Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V Kmg Citra Padma Utami1, I Wyn Darsana 2 , I Ngh. Suadnyana 3 1, 2, 3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected][email protected] 2
[email protected] 3, Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran CIRC dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional di kelas V SD No.4 Tuban tahun pelajaran 2013/2014. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD No.4 Tuban yang banyaknya 101 orang siswa. Setelah disetarakan dan diundi sampel dalam penelitian ini adalah Kelas VB sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah siswa sebanyak 36 dan Kelas VC sebagai kelompok kontrol dengan jumlah siswa sebanyak 35. Jenis penelitian menggunakan eksperimen semu atau kuasi eksperimen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Non Equivalent Control Group Design. Data tentang hasil belajar konsep pengukuran dikumpulkan dengan instrumen berupa tes pilihan ganda. Data analisis dengan t-test melalui tahapan uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil penelitian menunjukkan, terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran CIRC dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional ( thitung = 2,240 > ttabel = 2,000 ) dengan db = 69 ( ∑n-2 = 71 – 2 = 69 ) dan taraf signifikansi 5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran CIRC berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar IPA Kelas V SD No.4 Tuban Tahun Pelajaran 2013/2014 Kata-kata kunci : Model Pembelajaran CIRC , hasil belajar IPA.
Abstract This study aims to determine significant differences between students' science learning outcomes that learned through learning model CIRC with students that learned through conventional teaching in fifth grade of SD No. 4 Tuban year 2013/2014 . The study population was all students in the fifth grade which th are contains 101 students. After synchronized and samples drawn in this study was 5 B grade as th experimental group which are contains 36 students and 5 C grade as a control group which are contains 35 students. Types of research are using quasi-experimental or quasi-experimental . The study design used is Non- Equivalent Control Group Design . Data on study results was collected with instruments measuring the concept of a multiple choice test . This data analysis was by t - test with stage test for normality and homogeneity tests . The results showed , there was a significant differences between students who take lessons with CIRC learning model with students who take conventional learning ( of t = 2.240 > t table = 2.000 ) with db = 69 ( Σn - 2 = 71-2 = 69 ) and significance level of 5 % . It can be concluded that the learning model CIRC was significantly affect science learning outcomes in fifth grade of SD No. 4 Tuban year 2013/2014.
Key words : Learning models CIRC , learning outcomes IPA
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENDAHULUAN Menurut Corey (dalam Aisyah : 2007) Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Dari pengertian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran berpusat pada kegiatan siswa belajar dan bukan berpusat pada kegiatan guru mengajar. Merujuk dari pengertian tersebut dalam pembelajaran IPA di sekolah dasar siswa haruslah menjadi subjek bukan objek dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran IPA banyak dijumpai permasalahan kurangnya interaksi dan minat belajar siswa, karena dalam pembelajaran IPA banyak melakukan observasi dan eksperimen sehingga seorang guru harus menggunakan berbagai macam model pembelajaran hingga siswa bisa termotivasi dalam proses pembelajaran. Syaiful Sagala (2003) menyatakan pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru. Pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh siswa, mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pembelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa disaat pembelajaran sedang berlangsung. Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah terwujudnya efesiensi dan efektifitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik menurut Isjoni (2009). Suherman dan Jihad mengatakan, bahwa dengan kata lain pembelajaran pada hakekatnya merupakan proses komunikasi antara peserta didik
dengan peserta didik serta peserta didik dalam rangka perubahan sikap. Pembelajaran merupakan terjemahan dan kata “instruction”yang dalam bahasa Yunani disebut “instructus”atau“instruere”yang berarti menyampaikan pikiran Pembelajaran adalah suatu system yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta didik, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar peserta didik yang bersifat internal (Warsita, 2008), sedangkan menurut Munir (2010) pembelajaran disebut juga kegiatan pembelajaran (instrusional) adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk diri secara positif dalam kondisi tertentu. Menurut Dimyati (2002) pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang diciptakan dan dirancang untuk mendorong dan menggiatkan serta mendukung kegiatan belajar mengajar. Menurut Gagne (dalam Munadir :1999) proses pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar sehingga situasi tersebut merupakan sebagai peristiwa belajar (eventof learing), yaitu usaha untuk terjadinya tingkah laku dari peserta didik. Dari pendapat para ahli diatas bahwa pembelajaran adalah suatu usaha yang dilakukan untuk membuat peserta didik belajar yang dapat diciptakan dan dirancang untuk mendorong dan menggiatkan proses pembelajaran. Menurut Bruner (dalam Mundilarto 2000) yang terpenting dalam memperoleh pengetahuan proses memperoleh pengetahuan tersebut bukan pada hasilnya. Dengan melibatkan peserta didik aktif dalam pembelajran berarti memberikan pengalaman langsung para peserta didik untuk melakukan kegiatan ilmiah. Sehingga penyediaan pengalaman belajar bagi peserta didik harus melibatkan semua alat indra untuk beriteraksi dengan isi pembelajaran. Dari proses inilah pengetahuan dapat diperoleh peserta didik.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Bentuk penyediaan pengalaman belajar menurut Sheal Fetter (dalam Syamsul :2004) bahwa peserta didik belajar 10% dari apa yang peserta didik baca, 20% dari apa yang peserta didik dengar, 50% dari apa yang peserta didik lihat dan dengar, dan 70% dari apa yang peserta didik katakan serta 90% dari apa yang peserta katakan dan lakukan. Hal ini menunjukkan apabila pembelajaran dengan ceramah peserta didik akan mengingat hanya 20% karena peserta didik hanya mendengarkan. Sebaliknya jika guru meminta peserta didik untuk melakukan sesuatu dan melaporkan maka mereka akan mengingat sebanyak 90%. IPA sendiri berasal dan kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso (1998:23) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan dinamis tiada henti - hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berperilaku secara universal”. Menurut Abdulah (1998:18), IPA merupakan “pengetahuan teoretis yang diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimen, penyimpulan, penyusunan teori, observasi dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain”. Dari pendapat di atas maka disimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus disempurnakan. Menurut Maman (2007) pembelajaran IPA mencakup semua materi yang terkait dengan objek alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energy dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya. IPA terdiri dari tiga aspek yaitu Fisika, Biologi dan Kimia. Pada aspek Fisika IPA lebih memfokuskan pada benda benda tak hidup.Pada aspek Biologi IPA mengkaji pada persoalan yang terkait dengan mahluk hidup serta lingkungannya. Sedangkan
pada aspek Kimia IPA mempelajari gejala gejala kimia baik yang ada pada mahluk hidup maupun benda yang ada di alam. IPA merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengungkapkan gejala - gejala alam dengan menerapkan langkah - langkah ilmiah serta untuk membentuk kepribadian atau tingkah laku siswa sehingga siswa dapat memahami proses IPA dan dapat dikembangkan di masyarakat. Melalui observasi dan kegiatan wawancara yang telah dilakukan di SD No.4 Tuban menunjukan bahwa proses pembelajaran IPA masih menggunakan model pembelajaran konvensional, dalam proses pembelajaran ini guru sebagai pusat informasi sehingga pembelajaran tidak berlangsung secara multi arah yang mengakibatkan kurangnya interaksi antara siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru. Hal tersebut dilakukan oleh guru karena guru mengejar target kurikulum yaitu menghabiskan materi pembelajaran atau bahan ajar dalam kurun waktu tertentu. Dan ini akan berdampak juga pada banyaknya hasil belajar siswa yang belum mencapai target yang telah ditetapkan, yakni 65. Untuk itulah perlu adanya inovasi model pembelajaran IPA, dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai yaitu CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) yang dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar IPA kelas V SD No. 4 Tuban. Penerapan model CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) atau Kooperatif terpadu, karena mengacu kepada prinsip belajar terpadu yang sejalan dengan empat pilar pendidikan yang digariskan UNESCO dalam kegiatan pembelajaran. Empat pilar itu adalah ”belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk berbuat (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup dalam kebersamaan (Learning to live together)” (Depdiknas, 2002). Dilihat dari terjemahan CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif–kelompok. Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition-CIRC (Kooperatif Terpadu
