e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN PENGUASAAN KOMPETENSI Kadek Widiantari1, I Gusti Agung Oka Negara 2, Made Putra 3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan motivasi belajar melalui penerapan pendekatan saintifik menggunakan model problem based learning siswa kelas IVA SD Negeri 6 Ubung Tahun Pelajaran 2015/2016.; dan (2) meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA melalui penerapan pendekatan saintifik menggunakan model problem based learning siswa kelas IVA SD Negeri 6 Ubung Tahun Pelajaran 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVA SDN 6 Ubung yang sebanyak 27 siswa yang terdiri dari 14 siswa lakilaki dan 13 siswa perempuan. Data tentang motivasi belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dikumpulkan menggunakan metode tes dan angket. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) terjadi peningkatan motivasi belajar belajar siswa dari tingkat motivasi belajar belajar siswa yang diperoleh pada siklus I yaitu 73% dengan kategori sedang sedangkan pada siklus II memperoleh predikat tinggi yaitu sebesar 90%.; dan (2) terjadi peningkatan ketuntasan klasikal penguasaan kompetensi pengetahuan IPA yaitu dari tingkat penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus I sebesar 60% dengan kategori rendah sedangkan pada siklus II, mencapai 89% yang berada pada kategori tinggi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik menggunakan model problem based learning dapat meningkatkan motivasi belajar belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV A SDN 6 Ubung tahun pelajaran 2015/2016. Kata kunci: saintifik, problem based learning, motivasi belajar, kompetensi pengetahuan Abstract This research have a purpose to: (1) increasing motivation through the application of scientific approaches using model of problem based learning graders IVA of SDN 6 Ubung Academic Year 2015/2016 and (2) improve the mastery of competencies through the application of knowledge science using approach to scientific problem based learning models IV A grade students of SD Negeri 6 Ubung in academic year 2015/2016. This study was conducted in two cycles. The subjects were students of class IVA SDN 6 Ubung that as many as 27 students consisting of 14 male students and 13 female students. Data about the motivation and competence mastery of science knowledge collected using tests and questionnaires. The collected data was then analyzed by quantitative descriptive analysis. The results showed that: (1) an increase in students 'learning motivation of students' motivation levels obtained in the
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
first cycle is 73% with moderate category, while in the second cycle predicate achieved high value of 90% and (2) an increase competence mastery of science knowledge is knowledge of the level of mastery of competencies IPA in the first cycle by 60% with a lower category, while in the second cycle, 89% are located in the high category. Based on these results it can be concluded that the application of the model using approach to scientific problem based learning can increase motivation of learning and mastery of competencies knowledge IVA grade science students at SDN 6 Ubung academic year 2015/2016. Keywords: scientific, problem based learning, motivation, competence of knowledge
PENDAHULUAN Pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia karena hampir semua dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Menurut Permendikbud No.103 Tahun 2014, Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Dalam pendidikan terdapat tiga komponen penting yang saling berinteraksi yaitu guru (pendidik), siswa (peserta didik) dan kurikulum. Peserta didik yang merupakan hasil proses pembelajaran yang dipengaruhi oleh semua sistem pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu didorong untuk membangun motivasi belajar dirinya, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ideidenya. Disamping itu, adapun acuan dasar yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah adalah kurikulum.
Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancangkan secara sistematik atas dasar norma – norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif. Pembelajaran di sekolah dasar yang mengusung kurikulum 2013 berorientasi pada adanya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude) pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill). Dalam kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan pembelajaran tematik terpadu yang merupakan pendekatan pembelajaran dengan memadukan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan saintifik tersebut lebih menekankan kepada analisis tentang proses berpikir, memupuk kemampuan berpikir , dan pemahaman siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami, dan menyajikan berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak tergantung pada informasi searah dari guru. 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Pembelajaran yang mengembangkan kemampuan berpikir siswa tersebut sejalan dengan pendapat Sulistyorini (dalam Susanto, 2013:169) dalam pembelajaran IPA adapun sikap ilmiah yang harus dikembangkan yaitu dapat membekali siswa dengan kemampuan bepikir bebas, sikap ingin tahu, ingin mendapat sesuatu yang baru, kemampuan bekerja sama, tidak putus asa, mawas diri, tidak berprasangka, dan kedisiplinan diri. Whitehead (Samatowa, 2011:1) bidang studi IPA dibentuk karena pertemuan dua orde pengalaman. Pertama didasarkan pada hasil observasi terhadap gejala atau fakta (orde observasi), dan kedua didasarkan pada konsep – konsep manusia mengenai alam (orde konsepsional). Apabila pembelajaran IPA diajarkan dengan cara yang tidak tepat maka akan menimbulkan permasalahan dalam belajar. Maka anak tidak akan mempunyai kesempatan untuk berpikir kritis, mencari tahu sendiri, dan tidak adanya percobaan – percobaan yang akan diselidiki. Hal ini tentunya akan menimbulkan ketidaksesuaian antara tujuan dan harapan yang hendak dicapai dalam muatan materi IPA dengan kenyataannya yang terjadi di lapangan. Permasalahan dalam pembelajaran IPA tersebut juga terjadi di SD Negeri 6 Ubung. Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan khususnya di kelas IV A SD Negeri 6 Ubung, ditemukan bahwa perlu adanya peningkatan dalam motivasi belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa masih jauh dari yang diharapkan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik dan Satuan Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, besarnya nilai KKM yang ditentukan yaitu 70. Dari 27 siswa, 9 siswa yang sudah mencapai KKM dan 18 siswa yang masih belum mencapai KKM. Ini memperlihatkan bahwa 66% siswa memiliki penguasaan kompetensi pengetahuan IPA yang berada di bawah KKM yang telah
ditentukan sekolah. Hal ini juga menunjukkan perlu adanya peningkatan motivasi belajar siswa.Belum optimalnya motivasi belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah seperti kurangnya pemahaman siswa terkait dengan materi yang sedang dipelajari, serta kurangnya dorongan motivasi belajar belajar, kurangnya media dan alat pendukung pembelajaran, kurangnya buku penunjang, kurangnya pemahaman guru tentang kurikulum 2013. Dalam kurikulum 2013 siswa dituntut untuk aktif dan menemukan pengetahuannya sendiri bukan hanya menggunakan metode ceramah sehingga siswa menjadi bosan dan tidak dapat berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran. Adapun salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan motivasi belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa kelas IVA SD Negeri 6 Ubung Tahun Pelajaran 2015/2016 pada muatan materi IPA ini dapat dilakukan dengan melibatkan siswa secara aktif di setiap pembelajarannya sehingga peningkatan motivasi belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan dapat tercapai dengan baik. Dengan penerapan pendekatan saintifik, terdapat cara yang dapat diterapkan untuk mendukung meningkatkan motivasi belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa yaitu menggunakan model problem based learning. Barrow (Huda, 2013:271) model problem based learning adalah pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah, masalah tersebut dipertemukan pertama – tama dalam proses pembelajaran. Dalam proses problem based learning yang meliputi masalah – masalah yang dipilih dan dirancang dengan cermat yang menuntut upaya kritis siswa untuk memperoleh pengetahuan, membangun motivasi belajar belajarnya, menyelesaikan masalah, belajar secara mandiri dan memiliki skill partisipasi yang baik. 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Dengan menggunakan model problem based learning dalam proses pembelajaran, tentunya dapat memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengeluarkan ide dan kreativitas yang dimilikinya. Dengan hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap suatu ide atau materi pelajaran yang akan berdampak positif terhadap penguasaan kompetensi pengetahuannya. Berkaitan dengan uraian di atas, pendekatan saintifik menggunakan model problem based learning diduga dapat meningkatkan motivasi belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa. Berdasarkan kondisi tersebut, maka akan diadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Penerapan Pendekatan Saintifik Menggunakan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Motivasi belajar dan Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas IVA SD Negeri 6 Ubung Tahun Pelajaran 2015/2016”. Berdasarkan pemaparan diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Apakah penerapan saintifik menggunakan model problem based learning dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas IVA SD Negeri 6 Ubung Tahun Pelajaran 2015 / 2016?; (2) Apakah penerapan saintifik menggunakan model problem based learning dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IVA SD Negeri 6 Ubung Tahun pelajaran 2015/2016?. Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: (1) Untuk meningkatkan motivasi belajar melalui penerapan pendekatan saintifik menggunakan model problem based learning siswa kelas IVA SD Negeri 6 Ubung Tahun Pelajaran 2015/2016; (2) Untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA melalui penerapan pendekatan saintifik menggunakan model problem based learning siswa kelas IVA SD Negeri 6 Ubung Tahun Pelajaran 2015/2016.
