perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MAGNET PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 NADI BULUKERTO WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI Disusun Oleh: Rika Yuni Ambarsari X7107068
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MAGNET PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 NADI BULUKERTO WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh Rika Yuni Ambarsari X7107068
Skripsi
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi
dengan
judul
“PENERAPAN
MODEL
PROBLEM
BASED
LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MAGNET PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 NADI BULUKERTO WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011.
NAMA
: RIKA YUNI AMBARSARI
NIM
: X7107068
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hari
: Kamis
Tanggal
: 30 Juni 2011
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing 1
Pembimbing 2
Prof. Dr. St. Y. Slamet, M.Pd
Drs. Tri Budiharto, M.Pd
NIP. 19461208198203 1 001
NIP. 19591221198803 1 001
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MAGNET PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 NADI BULUKERTO WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011.
NAMA
: RIKA YUNI AMBARSARI
NIM
: X7107068
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan. Hari
: Rabu
Tanggal
: 20 Juli 2011
Tim Penguji Skripsi Nama Terang
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Hadi Mulyono, M.Pd
........................
Sekretaris
: Dra. Lies Lestari, M.Pd
. .......................
Anggota I
: Prof. Dr. St. Y. Slamet, M.Pd
........................
Anggota II
: Drs. Tri Budiharto, M.Pd
........................
Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Imu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan
Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatuallah, M.Pd NIP 19600727 198702 1 001 commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Rika Yuni Ambarsari, “ PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MAGNET PADA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 NADI BULUKERTO WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011 “. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2011 Tujuan penelitian tindakan yang dilaksanakan adalah (1) untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran siswa pada konsep gaya magnet dalam IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi. (2) untuk meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet pada siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri tahun pelajaran 2010/2011. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri tahun pelajaran 2010/2011 terdiri dari 22 siswa. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep gaya magnet, sedangkan variabel tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Problem Based Learning.. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas berlangsung 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes, observasi, dan dokumentasi. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi data dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan yang pertama bahwa ada peningkatan kualitas proses pembelajaran gaya magnet setelah diadakan tindakan kelas dengan Model Problem Based Learning. Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kegiatan guru pada siklus I nilainya 2,85 dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II nilainya menjadi 3,5 dengan kriteria sangat baik. Nilai rata-rata kegiatan siswa pada siklus I nilainya 2,55 dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II nilainya menjadi 3,45 dengan kriteria sangat baik. Kedua ada peningkatan pemahaman konsep gaya magnet setelah diadakan tindakan kelas dengan Model Problem Based Learning. Hal itu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya pemahaman konsep gaya magnet siswa sebelum dan sesudah tindakan. Pada pra tindakan nilai rata-rata kelas 61 dengan ketuntasan klasikal 36,36%. Pada siklus I menunjukkan nilai rata-rata kelas mencapai 66,25 dan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 63,63%.Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 77,98 dan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 81,81%.
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Rika Yuni Ambarsari, "APPLICATION OF PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO IMPROVE UNDERSTANDING OF THE CONCEPT OF STYLE MAGNET IPA LESSON ON THE FIFTH GRADE STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL IN SECOND NADI BULUKERTO WONOGIRI IN THE ACADEMIC YEAR 2010/2011". Thesis. Surakarta: Faculty of Teacher Training and Education March Eleven University of Surakarta. Action research objectives to be achieved are (1) to improve the quality of the learning process of students on the concept of magnetic force in students' science class on the fifth grade students of elementary school in second Nadi. (2) to increase understanding of the concept of magnetic force on the fifth grade students of elementary school in second Nadi Bulukerto Wonogiri in the academic year 2010/2011. Research subjects of this class action is on the fifth grade students of elementary school in second Nadi Bulukerto Wonogiri in the academic year 2010/2011 consists of 22 students. Variables were targeted changes in this study is understanding the concept of magnetic force, while the variable action used in this study is a model of Problem Based Learning. Form of research is action research class lasts 2 cycles. Each cycle consists of four stages includ planning, implementation of the action, observation and reflection. Data collection techniques used were tests, observations, and documentation. The validity of the data is used triangulation data and triangulation methods. Data analysis technique used is an interactive analytical data model which has three components, namely reduction data, data presentation, and conclusion drawing or verification. Based on the results of research can be concluded first that there was an increase in the quality of the learning process the magnetic force held after it was in class action with the Model Problem Based Learning. It can be demonstrated by the increasing value of the average activities of teachers in the cycle I value 2.85 with good criteria and increase in value to 3.5 second cycle with the criteria very well. The average value of students' activities in the cycles I value is 2.55 with good criteria and increase in value to 3.45 second cycle with the criteria very well. Second there is an increase understand of the concept of magnetic force after it was held a class action with the Model Problem Based Learning. It can be demonstrated by the increase students understanding of the concept of magnetic force before and after the action. In the pre measures the average value of 61 classes with classical exhaustiveness 36.36%. In cycle I shows the average grade achieved 66.25 and exhaustiveness Classical increased to 63.63%. In cycle II, the class average rose to 77.98 and the classical completeness increased to 81.81%.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Memecahkan masalah itu sulit, mengenal masalah itu lebih sulit, tetapi menemukan masalah itu lebih sulit (Albert Einstein)
Pengetahuan adalah warisan yang mulia, budi pekerti ibarat pakaian yang baru dan pikiran ibarat cermin yang bening (Ali Bin Abi Thalib)
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN Bapak dan ibuku tercinta yang telah mencurahkan kasih sayang, dan selalu memotivasi dalam pengerjaan skripsi ini. Keluarga Besar FKIP Universitas Sebelas Maret dan almamaterku yang telah memberikan ilmu dan mengantarku hingga dapat mencapai masa sekarang ini
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga skripsi penelitian ini dapat diselesaikan oleh penulis dengan baik. Skripsi penelitian dengan judul “Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Gaya Magnet Pada Pelajaran IPA Siswa Kelas V SD Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri Tahun Pelajaran 2010/2011” diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pada Program Studi PGSD Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan dapat diatasi. Oleh sebab itu pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terimakasih yang tulus kepada: 1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. R. Indianto, M. Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Hadi Mulyono, M. Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Prof. Dr. St. Y. Slamet, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 5. Drs.Tri Budiharto, M. Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Bapak Indar Hardiyanto, M. Pd selaku kepala SD Negeri 2 Nadi yang telah memberikan ijin penelitian. 7. Bapak/Ibu Guru SD Negeri 2 Nadi yang telah memberikan banyak bantuan. 8. Bapak dan ibu tercinta, terima kasih atas doa dan dorongan motivasi yang selalu diberikan hingga saat ini. 9. Kakakku terimakasih atas semangat dan doa selama ini. 10. Sahabat-sahabatku (Ratna, Ayu, Sapna, Mia, Yani, Pamungkas) yang selalu memberi semangat dan senyuman disaat susah senang. commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11. Teman-teman PGSD angkatan 2007 terutama kelas C terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya selama ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan. Sehingga hasil penelitian ini dapat bermanfaat. Akhirnya tidak lupa penulis mengucapkan permintaan maaf bila terdapat tutur kata peneliti yang kurang berkenan di hati pembaca sekalian.
Surakarta,
Juni 2011
Penulis
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
PENGAJUAN SKRIPSI.................................................................................
ii
PERSETUJUAN ............................................................................................
iii
PENGESAHAN .............................................................................................
iv
ABSTRAK .....................................................................................................
v
ABSTRACT ...................................................................................................
vi
MOTTO .........................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN.............................................................................................
viii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................
5
D. Manfaat Penelitian .........................................................................
5
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ................................................................................
7
1 Hakikat Pemahaman Konsep Gaya Magnet................................
7
a. Pengertian pemahaman...........................................................
7
b. Konsep....................................................................................
8
c. Tinjauan Gaya Magnet...........................................................
10
2 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam.................................................
13
a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam........................................
13
b. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam....................... 15 commit to user c. Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.......... 16 xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA.............................
16
3 Tinjauan Tentang Model Problem Based Learning..................
17
a. Pengertian Model Pembelajaran...........................................
17
b. Pengertian Model Problem Based Learning.........................
18
c. Ciri-ciri Model Problem Based Learning.............................
20
d. Manfaat Model Problem Based Learning............................
22
e. Langkah-langkah Model Problem Based Learning...............
22
f. Pelaksanaan Model Problem Based Learning........................
24
g. Kelebihan Model Problem Based Learning..........................
26
h. Kelemahan Model Problem Based Learning........................
27
4 Tinjauan Kualitas Proses Pembelajaran......................................
27
B. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................
28
C. Kerangka Berfikir ...........................................................................
29
D. Perumusan Hipotesis ......................................................................
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................
31
B. Subyek Penelitian ...........................................................................
33
C. Bentuk dan Strategi Penelitian .......................................................
33
D.Sumber Data ...................................................................................
34
E. Teknik Pengumpulan Data ..............................................................
35
F. Validitas Data .................................................................................
36
G. Teknik Analisis Data ......................................................................
37
H. Indikator Keberhasilan ...................................................................
39
I. Prosedur Penelitian ...........................................................................
39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...........................................................
45
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian ................................................
46
C. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ....................................
68
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan .......................................................................................... commit to user B. Implikasi ........................................................................................... xii
75 76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Saran ..............................................................................................
78
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
79
LAMPIRAN .................................................................................................
81
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
1
Langkah-langkah Model Problem Based Learning...............................
2
Jadwal Pelaksanaan Penelitian................................................................ 32
3
Daftar Distribusi Frekuensi Pada Kondisi Awal.................................... 47
4
Daftar Distribusi Frekuensi Pada Siklus 1.............................................. 57
5
Daftar Distribusi Frekuensi Pada Siklus 2.............................................. 66
6
Rekapitulasi Nilai Rata-rata Observasi Guru Siklus 1 dan 2.................. 69
7
Rekapitulasi Nilai Rata-rata Observasi Siswa Siklus 1 dan 2................ 70
8
Rekapitulasi Hasil Nilai Rata-rata Pemahaman konsep......................... 72
9
Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa.................................................. 73
commit to user xiv
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar:
Halaman
1.
Garis Garis Gaya Magnet.......................................................... ..............
20
2.
Pola Garis yang dibentuk serbuk besi.......................................................
20
3.
Pembuatan magnet secara induksi.................................................. .........
22
4.
Pembuatan magnet secara menggosok......................................................
23
5.
Pembuatan magnet dengan cara dialiri listrik................................. .........
23
6.
Kerangka berpikir......................................................................................
30
7.
Model penelitian tindakan dari Kurt Lewin..............................................
34
8.
Grafik Nilai IPA materi Gaya Magnet Kelas V SD Negeri Nadi pada Kondisi Awal ............................................................................................
9.
48
Grafik Nilai Pemahaman Konsep Gaya Magnet Siswa Kelas V SD Negeri 2 Nadi Siklus I ............................................................................................
58
10. Grafik Nilai Pemahaman Konsep Gaya Magnet Siswa Kelas V SD Negeri 2 Nadi Siklus II...........................................................................................
67
11. Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Guru Kelas V SD Negeri 2 Nadi pada Siklus I dan Siklus II ............................................................
69
12. Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Siswa Kelas V SD Negeri 2 Nadi pada Siklus I dan Siklus II ............................................................
71
13. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Pemahaman Konsep Gaya Magnet Siswa Kelas V Sd Negeri 2 Nadi pada Kondisi Awal. Siklus I, dan Siklus.... 73 14. Grafik peningkatan ketuntasan pemahaman konsep gaya magnet siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi ............................................................................
commit to user xv
74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
1
Jadwal Penelitian.................................................................................... 80
2
Silabus.................................................................................................... 81
3
Rpp Siklus 1 petemuan 1......................................................................
4
Rpp Siklus 1 pertemuan 2....................................................................... 96
5
Rpp Siklus 2 pertemuan 1.....................................................................
111
6
Rpp Siklus 2 pertemuan 2.....................................................................
126
7
Daftar Nilai Siswa Pada Kondisi Awal.................................................. 142
8
Daftar Nilai Siswa Pada Siklus 1..........................................................
143
9
Daftar Nilai Siswa Pada Siklus 2..........................................................