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Membaca dan Menulis) merupakan model pembelajaran yang pada umumnya sering digunakan pada mata pelajaran yang menggunakan bahasa. Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ini dapat dikategorikan pembelajaran terpadu. Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat keterpaduannya, pembelajaran terpadu dapat dikelompokkan menjadi: 1) model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi model connected (keterhubungan) dan model nested (terangkai). 2) model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model shared (perpaduan), model webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model integreted (terpadu). 3) model dalam lintas siswa. Model pembelajaran CIRC pada mulanya digunakan mengkhusus pada mata pelajaran Bahasa, namun saat ini model Pembelajaran CIRC telah dikembangkan bukan hanya pada pelajaran membaca bahasa saja, tetapi ilmu pengetahuan sosial dan ilmu pengetahuan alam. Model pembelajaran ini memiliki kelebihan yaitu 1) dapat lebih memahami bacaan/wacana dan tidak bergantung pada teks tertentu, 2) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memberikan suatu solusi terhadap suatu permasalah yang diberikan guru, 3) dapat digunakan untuk siswa yang memiliki tingkat kemampuan yang rendah, 4) meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, 5) meningkatkan rasa percaya diri siswa karena mereka bisa menemukan konsep dari materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan pendapat didalam kelas. Sehingga diduga penerapan model pembelajaran CIRC dapat membantu siswa yang mengalami kendala membaca untuk memahami materi, pembelajaran yang berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar yang optimal. Untuk membuktikan dugaan tersebut dilakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran CIRC ( Cooperative Integrated Reading and Composition) Terhadap Hasil Belajar IPA Siwa Kelas V SD No. 4 Tuban Tahun Pelajaran 2013/2014.
METODE PENELITIAN Sesuai dengan fokus masalah, tujuan penelitian dan kaitan antar variabel yang dilibatkan dalam rancangan penelitian ini, maka penelitian ini termasuk kategori penelitian eksperimen semu. Hal ini dilakukan karena : 1) proses pengacakan (randomisasi) terhadap peserta didik yang telah dikelompokkan ke dalam kelas-kelas tertentu tidak mungkin merubah tatanan kelas yang sudah ada dan 2) tidak mungkin mengontrol secara ketat variabel yang diteliti, maka penelitian ini tergolong eksperimen semu (quasi experiment). Dalam situasi sekolah, jadwal pelajaran tidak dapat diganggu gugat, atau kelas direorganisasi demi kepentingan studi penelitian. Desain eksperimen yang akan digunakan adalah desain Nonequivalent Control Group Design Pemilihan metode ini disesuaikan dengan data yang diharapkan, yaitu perbedaan hasil belajar sebagai akibat perlakuan yang diberikan. Secara skematis desain penelitian ini dapat dilihat di bawah ini. Gambar 3.1 Desain Penelitian O1 X O2 O3 O4 (Sugiyono,2010:116) Data hasil belajar ini hanya diambil dari skor postes saja, yang dilakukan pada akhir penelitian. Skor preetes dalam penelitian ini hanya untuk mencari uji kesetaraan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, preetes yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai ulangan sumatif semester 2, dari nilai ulangan sumatif semester 2 tersebut dilakukan pemasangan nilai yang sama sehingga mengetahui kesetaraan. Dari informasi kepala sekolah dan guru bidang studi IPA kelas V, dikatakan bahwa kelaskelas tersebut setara secara akademik, untuk itu telah ditentukan kelas VB (eksperimen) dan kelas VC (kontrol) dengan cara diundi (random). Setelah itu diberikan perlakuan (treatmen) kelompok eksperimen berupa model CIRC dan kepada kelompok kontrol pembelajaran konvensional, pada akhirnya eksperimen
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
dari kedua kelas tersebut diberikan post test. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini terdiri dari tahap persiapan, pelaksanaan dan pengakhiran. Adapaun tahapannya sebagai berikut. 1) tahap persiapan, pada tahap persiapan eksperimen kegiatan yang dilakukan adalah : (a) Menentukan kelas yang akan dijadikan kelompok control dan kelompok eksperimen dengan teknik undian yang terlebih dahulu disetarakan. (b) Menyiapkan perangkat pembelajaran silabus dan RPP. (c) Mempelajari materi pelajaran IPA dan buku ajar untuk mempersiapkan bahan ajar. (d) Menyusun instrumen penilaian berupa tes untuk mengukur hasil belajar peserta didik pada pelajaran IPA. 2) tahap pelaksanaan, penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD No.4 Tuban Kuta Tengah Tahun Pelajaran 2013 / 2014. Penelitian ini dirancang selama semester ganjil tahun ajaran 2013/2014. Pembelajaran dilakukan dalam 6 kali pelaksanaan dan satu kali kegiatan post tes terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol 3) tahap akhir eksperimen, pada tahap pengakhiran langkah-langkah yang akan dilakukan adalah (a) Memberikan post test pada akhir penelitian, baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. (b) Menganalisis data hasil penelitian dan melakukan uji hipotesis. Lokasi penelitian adalah SD No. 4 Tuban Kuta Tengah. Pemilihan sekolah ini sebagai tempat penelitian dengan alasan : 1) Sekolah ini belum pernah dilakukan penelitian yang sama dengan penelitian ini sebelumnya, 2) Dekat dengan tempat tinggal dan siswa yang heterogen baik dari kemampuan maupun latar belakang. Populasi penelitian, menurut Sugiyono (2001: 55) populasi adalah wilayah generalisasi yang atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga benda-benda alam yang lain. populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada objek/subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh objek atau subjek itu.
