Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF BERBASIS MASALAH BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL TERHADAP HASIL BELAJAR IPA KELAS V SD NEGERI 1 UBUD GIANYAR Gst. A. Purnama Santi1, I Ngh. Suadnyana 2, Km. Ngr. Wiyasa3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional di kelas V SD Negeri 1 Ubud Gianyar. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian Nonequivalent Control Group. Populasi meliputi seluruh siswa kelas V SD Negeri 1 Ubud dalam 3 kelas yaitu kelas VA,VB,VC tahun ajaran 2013/2014. Populasi penelitian yang berjumlah 117 siswa. Sampel penelitian yang digunakan adalah 78 orang yang dipilih secara random sampling melalui random kelas. Kelas VA sebagai kelompok eksperimen dan kelas VB sebagai kelompok kontrol. Instrumen dalam penelitian ini berupa tes hasil belajar IPA siswa. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis statistic parametric. Untuk menguji hipotesis digunakan analisis uji-t. Berdasarkan hasil analisis ditemukan hasil sebagai berikut, rerata post-test kelompok eksperimen 70,06 dan kelompok kontrol 63,46. Uji hipotesis dilakukan terhadap skor post-test dengan hasil pengujian uji-t yaitu thit = 3,515 > ttab = 2,000. Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif berbasis masalah berbantuan media audiovisual dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri 1 Ubud Gianyar, maka dapat direkomendasikan bahwa model pembelajaran kooperatif berbasis masalah berbantuan media audiovisual dapat digunakan sebagai alternatif model pembelajaran pada mata pelajaran IPA di sekolah dasar. Kata-kata kunci : kooperatif berbasis masalah, media audiovisual, hasil belajar Abstract This study aims to determine significant differences in learning outcomes of IPA between students who take a problem-based cooperative learning aided audiovisual media with students who take conventional learning in class V SD Negeri 1 Ubud Gianyar. This research is a quasi-experimental study design Nonequivalent the Control Group. The population covers the entire the fifth grade students of SD Negeri 1 Ubud in 3 classes, namely class VA, VB, VC academic year 2013/2014. The study population totaled 117 students. Samples used this research ware 78 randomly selected through a random sampling of classes class VA as a experimental group and class VB as a control group. Instrument in this research in the form of achievement tes IPA. The data obtained were analyzed using parametric statistical analysis. To test the hypothesis used t-test analysis . Based on the analysis found the following results, the mean post-test experimental group and the control group 63.46 70.06. Hypothesis testing is done on the score posttestt with test results that ttest thit = 3.515 > ttab = 2,000. Based on the results of hypothesis tests performed means that there are significant differences in learning outcomes IPA between students who take a problem-based cooperative learning aided audiovisual media by
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) students who take conventional learning in the fifth grade students of SD Negeri 1 Ubud Gianyar, it can be recommended that the assisted cooperative learning problem based audiovisual media can be used as an alternative learning approach to teaching science in elementary schools. Key words : cooperative problem-based, audiovisual media, learning outcomes
