Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR GUGUS LT.WISNU DEPASAR UTARA Gusti Ayu Mas Eka Jayanti Drs. I Ketut Ardana, M.Pd Drs. Made Putra, M.Pd Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Indonesia
[email protected],
[email protected],
[email protected],
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembekajaran kooperatif tipe NHT dan siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran konvensional. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan non equivalent control group design. Populasinya adalah siswa kelas V SDN Gugus Letkol Wisnu Kecamatan Denpasar Utara berjumlah 136 siswa dengan sampel SDN 1 peguyangan yang berjumlah 30 siswa sebagai kelas eksperimen dan SDN 3 Peguyangan yang berjumlah 35 siswa sebagai kelas control.Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara tes. Tes yang digunakan disusun sendiri oleh peneliti dan sebelum digunakan terlebih dahulu divalidasi meliputi validitas isi, daya beda, indeks kesukaran dan reliabelitas. Data yang didapat dari hasil pemberian tes kemudian dianalisis menggunakan uji t dengan jumlah sampel berbeda.Sebelum dilakukan uji t terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan homogenitas.Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran tipe NHTterhadap hasil belajar IPA siswa kelas V sekolah dasar gugus Letkol Wisnu Peguyangan Denpasar Utara.Ini dilihat dari perbedaan nilai rata-rata kelompok eksperimen yang lebih tinggi dari nilai rata-rata kelompok kontrol. Sementara uji hipotesis dilakukan dengan uji t, dimana t htumg = 2.12 sedangkan t tabel = 2.00. Karena t hitung > t tabel maka Ha diterima, itu berarti terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V sekolah dasar Gugus Letkol Wisnu Peguyangan Denpasar Utara. Kata-kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe NHT, hasil belajar IPA Abstract Application Type Of Cooperative Learning Model Of Learning Outcomes NHT Sains Primary Class V. This study aimed to analyze the differences in outcome between groups of students learn science learning using cooperative learning NHT models and students who learn using conventional learning models . The study was a quasiexperimental research disign with posttest only control group disaign. Its population is the fifth grade students of SDN Force Lt. Col. Wisnu Denpasar District of North totaled 136 students at SDN 1 Peguyangan samples that were 30 students as a class experiment and SDN 3 Peguyangan totaling 35 students as classroom control. Collecting data in this study done by the test . The tests used compiled by researchers and validated prior to first use include content validity , the power difference , difficulty index and reriabellitas. The data obtained from the administration of the test was analyzed using a t test with different sample sizes. Before the test first tested the prerequisites which include tests of normality and homogeneity. The results show there are significant implementation NHT type learning model against the results of fifth grade students learn science cluster elementary schools Lt. Col. Wisnu Peguyangan North Denpasar. It is seen from the
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014)
difference in the average value of the experimental group were higher than the average value of the control group . While hypothesis testing is done with the t test , where t htumg = 2:12 = 2:00 while the t table. Because ¬ t > t table then Ha is accepted, it means that there are significant implementation of cooperative learning model NHT on science learning outcomes of primary school students of class V Force Lt. Col. Wisnu Peguyangan North Denpasar. Key words : cooperative learning model NHT , learning outcomes IPA
PENDAHULUAN Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga pengembangan teknologi, karena IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam menegmbangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, IPA memiliki peran yang sangat penting. Kemajuan Iptek yang begitu pesat sangat mempengaruhi perkembangan dalam dunia pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia. Pendidikan IPA telah berkembang di Negara-negara maju dan telah terbukti dengan adanya penemuan-penemuan baru yang terkait dengan teknologi. Akan tetapi di Indonesia sendiri belum mampu mengembangkannya. Dari uraian di atas IPA adalah pengetahuan yang mempunyai obyek, menggunakan metode ilmiah diperlukan siswa. Secara psikologis anak usia SD berada dalam dunia bermain. Tugas guru adalah menciptakan dan mengoptimalkan suasana bermain tersebut dalam kelas sehingga menjadi media yang yang efektif untuk membelajarkan siswa dalam IPA. Sesekali tidak boleh terjadi, pembelajaran IPA di SD justru mengabaikan apalagi menghilangkan dunia bermain anak-anak. Pembelajaran IPA akan berlangsung efektif jika kegiatan belajar mengajarnya mampu mencitrakan kepada siswa bahwa kelas adalah tempat untuk bermain, aman dari segala bentuk ancaman dan hambatan psikologis, serta memfasilitasi
