e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING BERBANTUAN PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA Kelas V SD I Ketut Dedi Agung Susanto Putra1, I Gede Margunayasa2, I Made Citra Wibawa3 1,2,3 Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.
Email:
[email protected] 1 ,
[email protected] 2 ,
[email protected] 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Media Peta Pikiran dengan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Media Peta Pikiran. Rancangan penelitian menggunakan “post-test only control group design” dengan analisis data uji-t. Populasi penelitian ini yaitu siswa yang ada di Gugus II Kecamatan Banjar tahun pelajaran 2016/2017 sejumlah 157 siswa. Sampel Diambil menggunakan teknil random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Peta Pikiran dan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Peta Pikiran dengan perhitungan thitung = 3,35 > ttabel = 1,99 dengan signifikasi < 0,05. Rata-rata hasil belajar kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Peta Pikiran lebih tinggi daripada kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Peta Pikiran 24,16>20,28. Hal ini menunjukkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Media Peta pikiran berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar IPA. Kata-kata kunci: hasil belajar, Inkuiri Terbimbing, Media Peta Pikiran. Abstract This study aims to determine the difference between IPA learning outcomes between groups of students who were taught using a guided Inquiry learning model Mind Media Map with a group of students who were not taught by using instructional model of Guided Inquiry. The study design used "post-test only control group design" with t-test data analysis. The population of this study are students in Gugus II District Banjar 2016/2017 lessons a number of 157 students. Sample Taken using teknil random sampling. The results showed that there was a significant difference of science learning outcomes between groups of students who were studied with the guided Inquiry learning model assisted Mind Map and groups of students who were not learned by using the guided inquiry-based Inquiry learning model with thitung = 3,35> ttabel = 1.99 with signifikasion < 0,05. The average learning outcomes of the students group that were taught by the guided inquiry-based Inquiry learning model was higher than the group of students who were not taught by the mindassisted Inquiry learning model Mind Map 24,16> 20,28. This shows the instructional model of Guided Inquiry through Media The mind map has a significant effect on the science learning outcomes. Keywords: learning outcomes, Guided Inquiry, Mind Map Media.
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
PENDAHULUAN Pendidikan dilakukan dengan segala usaha yang dilaksanakan secara sadar dan bertujuan untuk mengubah manusia yang dari tidak tahu menjadi tahu. Pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dalam bermasyarakat, dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang dilakukan adalah usaha yang disadari oleh pembelajarnya agar pengetahuan mampu didapat dengan baik dan mampu bermanfaat di segala hal. Pembelajaran IPA di sekolah dasar sebaiknya memberikan kebebasan siswa untuk membuat atau menafsirkan suatu hal dalam kegiatan pembelajaranya untuk merancang dan menemukan sesuatu secara mandiri. Dengan hal tersebut maka pembelajaran IPA diharapkan mampu dipahami dengan baik oleh siswa karena siswa mampu bekerja dan berkarya menemukan suatu hal secara mandiri dan secara bermakna. Pembelajaran IPA yang identik membahas tentang alam dan kejadian yang ada di alam maka pembelajaran IPA seharusnya dibuat dan dikemas dengan baik dan memanfaatkan alam yang ada di lingkungan sekolah, penggunaan alam sebagai Media nyata diyakini mampu membuat siswa menjadi lebih aktif untuk melakukan percobaan di alam atau lingkungan sekolah. Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2007 tentang Standar isi “IPA di sekolah dasar berkaitan erat dengan usaha siswa untuk mencari tahu tentang alam dengan langkah-langkah yang sistematis.” Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Marsetio Donosepoetro (Trianto, 2012:137) “Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. IPA dipandang pula sebagai proses, sebagai produk dan sebagai prosedur”. Sementara itu Laksmi dkk (Trianto, 2012:137) mengatakan bahwa “IPA
hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi”. Sudana dkk, 2016 ”IPA sebagai proses adalah keterampilan yang dilakukan oleh para ilmuwan, diantaranya adalah mengamati, mengukur, menarik kesimpulan, mengendalikan variabel, merumuskan hipotesa, membuat grafik dan tabel data, membuat definisi operasional, dan melakukan eksperimen”. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan pada hari rabu 11 Januari dan kamis 12 Januari 2017 di Gugus II Kecamatan Banjar, banyak sekali permasalahan yang ditemukan berkaitan dengan proses pembelajaran khususnya pembelajaran IPA di sekolah dasar diantaranya, guru memberikan materi pelajaran kepada siswa dengan metode ceramah. Penggunaan metode ceramah berdasarkan wawancara dengan guru kelas V diyakini oleh guru bisa menyampaikan materi pembelajaran secara luas dan banyak, dengan sekali tatap muka dengan berceramah diyakini guru mampu memberikan banyak pengetahuan kepada siswa tanpa siswa banyak melakukan kegiatan dalam pembelajaran, hanya siswa mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Kurangnya bimbingan guru saat memberikan materi pembelajaran di dalam kelas mengakibatkan ada siswa yang kurang mengikuti pembelajaran secara serius di dalam kelas, guru saat memberikan pembelajaran di dalam kelas hanya memberikan cerita di depan kelas tanpa memfasilitasi siswa untuk bertanya mengenai permasalahan yang dihadapi oleh siswa pada saat melaksnakan pembelajaran di dalam kelas. