusaha sendiri untuk menemukan dan mengkonstruksi pengetahuannya. Sejalan dengan pendapat Senjayawati
(2014) yang menyatakan bahwa, dengan menggunakan model pembelajaran heuristik vee siswa lebih dituntut belajar aktif untuk menemukan sendiri pemecahan suatu permasalahan yang ada dengan pengetahuan yang dimilikinya, kemudian siswa belajar mengkonstruksi sendiri pengetahuan barunya, sehingga siswa mengetahui darimana pengetahuan barunya itu ada dan dapat dikonstruksi. Berbeda dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Secara teoretis model pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang berpusat pada guru. Artinya, guru yang aktif menjelaskan materi yang dibahas, sehingga siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Secara operasional empiris dalam pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional menempatkan siswa sebagai penerima informasi yang pasif dan hanya menerima informasi dari guru tanpa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri konsep yang akan dipelajari melalui suatu penyelidikan ilmiah (Harso, dkk., 2014). Hal tersebut dapat membuat siswa menjadi bosan, kurang aktif dan tidak bersemangat dalam belajar, yang berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang terdapat pada model heuristik vee berbantuan media video berbeda dengan LKS yang digunakan dalam pembelajaran konvensional. LKS pada model heuristik vee berbantuan media video merupakan LKS yang menuntun siswa untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan. Guru hanya memberikan pertanyaan kunci yang dapat menuntun siswa melakukan kegiatan percobaan. Dalam proses pengerjaan LKS, guru hanya mendampingi siswa-siwanya, karena alat dan bahan, langkah pengerjaan, serta hal-hal yang perlu didiskusikan sudah tersedia dalam LKS. Siswa terlihat antusias mengerjakan LKS heuristik vee, karena siswa dituntun untuk melakukan suatu percobaan. Jika ada halhal yang kurang dimengerti mengenai kegiatan yang dilakukan, siswa menanyakan langsung kepada guru, dan 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
guru pun memberikan arahan atau tuntunan kepada siswa. Artinya, guru tidak langsung memberikan jawaban, melainkan memberikan konsep-konsep yang perlu dibuktikan kebenarannya. Sementara itu, LKS yang terdapat pada model pembelajaran konvensional hanya berisi pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya ada pada buku atau penjelasan yang telah diberikan oleh guru sebelumnya. Pengetahuan yang mereka peroleh pun kurang bermakna, sebab tidak dikaji lebih mendalam hanya mementingkan jawaban dari pertanyaan yang ada di LKS. Pembelajaran dengan menggunakan LKS konvensional cenderung kurang berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa. Siswa juga merasa bosan ketika terus belajar dengan menghafal dan menjawab soal-soal secara terus menerus. Model pembelajaran heuristik vee berbantuan media video secara teoretis dan operasional empiris lebih unggul jika dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat dibuktikan dari keunggulan yang dimiliki model pembelajaran heuristik vee berbantuan media video yaitu (1) melalui media video, dapat membantu siswa untuk mengamati fenomena-fenomena yang belum pernah dilihat secara langsung dalam kehidupannya. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Mahadewi (2006) yang menyatakan bahwa melalui media video dapat mengahadirkan obyek yang berbahaya atau langka ke dalam kelas dan dapat menghadirkan obyek yang jauh letaknya maupun yang sudah terjadi pada masa lalu (meniadakan jarak dan waktu). (2) Dapat memberikan pengalaman bagi siswa dalam melakukan suatu percobaan terkait dengan permasalahan yang diberikan. (3) Membantu siswa menemukan konsep antara pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru mereka dapatkan. (4) Mendorong siswa untuk bisa belajar secara bermakna melalui kegiatan percobaan. (5) Siswa dapat saling bertukar pikiran, mengungkapkan gagasan yang dimilikinya dalam diskusi kelompok. Hal tersebut didukung oleh pendapat Senjayawati (2014) yang menyatakan