PENDAHULUAN Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanuasia berkualitas. Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. Pendidikan juga dipandang sebagai sarana untuk melahirkan insaninsan yang cerdas, kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif dan berbudi pekerti luhur. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk melakukan inovasi dalam dunia pendidikan. Inovasi yang dilakukan biasanya dilakukan dengan memperhatikan tiga alasan penting, yaitu efisien, efektif dan kenyamanan. Efisien maksudnya waktu yang tersedia bagi guru harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Efektif maksudnya pelajaran yang diberikan harus menghasilkan hasil yang bermanfaat bagi siswa dan masyarakat, sedangkan kenyamanan berati sumber belajar, media alat bantu belajar, metode yang digunakan sedemikian rupa sehingga memberikan gairah belajaran bagi siswa. Proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebab dalam proses pembelajaran terjadi transformasi pengetahuan hasil belajar siswa belum optimal yang salah satunya dalam bidang mata pelajaran IPA disebabkan kurang efektifnya proses pembelajaran. Pembelajaran IPA yang didominasi oleh metode ceramah menghasilkan beberapa kelemahan, untuk itu penggunaan metode ceramah ini perlu dikaji kembali dalam rangka meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA. Masalah utama yang dihadapi dunia pendidikan adalah rendahnya mutu pendidikan, salah satunya pada mata ajaran IPA. Rendahnya mutu pendidikan ini, secara
langsung berdampak terhadap hasil belajar siswa dalam mata ajaran IPA. Rendahnya hasil belajar IPA yang ada di SD Negeri 1 Ubud berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas disebabkan karena guru masih menggunakan pembelajaran konvensional dimana dalam pembelajaran di kelas lebih menekankan penyampaian konsep kepada siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih terpusat pada guru. Selama kegiatan pembelajaran guru cenderung mendominasi kegiatan pembelajaran, dan hampir tidak ada interaksi antar siswa. Kebanyakan aktivitas siswa mendengarkan ,menulis dan sedikit yang mengajukan pertanyaan kepada guru, sehingga situasi pembelajaran tidak menumbuhkan aktivitas siswa. Pembelajaran yang dilakukan guru kurang menggunakan media yang tepat. Melalui perbaikan kurikulum telah dilakukannya berbagai perbaikan pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran IPA . Pembelajaran IPA dapat menggunakan model pembelajaran yang inovatif, sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar aktif pada siswa. Model – model yang di gunakan dilandasi oleh teori kontruktivisme yang memungkinkan siswa dapat membangun pengetahuan sendiri berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Salah satunya dengan mengembangkan berbagai model pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah dasar. Model pembelajaran yang ingin dikembangkan di SD Negeri 1 Ubud adalah pembelajaran kooperatif berbasis masalah dengan berbantuan media audiovisual. Model pembelajaran ini jauh berbeda dengan metode konvensional yang diterapkan di SD karena pada model ini guru hanya sebagai fasilitator dan pembelajaran berpusat pada siswa. Untuk itu model pembelajaran kooperatif berbarbasis
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) masalah adalah pembelajaran yang menekankan pada kerja kelompok yang heterogen serta didasarkan suatu permasalahan. Model pembelajaran kooperatif mempunyai pengertian pembelajaran kooperatif siswa bekerja sama dalam kelompok kecil yang kemampuanya berbeda dan saling membantu untuk mempelajari suatu materi setiap. Menurut Slavin (1985) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 siswa dengan kelompok yang heterogen. Pada pembelajaran kooperatif ini siswa diberi kesempatan untuk berkomunikasi dan berinteraksi sosial dengan temanya dalam mencapai tujuan pembelajaran sedangkan guru bertindak sebagai motivator dan fasilitator aktivitas siswa. Artinya pembelajaran dibangun secara aktif oleh siswa sendiri dan bertanggung jawab atas hasil pembelajaranya. Tujuan utama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah agar siswa dapat belajar berkelompok bersama teman-temanya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk mengemukakan gagasanya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok serta berlandaskan masalah yang ada dalam materi tersebut. Berdasarkan masalah yang disampaikan dalam pembelajaran siswa dilatih untuk mencari dan menemukan jawaban dari masalah tersebut sehingga membuat siswa menjadi lebih lama inggat terhadap materi yang dibelajarkan. Menurut Boud (1997) pembelajaran berbasis masalah adalah inovasi yang paling signifikan dalam pendidikan karena mampu meningkatkan perkembangan keterampilan belajar sepanjang hayat dalam pola pikir yang terbuka, dan kritis serta belajar aktif. Pembelajaran kooperatif berbasis masalah muncul dari konsep bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temanya. Namun, persoalannya sekarang bagaimana
