e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN SAVI DAPAT MENINGKATKAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPS SISWA KELAS V Katharina Wiwik Wulandari1, M. Putra2, I. M. Suara3 1,2,3Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SDN 10 Sumerta melalui penerapan pendekatan saintifik berbasis model pembelajaran somatic, auditory, visual, intelectual (SAVI). Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 10 Sumerta tahun ajaran 2015/2016, sebanyak 29 siswa. Data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa dikumpulkan dengan menggunakan metode tes tertulis. Kemudian data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa, persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus I mencapai 77,17% yang berada pada kriteria sedang, dan pada siklus II penguasaan kompetensi pengetahuan IPS mencapai 87,34% yang berada pada kriteria tinggi. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa telah terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dari siklus I ke siklus II. Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbasis model pembelajaran somatic, auditory, visual, intelectual (SAVI) dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SDN 10 Sumerta. Kata kunci : pendekatan saintifik, pembelajaran SAVI, kompetensi pengetahuan IPS.
Abstract The purpose of this research is to increase the mastering of social knowledge competency at the fifth grade students of SDN 10 Sumerta through a scientific implementation approach into learning basic models somatic, auditory, visual, intelectual (SAVI). This research was classroom action research and divided into two stages. The subject of this research was the fifth grade students of SDN 10 Sumerta, in the year of calendar academic 2015/2016, with total number of students was 29. The method of data collects was based a written test. Then the data collected was analyzed by using descriptive statistic analysis and kuantitative descriptive analysis method. The analysis result shows that there is increasing on mastering social knowledge competency among the students with the average procentase of social knowledge masters reaches only 77,17% on the first stage, and this scene is calculated at the medium criteria. While on the second stage the increasing of the social knowledge mastering has reached up to 87,34% and it is on the highest level. Finally, it can be said that there has been an increasing of social knowledge mastering from the first stage to the second level. From the research result, it can be concluded that the implementation of scientific approach with learning basic models such as somatic, auditory, visual, intelectual (SAVI) can increase the masteris of social knowledge competency for the fifth grade students of SDN 10 Sumerta. Key words : scientific approach, SAVI learning models, social knowledge competency
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENDAHULUAN Pendidikan sangat berguna untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Mengingat begitu pentingnya pendidikan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah telah melakukan berbagai upaya guna meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan seperti halnya perubahan kurikulum. Kurikulum sebagai suatu rancangan pendidikan merupakan penentu pelaksanaan hasil pendidikan. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2013 mengimplementasikan kurikulum baru sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya, yaitu KTSP yang diberi nama Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir, yakni pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa, pola pembelajaran yang satu arah menjadi pola pembelajaran yang interaktif, pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring, pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari, pola belajar sendiri menjadi pola belajar berkelompok, pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak, dan pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis. Dalam kurikulum 2013 proses pembelajarannya berlangsung secara tematik dan menggunakan pendekatan saintifik. Pembelajaran tematik adalah “pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada para peserta didik” (Majid, 2014:80). Menurut Daryanto (2014:51) menyatakan, pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkronstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, mencari informasi bisa berasal dari mana saja , kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Pendekatan