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru cenderung hanya memberikan materi kepada siswa dilanjutkan dengan memberikan soal-soal kepada siswa tanpa diberikan bimbingan kepada siswa saat siswa melaksanakan pembelajaran. Hal tersebut pasti akan berimbas pada hasil belajar siswa yang terlihat dari perolehan skor setelah dilaksanakanya UAS banyak siswa mendapatkan nilai yang dibawah nilai KKM hal ini pasti sangat berpengaruh terhadap ketuntasan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Berdasarkan dari studi dokumentasi di Gugus II Kecamatan Banjar dapat 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
dikatakan bahwa masih perlu ditingkatkan lagi metode pembelajaran yang dilakukan di Gugus II Kecamatan Banjar untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Guru juga harus mampu memilih model pembelajaran yang mampu membuat siswa untuk aktif dalam melaksanakan pembelajaran. Penggunaan Media pembelajaran juga sangat bermanfaat bagi siswa karena dalam penyampaian materi dari guru kepada siswa lebih mudah dan diyakini mampu bermanfaat bagi siswa pada saat proses pembelajaran. Hal tersebut bisa dirubah dengan menggunakan metode pembelajaran yang mampu meningkatkan aktifitas siswa di dalam kelas untuk menempa dirinya dengan baik melalui kegiatan kegiatan yang bisa dilakukan untuk menemukan pemahaman materi secara mandiri melalui kegiatan yang siswa lakukan di dalam kelas. Model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan jika menemui permasalahan seperi itu adalah penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Dalam Trianto (2009:114) “Inkuiri merupakan bagian inti dari pembelajaran berbasis kontekstual, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa bukan berdasarkan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri”. Trianto (2009:114) menyatakan bahwa “model pembelajaran Inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran kontekstual, Inkuiri dapat diartikan sebagai suatu proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan”. Jadi Inkuiri berarti suatu proses penemuan suatu materi dengan cara penemuan, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat fakta fakta melainkan haruslah suatu penemuan yang didasari dari berpikir logis, analitis, dan kritis. Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing adalah suatu model pembelajaran yang pelaksanaanya dimulai dari pengambilan suatu masalah yang nantinya didiskusikan oleh siswa dan pada akhir kegiatan siswa mampu menarik suatu kesimpulan secara mandiri dari kegiatan yang dilaksanakan di kelas berkaitan dengan materi yang dibahas pada
pertemuan tersebut. Dengan hal itu diharapkan siswa mampu menjadi lebih sistematis, kritis, logis, analitis agar dapat meneruskan apa yang sudah didapatkan dalam proses pembelajaran itu secara percaya diri sehingga mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Selain untuk peningkatan hasil belajar, dalam penerapan Inkuiri Terbimbing guru juga harus menyiapkan perangkat pembelajaran yang digunakan dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Adapun beberapa tahapan dalam proses pembelajaran inkuiri terbimbing adalah (1) Menyajikan pertanyaan atau masalah. (2) Membuat hipotesis. (3) Merancang percobaan. (4) Mengumpulkan dan menganilisis data. (5) Membuat kesimpulan. Alamsyah (2009:20) menyebutkan bahwa Peta Pikiran adalah “suatu teknik visual yang dapat yang dapat menyelesaikan proses belajar dengan cara kerja alamiotak”. Susiliana (2009:14) “pemetaan Pikiran adalah salah satu teknik yang merupakan bentuk ketrampialn yang paling efektif dalam proses berpikir kreatif”. Kurniasih (2016:53) menyatakan bahwa “Mind Mapping adalah cara untuk menempatkan materi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak”. Berdasarkan pendapat beberpa ahli dapat disimpulkan bahwa Mind Map (Peta Pikiran) adalah merupakan sistem pembelajaran secara kreatif yang sesuai dengan cara kerja otak kita menggunakan potensi dan kapasitas otak secara benar dan efisien dengan memanajemen otak kiri dan otak kanan. Berkaitan dengan hal itu dengan menggunakan Media, penyampaian materi pasti akan lebih mudah untuk dipahami siswa. Dalam pemilihan model pembelajaran guru juga harus memilih dengan baik model-model pembelajaran yang sesuai dan cocok untuk materi dan perkembangan kognitif siswa, harus diketahui juga dalam perkembangan manusia memiliki beberapa tahapan seperti pra-operasional, operasional, operasional konkrit. Oleh karena itu peneliti mengungkapkan hal tersebut melalui penelitian yang berjudul “Pengaruh Model 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbantuan Peta Pikiran Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD di Gugus II Kecamatan Banjar Tahun Pelajaran 2016/2017”.