menemukan cara yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan, sehingga siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut. Bagaimana guru dapat berkomunikasi baik dengan siswanya, serta guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari seluruh siswa, sehingga dapat mempelajari konsep dan mengaitkannya dengan lingkungan sekitar siswa. Dari sekian banyak alasan yang ditemui di lapangan, maka model pembelajaran yang mampu memecahkan dan membuat siswa berdiskusi serta belajar dari temanya yang didasarkan pada suatu permasalan adalah pembelajaran kooperatif berbasis masalah. Menurut Tan (2003) pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara maksimal. Beberapa hal penting yang harus mendapat perhatian adalah (1) memperkirakan kesiapan siswa, meliputi dasar pengetahuan, kedewasaan berpikir, dan kekuatan motivasinya, (2) Mempersiapkan siswa dalam hal cara berpikir dan kemampuan dalam rangka melakukan pekerjaan secara kelompok, membaca, mengatur waktu, dan menggali informasi, (3) merencanakan proses dalam bentuk langkah-langkah dalam cycle problem based learning, (4) menyediakan sumber bimbingan yang tepat, menjamin bahwa ada akhir yang merupakan hasil akhir. Moffit (depdiknas, 2000: 12) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep dari materi pelajaran. Ibrahin dan Nur (2000: 5), mengemukakan karakteristik model pembelajaran berbasis
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) masalah yaitu: (1) pengajuan pertanyaan atau masalah (memahami masalah), (2) Berfokus pada keterkaitan antar desiplin, (3) penyelidikan otentik, (4) menghasilakan produk atau karya yang kemudian di pamerkan, dan (5) kerja sama. Salah satu perbedaan dari teoridi atas terletak pada konsep pengarahan diri. Secara ekplisis menitik beratkan pada belajar pengarahan diri dalam setiap tahap pembelajaran berabasis masalah, sementara Ibrahin dan Nur tidak secara ekplisit mengemukakan petingnya belajar pengarahan diri, tetapi lebih menitik beratkan pada kerja sama antar anggota kelompok untuk menemukan solusi masalah. Pembelajaran berbasis masalah memfasilitasi kebehasilan memecahkan masalah, komunikasi, kerja kelompok dan keterampilan dengan lebih baik dibandingkan pembelajaran yang lain. Pembelajaran berbasis masalah membantu siswa untuk menunjukkan dan memperjelas cara berpikir serta kekayaan dari struktur dan proses kognitif yang terlibat didalamnya. Pembelajaran berbasis masalah mengoptimalkan tujuan, kebutuhan, motivasi yang mengarahkan suatu proses belajar yang merancang berbagai macam pemecahan masalah. Inovasi pembelajaran berbasis masalah menggabungkan penggunaan dari akses e-learning, interdisiplioner, kreatif, penguasaan, dan pengembangan keterampilan individu. Pembelajaran berbasis masalah mempunyai karakteristik yaitu permasalahan menjadi starting point dalam belajar, permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa dan kemudian kompetensi yang membutuhkan identitas kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar. Pembelajaran berbasis masalah ini sangat cocok di gunakan pada mata pelajaran IPA karena pembelajaran IPA memerlukan proses kerja sama antar siswa dalam memecahkan suatu masalah yang ditemukan di alam. IPA yang selalu berkaitan dengan lingkungan sekitar siswa banyak mempelajari kehidupan yang ada di lingkungan siswa lebih-lebih di era globalisasi. Pada masa persaingan bebas ini manusia cenderung bertindak bebas
