e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS DAN PENGETAHUAN METAKOGNITIF Ni Pt. Anik Erawati1, I Md. Suara2, I Wyn. Sujana3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan kompetensi pengetahuan IPS dan (2) meningkatkan pengetahuan metakognitif melalui penerapan pendekatan saintifik berbasis inquiry pada tema sejarah peradaban Indonesia siswa kelas VB SDN 1 Ubung, tahun pelajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VB SDN 1 Ubung tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 35 orang, terdiri dari 17 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki. Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode tes. Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif dan deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase rata-rata pada tahap observasi awal untuk kompetensi pengetahuan IPS sebesar 69,43% dan pengetahuan metakognitif sebesar 68,86% yang sama-sama berada pada predikat C. Pada siklus I persentase rata-rata kompetensi pengetahuan IPS sebesar 74,13% dan pengetahuan metakognitif sebesar 73,44% yang sama-sama berada pada predikat B dengan persentase rata-rata <80%. Terjadi peningkatan kompetensi pengetahuan IPS sebesar 4,7% dan pengetahuan metakognitif sebesar 4,58%. Pada siklus II persentase rata-rata kompetensi pengetahuan IPS sebesar 82,39% dan pengetahuan metakognitif sebesar 80,33% yang sama-sama berada pada predikat B dengan persentase rata-rata >80%. Terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu untuk kompetensi pengetahuan IPS sebesar 8,26% dan pengetahuan metakognitif sebesar 6,89%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbasis inquiry dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan IPS dan pengetahuan metakognitif pada tema sejarah peradaban Indonesia siswa kelas VB SDN 1 Ubung tahun pelajaran 2015/2016. Kata kunci: saintifik, inquiry, kompetensi pengetahuan, metakognitif. Abstract This study aimed at (1) improving the competence of social science knowledge and (2) improving students metacognitive knowledge through the implementation of inquirybased scientific approach on the learning process of the history of Indonesia civilization at class VB SDN 1 Ubung, academic year 2015/2016. The subjects of this study were 35 students (17 females and 18 males) of class VB SDN 1 Ubung, academic year 2015/2016. This study was a classroom-based action research which was conducted in two cycles. Each cycle consists of 4 steps namely planning, conducting, observing, and reflection. The data were collected by test and then were analyzed descriptively and by using the quantitative descriptive analysis method. The result shows that the average percentage of social science knowledge competence based on the earlier observation
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 was 69,43% and the metacognitive knowledge was 68,86%, and both are at the predicate of C. At the first cycle, the percentage average percentage of social science knowledge competence raise to 74,13% and the metacognitive knowledge was 73,44%. Both are less than 80% and still at predicate B. There was an improvement of 4,7% on science knowledge competence and 4,58% on metacognitive knowledge. At the second cycle the average percentage of social science knowledge competence was 82,39% and the metacognitive knowledge was 80,33%. Both are at predicate B and each percentage is more than 80%. The was again an improvement from the first to the second cycle of 8,26% on science knowledge competence and 6,89% on metacognitive knowledge. It can be conclude that the implementation of inquiry-based scientific approach on the learning process of the history of Indonesia civilization at class VB SDN 1 Ubung, academic year 2015/2016, can improve both of students’ social science competence and metacognitive knowledge. Keywords: scientific, inquiry, competence of knowledge, metacognitive.
PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan belajar yang dikoordinasikan oleh guru. Menurut Susanto (2013:18) pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara metodologis cenderung lebih dominan pada siswa, sementara mengajar secara instruksional dilakukan oleh guru. Guru adalah pencipta kondisi lingkungan belajar. Anak usia sekolah dasar memiliki pola pikir operasional konkret, untuk itu dalam kurikulum 2013 kegiatan pembelajaran di sekolah dasar menggunakan pendekatan saintifik dengan pembelajaran tematik terpadu. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mengembangkan kehidupan siswa ke arah yang lebih baik dalam segi agamanya, kehidupan sosialnya, pengetahuannya maupun keterampilan yang dimilikinya. Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik secara holistik/seimbang (Kemendikbud, 2013). Kurikulum 2013 memiliki beberapa karakter diantaranya menciptakan suatu pembelajaran yang bermakna, menggunakan pendekatan saintifik,
menggunakan penilaian autentik, pembelajaran dilakukan secara kontekstual dan tematik. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran guru harus menciptakan pembelajaran aktif melalui kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi/menalar/mengolah informasi, serta menyajikan/mengomunikasikan terkait dengan materi yang disampaikan dalam kegiatan. Adapun penjelasan lima pengalaman belajar menurut Rusman (2015: 234-248) adalah sebagai berikut. Mengamati merupakan kegiatan belajar yang meliputi kegiatan membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat). Metode mengamati memiliki keunggulan, seperti menyajikan media objek secara nyata, peserta didik senang, tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan. Dengan metode observasi peserta didik menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kegiatan menanya dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas. Semakin terlatih dalam 2
bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan tersebut dapat menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam. Seorang guru harus mampu menciptakan kondisi belajar yang menantang bagi siswa, sehingga memancing siswa untuk bertanya. Mencoba atau melakukan eksperimen merupakan keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar dengan menggunakan metode ilmiah dan sikap ilmiah dalam memecahkan masalah yang dihadapi sehari-hari. Aplikasi dari kegiatan mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar (sikap, keterampilan, dan pengetahuan). Mencoba/mengumpulkan informasi bentuk kegiatan pembelajarannya dengan melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas, dan wawancara dengan narasumber. Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengumpulkan informasi/ mencoba adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, dan mengembangkan kebiasaan belajar. Menalar/mengasosiasi merupakan proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Kegiatan belajar yang dilakukan dalam proses mengasosiasi adalah mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Kompetensi yang dikembangkan dalam proses mengasosiasi/mengolah informasi adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan. Dalam kegiatan mengasosiasi/mengolah informasi terdapat kegiatan menalar. Istilah “menalar” dalam
proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Kegiatan mengomunikasikan adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetensi yang dikembangkan dalam kegiatan mengomunikasikan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah, bisa dilakukan bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan sendiri setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi. Hasil tugas yang dikerjakan bersama dalam satu kelompok kemudian dipresentasikan atau dilaporkan kepada guru dan teman sekelas. Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik menurut Daryanto (2014:54) adalah untuk meningkatkan kemampuan intelek khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik, terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan, diperolehnya hasil belajar yang tinggi, melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, dan mengembangkan karakter siswa. Pengelolaan kegiatan pembelajaran di sekolah dasar menggunakan pendekatan saintifik dengan pembelajaran tematik terpadu, yang merupakan suatu pembelajaran yang dikemas dalam bentuk tema-tema berdasarkan muatan beberapa mata pelajaran yang dipadukan atau diintegrasikan. Sesuai dengan Permendikbud Nomor 57 Tahun 2014, Pasal 11 Ayat 1 menyatakan, pelaksanaan pembelajaran
