e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH BERBANTUAN PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Meida Dwi Sana Tiballa1, Dewa Nyoman Sudana2, I Ketut Gading3 1,2
Jurusan PGSD, 3 Jurusan Bimbingan Konseling, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected] ,dewanyoman_sudana@ undiksha.ac.id2,
[email protected] 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa kelas V yang mendapat perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match berbantuan peta pikiran dan siswa kelas V yang tidak mendapat perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match berbantuan peta pikiran. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan non-equivalent posttest only control group design. Sampel diambil dengan teknik random sampling. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD di Gugus X Kecamatan Buleleng. Sebanyak 32 orang siswa kelas kelas V SDN 3 Kaliuntu dilibatkan sebagai kelompok eksperimen dan 28 orang siswa kelas V SDN 1 Kaliuntu dilibatkan sebagai kelompok kontrol. Kedua kelompok memiliki kesetaraan hasil belajar IPA sebelum diberikan perlakuan. Kesetaraan ini diuji dengan Uji Anava Satu Jalur terhadap hasil ujian akhir semester sebelum perlakuan dilaksanakan. Sementara kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Berbantuan Peta Pikiran, akan tetapi mendapatkan pembelajaran yang biasanya dilaksanakan oleh guru. Setelah perlakuan kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dites hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alamnya dengan menggunakan tes hasil belajar buatan peneliti. Data hasil tes dianalisis dengan Uji-t. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mendapat perlakuan model pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Berbantuan Peta Pikiran dan siswa yang tidak mendapat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Berbantuan Peta Pikiran. Kata kunci : Model make a match, hasil belajar, IPA
Abstract This study aims to determine the difference of science learning outcomes between grade V students who received treatment with cooperative learning model type of make a match aided mind map and grade V students who are not treated with cooperative learning model type make a match assisted mind map. This research type is quasi experiment research with non-equivalent design posttest only control group design. Samples were taken by random sampling technique. The population of this research is all students of grade V SD in Gugus X Buleleng District. A total of 32 students of class V SDN 3 Kaliuntu were involved as experimental group and 28 students of grade V SDN 1 Kaliuntu were involved as control group. Both groups had equality of science learning outcomes before treatment was administered. This equality is tested by Anava Path Test against the final exam result before the treatment is done. While the control group did not get the Cooperative Learning Model Type Make A Match Mind Map Therapy, but get the learning that is usually carried out by the teacher. After the experimental group treatment and control group tested the result of study of Natural Sciences by using the result of research test made by the researcher. The test result data was analyzed by t-Test. The result of the analysis shows that there are significant differences of science learning outcomes between students who received treatment model of Cooperative Learning Type Make A
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017 Match Assisted Mind Maps and students who did not get Cooperative Learning Model Type Make A Match Assisted Mind Map. Keywords: make a match, learning outcomes, sains
PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan kegiatan yang mempunyai tujuan, yaitu membelajarkan siswa untuk mencapai kompetensi yang diinginkan. Pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat kompleks yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain guru, siswa, sarana, media, serta lingkungan. Agar pembelajaran berlangsung efektif, guru memiliki peran yang sangat penting. Guru tidak hanya berfungsi sebagai sumber ilmu, tetapi juga harus berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam pengembangan minat peserta didik dalam mencari ilmu pengetahuan secara mandiri. Namun, pada kenyataannya guru masih kesulitan untuk mengaktifkan siswa dalam belajar sehingga proses pembelajaran belum memenuhi standar proses sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA dan hasil observasi awal