bahwa belajar dengan model pembelajaran heuristik vee siswa lebih dituntut belajar aktif untuk menemukan sendiri pemecahan suatu permasalahan yang ada dengan pengetahuan yang dimilikinya, dan dalam kegiatan pembelajarannya siswa memperoleh kebebasan untuk mengungkapkan gagasannya masing-masing. Model pembelajaran heuristik vee lebih unggul dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fortuna (2012), menunjukkan bahwa konstruksi heuristik vee dapat membantu peserta didik dalam menangkap makna pada praktik-praktik yang sebelumnya telah diterapkan fokusfokus pertanyaan yang menuntut peserta didik berpikir reflektif. Penelitian yang dilakukan oleh Suparini (2013), menunjukkan bahwa pengetahuan yang didapatkan dengan belajar menggunakan model heuristik vee berbantuan media sederhana dapat bertahan lebih lama dan tidak mudah dilupakan, karena siswa berusaha menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, sehingga berdampak pada hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2013), menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran heuristik vee dalam pembelajaran memungkinkan siswa untuk tahu manfaat dari materi yang dipelajari bagi kehidupannya, aktif dalam kegiatan pembelajaran, mengukapkan gagasan yang dipelajari tanpa harus selalu tergantung pada guru, mampu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi yang dipelajari, mengkonstruksi kembali pengetahuanpengetahuan baru dari materi yang ada, bekerja sama dengan siswa lain, dan berani untuk mengemukakan pendapat. Uraian di atas membuktikan bahwa model pembelajaran heuristik vee berbantuan media video lebih unggul dibandingkan model pembelajaran konvensional dalam pencapaian hasil belajar IPA siswa kelas V. Meskipun model heuristik vee berbantuan media video lebih baik dalam pencapaian hasil belajar, namun bukan berarti model 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
pembelajaran heuristik vee berbantuan media video tidak memiliki kelemahan dalam pelaksanaannya. Kelemahan tersebut ditandai dengan ditemukannya beberapa kendala pada saat proses pembelajaran. (1) Siswa masih bingung mengerjakan LKS yang berbentuk digram vee. (2) Siswa belum terbiasa dalam melakukan kegiatan percobaan, sehingga menghabiskan waktu yang cukup lama. (3) Keterbatasan alat dan bahan yang digunakan untuk melakukan kegiatan percobaan di lingkungan sekolah. (4) Sulit mengondisikan beberapa kelompok siswa yang bercanda saat melakukan percobaan. Kendala-kendala tersebut dihadapi sejak pertemuan pertama namun pada pertemuan berikutnya sudah mengalami perubahan dan peningkatan ke arah yang lebih baik dan siswa sudah mulai terbiasa dengan kegiatan pembelajaran heuristik vee berbantuan media video. Siswa juga mampu menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan. Selain itu siswa juga sudah terbiasa untuk melakukan kegiatan percobaan dengan memahami langkah-langkah pengerjaannya terlebih dahulu. Sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal. Hasil penelitian ini mempunyai beberapa implikasi yaitu (1) Secara empiris terbukti bahwa kegiatan pembelajaran menggunakan model heuristik vee berbantuan media video lebih baik daripada kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional. Dengan demikian model pembelajaran heuristik vee berbantuan media video lebih tepat diterapkan dalam pembelajaran daripada model pembelajaran konvensional dalam pencapaian hasil belajar IPA siswa. (2) Nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa berbeda antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran heuristik vee berbantuan media video dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional, sehingga penggunaan model pembelajaran dalam proses pembelajaran memiliki pengaruh yang
berbeda terhadap pencapaian hasil belajar IPA siswa. (3) Nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran heuristik vee berbantuan media video lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Berdasarkan hal tersebut, maka model pembelajaran heuristik vee berbantuan media video dapat diterapkan dalam pembelajaran IPA di SD sebagai upaya untuk pencapaian hasil belajar IPA siswa yang lebih baik. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka simpulan dalam penelitian ini adalah (1) hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran heuristik vee berbantuan media video pada siswa Kelas V SD di Gugus I Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan tahun pelajaran 2015/2016 cenderung tinggi dengan Mo > Me > M (24,14 > 24,00 > 23,72) yang tergolong ke dalam kurva juling negatif. (2) Hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus I Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan tahun pelajaran 2015/2016 cenderung rendah dengan Mo < Me < M (12,44 < 14,36 < 15,26) yang tergolong ke dalam kurva juling positif. (3) Terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran heuristik vee berbantuan media video dengan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD di Gugus I Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan, tahun pelajaran 2015/2016. Hal tersebut dapat dibuktikan dari hasil uji hipotesis yang dilakukan dengan menggunakan uji-t diperoleh (t hitung = 8,2 > t tabel = 1,997) menunjukkan H0 ditolak dan H1 diterima. Hasil belajar kelompok eksperimen lebih besar daripada kelompok kontrol (X1= 23,72 > X2 = 15,26) Dengan demikian, model pembelajaran heuristik vee berbantuan media video berpengaruh 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Harso, A. dkk. 2014. “Pengaruh Model Pembelajaran Heuristik Vee terhadap Pemahaman Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Langke Rembong Tahun Pelajaran 2013/2014’. e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi IPA (Volume 4).
positif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD di Gugus I Kecamatan Selemadeg, Kabupaten Tabanan tahun pelajaran 2015/2016. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan dalam pembahasan, maka dapat dikemukakan beberapa saran yaitu, (1) para siswa hendaknya menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk melakukan percobaanpercobaan. (2) Para guru hendaknya dapat menggunakan model pembelajaran heuristik vee berbantuan media video sebagai model pembelajaran alternatif dalam pembelajaran IPA yang menggunakan prosedur-prosedur penemuan dalam proses pembelajaran, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna dan hasil belajar IPA siswa menjadi lebih optimal. Selain itu para guru juga hendaknya memanfaatkan fasilitas yang sudah ada di sekolah seperti LCD untuk menunjang proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan motivasi, antusias, dan semangat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. (3) Pihak sekolah perlu menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung proses pembelajaran yang efektif. (4) Melihat keterbatasan waktu dan pokok bahasan yang digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti lain disarankan untuk melaksanakan penelitian sejenis dengan pemilihan materi yang berbeda dan waktu yang lebih lama untuk mendapatkan gambaran yang lebih meyakinkan mengenai hasil belajar IPA siswa
Mahadewi, dkk. 2006. Media Video Pembelajaran. Singaraja: Jurusan Teknologi Pendidikan, FIP, Undiksha. Senjayawati, E. 2014. “Prosding Seminar Nasional Pendidikan Matematika”. Perbandingan Pemahaman Matematik Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan model Pembelajaran Heuristik Vee dengan yang Menggunakan Cara Biasa (hlm. 334-341). Bandung: Program Pasca Sarjana STKIP. Suastra, IW. 2009. Pembelajaran Sains Terkini. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Suparini, N.W. 2013. “Pengaruh Model Pembelajaran Heuristik Vee (“V”) Berbantuan Media Sederhana terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 8 Banjar Anyar Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PGSD, FIP, Undiksha. Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Tersedia pada usu.ac.id/public/content/files/sisdikn as.pdf. Diakses pada taggal 10 Januari 2016.
DAFTAR PUSTAKA Asyhar, H. R. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jambi: Referensi Jakarta. Fortuna, I.K.A.D.S. 2012. “Pengaruh Model Pembelajaran Heuristik Vee terhadap Hasil belajar IPA Siswa Kelas III SD di SD No 1 dan SD No 2 Kuwum Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan Tahun Pelajaran 2011/2012”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PGSD, FIP, Undiksha.
Wijayanti, L.R. 2013. “Pengaruh Model Pembelajaran Heuristik Vee terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV di Gugus XV Kecamatan Buleleng”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PGSD, FIP, Undiksha.
10