pada sekolah dasar/Madrasah dilakukan dengan pendekatan pembelajaran tematik terpadu. Ayat 2 menyatakan, pembelajaran tematik terpadu merupakan muatan pembelajaran dalam mata pembelajaran sekolah dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang diorganisasikan dalam tema-tema. Tema merupakan wadah atau wahana untuk mengenalkan berbagai konsep materi kepada anak didik secara menyeluruh. Tematik diberikan dengan maksud menyatukan konten kurikulum dalam unitunit atau satuan-satuan yang utuh sehingga membuat pembelajaran sarat akan nilai, bermakna dan mudah dipahami oleh siswa (Rusman, 2015). Dalam pembelajaran tematik terdapat beberapa mata pelajaran yang diintegrasikan, salah satunya adalah muatan materi IPS. Muatan materi IPS di sekolah dasar mengajarkan konsep-konsep ilmu sosial untuk membentuk subjek didik menjadi warga negara yang baik. Tujuan pendidikan IPS adalah mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menguasai disiplin ilmu-ilmu sosial untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih tinggi (Susanto, 2014:10). Tujuan pendidikan IPS tersebut, diarahkan pada proses pengembangan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa diri sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Pendidikan IPS memiliki tugas untuk membantu pembentukan pribadi siswa yang peduli terhadap kondisi masyarakat saat ini serta mampu menerapkan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial dalam memecahkan berbagai masalah yang terjadi di lingkungannya. Pembelajaran IPS di sekolah dasar juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa, mengembangkan nilai dan etika, dan pengembangan tanggung jawab serta partisipasi sosial. Dalam aplikasinya di sekolah dasar, pembelajaran tematik dengan muatan materi IPS masih terdapat permasalahan, seperti yang terjadi di SD Negeri 1 Ubung. Berdasarkan hasil observasi dan
wawancara yang telah dilakukan dengan guru kelas VB, menunjukkan pembelajaran IPS jarang diminati siswa karena materi pelajaran yang banyak menghafal sehingga sulit untuk dipahami siswa. Belajar dengan cara menghafal ini, menimbulkan kebosanan, kelelahan pikiran, dan keterampilan yang diperoleh siswa hanya sebatas pengumpulan fakta-fakta dan pengetahuan abstrak sehingga siswa memiliki sedikit pemahaman terhadap muatan materi IPS. Semua hal tersebut, dapat dilihat dari penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa yang belum tercapai secara optimal. Dilihat dari hasil observasi bahwa KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan oleh sekolah adalah ≥ 73,6 atau setara dengan B. Sedangkan nilai akhir siswa yang tuntas untuk muatan materi IPS hanya mencapai 40% atau hanya 14 orang siswa dari 35 orang siswa, dan siswa belum tuntas mencapai 60% atau 21 orang siswa dari 35 orang siswa. Semua hal itu terjadi karena dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas masih didominasi oleh guru (teacher center bukan student center) sehingga siswa kurang antusias untuk mengikuti pembelajaran, dan siswa cepat bosan pada saat guru menjelaskan materi pelajaran. Semua hal tersebut tentunya berdampak langsung kepada siswa dan proses pembelajaran sehingga dapat mempengaruhi penguasaan kompetensi pengetahuan siswa. Seseorang yang telah memiliki kompetensi dalam bidang tertentu bukan hanya mengetahui, tetapi juga dapat memahami dan menghayati bidang tersebut yang mencerminkan dalam pola perilaku sehari-hari (Sanjaya, 2008:70). Oleh karena itu, penguasaan kompetensi pengetahuan juga merupakan salah satu faktor yang menentukan tercapainya tujuan pembelajaran. Selain penguasaan kompetensi pengetahuan, proses belajar yang membuat siswa kurang antusias untuk mengikuti pembelajaran, dan membosankan juga berpengaruh terhadap pengetahuan metakognitif siswa. Metakognitif adalah pemaknaan berpikir yang dapat diaplikasikan sebagai suatu pembelajaran untuk mengkondisikan siswa dalam memecahkan masalah, mengambil