diperoleh data yang menunjukkan bahwa nilai rata-rata siswa dibidang studi IPA siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus X Kecamatan Buleleng dikatakan belum memenuhi KKM yang telah ditetapkan. Masih rendahnya hasil belajar siswa yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) terutama pada mata pelajaran IPA yang memiliki KKM yaitu 70 di sekolah tersebut menjadi permasalahan bagi guru yang mengajar pada sekolah tersebut. Hal ini menyebabkan kualitas pembelajaran masih rendah yang ditandai dengan rendahnya hasil belajar. Rendahnya hasil belajar IPA bisa dilihat dari nilai ulangan umum semester sebelumnya masih jauh di bawah KKM. Rendahnya hasil belajar IPA bisa disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: 1. Model pembelajaran yang diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kurang tepat kalau dilihat dari karakteristik materi yang dibahas. 2. Guru cenderung tidak mau melakukan inovasi dalam menggunakan berbagai
model pembelajaran sehingga pelajaran IPA menjadi monoton dan kurang menarik. 3. Siswa cenderung hanya memanfaatkan waktu yang ada di sekolah tanpa mengembangkan materi tambahan untuk memperluas wawasan di luar jam pelajaran. Berkaitan dengan rendahnya hasil belajar menunjukkan adanya masalah pada proses pembelajaran. Menurut Sanjaya (2009) salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia saat ini adalah lemahnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran hingga dewasa ini masih didominasi guru dan kurang memberikan akses bagi peserta didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya. Hal ini berlaku untuk semua mata pelajaran termasuk sains. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Sadia (2008) yang menyatakan bahwa model/strategi pembelajaran yang dominan digunakan oleh para guru dalam proses pembelajaran IPA adalah model ekspositori. Dari pernyataan dan fakta-fakta di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa masih rendah, pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan pembelajaran menjadi kurang menyenangkan dan tidak menantang. Oleh karena itu perlu dilakukan inovasi dalam proses pembelajaran, salah satunya dengan menggunakan modelmodel pembelajaran yang inovatif. Berbagai inovasi dalam pendidikan IPA telah dilakukan dalam kurun waktu terakhir ini. Hal ini merupakan upaya untuk membelajarkan siswa sehingga mereka dapat belajar secara optimal. Salah satu model pembelajaran yang bisa digunakan untuk meningkatkan hasil belajar, membuat pembelajaran menjadi menyenangkan, dan mengembangkan sikap bekerja sama adalah model
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
pembelajaran kooperatif (Slavin, 2011). Menurut Maonde (2015) pembelajaran Kooperatif merupakan yaitu mereka harus bertanggung jawab untuk belajar sendiri. Menurut Sunhaji (2016) pembelajaran Kooperatif merupakan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara bersama dalam belajar yang berbentuk kelompok kecil. Dasar filosofis pembelajaran kooperatif adalah kerjasama akan menghasilkan energi kolektif yang disebut sinergi. Sinergi ini akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa (Murtono, 2015). Sejalan dengan Yoruk (2016) meyatakan bahwa, Metode pembelajaran kooperatif adalah salah satu metode modern. Ini bertujuan untuk mengembangkan domain psikomotor, kognitif dan afektif para siswa. Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama, sehingga setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompoknya. Cara yang tepat yang dapat dilakukan adalah menggunakan model dan media pembelajaran. Model pembelajaran yang di maksud adalah Make A Match dengan menggunakan media peta pikiran. Model pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match merupakan model pembelajaran yang berhubungan dengan karakteristik siswa, dimana pada model pembelajaran ini siswa menjadi lebih aktif karena siswa sendiri lebih aktif untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru." Make a Match" atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa (Dewi, 2013). Model pembelajaran akan lebih efektif jika didukung oleh media pembelajaran yang tepat. Salah satu media pembelajaran yang dirasa tepat digunakan dalam pembelajaran IPA dengan Make A Match adalah peta pikiran. Buzan (2005:1) menyatakan bahwa, “peta pikiran merupakan cara mencatatat yang kreatif , efektif, dan secara harfiah akan ‘memetakan’ pikiran-pikiran kita”. Selain itu, “peta pikiran adalah suatu teknik visual yang dapat menyelaraskan.