saintifik diyakini sebagai perubahan perkembangan sikap, keterampilan dan pengetahuan peserta didik. Melalui pendekatan saintifik, peserta didik bersama-sama diajak untuk mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar dan mengkomunikasikan, sehingga peserta didik dapat dengan benar menguasai materi yang dipelajari dengan baik (Majid, 2014). Proses pembelajaran di sekolah mengintegrasikan beberapa muatan materi yang menjadi satu tema, salah satunya adalah muatan materi IPS. Muatan materi IPS, adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman mendalam kepada peserta didik, khususnya ditingkat dasar (Susanto, 2013:137). IPS sebagai bidang studi memiliki ruang lingkup kajian mata pelajaran meliputi gejala-gejala dan masalah kehidupan manusia di masyarakat. Di tingkat sekolah dasar (SD) diharapkan ada penekanan muatan materi IPS guna membekali peserta didik dengan pengetahuan sosial yang bermanfaat dalam kehidupannya kelak di masyarakat. Sehingga IPS dirancanag untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Selain itu peserta didik secara langsung dapat mengamati dan
2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
mempelajari norma-norma atau peraturan serta kebiasaan-kebiasaan baik yang berlaku dalam masyarakat tersebut sehingga peserta didik mendapat pengalaman secara langsung. IPS merupakan salah satu muatan materi penting yang harus dikuasai oleh peserta didik, namun dalam pelaksanaannya muatan materi IPS di SD belum terjadi proses pembelajaran secara efektif yang menyebabkan masih rendahnya penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan bersama dengan wali kelas pada tanggal 18 November 2015 khususnya dalam pelaksanaan muatan materi IPS di kelas V diperoleh informasi, bahwa adanya hambatan dalam pembelajaran yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti masih banyaknya guru yang beranggapan bahwa muatan materi IPS kurang memiliki kegunaan yang besar bagi peserta didik dibandingkan dengan pembelajaran IPA dan Matematika serta pemahaman terhadap materi pembelajaran yang masih kurang, karena guru belum menggunakan model dan bahan ajar pembelajaran yang variatif dan inovatif. Guru masih menerapkan pembelajaran berpusat pada guru sehingga peran peserta didik dalam proses pembelajaran cenderung pasif dan peserta didik merasa cepat bosan. Pasifnya peran peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga menyebabkan pembelajaran yang berlangsung kurang bermakna, serta hasil belajar peserta didik menjadi kurang optimal. Upaya ini bisa dilakukan dengan cara menjadikan peserta didik aktif mencari informasi dan pengetahuan yang diperlukan sehingga peserta didik tidak pasif dan tidak hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru. Dengan kata lain, pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered). Untuk menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan, guru harus menggunakan model pembelajaran dan bahan ajar yang kreatif dan inovatif. Untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa,
salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk membangkitkan perhatian peserta didik sehingga peserta didik menjadi aktif dan termotivasi untuk belajar yaitu model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intelectual (SAVI). Menurut Suyatno (2009:65), model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intelectual (SAVI) adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar harus memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki oleh peserta didik. Dalam pembelajaran SAVI terdapat empat komponen sebagai ciri khas dari model ini yaitu, somatic, auditory, visual, dan intelectual. Somatic adalah gerakan tubuh, yang berarti bahwa belajar harus dengan mengalami atau melakukan. Auditory adalah pendengaran, yang berarti bahwa indera telinga digunakan dalam proses pembelajaran dengan cara mendengar, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menanggapi. Visual, adalah penglihatan, yang berarti bahwa belajar harus menggunakan mata melalui mengamati, menggambar, melukis, mendemonstrasikan media pembelajaran dan alat peraga. Intelectual adalah berpikir, yang berarti bahwa kemampuan berpikir harus dilatih melalui menalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkonstruksi, dan menerapkan (Meier, 2002:92-99). Dalam pengguanaannya model pembelajaran SAVI dapat mengoptimalkan fungsi kerja otak dalam memperoleh dan mengkonstruksi pengalaman menjadi suatu pengetahuan dan ketrampilan serta sikap-sikap yang diperlukan dalam mengkonstruksi pengetahuan tersebut. Cara-cara belajar yang dimaksud, yakni somatic berarti belajar dengan bergerak berbuat, auditory yaitu belajar dengan berbicara dan mendengar, visual yaitu belajar dengan mengamati dan menggambarkan, dan intellectual yaitu belajar dengan memecahkan masalah dan merenungkan (Meier, 2002:91). Menurut Rusman (2013:373) mengatakan bahwa, “suatu sistem lengkap untuk melibatkan kelima indera dan emosi dalam proses pembelajaran