(2) SD Negeri 2 tigawasa 28 siswa, (3) SD Negeri 3 Tigawasa 31 siswa (4) SD Negeri 1 temukus 35 siswa. (5) SD Negeri 4 temukus 17 siswa. (6) SD Negeri 5 temukus 10 siswa. Data hasil belajar IPA semester I pada siswa SD kelas V tersebut dilakukan uji kesetaraan yang dianalisis dengan uji ANAVA. Dari hasil uji ANAVA yang dilakukan diperoleh ke-6 SD yang ada di Gugus II Kecamatan Banjar memiliki kemampuan akademik setara. Langkah selanjutnya ialah melakukan teknik random sampling terhadap keempat sekolah tersebut. Dari teknik random sampling dengan teknik diperoleh SD Negeri 1 tigawasa sebagai kelompok eksperimen dan SD Negeri 1 temukus sebagai kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media peta pikiran dan kelompok kontrol tidak diberikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media peta pikiran. Desain Penelitian yang digunakan adalah post-test only kontrol group design. Pemilihan desain ini karena peneliti ingin mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media peta pikiran dan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Media Peta Pikiran, dengan menngunakan metode posttest. Dalam penelitian ini kelompok yang diberikan perlakuan model pembelajarn inkuiri terbimbing berbantuan media peta pikiran adalah seluruh siswa kelas V di SD N 1 Tigawasa sebagai kelompok eksperimen yang berjumlah 36 orang siswa, sedangkan yang menjadi kelompok siswa yang tidak dibelajarkkan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Media Peta Pikiran adalah seluruh siswa kelas V di SD N 1 Temukus yang disebut kelompok kontrol yang berjumlah 35 orang siswa. Penelitian ini menggunakan 2 Variabel. Variabel bebas yaitu model pembelajaran Ikuiri terbimbing berbantuan media peta pikiran dan Variabel terikat yaitu hasil belajar.