METODE Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 6 Ubung tahun pelajaran 2015/2016. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Arikunto (2009:10) menyatakan bahwa PTK adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan dengan siklus. Dalam prosedur PTK dimulai dengan siklus pertama yang terdiri dari empat yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Apabila peneliti sudah mengetahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama, maka peneliti menentukan rancangan tindakan berikut pada siklus kedua. Siklus kedua merupakan lanjutan dari siklus pertama, namun pada siklus kedua mempunyai berbagai tambahan untuk perbaikan dari hambatan dan kesulitan yang ditemukan dalam tindakan pada siklus pertama. Dengan menyusun kegiatan untuk siklus kedua, maka peneliti melanjutkan kegiatan seperti pada siklus pertama. Jika pelaksanaan siklus kedua telah selesai dilaksanakan, apabila peneliti belum merasa puas dengan hasil dari siklus kedua, peneliti dapat melanjutkan ke dalam siklus selanjutnya, yang cara pelaksanaanya sama dengan siklus sebelumnya sampai peneliti benarbenar mendapatkan hasil yang memuaskan. Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (classroom research). Untuk penelitian ini dirancang dalam dua siklus. Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan. Setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan, yaitu 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
2 kali pertemuan proses pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk evaluasi. Model yang digunakan pada penelitian tindakan kelas (PTK) ini yaitu model Arikunto. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan; (3) observasi dan (4) refleksi. Adapun rancangan dari Penelitian Tindakan Kelas dapat digambarkan sebagai berikut.
based learning kepada guru sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, (3) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pendekatan saintifik menggunakan model pembelajaran problem based learning dan dilengkapi dengan LKS serta dibarengi juga dengan pembuatan instrumen. Tahap pelaksanaan pada siklus I akan dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Adapun pertemuan yang pertama dan kedua adalah dilaksanakannya pembelajaran pendekatan saintifik menggunakan model problem based learning serta tes evaluasi setelah pembelajaran berlangsung, sedangkan pertemuan ketiga adalah dilaksanakannya tes akhir siklus yang penyusunan tesnya disesuaikan dengan kisi-kisi tes yang telah dibuat berpedoman pada materi yang telah diajarkan pada pertemuan yang pertama dan kedua. Tahap observasi dan evaluasi, Selama melaksanakan tindakan guru mitra melakukan observasi terhadap segala aktivitas pembelajaran dan membantu pelaksanaan pembelajaran untuk mendapatkan gambaran mengenai pengelolaan kelas dan kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran yang nantinya dapat digunakan sebagai pedoman untuk melakukan perbaikan pada proses pembelajaran berikutnya. Tahap refleksi, dilakukan untuk melihat, mengkaji dan mempertimbangkan dampak tindakan yang diberikan. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti bersama guru mitra dapat melakukan perbaikan kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan refleksi ini adalah peneliti mengkaji dan merenungkan hasil penilaian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dengan maksud jika terjadi hambatan, akan dicari pemecahan masalahnya untuk direncanakan tindakan pada siklus selanjutnya. Tahapan-tahapan pada siklus II pada prinsipnya sama dengan tahapan-
Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
N? Gambar 1. Gambar Siklus Penelitian Tindakan Kelas Sumber: Arikunto (2009:16)
Pada Siklus I terdiri dari empat tahap, yang pertama yaitu tahap perencanaan, Sesuai dengan permasalahan yang muncul pada pra siklus, maka kegiatan peneliti pada tahap pertama sesuai dengan siklus yaitu melaksanakan perencanaan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Adapun perencanaan yang dilakukan adalah. (1) Berkoordinasi dengan kepala sekolah untuk melaksanakan penelitian, (2) Mengkonsultasikan pendekatan saintifik menggunakan model problem 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
tahapan siklus pertama. Tahapan-tahapan tersebut terdiri dari tahap perencananaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi. Langkah-langkah pada setiap tahapan dapat mengalami perubahan dan modifikasi, berdasarkan dari hasil refleksi sebelumnya. Perubahan dan modifikasi yang dimaksud hanyalah menyangkut prosedur dan strategi pelaksanaan langkah-langkah dalam tahapan siklus. Dengan demikian, secara umum langkahlangkah pada setiap tahapan untuk siklus berikutnya berpatokan pada langkahlangkah dalam siklus sebelumnya. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini yaitu: Metode Tes dan Metode kuesioner. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes objektif pilihan ganda biasa dan kuesioner. Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data ini digunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis ststistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data motivasi belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Data yang diperoleh akan dianalisis ke dalam beberapa rumus. Setelah didapatkan skor motivasi belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan dengan pedoman skor, maka ditentukan nilai masing-masing siswa dengan rumus: =
kompetensi pengetahuan. Adapun rumus yang digunakan untuk analisis ini sebagai berikut. %=
100%
Keterangan: M% : rata-rata persen M : rata-rata skor SMI :skor maksimal ideal
Tingkat penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dapat ditentukan dengan membandingkan rata-rata persen (M%) ke dalam PAP skala lima dengan kriteria sebagai berikut.
