e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENGARUH PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS INQUIRY LEARNING BERBANTUAN MEDIA POWERPOINT TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS Ni L. Pitri Widi Pratiwi1, I Wyn. Darsana2, I Wyn. Sujana3 1,2,3Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik berbasis inquiry learning berbantuan media powerpoint dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik berbasis STAD berbantuan media powerpoint tema sejarah peradaban Indonesia pada siswa kelas V di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain nonequivalent control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur yang berjumlah 224 orang. Sampel penelitian ini ditentukan dengan teknik random sampling. Kelas yang terpilih sebagai sampel penelitian adalah kelas VB SDN 29 Dangin Puri sebagai kelompok eksperimen A dan kelas VB SDN 26 Dangin Puri sebagai kelompok eksperimen B. Data berupa penguasaan kompetensi pengetahuan IPS tema sejarah peradaban Indonesia yang dikumpulkan melalui metode tes dengan bentuk pilihan ganda biasa dianalisis menggunakan analisis statistik uji-t. Hasil analisis menunjukkan bahwa rerata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik berbasis inquiry learning berbantuan media powerpoint lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik berbasis STAD berbantuan media powerpoint (๐ฬ
=79,38>๐ฬ
=69,10). Sedangkan dari hasil analisis statistik uji-t diperoleh thitung=4,65 dan ttabel(ฮฑ=0,05)=2,00 pada taraf signifikansi 5% (ฮฑ=0,05) dan dk=(32+30โ2)=60. Dengan demikian, thitung=4,65 > ttabel(ฮฑ=0,05)=2,00. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik berbasis inquiry learning berbantuan media powerpoint berpengaruh terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPS tema sejarah peradaban Indonesia siswa kelas V SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur. Kata kunci:
pendekatan saintifik, inquiry learning, media powerpoint, penguasaan kompetensi pengetahuan IPS
Abstract This study was intended to figure out the significant dissimilarity of social studies competence mastery between group of students through scientific approach inquiry learning based by powerpoint media and group of students through scientific approach STAD based by powerpoint media with theme of Indonesianโs culture history of V grade students of SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur. The undertaking of the present study was a quasy experiment research design with nonequivalent control group design. The populations of the study wereall the 224 students of SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur. The samples of the study were determined by random sampling technique. They were VB class of SDN 29 Dangin Puri as the A experiment group and VB class of SDN 26 Dangin Puri as the B experiment group. The data of social studies competence mastery with theme of Indonesianโs culture history were
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
collected through objective test method which was next analyzed by using t-test statistical analysis. The result of the data analysis showed that social studies competence mastery of the students through scientific approach inquiry learning based by powerpoint media was higher than scientific approach STAD based by powerpoint media (๐ฬ
=79,38>๐ฬ
=69,10). Whereas, the result of the statistical analysis was found tcount=4,65 and ttable(ฮฑ=0,05)=2,00 at the significantโs level 5% (ฮฑ=0,05) and dk=(32+302)=60. Therefore, tcount=4,65 > ttable(ฮฑ=0,05)=2,00. Based on the result analysis, it could be concluded that scientific approach inquiry learning based by powerpoint media had an effect on social studies competence mastery with theme of Indonesianโs culture history of V grade students of SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur. Keywords: scientific approach, inquiry learning, powerpoint media, competence mastery
PENDAHULUAN Pelaksanaan pembelajaran dalam kurikulum 2013 mengisyaratkan bahwa pembelajaran diharapkan lebih bersifat konstruktivis, sehingga pembelajaran dapat berpusat pada siswa (student centered). Dalam pembelajaran konstruktivis, siswa tidak hanya menerima pengetahuan dari guru, namun dituntut aktif mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Kurikulum 2013 mengharapkan siswa tidak hanya pintar, tetapi juga kreatif, inovatif, dan kritis. Dengan demikian, perlu diupayakan suatu kegiatan pembelajaran yang dapat mewujudkan hal tersebut. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 menjelaskan bahwa kegiatan pembelajaran harus mengarahkan siswa agar aktif mencari, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuannya. Kegiatan pembelajaran juga harus memberi kesempatan siswa bekerja memecahkan masalah dan mewujudkan idenya. Oleh karena itu, pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 perlu menggunakan suatu pendekatan pembelajaran yang sesuai. Pendekatan pembelajaran yang sesuai kurikulum 2013 adalah pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang dirancang agar siswa aktif mengkonstruksi pengetahuannya melalui pengalaman belajar yang terdiri dari 5M antara lain mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Sehingga metode pendekatan saintifik merujuk pada teknikteknik investigasi atas fenomena dalam kehidupan (Daryanto, 2014:51).
social studies
Investigasi terhadap fenomena atau gejala dalam kehidupan berguna untuk memperoleh pengetahuan baru. Fenomena atau gejala kehidupan khususnya kehidupan masyarakat dapat dikaji melalui kegiatan pembelajaran dengan muatan materi IPS. Menurut Susanto (2014:137) IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam memberi pemahaman yang mendalam kepada siswa khususnya pada tingkatan sekolah dasar. Muatan materi IPS dalam pembelajaran bertujuan agar siswa memperoleh kemampuan untuk memecahkan masalah, memiliki konsep diri yang positif, serta mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Disamping itu, siswa juga diharapkan dapat memiliki pengetahuan yang mendalam tentang kehidupan masyarakat di sekitarnya, bangsa, serta lingkungannya. Dengan mengimplementasikan pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum 2013, tentu tujuan yang diharapkan tersebut dapat mudah tercapai. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur, diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang mencakup muatan materi IPS masih kurang maksimal. Dapat dikatakan demikian karena terlihat dari kurang optimalnya penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V yang disebabkan oleh terbatasnya aktivitas siswa untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan muatan materi IPS.