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
yang merupakan cara belajar secara alami yang dikenal dengan model pembelajaran SAVI, yaitu somatic, auditory, visual, dan intellectual. Somatic artinya belajar dengan bergerak. Auditory artinya belajar dengan berbicara dan mendengar. Visual artinya belajar mengamati dan menggambarkan. Intelectual artinya belajar berpikir degan memecahkan masalah dan menerangkan”. Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran SAVI adalah model pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indera yang dimiliki peserta didik, sehingga melibatkan kelima indera dan emosi dalam proses belajar merupakan cara belajar secara alami. Model pembelajaran SAVI mengajak peserta didik untuk belajar dengan bergerak, mendengar, mengamati, dan memecahkan masalah sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajar peserta didik. Model pembelajaran SAVI dilaksanakan dalam siklus pembelajaran empat tahap (Rusman, 2013:373) yaitu, tahap persiapan (kegiatan pendahuluan), tujuan tahap persiapan adalah menimbulkan minat para pembelajar, memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal belajar. Tahap penyampaian (kegiatan inti), tujuan tahap ini adalah membantu pembelajar menemukan materi belajar yang baru dengan cara menarik, menyenagkan, relevan, melibatkan panca indera, dan cocok untuk semua gaya belajar. Tahap pelatihan (kegiatan inti), tujuan tahap ini adalah membantu pembelajar mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Dan tahap penampilan hasil (kegiatan penutup), tujuan tahap ini membantu pembelajar menepkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan, sehingga hasil belajar akan melekat dan terus meningkat. Model pembelajaran SAVI mempunyai suatu kelebihan. Kelebihan
dari model pembelajaran SAVI (Widiarni, 2012:5) adalah membangkitkan kecerdasan terpadu peserta didik secara penuh melalui penggabungan gerak fisik dengan aktivitas intelektual, peserta didik tidak mudah lupa karena mereka mambangun sendiri pengetahuannya, suasana dalam proses pembelajaran menyenangkan karena peserta didik merasa diperhatikan sehingga mereka tidak cepat bosan untuk mengikuti proses pembelajaran, memupuk kerja sama karena peserta didik yang lebih pandai diharapkan membantu peserta didik yang kurang pandai, memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik, dan efektif, mampu membangkitkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan psikomotor peserta didik, memaksimalkan ketajaman konsentasi peserta didik, peserta didik akan lebih termotivasi untuk belajar lebih baik, melatih peserta didik untuk terbiasa berpikir dan mengemukakan pendapat dan berani menjelaskan jawabannya, merupakan variasi yang cocok untuk semua gaya belajar yang dimiliki oleh peserta didik. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Yudhiari (2012) melalui penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intelectual) Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD No 5 Kapal Kabupaten Badung”, yang menyimpulkan bahwa ada peningkatan hasil belajar melalui penerapan model pembelajaran SAVI. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Dita Wisna Wati (2014) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intelectual (SAVI) Berbantuan Bahan Ajar Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat”, yang menyimpulkan bahwa ada peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian sebelumnya, tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SDN 10 Sumerta melalui penerapan pendekatan saintifik berbasis model pembelajaran
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Somatic, (SAVI).
Auditory,
Visual,
Intelectual
oleh pelaku pendidikan. Penelitian tindakan kelas terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Untuk memberikan gambaran secara jelas dan menyeluruh tentang penelitian tindakan kelas, berikut ini akan disajikan bagan siklus penelitian tindakan kelas yang akan dilakukan.