Menurut Nazir (2005: 271) pengertian populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan. Kualitas atau ciri tersebut dinamakan variabel. Dan Menurut Nawawi (Margono, 2004: 118) pengertian populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karaktersitik tertentu di dalam suatu penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas V SD No.4 Tuban Kuta Tengah tahun pelajaran 2013/2014, yang terdiri dari tiga kelas dengan jumlah peserta didik seluruhnya 101 peserta didik. Sebaran anggota populasi dalam tiap kelas dapat dilihat pada label 3 berikut ini:
No. 1
Kelas VA
Jumlah 30
2
VB
36
3
VC
35
Jumlah
101
Sampel penelitian, jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Menurut Sugiyono (2010:215) sampel adalah “sebagian dari populasi itu”. Populasi itu misalnya penduduk diwilayah tertentu, jumlah pegawai pada organisasi tertentu, jumlah guru dan murid di sekolah tertentu dan sebagainya. Sementara itu, Margono (2010:121) mengemukakan bahwa sampel adalah “sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu”. Senada dengan itu, Sudjana (2005:6) mengemukakan bahwa sampel adalah “sebagian yang diambil dari populasi”. Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagi bagian dari populasi yang diambil. Dalam penelitian ini sampel yang dipergunakan adalah dua kelas dari tiga kelas yang ada SD No. 4 Tuban. Teknik
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling, dan sebelumnya ke tiga kelas telah di uji kesetaraannya kemudian dirandom adalah kelas. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut. 1) Membuat 3 gulungan kertas yang masing-masing diisi tulisan VA, VB, dan VC selanjutnya ketiga gulungan itu dimasukkan ke dalam sebuah kotak. 2) Dari dalam kotak diambil dua gulungan kertas yang akan dipakai sebagai sampel. 3) Selanjutnya dari kedua gulungan yang terpilih di undi lagi untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 4) yang diambil pertama kali merupakan kelompok eksperimen dan yang diambil kedua merupakan kelompok kontrol, 5) Dan yang menjadi kelompok eksperimen adalah kelas VB, serta kelompok kontrolnya kelas VC. Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Penelitian ini melibatkan variabel bebas dan variabel terikat yang dijelaskan sebagai berikut. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran CIRC yang dikenakan pada kelompok eksperimen. Variabel Terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA peserta didik. Metode pengumpulan data, metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah metode tes yaitu tes hasil belajar IPA. Bentuk tes yang digunakan adalah tes objektif (dalam bentuk pilihan ganda), dengan jumlah soal 50 soal dan setelah dilakukan uji validitas tes, sehingga jumlah tes yang valid adalah 30 soal. Tes adalah penilaian komprehensif terhadap seorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi program (Arikunto, 2008:33). Suatu tes untuk mengevaluasi hasil belajar disebut baik jika materi yang terkandung dalam butir-butir tes tersebut dapat mewakili seluruh materi yang telah dipelajari siswa. Sebaliknya suatu tes dikatakan kurang baik bila tes tersebut hanya memuat sebagian kecil materi yang diajarkan oleh guru. Untuk menghindari hal tersebut dan untuk mendapatkan tes yang representative maka perlu dilakukan
analisis rasional, artinya dengan melakukan analisis berdasarkan pikiran logis tentang materi-materi yang akan diteskan, tujuan intruksional, serta bentuk atau tipe tes yang akan dicapai (Sudjana, 2010).