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Kenyataannya yang terjadi di lapangan bahwa kegiatan pembelajaran masih didominasi oleh guru. Guru sebagai sumber informasi dan penyaji materi dari buku, sedangkan siswa hanya sebagai penerima segala informasi tersebut. Hal tersebut mengakibatkan siswa cenderung menjadi pasif, sehingga siswa tidak dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dengan demikian, tentu tujuan yang diharapkan dalam muatan materi IPS tidak dapat tercapai sepenuhnya, karena kegiatan pembelajaran yang terjadi tidak sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Didasarkan dari permasalahan tersebut, maka dipandang perlu adanya upaya menciptakan inovasi dalam pembelajaran yang mengutamakan keterlibatan siswa secara aktif pada kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Sehingga pembelajaran yang berlangsung dapat mengoptimalkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat dipadukan dengan model dan media pembelajaran yang salah satunya adalah inquiry learning dan media powerpoint. Jadi, inovasi dalam pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis inquiry learning berbantuan media powerpoint. Inquiry learning merupakan model pembelajaran yang mendorong siswa untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban atas permasalahan dalam pembelajaran. Model inquiry learning tidak hanya menuntut siswa menjawab pertanyaan atau permasalahan, tetapi juga mengarahkan siswa mencari dan mendapatkan informasi melalui kegiatan belajar mandiri seperti eksplorasi, pencarian, eksperimen, dan juga penelitian (Abidin, 2014:149). Dengan model inquiry learning, siswa mendapatkan kesempatan lebih banyak untuk memahami suatu konsep pembelajaran secara lebih mendalam. Sedangkan media powerpoint merupakan media pembelajaran yang ditampilkan dalam bentuk presentasi dengan penggabungan teks, gambar, suara, maupun video. Dengan demikian, penggunaan media powerpoint dapat menarik perhatian siswa khususnya dalam pembelajaran dengan inquiry learning.
Model pembelajaran lainnya yang juga dapat dipadukan dengan pendekatan saintifik yaitu model Student Teams Achievement Division (STAD). STAD merupakan model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa belajar berkelompok, sehingga mengurangi sifat kompetitif siswa. Model STAD dapat dipadukan dengan pendekatan saintifik karena esensinya sesuai dengan karakteristik pendekatan saintifik yaitu pembelajaran berlangsung secara terbuka dan objektif. Media pembelajaran yang juga dapat digunakan dalam model STAD yaitu media powerpoint. Hal tersebut menciptakan inovasi pembelajaran lainnya yakni pendekatan saintifik berbasis STAD berbantuan media powerpoint. Melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis STAD berbantuan media powerpoint siswa dapat saling berinteraksi satu sama lain dan dapat saling membantu menguasai materi pelajaran. Di sisi lain, melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis inquiry learning berbantuan media powerpoint siswa dapat belajar melakukan sesuatu (learning by doing). Siswa tidak hanya duduk diam dan mendengarkan ceramah, namun melakukan berbagai aktivitas belajar seperti pencarian, penemuan, dan pembuktian, serta belajar mempertimbangkan segala kemungkinan alternatif jawaban yang tersedia atas suatu permasalahan. Dengan kata lain, pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis inquiry learning berbantuan media powerpoint mengutamakan keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis inquiry learning berbantuan media powerpoint siswa juga dituntut untuk tidak hanya menerima, melainkan juga menelaah, memilah, dan memberi respon atas materi yang diberikan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendekatan Saintifik Berbasis Inquiry Learning Berbantuan Media Powerpoint terhadap Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Tema Sejarah Peradaban Indonesia pada Siswa Kelas V SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur. 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Pendekatan saintifik berbasis inquiry learning berbantuan media powerpoint merupakan perpaduan antara pendekatan saintifik dengan model inquiry learning dan media powerpoint. Pendekatan saintifik adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memberikan lima pengalaman belajar kepada siswa dengan melaksanakan berbagai kegiatan melalui suatu proses ilmiah. Pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran dimaksudkan untuk memberikan pemahaman lebih banyak kepada siswa dalam mengenal berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran yang demikian dapat mengembangkan sikap kritis siswa. Sikap kritis tersebut dapat muncul ketika siswa mengamati suatu materi ataupun tayangan. Sikap kritis merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa guna memperoleh pengetahuan baru dan memadukan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya (Kosasih, 2014:71). Sedangkan inquiry learning adalah model pembelajaran yang mendorong siswa terlibat secara aktif melalui berbagai aktivitas mencari dan menemukan sendiri jawaban atas suatu permasalahan dalam pembelajaran. Inquiry learning adalah salah satu model pembelajaran yang dipandang modern dan dapat digunakan pada berbagai jenjang pendidikan. Inquiry mempunyai arti pertanyaan, pemeriksaan, atau penyelidikan melalui suatu proses mencari atau memahami suatu informasi. Shoimin (2014:85) menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa untuk memiliki pengalaman belajar dalam menemukan konsep-konsep materi berdasarkan masalah yang diajukan. Pembelajaran dengan model inquiry learning menekankan pada sebuah proses dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan masalah berdasarkan pengujian logis atas fakta dan observasi. Dengan demikian, aktivitas siswa lebih mengutamakan pada kegiatan mencari dan mendapatkan informasi secara mandiri.