siswa untuk secara lugas mengemukakan dan mencobakan ide-idenya (Hadiat, 1976:12). Kenyataannya pendidikan IPA di Indonesia belum mencapai standar yang diinginkan, padahal untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) IPA penting dan menjadi tolak ukur kemajuan bangsa. Kenyataan yang terjadi di Indonesia, mata pelajaran IPA tidak begitu diminati dan kurang diperhatikan. Apalagi dilihat kurangnya pendidik yang menerapkan konsep IPA di sekolah dasar. Salah satu kelemahan pembelajaran IPA terutama pembelajaran IPA di sekolah dasar. Salah satu kelemahan pembelajaran IPA pada mayoritas SD selama ini adalah bahwa pembelajaran tersebut lebih menekankan pada penguasaan sejumlah fakta dan konsep, dan kurang memfasilitasi siswa agar memiliki hasil belajar yang konprehensiv. Keseluruhan tujuan dan karakteristik berkenaan dengan pendidikan IPA SD sebagaimana tertuang dalam kurikulum pada kegiatan pembelajaran secara umum telah direduksi menjadi sekedar pemindahan konsep-konsep yang dikemudikan menjadi bahan hafalan bagi siswa. Tidak jarang pembelajaran IPA bahkan dilaksanakan dalam bentuk latihan penyelesaian sehingga perlu diajarkan di Sekolah Dasar. Setiap guru harus paham akan alasan mengapa IPA perlu diajarkan di sekoalh dasar. Ada beberapa alsan yang menyebabkan satu mata pelajaran itu dimasukan kedalam kurikulum suatu sekolah. Mengemukakan empat alasan IPA dimasukan dikurikulum Sekolah Dasar yaitu: (1) bahwa IPA berfaidah bagi suatu bangsa. Kesejahteraan suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemmapuan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) bangsa itu dalam bidang sains, sebab sains merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah sains. (2) Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berfikir kritis; misalanya IPA diajarkan dengan mengikuti metode “menemukan sendiri”. Dengan ini anak dihadapkan pada suatu masalah; umpamanya dapat dikemukakan suatu masalah demikian”. Dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?” Anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini. (3) Bila IPA diajarkan melalui percobaanpercobaan yang dilakukan sendiri oleh anak. Maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka. (4) mata pelajaran ini mempunyai nilai- nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan (Hadiat, 1976:15) Berdasarkan jenjang dan karakteristik perkembangan intelektual anak seusia siswa SD maka penyajian konsep dan ketrampilan dalam pemebelajaran IPA harus dimulai dari nyata (kongkrit) ke abstrak; dari konsep yang mudah ke sukar; dari sederhana ke rumit, dan dari dekat ke jauh. Dengan kata lain, mulailah dari apa yang ada pada/di sekitar siswa dan yang dikenal, diminati serta diperlukan siswa. Secara psikologis, anak usia SD berada dalam dunia bermain. Tugas guru adalh menciptakan dan mengoptimalkan suasana bermain tersebut dalam kelas sehingga menjadi media yang efektif untuk membelajarkan siswa dalam IPA. Sesekali tidak boleh terjadi, pembelajaran IPA di SD justru mengabaikan apalagi menghilangkan dunia bermain anak-anak. Pemebelajaran IPA akan berlangsung efektif jika kegiatan belajar mengajarnya mampu mencitrakan kepada siswa bahwa kelas adalah tempat untuk bermain, aman dari segala bentuk ancaman dan hambatan psikologis, serta memfasilitasi siswa untuk secara lugas mengemukakan dan mencobakan ideidenya (Hadiat, 1976:12) Kenyataannya pendidikan IPA di Indonesia belum mencapai standar yang diinginkan, padahal untuk memajukan ilmu pengetahguan dan teknologi (Iptek) IPA
penting dan menjadi tolak ukur kemajuan bangsa. Keyataan yang terjadi di Indonesia, mata pelajaran IPA tiak begitu diminati dan kurang diperhatika. Apalagi melihat kurangnya pendidik yang menerapkan konsep IPA. Permasalahan ini terlihat pada cara pembelajaran IPA terutama pembelajaran IPA di sekolah dasar. Salah satu kelemahan pembelajaran IPA pada mayoritas SD selama ini adalah bahwa pembelajarean tersebut lebih menekankan pada penguasaan sejuml;ah fakta dan konsep, dan kurang memfasilitasi siswa agar memiliki hasil belajar yang comprehensive. Keseluruhan tujuan dan karakteristik berkenaan dengan pendidikan IPA SD sebagaimana tertuang dalam kurikulum pada kegiatan pembelajaran secara umum telah direduksi menjadi sekedar pemindahan konsep-konsep yang dikemudian menjadi bahan hafalan bagi siwa. Tidak jarang pembelajaran IPA bahkan dilaksanakan dalam bentuklatihan-latihan penyelesaian soal-soal tes, semata-mata dalam rangka mencapai target nilai tes tertulis evaluasi hasil belajar sebagai “ukuran utama” prestasi siswa dan kesuksesan guru dalam mengelola pembelajaran. Pembelajaran IPA yang demikian jelas lebih menekankan pada penguasaan sejumlah konsep dan kurang menekankan pada penguasaan kemampuan dasar kerja