keputusan (menarik kesimpulan), berpikir kritis, dan berpikir kreatif (Yamin, 2013). Anderson, Lorin dan Krathwohl (ed.) (2010) menyatakan pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan tentang kognisi secara umum dan kesadaran akan konteks tertentu, serta pengetahuan tentang kognisi diri sendiri. Pengetahuan metakognitif meliputi meliputi pengetahuan strategi, pengetahuan tentang tugas-tugas, dan pengetahuan itu sendiri. Pengetahuan strategis adalah pengetahuan tentang strategi belajar dan berpikir serta pemecahan masalah. Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif yang meliputi pengetahuan kontekstual dan kondisional, yaitu kapan dan mengapa siswa harus menggunakan strategi tersebut secara tepat. Pengetahuan diri mencakup pengetahuan tentang kekuatan, kelemahan, minat, bakat, motivasi dalam kaitannya dengan kognisi dan belajar. Pengetahuan metakognitif membuat siswa semakin menyadari dan bertanggung jawab atas pengetahuan dan pemikirannya sendiri, serta siswa dapat menerapkan ide-ide kreatif, memonitor, dan mengatur perilakunya dalam aktivitas belajar sehingga penguasaan kompetensi pengetahuan pun juga dapat tercapai lebih optimal. Dari permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan suatu upaya untuk dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dan pengetahuan metakognitif siswa, yaitu dengan menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan, sehingga dapat memotivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran di kelas. Untuk mewujudkan hal tersebut maka seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang memungkinkan pembelajaran berlangsung dengan menarik, sebab model pembelajaran merupakan sarana interaksi guru dengan siswa di dalam proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang diupayakan sesuai dengan kurikulum 2013 adalah dengan penerapan inquiry dalam proses pembelajaran. Menurut Suyadi (2013:116) inkuiri adalah rangkaian kegiatan yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan dengan cara tanya jawab antara guru dengan peserta didik. Hal senada juga disampaikan oleh Sanjaya (2008:196) yang menyatakan pembelajaran inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis, dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Dalam pembelajaran inquiry, siswa diajak untuk bisa memiliki inisiatif untuk mengamati dan menanyakan gejala alam, mengajukan penjelasanpenjelasan tentang apa yang mereka lihat, merancang dan melakukan pengujian untuk menunjang atau menentang teori-teori mereka, meganalisis data, dan menarik kesimpulan dari data eksperimen. Secara umum, proses pembelajaran inkuiri menurut Sanjaya (2008:202-205) meliputi kegiatan orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan. Orientasi merupakan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang kondusif. Pada langkah ini guru atau pendidik mengkondisikan peserta didik agar siap melaksanakan proses pembelajaran. Siswa mengidentifikasikan masalah, dengan pengarahan dari guru terutama yang berkaitan dengan situasi kehidupan seharihari. Merumuskan masalah merupakan langkah membawa peserta didik pada suatu persoalan yang mengandung tekateki. Persoalan yang disaji adalah persoalan yang menantang peserta didik untuk berpikir memecahkan teka-teki tertentu. Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Dalam konteks ini, hipotesis yang dimaksud adalah ketika guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik yang mendorongnya untuk merumuskan jawaban sementara, atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu masalah yang sedang dibahas. Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus memiliki landasan berpikir yang
kuat, sehingga hipotesis yang dimunculkan bersifat rasional dan logis. Hal yang dapat dilakukan dalam kegiatan ini adalah meminta pendapat siswa tentang suatu persoalan, hingga nanti mereka menemukan sendiri kesimpulan yang seharusnya. Mengumpulkan data adalah aktivitas mencari informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam model pembelajaran inquiry, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Dari persoalan yang ada, siswa diajak menemukan datadata yang menunjang pemecahan persoalan-persoalan yang ada, dan data tersebut nantinya diolah dan didiskusikan dengan teman ataupun secara individu. Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang diaggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data yang didapat. Artinya, jawaban yang akan didapat bukan lagi sekedar pendapat pribadi, tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan peserta didik atas jawaban yang diberikan. Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan merupakan langkah penting dalam proses pembelajaran. Banyaknya data yang diperoleh menyebabkan kesimpulan yang dirumuskan tidak fokus terhadap masalah yang hendak dipecahkan. Oleh karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat, sebaiknya guru mampu menunjukkan pada peserta didik data yang relevan. Melalui model pembelajaran inquiry, siswa dilatih untuk berpikir kritis, terutama dalam mempelajari muatan materi IPS, yang salah satunya adalah menuntut siswa untuk kritis terhadap sumber dalam mengungkap fakta yang benar. Selain memberikan keterampilan latihan berpikir kritis pada siswa, model pembelajaran inquiry juga memberikan pengalaman atau kegiatan belajar yang mengandung unsur eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi bagi siswa.