METODE Penelitian ini dilaksanakan di Gugud II kecamatan Banjar tahun pelajran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment) karena tidak semua variabel yang muncul dalam kondisi eksperimen dapat diatur dan dikontrol secara ketat selama 24 jam. Kuasi eksperimen merupakan sebuah penelitian yang memerlukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, tetapi tidak memungkinkan diadakannya pengambilan subjek penelitian secara acak dari populasi yang ada. Hal tersebut dikarenakan subjek (siswa) secara alami telah terbentuk dalam satu kelompok (satu kelas). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Dantes (2012) yang menyatakan bahwa ”penelitian bentuk ini, sering digunakan intact group, seperti kelas yang menyebabkan randomisasi tidak dapat dilakukan. Selain itu, jenis penelitian ini digunakan karena tidak semua variabel dan kondisi eksperimental dapat dikendalikan secara ketat”. Sukrdi (2013:180) mengemukakan bahwa “eksperimen mempunyai 3 karakteristik yaitu 1) variabel bebas yang dimanipulasi, 2) variabel lain yang berpengaruh dikontrol agar tetap konstan, 3) efek atau pengaruh manipulasi variabel bebas dan variabel terikat diamati secara langsung oleh peneliti.” Dalam penelitian ini akan diteliti hubungan sebab akibat dengan memanipulasi satu variabel dalam kelompok yang diberikan perlakuan (kelompok eksperimen) dengan kelompok yang tidak diberi perlakuan (kelompok kontrol). Berdasarkan uraian di atas, dipastikan bahwa dalam penelitian eksperimen semu tidak semua variabel yang berpengaruh terhadap variabel terikat dapat dikontrol. Selain itu, sampel penelitian terdapat dalam kelas-kelas yang sudah ada, jadi tidak bisa mengubah struktur yang ada. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD di Gugus III Kecamatan Banjar, dengan jumlah 157 siswa, dibagi menjadi 6 SD yaitu (1) SD Negeri 1 tigawasa, 36 siswa, 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA ranah kognitif yang dikumpulkan melalui tes pilhan ganda. Tes tersebut telah di uji coba, sehingga teruji validitas dan reliabilitasnya. Hasil tes uji tersebut selanjutnya diberikan kepada siswa kelas eksperimen dan kontrol sebagai posttest. Data hasil belajar siswa dikumpulkan dengan menggunakan metode tes, dengan menggunakan instrument tes pilihan ganda sejumlah 30 butir tes. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis statistik deskriptif dan data dianalisis dengan menghitung nilai mean, median, modus, standar deviasi, varian, skor maksimum, dan
skor minimum. Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk kurva poligon. Sedangkan teknik yang digunakan untuk menganalisis data guna menguji hipotesis penelitian adalah uji-t (polled varians). Untuk bisa melakukan uji hipotesis, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dan perlu dibuktikan. Persyaratan yang dimaksud yaitu: (1) data yang dianalisis harus berdistribusi normal, (2) kedua data yang dianalisis harus bersifat homogen. Untuk dapat membuktikan dan mememenuhi persyaratan tersebut, maka dilakukanlah uji prasyarat analisis dengan melakukan uji normalitas, dan uji homogenitas.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasi Pengukuran dilakukan setelah kelompok siswa yang dibelajarkan dengan mdel pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media peta pikiran dan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media peta pikiran sebanyak, tujuh kali pertemuan dengan materi ajar yang sama. Analisis data
dilakukan pada masing-masing yaitu kelompok siswayang dibelajarkan dengan mdel pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media peta pikiran dan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbantuan media peta pikiran. Adapun hasil analisi statistik diskriptif disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. analisis data dengan statistik diskriptif Satistik Mean Median Modus Standar deviasi Varians
Kelompok Eksperimen 24,16 24,40 25,75 4,07 16,48
Kelompok Kontrol 20,88 20,65 20,15 4,34 18,85
Maka dapat dikemukakan bahwa kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan media Peta Pikiran memiliki mean= 24,16 median = 24,40, modus = 25,75, varians = 16,48, standar deviasi = 4,07, skor minimum = 15, skor maksimum = 30. Sedangkan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan media Peta Pikiran memiliki mean = 20,88, median 20,65, modus = 20,15, varians = 18,85, standar deviasi = 18,85, skor minimum = 2, skor maksimum = 27.
Dari data tersebut, kelompok eksperimen yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan media Peta Pikira memiliki rata-rata hasil belajar IPA lebih besar dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar IPA kelompok siswa yang tidak dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan media Peta Pikiran. Data hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen menunjukan bahwa skor tertinggi adalah 27 dan skor terendah adalah 13. Mean, median, modus hasil belajar IPA kelompok siswa yang
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
dibelajarakan dengan model pembelajaran disajikan ke dalam kurva polygon pada gambar 1.
Gambar 2. Kurva Poligon Data Hasil Belajar IPA Kelompok siswa yang Tidak dibelajarkan Model Pembeljaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Media Peta Pikiran.