ilmiah atau ketrampialan proses IPA. Oleh karena target seperti itu maka guru tidakl terlalu terdorong untuk menghadirkan fenomena-fenomena alam melalui alat peraga sederhana ke dalam pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA sebagai media pengembangan potensi siswa SD seharusnya didasarkan pada karakteristik psikologi anak memberikan kesenangan bermain dan kepuasan intelektual bagi siswa dalam membongkar misteri, seluk beluk dan teka-teki fenomena alam di sekitar dirinya, mengembangkan potensi saintis yang terdapat dalam dirinya, memperbaiki konsepsi siswa yang masih keliru tentang fenomena alam, sambil membekali ketrampilan dan membangunb konsepkonsep baru yang harus dikuasainya, terdapat dalam http;//www.scribd.com/doc/17087298/Kara
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) kteristik-Pembelajaran-IPA-SD (diakses pada 10 Desember 2011) Penanganan permasalahan seperti diuraikan di atas memerlukan suatu upaya praktis yang bertujuan memperbaiki proses pembelajaran kearah yang lebih baik. Salah satu upaya yang dimaksud adalah dengan penerapan pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). NHT merupakan model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada pelaksanaan dengan melibatkan siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran. Dalam pembelajaran NHT siswa dibagi kedalam beberapa kelompok yang terdiri dari 3-5 siswa secara heterogen dan kemudian siswa diberikan soal sesuai dengan no urut, setiap siswa akan mendapatkan soal sesuai dengan no urutnya kemudian siswa akan diminta untuk memecahakn soal yang diberikan sesuai dengan no soal dan no urut masing-masing siswa. Kelebihan NHT adalah siswa dapat belajar bersama kelompok dan memecahkan masalah bersama-sama. Kelebihan NHT dapat dilihat dari hasil penelitian Triana (2012) yang menunjukkan terdapat peningkatan hasil belajar pada siswa kelas IV SD pada mata pelajaran PKn di SD Gugus VIII Mengwi. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Depdiknas dalam Komalasari, 2010:62). Bern dan Erickson (dalam Komalsari, 2010:62) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mngorganisir pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil dimana siswa bekerja secara bersama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salvin (dalam Komalasari, 2010:62) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 25 orang dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Keberhasilan
kelompok tergantung kepada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok baik secara individual maupun secara kelompok. Selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan ketrampilanketrampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakanuntuk diajarkan. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling mebantu diantara teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan materi. Belajar belum selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum menguasai materi pembelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Eggen and Kauchak, dalam Trianto 2010:56). Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikapkepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersamasama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan ketrampilan berhubungan dengan sesame manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah. Pembelajaran kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi. Johnson & Johnson (dalam Trianto, 2010:57)
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan ketrampialan-ketrampilan proses kelompok dan pemecahan masalah. Menurut Ibrahim (dalam Djamarah, 2010:356) strategi pemebalajran kooperatif merupakan strategi pemebalajaran yang membantu siswa mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Kagan (dalam Djamarah, 2010:355) mendefinisikan pemebelajaran kooperatif sebagai suatu strategi instruksional yang melibatkan interaksi siswa secara kooperatif dalam mlajari suatu topic sebagai bagian integral darti proses belajar. NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan isi akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000 : 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa lebih bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan karena dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa dalam kelompok diberi nomor yang berbeda. Setiap siswa dibebankan untuk menyelesaikan soal yang sesuai dengan nomor anggota mereka. Tetapi pada umumnya mereka harus mampu mengetahui dan menyelesaikan semua soal yang ada dalam LKS. Adapun ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut: Penomoran, Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang
beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di dalam kelompok. Pengajuan Pertanyaan Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula. Berpikir Bersama Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan. Pemberian Jawaban, Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut. Pembelajaran NHT mempunyai keunggulan yang membedakannya dengan tipe-tipe pembelajaran kooperatif yang lainnya. Adapun keunggulan tersebut adalah: Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, Mampu memperdalam pamahaman siswa, Melatih tanggung jawab siswa, Menyenangkan siswa dalam belajar, Mengembangkan rasa ingin tahu siswa, Meningkatkan rasa percaya diri siwa, Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama, Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi, Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar, tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran menempati jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar. Ibrahim (2000: 29) mengembangkan langkah-langkah
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) pembelajaran kooperatif tipe NHT menjadi enam langkah sebagai berikut : Persiapan dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pembentukan kelompok, dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pretest) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru. Diskusi masalah dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban. Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa dikelas. Memberi kesimpulan, Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. Berdasarkan uraian di atas, maka dilaksanakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Gugus Letkol
Wisnu Denpasar Utara”, Denpasar, Tahun Pelajaran 2013/2014” Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mmengikuti pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Dan manfaat penelitian ini secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan pada saat ini dan yang akan datang. Oleh karena itu manfaat yang didapat dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu manfaatnya yang terkait dengan pelaksanaan kebijakan dalam pendidikan (manfaat teoritik) dan kegunaannya bagi lingkup sekolah (manfaat praktis).
METODE Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu karena pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan pendekatan pembelajaran NHT terhadap hasil belajar IPA dengan memanipulasi variable bebas pendekatan pembelajaran NHT, sedangkan variable lainnya tidak dapat diamati. Desain Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperomental semu (kuasi) dengan pola “Nonequivalent Control Group Design”. Rancangan penelitian ini dipilih karena eksperimen dilakukan pada kelas dengan peserta didik yang ada atau sebagaimana adanya adalah setara. Dalam menetapkan kelompok eksperimen dan kelompok control dilakukan secara acak terhadap dua kelas yang ada. Untuk meyakinkan bahwa hasil eksperimen benar-benar sebagai akibat pemberian perlakuan, dilakukan pengontrolan validitas internal maupun validitas eksternal. Pengontrolan validitas eksternal dilakukan dengan cara (1) Uji coba emperik terhadap instrument penelitian test hasil belajar sehingga benar-benar mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel, (2) Jumlah sampel
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) penelitian tidak berubah (tidak ada siswa yang mengundurkan diri), dan (3) kemampuan dan pengalaman guru yang melakukan eksperimen relative sama. Pengontrolan validitas internal dilakukan dengan cara (1) Dilakukan uji kesetaraan kelas antara kelas kontrol. Pada penelitian ini kemampuan awal siswa digunakan nilai raport semester 1, nilai raport semester 1 diadakan sebelum eksperimen dilaksnakan, (2) Selama penelitian diusahkan siswa tidak mengetahui bahwa dirinya sedang dijadikan objek penelitian, dan (3) diusahakan tidak terjadi hal-hal yang dapat mengganggu jalannya eksperimen. Variabel Dalam penelitian variabel merupakan hal yang sangat penting. Variabel adalah suatu atribut, sifat, aspek, dari manusia, gejala, objek yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulannya (Darmadi, 2011:21). Variabel penelitian dapat beragam termasuk manusia karena manusia yang satu dan yang lainya mempunyai variasi seperti perbedan fisik, sifat, beratbadan, tinggi badan, lingkungan keluarga, tempat tinggal, dll. Siswa juga merupakan variabel karena siswa yang satu dengan yang lainya mempunyai variasi, terutama hasil belajarnya. Hasil belajar siswa dalam satu kelas pun bervariasi yaitu, 90, 100, ataupun 10. Jadi, variabel merupakan segala objek penelitian yang mempunyai variasi. Variabel dalam penelitian ada dua jenis yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel bebas adalah variabel yang menjadi penyebab munculnya variabel terikat. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas atau variabel yang menjadi akibat karena adanya variabel terikat (Darmadi, 2011). a) Variable Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran kooperatif tipe NHT yang diberikan pada kelompok eksperimen. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan.
b) Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar IPA siswa kelas V. Prosedur penelitian meliputi tahap persiapan, pelaksanaan penelitian dan pengakhiran penelitian. Tahap persiapan meliputi menyiapkan rancangan pembelajaran dan instrumen pengumpulan data. Instrumen Dalam penelitian ini data yang diperlukan adalah data tentang hasil belajar IPA siswa. Untuk mengumpulkan data tersebut digunakan instrument penelitian yaitu tes hasil belajar IPA. Tes hasil belajar IPA yang digunakan disusun oleh peneliti dengan berkonsultasi dengan wali kelas V. Tes tersebut adalah tes objektif pilihan ganda.Tes adalah alat atau prosedur sistematik untuk mengukur sejumlah prilaku tertentu dari subjek uji. Tes dapat memberikan gambaran tingkat intensitas prilaku seseorang baik dibandingkan dengan siswa lainya atau dengan tolak ukur tertentu. Tes yang baik mempunya ciri – ciri yakni validitas, reliabelitas, tingkat kesukaran dan kepraktisan.Tes dikatakan memiliki validitas seandainya dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas tes dapat dilihat dari kisi – kisi tes tersebut. Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah tes objektif (Rakhmat dan Suherdi, 1999: 67)Tes dikatakan memiliki tingkat reliabelitas atau keterandalan jika tes tersebut dapat memberikan informasi yang konsisten. Misalnya jik a suatu tes diberikan pada sekelompok siswa yang sama pada saat yang berbeda maka hasilnya akan relative sama (Rakhmat dan Suherdi, 1999: 68)Suatu tes yang baik akan memiliki tingkat kesukaran yang seimbang. Pengertian seimbang dalam kaitan ini dapat dilihat daru dua sisi. Pertama berkaitan dengan proporsi penyebaran soal sulit, sedang, mudah. Kedua, berkaitan dengan kemampuan siswa yang dimaksud oleh tes tersebut. (Rakhmat dan Suherdi, 1999: 68)Teknik penskoran dalam tes objektif yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Skor = pada skala 100
, jika skor ingin berada
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Jb = jumlah jawaban benar Js = jumlah soal keseluruhan Teknik analisis data dilakukan menggunakan uji T yang terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Populasi Populasi penelitian menurut Suharsini (1998: 115) adalah keseluruhan subjek penelitian. Menurut Sutrisno Hadi (1984: 70) populasi penelitian adalah seluruh individu yang akan dikenai sasaran generalisasi dan sampel-sampel yang akan diambil dalam suatu penelitian dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan populasi adalah keseluruhan anggata dalam keseluruhan kelompok yang memepunyai kesamaan karakteristik yang ingin diamati dan dipelajari. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di Gugus Letkol Wisnu Peguyangan, Denpasar Utara. Sampel Sampel penelitian ini dipilih tudak melalaui penggacakan individu karena tidak bisa mengubah kelas yang telah terbentuk. Kelas dipilih sebagaimana terbentuk. Penentuan sampel dilakukan dengan merandom kelas V di sekolah yang setara yakni SD N 1 Peguyangan, SD N 3 peguyangan, SD N 5 Peguyangan, dan SD N 11 Peguyangan. Setelah dirandom, siswa kelas V SD N 1 Peguyangan Denpasar Utara yang terpilih menjadi kelas eksperimen dengan jumlah siswa 30 orang. Sedangankan SD N 3 Peguyangan Denpasar Utara sebagai kelas kontrol dengan jumlah siswa 35 orang. Penyetaraan kelompok dilakukan dengan menguji nilai ulangan sumatif mata pelajaran IPA semester ganjil. Hasil dari Uji t didapatkan tHit sebesar -1.07 sementara ttabel pada taraf signifikansi 5% dengan n1+n2-2 = 30+35-2 = 2.00. Oleh karena thit ttabel maka tidak terdapat perbedaan pada kedua kelompok tersebut atau kedua kelas tersebut dikatakan setara. HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun hasil dari penelitian ini dapat dilihat dari terdapatnya perbedaan pelrolehan rata-rata dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dimana perolehan ratarata kelas eksperimen lebih tinggi dari