144
10 Lembar pengamatan Kinerja Guru Siklus 1 pertemuan 1.....................
146
11 Lembar Pengamatan Kinerka Guru Siklus 1 pertemuan 2....................
148
12 Lembar Pengamatan Kinerja Guru Siklus 2 pertemuan 1....................
152
13 Lembar Pengamatan Kinerja Guru Siklus 2 pertemuan 2.....................
156
14 Lembar Pengamatan Siswa Siklus 1 pertemuan 1.................................
160
15 Lembar Pengamatan Siswa Siklus 1 pertemuan 2.................................
163
16 Lembar Pengamatan Siswa Siklus 2 pertemuan 1.................................
166
82
17 Lembar Pengamatan Siswa Siklus 2 pertemuan 2.................................. 169 18 Dokumentasi Penelitian........................................................................... 172
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa dapat memahami alam sekitar secara langsung. Pendidikan IPA diarahkan untuk memecahkan masalah dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Ilmu Pengetahuan Alam diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan-pemecahan masalah yang dapat diidentifikasi. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan Pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Berdasarkan hal tersebut salah satu tugas guru selaku pelaksana pendidikan dalam mengelola proses belajar mengajar adalah perencanaan pembelajaran termasuk di dalamnya pemilihan model. Masih rendahnya kualitas hasil pembelajaran siswa dalam pemahaman konsep gaya magnet pada pembelajaran IPA merupakan indikasi bahwa tujuan yang ditentukan dalam kurikulum IPA tentang gaya magnet belum tercapai secara optimal. Secara umum kenyataan ini dapat dilihat dari hasil rata-rata nilai ulangan harian dan nilai akhir semester khususnya pada materi gaya magnet IPA yang sangat memprihatinkan. commit to menguasai user Pada siswa sekolah dasar masih sulit untuk sebuah pemahaman konsep 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2
gaya magnet pada pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Oleh karena itu berbagai upaya terus dilakukan untuk dapat meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet pada mata pelajaran IPA. Upaya itu diantaranya dengan pemilihan model yang tepat sesuai dengan materi gaya magnet pada mata pelajaran IPA. Berdasarkan hasil observasi dan dokumentasi awal pada siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi diperoleh hasil bahwa pada pemahaman konsep gaya magnet pembelajaran IPA cenderung didominasi oleh guru. Kebanyakan guru dalam pembelajaran gaya magnet IPA masih bersifat konvensional. Pembelajaran yang bersifat konvensional dapat berupa guru dalam proses belajar mengajar hanya menggunakan metode ceramah sehingga pemahaman siswa masih kurang. Selain itu guru hanya memberikan tugas berupa soal untuk dikerjakan tetapi guru tidak membimbing siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran konvensional tidak memfasilitasi siswa untuk menuangkan ide, kreatifitas serta keaktifan siswa dalam pembelajaran. Kondisi yang masih terjadi di SD Negeri 2 Nadi masih menggunakan pembelajaran yang bersifat konvensional. Dimana di dalam pembelajaran IPA tentang gaya magnet hanya dari gurunya saja yang aktif sedangkan siswa hanya mendengar penjelasan dari guru Pembelajaran hanya berpusat pada guru atau bisa disebut satu arah. Keadaan seperti ini membuat siswa beranggapan bahwa pelajaran IPA tentang gaya magnet merupakan pelajaran yang membosankan akibatnya siswa tidak termotivasi untuk mempelajari materi gaya magnet dengan baik sehingga pemahaman konsep gaya magnet siswa yang dicapai masih rendah. Dari 22 siswa kelas V hanya 8 siswa yang berhasil mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) yaitu 65 (lampiran 7). Dari pengamatan yang dilakukan ternyata hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor teserbut yaitu: siswa tidak pernah serius dalam pembelajaran, siswa kebanyakan ramai sendiri, semangat belajar siswa kurang, banyaknya ceramah dari guru menyebabkan siswa menjadi bosan. Dari faktor-faktor tersebut mengakibatkan siswa tidak dapat menangkap materi dengan jelas sehingga pemahaman konsep gaya magnet pada commit to user pelajaran IPA masih rendah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3
Dari hasil observasi dan dokumentasi di atas menunjukkan bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tentang gaya magnet perlu diperbaiki guna peningkatan kualitasnya. Pemahaman konsep gaya magnet pada pelajaran IPA masih sangat rendah, maka peneliti ingin berusaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan pemahaman konsep gaya magnet pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri Tahun Pelajaran 2010/2011. Untuk mengatasi hal tersebut guru perlu menerapkan model pembelajaran khusus pada siswa dalam meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet pada pelajaran IPA. Salah satunya dengan penggunaan model problem based learning. Menurut Arends dalam (Trianto, 2007: 5) : “it is strange that we expect students to learn yet seldom teach then about learning, we expect students to solve problems yet seldom teach then about problem solving”, yang berarti dalam mengajar guru memberikan sebuah permasalahan kepada siswa kemudian masalah yang diberikan oleh guru dipecahkan oleh siswa secara berkelompok. Model Problem Based Learning dimana dalam pembelajarannya siswa dituntu untuk aktif dan kreatif dalam memecahkan sebuah permasalahan Guru dalam proses belajar mengajar harus memakai model problem based learning karena di dalam model ini membiasakan siswa untuk berinisiatif, berfikir secara aktif, mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dalam memecahkan masalah. Model problem based learning menyajikan informasi maka informasi tersebut digunakan dalam pemecahan masalah sehingga terjadi proses kebermaknaan informasi. Mata pelajaran IPA dalam materi gaya magnet lebih banyak melakukan percobaan atau eksperimen, di dalam melakukan eksperimen siswa dituntut untuk berfikir secara aktif dan berinisiatif maka dari itu dalam pelajaran IPA tentang gaya magnet sangat dianjurkan untuk memakai model problem based learning untuk dapat meningkatkan pemahaman siswa. Diharapkan pada SD Negeri 2 Nadi ini mengubah metode pembelajaran yaitu dengan model problem based learning dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang gaya magnet karena dalam pembelajaran siswa commit to dapat user memecahkan sebuah persoalan. dituntuk untuk aktif, kreatif, mandiri, dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4
Berdasarkan tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) guru dapat menerapkan model problem based learning sebagai strategi pemecahan masalahnya untuk memberdayakan karakteristik siswa itu sendiri. Dipandang dari kualitas hasil yang akan diperoleh siswa maka model problem based learning akan memiliki kontribusi yang lebih baik daripada metode ceramah yang menerapkan satu arah dari guru saja. Dalam model pembelajaran problem based learning pembelajaran didasarkan pada permasalahan yang membutuhkan penyelidikan dan penyelesaian nyata sehingga siswa termotivasi untuk berusaha menyelesaikan masalah secara mandiri. Dengan pengalaman tersebut siswa dapat memecahkan masalah serupa dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu penyebab rendahnya pemahaman konsep dalam pembelajaran adalah adanya pemilihan model pembelajaran yang kurang memberikan pemberdayaan dari potensi murid dan karakteristik bidang itu sendiri sehingga hasil belajar siswa masih rendah. Berdasarkan paparan di atas, pemahaman konsep gaya magnet IPA akan meningkat jika dalam proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk IPA adalah model problem based learning. Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul : “ PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP GAYA MAGNET PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 NADI BULUKERTO WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2010/2011”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1
Apakah dengan penerapan model Problem Based Learning kualitas proses pembelajaran pada konsep gaya magnet pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi dapat meningkat? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5
2
Apakah dengan penerapan model
Problem Based Learning
dapat
meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet pada siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri tahun pelajaran 2010/2011? C. Tujuan Penelitian 1
Pnelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada konsep gaya magnet dalam pelajaran IPA melalui model Problem Based Learning siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi.
2
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet melalui model Problem Based Learning pada siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri tahun pelajaran 2010/2011.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bersifat praktis maupun teoretis. 1. Manfaat Teoretis a. Secara umum hasil penelitian ini secara teoretis diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan pada pembelajaran IPA di sekolah dasar melalui pembelajaran model problem based learning. b. Secara khusus hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pemahaman konsep gaya magnet dan pada pembelajaran IPA. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa 1) Dapat digunakan sebagai motivasi belajar agar pemahaman konsep gaya magnet pada pelajaran IPA dapat meningkat 2) Siswa memperoleh pengetahuan dan pengalaman secara langsung. 3) Siswa menjadi lebih kreatif dan terampil dalam pembelajaran IPA. b. Bagi Guru 1) Menambah
wawasan
guru
dan
pengalaman
meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet melalui penggunaan model problem commit to userbased learning.
dalam
rangka
pelajaran IPA
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6
2) Memberi sumbangan pemikiran dalam proses pembelajaran IPA terutama pada materi gaya magnet. c. Bagi sekolah 1) Sebagai kontribusi yang bermanfaat untuk dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran
IPA
dengan
adanya
inovasi
dalam
pembelajaran. 2) Sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas sekolah dengan pembelajaran yang bervariasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Pemahaman Konsep Gaya Magnet IPA a. Pengertian Pemahaman Menurut Bloom dalam Utami Munandar dalam (Puji Purnomo dkk, 2008: 236), pemahaman adalah kemampuan untuk mengingat dan menggunakan informasi tanpa perlu menggunakannya dalam situasi baru atau berbeda. Blom juga mengemukakan bahwa pemahaman merupakan salah satu sasaran dalam kognitif yang berbeda ditingkat kedua setelah pengetahuan. Dalam pemahaman, ketrampilan yang diharapkan adalah ketrampilan
menerjemahkan,
menghubungkan,
dan
menafsirkan.
Pemahaman menurut Winkel (2000: 246) mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Pendapat dari Lukmanul Hakiim (2009: 101) memahami artinya menyusun makna dari pesan-pesan pembelajaran, mencakup komunikasi oral, tertulis, dan grafis. Kemampuan memahami terdiri atas hal-hal berikut: 1) Menginterpretasikan yaitu mengubah dari suatu bentuk representasi (misalnya numerik) ke dalam bentuk lain (misalnya verbal). 2) Memberi contoh yaitu menemukan contoh atau gambaran khusus dari suatu konsep atau prinsip umum, yang terdiri atas: menggambarkan dan instantiating. 3) Mengklasifikasikan yaitu menentukan bahwa sesuatu memiliki kategori. 4) Merangkum yaitu membuat abstraksi dari suatu tema umum. 5) Menyimpulkan yaitu menggambarkan suatu kesimpulan logis dari informasi yang disajikan. 6) Membandingkan yaitu menemukan hubungan dua ide, objek, dan commit to user sebagainya. 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8
7) Menjelaskan yaitu kemampuan untuk menyusun dan menggunakan suatu model sebab akibat dari suatu sistem. Menurut Nana Sudjana pemahaman (2010, 56) dapat dibedakan dalam tiga kategori antara lain : (1) tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok, dan (3) tingkat ketiga merupakan tingkat tertinggi yaitu pemahaman ektrapolasi. Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemahaman (comprehension) adalah penguasaan pengetahuan dalam mengingat atau menguasai sesuatu dengan pikiran sehingga kemampuan pemahaman telah mencakup kemampuan pengetahuan. b. Konsep 1) Pengertian Konsep Konsep adalah gagasan yang merujuk pada sebuah kelompok atau kategori dimana semua anggota sama-sama memiliki beberapa karateristik (David A. Jacobsen, 2009: 98). Konsep merupakan buah pikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa maupun pengalaman. Konsep dibedakan atas konsep konkrit dan konsep yang didefinisikan, konsep konkrit adalah pengertian yang menunjuk pada aneka objek dalam lingkungan fisik sedangkan konsep yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan fisik karena realitas itu tidak berbeda. ( Winkel, 2005: 113). Menurut Lukmanul Hakiim (2009: 101) konsep adalah hasil penyimpulan tentang suatu hal berdasarkan atas adanya ciri-ciri yang sama pada hal tersebut, konsep adakalanya berkaitan dengan sesuatu commit user obyek, sesuatu peristiwa, atautoberkaitan dengan manusia. Sedangkan 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9
pendapat dari Oemar Hamalik (2003 :162) suatu konsep adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum. Menurut pendapat Woodruff (2011) konsep adalah (1) suatu gagasan/ide yang relatif sempurna dan bermakna, (2) suatu pengertian tentang suatu objek, (3) produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat pengertian terhadap objek-objek atau bendabenda melalui pengalamannya (setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda). Pada tingkat konkrit, konsep merupakan suatu gambaran
mental
dari
beberapa
objek
atau
kejadian
yang
sesungguhnya. Pada tingkat abstrak dan komplek, konsep merupakan sintesis sejumlah kesimpulan yang telah ditarik dari pengalaman dengan objek atau kejadian tertentu Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep merupakan penguasaan pengetahuan dalam menguasai sesuatu dengan pikiran untuk menangkap makna dan arti sebuah rancangan. 2) Ciri-ciri konsep Ciri-ciri konsep menurut pendapat Oemar Hamalik (2003: 162) adalah sebagai berikut: a)
Atribut konsep adalah suatu sifat yang membedakan antara konsep satu dengan yang lainnya.
b) Atribut nilai-nilai, adanya variasi-variasi yang terdapat pada suatu atribut. c)
Jumlah atribut juga bermacam-macam antara satu konsep dengan konsep lainnya.
d) Kedominanan atribut, menunjuk pada kenyataan bahwa beberapa atribut lebih domain daripada yang lainnya. c.
Tinjauan Gaya Magnet 1) Gaya magnet Magnet berasal dari batuan yang mengandung logam besi. commit to user Batuan logam tersebut diolah sampai akhirnya menjadi magnet. 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
10
Tarikan atau dorongan yang disebabkan oleh magnet disebut gaya magnet.(Heri Sulistyanto, 2008: 90) a) Benda yang bersifat magnetis dan tidak magnetis Berdasarkan kemagnetannya, benda dapat digolongkan menjadi dua (2011) yaitu: (1) Benda
magnetik
(disebut
juga
Feromagnetik)
Benda magnetik yaitu benda yang dapat ditarik oleh magnet dengan cukup kuat. Contoh: besi, baja, nikel, kobalt. (2) Benda bukan Magnetik (non magnetik) terbagi menjadi: Paramagnetik: Paramagnetik yaitu benda yang dapat sedikit ditarik oleh magnet kuat. Contoh: alumunium, platina, tembaga. Diamagnetik: Diamagnetik yaitu benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet kuat. Contoh: merkuri, emas, bismut, seng. Magnet keras : adalah benda yang sukar dijadikan magnet, tetapi setelah menjadi magnet, sifat kemagnetannya tersimpan lama. Contoh: baja, alkomak, kobalt. Magnet lunak adalah benda yang mudah dijadikan magnet tetapi
tidak
menyimpan
lama
sifat
kemagnetannya.
Contoh: besi. b) Kekuatan gaya magnet Menurut pendapat (Choiril Azmiyawati dkk, 2008: 89) magnet memiliki kekuatan untuk menarik benda-benda yang memiliki sifat magnetis. Kekuatan gaya magnet untuk menarik benda-benda yang bersifat magnetis dipengaruhi oleh garis gaya magnet dan jarak magnet dengan benda tersebut. Perhatikan garis magnet dan pola garis yang dibentuk oleh serbuk besi seperti tampak pada gambar berikut: commit to user 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
11
Gambar 1. Garis gaya magnet
Gambar 2. Pola garis yang di bentuk serbuk besi Daerah yang dilingkupi oleh garis gaya magnet merupakan medan magnet. Pada gambar tampak serbuk besi banyak berkumpul di ujung-ujung magnet. Ujung-ujung magnet disebut kutub magnet. Pada bagian inilah magnet memiliki kekuatan terbesar dibandingkan bagian magnet lainnya. c) Kutub senama dan tidak senama pada magnet Di dalam buku (S. Rositawaty, 2008: 92) kekuatan magnet terbesar terletak pada bagian ujung-ujung magnet atau kutub magnet. Magnet memiliki dua kutub yaitu kutub utara dan kutub selatan. Kutub-kutub magnet memiliki sifat-sifat yang istimewa. Jika kutub-kutub magnet yang senama didekatkan (utara dan utara atau selatan dan selatan) maka keduanya akan tolak menolak. Apabila kutub-kutub magnet tidak senama didekatkan ( utara dan selatan ) maka keduanya akan saling tarik menarik. 2) Cara membuat magnet Menurut pendapat (Heri Sulistyo, 2008: 96) terdapat beberapa cara dalam pembuatan magnet diantaranya adalah cara induksi, menggosok, dan mengalirkan commit to user arus listrik. 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12
a)
Cara induksi Magnet
dapat
dibuat
dengan
cara
induksi
yaitu
mendekatkan atau menempelkan magnet pada benda yang akan dijadikan sebagai magnet, contohnya paku. Benda magnetis yang menempel pada magnet dapat menarik benda-benda magnetis lainnya, contohnya jarum atau paku payung.
Gambar 3.Pembuatan magnet secara induksi b) Cara menggosok Magnet dapat dibuat dengan cara menggosok benda yang akan dijadikan magnet dengan magnet batang yang kita miliki atau terdapat di sekolah. Untuk mendapatkan magnet dengan cara menggosok, lakukanlah langkah-langkah berikut ini: (1) Letakkan sebatang besi atau baja yang akan dijadikan magnet di atas meja. (2) Gosoklah salah satu kutub magnet pada besi atau baja tersebut dengan kuat dan searah. (3) Lakukan gosokan tersebut berulang-ulang. Semakin lama menggosok maka semakin kuat kemagnetannya.
Gambar 4.commit Pembuatan magnet secara menggosok to user 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13
c)
Mengalirkan arus listrik Untuk membuat magnet dengan cara mengalirkan arus listrik kita membutuhkan paku yang cukup besar, kawat kumparan, dan batu baterai sebagai sumber arus listriknya. Perhatikan cara pembuatan magnet dengan mengalirkan arus listrik berikut. (1) Lilitkan paku dengan kawat kumparan. Semakin banyak kumparan maka kemagnetannya akan semakin kuat. (2) Sambungkan kedua kawat kumparan pada batu baterai. (3) Dekatkan paku tersebut dengan jarum atau paku payung maka jarum dan paku payung akan menempel pada paku.