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SDN 10 Sumerta yang berada di Kecamatan Denpasar Timur, Kota Denpasar pada muatan materi IPS. Jumlah siswa sebanyak 29 orang, yakni 14 orang lakilaki dan 15 orang perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 10 Sumerta. Yang menjadi objek penelitian adalah penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SDN 10 Sumerta dengan diterapkannya pendekatan saintifik berbasis model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intelectual (SAVI). Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Oleh karena itu, rancangan dalam penelitian ini adalah dengan prosedur atau bersiklus, yang tiap siklusnya terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi, dan refleksi (Arikunto dkk, 2015:42). Penelitian tindakan kelas adalah “proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh pada perlakuan tersebut” (Sanjaya Wina, 2012:26). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang memaparkan terjadinya sebab-akibat dari perlakuan, sekaligus memaparkan apa saja yang terjadi ketika perlakuan diberikan, dan memaparkan seluruh proses sejak awal pemberian perlakuan sampai dengan dampak dari perlakuan tersebut (Arikunto dkk, 2015:1). Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian sebagai upaya untuk pemecahan masalah yang terdapat dalam kelas melalui refleksi diri yang dilakukan
Gambar 1. Gambar Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (Arikunto, dkk 2015:42) Penelitian ini berlangsung dalam dua siklus. Setiap siklus berlangsung tiga kali pertemuan, yang terdiri dari dua kali pertemuan untuk pemberian tindakan pembelajaran dan satu kali pertemuan untuk tes akhir siklus. Pelaksanaan tindakan, dilakukan kegiatan pembelajaran seperti yang telah direncanakan, yaitu kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik berbasis model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intelectual (SAVI) untuk menilai penguasaan kompetensi pengetahuan IPS. Untuk mengumpulkan data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa digunakan metode tes, yaitu tes penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V. Metode tes dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah “cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakuakan atau
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Somatic, Auditory, Visual, Intelektual (SAVI), secara umum belum sepenuhnya berhasil karena masih berada pada kriteria “sedang”. Ini terlihat dari data yang diperoleh mengenai penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SDN 10 Sumerta. Data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus I menunjukkan bahwa dari 29 siswa, hanya 14 siswa yang mencapai kriteria tinggi. Persentase ratarata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS baru mencapai 77,17% yang berada pada kriteria “sedang”. Penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dikatakan berhasil apabila telah berada pada kriteria “tinggi”, yakni pada interval 80–89%. Dari hasil analisis data statistik deskriptif pada siklus I diperoleh mean (M) sebesar 77,17, modus (Mo) sebesar 71,75, dan median (Md) sebesar 75,4. Berikut ini adalah grafik poligon dari hasil data yang dicapai pada siklus I.
dikerjakan oleh seorang atau sekelompok orang yang dites, dan dari hasil tes tersebut dapat menghasilkan suatu data berupa skor (data interval)” (Agung, 2012:66). Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai pelajaran yang telah disampaikan terutama yang meliputi aspek pengetahuan dan ketrampilan (Jihad dan Abdul, 2012:67). Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif dengan tipe pilihan ganda biasa. Setelah data dalam penelitian ini terkumpul maka selanjutnya dilakukan analisis data. Analisis data ini dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V sebagai pelaksanaan tindakan yang dilakukan. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif dan deskriptif kuantitatif. Metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan kedalam: 1) tabel distribusi frekuensi, 2) menghitung angka rata-rata (Mean), 3) menghitung modus, 4) menghitung median, 5) menyajikan data ke dalam grafik polygon. Sedangkan, Analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012:67). Metode analisis deskriptif kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan kriteria penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yang dikonversikan kedalam penilaian acuan patokan (PAP) skala lima. Berdasarkan pedoman PAP skala lima mengenai penguasaan kompetensi pengetahuan IPS, maka target yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah peserta didik mampu mencapai 80-89% dengan kriteria tinggi.
Gambar
2.