pada kelas kontrol. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel. Sebelum diberikan perlakuan baik terhadap kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol telah dilakukan uji penyetaraan kelompok dengan menggunakan uji t dimana nilai yang diuji adalah nilai ujian akhir semester genap mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD N 1 dan SD N 3 Peguyangan. Setelah dilakukan uji kesetaraan kelompok menggunakan uji T diketahui bahwa kedua kelompok tidak memiliki perbedaan atau kedua kelompok memiliki kemampuan yang sama sebelum diberikan perlakuan. Perlakuan diberikan selama 7 hari, untuk kelas eksperimen diberikan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan kelas kontrol diberikan perlakuan berupa pembelajaran konvensional. Setelah diberikan perlakuan berupa pembelajaran NHT dilanjutkan dengan pemberian post-test terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pengujian pada kelas eksperimen menunjukkan sebaran data pada kelas eksperimen berdistribusi normal dengan Xhitung = 5.70 sedangkan Xtabel = 11.07. Sebaran data pada kelas kelompok kontrol juga menunjukkan sebaran data berdistribusi normal dengan Xhitung = 2.30 sedangkan Xtabel = 11.07. Sementara uji homogenitas diperoleh Fhit sebesar 1.05, sedangkan F tabel pada adalah 1.74. Ini berarti Fhit Ftabel, maka Ho diterima, ini berarti tidak terdapat perbedaan varians masing-masing kelas atau harga varians adalah homogen. Penerapan pembelajaran tipe NHTberpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V, ini dapat dilihat dari nilai rata-rata post-test kelas eksperimen yaitu 70.37 sedangkan nilai rata-rata posttest kelas kontrol yaitu 65.66. Ini membuktikan penerapan NHT lebih baik dibandingkan dengan konvensional.Perolehan rata-rata yang lebih besar pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol disebabkan karena kelompok eksperimen mendapatkan pembelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.Pada saat pembelajaran IPA berlangsung dengan
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) menggunakan tipe NHT siswa memiliki rasa tanggung jawab untuk berusaha menjawab dan memahami permasalah yang diberikan oleh guru. Pembelajaran NHT juga membuat siswa merasa siap untuk mempresentasikan hasil diskusi karena guru akan memanggil siswa secara acak berdasarkan nomor yang telah diberikan. Selain itu kegiatan belajar dalam kelompok siswa yang lebih mampu dapat membantu dan dapat memotivasi siswa yang kurang sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.Interaksi antara guru dengan murid juga terjalin dengan baik sehingga siswa tidak merasa canggung dalam mengajukan pendapat ataupun pertanyaan. Dengan pembelajaran seperti ini siswa merasa senang saat kegiatan pembelajaran dan kejenuhan dapat diatasi sehingga proses pembelajaran dan proses pemahaman siswa menjadi lebih maksimal. Setelah data memenuhi uji prasyarat, maka dilakukan pengujian data hasil penelitian dengan menggunakan uji T. Dari hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t mendapatkan thitung = 2.12 sedangkan ttabel = 2.00. Karena thitung> ttabel maka Ha diterima sehingga terdapat pengaruh yang signifikan terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus Letkol Wisnu Peguyangan Denpasar Utara.Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT yang telah terbukti lebih baik penerapan dibandingkan pembelajaran konvensional harus diimbangi dengan kemampuan guru dalam memfasilitasi dan membimbing murid serta keadaan murid yang tenang dan nyaman. Sehingga dalam penerapan model pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta bisa dijadikan variasai dalam pembelajaran sehingga siswa tidak merasa jenuh dan pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Tabel Statistik
Hasil Belajar IPA Kelompok Kelompok Eksperimen Kontrol
Rata-rata 70.37 Simpangan 10.22 Baku
65.66 10.05
Varians Skor Maksimum
104.44 90
101 88
Skor Minimum
53
50