Mencari dan mendapatkan informasi dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan model inquiry learning tidak hanya sebatas melakukan kegiatan eksperimen atau percobaan, namun memiliki pengertian lebih luas dari itu yakni dapat dengan melihat apa yang terjadi, menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, serta membandingkan apa yang ditemukan sendiri dengan yang ditemukan orang lain. Maka dari itu, kegiatan pembelajaran yang berlangsung perlu memperhatikan beberapa aspek seperti kondisi pembelajaran yang fleksibel, lingkungan yang responsif, kebebasan siswa untuk berinteraksi, suasana terbuka yang mengundang siswa untuk berdiskusi, dan adanya fasilitas serta sumber belajar yang cukup (Susanto, 2014:161). Sumber belajar sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan siswa memperoleh informasi dapat berasal dari mana saja. Misalnya lingkungan sekitar, pengalaman pribadi, maupun penggunaan media pembelajaran. Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran dengan model inquiry learning dapat memberikan informasi tambahan bagi siswa ketika mencari jawaban dari permasalahan yang sedang dibahas. Menurut Djamarah dan Zain (2010:120), media merupakan wahana sebagai penyalur informasi belajar atau penyalur pesan. Ada beberapa jenis media sebagai alat bantu dalam menunjang kegiatan pembelajaran antara lain media auditif, media visual, dan media audiovisual. Media auditif adalah media pembelajaran yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, sedangkan media visual adalah media pembelajaran yang hanya mengandalkan penglihatan, dan media audiovisual adalah media pembelajaran yang mempunyai unsur suara dan gambar. Dengan demikian, media pembelajaran yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran kurikulum 2013 adalah media audiovisual. Salah satu media pembelajaran yang merupakan bagian dari media audiovisual adalah media powerpoint. Menurut Sukiman (2012:213) microsoft powerpoint merupakan produk unggulan microsoft corporation dalam program aplikasi presentasi yang paling banyak digunakan saat ini. 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Media powerpoint adalah media pembelajaran yang ditampilkan dalam bentuk slide dan dapat digunakan secara berulang-ulang serta berguna untuk menampilkan berbagai informasi atau materi ajar secara garis besar. Sebagai media pembelajaran, media powerpoint tergolong dalam media yang tampilannya menarik karena dapat dipadukan dengan warna, huruf, dan animasi, sehingga siswa berkeinginan untuk mengetahui lebih dalam informasi dari materi yang tersaji. Dengan demikian, tentu dapat mengurangi kejenuhan siswa saat menerima materi pelajaran atau informasi yang disampaikan. Jadi, melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis inquiry learing berbantuan media powerpoint siswa dapat memperoleh lima pengalaman belajar antara lain mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, serta mengomunikasikan dengan aktivitas mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, analisis data, serta membuat kesimpulan. Sedangkan media powerpoint dalam hal ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi siswa saat melakukan pengumpulan data yang diperlukan untuk menjawab hipotesis (jawaban sementara) yang telah diajukan. Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis inquiry learning berbantuan media powerpoint dapat membantu siswa untuk membentuk dan mengembangkan konsep diri. Siswa dituntut untuk mampu menggunakan pengalamannya agar dapat membuat suatu kesimpulan yang logis dan benar, serta menerapkan hasil penemuannya sendiri. Dengan demikian, siswa dapat melihat hubungan antara apa yang dipelajari secara teoretis dengan apa yang terjadi dalam kehidupan nyata. Lebih lanjut, kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis inquiry learning berbantuan media powerpoint juga menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) dengan keterlibatan siswa dalam berbagai aktivitas belajar seperti pencarian, penemuan, dan pembuktian, sehingga pengetahuan yang diperoleh siswa dapat mengendap dan bertahan lama.