demi kepentingan dirinya sendiri, sehingga dilema-dilema alam lebih banyak muncul yang menjadi bahan pemecahan dibidang mata pelajaran IPA. Contohnya: manusia bersikap sembarangan dalam ekosistem yang ada di air yang berdampak negatif pada kehidupan dunia selanjutnya. Masalah seperti inilah yang menjadi bahan untuk dipecahkan baik di lingkungan formal maupun nonformal. Penelitian ini mengarah kepada pemecahan masalah alam yang di sekolah dasar di sebut mata pelajaran IPA. Ilmu pengetahuan alam adalah ilmu yang memahami pengetahuan tentang alam semesata dengan segala isinya. Adapun pengetahuan itu sendiri artinya segala sesuatu yang diketahui oleh manusia. IPA menurut Hendro (dalam Samatowa) adalah segala pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya. IPA pada umumnya memiliki peran penting dalam meningkatkan mutu pendidikan, khususnya didalam menghasilkan siswa yang berkualitas. Pembelajaran IPA di sekolah dasar dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan karena terlalu banyak hapalan. Hal ini disebabkan karena guru tidak mengkemas pembelajaran yang menyenangkan dan kurang memakai media-media yang menarik untuk mencari perhatian siswa mengenai suatu materi pembelajaran dalam IPA tersebut. Berbagai upaya dilakukan guna meningkatkan mutu pendidikan, yang nantinya bermuara pada meningkatnya hasil belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran IPA diantaranya pengembangan strategi pembelajaran yang inovatif. Faktor yang mempengaruhinya di antaranya siswa masih menggap pembelajaran IPA itu sulit, karena terlalu banyak hapalan, dan terlalu banyak teori. Ketidakberdayaan guru untuk mempergunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran menjadi salah satu sumber penyebabnya. Pembelajaran IPA pada kelas V ini sangat padat hapalan, dan membosankan serta ketidaksukaan siswa dengan mata ajaran ini memperparah ketidak pencapaian ketuntasan minimal yang di tentukan oleh sekolah. Untuk itu model pembelajaran
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) kooperatif berbasis masalah sangat tepat di gunakan di sekolah dasar serta di bantu dengan penggunaan media untuk membantu penyampaian suatu materi pembelajaran. Pembelajaran kooperatif berbasis masalah ini tidak dapat berhasil tampa didukung oleh penggunaan media pembelajaran sebagai penunjang pembelajaran dan membuat siswa memusatkan perhatiannya terhadap media yang digunakan. Media pembelajaran merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan suatu alat yang digunakan untuk merangsang siswa agar terjadi proses belajar dengan baik. Media pembelajaran yang baik adalah media yang mampu membuat siswa lebih memusatkan perhatiannya kepada guru dengan cara seperti itu siswa lebih berkonsentrasi dalam proses pembelajaran. Ada banyak jenis media pembelajaran di ataranya media semikongkrit, media kongkrit, dan media abstrak. Setiap media mempunyai fungsinya masing – masing untuk kepentingan pendidikan.Salah satunya adalah media audiovisual media yang dapat dilihat dan didengar oleh siswa, sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa pada suatu materi pembelajaran. Media ini sudah tidak asing lagi untuk didengar ditelinga para pendidik yang merupakan gabungan dari dua media yaitu audio yang artinya suara dan visual yang diartikan gambar atau gambar yang bergerak. Berdasarkan dua arti tersebut dapat disimpulkan bahwa media audiovisual adalah media pembelajaran media yang berisi suara dan gambar yang bergerak. Penggunaan media ini dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa karena media ini bisa dilihat dan didengar serta siswa bisa lebih fokus terhadap pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Mengingat tipe tanggapan siswa berbeda-beda ada yang bisa cepat mengerti lewat mendengar, ada yang mengerti dengan melihat saja, atau ada juga yang bisa mengerti dengan mendengar dan melihat. Berdasarkan uraian di atas, maka di lakukan penelitian ini adalah untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif berbasis masalah berbantuan media audiovisual dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional di kelas V SD Negeri 1 Ubud.