Dalam menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match berbantuan peta pikiran ini siswa dilatih untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran secara merata serta menuntut siswa bekerjasama dengan kelompoknya agar tujuan menggunakan model pembelajaran Make A Match ini dapat tercapai dengan baik. Peta pikiran tersebut dapat digunakan untuk mengenalkan, mengkategorikan,memvisualisasikan dan mengkaji ulang aturan fonetik dan sebagai ejaan (Reima Al-Jarf, 2011). Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian untuk membuktikan adanya pengaruh model pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match dan peta pikiran terhadap hasil belajar siswa. Dengan demikian, penelitian yang akan dilakukan berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Berbantuan Peta Pikiran Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Sekolah Dasar Gugus X Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017”. METODE Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment (eksperimen semu) dengan rancangan Posttest Only Control Group Design. Rancangan penelitian ini hanya memperhitungkan skor post-test saja yang dilakukan pada akhir penelitian. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah SDN di Gugus X Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng pada tahun pelajaran 2016/2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh sekolah dasar siswa kelas V di Gugus X Kecamatan Buleleng. Jumlah SDN pada Gugus X sebanyak 5 SD namun karena 1 SD menggunakan K13 jadi hanya menggunakan 4 sekolah yang ada di Gugus X dengan jumlah keseluruhan siswa yaitu 96 orang siswa. Agung (2014:69) Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil, yang dianggap mewakili seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu”. Untuk sampel dalam penelitian ini dipilih adalah dua kelas, satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Kelas dipilih sebagaimana telah terbentuk tanpa campur tangan dari peneliti. Setelah seluruh kelas dinyatakan setara, dalam
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
menentukan sampel teknik yang digunakan disebut sebagai teknik sampling. Sampel pada penelitian ini diambil dengan cara random sampling yaitu dengan cara undian. Cara untuk mengambil sampel penelitian adalah sebagai berikut. Masing-masing kelas V tiap sekolah diberi nomor urut, selanjutnya dipilih dua kelas secara random untuk dijadikan sampel. Untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan teknik random sampling. Dari hasil pengundian untuk menentukan kelas eksperimen dan kontrol, diperoleh sampel yaitu kelas V SD Negeri 3 Kaliuntu sebagai kelas eksperimen dan kelas V SD Negeri 1 Kaliuntu sebagai kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match berbantuan peta pikiran dan kelas kontrol tidak mendapat perlakuan model pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match berbantuan peta pikiran. Sementara itu, untuk mengumpulkan data dalam penelitian, dibutuhkan suatu metode pengumpulan data. Metode pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur hasil belajar IPA siswa adalah metode tes. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan hasil belajar IPA pada siswa kelas V. Sebelum mengadakan pengumpulan data, perlu disiapkan suatu instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar IPA kelas V dalam penelitian ini berupa tes objektif yakni tes pilihan ganda. Tes objektif digunakan karena dapat mengungkap daya ingat dan pemahaman siswa setelah mengikuti proses belajar. Soal yang dibuat terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen untuk menentukan kelayakan sebagai instrumen penelitian. Instrumen dalam penelitian terlebih dahulu dilakukan analisis dengan menggunakan uji validitas tes, reliabilitas tes,taraf kesukaran tes, dan daya beda tes. Selanjutnya, data penelitian harus memenuhi syarat analisis yang meliputi uji normalitas sebaran data, dan uji homogenitas varians. Uji normalitas sebaran data menggunakan statistik
Kolmogorov-Smirnov, uji homogenitas varians menggunakan Uji-F. Selanjutnya data dianalisis secara deskriptif dan juga Uji-t. Semua pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 5% (α=0,05) dan dianalisis dengan bantuan program SPSS 17.0 PC for Windows. HASIL PENELITIAN Data penelitian ini adalah skor hasil belajar IPA sebagai akibat dari siswa yang mendapat perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe make a match berbantuan peta pikiran pada kelompok eksperimen dan siswa yang tidak mendapat perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe make a match berbantuan peta pikiran pada kelompok kontrol. Data hasil belajar IPA yang diperoleh melalui post-test terhadap 32 orang siswa menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 35 dan skor terendah adalah 15. Sedangkan data hasil belajar IPA yang diperoleh melalui post-test terhadap 28 orang siswa menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 27 dan skor terendah adalah 11. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh pada kelompok eksperimen mean (M), Median (Md), Modus (Mo), varians, dan stndar deviasi (s) dari data hasil post-test kelompok eksperimen, yaitu mean (M) = 25,75, median (Me) =26,00, modus (Mo) = 27,00, Varian = 23,93 dan standar deviasi = 4,89. Untuk mengetahui tinggi rendahnya variabel hasil belajar IPA siswa, skor ratarata hasil belajar IPA siswa dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi). Berdasarkan skala penilaian diketahui Mean (M) = 25,75 skor hasil belajar IPA kelompok eksperimen terletak pada kategori sangat tinggi. Dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS PC 17.0 for Windows. Selanjutnya berdasarkan hasil perhitungan pada kelompok kontrol diperoleh hasil mean (M) = 17,82, median (Md) = 17,50, modus (Mo) = 14,00, varian = 16,59 dan standar deviasi = 4,07. Untuk mengetahui tinggi rendahnya variabel hasil belajar IPA siswa, skor rata-rata hasil belajar IPA siswa dikonversikan dengan menggunakan kriteria rata-rata ideal (Mi) dan standar deviasi ideal (SDi). Berdasarkan skala penilaian, diketahui
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Mean (M) = 17,50 skor hasil belajar IPA kelompok kontrol terletak pada kategori sedang. Dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS PC 17.0 for Windows. Berdasarkan kurva poligon data hasil belajar IPA kelompok eksperimen, di bawah dapat diketahui bahwa modus lebih besar dari median dan median lebih besar dari mean (Mo>Md>M). Dengan kata lain, kurva di atas adalah kurva juling negatif.