Frekuensi
Grafik Pholigon Kelompok Eksperimen
Skor Mean (M), Median (Md), Modus (Mo) digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurva sebaran data kelompok siswa yang tidak dibelajarkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Peta Pikiran merupakan juling positif karena M>Md>Mo (20,28>20,65>21,35). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor siswa cenderung rendah. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis untuk mendapatkan simpulan, maka prasyarat yang harus dipenuhi adalah data setiap kelompok berdistribusi normal dan semua harus homogen. Berikut ini diuraikan mengenai hasil pengujian normalitas dan homogenitas terhadap data skor hasil belajar IPA. Setelah melakukan analisis statistik deskriptif, selanjutnya dilakukan uji prasyarat untuk menguji hipotesis. Uji prasyarat yang dilakukan adalah uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Uji normalitas sebaran data dengan teknik Chi-Square dilakukan terhadap dua jenis data, yaitu data hasil belajar IPA pada kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan peta pikiran dan data hasil belajar IPA pada kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan peta pikiran. Hasil uji normalitas sebaran data hasil belajar IPA pada kelompok eksperimen menunjukkan harga Chi-Square hitung (𝜒 2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔) lebih kecil daripada harga Chi-Square tabel (𝜒 2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙) yaitu 5,22 < 11,07 pada taraf signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan peta pikiran berdistribusi normal. Data hasil belajar IPA pada kelompok kontrol menunjukkan harga Chi-Square hitung (𝜒 2 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔) lebih kecil daripada harga Chi-Square tabel (𝜒 2 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙) yaitu 1,463 <
20 10 0 16
19
22
25
28
31
Titik Tengah Gambar 1. Kurva Poligon Data Hasil Belajar IPA Kelompok siswa yang dibelajarkan Model Pembeljaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Media Peta Pikiran. Skor Mean (M), Median (Md), Modus (Mo) digambarkan dalam grafik poligon tampak bahwa kurva sebaran data kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Peta Pikiran merupakan juling negatif karena Mo > Md> M (25,75> 24,40> 24,16). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar skor kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Peta Pikiran cenderung sangat tinggi. Berbeda dengan data hasil post-test hasil belajar IPA siswa kelompok kontrol menunjukan bahwa skor tertinggi adalah 7 dan skor terendah adalah 12.Mean, median, modus hasil belajar IPAkelompok siswa yang tidak dibelajarakan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Peta Pikiran disajikan ke dalam kurva poligon pada gambar 2 dibawah ini.
Frekuensi
Grafik Pholigon Kelompok Kontrol 15 10 5 0 13
16
19
22
25
28
Titik Tengah
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
yang dibelajarkan dengan mengunakan model pembelajaran ikuiri Terbimbing berbantuan media Peta Pikiran dengan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Media Peta Pikiran dikelas V Gugus II Kecamatan Banjar. Adanya perbedaan tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Media Peta Pikiran berpengaruh terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) siswa kelas V SD di Gugus IV Kecamatan Banjar tahun pelajaran 2016/2017.
11,07 pada taraf signifikansi 5%, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan peta pikiran berdistribusi normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas varians kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji homogenitas varians dilakukan menggunakan rumus uji Fisher (F). Kriteria pengujian tolak H0 jika Fhitung ≥ F(α)(v1, v2). Uji dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan pembilang n1-1 dan derajat kebebasan penyebut yaitu n2-1. Berdasarkan uji homogenitas yang telah dilakukan pada data hasil belajar IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan peta pikiran dan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan peta pikiran menunjukkan harga Fhitung < Ftabel (1,14 < 3,98) sehingga H0 yaitu variansi data sampel pada tiap kelompok tidak berbeda secara signifikan diterima. Jadi, variansi data hasil belajar IPA kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan peta pikiran dan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan peta pikiran adalah homogen. Setelah diperoleh hasil analisis uji prasyarat dilanjutkan dengan uji hipotesis. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan peta pikiran terhadap hasil belajar IPA siswa, dilakukan pengujian terhadap hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1). Kedua hipotesis yang diajukan diuji dengan uji-t independent (tidak berkorelasi) dengan rumus polled varians. Hasil analisis Uji-t dengan rumus poled varians diperoleh thitung sebesar 3,35 sedangkan ttabel dengan db = 69 pada taraf signifikasi 5% adalah 1,99. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa thitung > ttabel yang terlihat dari thitung (3, 35) lebih besar dari ttabel (1,99) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Maka dari itu dapat di tarik kesimpulan bahwa terdapat perbadaan yang signifikan signifikan antara kelompok siswa
PEMBAHASAN Penelitian ini berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V di Gugus II Kecamatan Banjar, diamana setalah menerapakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Media Peta Pikiran terlihat hasil belajar IPA lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran yang tidak menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Media Peta Pikiran. Hal ini terlihat dari penelitian yang dilakukan di SD Gugus II Kecamatan Banjar, bahwa nilai rata-rata skor yang diperoleh kepada kelompok siswa yang dibelajarkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Media Peta Pikiran lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata skor kelompok siswa yang tidak belajarkan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Media Peta Pikiran. Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan peta pikiran dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model Inkuiri Terbimbing berbantuan peta pikiran dan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan model Inkuiri Terbimbing berbantuan peta pikiran. Berdasarkan hasil analisis data, hasil pengujian hipotesis telah berhasil menolak H0 yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan peta pikiran dan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
berbantuan peta pikiran. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan peta pikiran dan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan peta pikiran pada siswa kelas V SD di Gugus II Kecamatan Banjar Tahun Pelajaran 2016/2017. Hal ini ditunjukkan dengan nilai thitung > ttabel pada taraf signifikansi 5%, diperoleh thitung > ttabel yaitu 3,35 > 1,66 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima.