METODE Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksperimental semu karena tidak semua variabel dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat, serta tidak mampu untuk mengetahui persepsi obyek penelitian terhadap perlakuan secara pasti. Artinya, tidak dapat dilakukan perubahan kelas dan kondisi yang sudah ada dengan kata lain tidak bisa untuk mengkarantina sampel.Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas V SD Negeri 1 Ubud yang berjumlah 3 kelas yaitu kelas VA, VB, VC. Jumlah siswa dalam penelitian ini yaitu 117 orang. Ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2012: 117) yang menyatakan bahwa populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”, selain itu pendapat lain mengatakan Populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian” (Arikunto, 2010:173). Sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut” (Sugiyono, 2012:118). Sebelum melakukan pemilihan kelas sebagai sampel penelitian sebelumnya telah diawali dengan observasi kelas dan wawancara pada kepala sekolah SD Negeri 1 Ubud bahwa seluruh kelas yang ada di SD Negeri 1 Ubud tidak ada kelas unggulan atau semua kelas dinyatakan setara dari segi akademik. Selanjutnya dipilih dua kelas sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan dengan teknik random sampling (diacak) yaitu mengundi dari semua kelas untuk mencari dua kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol Kelompok eksperimen yaitu siswa kelas VA,
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) sedangkan kelompok kontrol yaitu kelas VB selanjutnya dari dua kelas tersebut diuji kesetaraannya dengan uji-t. Sebelum uji kesetaraan dilakukan telah didahului dengan uji normalitas dan homogenitas data yang diuji memenuhi syarat penggunaan uji-t. setelah dilakukan pengujian uji-t didapatkan thit < ttab yang berati kedua kelas tersebut tidak memiliki perbedaan yang signifikan atau kelas berkatagori setara. Variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model kooperatif berbasis masalah berbantuan media audiovisual dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA. Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen semu (quasy eksperimen) dengan disain non equivalent control group disign, karena tidak semua variabel dan kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat (dikarantina). Dalam rancangan ini kelas diambil dari populasi, selanjutnya dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol melalui proses radomisasi (secara acak). Kemudian kedua kelompok diberikan posttest. Sebelum diberikan treatmen atau perlakuan subjek juga diberikan pre test. Pre test diambil dari nilai raport pada semester sebelumnya. Menurut Dantes (2012:77) “pemberian pre test biasanya digunakan untuk mengukur ekuivalensi atau penyetaraan kelompok”. Pretest bertujuan untuk menyetarakan kelas yang digunakan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adapun desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut. Rancangan penelitian, digambarkan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Tabel Pola rancangan Non Equivalent Control Group O1 O3
X
O2 O4
(Sugiyono, 2012 : 116) Keterangan: O1 dan O3 pertama O2 dan O4 terakhir X
= Pre test = Post test = treatment
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Ubud Kabupaten Gianyar pada siswa kelas V dengan mata pelajaran IPA. Standar Pertimbangan dilaksanakan penelitian di SD Negeri 1 Ubud adalah: (1) Ketertarikan untuk mengetahui hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 1 Ubud, (2) Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif berbasis masalah berbantuan media audiovisual terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 1 Ubud. Serta waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus. Penelitian ini menyelidiki pengaruh satu variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan dan pengakhiran eksperimen. Adapun tahapan adalah sebagai berikut. 1) Persiapan Eksperimen meliputi: (a) menyusun RPP serta mempersiapkan media dan sumber belajar (alat peraga, lKS, silabus dan kurikulum) yang nantinya digunakan selama proses pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,(b) menyusun instrumen penelitian berupa tes hasil belajar pada ranah kognitif untuk mengukur hasil belajar IPA siswa, (c) mengkonsultasikan instrumen penelitian dengan wali kelas atau guru mata pelajaran IPA dan dosen pembimbing, (d) mengadakan validasi instrumen penelitian yaitu tes hasil belajar IPA. 2) Pelaksanaan Eksperimen meliputi: (a) menentukan sampel penelitian berupa kelas dari populasi yang tersedia, (b) dari sampel yang telah diambil kemudian diundi untuk menentukan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) kelompokeksperimen dan kelompok kontrol, (c) melaksanakan penelitian yaitu memberikan perlakuan kepada kelompok eksperimen berupa pendekatan pembelajaran kontekstual berbantuan media peta konsep, (d) memberikan perlakuan kepada kelompok kontrol berupa pembelajaran konvensional, serta diakhiri dengan memberikan post test dan menganaliisis data temuan. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa pada ranah kognitif. Data hasil belajar siswa pada ranah kognitif dikumpulkan dengan Instrumen yang berupa tes hasil belajar IPA siswa kelas V. Menurut Arikunto (2009:32) “tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh indvidu atau kelompok”. Dalam penelitian ini menggunakan tes pilihan ganda (multiple choice test). Arikunto (2009:168) mengemukakan dimana tes pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau tes pilihan ganda terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (options). Kemungkinan jawaban (options) terdiri atas satu jawaban yang benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh (distractor). Sebelum tes digunakan pada akhir eksperimen telah diuji Validitas, daya pembeda, indeks kesukaran dan reliabilitasnya sehingga
didapatkan 40 soal yang layak digunakan pada post-test. Data yang diperoleh pada penelitian ini selanjutnya dianalisis dengan analisis statistik parametrik. Sebelum analisis hipotesis dilakukan didahului dengan menguji normalitas dan homogenitas data sebagai syarat penggunaan statistic parametric. Pengujian normalitas data digunakan uji analisis chi-square dan untuk menguji homogenitas varian kelompok eksperimen dan kontrol digunakan uji F Anava Avley. Hipotesis penelitian diuji menggunakan uji-t. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan quasy experiment atau eksperimen semu yang menggunakan rancangan nonequivalent control group design yang dianalisis dengan menggunakan uji-t. Objek yang diteliti adalah hasil belajar IPA siswa kelas V dari penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Berbasis Masalah Berbantuan Media Audiovisual dan pembelajaran konvensinal. Dengan demikian data pada penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua yaitu (1) hasil belajar IPA siswa kelas VA yang dibelajarkan dengan pembelajaran kooperatif berbasis masalah berbantuan media audiovisual sebagai data kelompok eksperimen, (2) hasil belajar IPA siswa kelas VB yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional sebagai data kelompok kontrol. Setelah melaksanakan penelitian, maka diperoleh data hasil belajar IPA siswa berdasarkan hasil pemberian post-test yang dilaksanakan di kelas V SD N 1 Ubud hasil analisis disajikan pada tabel berikut.
Tabel 2.Tabel Ringkasan Hasil Perhitungan Hasil Belajar IPA Siswa Kelompok Eksperimen dan Kontrol Treatment Model Jumlah siswa Rerata Varians Standar Pembelajaran tiap kelas Deviasi (SD) ( ) ( )
pendekatan kontekstual berbantuan media peta konsep Pembelajaran Konvensional
39
70,06
72,25
8,50
39
63,46
65,28
8,08
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Berdasarkan tabel tersebut maka diuji prasyarat untuk bisa menggunakan pengujian menggunakan uji statistic parametrik, yaitu uji normalitas data dan homogenitas. Berdasarkan hasil analisis chi-square (X2) pada sebaran data kelompok eksperimen diperoleh harga X2hit = 7,574 dan harga X2tab = 11,07 pada taraf signifikansi 5% dengan db = 5. Ini menunjukkan bahwa X2hit < X2tab berarti data hasil IPA kelompok eksperimen berdistribusi normal. Sementara hasil analisis chi-square (X2) pada sebaran data pada kelompok kontrol diperoleh harga X2hit = 1,756 dan harga X2tab = 11,07, pada taraf
siginifikansi 5% dengan db = 5. Ini menunjukkan bahwa X2hit < X2tab berarti data hasil belajar IPA kelompok kontrol berdistribusi normal. Dan pengujian homogenitas data didapatkan hasil yaitu uji F diperoleh Fhit sebesar 1,11 dan Ftab sebesar 1,71, pada taraf signifikansi 5% dengan db pembilang 39 – 1 = 38 dan db penyebut 39– 1 = 38. Ini berarti Fhit
Tabel 3.Tabel Rekapitulasi Hasil Pengujian Hipotesis Pada Taraf Signifikan 5% dan dk = 7 Kelas Penelitian Eksperimen Kontrol
Jumlah siswa (n) 39 39
Varians ( )
Rerata ( )
72,25 65,28
70,06 63,46
Dari hasil perhitungan diperoleh thit= 3,515, sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 5% dengan dk = n1 + n2 – 2 = 39 + 39 – 2 = 76 adalah 2,000, sehingga thi > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Ini berarti Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif berbasis masalah berbantuan media audiovisual dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional siswa kelas V SD Negeri 1 Ubud tahun ajaran 2013/2014. Berdasarkan uji t diperoleh thitung = 3,515 > ttabel = 2,000 berarti hipotesis yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan dari Hasil belajar IPA antara siswa yang diberi pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah berbantuan media audiovisual dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional pada taraf signifikansi 0,05% diterima. Hal ini mengandung arti bahwa siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif berbasis masalah berbantuan media audiovisual hasil belajarnya lebih baik daripada siswa yang yang mengikuti pembelajaran
Dk
thitung
ttabel
76
3,515
2.000
Simpulan
H0 ditolak