Frekuensi
10 5 Titik Tengah
0 12.. Mo= 14,00
15
18
Md= 17,50
21
24
27
M= 17,82
Gambar 2. Kurva Poligon Kelompok Kontrol
Frekuensi
10
Sebelum melakukan uji hipotesis, harus dilakukan beberapa uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan homogenitas sebaran data. Uji normalitas dilakukan untuk menguji suatu distribusi empirik mengikuti ciri-ciri distribusi normal atau untuk menyelidiki fo (frekuensi observasi) dari gejala yang diselidiki tidak menyimpang secara signifikan dari fe (frekuensi harapan) dalam distribusi normal. Uji normalitas data dilakukan terhadap data hasil belajar IPA siswa kelompok eksperimen dan kontrol. Uji normalitas sebaran data dilakukan dengan menggunakan statistik Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas dalam penelitian ini, menggunakan bantuan program SPSS PC 17.0 for Windows. Ringkasan hasil uji normalitas dengan disajikan pada tabel 1.
5 0 16 19 22 25 28 31 34
Titik Tengah M= 25,75
Md= 26,00
Mo= 27,00
Gambar 1. Kurva Poligon Kelompok Eksperimen Berdasarkan kurva poligon data hasil belajar kelompok kontrol dibawah, dapat diketahui bahwa modus lebih kecil dari median, dan median lebih kecil dari mean (Mo<Md<M). Dengan kata lain, kurva di atas adalah kurva juling positif.
Tabel 1. Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic Eksperimen .146 Kontrol .112 Tabel 1 menunjukkan bahwa kelompok eksperimen nilai signifikansi berada diatas 0,05 untuk statistik Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan kriteria uji normalitas, data berdistribusi normal jika angka signifikansi yang dihasilkan lebih besar dari 0,05. Uji homogenitas varians antar kelompok bertujuan untuk memeriksa kesamaan varians antar kelompok perlakuan. Dalam penelitian ini, uji
df 28 28
Sig. .133 .200*
homogenitas dilakukan terhadap varians pasangan antar kelompok eksperimen dan kontrol. Uji yang digunakan adalah uji-F. Uji homogenitas dalam penelitian ini, menggunakan bantuan program SPSS PC 17.0 for Windows. Perhitungan uji homogenitas sebaran data secara lengkap disajikan pada tabel 2.
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Varians Sampel Levene's Test of Equality of Error Variancesa Dependent Variable:Data F df1 df2 Sig. .432 1 58 .513 Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups. a. Design: Intercept + Grup dilanjutkan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan Uji-t. Apabila terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas V pada kelompok eksperimen dan kontrol, maka pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS PC 17.0 for Windows. Ringkasan ini disajikan pada Tabel 3.