Gambar 5. Pembuatan magnet dengan cara dialiri listrik d.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 1) Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Pendapat dari (Sri M. Iskandar, 2001: 2) kata “IPA” merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan Alam”. Kata-kata “Ilmu Pengetahuan Alam” merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Ingris “Natural Science” secara singkat sering disebut „Science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science itu secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang mempelajari peristiwaperistiwa yang terjadi di alam Salah satu definisi Ilmu Pengetahuan Alam ialah: Ilmu Pengetahuan Alam muncul lain-lain aktivitas progesif manusia commitdari to user 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
14
sedemikian hingga muncul konsep-konsep baru dari berbagai eksperimen dan observasi, dan konsep-konsep baru itu kemudian akan mendorong dilakukannya eksperimen-eksperimen dan observasiobservasi lebih lanjut. ( Subiyanto, 1988: 3) Ilmu
pengetahuan
alam
adalah
suatu
kumpulan
pengetahuan yang tersusun secara sistematis tentang gejala-gejala alam. Dalam perkembangannya IPA tidak hanaya ditunjukkan oleh kumpulan fakta saja, namun juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa pengertian IPA meliputi 3 hal yaitu produk, proses, dan nilai/sikap ilmiah. Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori. Proses Ipa atau metode ilmiah adalah cara kerja yang dilakukan untuk memperoleh hasil-hasil IPA atau produk IPA. Nilai dan sikap ilmiah ialah semua tingkah laku yang diperlukan selama proses IPA sehingga memperoleh produk IPA.(Team IAD UNS, 2003: 10) Menurut pendapat Carin (2011) Science adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang di dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan science tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan fakta saja, tetapi juga oleh timbulnya metode ilmiah dan sikap ilmiah Ilmu
Pengetahuan
Alam
(IPA)
untuk
anak-anak
didefinisikan Paolo dan Marten dalam (Srini M. Iskandar, 2001 :16) sebagai berikut: a)
Mengamati apa yang terjadi.
b) Mencoba memahami apa yang diamati. c)
Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi.
d) Menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah ramalan tersebut benar. Selanjutnya Paolo dan Marten juga menegaskan bahwa commit to user dan melakukan kesalahan, gagal dalam IPA tercakup juga coba-coba 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
15
dan mencoba lagi. Ilmu Pengetahuan Alam tidak menyediakan semua jawaban untuk semua masalah yang kita ajukan. Ada dua hal yang berkaitan dengan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yaitu IPA sebagai produk dan IPA sebagai proses. IPA sebagai produk yaitu pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. IPA sebagai proses yaitu kerja ilmiah. Baik produk atau proses IPA merupakan subjek kajian IPA. Dengan belajar IPA, belajar produk dan bagaimana proses IPA dapat kita peroleh. Dari beberapa pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa IPA (sains) merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam semesta beserta isi dan kejadian-kejadian yang dapat diperoleh dan dikembangkan baik secara induktif atau deduktif. IPA (sains) merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematik untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. 2) Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains Tujuan pembelajaran IPA menurut (Permendiknas ,2006) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya. b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap posesif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. d) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan. e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, commit to user menjaga, dan melestarikan lingkungan alam. 15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
16
f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. 3) Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains. Ruang lingkup bahan kajian IPA menurut (Permendiknas ,2006) meliputi aspek-aspek berikut: a) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan lingkungan serta kesehatannya. b) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas. c) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. d) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. IPA atau sains di SD diberikan sebagai mata pelajaran sejak kelas III sedang kelas I dan II tidak diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, tetapi diajarkan secara sistematis. Karena di dalam penelitian ini yang dikaji bahan mata pelajaran kelas V maka di bawah ini konsep-konsep pengembangan pengetahuan IPA atau sains di kelas V semester II antara lain: a) Gaya gravitasi, gaya magnet, gaya gesek, dan pesawat sederhana. b) Cahaya dan sifat-sifatnya. c) Proses pembentukan tanah. d) Struktur bumi. 4) Standar Kompetensi Mata Pelajaran IPA atau Sains SD Standar kompetensi mata pelajaran IPA atau sains di kelas V semester II adalah: a) Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi serta commit to user fungsinya. 16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17
b) Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya atau model. c) Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam. Adapun materi yang dikaji dalam penelitian ini adalah mengenai “ gaya magnet yang meliputi benda-benda yang bersifat magnetis dan tidak magnetis, kekuatan gaya magnet, penggunaan magnet dalam kehidupan sehari-hari, dan cara membuat magnet. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA atau sains berorientasi pada siswa. Peran guru bergeser dari menentukan apa yang akan dipelajari ke bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksploitasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan nara sumber lain.
2. Tinjauan Tentang Model Problem Based Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkatperangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain pendapat dari Joyce dalam (Trianto, 2007: 5). Menurut Arend dalam (Agus Suprijono, 2009: 46) model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru commit to usersikap belajar di kalangan siswa, untuk meningkatkan motivasi belajar, 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
18
mampu berpikir kritis, memiliki keterampilan sosial, dan pencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal dalam ( Isjoni, 2008: 146) Menurut pendapat Toeti Sukamto dan Udin Saripudin Winataputra dalam ( Anton Sukarno, 2006: 144) model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang
melukiskan
prosedur
yang
sistematis
dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang, pembelajar dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan belajar mengajar. Pengertian model pembelajaran mengandung unsur (1) pedoman, (2) pengelolaan pembelajaran, (3) kerangka konseptual. Menurut pendapat Joyce& Weil dalam (Rusman, 2010: 133) model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas ataupun yang lain Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah model yang berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam merencanakan aktivitas dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. b. Pengertian Model Problem Based Learning Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta tilikan akal sangat diperlukan. Dalam hal ini hampir semua bidang studi dapat dijadikan sarana belajar pemecahan masalah. Untuk keperluan ini guru (khususnya yang mengajar eksata, seperti matematika dan IPA) sanngat dianjurkan menggunakan model yang berorientasi pada cara pemecahan masalah.(Muhibbin Syah, commit to user 2009: 127) 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19
Menurut pendapat Tan dalam (Rusman, 2010: 229) pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam proses
belajar
mengajar
kemampuan
berfikir
siswa
betul-betul
dioptimalisasikam melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis sehingga
siswa
dapat
memberdayakan,
mengasah,
menguji,
dan
mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Pendapat dari Barrows (2011) Problem based learning
is
particularly true of efforts to relate constructivism as a theory of learning to the practice of instruction. Our goal in this paper is to provide a clear link between the theoretical principles of constructivism, the practice of instructional design, and the practice of teaching. We will begin with a basic characterization of constructivism identifying what we believe to be the central principles in learning and understanding. Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan
ketrampilan
pemecahan
masalah,
serta
untuk
memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pengajaran berdasarkan masalah telah dikenal sejak zaman John Dewey yang sekarang ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melaksanakan penyelidikan. (Trianto, 2007: 67) Menurut pendapat Jerome Bruner dalam (Agus Suprijono, 2009: 71) pembelajaran berbasis masalah berorientasi pada kecakapan peserta didik memproses informasi. Pemrosesan informasi mengacu pada caracara orang menangani stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, melihat masalah, mengembangkan konsep dan memecahkan masalah dan menggunakan
lambang-lambang
verbal
dan
non
verbal.
Model
pembelajaran berbasis masalah menekankan konsep-konsep dan informasi commit to user yang dijabarkan dari disiplin-disiplin akademik. 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
20
PBL ( problem based learning) mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoretisnya. Fokusnya tidak banyak pada apa yang sedang dikerjakan siswa (perilaku mereka), tetapi pada apa yang siswa pikirkan (kognisi mereka) selama mereka mengerjakannya. Meskipun peran guru dalam pelajaran yang berbasis masalah, kadang-kadang juga melibatkan mempresentasikan dan menjelaskan berbagai hal kepada siswa tetapi guru lebih harus sering memfungsikan diri sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa dapat belajar untuk berfikir dan menyelesaikan masalahnya sendiri. (Sugiyanto, 2009: 152) Pembelajaran berbasis masalah didasarkan pada kajian seorang filsuf pendidikan John Dewey yang menekankan pentingnya pembelajaran melalui pengalaman (belajar dari pengalaman). Pada dasarnya Dewey percaya bahwa anak-anak merupakan para pembelajar aktif secara sosial yang belajar dengan cara mengeksplorasi lingkungan mereka. Sekolah seharusnya memanfaatkan rasa keingintahuan yang alamiah ini dengan membawa dunia luar ke dalam ruang kelas dengan membuatnya tersedia dan dapat diakses untuk keperluan studi.( David A. Jacobsen dkk, 2009: 242) Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menitikberatkan pada permasalahan dunia nyata sebagai suatu stimulus dan berfokus pada aktifitas siswa. c. Ciri-ciri Model Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) Menurut Arends dalam (Trianto, 2007: 68) Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Bukannya mengorganisasikan di sekitar
prinsip-prinsip
atau
keterampilan
akademik
tertentu,
pembelajaran problem based learning mengorganisasikan pengajaran to user yang dua-duanya secara sosial di sekitar pertanyaancommit dan masalah 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21
penting dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata autentik, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu. 2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran, sebagai contoh masalah populasi yang dimunculkan dalam pelajaran di teluk Chesapeake mencakup berbagai subyek akademik dan terapan mata pelajaran seperti biologi, ekonomi, sosiologi, pariwisata, dan pemerintahan. 3) Penyelidikan
autentik.
Pembelajaran
berdasarkan
masalah
mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik umtuk mencari penyelesaian
nyata
terhadap
masalah
nyata.
Mereka
harus
menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, melakukan
eksperimen, membuat
inferensi,
dan merumuskan
kesimpulan. Sudah barang tentu metode penyelidikan yang digunakan bergantung kepada masalah yang sedang dipelajari. 4) Menghasilkan
produk
dan
memamerkannya.
Pembelajaran
berdasarkan masalah menuntut siswa untuk menghasilakan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan. Produk tersebut dapat berupa transkip debat seperti pada pelajaran “Roots and wings”. Produk itu dapat juga berupa laporan, model fisik, video maupun program komputer. Karya nyata dan peragaan seperti yang akan dijelaskan kemudian, direncanakan oleh siswa umtuk mendemonstrasikan kepada teman-temannya yang lain commit to user 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
22
tentang apa yang mereka pelajari dan menyediakan suatu alternatif segar terhadap laporan tradisional. 5) Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerja sama memberikan motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat dalam tugas-tugas kompleks dam memperbanyak peluang umtuk berbagi inkuiri dan dialog
dan
untuk
mengembangkan
keterampilan
sosial
dan
keterampilan berfikir. d. Manfaat Model Problem Based Learning ( Pembelajaran berbasis masalah) Problem Based Learning tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajar yang otonom dan mandiri. Menurut Sudjana dalam (Trianto, 2007: 71) manfaat khusus yang diperoleh dari model Dewey adalah Model pemecahan masalah. Tugas guru adalah membantu para siswa merumuskan tugas-tugas, dan bukan menyajikan tugas-tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari dari buku, tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya. e. Langkah-langkah Model Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) Problem Based Learning terdiri dari 5 langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut dijelaskan berdasarkan langkah-langkah pada tabel I. commit to user 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
23
Tabel I Langkah-langkah Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) Fase Fase-1
Tahap Laku Guru Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
Orientasi siswa pada masalah
mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
Fase-2
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
Mengorganisasi siswa
berhubungan dengan masalah tersebut.
untuk belajar Fase-3
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
Membimbing penyelidikan individual
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
maupun kelompok Fase-4
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Fase-5
laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
Menganalisis dan mengevaluasi proses
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
pemecahan masalah Sumber : Agus Suprijono ( 2009: 74) f. Pelaksanaan Model Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah)
commit to user 1) Tugas-tugas perencanaan 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
24
Model Problem Based Learning membutuhkan banyak perencanaan seperti halnya model-model pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya. a) Penetapan tujuan Model Pembelajaran Berbasis Masalah dirancang untuk mencapai
tujuan-tujuan
seperti
keterampilan
menyelididki,
memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa menjadi pelajar yang mandiri. Dalam pelaksanaannya pembelajaran berbasis masalah bisa saja diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. b) Merancang situasi masalah Beberapa guru dalam PBL lebih suka memberi kesempatan dan keleluasaan kepada siswa untuk memilih masalah yang akan diselidiki, karena cara ini dapat meningkatkan motivasi siswa. Situasi masalah yang baik seharusnya autentik, mengandung tekateki, dan tidak didefinisikan secara ketat, memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa, dan konsisten dengan tujuan kurikulum. c) Organisasi sumber daya dan rencana logistik. Dalam Problem Based Learning siswa dimungkinkan bekerja dengan beragam material dan peralatan, dan di dalam pelaksanaannya bisa dilakukan di dalam kelas, di perpustakaan, atau di laboratorium bahkan dapat pula dilakukan di luar sekolah. Oleh karen itu tugas mengorganisasikan sumber daya dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa, haruslah menjadi tugas perencanaan yang utama bagi guru yang menetapkan pembelajaran berbasis pemecahan masalah. 2) Tugas Interaktif a) Orientasi siswa pada maslah Siswa perlu memahami bahwa tujuan Problem Based commit to user Learning adalah tidak untuk memperoleh informasi baru dalam 24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
jumlah besar, tetapi untuk melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah penting untuk menjadi pelajar yang mandir. b) Mengorganisasikan siswa untuk belajar. Pada
PBL
dibutuhkan
pengembangan
keterampilan
kerjasama di antara siswa dan saling membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan dengan hal tersebut siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan. c) Membantu penyelididkan mandiri dan kelompok Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Guru mendorong pertukaran ide gagasan secara bebas dan penerimaan sepenuhnya gagasangagasan tersebut merupakan hal yang sangat penting dalam tahap penyelidikan dalam rangka pembelajaran berbasis masalah. Puncak proyek-proyek PBL adalah penciptaan dan peragaan artifak seperti laporan, poster, model-model fisik, dan video tape. d) Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah Tugas guru pada tahap akhir PBL adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan keterampilan penyelidikan yang mereka gunakan. 3) Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Manajemen Hal penting yang harus diketahui adalah bahwa guru perlu memiliki seperangkat aturan yang jelas agar supaya pembelajaran dapat berlangsung tertib tanpa gangguan, dapat menangani perilaku siswa yang menyimpang secara tepat dan tepat, juga perlu memiliki panduan mengenai bagaimana mengelola kerja kelompok Salah satu masalah yang cukup rumit bagi guru dalam pengelolaan pembelajaran yang menggunakan model Problem Based Learning adalah bagaimana commit to user 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
26
menangani siswa baik individual maupun kelompok yang dapat menyelesaikan tugas lebih awal maupun yang terlambat. Dalam Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) guru sering menggunakan sejumlah bahan dan peralatan dan hal ini biasanya dapat merepotkan guru dalam pengelolaannya. Oleh karena itu untuk efektifitas kerja guru harus memiliki aturan dan prosedur
yang
jelas
dalam
pengelolaan,
penyimpanan,
dan
pendistribusian bahan. Selain itu yang tidak kalah pentingnya, guru harus menyampaikan aturan, tata krama, dan sopan santun yang jelas untuk mengendalikan tingkah laku siswa ketika mereka melakukan penyelidikan di luar kelas termasuk di dalamnya ketika melakukan penyelidikan di masyarakat. 4) Assesmen dan Evaluasi Model Problem Based Learning fokus terhadap perhatian, pembelajaran tidak pada perolehan pengetahuan deklaratif, oleh karena itu tugas penilaian tidak cukup bila penilaiannya hanya dengan tes tertulis. Teknik penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model Pembelajaran Berbasis Masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan siswa yang merupakan hasil penyelidikan mereka. Tugas assesmen dan evaluasi yang sesuai untuk model PBL terutama terdiri dari menemukan prosedur penilaian alternatif yang akan digunakan untuk mengukur pekerjaan siswa, misalnya dengan assesmen kinerja dan peragaan hasil. Assesmen kinerja dapat berupa assesmen melakukan pengamatan, assesmen merumuskan pertanyaan, assesmen merumuskan sebuah hipotesa dan sebagainya. g. Kelebihan Model Problem Based Learning (PBL) 1) Penerapan model problem based learning semata-mata tidak hanya menyajikan informasi untuk diingat siswa. Model PBL menyajiakn informasi, maka informasi tersebut digunakan dalam pemecahan masalah, sehingga terjadi proses kebermaknaan informasi. commit to user 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
27
2) Penerapan model problem based learning membiasakan siswa untuk berinisiatif, berfikir secara aktif dalam proses belajar mengajar. 3) Siswa dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan dalam memecahkan masalah. 4) Penerapan model problem based learning membiasakan siswa untuk lebih aktif mandiri. h. Kelemahan Model Problem Based Learning (PBL) 1) Waktu yang diperlukan dalam proses belajar mengajar cenderung lebih banyak. 2) Rasa malu, ragu, pasif, tidak percaya diri pada siswa akan mengakibatkan model problem based learning tidak berjalan baik. i. Tinjauan Kualitas Proses Pembelajaran Menurut pendapat Yusuf Yudi Prayudi (2011) Kualitas proses pembelajaran yang baik, paling tidak harus melibatkan 3 aspek, yaitu : aspek psikomotorik, aspek kognitif dan aspek afektif: Aspek Psikomotorik dapat difasilitasi lewat adanya praktikumpraktikum dengan tujuan terbentuknya ketrampilan eksperimental. Aspek kognitif difasilitas lewatberbagai aktifitas penalaran dengan tujuan adalah terbentuknya penguasaan intelektual. Sedangkan aspek afektif dilakukan lewat aktifitas pengenalan dan kepekaan lingkungan dengan tujuan terbentuknya kematangan emosional. Ketiga aspek tersebut bila dapat dijalankan dengan baik akan membentuk kemampuan berfikir kritis dan munculnya kreatifitas. Dua kemampuan inilah yang mendasari skill problem solving yang diharapkan dapat meningkatkan aktifitas siswa yaitu diantaranya aktif bertanya, dapat kerjasama dengan baik, mampu menyelesaikan masalah dengan baik. Untuk menghasilkan sebuah proses pembelajaran yang baik, maka paling tidak harus terdapat 4 tahapan, yaitu : 1) Tahap
berbagi
dan
mengolah
informasi,
kegiatan
dikelas,
laboratorium, perpustakaan adalah termasuk dalam aktifitas untuk to user berbagi dan mengolahcommit informasi. 27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
28
2) Tahap internalisasi, aktifitas dalam bentuk PR, tugas, paper, diskusi, tutorial, adalah bagian dari tahap internalisasi. 3) Mekanisme balikan, kuis, ulangan/ujian serta komentar dan survey adalah bagian dari proses balikan. 4) Evaluasi, aktifitas assesment yang berdasar pada test ataupun tanpa test termasuk assesment diri adalah bagian dari proses evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan secara peer review ataupun dengan survey terbatas.