konvensional pada standar kompetensi mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran kooperatif berbasis masalah berbantuan media audiovisual merupakan model pembelajaran yang melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Menempatkan para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Sehingga dalam pembelajaran ini, para siswa dapat saling membantu, saling berdiskusi dan berargumentasi untuk mengasah khasanah ilmu pengetahuan yang mereka kuasai dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masingmasing (Slavin, 2005). Aktivitas belajar dirancang sedemikian rupa, sehingga memungkinkan siswa dapat belajar lebih santai, di samping menumbuhkan tanggungjawab, kerjasama, dan rasa percaya diri pada siswa. Hal ini didukung temuan di lapangan selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah berbantuan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
media audiovisual, siswa terlihat lebih aktif. Siswa cenderung siap mengikuti pembelajaran dengan mempelajari terlebih dahulu materi yang akan dibahas di kelas. Model pembelajaran kooperatif berbasis masalah berbantuan media audiovisual dapat mengurangi kecenderungan guru menjelaskan materi hanya dengan ceramah, sehingga siswa lebih bisa mengkontruksi pengetahuannya sendiri serta guru lebih banyak berfungsi sebagai fasilitator dari pada pengajar. Berbeda dengan pembelajaran IPA yang menggunakan pembelajaran konvensional, selama proses belajar mengajar siswa terlihat kurang begitu aktif. Siswa hanya mendengarkan secara teliti serta mencatat poin-poin penting yang dikemukakan oleh guru. Hal ini mengakibatkan siswa pasif, karena siswa hanya menerima apa yang disampaikan guru, sehingga siswa mudah jenuh, kurang inisiatif dan bergantung kepada guru. Dalam pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah berbantuan media audiovisual memungkinkan siswa dapat bekerja sama dengan teman kelompoknya di mana siswa saling bekerjasama dalam mempelajari materi yang dihadapi. Dalam pembelajaran ini siswa dilatih untuk mencari dan menemukan sendiri pemecahan masalah dari suatu materi pembelajaran dengan cara pembelajaran yang demikian siswa akan lebih lama mengingat suatu materi pembelajaran. Perbedaan hasil belajar yang muncul juga disebabkan karena siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif berbasis masalah berbantuan media audiovisual mempunyai pengalaman dalam bekerja dengan teman kelompoknya tanpa ada rasa canggung dan mampu mengingat suatu materi pembelajaran lebih lama. Siswa tidak akan lupa dengan materi yang dijelaskan, sehingga hasil belajar IPA lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini juga senada dengan penelitian yang dilakukan oleh I Gusti Putu Ari Sugiantara yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pengaruh model
pembelajaran kooperatif berbasis masalah dengan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar matematika siswa. Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah berbantuan media audiovisual dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pengujian hipotesis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa dari hasil analisis diperoleh rata-rata (X) kelompok eksperimen sebesar 70,06 dan rata-rata (X) kelompok kontrol sebesar 63,46, ini berarti siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah berbantuan media audiovisual hasil belajarnya lebih baik daripada siswa yang diajar menggunakan pembelajaran konvensional. Hasil analisis uji-t diperoleh t-hit sebesar 3,515, sedangkan ttab sebesar 2,000, sehingga thit > ttab. Berarti dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif berbasis masalah berbantuan media audiovisual dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah berbantuan media audiovisual terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 1 Ubud tahun ajaran 2013/2014. Berdasarkan simpulan di atas maka saran yang dapat diberikan yaitu: 1) Guru hendaknya menggunakan model kooperatif berbasis masalah berbantuan media audiovisual dalam proses pembelajaran IPA pada standar kompetensi mengidentifikasi fungsi organ tubuh manusia dan hewan, karena model pembelajaran ini menekankan cara belajar aktif dimulai dari siswa mencari sendiri masalah yang nantinya siswa juga yang menemukan cara pemecahan masalah tersebut. Serta siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran. 2) Siswa diharapkan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran IPA
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
,serta tidak segan untuk bertanya kepada teman maupun guru apabila mengalami kesulitan belajar. 3) Diharapkan sekolah lebih bisa mengembangkan model pembelajaran kooperatif berbasis masalah berbantuan media audiovisual agar nantinya hasil belajar peserta didik dapat mencapai ketuntasan minimum yang ditetapkan. 4) Diharapkan peneliti selanjutnya melakukan penelitian dengan tema yang sama, tetapi dengan objek yang berbeda, sehingga pengaruh model ini terhadap hasil belajar siswa dapat diketahui secara lebih luas.
DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A Gede. 2011a. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. -------,
2011b. Metodelogi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. -------,
Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arsyad,azhar.2011.Media pembelajaran.Jakarta: Persada
Grafindo
Arends, Richar I. 1997. Classrom Instruction and Management. New York: Mc Graw Hill. Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti. Berada, I Wayan. 2011. Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Di SD No. 1 Penarukan Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament Tahun
Pelajaran 2010/2011. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Campbell, donald T. Dan Julian C. Stanley. 1996. Eksperimental and Quasi-Eksperimental Designs for Research. Chicago: Rand Mc. Nally College Publishing Company. Debdikbud. 1995. Kurikulum Pendidikan Dasar, Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Debdikbud). Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004 Pedoman Penilaian Di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas . 2011. Model KTSP SD. Jakarta: BNSP (Badan Nasional Standar PendidikanDepdiknas. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Denpasar Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Hamalik, Oemar. (2002). Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Hasman. 2010. Pengaruh Model pembelajaran dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas II SMA Negeri 1 Unaaha Tahun Pelajaran 2005/2006. Tersedia pada http://www.pengaruh-modelpembelajaran-dan-motivasi.html (diakses 31Desember 2011). Ibrahim., Muslimin., dan 2000,Pembelajaran Universitas Negeri Surabaya
Nur, M., Kooperatif, Surabaya,
Ismail , (2002). Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Instruction), Proceeding National Science Education Seminar State University of Malang
Samatowa, Usman.(2011). Pembelajaran IPA sekolah dasar. Jakarta: indeks
2012. Kooperatif Learning.Bandung:Alfabeta. Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.
Sardiman A.M. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Isjoni.
Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Moffitt, M., 2001. “Problem based learning”. A Web-based system for the profesional development of teachers in contextual teaching and learning project. Bowling Green State University Ohio. Nurhayati, Aplikasi Pendekatan Konstruktivistik Dalam Pembelajarana Bioteknologi di SMU di Jawa Timur, Makalah Seminar Nasional Lembaga Penelitian UNM Makassar, Makassar, 2000. Oon-Seng Tan, Ph.D, dkk. 2003. ProblemBased Learning Innovation. Singapore : A Division of Cengage Learning Asia Pte Ltd.
Saukah, Ali, dkk. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian. Malang: Universitas Negeri Malang. Slameto. 2010. Belajar dan FaktorFaktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik (terjemahan Narulita Yusron). Bandung: Nusa Media. Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sugiyono. 2010a. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Rumini, Sri, dkk. 1995. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UPP IKIP Yogyakarta
-------. 2010b. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Rusman. Model – Model Pembelajaran. 2010. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Ruseffendi. 1994. Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.
Sutama, dkk. 2009. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.
Sanjaya, Wina. (2006). Pembelajaran dalam Implementasi kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Prenada Media Grup.
Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Samatowa, Usman. 2006. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Dasar. Jakarta.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. ------,
2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana. Wibawa, Basuki. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas.
Winarsunu, Tulus. 2010. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: Universitas Muhamaddijah.