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa data hasil belajar IPA siswa berasal dari populasi yang homogen. Berdasarkan perhitungan uji prasyarat, data hasil belajar IPA telah memenuhi persyaratan analisis, yaitu data berdistribusi normal dan varians antar kelompok homogen. Oleh karena itu, pengujian hipotesis dengan menggunakan Uji-t dapat
Tabel 3. Ringkasan Uji-t Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Data Equal .43 variance 2 s assume d Equal variance s not assume d
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
Sig. T .513 6.76 4
Std. Sig. Mean Error (2- Differenc Differenc df tailed) e e Lower Upper 58 .000 7.92857 1.17220 5.5821 10.2749 6 8
6.84 57.87 7 2
.000 7.92857 1.15789 5.6106 10.2464 9 6
bahwa, terdapat perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dengan demikian, dapat
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa, nilai T yang diperoleh sebesar 6,764 dengan taraf signifikansi 0,000. Signifikansi nilai T tersebut menunjukkan
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
disimpulkan bahwa terdapat Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Berbantuan Peta Pikiran Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Sekolah Dasar Gugus X Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2016/2017.
Make A Match adalah peta pikiran. Penggunaan peta pikiran dalam pembelajaran membantu siswa memahami materi dengan mudah, karena dalam membuat peta pikiranberisi garis yang berlekuk-lekuk dan menjadi kata kunci dalam materi. Selain itu peta pikiran yang dibuat dengan menggunakan gambar dan warna yang berbeda-beda sehingga dapat menarik perhatian siswa untuk belajar. Dengan demikian, materi yang ada dalam peta pikiran lebih mudah untuk dipahami dan lebih mudah untuk diingat oleh siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suryantini (2012) mengungkapkan bahwa mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harafiah yang akan “memetakan” pikiran. Hal ini sejalan dengah teori Vigotsky (dalam Trianto, 2011:77) dalam pembelajaran dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang sulit dan saling membantu dalam memecahkan masalah. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe make a match berbantuan peta pikiran yaitu mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan, materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa, mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara 14 klasikal, suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran, kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis, munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa. Dengan demikian, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match berbantuan peta pikiran dapat memberikan suasana menyenangkan, dalam permainan kartu soal yang berisi kartu jawaban yang diacak dan diberikan waktu yang terbatas sehingga tercipta situasi penambahan point. Dalam kartu soal dan kartu jawaban ini, telah disisipkan materi pelajaran IPA yang secara tidak langsung membuat siswa mengingat dan memahami materi tersebut dengan mudah dan menyenangkan. Berbeda halnya dengan pembelajaran pada kelas kontrol, proses pembelajaran
PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar IPA antara siswa kelas eksperimen berbeda dengan siswa kelas kontrol. Hal ini disebabkan karena siswa pada kelas eksperimen mendapat perlakuan berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match berbantuan peta pikiran, sedangkan siswa pada kelas kontrol tidak diberikan perlakuan berupa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match berbantuan peta pikiran. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara bersama di belajar yang berbentuk kelompok kecil, mencapai tujuan yang sama dengan menggunakan berbagai aktivitas belajar. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, Guru menetapkan tugas dan pertanyaanpertanyaan serta menyediakan bahanbahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah.Terdapat beragam tipe model pembelajaran kooperatif, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe make a match. Model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini merupakan suatu pembelajaran yang menugaskan siswa untuk mencari pasangan kartu yang diperolehnya sambil belajar mengenai suatu konsep dalam suasana yang menyenangkan. Pembelajaran dengan menggunakan make a match ini menuntut aktivitas siswa dalam pembelajaran, yaitu siswa berbuat, berbicara, mendengar, membaca dan bertanya kepada teman kemudian siswa dapat menemukan dan konsep yang diperoleh. Di dalam model pembelajaran akan lebih efektif jika didukung oleh media pembelajaran yang tepat. Salah satu media pembelajaran yang dirasa tepat digunakan dalam pembelajaran IPA dengan Kooperatif Tipe
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