Adapun kelebihan model pembelajaran inquiry adalah menekankan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang, sehingga pembelajaran lebih bermakna, memberikan ruang kepada peserta didik untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka, dan sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang memandang belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Melalui pembelajaran inquiry siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide, serta dapat membantu siswa dalam menggunakan daya ingat pada situasisituasi proses belajar yang baru. Berdasarkan pengamatan aktivitas pembelajaran di sekolah dasar yang masih rendah, sehingga dilakukannya penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Pendekatan Pembelajaran Saintifik Berbasis Inquiry untuk Meningkatkan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS dan Pengetahuan Metakognitif pada Tema Sejarah Peradaban Indonesia Siswa Kelas VB SD Negeri 1 Ubung”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS melalui penerapan pendekatan pembelajaran saintifik berbasis inquiry pada tema sejarah peradaban Indonesia siswa kelas VB SD Negeri 1 Ubung, dan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan metakognitif melalui penerapan pendekatan pembelajaran saintifik berbasis inquiry pada tema sejarah peradaban Indonesia siswa kelas VB SD Negeri 1 Ubung. METODE Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa kelas VB di SD Negeri 1 Ubung Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 35 orang, terdiri dari 17 siswa perempuan dan 18 siswa laki-laki. Objek penelitian ini adalah kompetensi pengetahuan IPS dan pengetahuan metakognitif siswa kelas VB SD Negeri 1 Ubung dengan penerapan pendekatan pembelajaran saintifik berbasis inquiry. Waktu dan tempat penelitian, dilaksanakan pada bulan Maret Tahun
Pelajaran 2015/2016 di kelas VB SD Negeri 1 Ubung, Kecamatan Denpasar Utara. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Dalam pelaksanaannya setiap siklus terdiri dari empat kali pertemuan dengan ketentuan, tiga kali pertemuan untuk pelaksanaan pendekatan pembelajaran saintifik berbasis inquiry dan satu kali pertemuan akhir siklus diadakan tes akhir kompetensi pengetahuan IPS dan pengetahuan metakognitif. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini metode tes. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini, berupa tes objektif untuk mengukur peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dan tes uraian untuk mengukur peningkatan pengetahuan metakognitif siswa.Setelah data terkumpul, maka dilakukan analisis data dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan deskriptif kuantitatif. Sebagai tolak ukur keberhasilan dalam penelitian ini, maka ditetapkan indikator keberhasilan. Adapun indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) jika persentase ratarata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa ≥ 80% berada pada predikat B dan ketuntasan klasikal mencapai KKM yaitu ≥ 73,6, (2) jika persentase rata-rata pengetahuan metakognitif siswa ≥ 80% berada pada predikat B. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum pelaksanaan penelitian dilakukan, terlebih dahulu dilakukan tahap refleksi awal. Pada refleksi awal, data yang dikumpulkan adalah data kompetensi pengetahuan IPS dan pengetahuan metakognitif siswa kelas VB di SD Negeri 1 Ubung tahun pelajaran 2015/2016. Data ini digunakan untuk menguatkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan bahwa pada kelas VB masih banyak siswa yang belum mencapai KKM yang ditetapkan sekolah. Berdasarkan data nilai akhir siswa, persentase rata-rata kompetensi pengetahuan IPS adalah 69,43% dengan ketuntasan hanya mencapai 40% atau hanya 14 orang siswa