Tabel 1. Tabel Konversi PAP Skala Lima Persentase Kriteria Penguasaan 90 - 100 Sangat Tinggi 80 - 89 Tinggi 65 - 79 Sedang 55 - 64 Rendah 0 - 54 Sangat Rendah Perhitungan selanjutnya yaitu, (2) menghitung ketuntasan belajar klasikal siswa, akan digunakan rumus sebagai berikut; =
100%
Dan yang terakhir yatitu (3) menentukan keberhasilan tindakan Peningkatan motivasi belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA ditentukan dengan membandingkan skor yang diperoleh pada siklus I dan siklus II. Peningkatan tersebut dihitung dengan rumus gains skor ternormalisasi sebagai berikut.
100
Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam: a) tabel distribusi frekuensi, b) menghitung angka rata-rata (mean), c) menghitung median, d) menghitung modus, dan e) menyajikan data ke dalam grafik poligon. Metode analisis deskriptif ini digunakan untuk (1) menentukan tingkat motivasi belajar dan penguasaan
=
6
− −
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Untuk menentukan keberhasilan tindakan meningkatkan motivasi belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA digunakan kriteria berikut.
Tinggi 11%
Tabel 2. Kriteria Peningkatan Kriteria Peningkatan Predikat Gains Skor ≥ 70 Tinggi 0.3 - 0.7 Sedang < 0.3 Rendah
Sales
Rendah 11%
Sedang 78%
Gambar 1. Gambar Persentase Motivasi belajar Belajar IPA pada Siklus I
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Hasil penelitian yang diperoleh berupa hasil tes dan non tes. Hasil tes diperoleh melalui tes evaluasi pada akhir siklus I dan siklus II. Hasil non tes diperoleh melalui pengisian lembar kuesioner motivasi belajar belajar siswa. Hasil penelitian tindakan kelas akan diuraikan secara rinci berikut ini. Tindakan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan melalui tiga pertemuan, yakni pertemuan 1 pada tanggal 2 Maret 2016, pertemuan 2 pada tanggal 3 Maret 2016 dan pertemuan 3 pada tanggal 4 Maret 2016. Data hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I diperoleh melalui tes evaluasi I dan pengisian lembar kuesioner. Tes evaluasi I dilaksanakan untuk mengetahui penguasaan kompetensi pengetahuan IPA, sedangkan pengisian lembar kuesioner dilaksanakan untuk mengetahui motivasi belajar belajar siswa. Pengisian lembar kuesioner dilaksanakan setelah tes evaluasi I, yakni pada tanggal 4 Maret 2016. Tujuan dari pengisian lembar kuesioner tersebut yaitu untuk mengetahui motivasi belajar belajar siswa kelas IV A SD Negeri 6 Ubung setelah tindakan selama siklus I. Adapun gambaran persentase mengenai motivasi belajar belajar yang dicapai siswa pada siklus I dapat dilihat pada gambar berikut.
Berdasarkan hasil analisis data pada motivasi belajar belajar siswa, diperoleh hasil yaitu modus dengan nilai 68, median sebesar 72, dan mean 73. Ini berarti bahwa Mo < Me < M (68 < 72 < 73), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data pada siklus I merupakan kurva juling positif yang menunjukan bahwa sebagian besar skor motivasi belajar belajar IPA pada siswa cenderung rendah. Sedangkan tingkat motivasi belajar belajar siswa pada siklus I menunjukkan adanya motivasi belajar belajar siswa terhadap kompetensi pengetahuan IPA pada siklus I mencapai 73% dengan kriteria yang diperoleh yaitu “sedang”. Penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dari pelaksanaan tindakan siklus I diperoleh dari tes evaluasi I yang dilaksanakan pada akhir siklus I yakni pada tanggal 4 Maret 2016. Adapun gambaran persentase mengenai ketuntasan klasikal penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus I dapat dilihat pada gambar berikut.