berlangsung kurang optimal. Selama proses pembelajaran siswa terlihat pasif. Dimana guru lebih banyak menyampaikan materi melalui ceramah, latihan soal, serta pemberian tugas. Kegiatan permainan akademik belum dikembangkan dalam pembelajaran. Sehingga, siswa yang kurang aktifakan tetap seperti itu, karena semangat untuk belajar mereka punitu tidak pernah ada dalam diri siswa. Selain itu juga, proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered) yang lebih banyak memberikan ceramah daripada kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ernawati (2016) menyatakan bahwa, aktivitas belajar siswa kelas IV SDN 17 Nan Sabaris Kabupaten Padang Pariaman pada pembelajaran IPS yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkat dan Hasil belajar siswa kelas IV SDN 17 Nan Sabaris Kabupaten Padang Pariaman pada pembelajaran IPS yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkat. Widiana dan Jampel (2016) menyatakan bahwa, pendekatan multiple intelligence teaching dibantu pemetaan pikiran (mind mapping) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas 5 di SD 8 Tianyar Barat, Kubu, Karangasem. Mikran (2012) menyatakan bahwa, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini pada konsep gerak. Untuk hasil belajar siswa pada siklus I diperoleh nilai ketuntasan belajar klasikal sebesar 72% dan daya serap klasikal sebesar 72%. Sedangkan pada hasil belajar siswa siklus II diperoleh nilai ketuntasan belajar klasikal sebesar 94% dan daya serap klasikal sebesar 82%. Hal ini menunjukan bahwa siswa sudah melewati standar ketuntasan klasikal yang dipersyaratkan. Untuk hasil observasi aktivitas siswa dan guru pada siklus I berada pada kategori kurang dan cukup, sedangkan pada siklus II berada pada kategori baik dan sangat baik. Apriyani (2016) menyatakan bahwa,
model pembelajaran Cooperative Learning tipe Make a Match berpengaruh postitif terhadap hasil belajar kognitif siswa SMP. Iwan dan Lestari (2015) menyatakan bahwa, Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada kelas VIIA di SMP Negeri 15 Manokwari dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa yang dilihat dari data hasil tes siklus I sebesar 60% dan pada siklus II menjadi 80% atau meningkat sebesar 20%. Yasemin (2013) mengatakan bahwa temuan yang diperoleh dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pembelajaran bersama yang digunakan dalam penelitian ini Implementasi model pembelajaran kooperatif pada keberhasilan akademik, retensi pengetahuan dan sikap Terhadap pelajaran siswa yang mengikuti pelajaran sains dan teknologi. Effandi (2013) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. Pembelajaran kooperatif juga meningkatkan pemahaman dan kepercayaan diri. Hasil ini akan menyiratkan bahwa menggabungkan pembelajaran kooperatif di kelas matematika akan meningkatkan pembelajaran matematika di sekolah menengah kedua. Akakuru (2015) menyatakan bahwa Pembelajaran Kooperatif dapat meningkatkan peran penting bagi siswa dalam mata pelajaran bahasa inggris. Berdasarkan pemaparan di atas, dugaan yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mendapat perlakuan dengan model pembelajaran Make A Match berbantuan peta pikiran dan siswa yang tidak mendapat perlakuan dengan model pembelajaran Make A Match berbantuan peta pikiran di SD Gugus X Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng terbukti dalam penelitian ini. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut. Terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang mendapat perlakuan model pembelajaran make a match berbantuan
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Apriyani. 2016. “Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Make A Match Dalam Pembelajaran IPA Terhadap Keterampilan Sosial Dan Hasil Belajar Kognitif Siswa SMP”. Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. (Vol: 5 No: 9 Tahun 2016). Buzan, Tony. 2005. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
peta pikiran dan siswa yang tidak mendapat perlakuan model pembelajaran make a match berbantuan peta pikiran pada siswa kelas V SDN 3 dan 1 Kaliuntu pada tahun ajaran 2016/2017. Perbandingan hasil perhitungan rata-rata hasil belajar IPA kelompok ekperimen adalah 25,84 lebih besar dari rata-rata hasil belajar IPA kelompok kontrol sebesar 18,59. Adanya perbedaan yang signifikan menunjukkan bahwa pembelajaran yang mendapat perlakuan model pembelajaran make a match berbantuan peta pikiran berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa dibandingkan dengan pembelajaran yang tidak mendapat perlakuan model pembelajaran make a match berbantuan peta pikiran Saran yang dapat disampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut. 1) Bagi siswa-siwa di Sekolah Dasar agar lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran dan terus mengembangkan pemahamannya dengan selalu berusaha membangun sendiri pengetahuan tersebut melalui pengalaman. 2) Bagi guru-guru di Sekolah Dasar agar lebih berinovasi dalam pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran make a match berbantuan peta pikiran untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 3) Bagi kepala sekolah yang mengalami penelitian ini dijadikan sebagai sumber informasi dalam pengembangan pendidikan dengan beragamnya model pembelajaran yang ada. 4) Bagi peneliti yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang model pembelajaran make a match berbantuan peta pikiran dalam bidang ilmu IPA maupun bidang ilmu lainnya yang sesuai agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.