B. Penelitian yang Relevan 1. Skripsi Ni Made Suci dengan judul “Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar Dan Hasil Belajar Teori Akuntansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi Undiksha” Tahun 2007. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada sub pokok bahasan teori akuntansi mahasiswa jurusan ekonomi Undiksha dapat meningkatkan partisipasi belajar dan hasil belajar. Hal ini terbukti pada nilai rata-rata pre tes sebesar 56 meningkat setelah selesainya pelaksanaan tindakan menjadi rata-rata 82,04. Pada penerapan model pemecahan masalah dengan pendekatan kooperatif dapat meningkatkan aktivitas mahasiswa akuntansi KBM mata kuliah teori akuntansi. 2. Skripsi Fitri Yuni Astiti dengan judul “Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Semester 2 SMP Negeri 5 Semarang Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Datar Tahun Pelajaran 2006/2007” Tahun 2007. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada sub pokok bahasan bangun ruang sisi datar pada siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Semarang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata nilai yang terjadi pada kondisi awal sebesar 55,5, siklus 1 meningkat menjadi 67,8, siklus 2 mengalami peningkatan 83,6. 3. Skripsi Rika Widyastuti dengan judul “Penggunaan Model Problem Based commitKemampuan to user Learning Untuk Meningkatkan Mendiskripsikan Proses 28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
29
Pembentukan Tanah Pada Siswa Kelas 5 SD Negeri Begajah 4 Sukoharjo” Tahun 2010. Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan model problem based learning dapat meningkatkan kemampuan mendiskripsikan proses pembentukan tanah pada siswa kelas 5 SD Negeri Begajah 4 sukoharjo. Hal ini ditunjukkan
dari hasil nilai rata-rata dan nilai tes akhir yang mengalami
peningkatan. Hal ini tampak dari nilai rata-rata hasil tes siklus 1 69,58 dan prosentasi ketuntasan belajar sebesar 71,73%, nilai rata-rata hasiltes siklus II 84,93 dan prosentase ketuntasan belajar sebesar 93,39% dan nilai rata-rata hasil tes akhir 91,41 dan prosentase ketuntasan belajar sebesar 95,65%.
C. Kerangka Berpikir Pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa dan guru dengan berbagai fasilitas dan materi untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Keberhasilan proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran dapat dilihat dari pemahaman yang dimiliki siswa dan motivasi belajar tinggi. Dengan pemahaman dan motivasi belajar yang tinggi, maka siswa akan dapat menguasai pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan mata pelajaran, terutama mata pelajaran IPA. Pembelajaran IPA masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat pada buku, dan juga belum memanfaatkan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran secara maksimal. Pembelajaran pada materi gaya magnet hanya disampaikan dengan ceramah dan guru belum menerapkan model Problem Based Learning, sehingga berakibat pemahaman konsep gaya magnet siswa dan kualitas proses pembelajaran masih rendah. Penggunaan model Problem Based Learning pada pembelajaran IPA diduga dapat meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet dan kualitas proses pembelajaran
daripada
menggunakan
Pembelajaran
Berbasis
Masalah
model
adalah
pembelajaran
suatu
pendekatan
konvensional. pembelajaran
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalahcommit adalahto user pembelajaran yang ciri utamanya 29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
30
pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan autentik, kerjasama dan menghasilkan karya atau hasil peraga. Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) akan meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet dan kualitas proses pembelajaran siswa. Untuk memperjelas kerangka pemikiran tersebut, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran pada Gambar.6. sebagai berikut:
KONDISI AWAL
TINDAKAN
Guru masih menerapakan model pembelajaran yang konvensional.
Rendahnya kualitas proses pembelajaran dan pemahaman konsep gaya magnet siswa
Guru menerapkan model Problem Based Learning (PBL)
Dengan menerapkan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran KONDISI AKHIR Dengan menerapkan model Problem Based Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet.
Gambar 6. Kerangka Berpikir
commit to user 30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
31
D. Perumusan Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut ; “ 1
Penerapan Model problem Based Leraning dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri.
2
Penerapan Model Problem Based Learning dapat meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri.
commit to user 31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 2 Nadi Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri. Memiliki 6 ruang kelas, 1 kantor kepala sekolah dan guru, dengan tenaga kependidikan sejumlah 10 orang yang terdiri dari kepala sekolah, guru, dan penjaga. Alasan yang mendasari penelitian dilaksanakan di SD Negeri 2 Nadi, yaitu: a. Pengajaran dengan model problem based learning belum pernah diteliti di SD Negeri 2 Nadi. b. Berdasarkan hasil pengamatan penelitian di lapangan terdapat permasalahan tentang rendahnya pemahaman konsep gaya magnet dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) c. Penghematan waktu dan biaya, karena lokasi penelitian dekat dengan tempat tinggal peneliti. 2. Waktu Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian ini selama 6 bulan yaitu bulan Februari sampai Juli, yakni pada semester genap tahun ajaran 2010/2011 (lampiran 1).
B. Subjek Penelitian Subjek dari penelitian ini adalah guru dan seluruh siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi sebanyak 22 siswa terdiri dari 11 siswa putra dan 11 siswa putri. Dengan pertimbangan bahwa pemahaman konsep gaya magnet dalam pembelajaran IPA masih rendah.
C. Bentuk dan Strategi Penelitian 1. Bentuk Penelitian Berdasarkan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini lebih commit to userdata yang akan diperoleh berupa menekankan pada masalah proses. Sedangkan 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
33
data yang langsung tercatat dari kegiatan lapangan, maka bentuk pendekatan yang perlu digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif kualitatif dan jenis penelitiannya adalah Penelitian Tindakan Kelas (classroom action research). Suharsimi Arikunto (2001: 2) penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research yang berarti satu action research yang dilakukan di kelas. Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru. Penelitian tindakan kelas berangkat dari permasalahan yang riil yang dihadapi oleh guru dalam proses belajar mengajar. 2. Strategi Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan strategi model siklus. Adapun langkahlangkah pelaksanaan PTK dilakukan melalui 4 tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting) dalam (St Y Slamet, 2007: 65). Secara jelas langkah-langkah tersebut dapat digambarkan pada Gambar 7. Sebagai berikut:
Planning
Reflecting
Acting
Observing
Gambar 7. Model Penelitian Tindakan Kurt Lewin dalam St. Y Slamet & commit dari to user Suwarto
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
34
Rancangan Penelitiannya sebagai berikut: a.
Perencanaan Tindakan Kegiatan ini meliputi: 1) Membuat perencanaan pengajaran. 2) Membuat lembar observasi. 3) Membuat alat evaluasi.
b.
Pelaksanaan Tindakan Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran.
c.
Observasi Tahap ini dilaksanakan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan.
d.
Refleksi Pada tahap ini data-data yang diperoleh melalui pengamatan dikumpulkan dan dianalisis, guna mengetahui seberapa jauh tindakan telah membawa perubahan dan perubahan apa yang terjadi.
D. Sumber Data Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang rendahnya nilai pemahaman konsep gaya magnet dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Data penelitian ini dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi: 1. Informan atau nara sumber, yaitu guru dan siswa SD Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri. 2. Tempat
dan
peristiwa
berlangsungnya
aktivitas
pembelajaran
Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) 3. Dokumen atau arsip yang antara lain berupa kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran, hasil belajar siswa, dan buku penilaian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
35
E. Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi pengamatan/observasi, tes, dan dokumentasi yang masing-masing secara singkat diuraikan berikut ini: 1.
Pengamatan/Observasi Observasi meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Apa yang dikatakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung di dalam artian penelitian observasi dapat dilakukan dengan tes, kuesioner, rekaman, gambar, rekaman suara.(Suharsimi Arikunto, 2006: 157) Observasi yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan ini adalah observasi langsung. Observasi langsung adalah observasi yang dilakukan tanpa perantara (langsung) terhadap objek yang diamati. Observasi langsung ini dilakukan pada guru dan siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri untuk mengetahui pemahaman dan perkembangan siswa dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung sesuai dengan siklus yang ada. Observasi ini bertujuan untuk memantau dan mengamati proses pembelajaran IPA mengenai gaya magnet yang dilakukan guru dan siswa di dalam kelas sejak sebelum melaksanakan tindakan, saat pelaksanaan tindakan sampai akhir tindakan untuk menata langkah-langkah perbaikan agar lebih efektif dan efisien.
2.
Tes Tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah, dan petunjuk yang ditujukan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu (Pupuh&Sobry, 2007: 77). Tes ini diberikan pada awal penelitian untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan siswa dalam pembelajaran gaya magnet. Selain itu, tes ini dilakukan di setiap akhir pertemuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep gaya magnet pada siswa. Dengan kata lain tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui commitkonsep to usergaya magnet pada siswa kelas V tingkat perkembangan pemahaman
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
36
SD Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri tahun pelajaran 2010/2011 yang ditandai dengan nilai tes yang diperoleh siswa sesuai dengan siklus yang ada. 3.
Dokumentasi Dokumen merupakan bahan tertulis ataupun film yang digunakan sebagai sumber data. Dokumen sudah sejak lama digunakan sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. ( St. Y. Slamet, 2007: 52). Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan peneliti untuk memperoleh daftar nilai, daftar hadir siswa, daftar nama siswa kelas V dan arsip-arsip lain yang dimiliki guru kelas V SD Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri.
F. Validitas Data Untuk menjamin dan mengembangkan validitas data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan trianggulasi. Adapun dari trianggulasi yang ada hanya menggunakan 2 teknik yaitu Trianggulasi data dan Trianggulasi metode (St.Y. Slamet, 2007: 54): 1.
Trianggulasi Data Tringgulasi Data (sumber) dengan cara mengumpulkan data sejenis dari sumber berbeda. Dengan teknik ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih tepat sesuai keadaan siswa. Dalam penelitian ini membandingkan hasil pengamatan dengan data isi dokumen yang terkait misal arsip nilai, absen dan lainnya. Pada penelitian ini peneliti mendapatkan data perbandingan nilai mata pelajaran IPA tentang pemahaman konsep gaya magnet dari guru kelas V SD Negeri 2 Nadi. Peneliti juga mendapatkan data nilai dari pre test kelas V SD Negeri 2 Nadi, selain itu juga beberapa informasi dari Kepala sekolah SD Negeri 2 Nadi tentang pemahaman konsep gaya magnet siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi. Dari sumber data yang berbeda-beda ini, data sejenis dapat teruji kemantapan dan kebenarannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
37
2.
Trianggulasi Metode. Jenis trianggulasi metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Yang ditekankan adalah penggunaan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda dan bahkan lebih jelas untuk diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji kemantapan informasinya. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa observasi terhadap kegiatan pembelajaran guru dan partisipasi siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi kemudian diuji dengan pengumpulan data sejenis dengan menggunakan teknik dokumentasi pada pelaku kegiatan pembelajaran gaya magnet di kelas V SD Negeri 2 Nadi. Dari beberapa data yang diperoleh melalui
teknik
pengumpulan
data
yang
berbeda
tersebut
hasilnya
dibandingkan dan dapat ditarik kesimpulan agar diperoleh data yang lebih kuat validitasnya.
G. Teknik Analisis Data Analisis data adalah cara mngolah data yang sudah diperoleh dari dokumen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif (Miles dan Huberman, 2007: 20). Model analisis interaktif ini mempunyai tiga komponen pokok yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis data-data yang berhasil dikumpulkan. 1.
Reduksi data Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi. Reduksi adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga commit to ditarik user kesimpulan/diverifikasi. kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
38
2.
Penyajian data Setelah data direduksi langkah selanjutnya yaitu diadakan penyajian data. Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian data, maka akan dimengerti apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pengertian tersebut. Dalam pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. Untuk menampilkan data-data tersebut agar lebih menarik maka diperlukan penyajian yang menarik pula. Dalam penyajian ini dapat dilakukan melalui berbagai macam cara visual misalnya gambar, grafik, chart network, diagram, matrik dan sebagainya.
3.
Penarikan kesimpulan Data-data dari hasil penelitian setelah direduksi disajikan langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil dari data-data yang telah didapatkan dari laporan penelitian selanjutnya digabungkan dan disimpulkan serta diuji kebenarannya. Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi yang utuh sehingga kesimpulankesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya hasil dari laporan penelitian. Kesimpulan adalah tinjauan ulang pada catatan di lapangan, kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna-makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yaitu yang merupakan validitasnya.
H. Indikator Keberhasilan Penelitian dikatakan berhasil dan ada peningkatan apabila jumlah siswa yang memperoleh nilai sesuai dengan KKM (≥ 65) di kelas pada siklus I mencapai 65% (kurang lebih 15 siswa, kemudian pada siklus II mencapai 80% (kurang lebih commit to user 19 siswa).
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
39
I. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus yang masingmasing siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Pelaksanaan dilakukan dengan mengadakan pembelajaran yang dalam satu siklus ada dua kali tatap muka yang masing-masing 2x35 menit. Tiap Siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah didesain. Untuk mengetahui pemahaman konsep gaya magnet pada pelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi Bulukerto Wonogiri diadakan obsrvasi terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Berdasarkan hasil temuan di kelas, maka peneliti berusaha meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet pada pelajaran IPA siswa V dengan menerapkan Model Problem Based Learning dan menghubungkan dengan konsep lain yang telah dikuasai siswa. Adapun prosedur Penelitian Tindakan kelas ini secara rinci diuraikan sebagai berikut: 1.