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Selama proses pada siklus I, tidak menutup kemungkinan terjadi hambatanhambatan yang dihadapi. Adapun permasalahan yang timbul pada siklus I dapat diidentifikasi sebagai berikut. (1) Siswa belum terbiasa belajar dengan model yang diterapkan, (2) Kurang motivasi belajar, kurang sumber baca yang relevan, disamping motivasi belajar baca siswa masih rendah, (3) Masih ada beberapa siswa yang belum mampu fokus dalam mengikuti pelajaran, dan selalu terpengaruh dengan situasi di luar kelas dan (4) Siswa tidak mencatat hal-hal yang penting. Untuk menindaklanjuti permasalahan yang timbul, adapaun halhal yang dilakukan pada siklus selanjutnya adalah; (1) Sebelum melakukan tindakan pada siklus II, siswa diberikan penjelasan tentang kegiatan atau proses pembelajaran yang akan diterapkan, agar siswa memiliki kesiapan dalam melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik menggunakan model Problem Based Learning.(2) Selalu memberikan reward kepada siswa yang sudah terlibat dalam pembelajaran. (3) Memotivasi belajar dan melakukan pendekatan secara individu, terutama kepada siswa yang penguasaan kompetensi pengetahuannya kurang. (4) Peneliti harus senantiasa mengingatkan siswa agar memperhatikan guru dan mencatat hal-hal yang penting. Paparan mengenai refleksi terhadap motivasi belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA, menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangan pada beberapa kegiatan selama pelaksanaan siklus I. Hasil refleksi pada siklus I ini akan menjadi landasan untuk melanjutkan penelitian siklus II dengan perbaikan-perbaikan pada perencanaan, pelaksanaan, maupun pengamatan, agar siklus II dapat berjalan lebih baik dari pada siklus I. Dengan identifikasi masalah tersebut peneliti bersama guru kelas IV A kembali mengadakan perbaikan pembelajaran yang direncanakan pada siklus II pada muatan materi IPA. Tindakan pada siklus II dilaksanakan
Tuntas 30% Tidak Tuntas 70%
Gambar 2. Gambar Persentase Tingkat Ketuntasan Klasikal Penguasaan Kompetensi Pengetahuan IPA Siklus I
Berdasarkan hasil analisis data pada penguasaan kompetensi pengetahuan IPA, diperoleh hasil yaitu modus dengan nilai 50, median sebesar 57, dan mean 60. Ini berarti bahwa Mo < Me < M (50 < 57 < 60), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data pada siklus I merupakan kurva juling positif yang menunjukan bahwa sebagian besar skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siswa cenderung rendah. Adapun tingkat penguasaan kompetensi IPA pada siswa diperoleh Nilai M% = 60% yang dikonversikan ke dalam PAP skala 5 berada pada tingkat penguasaan 55-64%, yang berarti perkembangan tingkat penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus I berada pada kriteria rendah. Setelah pelaksanaan tidakan siklus I dengan mengimplementasikan pendekatan saintifik menggunakan model Problem Based Learning dalam pembelajaran IPA, secara umum belum sepenuhnya berhasil, ini terlihat dari data yang diperoleh tentang motivasi belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Besarnya motivasi belajar belajar siswa terhadap kompetensi IPA menunjukan kriteria sedang dengan nilai yang diperoleh yaitu 73% sedangkan untuk tingkat penguasaan kompetensi pengetahuan IPA baru mencapai 60% dengan kriteria rendah.
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dalam tiga pertemuan diantaranya pertemuan 1 dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2016, pertemuan 2 pada tanggal 15 Maret 2016 dan pertemuan 3 pada tanggal 16 Maret 2016. Kegiatan yang dilakukan pada siklus II hampir sama dengan siklus I. Perolehan data dari siklus II dilakukan melalui teknik tes dan non tes. Pengisian lembar kuesioner dilaksanakan setelah tes evaluasi II, yakni pada tanggal 16 Maret 2016. Seperti halnya pada siklus I, adapun tujuan dari pengisian lembar kuesioner tersebut yaitu untuk mengetahui motivasi belajar siswa kelas IV A SD Negeri 6 Ubung setelah tindakan selama siklus II. Adapun gambaran persentase mengenai motivasi belajar belajar yang dicapai siswa pada siklus II dapat dilihat pada gambar berikut.