dari 35 orang siswa, dan siswa belum tuntas mencapai 60% atau 21 orang siswa dari 35 orang siswa. Sedangkan persentase rata-rata pengetahuan metakognitif adalah 68,86%. Rendahnya persentase rata-rata kompetensi pengetahuan IPS dan pengetahuan metakognitif, karena guru belum menggunakan model pembelajaran yang inovatif dalam pembelajaran Kurikulum 2013 dan selama proses pembelajaran guru lebih banyak memberikan tugas kepada siswa, sehingga siswa menjadi kurang antusias, dan cepat bosan dalam mengikuti pembelajaran. Siswa yang merasa bosan menjadi kurang terlibat dan aktif dalam pembelajaran. Semua hal tersebut tentunya berdampak langsung kepada siswa dan proses pembelajaran. Siswa menjadi kurang dapat memahami dan menghayati pelajaran yang sedang dipelajari. Hasil dari refleksi awal dijadikan untuk memperbaiki proses pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik berbasis inquiry. Pada pelaksanaan siklus I, dilakukan empat kali pertemuan dengan tiga kali pertemuan pada pelaksanaan pembelajaran dan satu kali pertemuan untuk pelaksanaan tes akhir siklus I. Instrumen tes yang digunakan pada akhir siklus adalah tes objektif pilihan ganda biasa dengan 20 butir soal yang terdiri dari 4 option, dengan rincian setiap butir soal benar mendapat skor 1 dan jika salah mendapat skor 0. Tes objektif pilihan ganda biasa ini berfungsi untuk mengetahui kompetensi pengetahuan IPS siswa. Tes uraian yang terdiri dari 5 butir soal, dengan rincian mendapat skor 4 jika siswa mampu membuat uraian dengan benar dan lengkap, mendapat skor 3 jika siswa mampu membuat uraian dengan benar namun kurang lengkap, mendapat skor 2 jika siswa mampu membuat sedikit uraian dengan benar, mendapat skor 1 jika siswa mampu membuat uraian namun salah, mendapat skor 0 jika siswa tidak menjawab pertanyaan. Tes uraian ini berfungsi untuk mengetahui pengetahuan metakognitif siswa. Pada siklus I, persentase rata-rata kompetensi pengetahuan IPS tema sejarah peradaban Indonesia pada siswa kelas VB
SD Negeri 1 Ubung adalah sebesar 74,13%, jika dikonversikan dalam tabel penilaian hasil belajar sesuai dengan Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015, angka tersebut yang berada pada predikat B dengan persentase rata-rata <80% dan pengetahuan metakognitif sebesar 73,44%, jika dikonversikan dalam tabel penilaian hasil belajar sesuai dengan Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015, angka tersebut yang berada pada predikat B dengan persentase rata-rata <80%. Bila dibandingkan dengan persentase rata-rata refleksi awal, terjadi peningkatan persentase rata-rata pada kompetensi pengetahuan IPS sebesar 4,7% dan pengetahuan metakognitif sebesar 4,58%. Siswa yang telah mampu mencapai nilai ≥ KKM yang ditentukan yaitu sebesar 73,6 sebanyak 16 orang siswa dari 35 orang siswa, sedangkan 19 orang siswa belum mampu mencapai nilai KKM. Dari data tersebut, diketahui ketuntasan klasikal siswa pada tes akhir kompetensi pengetahuan IPS siklus I yaitu sebesar 45,71% yang masih berada pada predikat D. Oleh karena itu, ketuntasan klasikal siswa pada tes akhir kompetensi pengetahuan IPS siklus I dinyatakan belum dapat memenuhi kriteria ketuntasan yang dipersyaratkan, yaitu minimal 80% atau berada pada predikat B.
Dari hasil penelitian siklus II terlihat adanya peningkatan persentase kompetensi pengetahuan IPS dan pengetahuan metakognitif tema sejarah peradaban Indonesia pada siswa kelas VB SD Negeri 1 Ubung. Pada siklus II, hasil perolehan persentase rata-rata kompetensi pengetahuan IPS adalah sebesar 82,39%. Jika dikonversikan dalam tabel penilaian hasil belajar sesuai dengan Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015, angka tersebut berada pada predikat B dengan persentase rata-rata >80%, dan persentase rata-rata pengetahuan metakognitif adalah sebesar 80,33%. Jika dikonversikan dalam tabel penilaian hasil belajar sesuai dengan Permendikbud Nomor 53 Tahun 2015, angka tersebut berada pada predikat B dengan persentase rata-rata >80%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dari siklus I ke siklus II sudah terjadi peningkatan pada kompetensi pengetahuan IPS sebesar 8,26% dan pengetahuan metakognitif sebesar 6,89% sehingga sudah dapat memenuhi kriteria keberhasilan yang ingin dicapai yaitu minimal 80% yang berada pada predikat B. Ringkasan peningkatan kompetensi pengetahuan IPS dan pengetahuan metakognitif yang dicapai selama penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Ringkasan Peningkatan Kompetensi Pengetahuan IPS dan Pengetahuan Metakognitif Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II Kriteria Peningkatan Mean Peningkatan Mean% Peningkatan KK Peningkatan
Kompetensi Pengetahuan IPS Pra Siklus I Siklus II Siklus 69,43 74,13 82,39 4,7 8,26 69,43% 74,13% 82,39% 4,7% 8,26% 40% 45,71% 88,57% 5,71% 42,86%
Untuk lebih jelas, gambaran peningkatan hasil dari pra siklus, siklus I dan siklus II mengenai kompetensi pengetahuan IPS dan pengetahuan
Pengetahuan Metakognitif Pra Siklus I Siklus II Siklus 68,86 73,44 80,33 4,58 6,89 68,86% 73,44% 80,33% 4,58% 6,89% -
metakognitif tema sejarah peradaban Indonesia pada siswa kelas VB SD Negeri 1 Ubung, dapat dilihat pada grafik berikut.