Dewi, Kadek Meta. 2013. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Berbantuan Media Grafis Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SDN 18 Pemecutan Tahun Pelajaran 2013/2014”. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2013). Ernawati. 2016. “Model Kooperatif Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar IPS Siswa Kelas IV” Jurnal Education (Vol: 2 No: 1 Tahun 2016). Faad Maonde. 2015. The Discrepancy of Students’ Mathematic Achievement through Cooperative Learning Model, and the ability in mastering Languages and Science. International Journal of Education and Research. Vol. 3. No. 1 2015-ISSN 2201-6333. Iwan & Ni Putu Puspa Lestari. 2015. “Application Type Of Cooperative Learning Model Make A Match To Improve The Motivation And Learning Of Biological Materials On Ecosystem. Jurnal Nalar Pendidikan”. (Vol.3 No.2 Tahun 2015) KOC,
DAFTAR RUJUKAN Agung, AA Gede. 2014. Metodelogi Penelitian Pendidikan Singaraja: UNDIKSHA.
9
Yasemin. 2013. Effect Of Cooperative Learning Model On Science And Technology Laboratory Practices Lesson. International Journal on New Trends in Education and Their Implications. Artikel. Vol. 4 No.4 2013- ISSN 1309-6249.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Mimbar PGSD Vol: 5 No: 2 Tahun: 2017
Mikran.
thinking skill of the whole of state islamic senior high schools In purwokerto city indonesia. International Journal of Education and Research. Artikel. Vol. 4. No. 10 2016-ISSN 2411-5681.
2012. “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 1 Tomini Pada Konsep Gerak” Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (Vol: 2 No: 2 Tahun 2012). –ISSN 2338 3240.
Suryantini. 2012. Penerapan Teknik Peta Pikiran (Mind Mapping) Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mengarang Narasi Siswa Kelas V Semester I SD No. 1 Mengwitani Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Jurrusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan: Univeritas Pendidikan Ganesha.
Murtono. 2015. Cooperative Learning Model toward a Reading Comprehensions on the Elementary School. Journal of Education and Practice. Artikel. Vol. 6. No. 18 2015-ISSN 22221735 Obinna,
Akakuru. 2015. Cooperative Learning and Student’s Academic Achievement in English Language in Imo State, Nigeria. IOSR Journal of Research & Method in Education. Artikel. Vol. 5 No.3 2015-ISSN 320–7388. PP 26-29
Wayan Widiana dan Nyoman Jampel. 2016. Improving Students’ Creative Thinking and Achievement through The Implementation of Multiple Intelligence Approach with Mind Mapping. International Journal of Evalutation and Research in Education. Artikel. Vol. 5. No. 3 2016-ISSN 252-8822. pp. 46~254
Reima Al-Jarf. 2011. Teaching Spelling Skills with a Mind-mapping Software. Asian EFL Journal Professional Teaching Articles. Vol. 53.
Yoruk, Abdulkadir. 2016. Students’ Ideas on Cooperative Learning Method. Universal Journal of Educational Research. Vol. 4 No. 5- ISSN 1231-1235.
Sadia, I W. 2008. Model Pembelajaran yang Efektif untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis (Suatu Persepsi Guru). Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Undiksha. No. 2, Th. XXXX, April 2009. ISSN 0215-8250. 219-238.
Zakaria,
Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group Slavin, E.R. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek Jilid 2. Jakarta : Indeks. Sunhaji.
2016. Implementation of cooperative learning strategy in forming the student about
10
Effandi. 2013. Effect of Cooperative Learning on Secondary School Students’ Mathematics Achievement. Creative Education. Artikel. Vol. 4 No.2 2013-ISSN 98-100.