Di sisi lain, sebagai pembanding pendekatan saintifik berbasis inquiry learning berbantuan media powerpoint dalam penelitian ini adalah pendekatan saintifik berbasis STAD berbantuan media powerpoint. STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Menurut Isjoni (2011:51) STAD adalah salah satu model kooperatif yang menekankan pada aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Dengan kata lain, STAD adalah model pembelajaran yang menekankan kegiatan siswa belajar secara berkelompok. Model pembelajaran ini menempatkan siswa dalam kelompok belajar dengan anggota yang terdiri dari campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Menurut Abidin (2014:248) jumlah siswa yang bekerja dalam kelompok harus dibatasi agar kelompok yang terbentuk menjadi efektif. Maka dari itu, ukuran kelompok yang ideal atau tepat dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model STAD adalah 4-5 orang anggota. Sehingga siswa dapat memastikan bahwa seluruh anggota kelompoknya telah menguasai materi pelajaran atau informasi yang disampaikan guru (Trianto, 2012:68). Dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model STAD, jika siswa menghendaki kelompoknya memperoleh penghargaan, siswa harus mendorong anggota kelompoknya untuk melakukan yang terbaik. Pada saat belajar secara berkelompok, siswa dapat saling bertukar jawaban, mendiskusikan persoalan, atau bisa saling memberikan pertanyaan tentang isi dari materi yang sedang dipelajari (Rusman, 2012:213). Peran guru dalam pembelajaran dengan model STAD adalah mendorong siswa untuk bekerja sama dalam kegiatankegiatan pembelajaran yang dirancang dengan dukungan materi dan sumber belajar (Susanto, 2014:200). Dalam hal ini, media pembelajaran dapat digunakan sebagai sumber belajar selain buku pelajaran. Media powerpoint sebagai media pembelajaran juga dapat digunakan dalam model STAD. 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
METODE Penelitian ini merupakan penelitian jenis kuantitatif dengan tipe penelitian eksperimen yang dilaksanakan pada siswa kelas V di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur. Pada dasarnya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara pendekatan saintifik berbasis inquiry learning berbantuan media powerpoint dengan pendekatan saintifik berbasis STAD berbantuan media powerpoint terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPS tema sejarah peradaban Indonesia pada siswa kelas V. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan memanipulasi variabel bebas dalam pendekatan pembelajaran yang digunakan, sedangkan variabel lain tidak bisa dikontrol secara ketat. Oleh karena itu, desain yang digunakan adalah desain eksperimen semu (Quasy Experiment Design). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sugiyono (2014:114) yang menyatakan bahwa desain eksperimen semu (Quasy Experiment Design) mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen tersebut. Bentuk desain eksperimen semu (Quasy Experiment Design) yang digunakan yaitu Nonequivalent Control Group Design. Desain tersebut menyatakan penelitian ini terdiri atas dua kelompok yang sama-sama diberikan perlakuan. Dalam penelitian ini, adapun prosedur penelitian yang ditempuh terdiri dari tiga tahap eksperimen yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir eksperimen. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap persiapan eksperimen yaitu, 1) melakukan observasi di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur untuk mengetahui sebaran data siswa kelas V, 2) menyusun RPP dan mempersiapkan media serta sumber belajar, 3) menyusun instrumen penelitian berupa tes objektif bentuk pilihan ganda biasa untuk mengukur penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa, 4) mengkonsultasikan instrumen penelitian dengan wali kelas dan dosen pembimbing, serta 5) mengadakan validasi instrumen penelitian. Pada tahap pelaksanaan eksperimen kegiatan yang ditempuh antara lain 1) menguji kesetaraan
Penggunaan media powerpoint dalam pembelajaran dengan model STAD lebih memudahkan guru dalam penyampaian materi pelajaran atau informasi kepada siswa karena seluruh tampilan pada powerpoint dapat diatur sesuai keperluan. Maksudnya adalah apakah tayangan powerpoint akan berjalan sendiri sesuai timing yang diinginkan atau berjalan secara manual dengan mengklik tombol mouse. Jika digunakan untuk penyampaian materi yang perlu adanya interaksi dengan siswa, maka kontrol operasinya dapat menggunakan cara manual (Daryanto, 2012:158). Jadi, melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis STAD berbantuan media powerpoint siswa dapat memperoleh lima pengalaman belajar yang menekankan pada aktivitas belajar secara berkelompok untuk bekerja sama saling memahami dan menyelesaikan suatu tugas dengan media powerpoint sebagai penambah informasi yang dibutuhkan. Melalui kegiatan pembelajaran ini juga siswa dapat diajarkan untuk belajar bersosialisasi dengan lingkungannya serta saling menghargai orang lain (Kurniasih dan Sani, 2015:22). Selain itu, melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis STAD berbantuan media powerpoint dapat menumbuhkan suasana yang lebih terbuka dan demokratis. Hal tersebut karena, siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran namun siswa lebih berperan sebagai tutor sebaya. Kegiatan pembelajaran ini dapat pula menimbulkan motivasi siswa lainnya untuk meningkatkan kemampuan akademiknya karena adanya dorongan dan dukungan dari rekan sebaya. Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik berbasis inquiry learning berbantuan media powerpoint dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik berbasis STAD berbantuan media powerpoint tema sejarah peradaban Indonesia pada siswa kelas V di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur. 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