dalam mengikuti pembelajaran. Dalam penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Media Peta Pikiran, siswa dibimbing untuk menggali informasi yang berkaitan dengan topik pembelajaran dengan cara melakukan suatu kegiatan percobaan dengan cara pertama membuat rumusan masalah, membuat hipotesis, merancang kegiatan percobaan, mengumpulkan data, menganalisis data dan yang terahir adalah menyimpulkan dengan cara membuat suatu peta pikira untuk mampu meningkatkan daya ingat siswa mengenai pokok-pokok pikiran dalam suatu pembelajaran. Dengan hal itu siswa akan aktif selama proses pembelajaran. Apabila siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran maka berdampak pada meningkatnya motivasi belajar siswa, sehingga hasil belajar siswa pun dapat meningkat.
Berdasarkan hal itu maka penggunaan model pembelajaran yang baik dan sesuai dengan materi sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, maka dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa guru dianjurkan untuk menggunakan model pembelajaran serta Media pembelajaran yang sesuai dengan materi pembelajaran, seperti contohnya model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Media Peta Pikiran pada materi sift-sifat cahaya dalam pembelajaran IPA kelas V di Sekolah Dasar. Perbedaan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Media Peta Pikiran dengan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Media Peta Pikiran disebabkan adanya perbedaan perlakuan pada proses pembelajaran. Hal itu dikarenakan pada model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Media Peta Pikiran siswa dilibatkan secara penuh dalam pembelajaran dan melatih siswa agar mampu menemukan materi sendiri dengan melakukan suatu kegiatan penemuan atau percobaan. . Peningkatan hasil belajar dapat terjadi karena beberapa hal. Pertama, pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Media Peta Pikiran dapat mengubah pembelajaran yang awalnya berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa menjadi lebih termotivasi
Berdasarkan hasil analisis data kemampuan hasil belajar siswa menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan kemampuan hasil belajar antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran InkuiriTerbimbing berbantuan PetaPikiran dengan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran InkuiriTerbimbing berbantuan Peta Pikiran. Rata-rata skor kemampuan hasil belajar kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Peta Pikiranlebih tinggi dari rata-rata skor kemampuan hasil belajar kelompok siswa yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Peta Pikiran, perbedaan tersebut disebabkan oleh penerapan model pembelajaran yang berbeda. Model pembelajaran Inkuiri adalah model pembelajaran yang menekankan pada proses dimana siswa harus memecahkan suatu masalah dengan melakukan suatu kegiatan yang terprosedur sehingga bisa menarik sutu kesimpulan yang baik. Hal ini ditekankan oleh Gulo (dalam Trianto, 2007:135) menyatakan “Pembelajaran Inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri” Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Media Peta Pikiran sangat berbeda dengan model pembelajaran yang biasa diterapakan oleh guru–guru di sekolah. Perbedaan ini terlihat dari sintaks pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Media Peta Pikiran yang terdiri dari beberapan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahida (2016) “Perbedaan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dan Kelompok Siswa Yang Dibelajarkan Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Siswa Kelas V Sd Di Kelurahan Kaliuntu Tahun Pelajaran 2015/2016” Hasil penelitiannya menyebutkan bahwa hasil belajar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model Inkuiri Terbimbing lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional. Rata-rata skor hasil belajar IPA yang diperoleh oleh kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing adalah 23,45 dan rata-rata skor hasil belajar IPA yang diperoleh kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional adalah 15,82.