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari Hasil uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas diperoleh bahwa data dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Berdasarkan hal tersebut, maka akan dilanjutkan pada pengujian hipotesis penelitian (Ha) yaitu terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model CIRC dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvesional pada siswa kelas V di SD 4 Tuban tahun pelajaran 2013/2014, yang telah diajukan pada kajian teori. Namun sebelum dilakukan uji hipotesis, hipotesis yang ada di Bab II diubah terlebih dulu menjadi hipotesis (H0). Sehingga hasil analisis akan membuktikan apakah data yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap responden akan mendukung atau tidak terhadap hipotesis yang telah diajukan. Adapun hipotesis nol (H0) yang akan di uji menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model CIRC dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvesional pada siswa kelas V di SD 4 Tuban tahun pelajaran 2013/2014. H0 = µ1 = µ2 atau H0 = S12 = S22 H0 = µ1 ≠ µ2 atau H0 = S12 ≠ S22 Pengujian hipotesis tersebut melalui uji-t dengan kaidah hipotesis, H0 ditolak jika thitung > ttabel dan H0 diterima jika thitung ≤ ttabel. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil seperti tabel berikut.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Tabel 1. Uji Hipotesis
Kelompok Penelitian
thitung
Eksperimen Kontrol
2,240
Nilai thitung denga Hipot n Taraf esis signifik ansi 5% Ha 2,000 (diteri ma)
Dari hasil perhitungan uji-t, diperoleh thitung sebesar 2,240 untuk mengetahui signifikansinya, maka perlu dikonsultasikan dengan nilai ttabel. Dengan db = 69 ( ∑n-2 = 71 – 2 = 69) dan taraf signifikansi 5% diperoleh ttabel = 2,000. Karena thitung lebih besar dari nilai ttabel (2,240 > 2,000), maka hipotesis nol (H0) ditolak dan (Ha) diterima . Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model CIRC dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvesional pada siswa kelas V di SD 4 Tuban tahun pelajaran 2013/2014. Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran model CIRC dapat berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V di 4 Tuban tahun pelajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji-t di atas diketahui thitung sebesar 2,240 dengan db = 69 ( n-2 = 71 – 2 = 69 ) dan taraf signifikansi 5% diperoleh nilai ttabel = 2,000. Jadi dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mengikuti model pembelajaran CIRC dengan kelompok siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal tersebut dapat dilihat dari tingginya perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Pada nilai rata-rata hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen diketahui lebih tinggi dari pada nilai rata-rata hasil belajar siswa kelompok kontrol yaitu 82,40 untuk kelompok eksperimen dan 69,60 untuk kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan hasil belajar antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Perbedaan yang signifikan hasil belajar antara model pembelajaran CIRC dengan pembelajaran konvensional dapat disebabkan adanya perbedaan sintak, sumber belajar dan metode ajar dari kedua pembelajaran. adapun sintak model pembelajaran CIRC sebagai berikut: 1) Guru membentuk kelompok 4-6 siswa, 2) guru meminta siswa membaca bacaan/wacana, 3) peserta didik bekerja sama menemukan ide pokok terhadap materi yang dibaca, 4) guru meminta peserta didik untuk mempersentasikan hasil rangkuman dari setiap kelompok, 5) peserta yang lain sebagai audiens yang memiliki hak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang muncul selama persentasi kerja kelompok, 5) guru bertindak sebagai moderator selama persentasi kerja kelompok berlangsung dan guru membantu siswa menarik kesimpulan. Sedangkan pembelajaran konvensional hanya menyesuaikan dengan keinginan guru pada saat membelajarkan siswa. sehingga siswa cenderung hanya sebagai pelaku belajar yang pasif. CIRC atau cooperative Integreted Reading and Composition merupakan model kooperatif yang memperkenalkan teknik baru latihan kurikulum mengenai pembelajaran praktis membaca dan menulis. Pengembangan CIRC dihasilkan dari sebuah analisis masalah-masalah tradisional dalam pembelajaran pelajaran membaca, menulis dan seni membaca (Robet E. Slavin; hal 200). CIRC singkatan dari cooperative Integrated Reading and Composition, termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya adalah pembelajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar, namun CIRC telah berkembang bukan hanya digunakan dalam pelajaran membaca, akan tetapi dapat digunakan juga pada pelajaran Ilmu Alam. Namun kondisi siswa SD di Indonesia pada pembelajaran konvensional dilihat dari kegiatan siswa selama berlangsungnya pembelajaran, bekerja untuk dirinya sendiri, mata ke papan tulis dan penuh perhatian, mendengarkan guru dengan seksama, dan belajar hanya dari guru atau bahan ajar, bekerja sendiri, diam