seluruh kelas dalam populasi dengan memberikan prates, 2) melakukan pengundian terhadap kelas-kelas yang sudah setara untuk mendapatkan dua kelas sebagai sampel penelitian, 3) menentukan kelompok eksperimen A dan kelompok eksperimen B dengan mengundi kembali dua sampel yang telah terpilih, serta 4) memberikan perlakuan pada kelompok eksperimen A berupa pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis inquiry learning berbantuan media powerpoint, serta pada kelompok eksperimen B berupa pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis STAD berbantuan media powerpoint. Perlakuan pada masing-masing kelompok sebanyak 6 kali. Selanjutnya, kegiatan pada tahap akhir eksperimen adalah 1) memberikan postes pada kedua kelompok, dan 2) menganalisis data hasil penelitian serta melakukan uji hipotesis. Populasi berperan penting dalam penelitian. Menurut Martono (2011:74) โpopulasi merupakan keseluruhan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian, atau keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti.โ Jadi, populasi adalah seluruh objek yang akan diteliti dengan karakteristik tertentu dan memenuhi syarat penelitian, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber data penelitian untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur. Seluruh siswa kelas V tersebut berjumlah 224 orang yang berasal dari 5 SD diantaranya adalah SDN 15 Dangin Puri, SDN 19 Dangin Puri, SDN 22 Dangin Puri, SDN 26 Dangin Puri, dan SDN 29 Dangin Puri. Dalam penelitian, populasi tidak mungkin dapat dipelajari secara keseluruhan karena berbagai keterbatasan, maka dari itu dapat menggunakan sampel. Setyosari berpendapat bahwa (2015:220) โsampel adalah sekelompok objek, orang, peristiwa, dan sebagainya yang merupakan representasi dari keseluruhan.โ Jadi, sampel dapat diartikan sebagai bagian dari populasi yang diambil dan memiliki karakteristik dari populasi tersebut.
Penentuan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik random sampling, sehingga setiap kelas mendapat hak dan kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel penelitian. Teknik random sampling dilakukan dengan cara mengundi kelas-kelas yang sudah setara. Dengan kata lain, dalam penelitian ini seluruh kelas yang menjadi anggota populasi diuji kesetaraannya. Untuk mendapatkan kelas yang setara, seluruh kelas diberikan prates. Hasil prates diuji analisis dengan uji beda rerata atau mean (uji-t) menggunakan rumus polled varian. Namun, sebelum dilakukan uji kesetaraan kelas dari seluruh anggota populasi dengan uji-t, terlebih dahulu dilaksanakan uji prasyarat analisis. Uji prasyarat analisis pertama yang dilakukan adalah uji normalitas. Berdasarkan hasil analisis, seluruh kelas V di SD Gugus Ki Hajar Dewantara dinyatakan berdistribusi normal. Uji prasyarat analisis berikutnya adalah uji homogenitas. Hasil uji homogenitas varians menyatakan bahwa data hasil prates penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur memiliki varians yang homogen. Karena data hasil prates penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur telah berdistribusi normal dan homogen, maka selanjutnya dapat dilakukan uji kesetaraan seluruh kelas anggota dari populasi dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil uji kesetaraan, diperoleh enam belas pasang kelas yang setara. Keenambelas pasang kelas tersebut dipilih secara acak dan memperoleh pasangan kelas VB SDN 26 Dangin Puri dan kelas VB SDN 29 Dangin Puri sebagai sampel. Kedua sampel tersebut kemudian diundi kembali, sehingga kelas VB SDN 29 Dangin Puri yang berjumlah 32 orang terpilih menjadi kelompok eksperimen A yang mendapatkan perlakuan pendekatan saintifik berbasis inquiry learning berbantuan media powerpoint dan kelas VB SDN 26 Dangin Puri yang berjumlah 30 orang terpilih menjadi kelompok eksperimen B yang mendapatkan perlakuan pendekatan saintifik berbasis STAD berbantuan media powerpoint. 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Variabel penelitian merupakan faktorfaktor yang berperan dalam peristiwa yang diteliti. Menurut Bungin (2013:69) โvariabel adalah fenomena yang bervariasi dalam bentuk, kualitas, kuantitas, mutu dan standar.โ Sedangkan menurut Setyosari (2015:108) โvariabel secara umum adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan dalam penelitian.โ Jadi, variabel adalah atribut atau sifat yang mempunyai variasi dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini, terdapat dua variabel yang dilibatkan, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini adalah pendekatan saintifik berbasis inquiry learning berbantuan media powerpoint yang dikenakan pada kelompok eksperimen A, sedangkan variabel bebas pada kelompok eksperimen B adalah pendekatan saintifik berbasis STAD berbantuan media powerpoint. Adapun variabel terikat pada penelitian ini yakni penguasaan kompetensi pengetahuan IPS. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data tentang penguasaan kompetensi pengetahuan IPS. Data tersebut tergolong data kuantitatif, sehingga metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Menurut Sudijono (2012:66) tes adalah alat yang digunakan dalam rangka pengukuran dan penilaian. Jenis tes yang digunakan adalah tes objektif bentuk pilihan ganda biasa dengan empat alternatif jawaban (option) yang sebelumnya telah dikonsultasikan dengan dosen ahli yang memiliki spesifikasi di bidang IPS. Selain itu, tes tersebut juga bersifat terstandar karena telah diujicobakan pada siswa di kelas yang lebih tinggi dan memenuhi kriteria validitas, daya beda, tingkat kesukaran, serta reliabilitas. Pada penelitian ini tes yang digunakan bersifat dikotomi, sehingga uji validitas yang digunakan yaitu dengan rumus korelasi point biserial (rpbi). Berdasarkan hasil uji validitas yang dilakukan dengan menguji cobakan sebanyak 50 butir tes terhadap 38 responden dari siswa kelas VI di SDN 29 Dangin Puri, diperoleh 38 butir tes yang valid. Setelah dilakukan uji validitas, 38 butir tes yang telah valid tersebut kemudian dianalisis dengan uji daya beda. Berdasarkan hasil analisis pada uji daya
beda, diperoleh 8 butir tes dengan kriteria baik sekali, 18 butir tes dengan kriteria baik, 9 butir tes dengan kriteria cukup, dan 3 butir tes dengan kriteria jelek. Untuk butir tes dengan kriteria jelek dalam penelitian ini tidak digunakan, sehingga dari 38 butir tes yang valid terdapat 35 butir tes yang memenuhi kriteria daya beda. Selanjutnya, 35 butir tes yang telah memenuhi daya pembeda dianalisis pada tingkat kesukaran. Hasil analisis memperoleh 6 butir dengan kriteria sukar, 20 butir dengan kriteria sedang, dan 9 butir dengan kriteria mudah. Adapun tingkat kesukaran perangkat tes pada penelitian ini adalah 0,51 (sedang). Dikarenakan telah memenuhi kriteria validitas, daya beda, dan tingkat kesukaran, selanjutnya tes dapat diuji reliabilitasnya. Berdasarkan hasil analisis dari uji reliabilitas terhadap 35 butir tes diperoleh r11 yaitu 0,90 sehingga dari perhitungan ini dapat dinyatakan bahwa reliabilitas instrumen pada penelitian ini sangat tinggi. Pada penelitian ini, data yang telah terkumpul selanjutnya dideskripsikan untuk memberikan gambaran mengenai sebaran data dengan langkah-langkah yaitu 1) menghitung rerata (mean), 2) menghitung rerata persentase, 3) menghitung varians, 4) menghitung standar deviasi, 5) menghitung median, dan 6) menghitung modus. Data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yang telah dideskripsikan kemudian dianalisis untuk menguji hipotesis penelitian. Ada dua prasyarat yang harus dipenuhi yaitu uji normalitas sebaran data tiap kelompok dan uji homogenitas varians antar kelompok. Uji normalitas dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah suatu data yang berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Rumus uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah Chi Kuadrat. Selanjutnya, uji homogenitas dilakukan apabila kelompok data telah berdistribusi normal. Pada penelitian ini, rumus uji homogenitas varians yang digunakan untuk menguji homogenitas dua kelompok data adalah uji F. Data yang telah diuji normalitas dan homogenitasnya, selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah uji beda rerata (uji-t) dengan rumus polled varian. 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS diperoleh dari pemberian postes. Adapun gambaran mengenai distribusi frekuensi penguasaan kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen A yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik berbasis inquiry learning berbantuan media powerpoint dapat dilihat pada grafik histogram berikut.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, kelompok eksperimen B memperoleh nilai rerata sebesar 69,10, rerata persentase sebesar 69,10%, varians sebesar 70,69, standar deviasi sebesar 8,41, median sebesar 68,83, dan modus sebesar 68,50. Setelah dilakukan analisis data tentang penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada kelompok eksperimen A maupun pada kelompok eksperimen B, langkah selanjutnya yakni dilakukan uji hipotesis. Namun, sebelum melakukan uji hipotesis, ada dua prasyarat yang harus dilakukan yaitu uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Uji prasyarat pertama adalah uji normalitas sebaran data. Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan rumus Chi Kuadrat. Berdasarkan uji normalitas, kelompok eksperimen A memperoleh 2 ๐2hitung=5,62 dan ๐๐ก๐๐๐๐ (ฮฑ=0,05)=11,07, 2 2 sehingga ๐ hitung=5,62 < ๐๐ก๐๐๐๐ (ฮฑ=0,05)=11,07, yang berarti sebaran data kelompok eksperimen A berdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas kelompok eksperimen B memperoleh ๐2hitung=3,28 dan 2 2 ๐๐ก๐๐๐๐ (ฮฑ=0,05)=11,07, sehingga ๐ hitung=3,28 < 2 ๐๐ก๐๐๐๐ (ฮฑ=0,05)=11,07, yang berarti sebaran data kelompok eksperimen B berdistribusi normal. Selanjutnya, dilakukan uji homogenitas varians dengan uji F. Hasil perhitungan memperoleh Fโ๐๐ก๐ข๐๐ =1,30 < F๐ก๐๐๐๐ (ฮฑ=0,05)=1,85. Ini berarti data postes penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok eksperimen A dan kelompok eksperimen B memiliki varians homogen. Dengan demikian, diketahui bahwa data kedua kelompok eksperimen telah memenuhi unsur normalitas dan homogenitas, maka dapat dilanjutkan dengan uji hipotesis. Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji-t menggunakan rumus polled varian. Kriteria pengujiannya jika thitung > ttabel maka H0 ditolak dan jika thitung < ttabel maka H0 diterima. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5% (ฮฑ=0,05) dan dk=(n1+n2-2). Adapun rekapitulasi hasil uji-t menggunakan rumus polled varian terhadap data postes penguasaan kompetensi pengetahuan IPS disajikan dalam tabel 1 berikut.