Sangat Tinggi 44.44%
dihitung menggunakan rumus gains skor ternormalisasi dan diperoleh hasil 0.7 dengan predikat sedang. Penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dari pelaksanaan tindakan siklus II diperoleh dari tes evaluasi II yang dilaksanakan pada akhir siklus II yakni pada tanggal 16 Maret 2016. Berdasarkan data pada hasil tes evaluasi II penguasaan kompetensi pengetahuan IPA menunjukkan bahwa semua siswa kelas IV A SD Negeri 6 Ubung yang berjumlah 27 siswa dinyatakan tuntas, maka Persentase tuntas penguasaan kompetensi pengetahuan IPA melewati indikator keberhasilan yaitu sebesar 100%. Berdasarkan hasil analisis data pada motivasi belajar belajar siswa, diperoleh hasil yaitu modus dengan nilai 97, median sebesar 91, dan mean 89. Ini berarti bahwa Mo > Me > M (97 > 91 > 89), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data pada siklus II merupakan kurva juling negatif yang menunjukkan bahwa sebagian besar skor penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siswa cenderung tinggi. Adapun tingkat penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus II menunjukkan nilai sebesar 89% dengan kriteria “tinggi”. Sedangkan Peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA dari siklus I ke siklus II dihitung menggunakan rumus gains skor ternormalisasi dan diperoleh hasil 0.73 yang di konversikan ke dalam kriteria peningkatan gains skor berada pada tingkat ≥ 0.71. yang berarti penerapan pendekatan saintifik menggunakan model Problem Based Learning terhadap peningkatan penguasaan kompetensi IPA memperoleh predikat tinggi, sehingga tindakan pada penelitian ini dikatakan berhasil. Sesuai dengan perencanaan awal bahwa penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setelah pemberian tindakan pada siklus II dengan mengimplementasikan pendekatan saintifik menggunakan model Problem Based Learning pada muatan materi IPA
Tinggi 55.56%
Gambar 3. Gambar Persentase Motivasi belajar Belajar Siswa pada Siklus II
Berdasarkan hasil analisis data pada motivasi belajar belajar siswa, diperoleh hasil yaitu modus dengan nilai 92, median sebesar 91, dan mean 90. Ini berarti bahwa Mo > Me > M (92 > 91 > 90), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data pada siklus II merupakan kurva juling negatif yang menunjukan bahwa sebagian besar skor motivasi belajar belajar IPA pada siswa cenderung tinggi. Adapun tingkat motivasi belajar belajar siswa pada siklus II menunjukkan nilai sebesar 90% dengan kriteria “Sangat tinggi”. Sedangkan Peningkatan motivasi belajar belajar IPA dari siklus I ke siklus II
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dapat di refleksi, dalam pembelajaran yang dilakukan sudah memuaskan terlihat dalam pelaksanaan proses pembelajaran sudah mengalami perkembangan yang baik dan telah terjadi peningkatan motivasi belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Berdasarkan deskripsi hasil penelitian pada siklus II, maka dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPA dengan menerapkan pendekatan saintifik menggunakan model Problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Sehingga penelitian ini dapat dikatakan berhasil atau penelitian bisa dihentikan karena sudah mencapai kriteria yang diperoleh. Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus ini, berdasarkan deskripsi proses dan hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan pada motivasi belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa setelah mengimplementasikan pendekatan saintifik menggunakan model Problem Based Learning pada pembelajar IPA siswa kelas IV A SD Negeri 6 Ubung. Secara umum, hasil penelitian pada pelaksanaan tindakan siklus I belum mencapai hasil yang optimal dan belum memenuhi kriteria keberhasilan yang diharapkan. Hasil motivasi belajar belajar siswa diperoleh melalui pengisian lembar kuesioner oleh siswa pada siklus I dan siklus II. Motivasi belajar belajar siswa pada siklus I termasuk dalam kriteria “sedang” dengan perolehan nilai sebesar 73%. Deskripsi data hasil pengisian lembar kuesioner motivasi belajar belajar siswa pada siklus I tersebut menunjukkan bahwa siswa kelas IV di SD Negeri 6 Ubung memiliki potensi yang cukup untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Adapun penyebab belum optimalnya tingkat motivasi belajar belajar siswa tersebut disebabkan oleh (1) penerapan pendekatan pembelajaran yang belum menarik perhatian siswa, (2) Masih ada beberapa siswa yang belum mampu fokus dalam mengikuti pelajaran, dan selalu terpengaruh dengan situasi di luar kelas.