85
82,39 80,33
80 75 70
74,13 69,43
73,44
68,86
Pengetahuan Metakognitif
65 60
Kompetensi Pengetahuan IPS
Pra Siklus
Siklus I Siklus II
Gambar 1.Grafik Histogram Peningkatan Persentase Rata-rata Kompetensi Pengetahuan IPS dan Pengetahuan Metakognitif Tema Sejarah Peradaban Indonesia Siswa Kelas VB SD Negeri 1 Ubung. Adanya peningkatan pada kompetensi pengetahuan IPS dan pengetahuan metakognitif tema sejarah peradaban Indonesia pada siswa kelas VB SD Negeri 1 Ubung, menunjukkan bahwa siswa telah dapat memahami pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran saintifik berbasis inquiry. Dengan mengamati gambar-gambar yang mendukung materi pembelajaran dapat membuat suasana pembelajaran terasa menyenangkan karena gambar-gambar tersebut dapat membantu siswa untuk memahami pembelajaran. Dengan memberikan bimbingan, motivasi dan penguatan, siswa menjadi lebih antusias untuk bertanya dan mengungkapkan pendapatnya serta ikut terlibat secara aktif dalam mengerjakan tugas kelompok, sehingga hasil akhir dalam penelitian ini dapat tercapai dengan dengan baik. Berdasarkan pembahasan tersebut, maka penelitian ini dapat dikatakan berhasil, karena semua kriteria yang diharapkan dapat tercapai. Jadi dapat dinyatakan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran saintifik berbasis inquiry secara efektif dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dan pengetahuan metakognitif pada tema sejarah peradaban Indonesia siswa kelas VB SD Negeri 1 Ubung, tahun pelajaran 2015/2016.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan Penerapan pendekatan pembelajaran saintifik berbasis inquiry dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dan pengetahuan metakognitif pada tema sejarah peradaban Indonesia siswa kelas VB SD Negeri 1 Ubung, tahun pelajaran 2015/2016.Hal tersebut dapat diketahui dari persentase rata-rata refleksi awal yaitu kompetensi pengetahuan IPS sebesar 69,43% dan pengetahuan metakognitif sebesar 68,86% sedangkan persentase rata-rata pada siklus I yaitu kompetensi pengetahuan IPS sebesar 74,13% dan pengetahuan metakognitif sebesar 73,44% maka terjadi peningkatan pada kompetensi pengetahuan IPS sebesar 4,7% dan pengetahuan metakognitif sebesar 4,58%. Persentase pada siklus II yaitu kompetensi pengetahuan IPS sebesar 82,39% dan pengetahuan metakognitif sebesar 80,33% maka terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu pada kompetensi pengetahuan IPS sebesar 8,26% dan pengetahuan metakognitif sebesar 6,89%. Hasil persentase rata-rata siklus II pada kompetensi pengetahuan IPS sebesar 82,39% dan pengetahuan metakognitif sebesar 80,33%, jika dikonversikan dalam tabel penilaian hasil belajar sesuai dengan Permendikbud Nomor 53 Tahun, angka tersebut berada pada predikat B dengan persentase rata-rata >80%. Berdasarkan pembahasan tersebut, hasil penelitian dapat dikatakan berhasil, karena semua kriteria yang diharapkan dapat tercapai sehingga penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan pembelajaran saintifik berbasis inquiry secara efektif dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dan pengetahuan metakognitif pada tema sejarah peradaban Indonesia siswa kelas VB SD Negeri 1 Ubung, tahun pelajaran 2015/2016. Berdasarkan simpulan tersebut adapun saran yang disampaikan yaitu melalui penerapan pendekatan
pembelajaran saintifik berbasis inquiry dalam meningkatkan penguasaan kompetensi kognitif IPS dan pengetahuan metakognitif ini, dapat menjadi acuan kepada guru untuk mengembangkan pengalaman dalam pembelajaran sehingga dapat mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013. Kepada sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam meningkatkan dan mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013, sehingga dapat bersaing dengan sekolah yang lain. Kepada peneliti lain, hasil penelitian ini dapat menjadi perbandingan kepada peneliti lain yang memiliki masalah yang relevan dalam melaksanakan penelitian, sehingga dapat meningkatkan pemahaman mengenai penerapan pendekatan pembelajaran saintifik berbasis inquiry. DAFTAR PUSTAKA Anderson, W. Lorin dan David R. Krathwol (Ed).2010. Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Terjemahan Agung Prihantoro. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: a Revision of Bloom’s Taxonomy a Educational Objectives. 2001. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Tentang Kurikulum 2013 SMP/MTs. 2013. Jakarta: Kemendikbud. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indondesia Nomor 57 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. 2014. Jakarta: Permendikbud. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2015 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Dan Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah. 2015. Jakarta: Permendikbud. Rusman. 2015. Pembelajaran Tematik Terpadu Teori, Praktik, dan Penilaian. Jakarta: Rajawali Pers.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Strandar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana. -------------. 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana. Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Rosdakarya. Yamin, Martinis. 2013. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press.