Gambar Grafik Poligon penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Siklus I
Berdasarkan perhitungan dari grafik poligon tersebut terlihat Mo<Md<M (71,75<75,4<77,17), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus I merupakan kurva juling
HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah pelaksanaan tindakan pada siklus I dengan penerapan pendekatan saintifik berbasis model pembelajaran
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
positif yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa cenderung sedang. Untuk menghitung tingkat penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan kriteria pedoman acuan patokan (PAP) skala lima. Nilai M% yang didapatkan adalah 77,17% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima, berada pada tingkat penguasaan 65 – 79%, yang berarti penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus I berada pada kriteria sedang. Berdasarkan data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SDN 10 Sumerta tersebut, pelaksanaan tindakan selanjutnya perlu dilakukan perbaikan supaya terjadi peningkatan dan mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Secara umum, beberapa permasalahan ataupun kendala-kendala yang ditemukan pada siklus I ialah siswa kurang aktif dalam pembelajaran, masih terdapat banyak siswa yang malu-malu dalam menyampaikan pendapat, dan siswa masih mengalami kesulitankesulitan mengerjakan tugas-tugasnya, sehingga siswa belum terlihat mandiri. Untuk menindaklanjuti permasalahan yang timbul pada siklus I, diperlukan perbaikan pelaksanaan tindakan yang selanjutnya dapat diterapkan pada siklus II seperti, menjelaskan kembali materi pembelajaran dengan cara yang lebih menarik dan mengajak siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran saat itu juga sehingga siswa termotivasi dan aktif ketika materi pembelajaran dijelaskan, memberikan motivasi berupa penambahan nilai kepada siswa yang mampu mengeluarkan pendapatnya dengan baik, dan menjelaskan lebih rinci dan memberikan bimbingan pada siswa secara perlahan baik secara individu ataupun keseluruhan, agar siswa mudah mengerti dan terbiasa untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan secara mandiri. Berdasarkan hasil refleksi tersebut, maka penelitian tindakan kelas ini perlu dilanjutkan ke siklus II untuk peningkatan dan penyempurnaan.
Setelah pemberian tindakan pada siklus II dengan menerapkan pendekatan saintifik berbasis model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intelectual (SAVI), dapat direfleksikan bahwa secara umum pembelajaran yang dilakukan telah berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah disiapkan. Hal ini dapat terlihat dari siswa mulai terbiasa terlibat langsung dalam pembelajaran saat itu sehingga siswa termotivasi dan aktif ketika materi pembelajaran dijelaskan, banyak siswa yang sudah mulai mengeluarkan pendapatnya, dan siswa mulai terbiasa untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan secara mandiri. Dari hasil analisis data statistik deskriptif pada siklus II diperoleh mean (M) sebesar 87,34, modus (Mo) sebesar 92,2, dan median (Md) sebesar 92. Berikut ini adalah grafik poligon dari hasil data yang dicapai pada siklus II.
Gambar
3.
Gambar Grafik Poligon Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Siklus II
Berdasarkan perhitungan dari grafik poligon tersebut terlihat Mo>Md>M (92,2<92<87,34), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus II merupakan kurva juling negatif yang menunjukkan bahwa
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
berada pada tingkat penguasaan 80 – 89%, yang berarti penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siklus II berada pada kriteria tinggi. Peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SDN 10 Sumerta pada siklus I dan siklus II dapat dilihat dari mean, modus, median dan persentase rata-rata yang disajikan pada tabel sebagai berikut.