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
adalah emas, serta hanya guru yang membuat keputusan dan siswa pasif (Supinah : 2008). Tampak bahwa dalam pembelajaran guru lebih berperan sebagai subjek pembelajaran atau pembelajaran yang berpusat pada guru dan siswa sebagai objek, serta pembelajaran tidak mengkaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya banyak siswa mampu menyajikan tingkat hapalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya tidak memahami apa yang dipelajari. Sebagian besar dari siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang dipelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan atau dimanfaatkan. Menurut Fakih (1998) pengalaman belajar akan berlangsung efektif apabila peserta didik lebih menekankan pada belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar berkarya (learning to do), belajar menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup bersama secara harmonis (learning to live together). Dalam rangka memperoleh pengetahuan secara aktif, peserta didik dapat belajar secara mandiri maupun melalui kerjasama dengan melibatkan seluruh indra. Berdasarkan kondisi tersebut maka kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan harus menyediakan pengalaman belajar yang mendorong peserta didik memiliki simpati, empati dan toleransi pada orang lain. Ada tujuh komponen utama pembelajaran yang nendasari penerapan inovatif, ketujuh komponen utama tersebut adalah konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning), menemukan (inquiri), masyarakat belajar (learning community), petipean (tipeing), refleksi (reflecton), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment). Kelas dikatakan hidup jika menerapkannya. Karakteristik pembelajaran tersebut meliputi: (1) kerja sama, (2) saling menujang, (3) menyenangkan, tidak membosankan, (4) belajar dengan gaerah, (5) menggunakan berbagai sumber, (6) peserta didik aktif, (7) sharing dengan teman, (8) peseta didik kritis gurun kreatif, (9) dinding kelas dan lorong-lorong penuh dengan hasil karya peserta didik, peta-peta, gambar, artikel,
cerita humor, (10) laporan kepada orangtua bukan hanya rapor,tetapi hasil karya peserta didik, laporan hasil pratikum (Tipe Strategi Efektif, 2005) Kelebihan Model CIRC adalah sebagai berikut : 1) Dapat lebih memahami bacaan/wacana dan tidak bergantung pada teks tertentu, 2) dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memberikan suatu solusi terhadap suatu permasalah yang diberikan guru, 3) dapat digunakan untuk siswa yang memiliki tingkat kemampuan yang rendah meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, 4) rasa percaya diri siswa karena mereka bisa menemukan konsep dari materi yang dipelajari dan dapat menyampaikan pendapat didalam kelas. Dengan demikian model pembelajaran CIRC mempunyai kontribusi yang positif untuk mempengaruhi hasil belajar IPA siswa kelas V SD. Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat dinyatakan bahwa penerapan model CIRC berpenagruh signifikan terhadap hasil belajar siswa kelas V di SD No. 4 Tuban tahun pelajaran 2013/2014. Hasil belajar IPA pada kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran CIRC lebih baik daripada kelompok siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Penerapannya, model CIRC (cooperative Integrated Reading and Composition) memiliki beberapa langkah yang harus dilakukan, adapun langkahlangkanya model sebagai berikut: 1) Guru membentuk kelompok 4-6 siswa, 2) Guru meminta siswa membaca bacaan/wacana, 3) Peserta didik bekerja sama menemukan ide pokok terhadap materi yang dibaca, 4) Guru meminta peserta didik untuk mempersentasikan hasil rangkuman dari setiap kelompok, 5) Peserta yang lain sebagai audiens yang memiliki hak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan yang muncul selama persentasi kerja kelompok.Guru bertindak sebagai moderator selama persentasi kerja kelompok berlangsung dan guru membantu siswa menarik kesimpulan. Untuk membuat perencanaan yang baik dan dapat melaksanakan pembelajaran yang ideal, setiap guru harus
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
memiliki perencanaan yang baik antara lain: mengidentifikasi kebutuhan siswa, tujuan yang hendak dicapai, menggunakan skenario/strategi yang tepat untuk mencapai tujuan yang dinginkan dan kriteria evaluasi. Proses pelakasanaan model CIRC penekanan yang diberikan adalah keterampilan membaca dan menulis. Setelah siswa menerima materi dari guru. Sehingga siswa diharapkan dapat menuangkan apa yang ada dalam pikirannya menjadi sebuah tulisan, dan ketika sudah menjadi tulisan siswa dapat mengungkapkan apa yang merupakan ide pokok atau konsep yang dapat dimengerti dari materi tersebut.