Siklus I a. Tahap Perencanaan Tindakan Perencanaan dilakukan secara partisipatif secara aktif berdasarkan identifikasi pada tahap sebelumnya. Tahap ini bersifat diagnostik untuk menghasilkan formulasi tindakan yang akan dilakukan pada tahap selanjutnya untuk memecahkan masalah atau melakukan perbaikan. Formulasi rencana tindakan ini mencakup pihak yang dilibatkan, strategi dan sarana yang digunakan. Pada tahap ini juga disusun rencana observasi terhadap perubahan yang akan dilakukan serta teknik dan instrument yang digunakan. Adapun langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah: 1) Menentukan pokok bahasan materi gaya magnet kelas V 2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model Problem Based Learning. 3) Mengembangkan skenario pembelajaran. commitpada to user 4) Menginformasikan masalah siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
40
5) Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi percobaan tentang materi gaya magnet. 6) Menyiapkan sumber belajar seperti buku, lingkungan sekitar siswa. 7) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran. 8) Menyiapkan lembar penilaian. 9) Menyiapkan lembar observasi. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan. Pada tahap ini dilakukan implementasi tindakan yang telah direncanakan pada tahap perencanaan. Tahap ini bersifat terapiks yaitu upaya perbaikan melalui implementasi tindakan yang telah ditetapkan pada tahap sebelumnya. Dalam penelitian tindakan sering terjadi belokanbelokan kecil dari rencana yang telah disusun, karena itu peneliti akan selalu mencatat perubahan-perubahan kecil tersebut dan alasan perubahan itu terjadi. Rincian dalam tahap ini meliputi: 1) Guru menerapkan model problem based learning (PBL) dalam pembelajaran IPA materi pokok gaya magnet sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yaitu dengan membagi siswa secara kelompok terlebih dahulu, lalu mengorientasikan masalah kepada siswa mengenai materi gaya magnet dan menyajikan lembar kerja siswa
yang
kemudian
meminta
masing-masing
kelompok
mendiskusikan permasalahan tersebut. 2) Siswa bersama kelompoknya membagi tugas pada masing-masing anggota, kemudian siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas dan kelompok lain menanggapi. c. Tahap Observasi Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran IPA mengenai kegiatan guru dan siswa dengan menerapkan Problem Based Learning. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti yang meliputi beberapa aspek dan indikator. 1) Aspek keberhasilan guru yang ingin dinilai antara lain: commit userpembelajaran yang kondusif (a) Mengkondisikan siswa ketoarah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
41
(b) Memberikan motivasi (c) Melakukan apersepsi (d) Menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami. (e) Memberi kesempatan untuk bertanya. (f) Mengarahkan siswa untuk bekerjasama dengan kelompok. (g) Membimbing siswa dalam kegiatan kelompok. (h) Memberikan tes akhir (i) Mengevaluasi hasil siswa dalam diskusi kelompok. (j) Memberikan balikan pada siswa. 2) Aspek keberhasilan siswa yang ingin dicapai antara lain: (a) Aktif memperhatikan penjelasan guru. (b) Kemauan untuk menerima pelajaran. (c) Aktif mengerjakan tugas. (d) Aktif memanfaatkan media yang digunakan. (e) Kesungguhan siswa
mengerjakan
tugas
individu maupun
kelompok. (f) Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat. (g) Kemauan berdiskusi dengan teman kelompok. (h) Keaktifan untuk membuat kesimpulan pelajaran. (i) Keaktifan dalam proses pembelajaran. (j) Kesungguhan mengerjakan tes. d. Tahap refleksi. Refleksi dilakukan setelah mengadakan pengamatan. Pada pembelajaran siklus I tentang gaya magnet didapatkan kendala yaitu siswa belum memahami materi dan siswa mendapatkan nilai yang belum sesuai dengan harapan atau tindakan yang dilakukan belum tercapai secara optimal, maka perlu adanya perbaikan pada siklus II. 2.
Siklus II a. Tahap Perencanaan Tindakan 1) Identifikasi masalah pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan commit to user masalah.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
42
2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model Problem Based Learning. 3) Mengembangkan skenario pembelajaran. 4) Menginformasikan masalah kepada siswa. 5) Menyusun Lembar Kerja Informasi (LKS) yang berisi percobaan tentang gaya magnet. 6) Menyiapkan sumber belajar seperti buku, lingkungan sekitar siswa. 7) Mengembangkan format evaluasi pembelajaran. 8) Menyiapkan soal tes setelah dilaksanakan pembelajaran. 9) Menyiapkan lembar penilaian. 10) Menyiapkan lembar observasi. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan 1) Memperbaiki tindakan sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disempurnakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. 2) Guru mengadakan percobaan yang bervariasi dengan menerapkan model Problem Based Learning. 3) Siswa belajar dalam situasi pembelajaran mengenai magnet dengan langkah-langkah pada siklus I dengan menerapkan model Problem Based Learning. 4) Memantau perkembangan pemahaman siswa dalam konsep gaya magnet. 5) Guru memberikan soal tes kepada siswa. c. Tahap Observasi Tahap observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran IPA mengenai kegiatan guru dan siswa dengan menerapkan model Problem Based Learning. Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti yang meliputi beberapa aspek indikator. 1) Aspek keberhasilan guru yang ingin dinilai antara lain: (a) Mengkondisikan siswa ke arah pembelajaran yang kondusif. commit to user (b) Memberikan motivasi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
43
(c) Melakukan apersepsi. (d) Menyampaikan materi dengan jelas dan mudah dipahami. (e) Memberi kesempatan untuk bertanya. (f) Mengarahkan siswa untuk bekerjasama dengan kelompok. (g) Membimbing siswa dalam kegiatan kelompok. (h) Memberikan tes akhir. (i) Mengevaluasi hasil siswa dalam diskusi kelompok. (j) Memberikan balikan kepada siswa. 2) Aspek keberhasilan siswa yang ingin dicapai antara lain: (a) Aktif memperhatikan penjelasan guru. (b) Kemauan untuk menerima pelajaran. (c) Aktif mengerjakan tugas. (d) Aktif memanfaatkan media yang digunakan. (e) Kesungguhan siswa
mengerjakan
tugas
individu maupun
kelompok. (f) Hasrat untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat. (g) Kemauan berdiskusi dengan teman kelompok. (h) Keaktifan untuk membuat kesimpulan pelajaran. (i) Keaktifan dalam proses pembelajaran. (j) Kesungguhan mengerjakan tes. d. Tahap Refleksi Hasil analisis data dari siklus II ini digunakan sebagai acuan untuk menentukan tingkat ketercapaian tujuan yang dilakukan guru dalam meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet melalui penerapan model Problem Based Learning pada siswa kelas V. Pada siklus II sudah diperoleh hasil yang optimal sehingga siklus dihentikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Lokasi Penelitian SD Negeri 2 Nadi yang dipergunakan sebagai tempat penelitian terletak di desa Nadi, Kecamatan Bulukerto, kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah. Sekolah Dasar Negeri 2 Nadi dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah yang membawahi 6 guru kelas, 1 guru mata pelajaran Agama Islam, 1 guru olahraga, dan 1 penjaga sekolah. SD Negeri 2 Nadi mempunyai siswa sebanyak 120 orang, yang terdiri dari kelas 1 sebanyak 30 siswa, kelas II sebanyak 15 siswa, kelas III sebanyak 20 siswa, kelas IV sebanyak 22 siswa, kelas V sebanyak 22 siswa, dan kelas VI sebanyak 21 siswa. Fasilitas yang ada di sekolah ini kurang memadai. Berbagai jenis alat peraga untuk berbagai mata pelajaran yang tersedia kurang lengkap. Alat peraga yang telah ada tersebut tidak terawat dengan baik walaupun ada juga alat peraga yang tersedia di dalam kelas. Alat peraga tersebut tidak dimanfaatkan oleh guru dengan baik dalam proses pembelajaran. Selain itu, di sekolah ini tidak ada tempat khusus untuk menyimpan alat peraga yang telah ada tersebut, sehingga alat peraga banyak yang rusak. Siswa kelas V di SD Negeri 2 Nadi ini mempunyai karakter yang tidak jauh beda dengan kelas lain dalam pembelajaran IPA. Kebanyakn siswa menganggap pelajaran IPA tentang gaya magnet sebagai suatu mata pelajaran yang sulit, sehingga pemahaman konsep gaya magnet pada IPA belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditentukan sekolah pada awal semester. Partisipasi siswa dalam pembelajaran IPA tentang gaya magnet juga kurang optimal. Siswa masih banyak tergantung pada guru dalam memecahkan masalah tenntang gaya magnet dalam IPA. Hal itu menyebabkan rendahnya pemahaman commit to user konsep gaya magnet pada IPA kelas V. Untuk mengantisipasi hal tersebut peneliti 44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45
mengadakan penelitian di kelas V dengan menggunakan pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet pada IPA yaitu dengan penerapan model problem based learning. Dengan penelitian ini diharapkan siswa Sekolah Dasar Negeri 2 Nadi lebih tertarik dan termotivasi untuk belajar IPA tentang gaya magnet, sehingga pemahaman konsep gaya magnet IPA siswa dapat meningkat. 2. Deskripsi Permasalahan Penelitian a. Deskripsi Data Awal SD Negeri 2 Nadi yang dipergunakan sebagai tempat penelitian terletak di desa Nadi, kecamatan Bulukerto, kabupaten Wonogiri, propinsi Jawa Tengah. Sebelum melaksanakan tindakan penelitian, peneliti terlebih dahulu melaksanakan observasi dan tes awal di kelas V SD Negeri 2 Nadi untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di tempat penelitian. Berdasarkan hasil observasi sebelum melakukan tindakan, masih terdapat permasalahan yang ditemui pada diri siswa, antara lain: 1) Pada saat pembelajaran berlangsung a) Siswa masih ragu-ragu untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. b) Tidak berani tampil di depan kelas. c) Kurang antusias saat merespon tindakan guru. d) Menunjukkan sikap jenuh saat pembelajaran yang ditunjukkan dengan siswa mengobrol sendiri, bermain alat tulis, dan mengantuk. 2) Rendahnya pemahaman konsep gaya magnet siswa yang ditunjukkan dari nilai tes awal terdapat pada yaitu dari 22 siswa hanya 8 atau 36,36% siswa yang mendapat nilai di atas KKM, sedangkan yang lainnya berada di bawah batas KKM. Agar lebih jelas, hasil tes awal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Data di atas dapat disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk memudahkan pengamatan. Tabel distribusi frekuensi dari tabel nilai IPA tentang commit to user gaya magnet dapat dilihat pada tabel 3 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
46
Tabel 3. Daftar Distribusi Frekuensi Nilai IPA materi gaya magnet siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi pada kondisi awal
NO
Interval Nilai
Frekuensi
Presentasi (%)
Keterangan
1
35-44
3
13,64
Di bawah KKM
2
45-54
3
13,64
Di bawah KKM
3
55-64
8
36,36
Di bawah KKM
4
65-74
2
9,1
Di atas KKM
5
75-84
5
22,73
Di atas KKM
6
85-94
1
4,55
Di atas KKM
7
95-104
0
0
-
22
100
-
Jumlah
Ketidaktuntasan= (14:22)x 100%= 63,63% Ketuntasan Klasikal= (8:22)x 100%= 36,36%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai IPA materi gaya magnet (lampiran 6) yang dicapai siswa pada kondisi awal atau sebelum tindakan masih rendah yaitu 61 yaitu masih di bawah KKM. Dari 22 siswa, yang memperoleh nilai 35-44 ada 3 siswa, yang memperoleh nilai 45-54 ada 3 siswa, dan yang memperoleh nilai 55-64 ada 8 siswa. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai 65-74 ada 2 siswa, yang memperoleh 75-84 ada 5 siswa, yang memperoleh 85-94 ada 1 siswa, dan siswa yang memperoleh nilai 95-104 ada 0 siswa. Dari data di atas dapat dilihat siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 14 siswa atau 63,63% sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM hanya ada 8 siswa atau 36,36%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketuntasan nilai IPA materi gaya magnet siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi pada kondisi awal sebanyak 36,36%. Hasil tersebut dapat disajikan pada gambar 8 dalam grafik sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
47 9 8 F r e k u e n s i
7 6 5 4
8
3 5 2 3
3
1
2 1
0
34,5 34,5
44,5
54,5
64,5
74,5
84,5
94,5
Interval Nilai Siswa Gambar 8. Grafik Nilai IPA materi Gaya Magnet Kelas V SD Negeri 2 Nadi pada Kondisi Awal
Dari hasil tes awal pada tabel di atas dapat disimpulkan sementara bahwa pemahaman konsep gaya magnet oleh siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi masih kurang. Adanya beberapa indikator yang masih memiliki porsi jawaban yang kurang dari yang diharapkan memberikan indikasi bahwa siswa masih belum begitu paham pada beberapa indikator belajar materi gaya magnet.