sebagian besar skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa cenderung tinggi. Untuk menghitung tingkat penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa dapat dihitung dengan membandingkan rata-rata persen (M%) dengan Kriteria Pedoman Acuan Patokan (PAP) skala lima. Nilai M% yang didapatkan adalah 87,34% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima,
Tabel 1. Tabel Data Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS Siswa SDN 10 Sumerta pada Siklus I dan Siklus II Variablel terikat Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPS
Siklus I M
77,17
Mo
Peningkatan dari Siklus I ke Siklus II
Siklus II
Md
M%
71,75 75,74
77,17 %
M
87,34
Secara umum proses pembelajaran dengan penerapan pendekatan saintifik berbasis model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intelectual (SAVI) untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS, sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan perencanaan. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan rata-rata persentase (M%) penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dari siklus I ke siklus II, sehingga penelitian ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya. Hal ini terlihat pada perolehan persentase rata-rata pada siklus II mencapai 87,34% yang berada pada kriteria “tinggi”. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus II, kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini sudah dapat dikatakan tercapai ataupun tuntas. Hal ini terlihat dari data yang diperoleh bahwa telah terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dari siklus I ke siklus II setelah diterapkannya pendekatan saintifik berbasis model pembelajaran SAVI. Keberhasilan siswa memenuhi kriteria tersebut juga tidak terlepas dari kemampuan guru dalam memilih dan menerapkan berbagai model pembelajaran yang inovatif yang dapat
Mo
Md
M%
92,2
92
87,34 %
M
Mo
Md
M%
10,17 20,45 16,26
10,17 %
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat berinteraksi dengan berbagai sumber belajar sehingga peserta didik dapat meraih hasil belajar yang optimal. Model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual Intelectual (SAVI). Model pembelajaran SAVI ini menyebabkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna dan lebih kuat melekat dalam memori (pikiran) peserta didik. Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran peserta didik diberi kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri dan berinteraksi langsung dengan berbagai sumber belajar. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Yudhiari (2012) melalui penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intelectual) Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD No 5 Kapal Kabupaten Badung”, yang menyimpulkan bahwa ada peningkatan hasil belajar melalui penerapan model pembelajaran SAVI. Demikian pula penelitian yang dilakukan oleh Dita Wisna Wati (2014) dengan judul “Pengaruh Model
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intelectual (SAVI) Berbantuan Bahan Ajar Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat”, yang menyimpulkan bahwa ada peningkatan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, menunjukkan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbasis model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intelectual (SAVI) dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SDN 10 Sumerta.
pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intelectual (SAVI), kepada siswa diharapkan agar dapat mengembangkan kreativitasnya dan dapat semakin termotivasi dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas, ketika diterapkannya pendekatan saintifik berbasis model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intelectual (SAVI), dan kepada peneliti lain, diharapkan agar peneliti lain tertarik untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai penerapan pendekatan saintifik berbasis model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intelectual (SAVI). DAFTAR PUSTAKA Agung, A.A. Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS siswa kelas V SDN 10 Sumerta setelah diterapkannya pendekatan saintifik berbasis model pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intelectual (SAVI). Hal ini dapat terlihat dari persentase rata-rata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS yang diperoleh. Pada siklus I, persentase ratarata penguasaan kompetensi pengetahuan IPS mencapai 77,17% yang berada pada kriteria “sedang”. Pada siklus II terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS telah mencapai 87,34% yang berada pada kriteria “tinggi”, dengan jumlah siswa yang telah mencapai indikator keberhasilan 80% yaitu 23 siswa dari 29 siswa. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa telah terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, maka dapat diajukan saran kepada beberapa pihak diantaranya sekolah diharapkan dapat menyiapkan sarana dan prasarana yang lebih lengkap untuk penyempurnaan dalam melakukan proses pembelajaran di sekolah, kepada guru diharapkan profesionalisme guru dapat ditingkatkan dalam proses pembelajaran melalui penerapan pendekatan saintifik berbasis model
Arikunto, Suharsimi dkk. 2015. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media Dita Wisna Wati, Ni Putu. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intelectual (SAVI) Berbantuan Bahan Ajar Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus Raden Ajeng Kartini Kecamatan Denpasar Barat. Skripsi (tidak diterbitkan) Jurusan Pendidika Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan, Undiksha Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset Meier, Dave. 2002. The Accelerated Learning Handbook. Bandung: Kaifa Sanjaya, Wina. 2012. Penelitian Tindakan Kelas, Cetakan keempat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Bumi Aksara Widiarni, Wini. 2012. Model Pembelajaran SAVI. Makalah (tidak diterbitkan) Jurusan Tadris Matematika Fakultas Tarbiyah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Yudhiari, Ayu Putu. 2012. Penerapan Model Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intelectual) Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD No 5 Kapal Kabupaten Badung. Skripsi (tidak diterbitkan) Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan, Undiksha
10