PENUTUP Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model Pembelajaran CIRC dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di SD 4 Tuban tahun pelajaran 2013/2014. Karena thitung lebih dari nilai ttabel (2,240 > 2,000), maka hipotesis nol (H0) ditolak dan (Ha) diterima. Rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih besar dari hasil belajar kelas kontrol oleh karena itu dari hasil tersebut penerepan model pembelajaran CIRC berpengaruh terhadap hasil belajar IPA Siswa Kelas V di SD 4 Tuban tahun pelajaran 2013/2014. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan, dan simpulan di atas dapat di ajukan saran sebagai berikut. Bagi Siswa, model pembelajaran CIRC sebaiknya dikembangkan dan dilaksanakan dalam pembelajaran di sekolah agar proses pembelajaran berkualitas dan hasil belajar siswa optimal dan pembelajaran menjadi lebih menarik. Bagi guru, dalam pembelajaran di kelas khususnya pembelajaran IPA hendaknya dikembangkan model pembelajaran CIRC karena model ini dapat membelajarkan siswa bekerjasama dan berkomunikasi dengan baik antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru sehingga pembelajaran jadi lebih
menantang, disamping itu model pembelajaran ini siswa dapat mengembangkan ide dan konsepnya sendiri untuk memecehakan masalah yang dihadapi. Bagi sekolah, sekolah sebaiknya menyediakan fasilitas penunjang pembelajaran yang dapat membantu terlaksananya pembelajaran yang inovatif, sehingga mampu memberikan dampak positif bagi hasil belajar siswa. Bagi pemerintah, sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam meningkatkan profesioanalisme guru terkait pengembangan pembelajaran, pembekalan dan pelatihan penerapan model pembelajaran CIRC yang telah terbukti memberikan pengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa akan menambah wawasan guru terkait model pembelajaran inovatif.
DAFTAR PUSTAKA Abdullah.Idi Safarina.1998.Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat dan Pendidikan.Jakarta: Safarina. Aisyah,Nyimas,dkk. 2007. Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Arikunto. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan(edisi revisi). Cet.8. Jakarta : Bumi Aksara Fogarty. 1991. Production and Inventory Management. Ohio: South-Western Publishing Co Cincinnati. Isjoni.2009.Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok.Bandung: Alfabeta. Maman,Rumanta.2007, Praktikum IPA SD.Jakarta: Universitas Terbuka. Margono. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
Moh. Nazir. Ph.D, 2005, Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor. Mundilarto,Sudikin.2000.Metode Penelitian.Bandung.Insan Cendikiawan Robert
E. Slavin, 2005, Cooperative Learning: theory, research and practice, London: Allymand Bacon.
Sudjana,Nana.2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Sugiyono. (2001). Statistika untuk Penelitain. Bandung: Alfabeta. --------. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. --------. 2011.Panduan Praktis Memahami Penelitian.Jakarta: Pustaka Setia. Supinah. 2008. Pembelajaran Matematika SD dengan Pendekatan Kontekstual dalam Melaksanakan KTSP. Yogyakarta : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika Suyoso.1998.Manejemen Sekolah Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri.Yogyakarta: ArrRuzz. Syamsul,Bachri Thalib.2004.Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikasi.Jakarta: Kencana.