Terbimbing berbantuan Media Peta Pikiran di kelas V SD di Gugus II Kecamatan Banjar ( M 1 = 24,16 > M 2 = 20,28). Terdapat perbedaan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Media Peta Pikiran berpengaruh positif terhadap hasil belajar IPA siswa dibandingkan dengan penerapan tanpa model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Media Peta Pikiran.
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yaitu kepada guru disarankan untuk menerapkan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan peta pikiran dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas dan mengembangkan hasil belajar IPA siswa. Hal ini karena dalam model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan peta pikiran mampu membantu siswa dalam memecahkan masalah dengan prosedur-prosedur penemuan dalam ilmu pengetahuan serta mendapat catatan yang menarik sehingga membantu siswa lebih mudah mengingat serta memahami materi yang sedang dipelajari. Guru juga sebaiknya membiasakan siswa untuk membuat peta pikiran tidak terbatas pada mata pelajaran IPA saja tetapi juga pada mata pelajaran lainnya. Selain itu, guru sebaiknya lebih sering membentuk kelompok diskusi dalam setiap pembelajaran, agar peserta didik terbiasa memecahkan permasalahan maupun soal-soal yang berkaitan dengan materi melalui diskusi dengan berkelompok. Kepada siswa disarankan untuk berlatih membuat peta pikiran yang digunakan sebagai media untuk mempermudah siswa dalam menemukan konsep-konsep IPA secara mandiri, aktif dan kreatif untuk dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep sehingga mampu berimplikasi pada pencapaian hasil belajar yang lebih optimal. Penelitian ini terbatas
PENUTUP Simpulan Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Media Peta Pikiran dengan siswa yang tidak dibelajarkan dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Media Peta Pikiran pada siswa kelas V SD di Gugus II Kecamatan Banjar tahun pelajaran 2016/2017. Hal ini ditunjukkan pada hasil uji hipotesis yang diketahui bahwa thitung > ttabel (3,98>1,14) berarti terdapat perbedaan hasil belajar IPA. Kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing berbantuan Media Peta Pikiran, menunjukkan hasil belajar IPA lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang tidak dibelajarkan denganmodel pembelajaran Inkuiri 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Mulyasa. 2009. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja rosdakarya. Rahmat, Cece dan Didi Suherdi. 1999. Evaluasi pengajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Dirjen Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Rasyid, Harum dan Mansur. 2009. Penilaian hasil belajar. Bandung: CV Wacana Prima. Sadia, I Wayan. 2014. Model-model Pembelajaran Sains Konstruktivistik. Singaraja: UNDIKSHA. Santyasa. 2012. Pembelajaran Inovatif. Singaraja: UNDIKSHA PRESS. Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sudana, Dewa Nyoman. 2016. Konsep dasar IPA II. UNDIKSHA PRESS. Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: PT Bumi Aksara. Suprijono, agus. 2009. Cooperative learning dan aplikasi PAIKEM. Yogyakarta pustaka pelajar. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Susilana, Rudi dan Riana Cepi. 2007. Media Pembelajaran “ Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan dan Penilaian” . Bandung: Wacana Prima. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pusta
membahas pada materi IPA yaitu tentang sifat-sifat cahaya dan batuan, melibatkan sampel terbatas pada satu gugus, dan mengukur satu variabel yaitu hasil belajar IPA. Kepada peneliti lain, disarankan agar mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan peta pikiran dalam bidang ilmu IPA maupun bidang ilmu lainnya. Pada materi-materi IPA yang lain dan lebih luas, melibatkan sampel yang lebih besar misalnya dalam satu kecamatan atau satu kabupaten serta melibatkan variabel-variabel yang lain sehingga mendapatkan hasil yang lebih optimal. DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Malang:Aditya Media Publishing. Alamsyah, Maurizal. 2009. Kiat Jitu Meningkatkan Prestasi Dengan Mind Mapping. Jakarta: Mitra Pelajar. Anderson, Larin W Dan David R. Krathwohl. 2010. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran Pengajaran dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arisyanti,K. D. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Script Berbantuan PetaPikiran Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Busungbiu. e-jurnal Unndiksha. Hermawan, Asep Herry dkk. 2013. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran di SD. Banten: Universitas Terbuka. Koyan. 2012. Statistik Pendidikan Teknik Analisis Data Kuantitatif. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Kurniasih, Imas. 2016. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Kata pena.
10