SIMPULAN DAN SARAN Penerapan pembelajaran tipe NHT berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V, ini dapat dilihat dari nilai rata-rata post-test kelas eksperimen yaitu 70.37 sedangkan nilai rata-rata post-test kelas kontrol yaitu 65.66. Ini membuktikan penerapan NHT lebih baik dibandingkan dengan konvensional. Dari hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t mendapatkan thitung = 2.12 sedangkan ttabel = 2.00. Karena thitung > ttabel maka Ha diterima sehingga terdapat perbedaan yang signifikan terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V Sekolah Dasar Gugus Letkol Wisnu Peguyangan Denpasar Utara. Saran dalam penelitian ini adalah Bagi guru sekolah dasar diharapkan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT Hal ini perlu dilakukan karena penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V. Guru dalam merancang pembelajaran diharapkan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri pengetahuan melalui diskusi kelompok dan menyelesaikan permasalahan dalam kelompok. Jika siswa menemukan sendiri pengetahuan, maka siswa akan lebih memahami materi yang dipelajari. Dengan demikian, pengetahuan yang dimiliki akan melekat lebih kuat dan menjadi pengetahuan awal yang kuat untuk mempelajari pengetahuan baru.Bagi kepala sekolah diharapkan terus memberikan kesempatan kepada setiap guru untuk terus mengembangkan potensi dalam merancang model pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.Bagi siswa diharapkan agar terus tekun dalam
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) belajar dan tidak mudah menyerah jika mengalami kesulitan. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2007. Nombered HeadsTogether. [Online]. Tersedia: http://forexmania.biz/model-pembelajaranNombered-Heads-Together-daftar-judulskripsi-pembelajaran.html [Nopember 2008]. ----------.
2008. Strategi Pembelajaran Nombered Heads Together.[Online].Tersedia: http://www.mtsd.k12.wi.us/ MTSD/District/elacurriculu m03/writing/nombered heads together.html [Nopember 2008].
Anzwar. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Liberty.
Dimiyati dan Mudjiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud. Ibrahim, M,.et al,. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press. Koyan, I Wayan. 2007. Statistika Terapan (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Nurkancana,
Riyanto, Y. 2001. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Surabaya : SIC Semiawan,
Arikunto, S. 1991. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. -----------.
1998. Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta.
-----------. 2006. Perencanaan dan Desain Model-Model Pembelajaran. Handout Mata Kuliah Strategi Belajar Mengajar. Singaraja: Undiksha. Candiasa,
Dahar,
I
M. 2004.Analisis Butir Desertasi Aplikasi dengan Iteman, Bigsteps dan SPSS.Singaraja: Unit Penerbitan IKIP Negeri Singaraja.
W.R. 1989. Teori-Teori Belajar.Jakarta: Erlangga.
Dantes, N. 2001.Cara Pengujian Alat Ukur. Singaraja: Unit Penerbitan IKIP Negeri Singaraja.DEPDIKNAS. 2004. Sains. Buku 4. Jakarta: DEPDIKNAS
W & Sunartana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Penerbit usaha Nasional.
C.R. 2002. Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini. Pendidikan Pra Sekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta: PT Prenhallindo.
Suastra, W. Pembelajaran Sains Terkini. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Sujana.
1996. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.
Surapranata, Sumarna. 2004. Analisis, Validasi, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes. Sukajaya, Nyoman. 2006. ICT untuk Dunia Pendidikan (Alternatif Media untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa Era Global). Makalah dalam Seminar Pendidikan HMJ Kimia, 21 Nopember, 2006. Trianto.
2007. Model – model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Prestasi Pustaka
Winataputra, Iet al,. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas Terbuka: Departemen Pendidikan Nasional.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol: 2 No: 1 Tahun 2014) Winarsunu, T. 2006. Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: Universitas Muhammadiyah. Yatim,
R.
1996. Metoda Penelitian Pendidikan, Suatu Tinjauan Dasar. Surabaya: SIC
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.