12
frekuensi
10 8 6 4 2 0 62,5
68,5
74,5
80,5
86,5
92,5
Nilai tengah (x)
Gambar 1. Grafik histogram penguasaan kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen A Berdasarkan hasil analisis data, kelompok eksperimen A memperoleh nilai rerata sebesar 79,38, rerata persentase sebesar 79,38%, varians sebesar 91,55, standar deviasi sebesar 9,57, median sebesar 81,50, dan modus sebesar 86,70. Sedangkan gambaran mengenai distribusi frekuensi penguasaan kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen B yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik berbasis STAD berbantuan media powerpoint pada grafik histogram berikut. 10
frekuensi
8 6 4 2 0 56,5
62,5
68,5
74,5
80,5
86,5
Nilai tengah (x)
Gambar 2. Grafik histogram penguasaan kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen B 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Uji-t Kelompok
N
dk
Mean
Varians
Eksperimen A Eksperimen B
32 30
60
79,38 69,10
91,55 70,69
Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa dari hasil analisis statistik uji-t diperoleh thitung=4,65 sedangkan ttabel(ฮฑ=0,05)=2,00, sehingga thitung=4,65 > ttabel(ฮฑ=0,05)=2,00. Jadi, hasil tersebut menolak H0 yang berbunyi tidak terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik berbasis inquiry learning berbantuan media powerpoint dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik berbasis STAD berbantuan media powerpoint tema sejarah peradaban Indonesia pada siswa kelas V di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur. Merujuk pada hasil data yaitu nilai postes penguasaan kompetensi pengetahuan IPS kedua kelompok, ditemukan adanya perbedaan perolehan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok eksperimen A yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik berbasis inquiry learning berbantuan media powerpoint dengan kelompok eksperimen B yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik berbasis STAD berbantuan media powerpoint. Perbedaan tersebut ditunjukkan dari perhitungan analisis data dan pengujian hipotesis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis data, kelompok eksperimen A memperoleh nilai rerata yakni 79,38. Sedangkan nilai rerata kelompok eksperimen B adalah 69,10. Hasil analisis data tersebut menunjukkan bahwa nilai rerata kelompok eksperimen A lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rerata kelompok eksperimen B. Perolehan nilai rerata kelompok eksperimen A yang lebih tinggi dibandingkan kelompok eksperimen B, membuktikan bahwa kemampuan kedua kelompok yang awalnya setara setelah mendapatkan perlakuan yang berbeda mengakibatkan adanya perbedaan pula pada penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yang diperoleh kedua kelompok.
Nilai thitung
Nilai ttabel
Simpulan
4,65
2,00
H0 ditolak
Hasil uji hipotesis dengan uji-t yang telah dilakukan menunjukkan thitung=4,65 > ttabel(ฮฑ=0,05)=2,00. Hal ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik berbasis inquiry learning berbantuan media powerpoint dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik berbasis STAD berbantuan media powerpoint tema sejarah peradaban Indonesia pada siswa kelas V di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur. Adanya perbedaan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik berbasis inquiry learning berbantuan media powerpoint dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik berbasis STAD berbantuan media powerpoint disebabkan oleh efektivitas perlakuan model pembelajaran yang diberikan pada masing-masing kelompok. Hal tersebut menunjukkan bahwa penerapan model inquiry learning lebih efektif dipadukan dengan pendekatan saintifik dan media powerpoint. Lebih efektifnya model inquiry learning dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan media powerpoint dikarenakan melalui model inquiry learning siswa terlibat langsung dalam berbagai aktivitas belajar seperti pencarian, penemuan, dan pembuktian jawaban atas suatu permasalahan maupun suatu informasi. Sehingga dengan model pembelajaran ini kemampuan berpikir kritis siswa semakin berkembang. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat Anam (2015:12) yang menyatakan bahwa โtitik tekan utama pada pembelajaran dengan inkuiri tidak lagi berpusat pada guru, tetapi pada pengembangan nalar kritis siswa.โ 10
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dari nilai postes penguasaan kompetensi pengetahuan IPS tema sejarah peradaban Indonesia pada kelompok eksperimen A yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik berbasis inquiry learning berbantuan media powerpoint diperoleh nilai rerata (mean) yakni 79,38 dan rerata persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen A adalah sebesar 79,38%. Rerata persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPS tersebut kemudian dikategorikan dengan tabel konversi PAP dan berada pada kategori sedang. Sedangkan berdasarkan analisis data dari nilai postes penguasaan kompetensi pengetahuan IPS tema sejarah peradaban Indonesia pada kelompok eksperimen B yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik berbasis STAD berbantuan media powerpoint diperoleh nilai rerata (mean) yakni 69,10 dan rerata persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPS kelompok eksperimen B adalah sebesar 69,10%. Rerata persentase penguasaan kompetensi pengetahuan IPS tersebut dikategorikan dengan tabel konversi PAP dan berada pada kategori sedang. Selanjutnya, berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis dengan uji-t menggunakan rumus polled varian, diperoleh thitung=4,65 > ttabel(ฮฑ=0,05)=2,00. Dengan demikian, hasil perhitungan tersebut menolak H0 yang berbunyi tidak terdapat perbedaan yang signifikan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik berbasis inquiry learning berbantuan media powerpoint dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pendekatan saintifik berbasis STAD berbantuan media powerpoint tema sejarah peradaban Indonesia pada siswa kelas V di SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik berbasis inquiry learning berbantuan media powerpoint berpengaruh terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan IPS tema sejarah peradaban Indonesia siswa kelas V SD Gugus Ki Hajar Dewantara Denpasar Timur.