b. Deskripsi Tindakan Deskripsi data tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari deskripsi tindakan siklus I dan deskripsi tindakan siklus II. 1) Tindakan Siklus I Tindakan siklus I dilaksanakan tanggal 25 April 2011, dan tanggal 29 April 2011. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang terdiri dari siklus-siklus, tiap siklus terdiri dari 4 tahapan. Adapun tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
48
a) Tahap Perencanaan Tindakan Kegiatan perencanaan tindakan pertama dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 23 April 2011 di ruang guru SD Negeri 2 Nadi. Peneliti, guru kelas V, dan kepala sekolah mendiskusikan rancangan tindakan yang akan dilakukan dalam proses penelitian ini. Kemudian disepakati bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan (dengan alokasi waktu 2x35 menit) yaitu pertemuan pertama pada hari senin tanggal 25 April 2011, dan pertemuan kedua tanggal 29 April 2011. Dengan
berpedoman
berdasar
Kurikulum
Tingkat
Satuan
Pendidikan SD 2006 kelas V, peneliti melakukan langkah-langkah perencanaan pembelajaran materi gaya magnet dengan menggunakan model problem based learning sebagai berikut: (1) Mempelajari Silabus IPA SD kelas V semester 2 tentang materi gaya magnet dan menentukan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang sesuai. Adapun hasilnya sebagai berikut: Standar Kompetensi 5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi serta fungsinya. Kompetensi Dasar 5.1 Mendiskripsikan hubungan antara gaya, gerak, dan energi melalui percobaan ( gaya grafitasi, gaya gesek, gaya magnet ) (2) Menentukan indikator yang paling tepat yaitu: 5.1.1 Mengelompokkan benda yang bersifat magnetis dan tidak magnetis. 5.1.2 Mendiskripsikan kekuatan gaya magnet. 5.1.3 Mendiskripsikan cara membuat magnet. 5.1.4 Menuliskan benda yang bersifat magnetis dan tidak magnetis 5.1.5 Menuliskan kekuatan gaya magnet. 5.1.6 Menuliskan cara membuat magnet. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
49
(3) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang telah ditentukan. RPP dibuat untuk 2 pertemuan. (4) Menyiapkan media dan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian sesuai dengan model problem based learning. (5) Menyiapkan materi, sumber belajar dan lembar evaluasi untuk siswa. (6) Membagi 22 siswa menjadi 5 kelompok yang masing-masing beranggotakan 5 siswa dan 2 kelompok beranggotakan 6 siswa. Pembagian kelompok ini dilaksanakan secara heterogen dengan mempertimbangkan jenis kelamin dan prestasi siswa sehingga antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain saling berimbang. (7) Menyiapkan lembar observer. b) Tahap Tindakan Tahap tindakan ini terdiri dari 2 kali pertemuan. Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Peneliti
menggunakan
model
problem
based
learning
dalam
pembelajaran IPA materi gaya magnet. (1) Pertemuan pertama Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 25 April 2011 selama 2 jam pelajaran (2x35 menit). Pada pertemuan ini materi yang akan diajarkan adalah benda yang bersifat magnetis dan non magnetis serta kekuatan gaya magnet. Guru kelas V Ibu Sri Parmanti, S.Pd bertindak sebagai guru dan peneliti bertindak sebagai observer. Guru mengawali pembelajaran dengan memberi salam dan mengabsen siswa. Untuk memusatkan perhatian siswa, memotivasi dan mengarahkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran, guru menanyakan
kepada
siswa,
“Apakah
di
rumah
anak-anak
mempunyai kulkas? Apakah pernah membuka dan menutup kulkas tersebut? Bagaimana tutup kulkas saat dibuka dan ditutup,terasa commit to user menghubungkan tentang kulkas ringan apa berat?”. Guru kemudian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
50
tersebut dengan materi yang akan dipelajari. Setelah itu, guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingi dicapai. Kegiatan inti guru menjelaskan secara singkat tentang materi. Guru membentuk siswa menjadi 5 kelompok, setiap kelompok terdapat ketua dan sekretarisnya. Setiap kelompok diberi sebuah permasalahan tentang benda bersifat magnetis non magnetis dan kekuatan gaya magnet dengan melakukan percobaan. Setiap kelompok terdapat alat dan bahan untuk melakukan percobaan. Percobaan yang pertama adalah tentang benda yang bersifat magnetis dan non magnetis. Alat dan bahan yang dipersiapkan diantaranya magnet, peniti, paku payung, karet penghapus, pensil, uang logam potongan kain, potongan kertas, cermin. Dari bahanbahan tersebut siswa diminta untuk melakukan percobaan tentang benda yang bersifat magnetis dan non magnetis. Setiap kelompok mencoba dengan magnet benda mana yang dapat ditarik magnet dan mana yang tidak dapat ditarik magnet. Guru membimbing tiap-tiap kelompok dalam melakukan percobaan.Dari hasil percobaan tersebut hasilnya dimasukkan di lembar yang telah dipersiapkan guru dan disertai dengan kesimpulannya. Pembelajaran selanjutnya siswa melakukan percobaan yang kedua yaitu tentang kekuatan gaya magnet. Guru membagikan lembar kerja kepada masing-masing kelompok. Guru meminta pada kelompok untuk mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk percobaan. Alat dan bahannya diantaranya magnet, serbuk besi, buku tulis, kertas hvs, kertas karton, kardus, triplek, kaca. Untuk mengetahui kekuatan gaya magnet siswa diminta untuk meletakkan serbuk besi di atas buku, kerts hvs, kertas karton, kardus, triplek, kaca secara bergantian. Kemudian magnet diletakkan di bawah bahan-bahan tersebut, siswa mengamati bagaimana serbuk besi setelah magnet digeser-geser?. Guru membimbing siswa dalam commit to user melakukan percobaan Setiap kelompok hasil percobaan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
51
dibuat kesimpulannya di lembar kerja yang telah dibagikan oleh guru. Pada masing-masing kelompok melaporkan hasil kerjanya di depan kelas, dan kelompok yang lain menanggapi. Guru memberikan pujian kepada kelompok yang berhasil melaksanakan kegiatan percobaan dengan baik dan benar. Agar lebih jelas, guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil kerja yang telah mereka lakukan. Kemudian guru memberi kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas. Kegiatan akhir, guru bersama siswa melakukan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari. Dari kegiatan tanya jawab diketahui beberapa siswa dapat mengajukan pendapat atau ide mereka sendiri mengenai materi yang telah dipelajari. Siswa dibimbing
menyimpulkan
dan
merangkum
hasil
kegiatan
pembelajaran di buku catatan dengan bahasanya sendiri. Setelah itu, guru membagikan lembar soal kepada siswa untuk dikerjakan secara individu. Sebagai tindak lanjut guru memberikan pesan-pesan agar siswa rajin belajar. (2) Pertemuan kedua Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 29 April 2011 selama 2 jam pelajaran (2x35 menit). Guru mengawali pembelajaran dengan memberi salamdan mengabsen
siswa.
Guru
memberikan
apersepsi
dengan
menghubungkan materi sebelumnya dengan materi yang akan diajarkan sekarang yaitu menanyakan tentang benda apa saja yang dapat ditaik oleh magnet?Siswa menjawab dengan berbagai macam jawaban dari siswa. Guru mempersiapkan media dan menyampaikan indikator serta kompetensi yang diharapkan. Kegiatan inti guru mengajak siswa melakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh jarak benda terhadap kekuatan gaya commit magnet, kutub senama dan to takuser senama, dan cara membuat magnet.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
52
Siswa dibentuk menjadi 5 kelompok seperti pertemuan sebelumnya. Guru memberikan lembar kerja siswa kepada masing-masing kelompok. Siswa diminta untuk mempersiapkan alat dan bahan pada percobaan pertama diantaranya magnet, peniti, penggaris, karton putih, pensil. Tiap kelompok menggambar garis lurus untuk diberi ukuran yaitu 2cm, 4cm, 6cm, 8 cm, 10cm, 12 cm. Setelah itu siswa mulai melakukan percobaan yaitu meletakkan peniti pada jarak 2cm terlebih dahulu.Apakah pada jarak 2cm dapat ditarik magnet?. Percobaan itu dilakukan sampai jarak 12 cm. Guru membimbing dalam melakukan percobaan. Tiap kelompok mengamati dan menyimpulkan hasil kerja pada lembar kerja yang diberikan oleh guru. Pada percobaan kedua yaitu tentang kutub senama dan tidak senama. Siswa diminta mempersiapkan alat dan bahan yaitu 2 batang magnet. Guru memberikan lembar kerja siswa kepada masing-masing kelompok. Siswa pertama kali mendekatkan kutub utara dengan kutub utara, apa yang akan terjadi?. Kemudian siswa diminta mendekatkan kutub selatan dengan kutub selatan, apa yang akan terjadi?. Dan yang terakhir siswa diminta mendekatkan kutub utara dengan kutub selatan, apa yang akan terjadi?. Guru membimbing dalam melakukan percobaan tersebut. Masing-masing kelompok
diminta
untuk
mengamati
dan
menuliskan
hasil
pengamatannya dalam lembar kerja. Pembelajaran selanjutnya melakukan percobaan yang terakhir yaitu tentang cara membuat magnet. Siswa diminta membuat magnet dengan 3 cara yaitu induksi, menggosok, dan dialiri listrik. Dari ketiga cara tersebut cara manakah yang paling mudah?. Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan. Siswa diminta menuliskan pengamatannya di lembar kerja siswa yang telah disediakan guru. Selanjutnya guru bertanya jawab dengan commit tocara usermembuat magnet. siswa tentang macam-macam
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
53
Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusinya. Dengan dibimbing oleh guru perwakilan siswa membacakan hasil diskusinya. Pada setiap kelompok yang hasil diskusinya paling baik mendapatkan hadiah dari guru. Kemudian guru memberi kesempatan pada siswa untuk menyakan hal-hal yang belum jelas. Kegiatan
akhir
guru
dan
siswa
bersama-sama
menyimpulkan dan merangkum hasil kegiatan pembelajaran di buku catatan dengan bahasanya sendiri. Setelah itu guru membagikan lembar soal kepada siswa untuk dikerjakan secara individu. Sebagai tindak lanjut guru memberi pesan-pesan agar siswa rajin belajar. c) Observasi Pada tahap ini peneliti mengadakan terhadap proses pembelajaran. Observasi dilaksanakan untuk mengetahui kegiatan siswa dalam pembelajaran dengan tujuan meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet siswa. Observasi juga diperlukan untuk mendapatkan data mengenai kinerja peneliti pada saat penelitian. Peneliti (observer) mengamati kesesuaian pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan dengan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Adapun hasil pengamatan terhadap kinerja guru pada pertemuan I adalah sebagai berikut: (1) Persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran masih kurang. (2) Kemampuan memberikan apersepsi sudah baik. (3) Keterampilan guru mengajukan pertanyaan masih kurang. (4) Kemampuan guru menyampaikan materi sudah baik. (5) Kemampuan guru mengelola kelas sudah baik. (6) Kemampuan mengelola waktu pelajaran sudah baik. (7) Respon siswa terhadap pelajaran masih kurang. (8) Perhatian guru terhadap siswa dalam kategori baik. (9) Pengembangan aplikasi guru sudah baik. (10) Kemampuan dalam menutup pelajaran sudah baik. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
54
Adapun hasil pengamatan terhadap kinerja guru pada pertemuan II adalah sebagai berikut: (1) Persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran sudah baik. (2) Kemampuan memberikan apersepsi masih kurang. (3) Keterampilan guru mengajukan pertanyaan sudah baik. (4) Kemampuan guru menyampaikan materi sudah baik. (5) Kemampuan guru mengelola kelas sudah baik. (6) Kemampuan mengelola waktu pelajaran masih kurang. (7) Respon siswa terhadap pelajaran sudah baik. (8) Perhatian guru terhadap siswa sudah baik. (9) Pengembangan aplikasi sudah baik. (10) Kemampuan menutup pelajaran dalam kategori baik. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa rata-rata penilaian observasi kinerja guru pada pertemuan I dan pertemuan II dalam siklus I mencapai kategori baik. Hasil pengamatan proses pembelajaran siswa pada pertemuan I adalah sebagai berikut: (1) Kedisiplinan siswa dalam kategori kurang. (2) Kesiapan siswa menerima pelajaram masih sangat kurang. (3) Keaktifan siswa masing kurang. (4) Kemauan siswa berdiskusi kelompok masih kurang, siswa masinh sering ramai sendiri. (5) Kemampuan siswa dalam melakukan diskusi masih kurang (6) Keadaan siswa dengan lingkungan belajar dalam kategori baik. (7) Respon siswa dalam pembelajaran dalam kategori baik. (8) Kemampuan siswa dalam mengembangkan krestivitas dan inisiatif masih kurang. (9) Kemampuan siswa mengerjakan soal evaluasi dalam kategori kurang. (10) Keaktifan siswa saat pada akhir pelajaran masih sangat kurang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
55
Hasil pengamatan proses pembelajaran siswa pada pertemuan II adalah sebagai berikut: (1) Kesiapan siswa menerima pelajaran dalam kategori kurang. (2) Kedisiplinan siswa dalam kategori baik. (3) Keaktifan siswa dalam kategori kurang. (4) Kemauan siswa berdiskusi dalam kategori baik. (5) Kemampuan siswa melakukan diskusi dalam kategori kurang. (6) Keadaan siswa dengan lingkungan belajar dalam kategori baik. (7) Respon siswa dalam pembelajaran sudah cukup baik. (8) Kemampuan siswa mengembangkan kreativitas dan inisiatif sudah baik. (9) Kemampuan siswa mengerjakan soal evaluasi sudah baik. (10) Keaktivan siswa pada akhir pelajaran masih kurang. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa rata-rata penilaian observasi kegiatan pembelajaran siswa pada pertemuan I dan pertemuan II dalam siklus I mencapai kategori kurang. d) Refleksi Berdasarkan data-data yang diperoleh dari kolaborasi dengan guru kelas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pemahaman konsep gaya magnet dan keaktifan siswa masih rendah. Guru harus memotivasi terlebih dahulu baru siswa berani menjawab pertanyaan guru atau maju mengerjakan soal di depan kelas. Keaktifan dan kekompakan siswa dalam kerjasama kelompok juga belum maksimal karena siswa malumalu dan tidak terbiasa dengan kelompok yang heterogen dalam jenis kelamin. Berdasarkan permasalahn yang telah dipaparkan di atas maka peneliti mencari solusi dengan memberikan arahan yang lebih jelas pada siswa. Selain itu peneliti juga mencoba untuk membiasakan siswa kerjasama dengan lawan jenis sehingga siswa tidak malu-malu dan bisa kompak. Berkaitan dengan hal tersebut maka peneliti mengadakan commit to user tindakan untuk siklus berikutnya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
56
Adapun daftar distribusi frekuensi yang diperoleh pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini:
Tabel 4. Daftar Distribusi Frekuensi Nilai IPA materi gaya magnet siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi pada Siklus I
NO Interval Nilai
Frekuensi
Presentasi (%)
Keterangan
1
35-44
1
4,54
Di bawah KKM
2
45-54
4
18,18
Di bawah KKM
3
55-64
3
13,63
Di bawah KKM
4
65-74
8
36,36
Di atas KKM
5
75-84
4
18,18
Di atas KKM
6
85-94
2
9,09
Di atas KKM
7
95-104
0
0
-
22
100
-
Jumlah
Ketidaktuntasan= (8:22)x 100%= 36,36% Ketuntasan Klasikal= (14:22)x 100%= 63,63%
Dari data di atas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai IPA materi gaya magnet (lampiran 7) yang dicapai siswa pada siklus I yaitu 66,25 yaitu sudah di atas KKM. Dari 22 siswa, yang memperoleh nilai 35-44 ada 1 siswa, yang memperoleh nilai 45-54 ada 4 siswa, dan yang memperoleh nilai 55-64 ada 3 siswa. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai 65-74 ada 8 siswa, yang memperoleh 75-84 ada 4 siswa, yang memperoleh 85-94 ada 2 siswa, dan siswa yang memperoleh nilai 95-104 ada 0 siswa. Dari data di atas dapat dilihat siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 8 siswa atau 36,36% sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 14 siswa atau 63,63%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketuntasan nilai IPA materi gaya magnet siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi pada siklus I sebanyak 63,63%. Hasil tersebut commit to user dapat disajikan pada gambar 9 dalam grafik sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
57
9 8 F r e k u e n s i
7 6 5 4
8
3 2
4
4 3
1
2 1
0
34,5
44,5
54,5
64,5
74,5
84,5
Interval Nilai Siswa
Gambar 9. Grafik Nilai Pemahaman Konsep Gaya Magnet Siswa Kelas V SD Negeri II Nadi Siklus I