(3) dalam menyelesaikan permasalahan siswa malas membaca buku sumber dan tidak mau bertanya ketika mengalami kesulitan, siswa hanya menunggu guru yang menanyakan kesulitan yang dialami, akan tetapi sudah ada beberapa siswa yang sudah mampu memanfaatkan guru sebagai fasilitator, dengan mengajukan pertanyaan apabila ada sesuatu yang belum dimengerti. Setelah siklus II diterapkan, hasil pengisian lembar kuesioner motivasi belajar belajar siswa mengalami peningkatan dengan nilai yang diperoleh sebesar 90% dan predikat yang diperoleh yaitu “Sangat Tinggi”. Dengan demikian, hasil pengisian kuesioner motivasi belajar belajar siswa telah memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan. Hal ini sesuai dengan karakteristik model Problem Based Learning yang diungkapkan oleh Ibrahim dan Nur (Rusman, 2010: 241) bahwa PBL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. Seperti yang telah diungkapkan oleh pakar PBL Barrows (gayahidupalami.wordpress.com, 2016) PBL merupakan sebuah model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau mengintegrasikan pengetahuan (knowledge) baru. Bila diperhatikan, nilai motivasi belajar belajar siswa pada siklus I dan II menunjukkan terjadi peningkatan. Selisih antara besarnya motivasi belajar belajar siswa siklus I dan siklus II tersebut cukup tinggi, yaitu sebesar 17%. Peningkatan hasil pengisian kuesioner motivasi belajar belajar siswa membuktikan bahwa, penerapan model Problem Based Learning pada pembelajaran IPA di SD Negeri 6 Ubung dapat meningkatkan motivasi belajar belajar siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Smith (2005) dalam Amir (2010: 10
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
27), bahwa salah satu manfaat diterapkannya model Problem Based Learning yaitu untuk memotivasi belajar siswa dalam belajar. Jika siswa memiliki motivasi belajar terhadap pembelajaran, maka akan timbul motivasi belajar belajar siswa terhadap pembelajaran tersebut. Motivasi belajar belajar siswa juga berpengaruh terhadap penguasaan kompetensi pengetahuan yang diperoleh, data penguasaan kompetensi pengetahuan siswa pada siklus I juga belum memenuhi kriteria keberhasilan, tingkat penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa baru mencapai 60% yang berada pada kriteria “Rendah” hal ini menunjukkan tingkat penguasaan kompetensi pengetahuan IPA yang diperoleh juga belum memenuhi kriteria yang diharapkan. Berdasarkan kendala-kendala yang dihadapi pada siklus I maka pelaksanaan tindakan siklus II, diupayakan adanya usaha untuk menyempurnakan dan mengadakan perbaikan terhadap permasalahan yang muncul pada siklus I. Pada pelaksanaan tindakan siklus II peneliti lebih banyak memberikan motivasi belajar dan bimbingan kepada siswa pada pembelajaran dengan memberikan pujian dan penguatan dan mendekati siswa yang mengalami kesulitan belajar, serta mengajak siswa untuk belajar di sekitar lingkungan mereka. Dalam kegiatan pembelajaran pemberian motivasi belajar sangat penting untuk diperhatikan, karena tidak semua pengajaran di sekolah dapat menarik motivasi belajar siswa. Uno (2009:23) mengemukakan bahwa motivasi belajar dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Setelah diberikan tindakan pada siklus II, telah terjadi peningkatan yang signifikan pada penguasaan kompetensi pengetahuan siswa. Peningkatan ini dapat dilihat pada nilai yang diperoleh pada siklus II yaitu mencapai 89% dengan kategori ”Tinggi”. Sehingga terjadi peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus I dan siklus II.