Pelaksanaan pembelajaran dengan inquiry learning yang menerapkan lima langkah kegiatan, mampu mengoptimalkan keterlibatan siswa selama kegiatan pembelajaran. Dengan optimalnya keterlibatan siswa melalui aktivitas-aktivitas seperti mengajukan pertanyaan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis, sampai membuat kesimpulan menjadikan siswa lebih aktif dan kreatif dalam kegiatan pembelajaran yang bebas, namun tetap terarah. Selain itu, penerapan lima langkah kegiatan tersebut membuat siswa dapat belajar dengan gaya belajarnya sendiri. Dalam kegiatan pembelajaran dengan model inquiry learning, siswa wajib mencari sebanyak mungkin informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan, terutama permasalahan bermuatan materi IPS, sehingga siswa dengan sendirinya melakukan berbagai cara untuk memperoleh segala informasi yang dibutuhkan berdasarkan fakta-fakta. Segala aktivitas tersebut, menyebabkan pembelajaran lebih bermakna karena selain memahami, siswa juga semakin mendalami materi yang dipelajarinya. Di sisi lain, model STAD merupakan model pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas siswa belajar berkelompok. Hal ini menyebabkan siswa lebih banyak bekerja sama untuk menguasai materi pelajaran serta menyelesaikan tugas yang menimbulkan kurangnya kemampuan berpikir kritis, karena siswa hanya terfokus menjawab pertanyaan bukan mendalami materi pelajaran. Disamping itu, penggunaan model STAD membuat siswa dalam memecahkan permasalahan hanya berdasarkan ingatan, sehingga mengurangi kemandirian siswa untuk memperoleh pengetahuan baru. Hal tersebut mengakibatkan pengetahuan siswa menjadi kurang luas. Penggunaan model STAD mengakibatkan kurangnya sifat kompetisi antar siswa. Pernyataan ini didukung dengan pendapat dari Kurniasih dan Sani (2015:23) yang menyatakan bahwa โdalam kelompok siswa diajarkan untuk saling mengerti dengan materi yang ada, sehingga siswa saling memberitahu dan mengurangi sifat kompetitif.โ 11
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Saran yang dapat disampaikan setelah melaksanakan penelitian ini antara lain yaitu bagi guru disarankan agar lebih inovatif dalam membelajarkan siswa dan mampu menerapkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik yang dipadukan dengan model inquiry learning berbantuan media powerpoint, sehingga tercipta pembelajaran yang bermakna. Selanjutnya bagi sekolah, penelitian ini dapat digunakan sebagai pendukung sumber belajar guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah khususnya dalam mengimplementasikan kurikulum 2013, sehingga dapat menghasilkan siswa yang memiliki output berkualitas. Bagi peneliti lain disarankan agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pembelajaran dengan pendekatan saintifik berbasis inquiry learning berbantuan media powerpoint terutama pada tema pembelajaran dan muatan materi pelajaran yang lain atau dapat menemukan inovasi kegiatan pembelajaran lainnya, sehingga siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan baik .
Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya. Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2015. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran. Surabaya: Kata Pena. Martono, Nanang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Setyosari, Punaji. 2015. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Kencana. Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: ARRUZZ MEDIA. Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Rajagrafindo Persada. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabet. Sukiman. 2012. Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pedagogia. Susanto, Ahmad. 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana. -------. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana. Trianto, Ibnu Badar. 2014. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. Jakarta. Prenadamedia Group.
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama. Anam, Khoirul. 2015. Pembelajaran Berbasis Inkuiri Metode dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Bungin, Burhan. 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. Daryanto. 2012. Media Pembelajaran. Bandung: Sarana Tutorial Nurani Sejahtera. -------. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik. Yogyakarta: Gava Media. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Isjoni. 2011. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta. Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi
12