Dengan demikian dapat diketahui bahwa ketuntasan pemahaman konsep materi gaya magnet siswa memperoleh di atas KKM yaitu ratarata 66,25. Hasil nilai tersebut belum memenuhi target yaitu sebesar 80% sehingga pembelajaran akan dilanjutkan untuk siklus ke II. 2) Tindakan Siklus II Tindakan Siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan yaitu pada tanggal 3 Mei 2011 dan tanggal 6 Mei 2011. Alokasi waktu pada masing-masing pertemuan 2x 35 menit. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus II adalah sebagai berikut: a) Tahap Perencanaan Tindakan Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada siklus I diketahui bahwa pembelajaran melauli model problem based commit to user learning yang dilaksanakan pada siklus I belum menunjukkan adanya
94,5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
58
peningkatan pemahaman konsep gaya magnet yang cukup signifikan. Hal tersebut ditunjukkan pada beberapa siswa yang belum tuntas atau nilainya masih dibawa KKM. Perencanaan pada siklus kedua ini adalah dengan melakukan identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah sebagai berikut: (1) Guru menyampaikan materi dan informasi pembelajaran dengan lebih jelas dan memberikan arahan kembali kepada siswa tentang pemecahan masalah dalam kelompok dengan model problem based learning. (2) Memberikan pengertian kepada siswa tentang kerja kelompok dengan lawan jenis sehingga siswa lebih kompak dalam kelompok. (3) Memberikan
motivasi
kepada
siswa
misalnya
memberikan
penghargaan baik verbal maupun non verbal. (4) Guru memperbaiki pengelolaan kelas dengan membuat pembelajaran yang menarik siswa. Dengan berpedoman pada Kurikulum Satuan Pendidikan SD 2006 kelas IV dan mempertimbangkan hasil siklus I, guru dan peneliti menyusun langkah-langkah perencanaan pembelajaran sebagai berikut: (1) Mempelajari Silabus IPA SD kelas V semester 2 tentang materi gaya magnet dan menentukan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang sesuai. Adapun hasilnya sebagai berikut: Standar Kompetensi 5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi serta fungsinya. Kompetensi Dasar 5.1 Mendiskripsikan hubungan antara gaya, gerak, dan energi melalui percobaan ( gaya grafitasi, gaya gesek, gaya magnet ) (2) Menentukan indikator yang paling tepat yaitu: 5.1.1 Mengelompokkan benda yang bersifat magnetis dan tidak magnetis. commit to user 5.1.2 Mendiskripsikan kekuatan gaya magnet.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
59
5.1.3 Mendiskripsikan cara membuat magnet. 5.1.4 Menuliskan benda yang bersifat magnetis dan tidak magnetis 5.1.5 Menuliskan kekuatan gaya magnet. 5.1.6 Menuliskan cara membuat magnet. (3) Menyususn Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang telah ditentukan. RPP yang dibuat untuk 2 kali pertemuan. (4) Menyiapkan media dan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan penelitian. (5) Menyiapkan materi, sumber belajar dan lembar evaluasi untuk siswa. (6) Membagi 22 siswa menjadi 5 kelompok yang masing-masing beranggotakan 4 siswa. Pembagian kelompok ini masih sama dengan siklus I, tidak ada kendala yang berarti dalam anggota kelompok. (7) Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa untuk observer. b) Tahap Tindakan Tahap tindakan ini terdiri dari 2 kali pertemuan. Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Peneliti menggunakan model problem based learning (1) Pertemuan pertama Pada pertemuan ini, konsep IPA yang diajarkan adalah tentang benda yang bersifat magnetis dan non magnetis dan kekuatan gaya magnet. Guru mengawali pembelajaran dengan memberi salam dan mengabsen siswa. Untuk memusatkan perhatian siswa, memotivasi, dan mengarahkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran, guru menanyakan kepada siswa apakah anak-anak pernah membuka dan menutup kulkas?Apa yang kalian rasakan saat membuka dan menutup kulkas?Terasa berat atau ringan pintu saat dibuka? Selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti gur menyampaikan konsep-konsep gaya magnet secara singkat. Untuk memperjelas guru mengajak siswa commit user melakukan percobaan. Untuktomengetahui benda apa saja yang dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
60
ditarik magnet siswa diminta untuk menyiapkan berbagai peralatan yang akan digunakan untuk percobaan. Alat dan bahannya diantaranya magnet batang, peniti, paku payung, karet penghapus, pensil, uang logam, potongan kain, potongan kertas, cermin, kayu,bolpoin, buku. Setelah itu guru meminta siswa untuk melakukan percobaan yaitu dengan menempelkan magnet dengan benda di atas tersebut. Benda mana yang dapat ditarik magnet dan yang tidak dapat ditarik magnet. Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan. Guru meminta siswa untuk menuliskan hasilnya di lembar kerja siswa yang telah diberikan oleh guru. Kegiatan pembelajaran yang selanjutnya yaitu untuk percobaan yang kedua yaitu mengetahui kekuatan gaya magnet. Siswa diminta menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk percobaan. Alat dan bahannya diantarany magnet batang, serbuk besi, buku tulis, kertas HVS, kertas karton, kardus, triplek, kaca, plastik. Guru meminta siswa melakukan percobaan dengan cara meletakkan serbuk besi di atas bahan di atas dan magnet diletakkan di bawah bahan-bahan tersebut. Magnet digerakgerakkan, serbuk besi bisa bergerak atau tidak bisa bergerak? Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan.Guru meminta siswa untuk menuliskan hasilnya di lembar kerja siswa yang telah diberikan guru. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas untuk masing-masing kelompok.Guru membimbing siswa dalam pembahasan hasil diskusi tersebut. Kelompok yang hasil diskusinya paling baik diberi penguatan oleh guru dan diberi reward. Guru menyanyakan kepada siswa bila ada materi yang belum jelas. Pada kegiatan akhir guru dan siswa menyimpulkan secara bersama-sama tentang materi gaya magnet yaitu benda bersifat magnetis dan non magnetis serta mengetahui kekuatan gaya magnet. commit to soal user evaluasi untuk dikerjakan siswa. Kemudian guru membagikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
61
Sebagai tindak lanjut, guru memberi pesan kepada siswa agar selalu rajin belajar. Guru menutup pelajaran dengan mengucapkan salam. (2) Pertemuan kedua Pada pertemuan kedua ini konsep IPA yang diajarkan yaitu gaya magnet tentang pengaruh jarak benda terhadap kekuatan gaya magnet, mengetahui kutub magnet senama dan tidak senama, dan cara membuat magnet. Guru mengawali pembelajaran dengan memberi salam dan mengabsen siswa. Guru mengingatkan siswa tentang materi yang disampaikan pertemuan sebelumnya yaitu dengan
bertanya
jawab
kepada
siswa.
Kemudian
guru
menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti guru menyampaikan konsep gaya magnet secara singkat. Guru bertanya kepada siswa “apakah kalian pernah membuka dan menutup pintu kulkas? Pada jarak dekat atau jauh pintu kulkas dapat ditarik oleh badan kulkas?. Percobaan yang pertama adalah tentang pengaruh jarak benda terhadap kekuatan gaya magnet. Siswa menyiapkan alat dan bahan yaitu magnet, peniti, penggaris, kertas HVS, dan pensil. Siswa diminta membuat garis lurus dengan ukuran yang ditandai dengan jarak sesuai dengan lembar kerja siswa. Setelah selesai siswa melakukan percobaan dengan meletakkan magnet pada jarak 0 cm dan 2 cm. Apa yang akan terjadi?apakah dapat ditarik magnet atau tidak?. Percobaan itu dilanjutkan sampai jarak 12 cm. Guru membimbing waktu percobaan berlangsung. Siswa diminta menuliskan hasil pengamatan di lembar kerja siswa. Percobaan selanjutnya yaitu mengetahui kutub magnet senama dan tidak senama. Alat dan bahan yang harus dipersiapkan adalah dua magnet. Cara kerjanya yaitu kedua magnet didekatkan, yang pertama adalah kutub selatan dan kutub selatan. Selanjutnya adalah kutub utara dengan kutub utara kemudian kutub utara dengan to user kutub selatan. Siswacommit diminta mengamati yang terjadi pada kedua
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
62
magnet. Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan. Hasil pengamatan diminta untuk dituliskan di lembar kerja siswa yang telah dipersiapkan oleh guru. Pembelajaran selanjutnya yaitu tentang cara membuat magnet. Cara membuat magnet ada 3 cara yaitu dengan cara induksi, menggosok, dan dialiri arus listrik. Cara kerja dengan cara induksi yaitu mendekatkan atau menempelkan magnet pada benda yang akan dijadikan magnet. Sedangkan dengan cara menggosok yaitu dengan menggosokkan salah satu kutub magnet pada besi atau baja tersebut dengan kuat atau searah. Kemudian dialiri arus listrik yaitu dengan melilitkan kawat ke paku dan dihubungkan dengan batu baterai. Siswa melakukan percobaan di atas tersebut dan membandingkan diantara yang paling mudah. Guru membimbing siswa dalam melakukan percobaan dan meminta siswa untuk menuliskan hasil pengamatan pada lembar kerja siswa yang telah disediakan oleh guru. Kegiatan inti pada konfirmasi siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Masing-masing kelompok mewakilkan satu orang untuk maju ke depan membacakan hasil diskusi. Guru membimbing siswa dalam pembahasan hasil diskusi. Kelompok yang terbaik akan diberikan reward oleh guru. Guru menanyakan kepada siswa bila ada materi yang belum jelas. Kegiatan akhir guru dan siswa menyimpulkan secara bersama-sama tentang materi yang telah dipelajari. Selanjutnya, guru memberikan soal evaluasi mandiri. Sebagai tindak lanjut guru menyampaikan pesan kepada siswa agar lebih rajin belajar, kemudian guru menutup pelajaran dengan salam. c) Observasi Pada tahap ini masih menggunakan lembar observasi untuk memantau perkembangan proses pembelajaran dan akan dibandingkan commit dengan hasil observasi siklus I to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
63
Hasil pengamatan terhadap kinerja guru pada pertemuan I adalah sebagai berikut: (1) Persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran sudah baik. (2) Kemampuan memberikan apersepsi baik. (3) Keterampilan guru mengajukan pertanyaan sudah baik. (4) Kemampuan guru menyampaikan materi baik. (5) Kemampuan guru mengelola kelas sudah baik. (6) Kemampuan mengelola waktu pelajaran sudah baik. (7) Respon siswa terhadap pelajaran baik. (8) Perhatian guru terhadap siswa sudah baik. (9) Pengembangan aplikasi baik. (10) Kemampuan menutup pelajaran dalam kategori baik. Adapun hasil pengamatan terhadap kinerja guru pada pertemuan II adalah sebagai berikut: (1) Persiapan guru memulai kegiatan pembelajaran baik. (2) Kemampuan memberikan apersepsi baik. (3) Keterampilan guru mengajukan pertanyaan sangat baik. (4) Kemampuan guru menyampaikan materi sangat baik. (5) Kemampuan guru mengelola kelas baik. (6) Kemampuan mengelola waktu pelajaran baik. (7) Respon siswa tehadap pelajaran baik. (8) Perhatian guru terhadap siswa sangat baik. (9) Pengembangan aplikasi baik. (10) Kemampuan menutup pelajaran baik. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa rata-rata penilaian observasi kinerja guru pada pertemuan I dan pertemuan II dalam siklus II mencapai kategori baik. Adapun hasil pengamatan proses pembelajaran siswa pada pertemuan I adalah sebagai berikut: (1) Kedisiplinan siswa baik. commitpelajaran to user kurang. (2) Kesiapan siswa menerima
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
64
(3) Keaktifan siswa baik (4) Kemauan siswa berdiskusi sudah baik. (5) Kemampuan siswa melakukan diskusi kurang. (6) Keadaan siswa dengan lingkungan belajar baik. (7) Respon siswa dalam pembelajaran sidah baik. (8) Kemampuan siswa mengembangkan kreativitas dan inisiatif baik. (9) Kemampuan siswa mengerjakan soal evaluasi baik. (10) Keaktifan siswa saat pelajaran berakhir sudah baik. Hasil pengamatan proses pembelajaran siswa pada pertemuan II adalah sebagai berikut: (1) Kedisiplinan siswa sudah baik. (2) Kesiapan siswa menerima pelajaran baik. (3) Keaktifan siswa sudah baik. (4) Kemauan siswa berdiskusi baik. (5) Kemampuan siswa melakukan diskusi baik. (6) Keadaan siswa dengan lingkungan belajar sangat baik. (7) Respon siswa dalam pembelajaran sangat baik. (8) Kemampuan siswa mengembangkan kreativitas dan inisiatif sangat baik. (9) Kemampuan siswa mengerjakan soal evaluasi baik. (10) Keaktifan siswa saat pelajaran akan berakhir baik. Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa rata-rata penilaian observasi kegiatan pembelajaran siswa pada pertemuan I dan pertemuan II dalam siklus II dalam kategori baik. d) Refleksi Pada siklus I telah dilakukan diskusi yang mendalam dengan guru kelas tentang proses pembelajaran. Pada siklus II peneliti juga melaksanakan diskusi membahas proses pembelajaran yang telah berlangsung. Berdasarkan lembar observasi kegiatan siswa terjadi perubahan keaktifan yang cukup berarti. Pada siklus I siswa belum berani commit to user dan masih ragu-ragu, malu-malu dalam menyampaikan gagasannya.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
65
Namun pada siklus II siswa sudah mempunyai keberanian untuk bertanya dan mengungkapkan pendapatnya. Demikian juga dalam mengerjakan tugas kelompok atau diskusi, secara keseluruhan siswa sudah memperlihatkan
aktivitas
yang
baik.
Siswa
juga
menunjukkan
peningkatan pemahaman konsep gaya magnet. Siswa dapat menjawab dengan lebih cepat pertanyaan yang diberikan guru. Namun ada juga beberapa hambatan yaitu masih ada beberapa siswa yang sulit menguasai materi. Setelah pelaksanaan siklus II selesai dilakukan, maka diadakan tes belajar siswa. Dari hasil tes belajar siswa diketahui pemahaman konsep gaya magnet siswa meningkat, yang tentunya berpengaruh terhadap kemampuan dalam menyelesaikan soal mengenai materi gaya magnet, seperti dikemukakan dalam daftar distribusi frekuensi pada tabel 5 berikut: Tabel 5. Daftar Distribusi Frekuensi Nilai IPA materi gaya magnet siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi pada Siklus II
NO Interval
Frekuensi
Presentasi (%)
Keterangan
Nilai 1
35-44
-
-
Di bawah KKM
2
45-54
2
9,10
Di bawah KKM
3
55-64
2
9,10
Di bawah KKM
4
65-74
5
22,73
Di atas KKM
5
75-84
8
36,36
Di atas KKM
6
85-94
5
22,73
Di atas KKM
7
95-104
0
0
-
22
100
-
Jumlah
Ketidaktuntasan= (4:22)x 100%= 18,18% Ketuntasan Klasikal= (18:22)x 100%= 81,81% commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
66
Dari data di atas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai IPA materi gaya magnet (lampiran 8) yang dicapai siswa pada siklus II yaitu 77,98 yaitu sudah di atas KKM. Dari 22 siswa, yang memperoleh nilai 35-44 ada 0 siswa, yang memperoleh nilai 45-54 ada 2 siswa, dan yang memperoleh nilai 55-64 ada 2 siswa. Sedangkan siswa yang memperoleh nilai 65-74 ada 5 siswa, yang memperoleh 75-84 ada 8 siswa, yang memperoleh 85-94 ada 5 siswa, dan siswa yang memperoleh nilai 95-104 ada 0 siswa. Dari data di atas dapat dilihat siswa yang mendapat nilai di bawah KKM sebanyak 4 siswa atau 18,18% sedangkan siswa yang mendapat nilai di atas KKM ada 18 siswa atau 81,81%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketuntasan nilai IPA materi gaya magnet siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi pada siklus II sebanyak 81,81%. Hasil tersebut dapat disajikan dalam grafik pada gambar 10 sebagai berikut: 9 8 F r e k u e n s i
7 6 5 4
8
3 5
2 1
2
5
2
0
44,5
54,5
64,5
74,5
84,5
94,5
Interval Nilai Siswa
Gambar 10. Grafik Nilai Pemahaman Konsep Gaya Magnet Siswa Kelas V SD Negeri 2 Nadi Siklus II
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar commit to user pemahaman konsep gaya magnet siswa yang memperoleh nilai ≥65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
67
(KKM) sudah menunjukkan peningkatan dan peningkatan rata-rata kelas, sehingga pembelajaran pada siklus II mengenai pemahaman konsep gaya magnet melalui model problem based learning sudah berhasil.
B. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian
1. Temuan Hasil Observasi Kegiatan Proses Pembelajaran dengan Menggunakan Model Problem Based Learning Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang telah diperoleh, dapat ditemukan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran IPA pada pokok materi gaya magnet dengan model problem based learning baik pada kegiatan guru maupun kegiatan siswa. Adapun temuan dari peningkatan kegiatan guru kelas V SD Negeri 2 Nadi dalam proses pembelajaran pemahaman konsep gaya magnet dengan model problem based learning antara lain: a.
Persiapan guru dalam memulai kegiatan pembelajaran lebih tinggi dari pembelajaran sebelum tindakan dilaksanakan.
b.