Perolehan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada pelaksanaan pembelajaran IPA menunjukkan bahwa dengan menerapkan model Problem Based Learning dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siswa. Selisih antara besarnya penguasaan kompetensi pengetahuan IPA siklus I dan siklus II tersebut cukup tinggi, yaitu sebesar 29%. Sesuai dengan pendapat Gagne (1984) dalam Dahar (2006: 2), bahwa belajar adalah proses dimana siswa berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Hal serupa juga diungkapkan oleh Wina Sanjaya, (2010:213). Dilihat dari aspek psikologi belajar, Pembelajaran Berbasis Masalah bersandarkan kepada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan sematamata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Melalui proses ini sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh. Artinya, perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan problema yang dihadapi. Tercapainya kriteria yang diharapkan yaitu motivasi belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA meningkat secara signifikan setelah pemberian tindakan pada proses pembelajaran membuktikan bahwa penerapan pendekatan saintifik menggunakan model Problem Based Learning berpengaruh terhadap motivasi belajar dan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan pendekatan saintifik menggunakan model problem based learning siswa dapat termotivasi belajar untuk mengikuti proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPA. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil 11
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
penelitian dengan menerapkan pendekatan saintifik menggunakan model Problem Based Learning pada siswa kelas IV A SD Negeri 6 Ubung tahun pelajaran 2015/2016 dapat dikatakan berhasil dan penelitian dapat dihentikan karena hasil yang diperoleh sudah mencapai hasil yang diharapkan baik dari segi motivasi belajar belajar siswa maupun penguasaan kompetensi pengetahuan IPA.
selalu meng-update pengetahuan yang dimilikinya tentang model pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan melalui berbagai kegiatan ilmiah seperti lokakarya, seminar, workshop dan pelatihan. (2) Kepada guru, kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang menekankan siswa untuk berperan lebih aktif, kreatif dan mampu memecahkan masalah. Dan model pembelajaran Problem Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran diantara model pembelajaran lainnya yang dapat mendukung ketercapaian langkah-langkah pendekatan saintifik yang diterapkan di kurikulum 2013, sehingga model pembelajaran ini bisa digunakan sebagai referensi dalam proses pembelajaran terutama muatan materi IPA. (3) Kepada peneliti lain, jika seandainya tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning melalui pendekatan saintifik, hal yang perlu diperhatikan adalah perlunya menyiapkan sarana dan prasarana pendukung untuk memudahkan siswa mengobservasi materi pelajaran terutama sarana prasarana praktikum dan perlunya media dan alat pendukung dalam mengumpulkan informasi terkait pemecahan masalah.
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dan pembahasan dapat diambil simpulan sebagai berikut. (1) Penerapan pendekatan saintifik menggunakan model Problem Based Learning dapat meningkatkan motivasi belajar belajar siswa pada muatan materi IPA kelas IV A Tahun pelajaran 2015/2016 di SD Negeri 6 Ubung. Hal ini dapat dilihat dari tingkat motivasi belajar belajar siswa yang diperoleh pada siklus I yaitu 73% dengan kategori “Sedang” sedangkan pada siklus II memperoleh predikat “Tinggi” dengan nilai yang dicapai yaitu 90%. Dan (2) Penerapan pendekatan saintifik menggunakan model Problem Based Learning dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa pada muatan materi IPA kelas IV A Tahun pelajaran 2015/2016 di SD Negeri 6 Ubung. Hal ini dapat dilihat dari tingkat penguasaan kompetensi pengetahuan IPA pada siklus I sebesar 60% dengan kategori “Rendah” sedangkan pada siklus II, mencapai 89% yang berada pada kategori “ Tinggi”. Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian terdapat beberapa saran yang ingin penulis sampaikan. Adapun saransaran tersebut yaitu; (1) Kepada Kepala Sekolah diharapkan mampu memberikan pengertian kepada para guru akan pentingnya memperbaiki kualitas pembelajaran agar lulusan sekolah dapat ditingkatkan kualitasnya. Kepala Sekolah perlu memotivasi belajar, memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para guru untuk
DAFTAR RUJUKAN Amir, Taufiq. 2010. Inovasi Pendidikan melalui Problem Based Learning:Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Arikunto,Suharsimi dkk. 2013. Dasardasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara.
12
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga. Huda, Miftahul. 2013. Model – Model Pengajaran dan Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kemendikbud. 2014. Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Rusman. 2010. Pembelajaran. Mandiri Press
Model-model Bandung:Mulia
Sanjaya, Wina. 2010. Startegi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:Kencana Susanto, Ahmad.2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenada Media. Uno,
Hamzah. 2008. Teori Motivasi belajar dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
13