Kemampuan guru dalam mengelola kelas semakin lebih meningkat.
c.
Guru semakin terampil dalam mengelola waktu pembelajaran.
d.
Guru menjadi lebih cermat dalam memberikan apersepsi.
e.
Guru menyampaikan materi menjadi lebih mudah.
f.
Kemampuan guru dalam memancing pertanyaan siswa menjadi lebih meningkat.
g.
Kemampuan guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif menjadi lebih terlatih.
h.
Perhatian guru terhadap siswa menjadi semakin lebih meningkat.
i.
Guru lebih mudah dalam mengembangkan aplikasi.
j.
Guru menjadi lebih terampil dalam menutup pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi (lampiran 9, 10, 11, 12), peningkatan kualitas
pembelajaran guru kelas V SD Negeri 2 Nadi pada proses pembelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
68
pemahaman konsep gaya magnet dengan model problem based learning dapat dilihat dari tabel 6 di bawah ini Tabel 6. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Observasi Guru Kelas V SD Negeri 2 Nadi pada Siklus I dan Siklus II Hasil Observasi Guru
Siklus I
Siklus II
Pertemuan I
2,8
3,3
Pertemuan II
3,9
3,7
Rata-rata
2,85
3,5
Kriteria
Baik
Sangat Baik
Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui bahwa hasil observasi guru mengalami peningkatan secara signifikan. Nilai rata-rata hasil observasi guru pada siklus I adalah 2,85 dengan kriteria baik dan mengalami peningkatanpada siklus II yaitu 3,5 dengan kriteria sangat baik. Peningkatan tersebut membuktikan bahwa model problem based learning dapat membantu meningkatkan kualitas proses pembelajaran terhadap guru. Hal ini direfleksikan bahwa pembelajaran dengan model problem based learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Peningkatan rata-rata hasil observasi guru kelas V SD Negeri 2 Nadi pada Siklus I dan Siklus II dengan model problem based learning dapat disajikan pada gambar 11 berikut ini: R a t a r a t a
4 2
3,5
2,85
0 Siklus I
Siklus II
Pelaksanaan Tindakan
Gambar 11. Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Guru Kelas V SD to userI dan Siklus II Negeri 2 Nadicommit pada Siklus
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
69
Sementara itu temuan dari peningkatan kegiatan siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi dalam proses pembelajaran pemahaman konsep gaya magnet dengan model problem based learning antara lain: a.
Kedisiplinan siswa dalam proses pembelajaran lebih baik daripada sebelum tindakan
b.
Kesiapan siswa sebelum menerima pelajaran lebih tinggi dari pembelajaran sebelum tindakan dilaksanakan.
c.
Siswa lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
d.
Kemauan siswa dalam berdiskusi sangat tinggi, siswa sangat antusias.
e.
Kemampuan siswa dalam berdiskusi memecahkan masalah lebih baik.
f.
Keadaan siswa dengan lingkungan belajar sudah meningkat dengan sebelum ada tindakan.
g.
Siswa dapat merespon pelajaran dengan baik.
h.
Siswa mampu mengembangkan kreativitas dan inisiatif dengan sangat baik.
i.
Kemampuan siswa dalam mengerjakan tes evaluasi meningkat.
j.
Keaktifan siswa saat pelajaran akan berakhir meningkat. Berdasarkan hasil observasi (lampiran 13, 14, 15, 16), peningkatan
kualitas pembelajaran siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi pada proses pembelajaran pemahaman konsep gaya magnet dengan model problem based learning dapat dilihat pada tabel 7 di bawah ini: Tabel 7. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Observasi Siswa Kelas V SD Negeri 2 Nadi pada Siklus I dan Siklus II. Hasil Observasi Siswa
Siklus I
Siklus II
Pertemuan I
2,5
3,2
Pertemuan II
2,6
3,7
Rata-rata
2,55
3,45
Kriteria
Baik
Sangat baik
Berdasarkan tabel 7, dapat diketahui bahwa hasil observasi siswa mengalami peningkatan secara signifikan. Nilai rata-rata hasil observasi siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
70
pada siklus I adalah 2,55 dengan kriteria baik dan mengalami peningkatan pada siklus II yaitu 3,45 dengan kriteria sangat baik. Peningkatan tersebut membuktikan bahwa
model
problem based
learning
dapat
membantu
meningkatkan kualitas proses pembelajaran terhadap siswa. Hal ini direfleksikan bahwa pembelajaran dengan model problem based learning dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Peningkatan rata-rata hasil observasi siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi pada Siklus I dan Siklus II dengan model problem based learning dapat disajikan pada gambar 12 dalam grafik berikut ini:
R a t a r a t a
4 3 3,45 2
2,55
1 0 Siklus I
Siklus II
Pelaksanaan Tindakan
Gambar 12. Grafik Peningkatan Rata-rata Hasil Observasi Siswa Kelas V SD Negeri 2 Nadi pada Siklus I dan Siklus II Berdasarkan hasil analisis observasi di atas dapat dilihat bahwa hasil kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran gaya magnet dengan model problem based learning berhasil meningkat baik dari siklus I sampai ke siklus II. Peningkatan kualitas proses pembelajaran ini juga mengakibatkan pemahaman konsep gaya magnet siswa mengalami peningkatan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
71
2. Hasil Belajar Pemahaman Konsep Gaya Magnet dengan Model Problem Based Learning Dengan meningkatnya keaktifan siswa pada proses pembelajaran dengan model problem based learning maka hasil belajar pemahaman konsep gaya magnet siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi juga meningkat. Peningkatan terlihat dari perhitungan nilai hasil pemahaman konsep gaya magnet yang diperoleh siswa pada kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan dan setelah dilaksanakan tindakan siklus I dan siklus II, yang masing-masing siklusnya dilaksanakan dua kali pertemuan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini: Tabel 8. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Hasil Pemahaman Konsep Gaya Magnet Siswa Kelas V SD Negeri 2 Nadi pada Kondisi awal, Siklus I, dan Siklus II. No
Pembelajaran Gaya
Kondisi Awal
Magnet 1
Nilai rata-rata
61
Setelah Dilaksanakan Tindakan Siklus I
Siklus II
66,25
77,98
Berdasarkan tabel 8, dapat diketahui bahwa jumlah siswa yang mencapai KKM ≥65 mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rat pemahaman konsep siswa pada kondisi awal sebelum tindakan adalah 61. Pada siklus I mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata pemahaman konsep gaya magnet siswa menjadi 66,25. Dan pada akhir pelaksanaan siklus II nilai rata-rata pemahaman konsep gaya magnet siswa adalah 77,98. Peningkatan tersebut membuktikan bahwa model problem based learning tepat untuk membantu meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet siswa. Hal ini dapat direfleksikan bahwa pembelajaran gaya magnet yang dilaksanakan guru dapat dinyatakan berhasil. Peningkatan nilai rata-rata hasil pemahaman konsep gaya magnet sisa kelas V SD Negeri 2 Nadi dengan model problem based learning dapat disajikan pada gambar 13 berikut ini:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
72
R a t a r a t a
80 60 40
66,25
61
77,98
20 0 Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Pelaksanaan Tindakan
Gambar 13. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Pemahaman Konsep Gaya Magnet Siswa Kelas V Sd Negeri 2 Nadi pada Kondisi Awal. Siklus I, dan Siklus II. Secara garis perbandingan antara jumlah siswa yang mencapai ketuntasan belajar pemahaman konsep gaya magnet pada kondisi awal sebelin tindakan, siklus I, dan siklus II ditunjukkan pada tabel 9 sebagai berikut: Tabel 9. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas V SD Negeri 2 Nadi pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II. No
Ketuntasan
1
Tidak Tuntas
2
Tuntas
Kondisi Awal Jumlah % 14 63,63% 8
36,36%
Siklus I Jumlah % 8 36,36% 14
63,63%
Siklus II Jumlah % 4 18,18% 18
81,81%
Berdasarkan tabe 9 yaitu tabel rekapitulasi ketuntasan belajar siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi, terlihat adanya peningkatan pada ketuntasan belajar siswa pada pemahaman konsep gaya magnet yaitu kondisi awal jumlah siswa yang tuntas sebanyak 8 siswa atau 36,36%, kemudian pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 14 siswa atau 63,63%, dan pada siklus II menjadi 18 siswa commit to user atau 81,81%. Data dari tabel rekapitulasi ketuntasan belajar siswa kelas V SD
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
73
Negeri 2 Nadi pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II di atas dapat disajikan dalam bentuk gambar yaitu grafik peningkatan ketuntasan pemahaman konsep gaya magnet siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II pada gambar 14 berikut:
J u m l 20 a h 15 S i s w a
81,81% 63,63% 36,36% 18
10
14 8
5 0
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
Pelaksanaan Tindakan
Gambar 14.Grafik peningkatan ketuntasan pemahaman konsep gaya magnet siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi. Dengan
demikian
dapat
diketahui
bahwa
salah
satu
upaya
untukmeningkatkan pemahaman konsep gaya magnet siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi yaitu dengan penerapan model problem based learning. Hal ini terjadi karena pembelajaran dengan model problem based learning dapat mempermudah siswa dalam memecahkan masalah dalam proses pembelajaran. Selain itu, siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran IPA pada pokok materi gaya magnet.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus selama empat kali pertemuan, maka dapat ditarik simpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning dapat meningkatkan: 1
Kualitas proses pembelajaran gaya magnet pada siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi. Peningkatan kualitas proses pembelajaran gaya magnet tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai rata-rata kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran gaya magnet dengan model problem based learning, yaitu: nilai rata-rata kegiatan guru pada siklus I nilainya 2,85 dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II nilainya menjadi 3,5 dengan kriteria sangat baik. Sementara itu nilai rata-rata kegiatan siswa pada siklus I nilainya 2,55 dengan kriteria baik dan meningkat pada siklus II nilainya menjadi 3,45 dengan kriteria sangat baik. Dengan demikian, penggunaan model problem based learning dalam pembelajaran gaya magnet dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran gaya magnet pada siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi.
2
Pemahaman konsep gaya magnet pada siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi. Peningkatan pemahaman konsep gaya magnet tersebut dapat dibuktikan dengan meningkatnya nilai pemahaman konsep gaya magnet pada setiap siklusnya yaitu: sebelum tindakan nilai rata-rata pemahaman konsep gaya magnet siswa 61, siklus I nilai rata-rata pemahaman konsep gaya magnet siswa 66,25 dan siklus II nilai rata-rata kemampuan menulis siswa 77,98. Tingkat ketuntasan belajar siswa pada kondisi awal sebanyak 8 siswa atau 36,36%, pada siklus I yaitu 14 siswa atau 63,63%, dan pada siklus II sebanyak 18 siswa atau 81,81%. Dengan demikian, penerapan model problem based learning dalam pembelajaran gaya magnet dapat meningkatkan commit user kelas V SD Negeri 2 Nadi. pemahaman konsep gaya magnet padatosiswa 74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
75
B. Implikasi Penerapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan pada pembelajaran dengan menerapkan model problem based learning dalam pelaksanaan pembelajaran IPA pada pokok materi gaya magnet. Tindakan penelitian yang dilakukan terdiri dari dua siklus. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 25 April 2011 dan 29 April 2011, sedangkan siklus II dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2011 dan 6 Mei 2011. Adapun indikatornya adalah sebagai berikut: (1) Mengelompokkan benda bersifat magnetis dan non magnetis; (2) Mendiskripsikan kekuatan gaya magnet; (3) Mendiskripsikan cara membuat magnet. Setiap pelaksanaan siklus terdapat empat langkah kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaaan, observasi, dan refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang, sebelum melaksanakan tindakan dalam setiap siklus perlu
adanya
perencanaan
dengan
memperhatikan
keberhasilan
siklus
sebelumnya. Tindakan dalam setiap siklus dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini berdasar pada analisis perkembangan dari pertemuan satu ke pertemuan berikutnya dalam satu siklus dan dari analisis perkembangan peningkatan proses dalam siklus I sampai siklus II. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat diketahui bahwa dengan model problem based learning dapat meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi. Sehubungan dengan penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil penelitian sebagai berikut: 1
Implikasi Teoritis Dalam menyajikan materi pelajaran, guru harus dapat memilih model pembelajaran yang tepat agar meningkatkan kualitas pembelajaran siswa dan dapat meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet siswa, karena pembelajaran ini dapat membantu siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam menemukan ide/gagasannnya, serta siswa dilatih untuk memecahkan sebuah masalah dalam pembelajaran gaya magnet. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model problem based learning dapat meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
76
Hasil penelitian ini juga memperkuat teori yang menyatakan bahwa melalui penggunaan model problem based learning dapat menjadi salah satu model pembelajaran IPA, karena dengan model problem based learning dapat menjadikan siswa lebih aktif dan kreatif karena siswa ditunutut untuk memecahkan masalah. Penelitian ini juga dapat dipertimbangkan untuk mengembangkan model pembelajaran bagi guru dalam memberikan materi pelajaran kepada siswa. Dari hasil rata-rata yang diperoleh bahwa dalam penelitian ini, pemahaman konsep siswa terhadap materi gaya magnet pada pembelajaran IPA dan aktifitas atau kegiatan proses pembelajaran menjadi meningkat. Hal ini terbukti adanya peningkatan pemahaman konsep gaya magnet siswa dalam memecahkan masalah, interaksi dengan guru maupun kerjasama dengan siswa lain. Dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran yang meningkat, kondisi kelas menjadi lebih kondusif dan pada akhirnya pemahaman konsep gaya magnet pada siswa kelas V SD Negeri 2 Nadi meningkat. Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, implikasi teoritis dari penelitian ini adalah ada peningkatan kualitas proses pembelajaran dan pemahaman konsep gaya magnet dengan menggunakan model problem based learning. 2
Implikasi Praktis Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru untuk meningkatkan keefektifan strategi guru dalam mengajar dan meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar terutama dalam pelajaran IPA pada pokok pemahaman konsep gaya magnet. Pemahaman konsep gaya magnet siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan model problem based learning. Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti yang diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini dapat digunakan peneliti untuk membantu guna dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Di samping itu, perlu penelitian lebih lanjut tentang upaya guru untuk commit to user mempertahankan atau menjaga dan meningkatkan pemahaman konsep gaya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
77
magnet. Pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning pada hakikatnya dapat digunakan dan dikembangkan oleh guru yang menghadapi permasalahan yang sejenis, terutama untuk mengatasi masalah peningkatan pemahaman konsep gaya magnet, yang pada umumnya dimiliki oleh sebagian besar siswa. Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian ini harus di atasi semaksimal mungkin. C. Saran Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: 1
Bagi Sekolah Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam melaksanakan pembelajaran khususnya pembelajaran Bahasa IPA untuk meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet dengan menggunakan model problem basedlearning.
2
Bagi Guru Guru dalam mengajar hendaknya menggunakan model problem based learning dalam pembelajaran gaya magnet. Penggunaan model problem based learning dimaksudkan agar pembelajaran tidak terasa membosankan dan membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman konsep gaya magnet.
3
Bagi Siswa a. Hendaknya lebih mengembangkan inisiatif dan keberanian dalam menyampaikan pendapat dalam proses pembelajaran untuk menambah pengetahuan sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. b. Hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan rajin belajar sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.
4
Bagi Peneliti Lain Peneliti yang hendak mengkaji permasalahan yang sama hendaknya lebih cermat dan lebih mengupayakan pengkajian teori-teori yang berkaitan dengan model problem based learning guna melengkapi kekurangan yang ada serta sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan pemahaman konsep yang belum tercakup dalam penelitian ini agar diperoleh hasil yang lebih baik. commit to user